Asia Pacific Media Forum 2018 Tantang Startup Hadirkan Solusi Otomasi Pemasaran dan Periklanan

Ajang kompetisi BIG BREAK diadakan sebagai bagian dari Asia Pacific Media Forum (APMF) 2018, mengajak perusahaan startup di Asia Pasifik untuk mengajukan solusi di bidang consumer engagement, pemasaran, dan periklanan dalam mengantisipasi revolusi industri yang tengah terjadi. Lima startup terpilih akan berkesempatan mempresentasikan proposalnya di hadapan sekitar 1000 orang delegasi APMF 2018 di Bali pada 2-4 Mei 2018 mendatang.

BIG BREAK merupakan kontribusi APMF dalam menciptakan ekosistem kreatif yang mendukung inovasi. Hal ini sejalan pula dengan salah satu prioritas Presiden Joko Widodo untuk membangun sebuah ekosistem kewirausahaan, industri dapat bergerak lincah dalam memanfaatkan potensi model baru ekonomi digital.

Startup yang tertantang untuk berpartisipasi dalam BIG BREAK 2018 dapat mengajukan proposalnya hingga 14 April 2018 melalui tautan http://apmf.com/bigbreak. Proposal yang masuk akan diseleksi oleh komite seleksi yang mencakup nama-nama terkemuka di bidangnya, antara lain Head of Media Indonesia and SEA Unilever Eka Sugiarto, Direktur Grup Radio dan Digital Kompas Group Andy Budiman, CEO Wavemaker Indonesia Ajay Gupte, Direktur Capella Digital Sunilkumar Suvvaru dan Managing Partner Ideosource Andi Boediman.

Di forum tahun ini para delegasi yang terdiri atas perusahaan, inovator, pencetak tren digital, dan media dari Asia Pasifik akan membahas bagaimana industri dapat tetap relevan di tengah revolusi yang tengah terjadi. Ketua APMF Andi Sadha mengungkapkan, “Di tengah pesatnya penerapan otomasi dan kecerdasan buatan, model bisnis dan keahlian-keahlian yang selama ini kita kenal terancam segera usang.”

McKinsey memprediksikan bahwa seluruh angkatan kerja dunia akan memasuki masa transisi pada tahun 2030. Hal ini seiring dengan semakin maraknya otomatisasi yang akan mempengaruhi seluruh disiplin dan bahkan menghapus hingga 60% dari angkatan kerja aktif saat ini.

“Oleh karena itu, pelaku industri membutuhkan cara dan solusi baru dalam menulis ulang model bisnisnya sehingga dapat tetap relevan di era baru ini. Di sinilah terdapat peluang bagi para perusahaan startup untuk berinovasi menjawab kebutuhan tersebut,” sambung Andi Sadha.

Founder & CEO DailySocial.id Rama Mamuaya yang tahun ini juga menjabat sebagai Ketua Komite Seleksi BIG BREAK mengungkapkan, “Perusahaan startup memainkan peran penting dalam memanfaatkan potensi yang tersimpan dalam ekonomi digital. Kami amat antusias menyambut solusi-solusi yang dapat mereka tawarkan bagi para pelaku industri untuk menjawab tantangan revolusi industri terkini.”

Selain berkesempatan untuk memberikan presentasi tentang solusi mereka, kelima startup terpilih juga akan mendapatkan satu tiket platinum untuk mengikuti seluruh sesi APMF 2018, dua tiket pameran, dan sesi berjejaring dengan lima kurator ternama.

Sejak pertama kali diluncurkan pada 2005, APMF kini hadir setiap dua tahun sekali dalam tiga format utama: Konferensi, yang melibatkan seluruh delegasi dan dipandu oleh puluhan pembicara dalam sejumlah sesi pendek; Advance Class, yaitu kelas-kelas intensif yang masing-masing dipandu oleh satu pembicara terkemuka dan memiliki jumlah peserta terbatas, sehingga peserta dapat langsung belajar dari ahlinya dan menyusun rencana aksi untuk bisnisnya; serta Expo, yaitu sebuah pameran beragam solusi terkini di bidang teknologi, komunikasi, dan digital.

Tahun ini, APMF 2018 juga menghadirkan satu format baru, yaitu Braindates, peserta dalam jumlah terbatas berkesempatan bertemu secara 1-on-1 dengan pembicara untuk berdiskusi lebih lanjut setelah sesi Konferensi.

APMF 2018 juga akan menghadirkan puluhan pembicara terkemuka di bidangnya, termasuk Nielsen Global Vice President Digital Audience Measurement Marissa McArdle, Universal Music Group Global Senior Vice President Brand Partnership Manuel Hubault, pendiri Frame A Trip Dian Sastrowardoyo, dan Wakil Ketua BEKRAF Ricky Pesik. Para pembicara akan menyampaikan temuan dan masukan terkini mengenai perilaku konsumen, aplikasi teknologi disruptif seperti big data, blockchain, dan machine learning, serta pergeseran lanskap media.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Asia Pacific Media Forum 2018

Rekapitulasi Sejumlah Kemeriahan April Mop 2018 di Industri Teknologi Indonesia

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kemeriahan April Mop selalu diikuti para pemain di ekosistem startup di Indonesia. DailySocial mencoba merangkum beberapa inisiatif yang dilakukan oleh para startup dalam merayakan April Mop. Berikut ini daftarnya.

Chief Everything Officer DailySocial

Episode khusus DSTour di tanggal 1 April 2018 menampilkan kantor DailySocial sekaligus memperkenalkan sosok penting yang menjadi tulang-punggung produktivitas di dalamnya. Secara khusus Chief Everything DailySocial, Hendro Saputro, memandu video kali ini. Ia memperkenalkan setiap sudut ruangan kantor DailySocial dan menjadi semua orang yang mengerjakan seluruh aktivitas bisnis.

Penasaran? Simak video di bawah ini.

Layanan berlangganan berbayar JagatPlay J.E.M.B.U.T.

Secara khusus JagatPlay meluncurkan J.E.M.B.U.T. akronim dari “JANGAN ENAK MEMBACA doank, BUTUH UANG TAUUU!!”, yakni sebuah layanan berita yang disajikan untuk pelanggan premium/berbayar. Dengan logo yang sangat ikonik, fitur ini menjanjikan paket berlangganan 1 bulanan, 6 bulanan, dan 1 tahunan. Informasi lebih lanjut seputar paket berlangganan ini, bisa diakses melalui tautan berikut ini.

Headgear 2.0 buatan GO-JEK

Helm pintar ini didesain dengan teknologi GO-JEK Dynamic Glass untuk menampilkan data digital dan holographic di dalam kaca helm. Produk ini bernama Headgear 2.0, dapat digunakan oleh konsumen GO-JEK untuk menikmati entertainment on the go dan membuat konsumen tetap stylish.

Headgear 2.0 dari GO-JEK / GO-JEK
Headgear 2.0 dari GO-JEK / GO-JEK

DycodeX kembangkan SMARTLover

SMARTLover adalah perangkat berbasis pelacak untuk membantu seseorang menemukan pasangan. Dari rilisnya di Facebook, DycodeX mengatakan perangkat tersebut dikembangkan untuk kemajuan hubungan manusia yang lebih baik di masa depan. DycodeX juga mengaku menjalin kerjas sama khusus dengan pengembang perangkat keras asal Tiongkok untuk memproduksi perangkat ini secara masal.

SMARTLover dari DycodeX / DycodeX
SMARTLover dari DycodeX / DycodeX

ASUS Indonesia ubah nama dan logo

ASUS Indonesia melalui akun Twitter-nya mengumumkan perubahan nama sekaligus logo menjadi SNSV. Sekilas mirip dengan sebuah grup musik girl-band asal Korea Selatan. Dengan logo barunya ini ASUS Indonesia mengharapkan pamor yang lebih meningkat di tahun 2018 ini.

Perubahan logo ASUS / ASUS Indonesia
Perubahan logo ASUS / ASUS Indonesia

Techinasia Indonesia kenalkan koin kripto

Techinasia Indonesia pada tanggal 1 April 2018 ini secara resmi mengumumkan TIA COIN. Yang menarik, koin ini dibangun berlandaskan asas kekeluargaan yang hakiki, tentu selain mengadopsi konsep cyrptocurrency. Untuk kegiatan penyebaran, TIA COIN juga dilengkapi aktivitas Airdrop, yakni bagi-bagi koin secara gratis. Tertarik untuk mendapatkan koinnya? Klik tautan berikut untuk informasi selengkapnya.

GrabMudik oleh iPrice Indonesia

Secara khusus iPrice mengirimkan rilis kepada beberapa media soal inisiasi GrabMudik, sebuah layanan baru di layanan on-demand Grab yang menyediakan akses kendaraan khusus untuk mudik. GrabMudik terdiri dari beberapa layanan, yakni GrabHeli, GrabDelman, dan GrabTruk Pasir. Dari namanya sudah bisa ditebak, moda transportasi apa yang ditawarkan.

Tampilan aplikasi GrabMudik yang didesain iPrice / iPrice
Tampilan aplikasi GrabMudik yang didesain iPrice / iPrice

Kejutan April Mop iPrice ini tidak ditanggapi baik pihak Grab, karena iPrice dianggap tidak meminta izin ke manajemen Grab di Indonesia. Kendati demikian, pihak iPrice sudah menyampaikan permohonan maaf resmi untuk Grab.

IDEC Kembali Adakan Workshop Kewirausahaan, Bahas “Pitch Deck” dan Layanan POS

Indonesia Entrepreneur Center (IDEC) akan kembali mengadakan acara bertajuk workshop dan seminar kewirausahaan. Kali ini memfokuskan untuk memberikan pengetahuan bagi wirausahawan digital yang tengah merintis bisnis di bidang ritel. Acara workshop bulan ini akan dilaksanakan pada 31 Maret 2018 mendatang bertempat di Wisma Barito Pacific, Jakarta Barat. Dalam acara ini akan dibahas tentang bagaimana seorang pemilik usaha dapat memberikan presentasi atau pitch yang baik ke investor.

Maredith Peng selaku direktur Connector.ID dan konsultan senior ANGIN akan menjadi pemateri dalam workshop ini. Meredith akan berbagi ilmu mengenai seperti apa yang baik, apa saja yang harus ada dalam sebuah pitch deck, dan apakah ada pitch deck berbeda untuk jenis investor yang berbeda. Meredith juga akan secara langsung mengajak peserta untuk membuat pitch deck dan akan memberikan tanggapan kepada pitch deck yang telah dibuat.

Selain acara workshop, IDEC juga akan menyelenggarakan seminar mengangkat tema peranan layanan berbasis Point of Sales (POS) untuk membantu akselerasi bisnis ritel. Pemateri yang dihadirkan adalah Bayu Ramadhan, VP Brand & Marketing MOKA. Secara khusus seminar ini mengangkat judul besar “Secret Suce to Increase Your Retail Business”. Seminar akan berlangsung pada 10 April 2018 mendatang, dimulai pukul 14.00 bertempat di Centennial Tower, Jakarta Selatan.

Dua acara tersebut di atas merupakan bagian dari komitmen IDEC untuk membantu peningkatan kualitas wirausahawan lokal. Sejak mengawali debut di tahun 2017, IDEC telah berhasil menyelenggarakan 23 kegiatan seminar/workshop dan 5 kegiatan bertema expert dating. Pendekatan berbasis event seperti ini dinilai menjadi langkah yang sesuai, karena dengan mempertemukan peserta dengan pelaku bisnis, berbagai pemahaman dapat ditanamkan secara efisien. Terlebih IDEC membatasi jumlah peserta di setiap acara, rata-rata berbentuk kelas kecil.

IDEC mengharapkan, dengan inisiatif yang digalakkan wirausahawan Indonesia tidak perlu mencari jauh-jauh kesempatan untuk belajar dari dan bertemu dengan mentor andal serta pakar dalam dunia bisnis. IDEC hadir di tengah masyarakat Indonesia untuk memfasilitasi wirausahawan Indonesia dengan seminar, workshop dan program kewirausahaan lainnya.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran ke acara, silakan kunjungi tautan berikut: workshop dan seminar.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk Indonesia Entrepreneur Center (IDEC).

Penerapan Kecerdasan Buatan untuk Sektor Ritel di Indonesia

Kecerdasan buatan (artificial intelligence) menjadi teknologi yang masih terus dieksplorasi di berbagai sektor, tak terkecuali ritel. Penerapannya cukup beragam, dari hulu ke hilir, dari siklus inisiasi produk sampai pelayanan. Namun demikian, jika melihat di Indonesia saat ini penerapan AI untuk ritel belum sampai menghasilkan otomasi atau augmentasi proses yang signifikan.

Sebelum lebih jauh, supaya bisa membayangkan konsep masa depan seperti apa, video berikut memberikan contoh penerapan AI yang lebih riil membantu bisnis ritel tradisional memaksimalkan pelayanan pelanggan:

Sejauh ini sudah ada beberapa studi kasus di sektor ritel yang berhasil mengoptimalkan sistem berbasis AI. Penerapannya umum diintegrasikan ke dalam sistem bisnis yang sudah ada, misalnya menjadi bagian dari aplikasi penjualan atau CRM, dipadukan dengan algoritma platform marketplace untuk pemetaan segmentasi pelanggan, sampai yang baru-baru ini banyak diunggulkan ialah layanan pembayaran.

Seperti layaknya sebuah investasi bisnis pada umumnya, pada akhirnya penerapan teknologi harus mampu diukur pada Return of Investment (ROI) yang akan didapatkan oleh bisnis.

Otomasi layanan pelanggan

DailySocial pernah melakukan sebuah survei bertajuk “Customer Services in Indonesia” pada tahun 2017 yang diikuti sekitar 1018 responden pengguna smartphone. Dalam survei tersebut disimpulkan beberapa hal, pertama ialah konsumen di Indonesia kebanyakan memiliki ketergantungan tinggi terhadap layanan pelanggan, baik untuk memberikan asistensi terhadap layanan yang disuguhkan ataupun menyampaikan komplain.

Survei DailySocial tentang tanggapan pengguna smartphone mengenai chatbot untuk layanan pelanggan
Survei DailySocial tentang tanggapan pengguna smartphone mengenai chatbot untuk layanan pelanggan

Temuan berikutnya, kendati belum banyak yang yakin terhadap manfaat layanan berbasis chatbot, responden mengaku bahwa otomasi layanan pelanggan berbasis chatbot akan memberikan banyak keuntungan, salah satunya terkait kecepatan dalam pelayanan. Di survei yang sama juga disinggung bahwa konsumen cukup merasa terbantu dengan adanya fitur rekomendasi yang diberikan pada sebuah layanan online atau berbasis aplikasi.

Dari penjelasan di atas, ada dua hal yang dapat difasilitasi dengan penerapan teknologi kecerdasan buatan, yakni layanan chatbot dan rekomendasi. Beberapa perusahaan di Indonesia sudah mulai mengimplementasikan secara penuh layanan tersebut. Jika pernah mendengar Vira (layanan chatbot pelanggan BCA), Mita (layanan chatbot pelanggan Mandiri), Shalma (layanan chatbot pelanggan milik Alfamart) dan beberapa lainnya.

Selanjutnya untuk sistem rekomendasi, ada dua mekanisme yang dapat diterapkan. Pertama ialah menanamkan algoritma khusus pada platform penjualan. Misalnya yang sudah banyak diterapkan sistem e-commerce saat ini, mekanismenya seperti ini. Misalnya seseorang tengah mencari barang X, maka ia akan melakukan pencarian. Berlandaskan data profiling yang dimiliki dari histori transaksi dan sebagainya, platform tersebut dapat memberikan rekomendasi produk yang tepat. Ujungnya memberikan konversi penjualan yang lebih baik.

Kemudian mekanisme kedua, yakni memanfaatkan kanal digital marketing yang saat ini ada. Layanan seperti media sosial sejatinya sangat membantu untuk sistem rekomendasi seperti ini. Mereka menyediakan kemampuan untuk menargetkan iklan produk atau layanan tertentu pada pengguna yang pas. Fungsinya untuk memberikan rekomendasi secara tidak langsung, yang berujung pada konversi penjualan atau kunjungan layanan.

Tentu kita pernah mendapati kejadian, saat sebelumnya melakukan pencarian produk melalui mesin pencari atau platform penjualan tertentu, lalu ketika kita membuka media sosial ataupun situs lain yang memiliki iklan, maka konten iklan yang ditampilkan adalah produk-produk yang dicari tadi.

Sistem pembayaran

Di sini, realisasi Amazon Go menjadi salah satu inovasi bisnis ritel pintar yang mampu memanfaatkan teknologi untuk otomasi sistem pembayaran. Sensor yang dipasangkan memungkinkan melacak barang yang diambil konsumen, lalu secara otomatis memotong saldo di aplikasi.

Di Indonesia, algoritma AI ditanamkan pada sistem pembayaran atau e-commerce untuk mencegah beberapa kemungkinan buruk, yang paling banyak untuk mendeteksi fraud. Jika melihat kasus yang banyak terjadi –misalnya order fiktif di layanan—sangat perlu disiasati dengan sistem otomasi. Di fase awal seperti ini meningkatkan kepercayaan kepada pengguna menjadi poin penting yang layak diperjuangkan.

Namun kecerdasan buatan tidak hanya berhenti di situ saja, banyak skenario lain yang bisa diaplikasikan untuk industri ritel di Indonesia. Bidang lain misalnya logistik untuk membantu penyampaian produk oleh peritel, beberapa inovasi seperti drove delivery banyak mencuat beberapa waktu terakhir. Atau untuk optimasi produksi dengan sistem manufaktur modern, robot-robot yang ada di pabrik didesain semakin pintar dengan berbagai algoritma komputer cerdas.

Kondisi Terkini Industri Kreatif di Yogyakarta

Sebuah survei dilakukan terhadap pelaku industri kreatif di Yogyakarta oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY, bekerja sama dengan Asosiasi Digital Kreatif (ADITIF) Yogyakarta dan JakPat yang melibatkan 84 responden pelaku usaha kreatif di berbagai bidang, termasuk startup digital. Dari data yang didapat, kategori usaha kreatif yang paling banyak di Yogyakarta ialah bidang agensi kreatif, pemasaran digital, dan media. Disusul kategori lain yakni e-commerce, pengembang aplikasi permainan dan animasi, jasa teknologi, dan pendidikan.

Ketegori pelaku usaha kreatif di Yogyakarta / ADITIF
Ketegori pelaku usaha kreatif di Yogyakarta / ADITIF

Menurut Ketua Umum ADITIF Saga Iqranegara, pertumbuhan industri kreatif di Yogyakarta sudah terlihat dalam satu dekade terakhir. Banyak faktor yang mendukung Yogyakarta dinilai nyaman bagi industri kreatif. Pertama ialah ketersediaan sumber daya manusia, ditopang banyaknya perguruan tinggi dengan berbagai jurusan. Di luar kampus, berbagai komunitas kreatif bisa ditemukan di kota ini sebagai sarana untuk berbagi informasi dan pengetahuan antar anggotanya.

Faktor kedua, menurut Saga, Yogyakarta terkenal dengan biaya hidup yang relatif murah. Dari segi infrastruktur yang dibutuhkan seperti internet dan sewa bangunan bisa dikatakan cukup terjangkau. Hal ini menjadikan Yogyakarta sebagai kota yang ramah untuk tumbuhnya perusahaan rintisan (startup) digital. Karena faktor-faktor itu, potensi industri kreatif digital di Yogyakarta sangat luar biasa besar.

Temuan menarik berikutnya soal pendanaan dari pelaku usaha kreatif di Yogyakarta. Data hasil survei menyebutkan, bahwa sebagian besar pendanaan untuk usaha didapat dari modal pribadi sang pemilik usaha (68%), sisanya dari pemodal ventura (7%), investor perorangan (7%), dan sumber lainnya. Kendati dari statistik tersebut bisa dikatakan bahwa pelaku usaha kreatif di Yogyakarta tidak banyak tersentuh investor, mereka bisa membuktikan proses bisnis yang relevan atas usahanya. Terbukti dari hasil survei yang menanyakan omset bisnis, jawaban terbanyak antara Rp300 juta – Rp2,4 miliar.

Kisaran omset usaha para pelaku kreatif di Yogyakarta / ADITIF
Kisaran omset usaha para pelaku kreatif di Yogyakarta / ADITIF

Sebelumnya banyak juga yang beranggapan, banyaknya usaha kreatif yang berdomisili Yogyakarta merupakan ekstensi atau cabang pembantu dari perusahaan yang berpusat di Jakarta. Beberapa startup seperti GO-JEK, Kitabisa, hingga Tiket.com memang memiliki kantor cabang di sini. Namun survei menemukan fakta bahwa 72% dari pelaku industri kreatif berdomisili asli (atau berkantor pusat) di Yogyakarta, sisanya memanfaatkan kantor di Yogyakarta sebagai cabang pembantu.

Didominasi startup tahap awal

Fokus lain yang coba dirangkum survei tersebut adalah seputar tahapan bisnis usaha kreatif di Yogyakarta. Dari pengakuan para responden, sebanyak 49% mengatakan bisnisnya tengah dalam tahap pertumbuhan (growth), 29% perluasan bisnis (expansion), 15% dalam tahap pengembangan (product development), 6% dalam tahap pematang (maturity), dan sisanya 1% dalam tahap bertahan (survival). Indikasinya karena sebagian bisnis kreatif di Yogyakarta masih dalam tahap usaha kecil menengah dengan anggota tim yang tidak banyak.

Rata-rata jumlah karyawan pelaku usaha kreatif di Yogyakarta / ADITIF
Rata-rata jumlah karyawan pelaku usaha kreatif di Yogyakarta / ADITIF

Lantas menjalankan bisnis di tempat yang relatif “ramah” ternyata tidak serta-merta membuat para pelakunya bebas dari masalah. Ada beberapa tantangan yang dikeluhkan oleh para pelaku bisnis di Yogyakarta. Dan menariknya tantangan yang dinilai paling memberatkan justru hal yang selama ini orang gadang-gadangkan banyak tersedia di Yogyakarta, yakni masalah SDM. Asumsi tersebut ternyata tidak sepenuhnya benar, banyaknya kampus yang melahirkan lulusan ternyata tidak membuat para pelaku usaha mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan talenta yang membantu bisnisnya berkembang,

Tantangan utama bisnis yang dirasakan pelaku bisnis di Yogyakarta / ADITIF
Tantangan utama bisnis yang dirasakan pelaku bisnis di Yogyakarta / ADITIF

Sama seperti di kota-kota lain, talenta yang sulit dicari umumnya berkaitan dengan teknis pengembangan produk. Karena rata-rata perusahaan digital yang menjadi responden memang mencoba melakukan pengembangan produk dan layanan memanfaatkan medium teknologi. Sejauh ini hal yang dilakukan untuk mencari talenta terkait dilakukan dengan membuka lowongan pekerjaan di situs atau media sosial, dilanjutkan internship, talent development, job fair dan pemanfaatan layanan head hunter.

Talenta yang sulit didapatkan oleh pelaku usaha kreatif di Yogyakarta / ADITIF
Talenta yang sulit didapatkan oleh pelaku usaha kreatif di Yogyakarta / ADITIF

Terkait tantangan yang banyak dikeluhkan pelaku usaha Saga menuturkan, “Yang paling penting adalah menambah jumlah institusi pendidikan yang mampu menelurkan talenta yang dibutuhkan industri ini. Dari sisi infrastruktur, jangkauan koneksi internet broadband juga perlu diperluas. Angel investor sebagai pihak yang membantu mendanai tahap awal pendirian startup juga sangat dibutuhkan di Yogyakarta. Dan tidak kalah pentingnya adalah adanya dukungan dari pemerintah daerah, terutama dari sisi regulasi.”

Temuan lain terkait dengan legalitas bisnis, 55% pelaku usaha yang menjadi responden sudah berbadan hukum berbentuk PT, sebanyak 12% berbentuk CV dan sisanya yakni sebanyak 20% belum memiliki badan hukum untuk usahanya. Beberapa yang dikeluhkan dari yang belum berbadan hukum karena proses yang tidak mudah, aturan yang rumit, dan biaya yang mahal. Sementara itu bagi yang sudah berbadan hukum melakukannya karena kebanyakan klien atau investor membutuhkan legalitas, seperti untuk urusan perpajakan atau kepemilikan.

Pemerintah setempat akan terus bekerja sama dengan asosiasi untuk membentuk komunitas yang dapat mendampingi para pelaku usaha secara langsung. Pendekatan berbasis komunitas ini dirasa efektif dengan iklim bisnis di Yogyakarta.

Untuk informasi selengkapnya mengenai survei tersebut di atas, unduh melalui tautan berikut: klik di sini.

“ADITIF menampung aspirasi dari para anggotanya. Beberapa hal yang terkait dengan pemerintah daerah, kami bantu untuk menyuarakannya. ADITIF juga berperan aktif menyelenggarakan kegiatan bursa kerja khusus untuk industri kreatif digital di Jogja. Untuk tahun 2018 ini, ADITIF memiliki program untuk menumbuhkan investor baru di bidang kreatif digital. Kami berharap akan muncul angel investor baru dari kalangan pengusaha di daerah yang mulai melirik untuk berinvestasi di dunia startup digital,” pungkas Saga.

Komunitas bisnis kreatif yang ada di Yogyakarta / ADITIF
Komunitas bisnis kreatif yang ada di Yogyakarta / ADITIF

Ruangkerja Fasilitasi Korporasi Bangun Kanal Belajar Terpadu untuk Karyawan

Bersamaan dengan ajang konferensi “Learning Innovation Summit 2018” yang diadakan di Jakarta belum lama ini, Ruangguru mengumumkan kerja sama strategisnya dengan Pertamina Corporate University. Kerja sama tersebut secara khusus ditujukan untuk pengembangan mobile based corporate learning bernama “Ruangkerja”, sebuah portal belajar daring mandiri yang didesain khusus untuk membantu pekerja di korporasi mengembangkan keterampilan.

Pengembangan layanan mobile tersebut berangkat dari keinginan Pertamina menjangkau setiap karyawan di seluruh wilayah operasi untuk bisa mendapatkan akses materi belajar yang sama. Platform Ruangkerja berisi modul pelatihan yang disusun menggunakan pendekatan journey based learning dan micro learning. Seluruh karyawan Pertamina nantinya dapat mengakses platform ini untuk meningkatkan kompetensi diri.

Platform ini juga dilengkapi dengan fasilitas chatting yang memungkinkan tutor dan pembelajar melakukan interaksi secara langsung. Untuk setiap modul yang berhasil dikuasai dengan baik, peserta akan diapresiasi dengan Sertifikat Kompetensi yang diakui oleh perusahaan.

Untuk saat ini Ruangkerja memang baru difokuskan untuk diaplikasikan di lingkungan kerja Pertamina saja. DailySocial mencoba mengkonfirmasi ke pihak Ruangguru terkait rencana ke depan. Pihaknya mengaku sudah ada agenda untuk membuat platform Ruangkerja dapat digunakan secara lebih luas. Namun rencana tersebut belum bisa dipaparkan secara detail.

Gambaran prospek layanan e-learning untuk pasar bisnis

Menurut hasil penelitian dari elearningindusry.com di tahun 2017, negara dengan tingkat pertumbuhan adopsi e-learning tertinggi adalah India (55%), disusuk Tiongkok (52%), Malaysia (41%), dan Romania (28%). Indonesia sendiri berada di urutan ke 8 dengan pertumbuhan sebesar 25% setiap tahunnya. Angka ini lebih besar dari rata-rata Asia Tenggara sebesar 17,3%.

Salah satu tren menarik, pasar B2B (Business-to-Business) mulai menerima sistem e-learning untuk diaplikasikan di korporasi. Masih dari hasil riset yang sama, disebutkan instansi publik di Amerika Serikat 77% memanfaatkan e-learning untuk program pelatihan korporasi demi meningkatkan keterampilan pekerjanya. Di sisi industri, pangsa pasar online corporate training meningkat 13% per tahun.

Hasil penelitian lain,  dari The 2014 Training Industry Report, sebesar 29% perusahaan secara global baik kecil, menengah, dan besar berminat membeli perangkat lunak dan jasa e-learning. Selain itu, sebesar 41% perusahaan berminat untuk membeli jasa Learning Management System (LMS).

Application Information Will Show Up Here

Media Sosial Lokal “Oorth” Resmikan Platform Web dan Aplikasi iOS

Bertempat di Solo, hari ini (21/3) aplikasi media sosial lokal berbasis komunitas “Oorth” secara resmi meluncurkan aplikasi iOS dan website. Di fase awalnya menjelang akhir 2017 lalu, Oorth hadir di platform Android. Momentum peluncuran ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi Oorth menjadi media sosial yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Untuk versi web, layanan dapat diakses melalui alamat http://www.oorth.me/.

Selain memiliki fitur untuk chatting bagi komunitas, berbagi foto dan video layaknya media sosial pada umumnya, Oorth mempunyai fitur lain berupa digital wallet dan donasi stream. Hal ini memungkinkan komunitas-komunitas yang terdaftar dan terverifikasi di Oorth bisa melakukan penggalangan dana dan iuran komunitas secara digital. Pengguna Oorth sendiri dapat menjadi donatur dalam penggalangan dana yang diadakan oleh komunitas-komunitas tersebut melalui digital wallet yang disebut Skypay.

Skypay ini mirip dengan berbagai layanan pembayaran yang menempel di platform online. Pengisian saldo Skypay bisa dilakukan dengan cara mentransfer melalui bank-bank atau merchant yang sudah bekerja sama dengan Oorth.

Aplikasi Oorth sendiri dikembangkan Skynosoft Portal Prime, sebuah perusahaan software developer berbasis di Solo, Jawa Tengah. Perusahaan ini dikembangkan Krishna Adityangga sebagai Chief Executive Officer (CEO) bersama dua rekannya Dhanny Ardiansyah sebagai Chief Technology Officer (CTO) dan Mulyono Herman sebagai Chief Information Officer (CIO).

“Berawal dari keresahan karena belum ada media sosial yang mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan komunitas secara digital dan bagaimana media sosial bukan hanya menjadi ajang untuk mencari eksistensi diri, tetapi juga memberikan manfaat bagi banyak orang,” ujar Krishna Adityangga.

Krishna  menambahkan bahwa di era digital saat ini banyak hal yang bisa ditransformasikan ke dalam bentuk digital, termasuk kegiatan-kegiatan komunitas. Kehadiran Oorth sekaligus menjadi bukti bahwa industri teknologi tidak hanya berkembang pesat di kota-kota besar seperti Jakarta, tetapi juga di daerah seperti Solo.

Dari data yang dipaparkan, sejak diluncurkan pada Oktober 2017 lalu, jumlah pengguna Oorth sudah mencapai 34 ribu. Berdasarkan usia pengguna, Oorth diakses oleh masyarakat usia 25-34 tahun sebanyak 31,01%, usia 35-44 tahun sebanyak 22,37%, dan usia 18-24 tahun sebanyak 20,63%. Pengguna Oorth bukan hanya berasal dari Indonesia saja, tetapi sudah digunakan oleh masyarakat internasional dan komunitas-komunitas yang ada di luar negeri seperti di Hong Kong, Australia, Malaysia, Singapura, dan lain-lain.

Untuk menguatkan kehadirannya, Oorth juga sudah bekerja sama dengan berbagai institusi, perusahaan, dan komunitas dalam rangka pengembangan aplikasi agar lebih menjawab kebutuhan pengguna. Misalnya dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di mana masyarakat cukup membayar zakat melalui aplikasi Oorth.

Mengangkat tema Find Easiness, Oorth ingin memberikan solusi kemudahan bagi pengguna dan komunitas-komunitas untuk terus terhubung dan membantu sesama. Kemudahan tersebut di antaranya dengan fitur chatting baik secara personal maupun dalam grup komunitas. Fitur News menyajikan berita-berita terkini dari berbagai portal online agar pengguna dapat selalu update informasi.

Kelebihan lain yang coba diusung dari media sosial Oorth adalah menekankan pada isu humanity, dengan harapan dapat menjadi platform untuk melakukan penggalangan dana, donasi, crowdfunding atau fundraising.

“Ke depannya kami akan terus jalin kerja sama dengan beragam institusi dan komunitas agar semakin banyak orang yang mendapatkan manfaat dari media sosial Oorth ini. Apalagi sekarang sudah bisa diakses di Android, iOS, dan Web,” ujar Krishna.

Application Information Will Show Up Here

Eksplorasi Perancangan Digital Modern Berbasis Kebutuhan Manusia di CHIuXiD 2018

Di era digital seperti saat ini, banyak investasi masuk baik dari internasional maupun lokal untuk dapat menjajaki pasar melalui berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi. Khususnya di Indonesia, masyarakat Indonesia yang semakin akrab dengan gadget dan internet dinilai menjadi peluang besar bagi investor untuk menciptakan inovasi bisnis. Bisnis baru dengan pemanfaatan teknologi atau yang dikenal dengan startup tentu saja tidak pernah lepas dari bidang User Experience (UX) dan Human-Computer Interaction (HCI).

UX dan HCI merupakan bidang ilmu perancangan sebuah produk dan layanan digital, manusia sebagai seorang pengguna ditempatkan di posisi utama dari sebuah alur perancangan sehingga dapat menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi penggunanya. Bidang ilmu UX dan HCI terus berkembang karena dapat digunakan untuk mengoptimalkan nilai dari suatu bisnis, contohnya kemudahan seseorang menggunakan suatu aplikasi cenderung membuat pengguna tersebut dapat berinteraksi dan mempengaruhi keputusan dari pengguna, misalnya pembelian sesuatu.

Perkembangan ilmu UX dan HCI cukup pesat di Indonesia, dikarenakan manfaatnya serta kebutuhannya di pasar semakin tinggi. Maka dari itu, terbentuklah Indonesia ACM SIGCHI Chapter, sebuah Chapter profesional di Indonesia yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat, Asosiasi Mesin Komputasi dengan Kelompok Kepentingan Khusus di bidang Interaksi Manusia Komputer pada tahun 2014 yang kemudian berkembang menjadi berbadan hukum di Indonesia: Perkumpulan Interaksi Desain Indonesia (PIDI).

Organisasi ini selalu menyelenggarakan acara konferensi CHIuXiD (Computer Human Interaction and User Experience Indonesia) sejak 2015. CHIuXiD merupakan suatu acara konferensi internasional rutin tahunan di bawah ACM SIGCHI yang diadakan pertama kali di tahun 2015 di Bandung untuk para akademisi, profesional, dan para pengembang HCI dan UX lainnya. Tahun 2016 dan 2017, konferensi CHIuXiD diadakan di Jakarta. Tidak hanya itu, acara yang pernah mendatangkan pembicara dari perusahaan berbasis ternama, seperti Google, eBay, Intel, Salestock, Blibli juga menyelipkan beberapa kegiatan menarik lainnya seperti workshop, business stories, student design challenge, community outreach, serta academic presentation

Dengan berhasilnya acara-acara tersebut, pada tahun 2018 ini PIDI kembali menggelar acara CHIuXiD 2018 dengan tema Designing for Intelligence. Banyak sekali area fokus mengenai desain intelijen tersebut yang akan dibahas pada konferensi ini. Salah satunya adalah penggunaan cryptocurrency, cloud computing, smart technologies dan sebagainya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Menariknya, tahun ini acara CHIuXiD 2018 akan diselenggarakan di tiga kota selama 8 hari, yaitu Yogyakarta, Jakarta, dan Malang pada tanggal 23-29 Maret 2018. Perbedaannya, pada tahun ini, program student design challenge dikembangkan menjadi hacksprint yang dibuka untuk setiap kalangan, tidak hanya mahasiswa tetapi juga pelajar SMA. Tahun ini, CHIuXiD mendatangkan 10 pembicara dari berbagai negara dan berbagai latar belakang, baik akademisi, maupun praktisi.

Program acara baru yang akan dipresentasikan pada acara tahun ini adalah outreach workshop dan UX Clinic. Sebagai pembicara utama dari acara ini di antaranya Dr Daria Loi yang merupakan Senior Principal Engineer Intel, Prof Geraldine Fitzpatrick (TU Wien, Austria), Dr Dharani Perera-Schulz (Design Lead, Grab), Prof Janet Read (University of Central Lancashire, United Kingdom), dan masih banyak lagi.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi situs resminya: http://2018.chiuxid.org.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner CHIuXiD 2018

Tren Perkembangan Media Sosial untuk Pemasaran Digital

Media sosial masih menjadi platform yang sangat menarik untuk dieksplorasi dalam kaitannya dengan bagaimana brand atau publisher mengembangkan kanal pemasaran melaluinya. Namun banyak diakui, ada banyak tantangan yang harus dipecahkan, baik dari sisi penyesuaian dengan platform ataupun audience. Pasalnya Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar di sini, seiring dengan pertumbuhan adopsi internet dan smartphone.

Chief of Strategy Socialbakers Moses Velasco secara khusus membagikan pandangannya tentang bagaimana tren media sosial untuk pemasaran yang ada saat ini. Melihat perkembangannya di Indonesia, Moses menuturkan bahwa adopsi yang sangat luas dari media sosial membuat konsumen beralih menjadi mobile-centric consumer. Sederhananya semua kini menjadi consumable di platform mobile apps.

Implikasinya brand dan publisher harus jeli dengan strateginya merangkul audience yang ditargetkan. Moses melihat bahwa generasi Y masih menjadi salah satu pangsa pasar konsumer terbesar, dengan tren mobile yang disebutkan hal terpenting yang perlu diperhatikan untuk memenangkan pangsa pasar di media sosial adalah brand. Misalnya dengan mengilhami konteks bahwa generasi Y lebih menyukai konten visual ketimbang teks.

Pergeseran konsumsi konten tersebut ditunjukkan Moses dengan menyuguhkan data tentang tren engagement di Twitter yang cenderung terus menurut. Pasalnya Twitter memang media sosial yang fokus utamanya menyampaikan informasi dan konten dalam bentuk teks.

Gambaran engagement pengguna Twitter di Indonesia / Socialbakers
Gambaran engagement pengguna Twitter di Indonesia / Socialbakers

Perkembangan media sosial itu sendiri berhasil mengubah sebuah paradigma baru, yakni mendorong kepercayaan melalui konten yang dibagikan. Setelah konten yang sesuai maka kunci selanjutnya ialah membangun engangement, yakni memastikan konten yang dipublikasikan sampai kepada audience dengan segmentasi yang tepat. Moses turut mengomentari seputar tren platform media sosial saat ini, konten tidak ditampilkan secara kronologis tapi didasarkan pada algoritma tertentu.

Chief of Strategy Socialbakers, Moses Velasco / DailySocial
Chief of Strategy Socialbakers, Moses Velasco / DailySocial

Artinya untuk mencapai target engagement, kebanyakan brand atau publisher tidak bisa hanya mengandalkan perolehan organik saja. Media sosial telah didesain sedemikian rupa sehingga mendorong orang-orang yang memiliki kebutuhan untuk menjangkau audience untuk melakukan promosi berbayar. Positifnya, mereka menyediakan targeting yang cukup relevan, sehingga dikembalikan lagi efektivitasnya akan sangat bergantung strategi media sosial yang digencarkan.

Berkaitan dengan strategi publikasi berbayar sendiri erat kaitannya dengan seberapa besar nominal CPC (Cost per Click) sebagai salah satu indikator keberhasilan konversi dari konten. Menurut data Socialbakers, nilainya setiap bulan dalam satu tahun cenderung meningkat, kendati di wilayah Asia Tenggara masih tergolong lebih rendah.

Gambaran pertumbuhan CPC di wilayah regional / Socialbakers
Gambaran pertumbuhan CPC di wilayah regional / Socialbakers

Mengoptimalkan capaian kampanye media sosial

Moses Velasco mengatakan untuk memenangkan kampanye pemasaran di media sosial ada dua hal yang harus diperhatikan oleh para brand dan publisher. Pertama ialah harus benar-benar mengetahui siapa audience yang ditargetkan secara mendetail. Dengan mengetahui audience akan mempengaruhi bagaimana strategi yang akan digencarkan pada tahapan-tahapan berikutnya. Media sosial sendiri sudah sangat terfragmentasi, dengan karakteristik pengguna yang sangat beragam.

Lalu yang kedua setelah memahami siapa audience yang dituju ialah menentukan strategi konten dan paltform yang digunakan. Ini didasarkan pada karakteristik audience tadi. Sebagai contoh para brand saat ini gencar menyasar pangsa pasar generasi millennials. Karakteristiknya mereka lebih suka menikmati konten visual berupa gambar atau video pendek. Platform media sosial yang mengakomodasi kebutuhan tersebut, seperti Instagram atau Snapchat lalu bisa dipilih untuk penyebaran konten.

Berbicara tentang millennials salah satu yang tak kalah populer adalah platform Live Video atau Story. Menurut Moses platform ini dapat dimanfaatkan sebagai upaya melakukan pendekatan dengan audience. Namun saat dihubungkan tentang peran media sosial sebagai platform pemasaran, memang akan masih banyak hal yang perlu digalakkan. Platform live video prinsipnya masih sama, menyebarkan informasi dengan prinsip one-to-many broadcast, hanya saja ada keuntungan berupa interaksi secara langsung yang ditawarkan.

Adopsi konten berformat Live Video di berbagai negara / Socialbakers
Adopsi konten berformat Live Video di berbagai negara / Socialbakers

Selain itu komputasi pintar seperti yang ditawarkan teknologi Artificial Intelligence (AI) menurut Moses juga akan menjadi bagian penting dalam membantu pemasaran digital melalui media sosial. Algoritma yang diterapkan selalu berusaha untuk membantu pengguna melakukan analisis dan mendapatkan hasil yang lebih sesuai dengan engagement yang diharapkan. Model komputasi cerdas ini juga yang ditawarkan layanan Social Media Optimization (SMO) seperti Socialbakers.

SMO mencoba memetakan dan menganalisis data sehingga didapat sebuah hasil berupa tindakan yang perlu dilakukan, pangsa pasar mana yang ditargetkan, serta pendekatan konten seperti apa yang perlu dilakukan. Intinya SMO memastikan tindakan pemasaran yang dilakukan melalui media sosial menjadi lebih terukur dan memiliki capaian yang bisa diproyeksikan.

Mengenal Cryptocurrency dan Mekanisme Transaksinya

Istilah cryptocurrency makin diperbincangkan pasca meningkatnya berbagai jenis uang virtual seperti Bitcoin mulai banyak diminati sebagai investasi karena nilainya yang terus meningkat secara fluktuatif. Artikel ini akan mengulas tentang konsep dasar cryptocurrency, bagaimana sistem di dalamnya bekerja, fakta-fakta berkaitan dengan sistem tersebut, dan apa yang coba ditawarkan sebagai sebuah disrupsi dalam tatanan bisnis finansial.

Pengertian cryptocurrency

Secara etimologis, cryptocurrency tersusun dari dua kata, yakni crypto yang merujuk pada cryptography atau bahasa persandian dalam dunia komputer dan currency yang merujuk pada nilai mata uang. Dapat ditarik definisi bahwa cryptocurrency adalah sebuah mekanisme mata uang digital yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara virtual (melalui jaringan internet) yang dilindungi sebuah persandian komputer yang rumit.

Lantas apa yang membedakan dengan mata uang yang saat ini umum digunakan, seperti mata uang Rupiah, yang juga sudah banyak digunakan untuk transaksi secara digital? Cryptocurrency memiliki sifat terdesentralisasi, sedangkan model transaksi yang selama ini sering digunakan dalam masyarakat sifatnya tersentralisasi.

Berikut penjelasan tentang perbedaan dua sifat tersebut dalam sebuah studi kasus.

Sifat tersentralisasi dicontohkan pada model transaksi yang selama ini sering digunakan oleh masyarakat. Misalnya dalam kasus ini dicontohkan orang tua yang ingin mengirimkan uang kepada anaknya di perantauan, maka yang ia lakukan ialah menggunakan layanan perbankan (ATM, Mobile Banking, atau datang langsung ke bank terkait) lalu mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening anaknya tersebut. Transaksi tersebut pada dasarnya dilakukan melalui perantara bank dan layanan yang dipercaya.

Jadi prosesnya uang yang ditransfer sebenarnya masuk ke bank terlebih dulu, lalu diteruskan ke penerima. Prosesnya real time sehingga perpindahan tersebut tidak terasa. Namun yang cukup dirasakan justru karena prosesnya melalui perantara, maka ada imbalan yang harus dibayarkan, yakni berupa biaya administrasi, baik yang dikeluarkan saat itu juga (jika mengirimkan ke rekening bank yang berbeda) atau dalam biaya administrasi yang dikenakan setiap bulan.

Ilustrasi proses transaksi keuangan yang tersentralisasi
Ilustrasi proses transaksi keuangan yang tersentralisasi

Sedangkan sifat terdesentralisasi artinya tidak ada yang menjadi penengah atau pihak khusus yang menjadi perantara. Transaksi dilakukan secara peer-to-peer dari pengirim ke penerima. Seluruh transaksi dicatat dalam komputer yang berada di jaringan tersebut, di seluruh dunia, atau disebut dengan miner (penambang yang ikut membantu mengamankan dan mencatat transaksi di jaringan). Miner sendiri akan mendapatkan komisi dengan uang virtual yang digunakan, namun tidak semua orang bisa menjadi miner, karena dibutuhkan keahlian khusus dengan pemrosesan komputasi yang rumit untuk memecahkan kriptografi yang digunakan. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa para penambang cryptocurrency umumnya menggunakan komputer berspesifikasi tinggi dan khusus.

Ilustrasi proses transaksi keuangan yang terdesentralisasi
Ilustrasi proses transaksi keuangan yang terdesentralisasi

Sifat desentralisasi ini yang menjadi DNA sistem Blockchain. Pada dasarnya Blockchain menjadi platform yang memungkinkan mata uang digital cryptocurrency dapat digunakan untuk bertransaksi.

Pengertian Blockchain

Blockchain adalah sistem pencatatan atau basis data yang tersebar luas di internet, sering disebut juga sebagai distributed ledger. Setiap transaksi yang dicatat juga dapat dilihat oleh seluruh pengguna internet. Jadi Blockhain juga bisa didefinisikan sebagai sebuah buku besar yang bisa diakses oleh siapa saja, termasuk orang yang tidak melakukan transaksi. Blockchain juga memiliki beberapa ciri khas dalam melakukan transaksi dan pencatatan, yakni sebagai berikut:

  1. Memiliki perhitungan yang lebih logis

Pada dasarnya Blockhain adalah sesuatu yang dapat dihitung secara matematis, karena blok-blok yang ada di dalamnya berbentuk kode yang dapat diterjemahkan dan diverifikasi developer. Algoritma di dalamnya membuat nilainya bisa lebih terukur, berbeda dengan mata uang yang sehari-hari digunakan saat ini. Misalnya USD, nilainya biasanya dikontrol oleh Bank Sentral di Amerika Serikat. Mereka bebas untuk mencetak seberapa banyak yang dalam masa tertentu, termasuk implikasi suku bunga.

Berbeda dengan cryptocurrency, karena berbasis perhitungan matematis yang terstruktur, bahkan jumlah sebaran mata uangnya pun dapat diprediksikan. Sehingga semua orang bisa tahu, tiga tahun lagi akan ada berapa banyak uang digital yang ada di dunia. Bahkan nilai inflasinya pun dapat dikalkulasi dengan baik. Salah satu gambaran pertumbuhannya dapat diakses dalam grafik berikut: https://bashco.github.io/Bitcoin_Monetary_Inflation.

Proyeksi jumlah dan inflasi Bitcoin
Proyeksi jumlah dan inflasi Bitcoin
  1. Memiliki keamanan yang mumpuni

Manfaat sifat terdesentralisasi Blockchain adalah tidak ada data yang dipusatkan di satu tempat. Semua tersebar ke server para miner, alias para penambang yang ikut membantu mengamankan jaringan Blockchain. Untuk menjadi miner pun mereka harus secara akurat memecahkan algoritma perhitungan yang ada, sehingga tercipta blok baru (dengan komisi berupa nominal uang digital). Karena informasinya tersebar, jika ada hacker yang mencoba membobol sistem pun mereka harus bisa minimal mengontrol 50% dari komputer miner yang ada di jaringan.

Cryptocurrency yang ada saat ini

Ada beberapa jenis cryptocurrency yang saat ini sudah banyak digunakan, misalnya Bitcoin, Ethereum, Litecoin, Monero, atau Ripple. Bitcoin menjadi uang digital yang pertama kali diluncurkan, dan saat ini menjadi yang paling bernilai. Salah satu keunikannya, Bitcoin ini hanya diciptakan sampai 21 juta koin saja (diprediksikan baru akan habis ditambang pada tahun 2140 mendatang), ini merupakan protokol yang tidak dapat diganggu gugat karena sudah menjadi kesepakatan sejak awal.

Adanya batas sebaran yang sudah pasti, membuat Bitcoin tidak bisa dipalsukan ataupun mengalami inflasi. Bitcoin turut menjadi awal baru dari transformasi finansial. Dengan Bitcoin memungkinkan orang untuk melakukan transaksi secara global dengan perangkat komputasi, tanpa perlu adanya perantara seperti bank atau layanan lainnya.

Yang saat ini tak kalah populer adalah Ethereum, yang diciptakan Vitalik Buterin pada tahun 2015. Konsepnya hampir sama dengan Bitcoin, karena sama-sama dibangun pada jaringan Blockchain. Di sini para miner bekerja untuk mendapatkan Ether, mata uang cryptocurrency yang membantu menjalankan jaringan Ethereum.

Untuk konsep transaksi yang terdesentralisasi, Ethereum dapat memanfaatkan Decentralized Autonomous Organization, sebuah badan kepengurusan transaksi yang dijalankan sepenuhnya oleh kode pemrograman dan smart contract yang tidak ada pusat otoritas dan kontrol. Tidak ada pihak ketiga yang bisa mengubah data yang telah tersimpan ke dalam jaringan Blockchain.

Selain dua jenis koin di atas, masih sangat banyak koin alternatif dengan karakteristiknya masing-masing. Menurut Coinmarketcap.com, saat ini sudah lebih 1560 jenis mata uang digital berbasis cryptocurrency yang tersebar di seluruh dunia.

Yang mempengaruhi nilai cryptocurrency

Mata uang cryptocurrency fluktuasi nilainya didasarkan pada beberapa kondisi, salah satunya karena ketersediaan/kelangkaan. Namun kadang nilainya juga meningkat atau turun karena kepercayaan dan penggunaan di kalangan komunitas penggunanya. Secara umum naik turunnya nilai cryptocurrency dipengaruhi oleh mekanisme pasar.

Fluktuasi niai tukar Bitcoin satu tahun terakhir
Fluktuasi niai tukar Bitcoin satu tahun terakhir

Sayangnya pasar cryptocurrency memiliki volatilitas atau tingkat perubahan yang cukup tinggi, sehingga sangat fluktuatif. Jika banyak orang menginginkan mata uang tersebut dan nilainya tidak terlalu banyak, maka nilainya juga akan meningkat. Faktor lain kadang turut mempengaruhi. Serangan WannaCry beberapa waktu lalu secara tidak langsung turut meningkatkan gejolak nilai, karena memaksa pengguna untuk melakukan pembayaran melalui cryptocurrency.

Mekanisme transaksi

Konsep dasarnya dalam setiap transaksi cryptocurrency, seluruh jaringan akan mencatat histori yang berjalan, termasuk besaran transaksi dan saldo yang dimiliki. Misalnya seseorang telah berhasil melakukan transaksi dan dikonfirmasi oleh penerima, maka seluruh jaringan yang terhubung ke Blockchain tersebut akan langsung mengetahui informasi yang berisi penjelasan bahwa telah terjadi transaksi sejumlah tertentu dan telah ditandatangani secara digital dengan memberikan private key ke dalam sistem.

Konfirmasi penerima menjadi hal yang sangat krusial dari sebuah transaksi cryptocurrency. Transaksi yang terkonfirmasi tersebut disimpan ke dalam wadah yang disebut Blocks. Catatan transaksi sifatnya permanen, tidak dapat diubah, dibajak, atau dipalsukan dan menjadi bagian dalam sebuah rantai blok atau Blockchain. Sifat permanen tersebut yang membuat cryptocurrency transaksinya immutable alias tidak bisa dibatalkan saat sudah dikirim.

Cryptocurrency di Indonesia

Bank Indonesia secara eksplisit sudah menyatakan larangan terhadap cryptocurrency untuk kegiatan transaksi atau tidak diakui menjadi alat pembayaran yang sah. Pernyataan tersebut didasarkan pada undang-undang yang menyatakan bahwa alat pembayaran yang diterima di Indonesia hanya menggunakan Rupiah. Yang perlu digarisbawahi adalah uang virtual cryptocurrency tidak dianggap ilegal, hanya transaksinya yang tidak diperbolehkan.

Sejauh ini kebanyakan orang di Indonesia masih memanfaatkan cryptocurrency untuk sekedar dimiliki (investasi), karena untuk transaksinya pun masih cukup terbatas. Tidak banyak merchant yang menerima pembayaran dengan cryptocurrency.

Pelarangan tersebut salah satunya didasari kekhawatiran akan potensi kejahatan cryptocurrency. Internet Development Institute (ID Institute) mengungkapkan setidaknya ada tiga hal yang mungkin terjadi, yakni private key, ransomware, dan ancaman fisik ke pemilik dompet. ID Institute mencontohkan, aspek kerentanan pada sistem Blockchain yang digunakan  Bitcoin ada potensi penyisipan malware yang sangat besar. Miner butuh sumber daya besar untuk mengelola block, aspek tersebut berisiko penyebaran ransomware ke komputer yang ada di bawah kendalinya.

Pandangan berbeda disampaikan Country Blockchain Leader IBM Indonesia Juliandri Jenie. Dalam sebuah sesi #SelasaStartup ia mengatakan bahwa sifat ledger dalam Blockchain itu dapat dilihat ke orang lain namun pada saat yang sama tetap aman karena tidak bisa diubah oleh sembarang orang. Ini menjadi keuntungan, karena bisa membuat integrasi bisnis antar perusahaan jadi lebih efisien. Semua orang bisa saling percaya karena seluruh data dapat terekam dengan baik, dapat dilihat oleh orang lain meski perlu ada akses khusus terlebih dulu.

Saat ini beberapa perbankan dan instansi besar di Indonesia mulai mengeksplorasi potensi Blockchain sebagai platform yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas, meskipun tidak mengikutsertakan cryptocurrency di dalamnya.