Aplikasi “Ayo Mudik” Integrasi dan Sentralisasi Data Resmi Berbagai Instansi

Menyambut mudik lebaran tahun 2017, Kemenkominfo merilis sebuah aplikasi mobile bernama “Ayo Mudik”. Aplikasi ini didesain untuk mengolaborasikan berbagai informasi untuk memberikan kelancaran dan kenyamanan dalam bermudik, termasuk informasi jalur mudik, fasilitas yang ada di sepanjang jalur mudik serta informasi titik kemacetan yang berpotensi memperpanjang durasi perjalanan mudik.

Dalam pengembangan aplikasi ini, Kemenkominfo bekerja sama dengan startup Kudo. Kendati secara khusus bukan sebagai startup spesialis pengembang aplikasi mobile, Co-Founder & CEO Kudo Albert Lucius kepada DailySocial mengatakan pihaknya begitu serius dalam mengembangkan aplikasi ini.

Albert menceritakan terkait waktu pengembangan yang cukup singkat. Kurang lebih hanya memakan waktu 3 minggu dari proses pemberitahuan oleh pihak Kominfo hingga proses coding, testing, dan integrasi data.

“Memang relatif singkat, tapi karena tujuannya untuk membantu masyarakat umum, banyak tim teknis kami yang berpartisipasi untuk lembur dengan sukarela agar menyelesaikan aplikasinya tepat waktu,” ujar Albert.

“Kita ingin ada aplikasi daya dukung mudik yang terpadu. Pengembangan memang harus dikembangkan secara  cepat dan juga dapat cepat digunakan oleh masyarakat, sehingga sangat membutuhkan daya dukung programmer andal yang siap mengembangkan, memelihara dan melakukan antisipasi kinerja layanan aplikasi ini,” sambut Menkominfo Rudiantara dalam rilis yang kami peroleh.

Albert Lucius (ketiga dari kiri) saat peluncuran aplikasi Ayo Mudik / Kemenkominfo
Albert Lucius (ketiga dari kiri) saat peluncuran aplikasi Ayo Mudik / Kemenkominfo

Memberikan informasi lebih komprehensif untuk mudik lebaran

Secara sekilas apa yang ditawarkan oleh aplikasi Ayo Mudik sudah tersedia di layanan lain seperti Google Maps. Menanggapi soal ini, Albert menceritakan bahwa perbedaan dengan aplikasi yang sudah ada, Ayo Mudik memiliki data yang resmi dan tersentralisasi.

Data yang dihimpun di aplikasi Ayo Mudik bersumber dari instansi terkait. Misalnya dari posko kesehatan, badan meteorologi dan sebagainya. Diinformasikan juga perusahaan telekomunikasi berpartisipasi memberikan data.

“Dengan aplikasi ini, pengguna bisa melihat jalur mudik nasional, saat ini baru mencakup pulau Jawa, tapi akan segera diupayakan juga data untuk pulau lain secepatnya. Datanya juga bisa di-input melalui instansi terkait, dan aparat yang bertugas jadi diharapkan akurat dan real time,” ujar Albert.

“Konten dan informasi didukung oleh berbagai kementerian dan lembaga terkait untuk dapat menyajikan konten dan informasi yang terpadu, yaitu Kemenhum, Kemenkominfo, Kemenkes, Kementerian ESDM, BMKG, Pertamina, Jasa Marga, Kepolisian, perusahaan telekomunikasi, perusahaan penyedia jasa dan produk internet dan masih banyak lainnya,” ungkap Rudiantara.

Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan masyarakat yang mudik mendapati perjalanan lancar melalui POI (Point of Interest) yang bermanfaat selama perjalanan.

Application Information Will Show Up Here

Capai 10 Ribu Investor, Layanan P2P Lending Koinworks Mantapkan Fitur “Multi Auto Purchase”

Startup penyedia layanan Peer-to-Peer Lending (P2P Lending) Koinworks dalam rilis terbarunya mengklaim telah memiliki 10 ribu investor untuk layanannya. Mengimbangi jumlah peminat investasi yang besar tersebut, Koinworks menghadirkan pembaruan fitur Multi Auto Purchase. Fitur Auto Purchase memungkinkan investor untuk mengalokasikan dana investasinya ke berbagai pinjaman yang tersedia sesuai dengan kriteria pilihannya secara otomatis.

Sebenarnya fitur tersebut sudah ada sejak tahun 2016 lalu bernama Auto Puchase. Dengan adanya pembaharuan yang dibubuhkan, fitur Multi Auto Purchase hadir dengan sistem yang lebih inovatif. Investor bisa mengelola dan mengembangkan portofolio investasinya secara otomatis setelah mengatur berbagai parameter yang meliputi grade peminjam, nominal investasi, hingga tenor pinjaman. Ini juga memungkinkan manajemen portofolio investasi secara otomatis.

“Fitur Multi Auto Purchase ini diharapkan dapat mempermudah para investor KoinWorks dalam menginvestasikan uang mereka. Kami sadar bahwa kepercayaan KoinWorks sangat meningkat sekali. Dari situ, kita meningkatkan kualitas fitur Auto Purchase yang sudah ada dan terus mengembangkannya, sehingga setiap investor akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berinvestasi, tidak ‘siapa cepat dia dapat’ lagi,” ujar COO KoinWorks Bernard Arifin.

Fitur Multi Auto Purchase dari Koinworks
Fitur Multi Auto Purchase dari Koinworks

Tidak hanya bertumbuh dari sisi jumlah investor, menurut pemaparan Bernard, sampai saat ini Koinworks memiliki lebih dari 300 peminjam. Total dana yang disalurkan hingga bulan Mei 2017 sudah mencapai angka 30 miliar rupiah.

Selain Multi Auto Purchase yang sudah dijelaskan sebelumnya, Koinworks juga membubuhkan teknologi canggih untuk berbagai kebutuhan operasi. Salah satunya penerapan teknologi machine learning. Teknologi ini diterapkan untuk mempercepat proses verifikasi fraud terhadap aplikasi pinjaman dan investor. Dengan sistem tersebut, KoinWorks merasa sangat terbantu dalam mengelola berbagai data points dan mempelajari pattern-nya.

Di bawah naungan PT Lunaria Annua Teknologi, Koinworks juga menjadi salah satu startup P2P Lending pionir yang telah resmi terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selama satu tahun beroperasi, KoinWorks cukup aktif berkomunikasi dengan OJK dalam menanggapi pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan keuangan khususnya di bidang pinjam-meminjam uang.

“Sebelumnya, KoinWorks dan pihak OJK pun aktif berdiskusi bahkan sebelum diterbitkannya Peraturan OJK Nomor 77/01-2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi pada Desember 2016 silam,” ujar Bernard.

Bernard melanjutkan, “Kami resmi terdaftar di dalam administrasi Direktorat Kelembagaan dan Produk IKNB OJK melalui surat yang dikirimkan kepada kantor kami pada tanggal 27 April 2017 dengan nomor registrasi yang tertera di S-1862/NB.111/2017. Implikasinya kami harus mengirimkan audit dan laporan kepada OJK setiap kuartal.”

KoinWorks sendiri menyediakan layanan finansial berupa pinjaman dan investasi. Salah satu kelebihan yang ditawarkan seluruh proses pendaftaran, pengajuan, hingga aktivitasnya bisa dilakukan sepenuhnya secara online. Pebisnis UKM, misalnya, dapat mengajukan pinjaman modal usaha hingga Rp 500 juta dengan tenor paling lama 24 bulan.

Simak juga sesi DStour #22 mengunjungi kantor Koinworks: “Rumah Kedua” Karyawan KoinWorks.

GO-CAR Berekspansi di Sepuluh Kota Baru di Indonesia

Layanan on-demand untuk transportasi mobil GO-CAR mengumumkan langkah ekspansi ke 10 kota baru di Indonesia. Adapun 10 kota baru tersebut termasuk Sidoarjo, Pontianak, Padang, Banjarmasin, Pekanbaru, Jambi, Gresik, Mataram, Sukabumi dan Bandar Lampung.

Dengan ekspansi ini, artinya GO-CAR telah beroperasi di 24 kota di Indonesia. Secara bertahap layanan lain yang dimiliki GO-JEK juga terus diperlebar jangkauannya. Strateginya selalu dimulai dengan layanan ojek online, lalu layanan yang difasilitasi dengan ojek, dan pada akhirnya layanan transportasi mobil.

Optimalisasi GO-PAY juga terlihat terus digencarkan di setiap kota basis GO-JEK. Selain dengan promo untuk menikmati layanan (seperti GO-FOOD atau GO-LIFE), layanan pembelian tiket online dan transaksi lainnya (termasuk pembelian pulsa dan transfer) juga menjadi salah satu daya tarik yang terus ditawarkan.

Jika dibanding dengan layanan lain, memang GO-JEK terlihat paling cepat manuver ekspansinya. Dua pesaingnya Grab dan Uber di Indonesia cakupannya belum sebanyak GO-JEK. Di kota besar di luar Jabodetabek, seperti Yogyakarta, debut Grab dan Uber masih sangat baru dan sebatas pada layanan dasar mereka, ride hailing.

Application Information Will Show Up Here

Jakarta Great Online Sale 2017 Kembali Digelar, Emban Misi Kuatkan Penetrasi Produk UMKM

Jakarta Great Online Sale (JGOS) 2017 akan segera digelar, diikuti oleh 150 perusahaan e-commerce dan online marketplace di Indonesia. Rangkaian acaranya sendiri dimulai dari 15 hingga 22 Juni 2017. Ragam promo menarik akan disajikan secara serentak untuk penawaran berbagai produk yang dijual di kanal online.

JGOS merupakan festival belanja online tahunan yang menghimpun pelaku e-commerce dan marketplace di Indonesia, khususnya yang berbasis di Jakarta, guna mendukung program Festival Jakarta Great Sale (FGJS) sebagai bagian rangkaian dari perayaan HUT DKI Jakarta lewat promosi wisata belanja dan layanan berbasis online.

JGOS pertama kali diadakan pada tahun 2013, diinisiasi oleh dua pemain e-commerce BerryBenka dan Orami. Pada awalnya JGOS diselenggarakan untuk memajukan industri digital di bidang perdagangan online. Juga untuk mendukung penumbuhan ekonomi digital yang digadang-gadang menjadi tombak kemajuan ekonomi Indonesia.

“Melalui kegiatan JGOS ini diharapkan dapat membangun kepercayaan masyarakat terkait belanja online. Pada kesempatan yang sama, kami ingin mempromosikan UMKM agar produknya dapat dipasarkan melalui situs online sehingga dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas,” ujar CEO Berrybenka Jason Lamuda dalam pembukaan JGOS 2017 di Jakarta.

Memilik misi untuk pengembangan UMKM lokal dalam memaksimalkan kanal online, JGOS 2017 turut didukung oleh Kementerian Perdagangan RI. Menurut pihak kementerian, perluasan pasar UMKM melalui platform e-commerce dan marketplace dianggap akan menjadi terobosan penting di era digital seperti saat ini. Sehingga pasar lebih mudah menjangkau produk UMKM, di sini UMKM juga tidak perlu modal besar untuk pemasaran produk.

“Kementerian Perdagangan menyambut baik rangkaian acara serta inisiatif JGOS 2017 sebagai sarana yang tepat untuk memfasilitasi serta mengedukasi para UMKM supaya lebih siap memasuki dunia digital. Melalui ajang ini kamis sekaligus bisa mensosialisasikan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (RPP TPMSE) kepada pelaku usaha industri digital,” sambut Fetnayeti selaku Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan RI.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Jakarta Great Online Sale 2017

Pendekatan Intudo Ventures Memasuki Ekosistem Startup Indonesia

Intudo Ventures mengumpulkan dana $10 juta (lebih dari 130 miliar Rupiah) untuk berinvestasi di startup Indonesia. Dipimpin Managing Partner Eddy Chan (berbasis di Silicon Valley) dan Patrick Yip (berbasis di Indonesia), fokusnya melahirkan bisnis yang berpengaruh di Asia Tenggara dari startup tahap awal di bidang konsumer, finansial, kesehatan, pendidikan, dan media.

Dipilihnya beberapa sektor tersebut bukan tanpa alasan. Pihak Intudo Ventures mengemukakan bahwa bidang tersebut diyakini akan berkembang pesat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas di Indonesia. Selain itu ada banyak alasan spesifik untuk masing-masing sektor, sebut saja fintech. Indonesia masih menjadi negara dengan ekonomi berbasis uang dengan penetrasi kredit sangat rendah, sehingga peluang fintech akan sangat signifikan.

Kepada DailySocial, Eddy Chan menerangkan bahwa tahun ini berkonsentrasi pada 12 – 16 startup tahap awal yang akan menjadi portofolionya di Indonesia. Hal ini termasuk membangun kemitraan untuk membawa perusahaan yang telah bermitra dengannya di luar negeri untuk memasuki pasar Indonesia.

Terkait pendanaan, Eddy Chan mengatakan, “Kami umumnya berfokus pada pendanaan awal hingga Seri A dengan target kepemilikan 15% -25% di perusahaan, karena ukuran tiket awal investasi menjadi portofolio perusahaan dari dana ini umumnya $200 ribu-$1,25 juta dan jumlah keseluruhan yang akan kami investasikan dari dana ini selama umur startup antara $1 juta-$2.5 juta.”

Patrick Yip turut menyampaikan bahwa pengalamannya selama dua belas tahun terakhir memberikan kesan bahwa banyak potensi yang dapat dioptimalkan dari para founder di Indonesia untuk menjadi pemimpin industri. Sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berada pada posisi yang tepat untuk mendorong nilai investasi yang signifikan dengan ekonomi yang terus berkembang.

Terbuka juga peluang untuk menjalin hubungan dengan negara-negara seperti Amerika Serikat, China, Hong Kong, Taiwan, Singapura dan pasar luar negeri lainnya. Dengan memanfaatkan keahlian dan sumber daya gabungan yang dimiliki, Patrick percaya bahwa Intudo akan dapat membantu perusahaan tahap awal berkembang di Indonesia dan sekitarnya.

Apa yang ingin dibawa Intudo Ventures juga termasuk pada proses mematangkan soft skill kepemimpinan pendiri startup di Indonesia. Pihaknya meyakini bahwa inti dari startup dan pendirinya ialah konsisten pada: integrity (integritas), sincerity (tulus) dan serendipity (jodoh). Sebuah startup dan pendirinya tidak boleh berkompromi dengan tiga hal tersebut, karena akan menjadi tonggak utama untuk menghadapi badai pasang surutnya bisnis ketika bermanuver atau bahkan bersaing di pangsa pasar.

“Kami berterima kasih kepada mitra karena telah memberi kesempatan untuk meluncurkan Intudo Ventures. Dengan populasi Indonesia yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang kuat, kami menyadari kesempatan matang untuk mendukung perusahaan tahap awal yang dipimpin oleh para pendiri terbaik di kelasnya,” ujar Eddy Chan.

Ia melanjutkan, “Sebagai perusahaan modal ventura independen yang hadir di Silicon Valley, Indonesia, China, Hong Kong dan Taiwan, kami diposisikan secara unik untuk membawa perusahaan sekaligus membawa pengembalian ‘S.E.A. Turtle’ dari pasar luar negeri ke Indonesia dan berinvestasi pada perusahaan asli yang menggarap pasar Indonesia.”

Pendanaan Pra-Seri A PrivyID Jadi Langkah Awal Mantapkan Debut yang Lebih Besar

Startup pengembang tanda tangan digital PrivyID mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh MDI Ventures dan Mandiri Capital Indonesia. Gunung Sewu dan Mahanusa Capital juga terlibat dalam pendanaan ini.

Nilai pendanaan yang diperoleh tidak disebutkan angkanya. Meskipun demikian, menurut pemaparan CEO PrivyID Marshall Pribadi, pendanaan selanjutnya (Seri A) awal tahun depan akan segera menyusul dengan nilai yang cukup signifikan.

“Pendanaan [Pra-Seri A] ini tidak ditujukan untuk ekspansi besar-besaran, akan tetapi dioptimalkan untuk membangun di dalam terlebih dulu,” ungkap Marshall.

Secara spesifik, pendanaan kali ini akan difokuskan PrivyID untuk pembelanjaan infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak. Menurut Marshall, setidaknya sebagian pendanaan tersebut dialokasikan untuk perangkat keamanan seperti HSM (Hardware Security Module) dan Transparent Encryption System. Sisanya akan digunakan untuk pengadaan ruang kantor baru di Jakarta dan Yogyakarta, serta melakukan perekrutan ke tim security dan teknologi.

“Sinergi menjadi tesis utama kita. Kami telah menjalin kemitraan dengan PrivyID melalui program Indigo sejak tahun 2015. Sejak saat itu PrivyID telah bekerja dengan berbagai proyek untuk Telkom Group. Kami akan terus bekerja sama dengan para startup terkemuka di berbagai vertikal untuk mengkatalisis pertumbuhan dengan sumber daya dan jaringan kami. Singkatnya, kami membawa skala melalui basis pelanggan dan sumber daya kami untuk memberi nilai penting bagi perusahaan seperti PrivyID,” sambut CEO MDI Ventures Nicko Widjaja.

Di Telkom Group disebutkan teknologi PrivyID telah digunakan di IndiHome dan T-Money.

“Pengguna kami sangat terbantu dengan terhematnya waktu dan biaya dari menghilangkan kertas dan pengiriman kurir untuk menandatangani dokumen. Penandatanganan dapat dilakukan di smartphone maupun PC di mana pun. Selain itu kami juga sedang dalam proses untuk mendapatkan ISO 21188 on Public Key Infrastructure for Financial Services,” lanjut Marshall.

PrivyID didirikan Marshall Pribadi dan Guritno Adisaputro, sebelumnya mendapatkan seed funding dari program Indigo Incubator besutan Telkom. Sepak terjangnya berhasil membukukan sekurangnya 300.000 pengguna dengan rekanan korporasi sudah mencapai 31 entitas. Termasuk penguatan jaringan kerja sama dengan institusi perbankan dan non-perbankan untuk memverifikasi pengguna. Dari sisi teknologi, PrivyID kini juga sudah menyediakan aplikasi di platform Android dan iOS untuk penggunanya.

“Kami ingin mewujudkan pure digital offering bagi industri fintech, di mana pengguna yang sudah memiliki akun di lembaga keuangan yang sudah menjadi mitra kami dan telah melalui proses Customer Due Dilligence sesuai Peraturan OJK tentang Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Teroris. Tidak perlu melalui proses tersebut lagi saat ingin menjadi pelanggan institusi lain,” ujar Marshall.

Secara sederhana, apa yang ditawarkan oleh PrivyID kepada konsumen ialah teknologi verifikasi identitas digital yang akuntabel, dengan satu nomor induk kependudukan satu identitas digital.

Dengan adanya identitas digital ini, pengguna dapat memberikan persetujuan dalam bentuk tanda tangan digital saat menggunakan beragam jenis layanan (terutama di lembaga finansial). Seperti diketahui bahwa legalitas tanda tangan digital sudah diatur dalam UU Pasal 52 PP 82/2012 di Indonesia.

“PrivyID bertujuan untuk membangun fondasi ekosistem transaksi elektronik yang sehat, yakni dengan memberikan identitas terpercaya di dunia maya dan tanda tangan digital yang mengikat secara hukum. Saya percaya apa yang kami lakukan sejalan dengan ambisi pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital,” jelas Marshall.

Karena digunakan pada sektor krusial, standar khusus pun diikuti, salah satunya yang mengacu pada aturan terbitan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Termasuk dari sisi teknologi, tanda tangan digital PrivyID didukung oleh sertifikat digital menggunakan kriptografi asimetris dan infrastruktur kunci publik untuk memudahkan proses verifikasi pendandatanganan dan setiap perubahan yang dilakukan pada dokumen yang ditandatangani dapat diidentifikasi.

“Model bisnis PrivyID dapat meningkatkan efisiensi bisnis korporasi karena memberikan solusi bagi perusahaan untuk mengirim dan menerima dokumen dengan tanda tangan elektronik secara online, sehingga kedua belah pihak tidak harus berada di tempat yang sama atau bahkan memerlukan jasa kurir,” ujar Direktur Utama Mandiri Capital Eddi Danusaputro selaku rekanan strategis PrivyID.

Application Information Will Show Up Here

Tentang Metrik Bisnis dalam Startup

Bisnis adalah sesuatu yang terukur, dapat dikalkulasi dan memiliki rumusan untuk setiap pengukurannya. Di startup digital, pada dasarnya pengukuran (metrik) yang digunakan sebagai patokan standar capaian tak berbeda dengan bisnis, hanya saja pendekatannya kadang perlu disesuaikan dengan karakteristiknya. Pemahaman tentang metrik bisnis diperlukan bagi pelaku startup untuk memahami kondisi bisnis yang sedang ia jalankan dan untuk menentukan strategi terbaik demi penguatan di lini bisnis yang membutuhkan.

Secara umum dalam sebuah bisnis startup digital ada dua kategori metrik utama, yakni (1) metrik bisnis dan finansial dan (2) metrik produk dan engagemement-nya. Dalam setiap kategori terdapat poin-poin yang mengacu pada pengukuran spesifik untuk masing-masing bidang. Hal ini membantu untuk mengetahui bagian mana yang bekerja dengan baik dan bagian mana yang perlu dibenahi dalam hal performa dan akselerasi.

Berikut ini adalah beberapa uraian tentang metrik bisnis yang diukur dalam sebuah startup digital.

#1 Kategori bisnis dan finansial

Kategori metrik ini berkaitan dengan siklus keuangan yang ada di dalam tubuh startup. Biasanya menentukan sehat dan tidaknya perjalanan startup tersebut secara bisnis. Metrik ini terdiri dari beberapa hal, di antaranya:

Banyaknya pemesanan (booking) dan pendapatan (revenue) menjadi salah satu pengukuran yang sering diacu untuk mengukur bagaimana performa bisnis dalam kaitannya dengan penerimaan konsumen terhadap layanan atau produk yang dijajakan. Keduanya hal yang  berbeda. Pemesanan diartikan sebagai nilai kontrak antara perusahaan dan pelanggan. Ini mencerminkan kewajiban kontrak dari pelanggan untuk membayar perusahaan. Di sisi lain, pendapatan diakui pada saat layanan tersebut benar-benar diberikan atau disewakan selama masa berlangganan.

Kemudian ada juga istilah ARR (Annual Recurring Revenue) dan MRR (Monthly Recurring Revenue). ARR dan MMR adalah ukuran komponen pendapatan yang bersifat berulang, yang akan datang dengan sendirinya. Startup dapat membuat indikasi, apakah ARR dalam penjualan layanannya bertumbuh atau datar. Jika startup mengalami upselling atau cross-selling pelanggan, maka indikator metrik ini harus tumbuh, yang karena menjadi indikator positif untuk bisnis yang sehat. Untuk setiap keuntungan yang telah diprediksi pengukurannya melalui LTV (Life Time Value).

Gross profit (laba kotor) juga masuk dalam pengukuran di kategori ini. Pengukuran ini memberikan gambaran terhadap seberapa efektif arus pendapatan yang diraih oleh bisnis. Metrik ini mengukur tingkat efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin tinggi laba kotor, maka semakin baik pula bisnis dari sisi operasional.

[Baca juga: Istilah Finansial Yang Wajib Dicermati Pelaku Startup]

Terkait dengan kontrak bisnis ada yang disebut dengan TCV (Total Contract Value) dan ACV (Annual Contract Value). TVC adalah pengukuran total nilai sebuah kontrak, baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Sedangkan AVC adalah pengukuran nilai kontrak selama 12 bulan. Jika ACV mengalami peningkatan, ini akan menjadi indikasi yang mudah bahwa konsumen membayar lebih banyak terhadap produk yang ditawarkan. Artinya ada penerimaan yang baik terhadap fitur dan kemampuan produk yang disajikan.

Dalam bisnis maketplace seperti yang sedang booming saat ini di Indonesia, istilah GMV (Gross Merchandise Value) juga menjadi salah satu indikator metrik bisnis. Yakni total transaksi penjualan dari merchandise melalui marketplace dalam periode tertentu. Pengukuran GMV dilakukan untuk mengetahui apa yang konsumen sukai dalam marketplace. CAC (Customer Acquisition Cost) merupakan total biaya untuk mendapatkan sebuah kustomer yang disampaikan dalam per basis pengguna. Pengukuran metrik ini cukup beragam dan memiliki beragam bentuk.

#2 Kategori produk dan penerimaan

Metrik dalam kategori ini berhubungan dengan seberapa banyak pengguna atau konsumen produk dari sebuah startup. Pengukuran ini penting, dan memiliki keragaman kompleksitas. Mulai dari menghitung pengguna aktif, pertumbuhan bulanan, perputaran hingga burn rate. Berikut ini penjelasan singkat untuk masing-masing item:

Secara sederhana active users (pengguna aktif) didefinisikan sebagai pengguna terdaftar dan masih menggunakan layanan yang dilanggan. Pada praktiknya banyak indikasi spesifik yang menjelaskan status “aktif” tersebut seperti apa, sangat bergantung pada layanan. Biasanya juga diukur dari grafik tertentu dalam sistem yang telah dibubuhkan dalam panel administrator. Layanan satu dengan lainnya akan sangat berbeda dalam mendefinisikan pengguna aktif.

MoM (Month-on-Month) growth rate menjadi ukuran rata-rata pertumbuhan pengguna yang diukur dalam periode bulanan. Kadang dibandingkan dengan CMGR (Compunded Monthly Growth Rate), yakni pengukuran pertumbuhan secara berkala. Metrik ini membantu startup agar mempunyai patokan tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan lainnya. Jika tidak hal ini akan cukup sulit untuk dibandingkan karena faktor ketidakpastian dan faktor lainnya.

[Baca juga: Tujuh Pertanda Konsumen Mulai Meninggalkan Perusahaan Anda]

Churn rate adalah persentase pelanggan (subscriber) dari sebuah layanan yang memutuskan tidak melanjutkan berlangganan. Ini dibutuhkan ketika startup ingin melakukan ekspansi, salah satu indikasinya harus memastikan bahwa maka growth rate dari perusahaan (atau jumlah konsumen baru yang berlangganan) harus melebihi churn rate-nya.

Burn rate merupakan tingkat di mana kas yang dimiliki berkurang. Terutama dalam perusahaan startup pada tahap awal, sangat penting untuk  mengetahui dan terus memonitor burn rate mereka karena mereka akan gagal apabila kas perusahaan mereka habis dan tidak memiliki waktu mencari pendanaan tahap selanjutnya untuk perusahaan mereka. Sedangkan net burn adalah cara yang benar untuk menghitung uang kas yang dikeluarkan setiap bulan.

Klaim Miliki 100 Ribu Pengguna di Indonesia, Layanan Desain Online Canva Ekspansi ke Tanah Air

Platform desain online Canva hari ini mengumumkan peresmian kehadirannya di Indonesia. Hal ini melanjutkan upaya penerjemahan platformnya ke Bahasa Indonesia yang dilakukan sejak 9 bulan lalu. Setidaknya debut di Indonesia telah diawali dengan bergabungnya lebih dari 100 ribu pengguna dengan 3,5 juta jenis desain yang dibuat. Dari data yang diberikan, separuh dari demografi pengguna ada di Jakarta.

Canva menjembatani setiap orang untuk mudah memuat ragam jenis desain secara online. Mulai dari mendesain kartu ucapan, poster, brosur, infografik, hingga presentasi. Kehadirannya di Jakarta melengkapi basisnya di lebih dari 169 negara, dengan lebih dari 10 juta pengguna. Bagi Canva, Indonesia dinilai sebagai pasar yang strategis.

“Kami sangat bersemangat untuk meluncurkan Canva di Indonesia. Indonesia telah menjadi salah satu dari pasar kami yang tumbuh dengan pesat dan kami melihat potensi yang begitu luar biasa untuk menjadi pasar yang bahkan lebih besar lagi,”  sambut Head of Growth Canva International Andrianes Pinantoan.

Sebagai bagian dari penguatan basis di Indonesia, saat ini Canva telah membentuk tim lokal untuk bermanuver dalam hal pemasaran dan kemitraan. Diluncurkan menyambut Lebaran, desain template Lebaran menjadi salah satu strategi untuk menarik pengguna bagi pasar Indonesia saat ini.

Salah satu strategi Canva dengan mempersiapkan template spesial lebaran / Canva
Salah satu strategi Canva dengan mempersiapkan template spesial lebaran / Canva

Andrianes melanjutkan, “Kami akan berinvestasi dalam hal pemasaran lokal, pengembangan bisnis, kemitraan, dan menyesuaikan produk kami di Indonesia dengan tujuan memperkenalkan Canva pada pemasar media sosial, blogger dan bisnis skala kecil dan menengah Indonesia, serta memberdayakan mereka untuk membuat desain cantik milik mereka sendiri,”

Di Indonesia, kendati didominasi pengguna di Jakarta, basis pengguna juga sudah mulai terlihat di Surabaya dan Bandung. Harapannya dengan adanya basis bisnis di Indonesia, pasarnya di sini akan terus meluas. Perusahaan digital yang didirikan Melanie Perkins, Cliff Obrecht dan Cameron Adams pada tahun 2012 ini juga memiliki kapabilitas mobile untuk mengoptimalkan penggunaan layanannya (saat ini baru tersedia di platform iOS).

Peluncuran Canva di Indonesia sebenarnya masuk dalam rangkaian promosi internasional besar-besaran selama 12 bulan terakhir. Canva memiliki 25 bahasa baru selama periode tersebut. Debut Canva yang cukup signifikan mendorong valuasi perusahaan mencapai $345 juta.

Startup ini mendapatkan investasi dari beberapa investor, termasuk Felicis Ventures, Blackbird Ventures, dan Matrix Partners. Aktor Hollywood Owen Wilson dan Woody Harrelson juga merupakan investor di perusahaan ini.

Menjadi Diri Sendiri Saat di Lingkungan Kerja

Banyak orang sering menggunakan “fashion” yang berbeda, tatkala mereka sedang berada di kehidupan personal dan profesional. Mungkin menurut beberapa orang ketika datang bekerja harus menampakkan wajah serius, agar dihormati rekan lainnya. Bagi pekerja perempuan, banyak yang mencoba menghilangkan sifat yang terlalu feminin dalam lingkungan kantor, karena takut tidak dianggap serius. Dan masih banyak lagi hal serupa.

Lalu sebenarnya apakah hal tersebut baik untuk dilakukan? Tidak ada yang mengatakan bahwa seseorang harus bertindak sama ketika sedang ada dalam pekerjaan dan kehidupan lainnya. Namun bertindak apa adanya “sebagai diri sendiri” berarti bertindak dengan cara mewakili diri sendiri secara seutuhnya. Termasuk hal-hal terkait keyakinan dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Kadang orang tidak nyaman menjadi diri sendiri ketika berada di tempat kerja. Alasan yang paling mendasar karena ia tidak mengetahui secara pasti siapa dirinya dan apa ambisinya. Sederhananya ketika mereka tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan ini: Anda siapa? Apa tujuan Anda berada di sini? Mengapa Anda memilih bekerja di tempat ini?

[Baca juga: Membangun Budaya Tempat Kerja yang Harmonis]

Jika beberapa pertanyaan di atas bisa dijawab dengan baik, artinya seseorang telah merasa nyaman menjadi diri sendiri di lingkungan kerja. Begitu seseorang merasa nyaman dengan diri sendiri, maka dampaknya pada banyak hal. Mulai dari kepercayaan diri di tempat kerja sampai semangat kreativitas yang terus bermunculan.

Takut menjadi diri sendiri

Namun kadang terbentur pada sifat ingin menjadi seperti orang lain, terutama orang yang dikagumi dalam tempat kerja. Mengagumi cara berbicaranya, cara bernegosiasi hingga pada tingkah laku mereka secara umum. Namun nyatanya sesuatu yang bersifat tiruan tidak akan pernah lebih kuat dari yang asli. Pun begitu untuk meningkatkan pesona diri, tidak ada yang lebih baik dari pada menjadi diri sendiri.

Dalam pergaulan di tempat kerja, ketika seseorang jujur kepada diri sendiri dan orang lain, makan orang di sekitar akan terdorong untuk terbuka. Kejujuran itu menular dan melahirkan kebaikan di lingkungannya, termasuk pemahaman dan toleransi. Keterbukaan ini akan membuat tempat kerja terasa lebih efektif dan jauh lebih menyenangkan.

[Baca juga: Pentingnya Mengenal Anggota Tim Lebih Jauh]

Orang takut menjadi diri sendiri karena takut dinilai salah. Terkait dengan rasa salah ini, kepemimpinan dapat bertindak sebagai contoh. Pemimpin yang bijak dan jujur mau mengakui saat mereka melakukan kesalahan. Mereka akan meminta maaf dan mencoba memperbaiki situasi yang diricuhkan. Mereka tahu bahwa setiap orang membuat kesalahan dan pelajaran itu berharga. Ketika para pemimpin mengakui kesalahan mereka, itu memberi contoh yang baik bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Pengembang Sport Wearable TuringSense Kembali Dapatkan Pendanaan dari Ideosource

Sebagai lanjutan dari seed funding senilai $3 juta yang telah diterima, pengembang sport wearable TuringSense kembali membukukan pre-series A awal bulan ini. Nilainya sama dengan pendanaan sebelumnya, yakni $3 juta (40 miliar rupiah), sehingga kini pengembang produk bermerek PIVOT tersebut telah mengantongi nilai investasi $6 juta. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Ideosource (berpartisipasi juga dalam seed funding), didukung oleh The Core Group dan Fenox Venture Capital.

Dihubungi DailySocial, Vice President of Product and Marketing TuringSense Chris Lim mengatakan bahwa saat ini belum ada debut baru yang diluncurkan bersamaan dengan pendanaan yang didapat. Ditargetkan akan ada peluncuran (fitur atau produk) yang akan diumumkan pada bulan Agustus mendatang. Pendanaan yang didapat akan turut difokuskan untuk secara agresif memperluas pangsa pasar penawaran produk PIVOT yang telah dimatangkannya.

[Baca juga: Dua Pendiri Berkebangsaan Indonesia Menghasilkan PIVOT]

Produk PIVOT dibangun dengan beberapa kecanggihan teknologi berbasis wearable, IoT, biomekanik dan analisis data mendalam. Hal ini memanfaatkan temuan para ilmuan yang juga menjadi founder TuringSense. Di fase awal, PIVOT diuji coba untuk atlet tenis, dengan perangkat yang dipasang alat tersebut mampu merekam gerakan tubuh pemain tenis dan menganalisisnya.

Perangkat PIVOT untuk permainan Tenis / TuringSense
Perangkat PIVOT untuk permainan Tenis / TuringSense

Terdiri dari tiga sensor utama, yakni Accelerometer, Gyroscope dan Magnetometer, saat ini PIVOT sudah jauh berkembang dan mulai merambah pasar olahraga secara umum. Salah satu yang sudah mulai ditawarkan ialah untuk cabang olahraga sepakbola dan bulu tangkis. Beberapa kerja sama juga dijalin, salah satunya bersama Sport Surgery Clinic di Dublin dan Stanford Neuroscience, hasilnya ialah pengembangan teknologi berbasis game untuk rehabilitasi pasien.

Kerja sama dengan Sports Surgery Clinic juga membawakan produk baru TuringSense, yakni VU. Perangkat nirkabel biomekanik yang lebih kecil untuk memberikan umpan balik performa secara real time dalam kegiatan altetis.

[Baca juga: Mengintip Rencana-Rencana TuringSense Pasca Perolehan Pendanaan Awal]

Menurut pengamat industri, peningkatan pasar global untuk produk berbasis wearable akan mencapai $14 miliar. Salah satu pendorongnya adalah fakta bahwa perangkan wearable memiliki peran pelaporan data dan terhubung dengan ponsel pintar.

CEO TuringSense Joe Chamdani menggambarkan laju peningkatan konsumen wearable seperti pengguna GPS. Apa yang membuat GPS “lepas landas” adalah pengenalan petunjuk arah yang tepat. Pola seperti itu yang juga ingin dibawa ke PIVOT, tidak hanya memberikan data, namun juga petunjuk untuk membimbing konsumen dalam berolahraga.

Dua pendiri asal Indonesia Joseph Chamdani VP Research and Development (kiri) bersama Chris Lim VP Product and Marketing (kanan) TuringSense
Dua pendiri asal Indonesia Joseph Chamdani VP Research and Development (kiri) bersama Chris Lim VP Product and Marketing (kanan) TuringSense

Hal menarik lainnya, investor TuringSense dari awal juga berasal dari Indonesia. Sejak pendanaan awal Ideosource berpartisipasi penuh. Di kesempatan sebelumnya, Managing Partner Ideosource Andi S. Boediman mengatakan pihaknya meyakini solusi inovatif TuringSense memiliki potensi besar dalam berbagai hal, termasuk potensinya dalam pasar Internet of Things (IoT). Andi juga mengatakan bahwa produk PIVOT yang dimiliki TuringSense akan banyak diminati di pasar Asia, karena di pasar ini solusi untuk kebutuhan olahraga dan kesehatan cukup berkembang dan diminati masyarakat.