PlayGame.com Ingin Revolusi Industri Game dengan Blockchain

PlayGame.com sebelumnya adalah platform yang dimanfaatkan Anton Soeharyo (Co-Founder Touchten) untuk mempublikasikan game yang dapat dimainkan secara live. Kini platform tersebut berevolusi menjadi sebuah unit baru. Masih seputar dunia game, kali ini Anton (CEO PlayGame.com) bersama Aria Rajasa (CIO PlayGame.com & Founder Tees), dan Batista Harahap (CTO PlayGame.com & Co-Founder Prism) menyajikan konsep yang jauh lebih revolusioner.

Memanfaatkan teknologi blockchain, PlayGame.com mencoba menyelesaikan masalah menahun yang sering dialami pengembang dan penerbit game. PlayGame.com akan menjadi platform untuk mendistribusikan game (direct-to-play gaming platform) dan menjadi tempat penggalangan dana (crowdfunding) hal-hal berkaitan dengan pengembangan game. Konsepnya memadukan ekonomi virtual dengan ekonomi konvensional menggunakan cryptocurrency.

Software Development Kit (SDK) yang dirilis memungkinkan pengembang atau penerbit game untuk menerapkan bisnis berbasis token mereka sendiri di game yang dikembangkan. Implementasinya dapat dielaborasikan dengan berbagai fitur, misalnya untuk penghargaan loyalitas pengguna. Bisnis berbasis token diterapkan untuk tiga area: (1) pool-price game competition, (2) crowdfunding platform, dan (3) ad network & retention.

Manfaat yang didapatkan melalui platform PlayGame / PlayGame
Manfaat yang didapatkan melalui platform PlayGame / PlayGame

“Kami ingin menyediakan ekosistem yang lengkap untuk pengembang game, mencakup saluran distribusi melalui situs PlayGame.com, SDK untuk monetisasi dengan token kami, dan paltform untuk crowdfunding yang kami sebut dengan FunFund,” tulis tim PlayGame.com dalam publikasinya.

PlayGame.com juga menjadi Launchpad Project pertama Tokenomy. Tokenomy merupakan platform token global untuk berbagai proyek berbasis blockchain yang didirikan Founder INDODAX Oscar Darmawan.

PlayGame Token

PlayGame Token (PXG) adalah token ERC20 dengan platform smart-contract yang memungkinkan penerbit, pengembang, dan komunitas game untuk melakukan monetisasi atas produknya secara langsung dari pengguna cryptocurrency di seluruh dunia. Akan ada satu miliar token yang dibuat dan didistribusikan. PXG memanfaatkan Ethereum, karena fleksibilitas dan tingkat adopsi yang dimiliki dari sistem blockchain tersebut. Blockchain akan bertindak sebagai basis data multi-game dan menyimpan seluruh skor permainan secara aman.

Selain itu dengan blockchain diharapkan membuat para pemain yakin bahwa game yang diletakkan di platform PlayGame.com nantinya akan berlaku adil. Pengembang game  juga akan memiliki jaminan soal pembayaran yang transparan. Data kepemilikan disimpan secara aman di blockchain, dengan smart-contract untuk memastikan tidak ada manipulasi atau penipuan. Saat pre-sale, 18.000 PXG dihargai dengan 1 Ethereum.

Roadmap pengembangan PlayGame / PlayGame
Roadmap pengembangan PlayGame / PlayGame

Proses ICO (Initial Coin Offering) sendiri akan segera dimulai di kuartal ketiga tahun ini. Dilanjutkan peluncuran demo website dan SDK pada kuartal keempat. Untuk proses bisnisnya sendiri direncanakan dimulai Januari 2019, dengan target peluncuran secara global di kuartal ketiga 2019, termasuk ekspansi ke Jepang dan Tiongkok. Di masa permulaan, PlayGame.com akan berbasis di Singapura.

“Selama satu dekade mengembangkan Touchten, saya menyadari bahwa membuat game memerlukan biaya yang mahal dan sulit untuk menghasilkan uang. Belum lagi distribusi game yang memotong 30% (dari keuntungan yang seharusnya didapat). Proses membuat game seharusnya tidak perlu rumit, saya percaya blockchain dan cryptocurrency dapat membantu kami para developer untuk tetap tumbuh berkelanjutan,” ujar Anton.

Dukungan investor

Aria Rajasa, Anton Soeharyo, dan Oscar Darmawan / Tokenomy
Aria Rajasa, Anton Soeharyo, dan Oscar Darmawan / Tokenomy

Selain tim inti yang sudah berpengalaman di bisnis digital, PlayGame.com turut didukung sejumlah advisor. Mereka adalah Andrew Darwis (Co-Founder Kaskus), Oscar Darmawan (CEO INDODAX & Tokenomy), Mizune Kazuhiro (CEO Quan Inc), dan beberapa lainnya. Sementara itu investor yang tercatat sudah bergabung dalam inisiatif tersebut termasuk Ideosource dan Digital Nusantara Capital (DNC).

“Saya adalah seorang gamer dan saya percaya semua orang sejatinya menyukai game. Saat ini game adalah bagian dari gaya hidup. Kami percaya PlayGame dapat merombak industri game di regional. Tokenomy merasa bangga bisa membimbing PXG dan memastikan semua hal berjalan lancar serta aman,” sambut Oscar.

Laporan DailySocial: Lanskap B2B E-commerce di Indonesia

E-commerce menjadi salah satu segmen bisnis digital yang telah terbukti tumbuh subur di Indonesia. Model bisnis yang populer diterapkan ialah B2C (Business-to-Consumer) dan C2C (Consumer-to-Consumer). Sesungguhnya ada potensi lain yang dapat digarap dengan platform e-commerce, yakni B2B (Business-to-Business), menyasar korporasi, UKM, dan pelaku usaha lainnya. Untuk menjangkau pangsa pasar bisnis, dibutuhkan banyak improvisasi di sisi layanan, salah satunya menerapkan e-procurement. Sejauh ini sudah ada beberapa pemain B2B commerce yang mencoba menggarap pasar Indonesia. Mereka beradu tangkas memperebutkan potensi pasar B2B yang masih tergolong “hijau”.

Untuk melihat sejauh mana pangsa pasar B2B commerce di Indonesia dan menelusuri pemahaman masyarakat tentang ketersediaan platform tersebut, DailySocial mencoba melakukan riset untuk topik terkait. Riset ini fokus mendalami kondisi pasar yang ada dan karakteristik platform B2B commerce yang sudah beroperasi di Indonesia.

Dalam laporan ini, DailySocial jmenyertakan hasil survei yang digagas bersama Jakpat Mobile Survey Platform, mengobservasi pemahaman responden tentang platform B2B commerce.

Beberapa poin yang dibahas dalam laporan ini:

  1. Potensi pangsa pasar B2B di Indonesia, melihat tren pertumbuhan global.
  2. Pemahaman masyarakat tentang B2B commerce.
  3. Karakteristik dan ragam fitur B2B commerce yang telah beroperasi.

Untuk pemaparan yang lebih detail, silakan unduh laporan riset bertajuk “A Study of B2B Commerce Services in Indonesia 2018″ secara gratis di sini.

TaniGroup Partners with International Finance Corporation for Fintech and E-commerce Idea in Agriculture

TaniGroup (TaniHub & TaniFund) announces a partnership with the International Finance Corporation (IFC) to support Indonesian agriculture. In this partnership, TaniGroup will get technical support to expand e-commerce and fintech services in agriculture. It’s IFC first collaboration with Indonesia’s startup.

TaniGroup and IFC partnership will be formed as the technical assistance (advisory) in 2 years, standard operational procedure (SOP) improvement, distribution chain efficiency, also the development of some tools to identify regional potential and scoring for prospective farmers or SMEs of TaniGroup partners.

Eka Pamitra, Tani Group’s Co-Founder & President, said, “We believe that TaniGroup will grow rapidly with IFC help. Due to their rich experience in advising some giant agribusiness, both domestic and international.”

Team IFC and TaniGroup in a discussion forum in Jakarta / TaniGroup
Team IFC and TaniGroup in a discussion forum in Jakarta / TaniGroup

IFC is an international financial institution, member of World Bank Group which aims to support the developing countries financial through capital and technical in private sectors. Along with TaniGroup, IFC agreed to encourage financial inclusion and increase social impact, including the increase of small farmers income and women involved in agriculture.

“Tanihub allows farmers to increase income by selling the crops without middlemen. This is a model we expected to inspire Indonesia in doing a lot more in the world of fintech,” Philippe Le Houerou, IFC’s CEO said at an occasion in Jakarta.

Pamitra added that IFC will help to implement the globally proven best practices into TaniGroup business process. The expectation rose that TaniGroup can operate better, more efficient, and the most important is to have a huge social impact in public.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

JD.ID X Futuristic Retail in Jakarta Offers Online-Offline Shopping Experience

JD.ID officially introduces “JD.ID X” in Jakarta, a retail store with artificial intelligence (AI) that attempts to give the new online-offline shopping experience. The no cashier concept and connection to the app is fairly new here, although it has been familiar out there, particularly in China as JD.ID‘s main base.

The futuristic retail in 270m2 is located on PIK Avenue, Jakarta. It’s using face-scanner technology, Radio Frequency Identification (RFID), and cashless payment method; all goods and visitors will be automatically identified. The store requires its consumers to have JD.ID account and app in their phone.

Visitors will be asked to scan the barcode with JD.ID X option in app as a ticket. The face-scanning will be performed afterwards for verification in mobile app. Users are previously require to upload their close-up picture.

The goods taken to purchase will be detected using RFID technology before the closed gate, billing will be automatically displayed and paid using the app. Currently, credit card payment is the only method (which connected to the JD.ID account)

“This is only the beginning of our effort in using AI power to open doors into the new possibilities in this country. JD.ID X will also be the study center of advanced technology, because we believe that AI has so many potentials to use in every business line, including e-commerce as the core business of JD.ID,” Zhang Li, JD.ID’s President Director, pronounced.

In its debut, JD.ID X offers various products in fashion, cosmetics, accessories and beauty, non-electronic appliances, also groceries. JD.ID X also provides the private labels exclusively on JD.ID.

“Experienced store” like this is quite an intense innovation to present, particularly in China. Presented also by its competitor, Alibaba. Recently, the company has introduced a similar AI-based futuristic store. They partnered up with Guess fashion brand. The concept is similar, using RFID and computer vision based scanner technology.

Eyvette Tung, JD.ID’s Project Manager, said, ” In the future, society will be used to cashless daily shopping activity. We’ve developed a very personal face-scanner technology to improve convenience and user’s comfort.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

M Cash Subsidiary Introduces GOWES, Bike Sharing Service in Jakarta

M Cash subsidiary held a trial for bike sharing service “GOWES” in Monas, Jakarta. The concept will be similar to other existing platforms, such as oBike, Ofo, and so on.

PT Surya Teknologi Perkasa (STP), the initiator, partners with local government through Jakarta Smart City . For its debut act, as many as 100 units of GOWES bikes are available in Monas.

“We’re glad by this trial as a way of marking the initial step of the bike sharing system in Jakarta. We expect bikes to be the short-route transportation options for public, given the positive impact it’ll bring, such as pollution-free and affordable cost,” Iwan Suryaputra, STP’s Chairman, said.

Previously, GOWES has been available in Bintaro Jaya and some area in Bali. GOWES bike sharing platform is one of STP’s further development after Tracking Device & Digital Indonesia Map initiation. The technology implementation allows users to put the bike anywhere, as long within GOWES operational areas.

Tracking Device & Digital Indonesia Map attached to the bike allows GOWES team to track its bike location and collect it.

Those who are using the GOWES bike can download the app via Google Play Store and App Store. Top up credit can be done using M Cash digital kiosk.

Regarding bike sharing service, a regional player oBike, previously has announced the plan for operational expansion in Jakarta after Bandung. However, the plan has not realized yet, given Singapore’s oBike service has been shut down.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Toko Ritel Futuristis JD.ID X Hadir di Jakarta, Pamerkan Pengalaman Belanja Online-Offline

JD.ID meresmikan “JD.ID X” di Jakarta, sebuah toko ritel berteknologi kecerdasan buatan (AI) yang mencoba memberikan pengalaman belanja online-offline baru. Konsep toko tanpa kasir dan terhubung dengan aplikasi seperti itu bisa dibilang baru di sini, kendati di luar sana sudah banyak, khususnya di Tiongkok sebagai basis utama JD.ID.

Ritel futuristis berukuran 270 meter2 tersebut terletak di PIK Avenue, Jakarta. Memanfaatkan teknologi pemindai wajah, Radio-Frequency Identification (RFID), dan metode pembayaran non-tunai; setiap barang dan pengunjung akan teridentifikasi secara otomatis. Toko tersebut mewajibkan setiap konsumennya untuk memiliki aplikasi dan akun JD.ID di ponsel.

Pengunjung yang masuk akan diminta memindai barcode pada opsi JD.ID X di aplikasi sebagai tiket. Setelah itu wajah pengguna akan dipindah untuk verifikasi — di aplikasi mobile, sebelumnya pengguna juga terlebih dulu harus mengunggah foto wajahnya.

Barang-barang yang diambil dan akan dibeli dideteksi menggunakan teknologi RFID di depan pintu keluar, tagihannya otomatis ditampilkan dan dibayar melalui aplikasi. Saat ini metode pembayaran baru menggunakan kartu kredit saja (yang dihubungkan dengan akun JD.ID).

“Ini hanya awal mula dari upaya kami menggunakan kekuatan AI untuk membuka pintu menuju berbagai kesempatan baru bagi negeri ini. JD.ID X juga akan kami jadikan sebagai pusat pembelajaran pengembangan teknologi berkelanjutan, karena kami meyakini bahwa AI memiliki banyak potensi yang dapat digunakan di semua lini bisnis, termasuk e-commerce yang menjadi bisnis inti dari JD.ID,” sambut Presiden Direktur JD.ID Zhang Li.

Di debut awalnya, JD.ID X menawarkan produk-produk di kategori fashion, kosmetik, aksesoris dan kecantikan, produk-produk rumah tangga non-elektronik, serta kebutuhan sehari-hari. JD.ID X juga  menawarkan private label yang tersedia eksklusif di JD.ID.

“Experienced store” seperti ini memang menjadi inovasi yang cukup gencar dihadirkan, khususnya di Tiongkok. Termasuk dilakukan oleh rivalnya Alibaba. Belum lama ini pihaknya memamerkan sebuah toko futuristis berbasis AI serupa — mereka bekerja sama dengan brand fashion Guess. Konsepnya mirip, menggunakan teknologi pemindai berbasis computer vision dan RFID.

Project Manager JD.ID X, Eyvette Tung mengatakan, “Di masa depan masyarakat akan sangat terbiasa melakukan aktivitas berbelanja harian secara non-tunai. Kami telah mengembangkan teknologi pemindai wajah yang sangat personal untuk meningkatkan kenyamanan dan membuat pelanggan merasa nyaman.”

Application Information Will Show Up Here

Portofolio Sajikan Kanal Belajar dan Praktik Investasi Forex bagi Pemula

Ada beragam jenis pilihan investasi berbasis finansial, salah satunya di pasar valuta asing atau biasa disebut foreign exchange (forex). Nilainya yang sangat fluktuatif biasanya membuat orang awam enggan untuk berinvestasi pada forex. Namun kesempatan tersebut justru dilihat sebagai kesempatan oleh startup asal Yogyakarta bernama Portofolio. Platform tersebut mencoba hadir sebagai kanal edukasi terpadu bagi para trader pemula melalui cara yang unik, yakni dengan mempertemukan dengan trader yang sudah piawai.

Portofolio memiliki sejumlah fitur interaktif, seperti bertukar wawasan dengan pengguna, menyalin aktivitas perdagangan, dan membuat aktivitas perdagangan bayangan. Model ini dinilai efektif oleh Mahar Indra Adityawarman selaku founder, pasalnya investasi valuta asing masih dianggap berisiko tinggi. Dengan mendekatkan trader pemula dengan ahli, selain ilmu diharapkan dapat memberikan keyakinan lebih terhadap prospek investasi forex.

“Perlu digarisbawahi bahwa Portofolio bukan broker. Kami hanya menyediakan platform yang mempertemukan pemula dapat pakar untuk bisa saling berbagi hasil analisis trading mereka. Tidak hanya itu, bagi pemula yang belum mengerti trading, dapat mengakses fitur edukasi yang ada,” jelas Indra.

Perimbangan berinvestasi pada valuta asing

Berbagai faktor menyebabkan investasi valuta asing cenderung dihindari oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang tidak begitu mengerti seperti apa bentuk investasinya. Faktor lainnya karena kurangnya alat untuk memantau pergerakan mata uang volatil yang sangat mudah berubah. Namun demikian Indra menjelaskan, bahwa ada beberapa keunggulan yang dapat dipertimbangkan dalam investasi forex.

Menurut Indra, forex tidak seperti saham yang keuntungan hanya bisa didapat dari kenaikan harga. Tapi bisa dua arah, dari naik dan turunnya harga mata uang.  Jam operasional pasar forex juga lebih lama, yaitu jam 5 pagi sampai jam 4 pagi setiap hari kecuali akhir pekan. Perputaran uang di forex diperkirakan mencapai $53 triliun per hari, mengingat forex adalah perdagangan yang dilakukan seluruh dunia.

Trading forex adalah yang paling komplit. Namun mengingat bahwa prosesnya tidak mudah, maka Portofolio hadir untuk membantu para trader baru dengan membagikan kemampuan dari para trader yang sudah berpengalaman,” lanjut Indra.

Melalui Portofolio, Indra juga memiliki visi menyediakan akses ke aplikasi keuangan yang dianggapnya masih relatif asing di Indonesia. Ia juga berharap bahwa platform buatannya dapat memberikan dorongan untuk proses pendidikan seputar strategi investasi dalam masyarakat yang menurutnya masih di bawah harapan.

“Asumsi saya bahwa melek finansial yang rendah merupakan masalah yang cukup rumit di masyarakat. Kondisi ini merupakan salah satu alasan mengapa kasus penipuan investasi bisa mendatangkan kerugian besar,” terang Indra.

Fitur “Auto-Copy” menyederhanakan proses

Contoh halaman profil trader yang dapat diikuti
Contoh halaman profil trader yang dapat diikuti

Portofolio diluncurkan pada Desember 2017 sebagai platform sosial interaktif untuk menyatukan pengguna agar dapat berkolaborasi dan berbagi kiat. Dengan memanfaatkan platform Portofolio, pengguna dapat menyalin aktivitas perdagangan pedagang lain, baik secara otomatis atau secara manual, untuk mencapai hasil yang maksimal.

Keseluruhan alur kerja platform didasarkan pada pemikiran Indra saat memberikan pelatihan di komunitas trader. Ia menangkap adanya keterbatasan dalam menduplikasi isi pemikiran dan strategi perdagangan untuk pengguna, terutama yang tidak memiliki pengalaman dalam kegiatan tersebut.

Dalam operasionalnya, Portofolio diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Pihaknya juga tengah berkonsultasi dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk legalitas bisnis berkelanjutan mereka. “Karena regulator Indonesia tidak akrab dengan bisnis sub-vertikal ini, kita perlu meyakinkan regulator sampai akhirnya mereka memberi kita lampu hijau sambil mengawasi perkembangan selanjutnya,” jelas Indra.

Dengan ratusan pengguna, Portotolio telah membukukan transaksi pada platform ini mencapai US$37.000 (atau 513 juta Rupiah). Portofolio juga mulai berkomunikasi dengan startup di luar negeri di sub vertikal yang sama untuk membangun kerja sama strategis.

Dengan ratusan pengguna, Portotolio telah membukukan transaksi pada platform ini mencapai US$37.000 (atau 513 juta Rupiah). Portofolio juga mulai berkomunikasi dengan startup di luar negeri di sub vertikal yang sama untuk membangun kerja sama strategis.

“Kami akan fokus memperbaiki ekosistem forex di Indonesia. Akhir tahun kami akan hadirkan paling tidak 100 trader terbaik di Indonesia untuk berbagi pengalaman dan kemampuan trading mereka. Kami juga akan menjalin kerja sama penyedia e-wallet sebagai mitra untuk memudahkan pengguna dalam melakukan transaksi,” tutup Indra.

TaniGroup Digandeng International Finance Corporation, Optimalkan Gagasan E-commerce dan Fintech dalam Pertanian

TaniGroup (TaniHub & TaniFund) mengumumkan kerja sama dengan International Finance Corporation (IFC) untuk mendukung pertanian Indonesia. Dengan kerja sama ini, TaniGroup akan mendapatkan bantuan teknis guna memperluas layanan e-commerce dan fintech di bidang agrikultur. Kerja sama ini juga menjadi kolaborasi pertama yang dilakukan IFC dengan startup Indonesia.

Kerja sama TaniGroup dan IFC akan dilakukan dalam bentuk bantuan teknis (advisory) selama 2 tahun, berupa penyempurnaan standar prosedur operasional (SOP), efisiensi rantai distribusi, serta pembuatan beberapa tools untuk mengidentifikasi potensi daerah dan melakukan scoring bagi calon mitra petani maupun UMKM rekanan TaniGroup.

Eka Pamitra, President & Co-founder Tani Group, mengatakan, “Kami yakin layanan TaniGroup akan berkembang pesat dengan bantuan IFC. Sebab mereka sudah memiliki banyak pengalaman memberikan advisory kepada beberapa agribisnis besar, baik yang di dalam negeri maupun luar negeri.”

Tim IFC dan TaniGroup dalam sebuah forum diskusi di Jakarta / TaniGroup
Tim IFC dan TaniGroup dalam sebuah forum diskusi di Jakarta / TaniGroup

IFC merupakan lembaga keuangan internasional anggota World Bank Group yang memiliki tujuan membantu pembiayaan pembangunan negara-negara berkembang, melalui permodalan dan bantuan teknis pada sektor swasta. Bersama TaniGroup, IFC sepakat untuk mendorong inklusi keuangan dan meningkatkan dampak sosial, yaitu peningkatan pendapatan petani gurem serta keterlibatan wanita di bidang pertanian.

“Tanihub memungkinkan petani meningkatkan pendapatannya, dengan menjual hasil pertaniannya tanpa melalui tengkulak. Ini adalah model yang kita harap dapat menginspirasi Indonesia untuk berbuat lebih di dunia fintech,” sambut CEO IFC Philippe Le Houerou dalam sebuah kesempatan di Jakarta.

Eka menambahkan bahwa IFC akan membantu mengimplementasikan best practices yang sudah terbukti secara global ke dalam proses bisnis TaniGroup. Harapannya TaniGroup dapat beroperasi lebih baik, efisien, dan yang paling utama, memiliki dampak sosial yang besar bagi masyarakat.

Grab Receives IDR 29 Trillion Fresh Fund

Grab has secured new funding worth of $2 billion (equivalent with IDR 29 trillion), which brings the company to $11 billion valuations (IDR 159 trillion). The round includes previously announced investment from Toyota Motor Corp worth $1 billion.

Funding was acquired from several investors, including OppenheimerFund, Ping An Capital, Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, Cinda Sino-Rock Investment Management Company, All-Stars Investment, Vulcan Capital, Lightspeed Venture Partners, Macquarie Capital, and some undisclosed investors.

Grab continues to increase capital for the sustainable growth in dominating the ride-hailing market in Southeast Asia. Surprisingly, the news was announced right when its rival GO-JEK, launching its operation in Vietnam by the name Go-Viet.

Compared by valuation after the series of funding and business merger with Uber, Grab’s value has doubled GO-JEK. Indonesia’s first Unicorn has around $5 billion (IDR 72 trillion) valuation.

Both company, with a large investment, are showing off various service innovations as transportation options. Grab has just add some funtionality, including groceries delivery (partners with HappyFresh) to create the super app ecosystem in-app.

Tansportation sector brings a huge potential to Southeast Asia. According to Google and Temasek observation, the value will grow four times up by 2025 into $20.1 billion.

Market control is not without issues. A while ago, Singapore Competition and Consumer Commission of Singapore (CCCS) discovered a “double standard” by Grab post-Uber acquisition. It indicates a pattern trend in the market monopoly. The local government has given a warning for Grab not to reduce the transportation options (public) for locals.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Peroleh Dana Baru 29 Triliun Rupiah (UPDATED)

Grab telah membukukan pendanaan baru senilai $2 miliar (atau setara dengan 29 triliun Rupiah), yang membawa perusahaan pada valuasi senilai $11 miliar (159 triliun Rupiah). Putaran tersebut termasuk dana yang sudah diumumkan dari Toyota Motor Corp senilai $1 miliar.

Pendanaan ini didapat dari sejumlah investor, yakni OppenheimerFunds, Ping An Capital, Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, Cinda Sino-Rock Investment Management Company, All-Stars Investment, Vulcan Capital, Lightspeed Venture Partners, Macquarie Capital, dan beberapa investor lain yang tidak disebutkan.

Penguatan modal terus dilakukan oleh Grab, demi menciptakan pertumbuhan berkelanjutan demi menguasai pasar ride-hailing di wilayah Asia Tenggara. Menariknya kabar pengumuman tersebut terendus tepat saat rivalnya GO-JEK meresmikan kehadirannya di Vietman menggunakan nama Go-Viet.

Jika dibandingkan berdasarkan prakiraan valuasi, pasca rentetan pendanaan dan penggabungan unit usaha dengan Uber, nilai Grab sudah mencapai dua kali lipat GO-JEK. Unicorn pertama Indonesia tersebut memiliki valuasi sekitar $5 miliar (72 triliun Rupiah).

Dengan investasi besar, keduanya terus berunjuk gigi menawarkan berbagai inovasi layanan sebagai pengiring moda transportasi. Grab baru saja menambahkan beberapa fungsionalitas, termasuk pengiriman bahan kebutuhan sehari-hari (bekerja sama dengan HappyFresh) demi menciptakan ekosistem super app di aplikasinya.

Terlepas dari varian layanan pendukung, sektor transportasi membawa potensi yang sangat besar di Asia Tenggara. Menurut prakiraan Google dan Temasek, nilainya akan tumbuh empat kali lipat pada tahun 2025 mendatang menjadi bernilai $20,1 miliar.

Penguasaan pasar bukan berarti tanpa isu. Beberapa waktu lalu Singapore Competition and Consumer Commission of Singapore (CCCS) menemukan adanya “standar ganda” yang dilakukan Grab pasca akuisisi Uber. Temuan tersebut mengindikasi pola yang cenderung pada monopoli pasar. Pemerintah setempat telah memberikan teguran agar Grab tidak berusaha mengurangi opsi berkendara (umum) untuk warga setempat.

Application Information Will Show Up Here