Matangkan Bisnis di Indonesia, CarBay Hadirkan Kategori Sepeda Motor dan Aplikasi Mobile

Setelah hadir di Indonesia untuk portal produk mobil, marketplace penjualan kendaraan CarBay memperluas layanannya dengan menghadirkan pilihan sepeda motor untuk bisnisnya di Indonesia. Perluasan ini dianggap mampu meningkatkan nilai transaksi CarBay, pasalnya di Indonesia peminat sepeda motor sangat tinggi dan begitu potensial, terutama dari konsumen pribadi. Informasi yang akan disajikan untuk konsumen sepeda motor ini sama dengan yang ada di portal penjualan mobil CarBay, mulai dari harga, ikhtisar, spesifikasi, fitur, ulasan, pembanding hingga dealer yang dapat dihubungi.

Sejalan dengan perluasan fitur tersebut, CarBay juga meluncurkan aplikasi untuk platform Android dan iOS. Aplikasi tersebut sudah mencakup pencarian mobil dan juga sepeda motor. Secara garis besar fitur yang ada di dalam aplikasi sama dengan yang ada di website. Aplikasi tersebut didesain khusus untuk pasar Indonesia, sehingga bernama “CarBay Indonesia” dengan menambahkan lokalisasi konten dan cakupan konten untuk wilayah Indonesia.

CEO CarBay untuk wilayah Asia Pasifik Mohit Yadav dalam sambutannya mengatakan:

“Sepeda motor mendominasi kendaraan pribadi di Indonesia. Aplikasi smartphone juga telah menyajikan pengalaman online yang banyak diminiati, dengan ketersediaan dan user interface yang mudah dipahami. Kami berharap bahwa aplikasi baru kami akan meningkatkan perilaku konsumen di Indonesia.”

Sebelumnya CarBay resmi meluncur di Indonesia sekitar lima bulan yang lalu, membawa portal e-commerce untuk produk mobil. Salah satu landasan ekspansinya ke Indonesia ialah penjualan mobil di Indonesia telah meningkat tajam pada angka 11 persen CAGR (Compound Annual Growth Rate) per tahun. Faktor pendorong pertumbuhan ini di antaranya suku bunga yang rendah, meningkatnya populasi kelas menengah, dan pertumbuhan GDP.

Indonesia yang sedang berada dalam pertumbuhan ekonomi signifikan menjadi pertimbangan strategis untuk mengakselerasi berbagai produk dan solusi online, seperti CarBay, untuk menetapkan standar baru dalam penjualan dan pembelian kendaraan secara lebih terorganisir. Dengan adanya dukungan aplikasi mobile, diharapkan juga mampu memanfaatkan tren mobile di Indonesia yang sedang terus bertumbuh.

CarBay merupakan produk yang dikembangkan Girnar Software yang berada di bawah naungan CarDekho dan berbasis di India. CarBay pada bulan Januari lalu baru saja mendapatkan putaran pendanaan Seri B senilai $50 juta dari beberapa investor, termasuk Hilhouse Capital, Tybourne Capital, dan Sequoia Capital.

Gameloft Advertising Hadirkan Dua Format Iklan Digital Baru

Gameloft Advertising Solutions, divisi iklan digital dari produsen game Gameloft, hari ini mengumumkan peluncuran dua format media terbarunya untuk konten iklan interaktif VBAN dan M-INT.

VBAN berbentuk sebuah banner yang diperkaya dengan konten video yang dapat dilihat dalam modus layar penuh dan memungkinkan konsumen untuk berinteraksi dengan merek setiap saat selama iklan. Sedangkan M-INT merupakan format layar penuh dinamis menawarkan visibilitas premium untuk integrasi konten animasi untuk benar-benar membawa produk yang diiklankan untuk hidup.

Dalam peluncurannya, Vice Presiden Advertising & Brand Partnership Gameloft Advertising Solutions Alexandre Tan mengatakan:

“Kami senang telah menambahkan dua format baru ini untuk penawaran kami, dengan tujuan mengoptimalkan efisiensi iklan merek. VBAN dan M-INT memungkinkan pengiklan untuk berbagi cerita melalui konten video animasi, sambil menawarkan konsumen sebuah pengalaman interaktif dan menawan.”

Layanan iklan berformat VBAN dan M-INT akan hadir dalam waktu dekat. Sebelumnya Gameloft Advertising juga sudah menawarkan beberapa jenis format untuk iklan digital, di antaranya: Mini-Game, Form, Site, Insentif Full Screen Video dan lainnya. Gameloft Advertising Solutions mengaku saat ini sudah memiliki pengguna bulanan lebih dari 172 juta pemain unik dan inventarisasi 9 miliar tayangan.

Inisiatif Gameloft untuk periklanan digital sendiri baru dimulai pada tahun ini. Laju bisnis mobile advertising yang kencang membuat produsen game tersebut melirik sektor ini. Dalam sebuah kesempatan DailySocial juga pernah membahas seputar bisnis ini bersama Head of Sales Gameloft Indonesia Samuel Lim dan Digital Marketing & PR Manager Gameloft Indonesia Rommy Mustharom.

Gameloft Advertising juga terus berupaya menawarkan pengiklan tingkat yang unik dari visibilitas dan engagement. Sampai saat ini Gameloft Advertising Solutions telah memberikan lebih dari 500 kampanye untuk merek bergengsi seperti Air France, Coca-Cola, Ford, FOX dan sebagainya di lebih dari 40 negara di seluruh dunia.

Di berbagai riset terkait periklanan digital, bersama dengan bertumbuhnya adopsi internet dan perangkat mobile bisnis tersebut bertumbuh pesat. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Smaato dalam hasil risetnya bertajuk “Global Trends in Mobile Programmatic Report.” Secara garis besar riset tersebut mengakatan bahwa periklanan digital (terutama di platform mobile) bertumbuh sagat signifikan, di Indonesia sendiri pertumbuhannya mencapai  Indonesia 142 persen selama periode 2014-2015.

Ketahui Karakteristik Calon Investor Sebelum Mengajukan Investasi

Modal (capital) memang menjadi bagian terpenting untuk menumbuhkan suatu invoasi startup. Kendati sudah banyak sekali kanal bagi startup untuk mendapatkan suntikan modal, namun nyatanya masih banyak yang tidak lolos untuk mencapai pendanaan pertamanya. Melihat tren sering gagalnya sebuah startup memikat investor, Brett Bivens dari venture capital Visible menuliskan kiat khusus bagi startup untuk mendapatkan pendanaan.

Poin yang begitu ditekankan pada tulisan tersebut adalah tentang bagaimana sebuah startup mampu mempelajari pola investasi dari calon investor yang akan dibidik. Dengan mengumpulkan informasi karakteristik venture capital berinvestasi, maka dinilai tidak akan sulit bagi startup untuk mengetahui kemana ia harus datang untuk menawarkan investasi modal.

Tak ada cara khusus secara teknis yang dipaparkan, bahkan dalam tulisannya Brett mengatakan hanya cukup menggunakan search engine ala Google daftar investor akan mudah didapat. Misalnya sebuah startup di bidang FinTech, maka kumpulan investor ini dapat menjadi rujukan untuk mengajukan pendanaan modal.

Best investor for FinTech

Dengan mengetahui lebih detil bagaimana sebuah venture capital berinvestasi, pendisi startup bisa mendapatkan insight seputar kriteria yang harus dipenuhi. Kunjungi website masing-masing venture capital atau blog investor yang terhubung dengan venture capital tersebut, dan pelajari informasi yang ada di dalamnya termasuk startup-startup yang sebelumnya telah mendapatkan suntikan modal darinya.

Namun jika suatu ketika pendiri startup berkesempatan untuk berbicara panjang lebar (melakukan pitching) dengan venture capital atau investor secara langsung, maka penting untuk ditekankan bahwa informasi yang dibicarakan menyudut pada keunggulan produk, komposisi dan semangat tim yang baik, dan pertumbuhan pasar.

Sebagai pendiri startup berhadapan dengan investor makan akan dihadapkan pada kompetisi terkait dengan modal dan talenta. Mendapatkan modal artinya usaha untuk mendapatkan uang, dan hal yang dilakukan tidak lain dengan memaparkan nilai jual startup yang didirikan. Pendiri harus bisa secara spesifik menjelaskan berbagai keunggulan kompetitif bisnis yang digeluti terhadap startup lainnya.

Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah bawa sebagai pendiri harus sebisa mungkin membuat kerangka kerja yang ada dalam bisnis mudah dipahami oleh investor, termasuk bagaimana mekanisme mereka dalam berinvestasi. Membuka investasi bukan berarti sepenuhnya memberikan akses driving startup kepada investor (biasanya tergabung dalam board advisory). Karena pada dasarnya investor juga perlu menjual, mereka perlu meyakinkan kepada mitra mereka bahwa dengan menambahkan startup ke dalam portofolio akan membawa dampak positif.

Trans-Pacific Partnership Membuka Celah Keamanan Privasi Online

Kesepakatan perjanjian perdagangan perdagangan antar negara di Lingkar Pasifik dinilai oleh banyak pengamat akan mengancam keamanan privasi dan hak pengguna Internet. Setelah delapan tahun melakukan negosiasi, beberapa waktu lalu perjanjian Trans-Pacific Partnership (TPP) diterbitkan dalam versi “legal review” pasca disepakati oleh 12 negara di awal bulan lalu. Salah satu poin yang dinilai menimbulkan celah privasi online adalah pada segmen e-commerce.

Dalam perjanjian TPP mengenai e-commerce dituliskan bahwa kebijakan yang melindungi data pribadi saat melintasi perbatasan dapat dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap TPP. Perjanjian juga menempatkan persyarakat bagi negara anggota untuk memungkinkan transfer lintas batas tanpa aturan khusus terkait data pengguna, termasuk melarang pemerintah setepat mewajibkan perusahaan melakukan host pada server atau data center lokal.

Terlepas dari isu tersebut, TPP sesungguhnya berusaha ingin mengatur beberapa aspek perdagangan dan kebijakan ekonomi dengan tujuan menurunkan hambatan perdagangan dan mempromosikan kegiatan ekonomi di negara anggota. Namun sejak awal dirumuskan TPP sudah menimbulkan berbagai isu. Selain terkait privasi, banyak juga yang mempertanyakan seputar hak cipta. Menurut EFF sebagai salah satu lembaga yang turut mengkritisi isi TPP, kebijakan terkait hak cipta berpotensi mengancam hak masyarakat untuk bebas berekpresi, mengakses pengetahuan, serta keamanan dalam menjangkau sumber daya online.

Negosiasi Indonesia untuk bergabung ke dalam perjanjian TPP

Beberapa waktu lalu, pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama salah satunya untuk membahas terkait rencana keikutsertaan Indonesia ke dalam TPP. Diungkapkan Tim Komunikasi Presiden bahwa Indonesia akan mendukung TPP karena dianggap akan memajukan ekonomi nasional. Menurut Jokowi, ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbuka. Dengan bergabung pada TPP, Indonesia akan memiliki peluang mengembangkan pasar ke negara maju yang bergabung di dalamnya.

Mesekipun dikatakan bahwa Indonesia tidak bergabung saat ini juga, kritik pun muncul dari berbagai kalangan, salah satunya Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang meminta pemerintah mengkaji kembali keikursertaannya dalam TPP.

Menurut INDEF kerja sama tersebut cenderung merugikan. Salah satu peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menuturkan bahwa poin kerja sama tidak senada dengan prinsip ekonomi Indonesia yang terbuka. TPP cenderung tertutup.

Dalam TPP juga terdapat penghapusan tarif ekspor impor. Dengan ini artinya akan timbul free fight market tanpa subsidi harga atau subsidi kebijakan untuk BUMN. Tidak hanya itu, perusahaan lokal pun harus siap bertarung dengan perusahaan asing yang bisa jadi memiliki kapasitas modal dan SDM yang lebih unggul. Bhima juga turut menyoroti terkait liberalisasi akses Internet yang berpotensi mengancam kedaulatan Indonesia.

Sebagai klarifikasi, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Panjahitan menegaskan bahwa Indonesia masih akan menggodok peraturan tersebut secara internal, mungkin baru bergabung di tahun-tahun mendatang karena saat ini Indonesia ingin fokus pada pakta ekonomi regional (MEA – Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang akan segera dimulai.

Membangun Ekosistem Kewirausahaan Ala Silicon Valley

Salah satu agenda kunjungan besar Presiden bersama beberapa jajaran dan tokoh startup nasional ke Amerika Serikat beberapa waktu lalu ialah ingin belajar bagaimana menciptakan sebuah ekosistem kewirausahaan lokal, terutama yang bertumbuh mengikuti tren perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Sebelum melanjutkan ke diskusi yang lebih mendalam, perlu dipahami lebih mendetil makna dari istilah “ekosistem kewirausahaan” yang banyak dirujuk dan ingin diaplikasikan di Indonesia. Menurut definisi di Wikipedia, ekosistem bisa diartikan sebagai “sebuah komunitas hidup yang behubungan dengan berbagai komponen tak hidup dalam lingkungan, berinteraksi sebagai sebuah sistem”.

Dari pengertian di atas maka dapat didefinisikan bahwa “ekosistem kewirausahaan” adalah bersatunya berbagai komponen, baik itu SDM (Sumber Daya Manusia), fasilitas, regulasi dan berbagai hal lainnya dalam membentuk sebuah kultur bisnis dan berjalan dalam sebuah sistem ekonomi bertumbuh.

Silicon Valley seringkali menjadi kiblat untuk sebuah sistem kewirausahaan terbaik di dunia. Dari berbagai catatan dan riset yang pernah dipublikasikan, tersaji beragam aspek yang membahas detil mengapa di Silicon Valley begitu berhasil untuk menumbuhkan kultur kewirausahaan.

Beberapa di antaranya menghubungkan pada kultur adopsi teknologi yang menguntungkan, sistem hukum dan perpajakan yang tidak memberatkan, peran serta Stanford University, hingga adanya sebuah budaya belajar dari sebuah kegagalan untuk membangun pada langkah berikutnya.

Ada sumber lain yang mengatakan bahwa keberhasilan Silicon Valley hadir dari pemikiran orang-orang seperti Frederick Terman, Geoges Doriot, Robert Noyce, Andy Grove atau Steve Jobs. Menariknya dari setiap tulisan yang ada menyimpulkan bahwa Silicon Valley tidak pernah bisa tereplikasi secara sempurna.

Sebuah cerita membuktikan kesimpulan tersebut. Kala itu Presiden Prancis Charles de Gaulle memiliki ambisi untuk mereplikasi Silicon Valley untuk membuat iklim kewirausahaan di negaranya. Tak tanggung-tanggung kala itu Charles juga meminta negara merekrut Frederick Terman, pendiri Silicon Valley yang juga dikenal sebagai “Bapak Silicon Valley”, yang kala itu telah pensiun menjadi profesor di Stanford University. Namun gagal dengan alasan sederhana, bahwa industri tidak memberikan dukungan yang sama seperti di Silicon Valley. Kawasan Dallas, Texas, juga mengalami kegagalan yang sama.

Tiga komponen yang mendorong kesuksesan Silicon Valley

Dari keadaan tersebut beberapa peneliti dari TheFamily mencoba menguak faktor apa saja yang sebenarnya menjadi dominasi atas bertumbuhnya sebuah ekosistem startup. Tim peneliti yang terdiri dari Steve Blank, Viviek Wadhwa, Paul Graham dan Brad Feld menemukan 3 titik penting yang melandasi sebuah ekosistem kewirausahaan, yaitu modal (capital), tahu caranya (know how), dan pemberontakan (rebellion) dalam artian adanya sebuah kontradiksi dari suatu gagasan yang telah didefinisikan sebelumnya. Ekosostem kewirausahaan melakukan kombinasi tiga faktor tersebut dengan tepat.

Kompnen ekosistem kewirausahaan

Ketiga komponen tersebut harus benar-benar bisa berbaur menjadi satu. Tanpa ketiganya ekosistem kewirausahaan tidak akan terbentuk dengan baik dan justru menciptakan sistem ekonomi berbeda. Kombinasi antara tiga komponen tersebut dibuktikan jelas di Silicon Valley.

Pada awalnya modal di Valley berasal dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, kemudian berkembang dari Venture Capital, hingga saat ini mencakup berbagai jenis investor. “Know-how” muncul tepatnya di tahun 1940-an berkat seorang insinyur mendesain microwave kemudian disusul oleh kehadiran riset dan produsen semikonduktor. Akhirnya “rebellion” muncul seiring dengan pematangan pola pikir, dimulai dari kemunculan aktivitas dari California hinga berbagai ilmuwan dan aktivis lain memunculkan ide untuk saling membenahi gagasan yang ada.

Lalu apakah komponen tersebut sudah siap semua di Indonesia

Jika melihat dari komposisi tiga komponen tersebut, antara capital, know-how dan rebellion, di Indonesia sudah mulai kuat di “capital”, masih banyak belajar di “know-how” dan mulai terbentuk “rebellion”.

Masih setengah-setengah untuk terciptanya sebuah ekosistem kewirausahaan yang kental, dan memang iya, bahwa ekosistem kewirausahaan belum begitu terasa matang di Indonesia. Namun ada sebuah tulisan keynote di Xtech dari Paul Graham yang sepertinya dapat menjadi acuan untuk mengarahkan Indonesia mampu mematangkan ekosistem kewirausahaan.

Berikut ini adalah beberapa komponen penting yang harus mulai menjadi perhatian secara singkat:

  • Kutu buku dan investor. Kutu buku diartikan dengan orang-orang yang begitu bersemangat untuk berinovasi dan bereksperimen. Dengan mempertemukan dengan investor yang tepat, inovasi dan risetnya dapat lebih terjamin keberlanjutannya.
  • Mengapa investor cenderung dari kalangan non-birokrasi yang disampaikan pada publikasi tersebut? Karena di sini benar-benar membutuhkan investor yang memiliki visi ke depan, dengan artian mereka harus paham betul bagaimana lingkungan kewirausahaan (khususnya teknologi) berproses.
  • Berbicara tentang ekosistem kewirausahaan tidak melulu berbicara tentang infrastruktur bangunan. Membangun spirit kewirausahaan menjadi fokus yang harus lebih diutamakan.
  • Universitas berperan penting menciptakan keluaran calon pengisi ekosistem kewirausahaan. Di sini pusat Research & Development juga mungkin untuk dipusatkan guna mengakselerasi keluaran pemuda berbakat.
  • Kepribadian diciptakan saat berproses di universitas.
  • Termasuk hadirnya “kutu buku” di atas, merupakan hasil keluaran dari pemrosesan di universitas atau sekolah.
  • Pemuda menjadi pendorong utama.
  • Setiap proses memerlukan waktu, dan setiap keputusan memerlukan momentum atau waktu yang tepat.
  • Menciptakan iklim persaingan yang sehat.

Mematangkan komponen ekosistem kewirausahaan nasional

Presiden Jokowi bercita-cita membawa Indonesia menjadi pasar pertumbuhan besar di Asia berikutnya, mendampingi Tiongkok dan India. Beberapa indikasi positif seperti dikucurkannya investasi besar untuk startup lokal menjadi salah satu yang membuat berbagai pihak optimis, tapi saat berbicara angka jika dibanding dengan Tiongkok dan India masih sangat jauh, bahkan jika dibanding dengan Singapura.

Tercatat investasi di Indonesia mencapai $61,9 juta per Oktober tahun ini, sementara itu di periode yang sama Tiongkok menarik modal $12,8 miliar dan India $2,7 miliar di periode yang sama. Masih sangat jauh.

Salah satu alasan yang masih menghambat ialah peraturan di Indonesia yang dianggap masih menyulitkan. Seperti yang diungkapkan investor yang berbasis Bangkok Adrian Vanzyl, yang juga mengelola Ardent Capital, peraturan yang dimaksud lebih kepada perijinan dan perpajakan.

Namun seiring dengan perjalanan waktu, pemerintah pun mulai memberikan kemudahan untuk hal tersebut. Melalui beberapa kebijakan ekonomi terbaru, izin investasi asing juga mulai diperlonggar dengan tetap mengedepankan unsur yang menguntungkan kebutuhan nasional.

Venture capital kini juga makin bertumbuh di Indonesia, siap berinvestasi untuk karya potensial anak bangsa, mulai dari penanam modal internasional ala Sequoia dan 500 Startups, hingga konglomerat lokal ala Lippo Group, Sinar Mas dan Bakrie Group. Kesadaran pebisnis individu untuk menjadi Angel Investor kini juga sudah mulai bertumbuh di Indonesia.

Membangun ekosistem teknologi seperti Silicon Valley membutuhkan waktu. Kendati menampilkan potensi yang baik, mempersiapkan berbagai komponen untuk menjadi lebih maksimal menjadi pilihan yang lebih bijak untuk memaksakan berdirinya sebuah inkubasi besar namun prematur.

Wego Tunjuk Ruwie S. Raharjo Sebagai General Manager untuk Indonesia

Setelah melakukan pencarian pimpinan perusahaan untuk wilayah Indonesia, layanan pencarian (metasearch) kebutuhan wisata Wego akhirnya menunjuk  Ruwie S. Raharjo menjadi General Manager Wego Indonesia. Penunjukan Ruwie didasarkan pada pengalamannya di pengembangan bisnis digital, terutama dalam kaitannya dengan online media strategy. Kiprah Ruwie di industri digital memang patut diperhitungkan. Saat ini ia juga aktif menjadi anggota Mobile Marketing Association dan Indonesia’s E-commerce Assosiation (idEA). Continue reading Wego Tunjuk Ruwie S. Raharjo Sebagai General Manager untuk Indonesia

Emerald Media Siap Berinvestasi untuk Bisnis Media dan Digital di Asia

Firma investasi global KKR dan CA Media dari Chernin Grup mengumumkan jalinan kerja samanya untuk pembentukan Emerald Media. Emerald Media akan menjadi wadah baru investasi dana yang memanfaatkan peluang industri media dan digital untuk wilayah Asia. Selaku investor utama, KKR telah mngucurkan dana $300 juta dari KKR Asian Fund II, sedangkan Grup Chernin bertindak sebagai investor minoritas.

Fokus utama Emerald Media adalah menyediakan dana pertumbuhan untuk perusahaan media, hiburan dan digital, baik untuk posisi pengendali maupun minoritas yang signifikan di perusahaan terbuka dan tertutup. Di fase awal Emerald akan menyediakan dana investasi hingga $75 juta.

“Sektor media dan hiburan sedang berada di puncak fase pertumbuhan yang kuat, didorong oleh konvergensi media, lingkungan investasi dan meingkatnya pengeluaran konsumsi. Dengan berbagai elemen pertumbuhan yang ada, ini berarti ada kesempatan signifikan untuk membentuk portofolio aset di sektor ini,” ujar Rajes Kamat yang didaulat sebagai manajer Emerald Media bersama rekannya Paul Aiello.

Di kesempatan yang sama Paul turut menyampaikan optimismenya terhadap industri media di Asia. Ia mengatakan bahwa tranformasi digital yang ada sangat didorong oleh penetrasi internet dan mobile. Hal ini akan menjadi landasan untuk Emerald berani berinvestasi di berbagai medium, demografis dan model pendapatan, karena diyakini tranformasi digital tersebut masih akan terus berkembang signifikan.

Dalam sistem kerjanya Emerald Media akan mengidentifikasi sub-sektor dan pelaku industri di berbagai negara di Asia dengan potensi pertumbuhan yang kuat berdasarkan pemahaman dan pengalaman tim di sektor media, hiburan dan teknologi. Setelah melakukan investasi, tim Emerald akan membantu perusahaan untuk mengembangkan bisnis dengan memberikan dukungan berupa strategi, operasi, keuangan, branding dan pemasaran disesuaikan kebutuhan masing-masing perusahaan.

Menilik lanskap industri media, hiburan dan teknologi di Asia, saat ini wilayah ini sedang menikmati dukungan fundamental mikro yang begitu atraktif sebagai cerminan pertumbuhan sektor konsumsi di kawasan ini.

Spesifik berbicara Indonesia, negara ini menjadi salah satu pangsa terbesar untuk pendapatan media, terutama yang berhubungan dengan video. Prakiraan pendapatan bersih di tahun 2015 untuk sektor tersebut bisa mencapai $2 miliar, dan diperkirakan bertumbuh 9 persen di tahun 2020.

Dengan populasi muda-mudi (berusia di bawah 30 tahun) yang besar, Indonesia juga telah menjadi pasar media sosial terbesar di dunia. Meskipun penetrasi broadband internet masih kurang dari 30 persen, Indonesia tetap memiliki potensi tinggi untuk media digital.

Melalui pengalaman perusahaan penyokongnya yang telah berkiprah di Indonesia, Emerald Media meyakini bahwa akan mendapatkan pengalaman operasional dan investasi mendalam di pangsa pasar potensial ini.

iGrow Mudahkan Masyarakat Berinvestasi di Pertanian

Bayangkan permainan Farmville dalam sebuah kehidupan nyata. Itulah bagaimana platform iGrow bekerja. iGrow memungkinkan orang-orang untuk dapat bertani tanpa harus memiliki lahan ataupun kemampuan dalam bercocok tanam. Melalui dashbord yang dikembangkan, tersaji pilihan benih dan lahan yang dapat dijadikan investasi untuk ditanam. iGrow bekerja sama langsung dengan para petani dan pemilik lahan. Sistem akan mengakomodir Sertifikat Kepemilikan Pohon (SKP) untuk penggunanya. Secara umum iGrow menyebut layanan tersebut sebagai Kepemilikan Kebun Produktif (KKP). Continue reading iGrow Mudahkan Masyarakat Berinvestasi di Pertanian

Lima Poin Penting Pola Pikir Pendiri Startup Menurut Kevin Rose

Dalam sebuah wawancara oleh Google Ventures bersama Kevin Rose, penggusaha sukses dunia di bidang teknologi menyampaikan beberapa hal yang menjadi landasan penting bagi seorang pengusaha. Berbekal pengalamannya sebagai Co-Founder North Technologies, Founder Digg, Milk, Revision3, Powence dan rekanan strategis Google Ventures, Kevin menyampaikan beberapa hal yang menurutnya penting untuk menjadi sebuah landasan pola pikir pendiri startup/bisnis. Continue reading Lima Poin Penting Pola Pikir Pendiri Startup Menurut Kevin Rose

Bagaimana Memulai Startup Menggunakan Konsep Pilot Project

Menurut Cosmos Labs, salah satu penggiat dan pengembang teknologi mobile, ketika seseorang atau sekelompok orang memulai sebuah startup maka sama saja ia sedang memulai sebuah proyek penelitian. Sebuah startup merupakan sebuah kombinasi dari tim hebat dengan sebuah masalah yang diusulkan untuk menjangkau pasar yang besar. Sebuah startup juga memiliki semacam “misi” untuk pembuktian sebuah hipotesis yang berfokus pada sebuah proposisi nilai. Ini penting untuk menjadi sebuah landasan mendasar untuk mendefinisikan alasan, mimpi dan alokasi sumber daya. Startup adalah penelitian, maka langkah yang ada di dalamnya adalah sebuah percobaan atau pilot project. Continue reading Bagaimana Memulai Startup Menggunakan Konsep Pilot Project