Blibli Hadirkan Layanan Sewa Apartemen

Platform e-commerce Blibli meresmikan layanan baru untuk membantu konsumennya dalam menyewa apartemen. Di fase awal ini, Blibli fokus pada penyediaan sewa apartemen secara tahunan di wilayah Jabodetabek dengan target market umur 25-45 tahun. Layanan tersebut kini sudah dapat diakses melalui menu “Home & Living” di situs dan aplikasi Blibli.

Untuk menghadirkan daftar apartemen yang bisa disewa, Blibli bekerja sama dengan agen properti. Salah satunya ada Jendela360, yakni sebuah agen properti yang mencoba menyajikan gambaran virtual 360 derajat untuk produk apartemen yang disewakan.

Sedangkan untuk proses transaksinya, calon penyewa dapat browsing di Blibli untuk mencari apartemen yang diminati, kemudian kontak agen untuk janji temu, dan bisa langsung transaksi di lokasi apartemen dengan menggunakan aplikasi Blibli InStore. Blibli InStore adalah aplikasi Offline to Online (O2O) dari Blibli yang memudahkan pelanggan bertransaksi di lokasi dan menikmati fasilitas yang dimiliki Blibli.

“Saat ini banyak kaum urban milenial memilih apartemen sebagai jawaban kebutuhan mereka akan hunian yang simpel, dekat dengan tempat kerja, berada di tengah kota, fasilitas lengkap dan privasi terjaga,” ujar Wenny Yuniar, VP Home Living & Culinary Category Blibli.

“Adanya fasilitas Cicilan 0% yang kami berikan juga sangat berpengaruh pada keputusan mereka untuk menyewa apartemen. Biasanya untuk menyewa kita harus bayar di muka 1 tahun, kalau di Blibli uang sewa bisa dicicil 3-24 bulan,” lanjut Wenny.

Sejak soft-launching tiga bulan lalu, layanan sewa apartemen ini diklaim mendapat animo baik. Adapun tipe studio dan 1 bedroom menjadi tipe unit yang paling laris disewa. Tipe apartemen yang disewakan mulai dari tipe studio, 1 bedroom, 2 bedroom, dan 3 bedroom dengan rentang harga sewa per tahun mulai dari Rp19 juta sampai Rp500 juta.

Untuk pengembangan layanan apartemen, pada tahun ini Blibli menyatakan akan terus menambah jumlah apartemen yang disewa dan menambah mitra kerja sama penyewaan apartemen.

Application Information Will Show Up Here

Google Konfirmasi Kucuran Pendanaannya untuk GO-JEK

Hari ini (29/01) Google resmi mengumumkan kucuran investasi kepada GO-JEK. Konfirmasi ini menyusul setelah sebelumnya Google dikabarkan turut berkontribusi dalam putaran pendanaan GO-JEK bersama Temasek dan Meituan-Dianping. Menurut informasi yang beredar, total putaran pendanaan yang diharapkan diperoleh GO-JEK mencapai 16 triliun rupiah ($1,2 miliar).

Konfirmasi Google ditulis Caesar Sengupta, VP, Next Billion Users Team, dalam sebuah blog resmi. Ia menuliskan beberapa hal tentang mengapa Google berinvestasi di GO-JEK, yakni karena kepemimpinan dan manajemen tim yang kuat. Dinilai hal tersebut menjadi langkah awal untuk memenangkan ekonomi internet yang saat ini bergulir signifikan di Indonesia dan Asia Tenggara.

Investasi pemain besar memang tengah dibutuhkan GO-JEK, pasalnya salah satu agenda yang dimiliki ialah berekspansi ke wilayah Asia Tenggara pasca menjadi pemain on-demand terkuat di Indonesia. Saat ini total mitra pengemudi GO-JEK sudah mencapai 900 ribu di seluruh Indonesia. GO-PAY menjadi salah satu e-money paling berpengaruh di kalangan masyarakat.

Selain seputar pendanaan GO-JEK, Caesar turut menyampaikan beberapa sinergi yang telah dilakukan oleh Google untuk Indonesia, salah satunya ialah program Android Kejar untuk melahirkan developer dan produk andal di platform Android. Ditargetkan pelatihan tersebut mampu merangkul lebih dari 100.000 pengembang di tahun 2020 mendatang. Beberapa insiatif produk seperti Google Go dan Files Go  turut disinggung juga dalam tulisan tersebut.

Manfaatkan Artificial Intelligence dan Machine Learning, CekMata.com Bantu Masyarakat Deteksi Katarak

Permasalahan seputar kesehatan di Indonesia masih sangat banyak. Salah satunya ialah tingginya angka kebutaan yang diakibatkan oleh mata katarak, ditambah jumlah dokter mata yang tidak sebanding dengan sebaran penduduk di seluruh penjuru Indonesia. WHO menyatakan bahwa pada 2020 setiap menitnya akan ada 1 orang di Indonesia buta karena katarak. Ini bisa terjadi pada siapa saja. Namun di tangan seorang inovator keterbatasan tersebut justru melahirkan sebuah pemikiran cemerlang, salah satunya yang dilakukan oleh para founder CekMata.com.

CekMata.com merupakan sebuah platform berbasis web yang memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) untuk membantu masyarakat mendeteksi dini kemungkinan katarak di matanya. Prosesnya cukup sederhana, pengguna hanya cukup mengunjungi situs lalu mengunggah foto matanya secara close-up. Dari pigmen yang ada, sistem akan melakukan deteksi membedakan mata normal dan katarak. Kemudian jika ditemukan adanya katarak, sistem akan mengarahkan pengguna ke dokter mata atau rumah sakit terdekat.

Secara lebih detail, Co-Founder dan CEO CekMata.com Caesar Lagaliggo Givani menceritakan bagaimana AI dan ML berperan dalam proses deteksi tersebut.

“Menggunakan teknologi AI dan ML, CekMata.com dapat membedakan secara dini apakah mata seseorang terkena katarak atau tidak hanya dengan melakukan foto. Hal ini menjadi mungkin karena sama halnya seperti saat mengajari anak kecil membedakan zebra dengan kuda, kami mengajari CekMata.com bagaimana membedakan mata normal dan katarak. Kalau mengajari anak kecil bagaimana membedakan zebra dengan kuda, orang tua biasanya memberi gambar kuda dan di sebelahnya memberi gambar zebra. Semakin banyak gambar yang diberikan lama kelamaan anak itu semakin pintar, bahkan dapat membedakan mana zebra mana kuda meskipun posisi zebra atau kuda tersebut sedang tidur, berdiri, sembunyi di pohon, dll. Mekanisme seperti itulah yang kami tiru. Ribuan gambar kami ajarkan sehingga CekMata.com dapat menjadi sangat pintar untuk membedakan antara mata normal dan katarak.”

Caesar menyampaikan, digital health adalah masa depan yang pasti, cepat atau lambat penggunaannya akan semakin masif di kalangan masyarakat. Peran serta inovator digital sangat diperlukan, karena ada begitu banyak masalah di berbagai tingkatan pelayanan kesehatan di Indonesia yang perlu diselesaikan dengan cara yang efisien, teknologi harusnya dapat berperan banyak di situ. Ia pun meyakinkan, bahwa tenaga kesehatan seperti dokter tidak akan dirugikan dengan inovasi digital, justru sebaliknya akan banyak manfaat yang diberikan.

“Ada begitu banyak masalah kesehatan di Indonesia yang menunggu digital health untuk mengatasinya, dan tenaga kesehatan seperti dokter tidak akan dirugikan dengan ini, malah sangat diuntungkan. Sebagai contoh, dengan CekMata.com akan semakin banyak pasien katarak akan kami arahkan ke para dokter spesialis mata untuk ditangani. Pasien terselamatkan, para dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya pun dapat menjalankan perannya dengan semakin optimal,” lanjut Caesar yang juga berprofesi sebagai seorang dokter.

Tim pengembang CekMata.com / TheNextDev 2017
Tim pengembang CekMata.com / TheNextDev 2017

Beberapa waktu lalu CekMata.com juga berhasil memenangkan ajang kompetisi inovasi digital TheNextDev 2017. Tanggal 11-20 Februari 2018 nanti, mereka akan berangkat ke Silicon Valley untuk menjalani beberapa acara intensif untuk mengakselerasi bisnisnya melalui Startup Grind’s Global Conference dan Silicon Valley Immersion Program. Startup asal Surabaya tersebut diinisiasi oleh tiga orang co-founder, yakni Caesar Givani (CEO), Sylvester Albert Samadhi (CTO), Ivan Sinarso (CMO). Caesar bukan dokter spesialis mata, melainkan dokter residen spesialis penyakit dalam. Albert ialah seorang programmer (Machine Learning Specialist), dan Ivan adalah seorang serial entrepreneur.

“Bidang medis ialah hidup saya, dan saya tertarik dengan apa pun di bidang medis yang memerlukan pemecahan atau solusi segera. Karena setiap orang berhak untuk bisa merasakan kesehatan yang merupakan anugerah terbesar yang Tuhan berikan kepada kita,” sambung Caesar.

Tahun 2018 diharapkan menjadi debut awal yang mengesankan bagi CekMata.com. Ditargetkan tahun ini akurasi plaftorm tersebut terus meningkat, sehingga dapat mendeteksi katarak secara dini dengan lebih baik (akurasi di atas 95%). Selain itu Caesar dan timnya juga berharap adanya peningkatan jumlah pengguna yang signifikan di tahun ini, salah satunya dengan memperluas kerja sama dengan lebih banyak pihak yang berkecimpung di dalam kesehatan mata. Saat ini juga sedang dikembangkan platform konsultasi dokter mata secara online sehingga pengguna yang berada di daerah yang jauh dari dokter mata tetap mendapatkan pelayanan terbaik.

Rappler Indonesia Contents to be Available at IDN Times

IDN Media announces the collaboration with Rappler Indonesia to enrich its news content. The focus is to provide contents that can be consumed by millennials and gen Z. By this partnership, all Rappler Indonesia’s contents will be posted on rappler.idntimes.com.

IDN Times is well-known as news portal focused on entertainment and lifestyle. Rappler presence is to expand content segments to longform format and investigation-style news. According to IDN Media, the current form of the collaboration is not final.

Regarding editorial team, IDN Media informed us that each editorial team will be working separately. Rappler was launched in 2012 and has become a popular news portal in the Philippines and Indonesia became its first expansion in 2015.

Winston Utomo, IDN Media’s CEO and Editor-In-Chief, admired Rappler’s reputation in the digital media industry and optimistic that this collaboration will strengthen IDN Media’s position as the leading digital media company for millennials and Gen Z in Indonesia.

“We are very excited for this collaboration with Rappler. With strong concept, we are optimistic that IDN Media can realize its vision to be the voice of millennial and Gen Z in Indonesia.” he added.

Having similar opinion, Rappler’s CEO Maria Ressa said that this collaboration is in line with Rappler’s focus on young generation.

“IDN Media and Rappler share the same value as independent and content focused company for young generation. The collaboration has paved the road for Rappler, along with IDN Media, to deliver useful content for the youth.” Ressa said.

“In the future, we expect to present Rappler’s expertise and experience in IDN Media. For Rappler, we want to provide a platform, where Indonesians can find the essentials in their lives and give opinions, as [what] we have done in the Philippines.” she continued.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

User Priority Program Could Be Bukalapak’s Effective Step To Improve Loyal Traction

Bukalapak launches new program for its loyal consumers. The program is called “Pembeli Prioritas”, a monthly subscription program to get several premium services. Bukalapak‘s users can pay for a certain nominal (Rp50.000 for this promo) to get priority access in their account. Users with enough BukaDompet balance can make Priority Users’ subscriptions automatically renewed.

Brainy moves of top 10 e-commerce players in Indonesia

Challenges for online retail startup such as Bukalapak is how they keep up with the consumer’s traction, while other players ‘in the board of top player’ continue to seek consumer’s acquisition. Previously, the term “burning money” was popular among well-funded startup -mostly e-commerce- by providing incentives in the form of discount or promo for consumers. However, with all players having big fund, the strategy needs to be a concern, not only focus on one-time-purchase consumer, but also on loyal consumer.

Pembeli Prioritas Program in Bukalapak provides more value to consumers, one of which provides delivery discount up to 10 times in a month via Bukalapak’s logistic partners. In addition, consumers with VIP label in the profile are drew together to get faster customer service.

According to the data collected by iPrice, Bukalapak is one of the top 10 e-commerce player in Indonesia, based on the visitor rank, app installations and the consumer’s search frequency. Within a very tight competition, unique value is needed, as all services provide similar product or variants.

E-commerce yang paling banyak dikunjungi / iPrice

Bukalapak in 2018

Held a unicorn title, Bukalapak plans a full agenda this year. One of the priorities is the research center development to be placed in Bandung. In this R&D’s building, Bukalapak will develop the prototype of latest technology, including AI, Machine Learning, blockchain, also drone delivery

In the report presented by Bukalapak’s CEO, it’s revealed that Bukalapak managed to record more than 320 thousand transactions through 2.2 million sellers. Throughout 2017, Bukalapak has recorded a transaction increase of three to four times higher than last year with 35 million consumers (monthly active user/MAU). The number shows about 30% Indonesia’s netizen, who’s going online, have opened Bukalapak’s site in a month.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Melalui Dasbor Terpadu, Pemerintah Ingin Pantau Sebaran Taksi Online

Sebagai salah satu realisasi poin Peraturan Menteri Perhubungan No. 108 Tahun 2017, Kemenkominfo tengah menyiapkan sebuah dasbor terpadu untuk memantau operasional taksi online. Hal tersebut disampaikan langsung oleh PLT Kepala Humas Kominfo Noor Iza. Saat ini pengembangannya tinggal melakukan penyelarasan data dengan GO-JEK, Grab, dan Uber. Sementara ini yang diakomodasi dengan dasbor ini baru layanan taksi online, seperti GO-CAR.

Ada dua fungsionalitas yang didesain dari dasbor tersebut, pertama untuk menampilkan jumlah taksi online yang aktif dan beroperasi di suatu kota. Tujuannya untuk memvalidasi jumlah armada yang beroperasi dengan kuota taksi online di daerah tersebut. Yang kedua, dasbor didesain untuk menampilkan info perjalanan yang bisa diakses melalui jasa tersebut.

Menurut Iza, nantinya dasbor tersebut juga akan disediakan untuk para perusahaan pengusung layanan on-demand, yang dilakukan pemerintah hanya mengintegrasikan data.

Kemajuan atau kemunduran?

Sebelum memberikan justifikasi, ada baiknya kita menilik kembali tentang dinamika kebijakan layanan transportasi on-demand di Indonesia. Sebagai ikon transportasi berbasis aplikasi di Indonesia, GO-JEK adalah pemain yang mengawali debut pada tahun 2011, kala itu masih berupa sistem call center. Kemudian pada bulan Agustus 2014 raksasa on-demand dunia Uber masuk ke Jakarta, sejak saat itu gonjang-ganjing berkaitan dengan regulasi dimulai.

Pihak Uber banyak “didemo” dan diminta untuk segera mengurus perizinan pendirian usaha. Bulan November 2015 Grab hadir di Jakarta, sementara saat itu berbagai pemain lokal sudah bermunculan, termasuk GO-JEK yang sudah memiliki aplikasi.

Lanskap industri pun semakin riuh, menyusul protes besar-besaran yang dilakukan oleh penyedia jasa transportasi non-aplikasi. Tepat pada bulan Maret 2016, Menteri Perhubungan yang kala itu dipimpin oleh Ignasius Jonan mengeluarkan surat pelarangan operasional transportasi online, namun peraturan tersebut dibatalkan.

Regulasi pun terus digodok hingga pertengahan tahun 2017. Permenhub No. 26 Tahun 2017 dirilis sebagai revisi dari aturan yang sudah diterbitkan sebelumnya.

Indikator kematangan pembangunan digital

Melihat langkah-langkah yang dilakukan pemerintah tersebut di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa saat ini pemerintah tengah coba menaruh perhatian kepada perkembangan teknologi, khususnya yang berdampak baik bagi masyarakat. Indonesia sedang dalam tahapan menuju kematangan digital.

Kebijakan yang dibentuk pemerintah penting untuk menjadi payung yang melindungi industri dan konsumen itu sendiri. Regulator dituntut untuk transparan dalam perumusan kebijakan, sekaligus lebih adaptif dalam menghadapi perkembangan teknologi.

Indonesia – Australia Digital Forum Fokus pada Pengembangan Potensi Digital

Untuk menjelajahi potensi sektor digital yang dimungkinkan dari kolaborasi Indonesia dan Australia, sebuah forum bernama “Indonesia – Australia Digital Forum 2018 (IADF2018)” diinisiasi. Salah satu tujuannya untuk memperdalam dan memperluas kerja sama antara inovator dan praktisi dari berbagai sektor di Indonesia dan Australia, mulai dari pemerintahan, swasta hingga akademik. Semua inovator termasuk pengembang startup dapat berpartisipasi dalam forum ini, membahas kemungkinan dan tantangan era digital yang dapat digalakkan degan kerja sama untuk kedua negara.

Salah satu rangkaian acara dari Indonesia – Australia Digital Forum ialah lokakarya dan seminar yang memfokuskan pada lima pembahasan, yakni industri kreatif, keamanan siber, healthtech, fintech, startup, dan smart government. Untuk rangkaian acara pertama akan dilaksanakan pada tanggal 31 Januari dan 01 Februari 2018 mendatang, bertempat di Fairmont Jakarta. Menghadirkan beberapa pemateri kelas global, seperti Andy Penn (CEO Telstra), Tobias Feakin (Australian Ambassador for Cyber Affairs), Triawan Munaf (Kepala Bekraf), Andy Zain (Managing Partner Kejora Ventures), Stephanie Arrowsmith (Co-Founder Impact Hub Jakarta) dan beberapa lainnya.

Detail materi ulasan

Pertama ialah smart government, misinya ialah mendesain supaya teknologi dapat mentransformasikan proses bisnis di pemerintahan. Dengan adanya inisiatif open gov di kedua negara, diharapkan dapat mendorong berbagai komponen untuk bisa saling membantu. Kedua ada kesehatan digital, diharapkan akan ada banyak obrolan ide-ide seputar healthtech dari inisiatif ini. Grace Tahir sebagai salah satu pelaku di lanskap terkait akan turut hadir menyampaikan insight-nya tentang potensi industri kesehatan digital ke depannya.

Selanjutnya ada fintech, kedua negara sepakat bahwa ini akan menjadi sebuah peluang emas mengingat trennya di Indonesia maupun Australia sangat bertumbuh. Peserta forum ini akan berbagi wawasan sekaligus mendiskusikan kolaborasi yang mungkin bisa terjadi antara berbagai komponen di kedua negara. Keempat ada keamanan siber yang menjadi salah satu faktor penting dalam suksesi digital di kedua negara. Beberapa pembahasan tentang keamanan siber akan disampaikan di forum menghadirkan para pakar di industri keamanan.

Dan yang terakhir ialah industri kreatif, detailnya termasuk pengembangan aplikasi, animasi hingga seni rupa. Diharapkan forum ini dapat mencetuskan ide kerja sama untuk memaksimalkan penetrasi sektor kreatif dengan terbukanya pasar baru melalui hubungan bilateral yang telah dijalin.

Untuk informasi lebih lanjut seputar acara ini, kunjungi laman resminya melalui tautan berikut ini: http://indonesia.embassy.gov.au/jakt/iadf2018.html


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Indonesia – Australia Digital Forum

East Ventures Introduces “Warung Pintar”, Integrates Startup Partner’s Retail Technology Product

East Ventures announces a second project after successful with EV Hive co-working space. This time by developing “Warung Pintar”, a warung (shop) designed to enable digitalization targeting basic-level society. Through data management and analysis, its vision seeks to open new opportunities in term of financial inclusion, social security, behavior analysis, interaction with community and social influences monitoring.

This is a further attempt of East Ventures’ commitment to be more active in technology projects for public, a commitment made since the establishment of Unit Creating Shared Value (CSV). The selection of “warung” concept is considered as it becomes a culture of Indonesians. Warung Pintar wants to empower a segment in society that has not been exposed to the digital world. In the early phase, there are 8 Warung Pintar points throughout Jabodetabek.

“Warung, as a form of traditional micro-enterprise, has been present since the 19th century and closely engaged in local culture. Therefore, by the fact that technology should be accessible by everyone, warung becomes a medium for all Indonesians to take part in the digital economy,” said Agung Bezharie, Warung Pintar’s CEO who previously working as East Ventures’ Investment Associate.

c534ee38-fec0-48b8-a5f5-c868099906e1

Using IoT, big data analytics and blockchain technology

Technology implementation for Warung Pintar is available in 3 pillars, IoT (Internet of Things), big data analytics and blockchain. IoT implementation aims to improve the accuracy of retail data entry. Big data analytics will be used for better understanding of customer behavior, as well as blockchain to create transparency and trust of the shop owners. To smoothen its development, two business technology experts, namely Sofian Hadiwijaya and Pandu Kartika Putra, were hired.

Hadiwijaya is responsible as technical team leader. His experience as a tech community builder and board members in Kudo, Pinjam.co.id and Go-Jek is valued to be impactful for the growth of Warung Pintar. Putra on the other hand is East Ventures’ Associate of Civic Project. He previously was a technology specialist for general affair and involved in several activities such as Code for Bandung and Code4Nation.

“Although the digital platform implementation by consumers and merchants becomes high momentum in Indonesia, we are aware of some groups who against it due to the lack of exposure to the whole digital world. Warung Pintar takes a different approach to serve these segment by providing not only digital platform, but also building physical platform for them. We build an end-to-end solution starts from land discovery, funding, promotion to marketing. Warung Pintar is the answer for a new retailer,” said Willson Cuaca, East Ventures’ Managing Partner.

Cooperation and integration mechanism with East Ventures’ partners

Cuaca explained, Warung Pintar offers partnership in the term of cooperation with shop owners. They only have to give commitment, honesty and time to fix the place once needed. The project is actually in contrary to the current e-commerce economic unit, with an average of purchasing percentage smaller, non-repetitive buyers and relatively smaller profits. Nevertheless, Warung Pintar is a sign for East Ventures’ portfolio integration, given the enormous application of company’s technology solution, a result of East Ventures’ investment in this project.

Warung Pintar uses MokaPOS system for the cashier. Financial record and accounting will be using Journal. Customers can reload credit, purchase tickets and other items through Kudo services. Product procurement and last-mile distribution system provided by Do-cart. Warehouse distribution system managed by Waresix. In addition, all shops will be ready to fullfil EV Hive co-working space customer’s needs.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Program “Pengguna Prioritas” Bisa Jadi Langkah Efektif Bukalapak Tingkatkan Traksi Pelanggan Loyal

Bukalapak meluncurkan program baru untuk konsumen setianya. Program tersebut dijuluki dengan “Pembeli Prioritas”, yakni sebuah program langganan bulanan untuk mendapatkan beberapa pelayanan premium.  Pengguna Bukalapak dapat membayar nominal tertentu (pada masa promo ini Rp50.000) untuk mendapatkan akses prioritas di akunnya. Pengguna yang memiliki saldo BukaDompet mencukupi dapat membuat langganan Pembeli Prioritas itu diperpanjang secara otomatis.

Kejelian top 10 e-commerce player di Indonesia

Tantangan startup ritel online seperti Bukalapak ialah bagaimana mereka mempertahankan traksi pelanggan, saat para pemain lainnya ‘di jajaran top player’ terus mengupayakan akuisisi konsumen. Mungkin sebelumnya istilah “burning money” cukup populer di kalangan well-funded startup –kebanyakan sektor e-commerce—dengan cara memberikan insentif berupa diskon atau promo lainnya kepada konsumen. Namun di saat semua pemain memiliki dana besar, maka strategi perlu menjadi perhatian, tidak hanya fokus pada one-time-purchase consumer tapi lebih ke loyal consumer.

Program Pembeli Prioritas di Bukalapak memberikan nilai lebih kepada pelanggan, salah satunya memberikan diskon pengiriman hingga 10x dalam satu bulan melalui mitra logistik yang telah dimiliki oleh Bukalapak. Selain itu pelanggan yang memiliki label VIP di profilnya tersebut juga dijalin untuk mendapatkan penanganan pelanggan (CS) lebih cepat.

Menurut data yang dihimpun oleh iPrice, Bukalapak menjadi salah satu dari top 10 e-commerce player di Indonesia yang mendominasi penggunaan oleh pembeli, dilihat dari ranking kunjungan situs, instalasi aplikasi, dan frekuensi pencarian oleh konsumen. Dengan persaingan yang sangat sengit, nilai unik pada layanan dibutuhkan. Karena pada dasarnya semua layanan menyuguhkan produk atau varian layanan yang hampir sama.

E-commerce yang paling banyak dikunjungi / iPrice
Layanan e-commerce yang paling banyak dikunjungi / iPrice

Bukalapak di tahun 2018

Menyandang gelar “unicorn“, Bukalapak tengah merencanakan banyak agenda tahun ini. Salah satu yang menjadi prioritas ialah pengembangan pusat riset yang akan ditempatkan di wilayah Bandung. Di gedung R&D ini kami akan mengembangkan teknologi terbaru seperti AI, Machine Learning, Blockchain, hingga drone delivery, agar bisa diterapkan di platform.

Dari laporan yang pernah disampaikan oleh CEO Bukalapak dalam sebuah kesempatan, disampaikan bahwa tahun ini per hari Bukalapak berhasil membukukan lebih dari 320 ribu transaksi yang diakomodasi oleh 2,2 juta pelapak. Sepanjang tahun 2017, Bukalapak mencatatkan kenaikan transaksi antara tiga hingga empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dengan 35 juta pengguna (monthly active user/MAU). Dari angka ini bisa diartikan sekitar 30% netizen Indonesia yang sudah online pernah membuka situs Bukalapak dalam sebulan.

Application Information Will Show Up Here

Jalin Kemitraan Khusus, Konten Rappler Indonesia Kini Ditayangkan di Situs IDN Media

IDN Media mengumumkan kesepakatan kerja samanya dengan Rappler Indonesia untuk memperkaya cakupan konten berita di portalnya. Fokusnya untuk menyajikan konten yang dapat dikonsumsi oleh millennials dan gen Z. Dari kerja sama ini, seluruh pemberitaan Rappler Indonesia akan masuk dan tayang di laman IDN Times, tepatnya pada subdomain rappler.idntimes.com.

Sebelumnya IDN Times dikenal sebagai portal berita yang berfokus pada konten hiburan dan gaya hidup. Masuknya Rapple sekaligus untuk memperluas cakupan konten ke ranah berita berbentuk investigasi dan long form. Dari keterangan yang diberikan tim IDN Media, saat ini keduanya masih dalam proses transisi, yang artinya bentuk yang ada dari kerja sama yang sudah bisa dinikmati saat ini belum final.

Disinggung soal apakah akan ada penggabungan tim redaksi, pihak IDN Media menginfokan bahwa masing-masing editorial akan tetap bekerja secara terpisah. Tim Rappler Indonesia masih mengerjakan konten sendiri (yang akan di-host di IDN Times), begitu pun juga tim editorial IDN Times. Rappler diluncurkan pada 2012 dan telah menjadi salah satu situs berita online populer di Filipina, dan Indonesia menjadi negara ekspansi pertamanya di tahun 2015.

Winston Utomo, CEO dan Editor-in-Chief IDN Media, mengagumi reputasi Rappler di dalam industri digital media dan meyakini bahwa kerja sama ini dapat menguatkan komitmen IDN Media untuk menjadi perusahaan media digital terdepan bagi millennials dan gen Z di Indonesia.

“Kami sangat bersemangat atas kerja sama yang terjalin dengan Rappler. Dengan konsep yang lebih kuat, kami percaya IDN Media dapat mencapai visinya untuk menjadi the voice of millennials and gen Z di Indonesia,” tambahnya.

Pun demikian dengan CEO Rappler Maria Ressa. Ia mengatakan bahwa kerja sama yang terjalin dengan IDN Media sejalan dengan nilai Rappler yang berfokus pada generasi muda.

“Kerja sama ini terjalin karena IDN Media dan Rappler memiliki nilai yang sama, yakni independensi dan konten yang berfokus pada generasi muda. Kerja sama ini telah membuka jalan bagi Rappler bersama dengan IDN Media untuk menyajikan konten yang bermanfaat kepada generasi muda,” kata Ressa.

“Ke depannya, kami berharap dapat menghadirkan keahlian dan pengalaman Rappler kepada IDN Media. Bagi Rappler, kami ingin menyajikan kepada masyarakat Indonesia suatu platform, di mana mereka dapat menemukan apa yang penting bagi kehidupan mereka, memberi pandangan, serta membantu mereka. Seperti halnya yang telah kami lakukan di Filipina,” lanjut Ressa.