Mendalami Fokus Bisnis OCTOPUS, Platform Agregator Daur Ulang

Menerapkan ekosistem ekonomi sirkular berbasis teknologi, OCTOPUS hadir sebagai platform agregator yang bisa dimanfaatkan oleh industri terkait untuk mendapatkan sampah daur ulang dari pemulung dan pengepul. Layanan ini telah memulai operasionalnya di kota lapis 2 dan 3.

Tercatat layanan mereka telah menjangkau hampir 200 ribu pengguna yang tersebar di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Bali, dan Makassar. OCTOPUS juga telah bekerja sama dengan lebih dari 1.700 bank sampah dan 14.600 pemulung terlatih dan terverifikasi (mereka menyebutnya dengan “pelestari”).

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO OCTOPUS Moehammad Ichsan mengungkapkan, persoalan daur ulang di tanah air memiliki potensi besar. Namun demikian besarnya permintaan dari kalangan industri tidak bisa dibarengi dengan persediaan yang ada. Meskipun saat ini jumlah pemulung hingga pengepul banyak di berbagai lokasi, namun banyaknya lapisan atau proses penjualan yang harus dilalui oleh para pengepul, menyulitkan bagi mereka untuk bisa menjual langsung.

“Dari sisi para pelestari dan pengepul, kami juga melihat masih adanya trust issue di antara mereka. Dengan alasan itulah OCTOPUS ingin menjadi platform yang bisa memberikan standardisasi untuk harga penjualan hingga volume yang sesuai antara pengepul dan pelestari,” kata Ichsan.

Untuk memangkas lapisan yang diklaim sudah terlalu berlapis hingga menyulitkan industri mendapatkan barang secara langsung, OCTOPUS memberikan kesempatan bagi para pengepul untuk bisa menjual semua barang daur ulang yang telah mereka dapatkan dari para pelestari langsung kepada industri.

OCTOPUS juga bisa memberikan rekomendasi kepada para pengepul menyesuaikan skala usaha mereka. Untuk pengepul yang masih dalam skala kecil disarankan bisa fokus kepada barang seperti plastik. Sementara mereka yang sudah dalam kategori menengah bisa fokus kepada barang kardus. Dan untuk usaha pengepul yang masuk dalam kategori besar bisa fokus kepada barang tertentu seperti sampah daur ulang elektronik.

“Konsepnya kita mempertemukan sektor informal, yaitu pelestari dan juga pengepul yang melakukan jual-beli barang, tujuannya untuk meningkatkan keuntungan mereka. Dengan menjembatani langsung antara industri dan sektor informal tersebut, kita menciptakan solusi sebagai agregator yang memiliki impact ke lingkungan hingga ekonomi sosial dengan menyelesaikan persoalan di supply chain,” kata Ichsan.

Kembangkan aplikasi dan dasbor

Agar tujuan bisa mencapai target yang sesuai sekaligus mendapatkan profit yang berkelanjutan, OCTOPUS kemudian mengembangkan 3 aplikasi yang bisa digunakan oleh pelestari, pengepul, dan konsumen. Sementara untuk brand hingga perusahaan FMCG yang ingin memanfaatkan data yang diperoleh dari para pelestari di berbagai lokasi konsumen, mereka juga menyediakan pengolahan data.

Untuk saat ini strategi monetisasi yang dijalankan adalah B2B. OCTOPUS masih fokus memenuhi permintaan industri lewat dasbor pengolahan data.

Namun untuk membantu pelestari mendapatkan kesempatan langsung penjemputan sampah daur ulang dari konsumen, disiapkan juga aplikasi yang bisa digunakan oleh pelestari dan konsumen secara on-demand. Reward yang diterima oleh konsumen nantinya berupa poin yang bisa ditukar untuk pembelian pulsa, token listrik, hingga pembelian produk F&B.

Sebagai lulusan Grab Velocity Ventures (GVV) Batch 4, OCTOPUS juga menawarkan penukaran poin untuk layanan yang ada di Grab seperti GrabBike, GrabMart, dan lainnya.

Selain itu bagi pelestari yang berhasil melakukan penjemputan sampah daur ulang langsung ke rumah konsumen, nantinya akan diberikan rekomendasi tempat penjualan barang atau pengepul yang relevan. Sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih dengan melakukan penjualan kepada lebih dari satu pengepul.

“Untuk pengepul juga kami berikan kesempatan untuk mengembangkan bisnis mereka dengan mendapatkan modal dari Bank BJB hingga KemenkopUKM. Dengan [interest] rate yang jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan perbankan, para pengepul nantinya bisa melakukan scale-up melalui bantuan modal tersebut,” kata Ichsan.

Bersama dengan Pemprov. DKI, OCTOPUS juga telah melakukan kerja sama strategis untuk bisa memanfaatkan bank sampah yang dikelola oleh pemerintah setempat. Termasuk lewat pendirian OCTOPOINT sebagai bagian dari ekosistem OCTOPUS di M Bloc Space Jakarta Selatan. Kini warga Jakarta dapat mengakses layanan tanpa biaya ini untuk memilah, mengumpulkan dan mengelola sampah rumah tangga mereka.

“Setelah memulai dari kota di lapis 2 dan 3, tahun ini OCTOPUS akan mulai fokus mengembangkan layanan di kota lapis 1 yaitu Jakarta dan sekitarnya. Harapannya kami juga akan memperluas layanan ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat,” kata Ichsan.

Pendanaan awal dari Openspace Ventures

Sejak awal, misi OCTOPUS membantu para produsen melacak, memilah, dan mengumpulkan produk pasca-konsumen. Sejalan dengan slogan ‘Solusi Daur Ulangmu’, aplikasi OCTOPUS memberikan kemudahan bagi pengguna dalam mengelola sampah, sehingga menjadi salah satu solusi untuk mendorong masyarakat membuang sampah atau barang bekas pakai dengan tepat.

Hingga saat ini OCTOPUS masih menjadi pemain pertama yang menyediakan layanan ini. Dengan alasan itulah akhirnya Openspace Ventures bersedia untuk memberikan pendanaan awal.

Meskipun mengaku masih memiliki runway yang cukup dan telah mendapatkan profit, perusahaan masih memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan selanjutnya.

“Setelah mendapatkan dana segar dari Openspace Ventures, kami memiliki rencana untuk menambah jumlah tim dan fokus kepada pengembangan produk, terutama pengembangan 3 aplikasi dan data dashboard yang kami miliki,” kata Ichsan.

Application Information Will Show Up Here

D-Laundry Perluas Model Bisnis, Kini Hadirkan Layanan POS

Sejak debutnya tahun 2016, PT Drop Global Tech (DROP) melalui D-Laundry tetap konsisten sebagai platform untuk layanan laundry on-demand di Jabodetabek. Memasuki tahun 2022, mereka memutuskan untuk melakukan transformasi bisnis.

Kepada DailySocial.id, CEO Drop Global Tech Ridhwan Basalamah mengatakan, transformasi ini dilakukan oleh perusahaan usai mendapatkan data yang menarik dari riset yang mereka lakukan secara internal. Sebagai platform yang mendukung usaha pemilik laundry, D-Laundry juga mengembangkan layanan yang relevan dan dibutuhkan oleh mitra.

“Saat ini kita melihat kebutuhan industri laundry untuk B2C makin besar. Jika dulunya kami hanya fokus kepada online dan secara on-demand, kini kami mulai hadir secara offline dengan area layanan yang lebih luas dan hadir secara nasional,” kata Ridhwan.

Saat ini D-Laundry telah memiliki sekitar 400 mitra dan ribuan pelanggan yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana di semester dua tahun ini. Sebelumnya perusahaan telah merampungkan putaran pendanaan tahapan awal tahun 2021 lalu.

Kembangkan POS dan pilihan berlangganan

Dengan meluncurkan D-Laundry Merchant, wajah baru dari aplikasi Mitra D-Laundry yang kini dilengkapi dengan fitur manajemen laundry yang lengkap di antaranya fitur kasir (POS), manajemen produksi, pencatatan keuangan dan akuntansi, manajemen pegawai, insight bisnis, menerima pembayaran digital, nota digital, dan berbagai fitur lainnya.

Berbeda dengan POS untuk industry F&B, POS di bisnis laundry memiliki keunikan yang signifikan. Mulai dari tempo pembayaran yang bisa di awal layanan dan juga di akhir, menyesuaikan keinginan pelanggan hingga pencatatan atau pembukuan.

Perusahaan juga mengubah strategi monetisasi mereka. Yang awalnya berbagi komisi dengan pemilik laundry yang kebanyakan dari kalangan UMKM, kini mereka memberikan opsi berlangganan. Sehingga pemilik laundry bisa menentukan sendiri opsi yang ingin mereka tawarkan kepada pelanggan, seperti pilihan antar jemput dan lainnya.

“Kami juga menawarkan manajemen internal yang bisa digunakan pemilik laundry untuk memonitor kinerja pegawai yang akan berpengaruh kepada pembayaran atau gaji pegawai mereka secara akurat, menyesuaikan beban kerja masing-masing,” kata Ridhwan.

Perusahaan juga telah menyediakan pilihan pembayaran digital kepada mitra mereka. Harapannya bisa melancarkan proses pembayaran antara pelanggan dengan mitra laundry. Menggandeng payment gateway yang sudah terdaftar di Indonesia.

“Sebelumnya kita telah memiliki lisensi dari regulator terkait untuk menyediakan pilihan ini, namun karena adanya perubahan kami memilih untuk menjalin kolaborasi strategis dengan platform payment gateway” kata Ridhwan.

Di samping meluncurkan Aplikasi D-Laundry Merchant, DROP juga sedang menyiapkan Aplikasi D-Laundry Marketplace versi baru untuk pelanggan dan Franchise Laundry. Franchise Laundry yang merupakan pengembangan bisnis dari Swash Clean Laundry yang dikelola oleh DROP sendiri akan menyediakan beberapa pilihan tingkatan level berdasarkan kelengkapan layanan yang disediakan. Program franchise ini diharapkan dapat menyasar kepada pengusaha muda yang ingin berinvestasi di industri laundry.

Strategi bisnis DROP

Tahun 2015 lalu banyak bermunculan platform laundry on-demand serupa dengan yang ditawarkan oleh D-Laundry. Namun tidak banyak di antara mereka yang kemudian bertahan dan berkembang menjadi perusahaan teknologi seperti D-Laundry. Menurut Ridhwan, fokus mereka sejak awal sebagai marketplace dan memilih untuk bekerja sama dengan pemilik bisnis UMKM, menjadi kunci sukses mereka bisa bertahan sejak tahun 2016, bahkan ketika pandemi.

“Kebanyakan platform lainnya fokus kepada konsep e-commerce dan hanya ingin membesarkan brand mereka sendiri. Sehingga sulit bagi pelaku UMKM untuk bisa dikenal dan berkembang. Dari sisi harga kami juga membebaskan kepada pemilik laundry untuk menentukan sendiri,” kata Ridhwan.

Kini DROP ingin menjadi platform yang memberikan layanan laundry secara terpadu. Mulai dari sistem, konsultasi dan kesempatan bagi pengusaha baru yang tertarik untuk memiliki bisnis laundry. Ke depannya perusahaan juga ingin mengembangkan teknologi IoT ke dalam sistem mereka.

Application Information Will Show Up Here

Tokban Hadir sebagai Marketplace B2B Pemenuhan Bahan Bangunan

Salah satu sektor yang hingga saat ini masih memiliki potensi besar adalah konstruksi dan bangunan. Mulai dari penyediaan bahan bangunan untuk memenuhi kebutuhan toko bangunan, kontraktor, hingga pengembang.

Melihat peluang tersebut, Tokban (Toko Bangunan) hadir memberikan layanan dan solusi terpadu kepada mereka yang membutuhkan. Dengan opsi produk lokal hingga pemilihan pembayaran yang beragam, platform tersebut diharapkan bisa menjadi pilihan dalam pemenuhan bahan konstruksi, MRO (maintenance, repair, and operation), dan kebutuhan renovasi rumah lainnya.

“Berangkat dari pengalaman, saya melihat dari dulu hingga saat ini konstruksi masih menjadi bisnis yang menguntungkan. Namun sampai saat ini masih sangat terfragmentasi dari sisi penyediaan karena kebanyakan mereka hanya bisa memberikan pilihan brand secara terbatas, sehingga menyulitkan mereka untuk menjalin kerja sama dengan brand lainnya,” kata Co-founder & CEO Tokban Jordy Salim.

Ditambahkan olehnya, bagi para kontraktor dan pengembang ketika ingin mendapatkan quotation pilihan bahan bangunan masih menemukan berbagai kesulitan. Kesulitan tersebut termasuk terkait cara menghubungi supplier dan principal untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka.

“Saat bertemu dengan Co-founder Tiffany Alice Munroe, akhirnya kita mulai mencari cara ideal untuk dapat memenuhi kebutuhan toko bangunan dan kontraktor. Alasan kami memilih kedua pembeli ini adalah dilihat dari model kerja mereka yang sudah sangat teratur dan bisa diandalkan,” kata Jordy.

Bahan bangunan yang tersedia di Tokban beragam, mulai dari cat, peralatan rumah, aksesori pintu, dan lainnya. Meskipun saat ini mereka fokus kepada segmen B2B, namun tidak menutup kemungkinan ke depannya Tokban bisa menjadi platform terpadu yang bisa menghadirkan layanan seperti tukang dan lainnya untuk segmen B2C.

Kendati belum banyak, akhir-akhir ini sejumlah startup hadir mencoba menyelesaikan isu di sektor properti — khususnya dalam pemenuhan dan manajemen konstruksi. Di antaranya BRIK dan GoCement yang menghadirkan platform B2B Commerce untuk pemenuhan bahan bangunan. Ada juga AMODA untuk manajemen proyek. Ketiga startup tersebut sudah membukukan pendanaan awal.

Pilihan pembayaran paylater

Selain mengambil keuntungan dari penjualan sekitar 15% margin dari supplier dan principal, Tokban juga memberikan opsi pembayaran kepada pembeli melalui opsi paylater hingga Rp2 miliar sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Dengan demikian bagi para pembeli seperti toko bangunan dan kontraktor, bisa memenuhi kebutuhan tanpa adanya hambatan biaya.

Pilihan tersebut diberikan karena melihat kebiasaan dari toko bangunan yang kerap memberikan pilihan pembayaran usai pekerjaan selesai, kepada pelanggan yang mereka percaya.

“Berangkat dari konsep itulah kami memastikan kepada supplier dan principal bahwa pembeli Tokban kemudian bisa melakukan pembayaran dengan opsi paylater. Tentunya setelah proses penyaringan kami lakukan. Untuk bisa menyediakan layanan ini kami bekerja sama dengan perusahaan multifinance,” kata Co-founder Tokban Tiffany Alice Munroe.

Tokban merupakan salah satu startup yang mengikuti program Cohort 6 Accelerating Asia. Accelerating Asia meluncurkan Fund II pada tahun 2021. Cohort 6 merupakan investasi gelombang kedua untuk Fund II yang akan menyebarkan modal ke startup pra-seri A di seluruh wilayah Asia Tenggara dan Selatan.

Saat ini Tokban telah mendapatkan modal dari program akselerasi Accelerating Asia. Untuk bisa mempercepat pertumbuhan bisnis, perusahaan berencana untuk menggalang dana tahapan awal tahun ini.

Tokban juga memiliki rencana untuk bisa mengakuisisi 1000-2000 pembeli baru dalam platform. Saat ini mereka telah bermitra dengan lebih dari 100 supplier dan principal. Untuk area layanan saat ini Tokban masih fokus kepada wilayah Jabodetabek. Namun ke depannya dilihat dari peluang yang ada, tidak menutup kemungkinan mereka akan melakukan ekspansi di luar Jabodetabek.

“Tokban menjadi relevan hadir di Indonesia, sebagai negara berkembang masih banyak pembangunan yang dilakukan di berbagai lokasi. Dengan demikian Tokban bisa menjadi platform yang tepat mendukung pihak terkait untuk melancarkan konstruksi bangunan,” kata Tiffany.

MDI Ventures Segera Luncurkan “Impact Fund” Tahun Ini

Menurut definisinya, investasi berdampak atau impact investing adalah strategi investasi yang memiliki tujuan secara spesifik menyasar kepada lingkungan dan sosial, selain keuntungan secara finansial.

Melihat potensi tersebut, MDI Ventures berencana meluncurkan pendanaan berdampak atau impact fund dalam waktu dekat untuk memberikan peluang ke startup yang menyasar kepada dampak sosial, lingkungan dan governance (ESG).

Sebelumnya MDI Ventures telah memperluas horizon investasi dengan membentuk Arise Fund bersama Finch Capital, eMerge untuk angel investor, dan Bio-Health Fund bersama Biofarma.

Kepada DailySocial, VP Business Development MDI Ventures Alvin Evander menegaskan, saat ini, meskipun masih dalam entitas yang sama, pendanaan berdampak tersebut akan dikelola secara terpisah.

Masih dalam persiapan, rencananya impact fund ini akan diluncurkan pada Q2 atau Q3 tahun ini.

“Nanti kami akan meluncurkan impact fund secara dedicated berfokus kepada startup yang bisa memberikan kontribusi di social impact, khususnya untuk startup Indonesia. Opsi pendanaan ini kami luncurkan sebagai bagian dari ekspansi MDI Ventures selaku CVC,” kata Alvin.

Ditambahkan Alvin, perusahaan juga ingin melakukan ekpansi limited partner (LP). Sebelumnya Indonesia Impact Fund, yang dikelola Mandiri Capital Indonesia (MCI) dan UNDP, telah mengumumkan penutupan pertama untuk dana kelolaannya sejak Q4 2021.

Beberapa VC dan jaringan investor lokal dan global yang menyasar segmen ini adalah ANGIN, Teja Ventures, dan Beacon Fund dari Patamar Capital.

Kategori startup

Saat ini dianggap jadi waktu yang tepat bagi MDI Ventures meluncurkan impact fund untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia. Meskipun enggan  menyebutkan secara spesifik, Alvin menegaskan, startup agritech, healthtech, edtech, hingga fintech yang fokus kepada financial inclusion menjadi pilihan berdasarkan pemahaman dan pengalaman yang telah mereka miliki.

“Namun tidak menutup kemungkinan kami juga akan melakukan eskplorasi kepada startup yang menyasar kepada climate tech dan mereka yang fokus kepada pemanfaatan energi dan waste management. Kami masih belajar dan bersedia untuk melakukan eksplorasi lebih mendalam,” kata Alvin.

Disinggung berapa nilai investasi yang akan diberikan melalui impact fund ini, Alvin belum menyebutkan nominal fund dan ticket size per startup. Mereka membuka kesempatan bagi startup di level awal (seed), Seri A, dan Seri B untuk  menghubungi mereka lebih lanjut jika pendanaan ini telah diluncurkan.

Terdapat beberapa poin penting yang di-highlight sebagai pertimbangan pemilihan pendanaan, mulai dari potensial bisnis, revenue, dan kondisi cashflow positif.

“Kita percaya sebagai perusahaan atau startup mereka bisa memiliki social impact yang positif walaupun bisnis mereka berjalan secara cepat. Hal tersebut merupakan tesis kami untuk impact fund. Harapannya kita ingin berinvestasi kepada startup yang bisa mendukung keduanya. Bukan berarti startup yang fokus kepada sosial tidak bisa mendapatkan keuntungan. Itu menjadi poin kita melalui pendanaan ini,” kata Alvin.

Ke depannya Alvin melihat impact fund atau pendanaan yang berbasis pada nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) akan memiliki masa depan yang positif.

ESG tidak selalu fokus ke sosial dan lingkungan saja, tetapi juga menyentuh governance, sehingga bisa meminimalisir terjadinya fraud dan mengawasi potensi startup yang menyalahi aturan.

“Saya percaya ESG akan memiliki masa depan yang menjanjikan di ekosistem startup Indonesia, karena menurut kami startup sudah mulai harus melihat ke arah sana.”

Masyarakat semakin peduli

Di artikel DailySocial sebelumnya tercatat, pergeseran perilaku masyarakat akan memengaruhi pelaku bisnis dalam isu berkelanjutan. Startup yang fokus ke lingkungan seperti Nafas hingga platform food waste management Surplus telah membuktikan kondisi saat ini telah menimbulkan kebiasaan baru dan  kesadaran masyarakat umum akan kesehatan dan penerapan waste management yang tepat.

“Masa depan kategori ini jelas. Sains sudah memastikan gentingnya sejumlah isu lingkungan yang dapat berakibat pada tumbuhnya model bisnis berorientasi profit yang akan fokus pada menghindari kerusakan terhadap planet kita,” jelas Co-Founder & Chief Growth Officer nafas Piotr Jakubowski dalam suatu kesempatan wawancara.

Managing Director PT Ekonomi Sirkular Indonesia Muhammad Agung Saputra secara terpisah mengatakan, “Berbeda dengan platform lainnya, secara khusus Surplus bukan hanya sebagai food marketplace yang menjual produk makanan seperti beberapa pemain lainnya, namun konsepnya hanya menjual produk makanan berlebih dan imperfect product kepada pelanggan, untuk mengatasi permasalahan food waste.”

Rencana Bisnis Platform Ride-Sharing SWOOP Setelah Debut di Jakarta

Meluncur di Jakarta akhir tahun 2021, penyedia layanan transportasi alternatif berbasis ride-sharing SWOOP, saat ini telah menambah rute perjalanan mereka di beberapa lokasi.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & Direktur SWOOP Lim Wee Meng mengungkapkan, SWOOP ingin menjadi opsi kepada pekerja hingga mahasiswa, yang membutuhkan transportasi untuk bisa mengantar mereka mulai dari rumah hingga lokasi tertentu.

“Misi kami ingin mengatasi masalah yang ada di ekosistem transportasi di negara berkembang. Dimulai dari Jakarta, karena kami melihat persoalan di jalan saat ini. Di sisi lain kami melihat banyak mitra yang ingin menjalin kolaborasi strategis saat ini,” kata Wee Meng.

Terdapat beberapa poin penting yang menjadi fokus dari Swoop. Di antaranya adalah persoalan keamanan. Mereka berkomitmen untuk menjamin keamanan di dua sisi, yakni penumpang dan pengemudi. Misalnya dengan ketersediaan Emergency Button untuk kedua belah pihak di aplikasi masing-masing.

SWOOP juga ingin memberikan kemudahan bagi penumpang saat melakukan perjalanan pulang-pergi, dengan memberikan tempat penjemputan dan pengantaran langsung ke tujuan. Melalui aplikasi, juga bisa dilihat secara langsung lokasi kendaraan untuk memudahkan mereka melakukan persiapan.

“Berbeda dengan layanan ride-hailing pada umumnya, SWOOP memiliki efek sosial yang dibesarkan oleh pengguna. Serupa dengan layanan yang ditawarkan oleh taksi, namun kami memberikan pilihan harga yang lebih terjangkau mulai dari Rp10 ribu,” kata Co-Founder SWOOP Michael Geric.

Perbedaan lain yang dimiliki oleh SWOOP dibandingkan dengan platform ride-hailing, mereka secara khusus menyediakan transportasi untuk kendaraan kapasitas besar. Bukan hanya 2 sampai 4 seater, namun sampai 19 hingga 20 seater.

Menurut mereka, saat ini banyak pemilik kendaraan yang mengeluhkan minimnya pemesanan saat hari kerja dan hanya banyak saat akhir pekan saja. Melihat opsi yang ditawarkan oleh SWOOP, menjadi ideal bagi mereka untuk bermitra guna memenuhi kuota penyewaan kendaraan.

Saat ini SWOOP telah mengantongi dana segar dari sejumlah investor strategis. Namun mereka enggan untuk menyebutkan siapa investor yang telah memberikan investasi. Untuk bisa menambah jumlah penumpang dan merekrut mitra, tahun ini perusahaan memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana lanjutan.

Perluas kolaborasi

Bagi pengguna yang ingin memesan layanan transportasi SWOOP, bisa langsung mengunduh dan melakukan pemesanan lewat aplikasi. Nantinya mereka bisa menentukan tempat penjemputan, jam penjemputan, hingga lokasi yang ingin dituju.

Saat ini rute yang ditawarkan oleh di antaranya seputar SCBD, Kuningan, Monas, Bekasi, Tangerang, Bogor, Depok, Cibubur, dan Bintaro. Ke depanya menyesuaikan permintaan dari pengguna mereka, akan ditambah rute baru yang kemudian bisa dikustomisasi.

Untuk menambah akses kepada penumpang, SWOOP juga telah menjalin kerja sama strategis dengan MRTJ. Kolaborasi ini dilakukan demi mendukung terlaksananya integrasi transportasi yang tepat bagi para komuter. Kehadiran SWOOP didasari oleh visi perusahaan dalam bertindak sebagai aggregator dalam menjembatani ketersediaan dan kebutuhan pilihan transportasi yang lebih nyaman, dan hemat bagi para komuter di area Jabodetabek dan sekitarnya.

“Kami sangat mengapresiasi dan bangga dapat bekerja sama dengan PT MRT Jakarta (Perseroda). Kolaborasi dengan MRT Jakarta merupakan langkah awal untuk mewujudkan misi kami dengan menyediakan kapabilitas transportasi yang lebih pintar, aman dan efisien,” kata Wee Meng.

Selain dengan PT MRT Jakart, SWOOP juga telah bekerja sama dengan beberapa mitra strategis lainnya dari berbagai latar belakang industri, mulai dari transportasi, developer pemukiman, hospitality, sekolah hingga jaringan ritel lokal.

Application Information Will Show Up Here

MyRobin Rampungkan Putaran Pendanaan Pra-Seri A

Platform pekerja kerah biru MyRobin mengatakan telah membukukan pendanaan pra-seri A. Tidak disebutkan nominal investasi yang diterima, namun dikatakan bahwa penggalangan dana ini sejatinya sudah dirampungkan sejak akhir 2021.

Adapun investor yang terlibat pada putaran ini di antaranya Accion Venture Lab, Vulpes Ventures, dan sejumlah lainnya. Sementara investor mereka sebelumnya seperti Antler dan SOSV juga turut terlibat.

Co-Founder & CEO MyRobin Siddharth Kumar mengatakan, platform seperti MyRobin saat ini menjadi relevan dan dibutuhkan oleh pekerja kerah biru untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang tepat. Selain memberikan peluang kerja, platform tersebut juga memberikan edukasi dan pelatihan yang tepat kepada pengguna yang tergabung.

Saat ini MyRobin telah memiliki komunitas pekerja yang berjumlah lebih dari 2 juta orang yang tersebar di 100 kota di Indonesia. Mereka mencatat, 95% di antaranya berada dalam grup usia 18-35 tahun dan lulusan SMA/SMK serta pekerja yang memiliki skill. Secara keseluruhan sudah lebih dari 100 perusahaan yang telah dilayani oleh MyRobin.

Saat ini mereka telah melayani bisnis di kota tier 1 dan 2 seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan dan beberapa kota lainnya di Kalimantan, Sumatera dan Pulau Jawa. MyRobin juga ingin terus memperluas wilayah layanan mereka secara pesat hingga ke kota-kota yang lebih kecil.

“Model bisnis dan strategi monetisasi yang kami lancarkan adalah menagih perusahaan management fee. Dihitung di atas total biaya tenaga kerja. Tidak ada yang dipotong dari upah mitra kami,” kata Siddharth.

Platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah Byru.id, Lumina, Pintarnya, Sampingan, dan AdaKerja.

Fokus BYRU.ID Tingkatkan Jenjang Karier Pekerja Kerah Biru

Masih rendahnya kompetensi dan penghasilan pekerja kerah biru mempengaruhi peluang mereka untuk mendapatkan peningkatan jenjang karier. Berdasarkan catatan BPS, per 2019 rata-rata upah pekerja sektor informal di Indonesia hanya mencapai Rp1,816 juta per bulan. Upah nominal harian buruh tani nasional sebesar Rp53.604 per hari. Kemudian, upah nominal harian buruh bangunan Rp88.442 per hari.

Umumnya pekerja informal memiliki latar belakang pendidikan rendah. International Labour Organization (ILO) pada 2010 menyebutkan, pekerja informal sebagai “pekerja rentan”. Umumnya mereka tidak mendapatkan hak dasar seperti jaminan kecelakaan kerja, jaminan kesehatan, jam kerja yang layak, atau tunjangan lainnya.

Melihat isu dan peluang tersebut, startup yang menyasar kepada pekerja kelar biru BYRU.id meluncur bulan Maret 2022 ini. Visinya ingin menghasilkan pekerja biru yang berkualitas dan bernilai.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO BYRU.id Nathaniel Nugroho Liman mengungkapkan, platform yang dikembangkan bukan hanya membantu perekrut mendapatkan pekerja kerah biru yang relevan, namun membantu membantu pekerja itu sendiri dalam meningkatkan kompetensi dan keahlian melalui BYRU.id Academy.

Benefit yang kami berikan lebih kepada career path. Ketika mereka bergabung dengan kami, akan lebih terekspos dengan pekerjaan yang lebih layak. Apalagi setelah mengikuti akademi yang kami hadirkan,” kata Nathaniel.

Berbeda dengan platform blue collar lainnya, BYRU.id akan memberikan rekomendasi secara langsung kepada pengguna secara otomatis, setelah mereka melakukan pendaftaran di platform. Saat ini mereka mengklaim telah memiliki sekitar 3500 pekerja dan 4 perusahaan yang telah menjalin kerja sama strategis.

Para pekerja tersebut sekitar 97% tersebar di Jabodetabek, namun ada juga di antara mereka yang berada di Bali, Medan, Semarang, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

“Kami memiliki cita-cita untuk menjadi layanan pekerja nasional dengan beragam kebutuhan para pekerja kerah biru dengan mudah,” kata Nathaniel.

Platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah MyRobin, Lumina, Pintarnya, Sampingan, dan AdaKerja.

Targetkan perusahaan outsourcing

Untuk strategi monetisasi, BYRU.id mengenakan biaya kepada perusahaan yang membutuhkan pekerja. Mereka turut menyasar perusahaan outsourcing hingga UMKM yang membutuhkan talenta.

Menjadi menarik untuk dilihat lebih mendalam karena ternyata masih belum banyak perusahaan outsourcing yang dilengkapi oleh teknologi atau sistem terpadu untuk melakukan pengontrolan dan manajemen. Dengan teknologi yang dimiliki BYRU.id yaitu HRIS (Human Resources Information System), perusahaan kini bisa melihat kinerja pekerja, mengawasi absensi, hingga memberikan slip gaji secara mudah.

“Bukan hanya untuk perusahaan, HRIS tersebut juga bisa kami manfaatkan untuk mengelola data para pekerja yang masuk. Dengan adanya HRIS semua bisa diverifikasi mulai dari pekerja secara harian hingga kedisiplinan dari pekerja tersebut,” kata Natahniel.

Ditambahkan olehnya, saat ini ada sekitar 890 perusahaan outsourcing di Indonesia, namun hanya sekitar 10 perusahaan saja yang telah memiliki sistem yang terpadu. Dengan pilihan earned wage access (EWA) dan HRIS yang dimiliki, diharapkan bisa membantu mereka untuk mengadopsi teknologi.

Sejak awal meluncur BYRU.id telah mengantongi pendanaan dari Asiantrust Capital. Tidak disebutkan berapa nilai investasi yang mereka terima. Saat ini untuk bisa mengakuisisi lebih banyak pengguna dan melakukan kegiatan kampanye perusahaan, perusahaan berencana untuk melakukan penggalangan dana putaran awal tahun ini. Targetnya akhir tahun 2022 mendatang, dana segar tersebut sudah bisa mereka kantongi.

“Kita masih membangun traksi sebanyak-banyaknya karena runway yang kita miliki masih cukup. Kerja sama strategis juga makin banyak kita lakukan dengan SMA hingga perusahaan,” kata Nathaniel.

Platform Pembelajaran Bahasa LingoTalk Rampungkan Pendanaan Awal

Setelah mengantongi pendanaan pre-seed bulan Agustus tahun 2021 lalu yang dipimpin Kistech Pte. Ltd, platform edtech pembelajaran bahasa asing LingoTalk kini merampungkan pendanaan awal dari sejumlah perusahaan berbasis di Singapura. Di antaranya adalah Iterative Capital dan Eduspaze. Pendanaan ini juga diikuti oleh beberapa investor lainnya dari Asia Pasifik yang tidak disebutkan identitasnya.

Terkait nominal, perusahaan juga enggan menyebutkan jumlah pendanaan yang diterima. Lewat dana segar ini, LingoTalk ingin meningkatkan produk layanan dan menjangkau sekolah-sekolah yang ada di seluruh provinsi Jawa dan Sumatra.

“Sebuah kehormatan besar untuk mendapatkan dukungan dari para pihak yang percaya terhadap misi kami dalam memberikan akses pembelajaran bahasa asing yang lebih baik di Indonesia,” kata Co-founder & CEO LingoTalk Andre Benito.

Meluncur bulan Juni tahun 2021 lalu, LingoTalk merupakan platform pembelajaran bahasa asing untuk semua usia. Kini LingoTalk mengklaim telah bertransformasi menjadi platform edtech yang menyasar target pengguna dari kalangan anak-anak. Salah satu lini produk yang tengah mereka kembangkan adalah, produk LingoJunior.

“LingoTalk telah mengidentifikasi area penting dalam sistem pendidikan Indonesia, di mana mereka dapat membantu meningkatkan dan memengaruhi pembelajaran dan kehidupan banyak orang melalui platform mereka. Kami sangat senang dapat bekerja sama dan mendukung pertumbuhan mereka,” ujar Managing Partner Eduspaze Alex Ng.

Layanan pembelajaran bahasa memang miliki daya tarik tersendiri di pasar. Platform yang menawarkan layanan serupa dengan LingoTalk saat ini di antaranya LingoAce dan Cakap.

Fokus pada kurikulum untuk anak

Saat ini, LingoTalk berfokus pada pengembangan materi bahasa asing di level TK & SD melalui LingoJunior. Mereka telah memiliki lebih dari 150 mitra sekolah dan institusi di seluruh Indonesia.

LingoTalk berusaha untuk menghadirkan pembelajaran bahasa asing yang akurat dan disesuaikan untuk segmentasi pasar anak dengan melakukan kerja sama dengan lebih  sekolah melalui institusi pendidikan di Indonesia. Dukungan orang tua dan guru juga disebutkan menjadi kunci kesuksesan mereka dalam menyediakan solusi yang tepat untuk pembelajaran bahasa asing di sekolah.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Perkuat Bisnis Pemasaran Digital Lewat GoGAN

Terinspirasi dari kesuksesan Amazon Marketing Services (AMS) dalam menjadi platform manajemen kampanye digital, GoGAN (Gojek Ads Network) menghadirkan sebuah platform menyinergikan alat dan data akurat untuk memudahkan brand menjalankan program mereka dengan budget yang disesuaikan. GoGAN merupakan inisiatif hasil kerja sama antara TenMax dan Gojek, misinya ingin memberikan opsi lebih kepada brand dalam melancarkan kegiatan pemasaran.

TenMax sebelumnya telah bekerja sama dengan Gojek sejak Q3 2020, kemudian merilis GoGAN bulan Agustus 2021 untuk mengakomodasi kebutuhan merchant GoFood dan GoMart. Versi baru ini diharapkan bisa menambahkan lebih banyak insight untuk pebisnis di ekosistem Gojek secara lebih luas. Termasuk membuka peluang bagi agensi periklanan untuk mengajukan akun mereka sendiri guna mengoperasikan GoGAN secara langsung.

“Yang perlu dilakukan semua agensi adalah memasukkan satu visual utama, memutuskan anggaran kampanye, dan memilih segmen target. Lalu AI kami dapat menempatkan iklan di semua saluran mereka, dan kemudian menerima pelaporan real-time yang komprehensif,” kata Head of Commercial TenMax Jeremy Lin.

Sehingga mereka tidak hanya akan mendapatkan kinerja pemasaran yang lebih baik, tetapi juga dapat menghemat waktu yang dihabiskan untuk mengumpulkan dan menganalisis metrik pemasaran.

Bagi perusahaan yang memiliki budget terbatas, bisa melakukan kegiatan secara mandiri atau self services. Namun bagi perusahaan yang memiliki budget cukup besar, GoGAN menyediakan tim yang bisa membantu mereka memonitor dan mengelola semua kegiatan kampanye pemasaran.

Menurut Head of Out-App Ads Gojek Lydia Setiawan, portal GoGAN saat ini dapat diakses oleh para pemasar dan agensi, sehingga memungkinkan mereka membuat akun sendiri untuk menjalankan sebuah kampanye promosi dan memasang iklan. Solusi ini dapat menghilangkan beberapa friksi pada saat pemasangan iklan dan memudahkan Marketer untuk menjalankan kampanye di berbagai media yang berbeda.

Sebelumnya GoGAN telah digunakan Gojek untuk mendorong kegiatan pemasaran di aplikasi GoMart. Kampanye pemasaran tersebut muncul banner utama laman GoMart, menawarkan visibilitas premium bagi para pengiklan. Banner ini akan membantu menarik perhatian serta meningkatkan minat beli pengguna.

Ke depannya, Gojek menargetkan GoGAN dapat menjadi platform penyedia solusi untuk berbagai kebutuhan periklanan, baik untuk merencanakan, mengukur, dan mengoptimalkan upaya pemasaran digital bagi brand — termasuk di luar aplikasi konsumen Gojek.

“Kami juga akan terus mengikutsertakan lebih banyak media di GoGAN. Dengan demikian, brand dan marketer di Indonesia dapat memiliki lebih banyak pilihan untuk menentukan strategi dan platform terbaik yang sesuai dengan tujuan mereka, dan memperluas iklan ke segmentasi audiens yang ditargetkan,” kata Lydia.

Selain memiliki opsi untuk memasarkan kegiatan pemasaran melalui Facebook Instagram, dan Google, melalui GoGAN harapannya dalam waktu dekat bisa ditambah opsi lainnya seperti TikTok hingga Digital out-of-home (DOOH) ke dalam platform.

Contoh tampilan pelaporan hasil performa pemasaran GoGAN / Gojek

Inisiatif adtech di Gojek

Ini bukan kali pertama Gojek mengembangkan bisnis periklanannya. Sebelumnya mereka sempat memperkenalkan layanan influencer marketing bekerja sama dengan Allstars, ditujukan untuk UMKM di jaringan mereka agar dapat melakukan pemasaran secara efisien. Lewat platform tersebut, pebisnis dapat memilih dan menemukan influencer yang memiliki dampak positif bagi bisnis. Ada analitik yang dapat dipantau brand untuk mempelajari langsung pencapaian target hingga performa engagement per post.

Selain itu, Gojek juga telah menjalin kerja sama dengan The Trade Desk untuk menghadirkan layanan programmatic ads. Salah satu fokusnya juga untuk mengoptimalkan layanan pemasaran online-to-offline. Cara kerjanya, Gojek akan mengukur dampak iklan online menggunakan transaksi aktual di dalam gerai. Lalu mengaitkan transaksi online maupun offline dalam aplikasi Gojek dengan solusi iklan yang disediakan The Trade Desk.

Inisiatif ini dihadirkan untuk mengoptimalkan kanal-kanal yang dimiliki Gojek, baik di aplikasi konsumer maupun bisnis. Terlebih saat ini, setelah merger dengan Tokopedia, solusi adtech yang dihadirkan berpotensi untuk bisa mengakomodasi kebutuhan secara lebih luas.

Langkah ekspansi TenMax

Bertujuan bisa menghadirkan teknologi secara end-to-end untuk kampanye pemasaran, TenMax perusahaan adtech yang berbasis di Taiwan meresmikan kehadiran mereka di Indonesia dengan menggandeng Gojek.

Kepada DailySocial.id, Managing Director TrenMax Brian Yang menyebutkan, melalui GoGAN diharapkan bisa memudahkan brand marketer untuk melakukan kampanye marketing di berbagai kanal secara efektif dan efisien. Tenmax merupakan bagian dari funP Group (BVI). Perusahaan ini didukung oleh pemodal ventura asal Tiongkok seperti CDIB (China Development Investment Bank) Capital Group.

“Setelah meluncur di negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Vietnam, kami ingin memperluas pasar ke Indonesia. Melalui kerja sama dengan Gojek, diharapkan bisa memperkuat kehadiran kita di Indonesia, melayani perusahaan yang ingin melancarkan kegiatan kampanye pemasaran secara efisien,” kata Brian.

Saat ini TenMax telah menjalin kerja sama strategis dengan beberapa media seperti Kompas, Antara, hingga perusahaan Metrodata.

Kurasi Startup dan Investor yang Tepat Menjadi Kunci Sukses Gelaran Nexticorn 2022

Acara NXC International Summit 2022 (Nexticorn) yang akan digelar di Bali pada Agustus-September 2022 mendatang diharapkan bisa menjadi ajang bertemunya startup berkualitas dengan venture capital lokal dan asing. Untuk memastikan acara tersebut bisa memberikan impact yang positif bagi kedua belah pihak, pihak penyelenggara memastikan proses kurasi startup dan siapa saja VC yang hadir dilakukan secara tepat.

Menurut Chairman Nexticorn Foundation Rudiantara, yang bisa hadir di acara tersebut adalah pendiri startup dan jajaran C-Level. Sementara dari sisi pemodal ventura, mereka yang masuk kategori Principal dan Partner saja yang bakal mengikuti acara ini.

Tercatat ada 26 startup yang masuk ke putaran pendanaan Seri A ke atas yang hadir di acara tersebut, di antaranya Wahyoo, Noice, Ritase, Crowde, Dagangan, Hangry, Investree, dan HappyFresh. Pihak penyelenggara masih melakukan kurasi ke sekitar 130 startup untuk bisa mengikuti acara ini.

Dari sisi venture capital, dipastikan 16 VC sudah mendaftarkan diri. Di antaranya adalah Alpha JWC Ventures, Sequoia, 1982 Ventures, Vertex Ventures, Softbank, Insignia Ventures Partners, Temasek, Openspace Ventures ,dan Beenext.

“Meskipun bertemakan web3 yang harapannya bisa menjadi pemicu lebih banyak lagi startup yang menghadirkan layanan dan teknologi web3 untuk bisa menjadi startup unicorn selanjutnya, tidak menutup kemungkinan mereka yang masuuk dalam kategori startup web2 juga bisa ikut hadir bertemu langsung dengan calon investor potensial,” kata Rudiantara.

Disinggung seperti hasil gelaran acara Nexticorn sebelumnya bagi pendanaan startup dan minat investor yang bergabung, Edward Ismawan Chamdani, salah satu Committee Nexticorn dan Co-Founder & Managing Director Gayo Capital mengungkapkan, acara sebelumnya masih berada di naungan yayasan.

Tahun ini, ketika Nexticorn sudah menjadi sebuah PT, akan dipastikan adanya laporan dan hasil rangkuman usai acara. Siapa saja startup yang berhasil melakukan meetup dengan investor dan seperti apa tindak lanjutnya. Hal ini akan menjadi catatan penting bagi pihak penyelenggara.

“Dengan mengedepankan web3, harapannya Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga sebagai produsen yang bisa menghasilkan gaming berkualitas. Salah satu caranya adalah mendukung game developer lokal yang sudah mulai menerapkan teknologi web3 saat ini,” kata Edward.

Proses kurasi startup

Menurut salah satu pendukung acara, DR David Rimbo dari Ernst & Young Indonesia, proses kurasi ketat dilakukan untuk memastikan startup yang diundang memang telah mengalami pertumbuhan yang positif dan sedang dalam proses scale up.

Untuk memastikan proses matchmaking yang akurat, pihak Ernst & Young Indonesia juga mengolah data dan informasi yang diberikan masing-masing startup secara mendalam.

“Masing-masing startup memiliki business model dan competitive advantage. Untuk itu kami membuat struktur sehingga kami bisa mengambil dan mengolah data dengan melakukan analisis, tanpa mengurangi nilai atau value dari masing-masing startup,” kata David.

Menurut David, meskipun banyak startup kini berada di masa-masa sulit, hal ini tidak mengganggu gelaran acara Nexticorn. Dirinya melihat proses yang serba sulit saat ini membuat startup semakin matang dan tumbuh secara positif. Di sisi lain, kondisi ini juga menjadi ajang pembuktian, siapa saja startup Indoensia yang berhasil menjadi lebih unggul.

Mengusung tema “Decentralizing The Future of Internet”, acara Nexticorn kali ini akan mengedepankan experience ekosistem teknologi tanah air bagi para partisipan.

Acara ini turut didukung Amvesindo, Asosiasi Fintech Indonesia, Ernst & Young Indonesia, Ideosource, DailySocial.id, Kadin Indonesia, dan G20 Indonesia 2022.