Pentingnya Kolaborasi dan Sinergi antara Startup dan Korporasi

Tahun 2020 menjadi tahun yang menarik bagi dunia perbankan dan perusahaan teknologi di Indonesia. Besarnya transaksi keuangan digital hingga meningkatnya traksi jual-beli online, mendorong perbankan seperti CIMB Niaga dan raksasa e-commerce seperti Tokopedia menghadirkan layanan serta pilihan payment secara menyeluruh untuk mengembangkan bisnis mereka.

Untuk memaksimalkan potensi, sinergi antara perbankan dan startup menjadi esensial untuk mendorong adopsi digital dan inklusi keuangan di Indonesia.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial menghadirkan Payment & Fintech Business Head of Tokopedia Vira Widiyasari dan Branchless Banking Business Development Head of CIMB Niaga Lusiana Saleh, membahas pentingnya sinergi dan kolaborasi antara startup dan enterprise untuk pertumbuhan bisnis.

Pandemi dorong adopsi digital perbankan

Menurut Lusiana, pandemi secara langsung telah mengakselerasi transaksi melalui mobile banking saat nasabah melakukan pembayaran di layanan e-commerce, food delivery, dan lainnya. CIMB Niaga mencatat transaksi perbankan secara digital pertumbuhannya sangat luar biasa, hampir dua kali lipat jumlahnya. Selain itu sekitar 96% transaksi dilakukan melalui digital space, hanya 4% saja yang dilayani di cabang bank CIMB Niaga.

“Menurut saya digital adoption terutama setelah Covid-19 tahun 2020 semakin pesat. Jadi untuk platform fintech atau layanan e-commerce yang sebelumnya mengalami pertumbuhan tinggi, tahun 2020 pastinya menjadi lebih meningkat lagi jumlah pertumbuhannya,” kata Lusiana

Ditambahkan olehnya, saat ini yang menjadi fokus dari CIMB Niaga adalah untuk bisa masuk ke digital space dengan memberikan kemudahan kepada nasabah melakukan pembayaran di beberapa layanan e-commerce atau platform yang saat ini menjadi tren secara digital.

“Tercatat di Indonesia pertumbuhan transaksi fintech dalam beberapa tahun terakhir mencapai lebih dari 50%, terutama untuk lending dan payment. Kenapa lending penting karena Indonesia memiliki lanskap yang luas. Saya melihat pertumbuhan digital masih akan terus berkembang dan mobile banking masih mendominasi. Selain itu ke depannya akan semakin banyak tren M&A di antara startup,” kata Lusiana.

Tahun 2020 lalu menjadi wake up call bagi dunia perbankan dan tentunya semua bisnis secara keseluruhan. Untuk itu CIMB Niaga berupaya untuk terus mengadopsi semua perubahan teknologi, dengan tujuan untuk bisa memberikan layanan terbaik kepada nasabah.

Terkait dengan kemitraan, selama ini CIMB Niaga telah membuka semua peluang bagi startup hingga perusahaan teknologi ternama seperti Tokopedia untuk menjalin kolaborasi dengan mereka. Sebagai perbankan, CIMB Niaga memiliki layanan API, yang bisa dimanfaatkan bukan hanya layanan fintech, namun juga UKM dan perusahaan lainnya yang ingin memanfaatkan koneksi API CIMB Niaga.

“Semua proses tersebut terbilang mudah dan fleksibel. Namun kembali lagi sebagai perbankan kami wajib untuk mengikuti semua aturan yang ditetapkan oleh regulator. Meskipun semua proses tersebut bisa di kustomisasi, namun kita akan mengakomodir semua kebutuhan melihat aspek regulasi dan keamanan menyesuaikan OJK sebagai regulator kami,” kata Lusiana.

Tokopedia dan pentingnya memperluas kemitraan

Sementara itu sebagai perusahaan teknologi yang sudah menginjak usia 11 tahun, Tokopedia kerap melakukan transformasi dengan memberikan layanan yang dibutuhkan dan pilihan pembayaran yang beragam. Mulai dari pilihan cicilan yang dihadirkan berkat kerja sama dengan perbankan dan layanan finansial hingga fintech, e-wallet, asuransi dan lainnya, menjadi fokus Tokopedia demi mewujudkan visi mereka yaitu pemerataan ekonomi secara digital.

“Sebagai perusahaan teknologi di Indonesia, Tokopedia ingin menghadirkan berbagai inovasi keuangan digital untuk mendukung pemerataan finansial melalui teknologi,” kata Vira.

Untuk memperbesar ekosistem yang dimiliki, menjadi penting bagi Tokopedia untuk memperluas kolaborasi mereka dengan layanan finansial. Dalam hal ini mitra yang dinilai relevan untuk bergabung bersama Tokopedia, adalah mereka yang memiliki lisensi seperti reksa dana dan memiliki sertifikasi dan diawasi oleh OJK.

“Mitra perbankan juga sangat penting bagi Tokopedia untuk mendorong literasi dan inklusi finansial di Indonesia,” kata Vira.

Ditambahkan oleh Vira, kolaborasi dengan perbankan memungkinkan Tokopedia memberikan pilihan pembayaran penuh hingga cicilan untuk pembeli dan lebih dari 10 juta penjual yang terdaftar. Tokopedia berupaya untuk memiliki misi dan visi yang selaras dengan semua mitra, sesuai dengan DNA dari Tokopedia yaitu fokus kepada pelanggan.

“Kolaborasi yang dilakukan bisa memberikan solusi pain point customer yang dimiliki. Sebelumnya kami melakukan riset dengan harapan bisa membuat solusi positif  mutual dan beneficial, bukan cuma untuk mitra dan Tokopedia tapi juga untuk pelanggan juga,” kata Vira.

Sumber Gambar: Depositphotos.com

Platform SaaS JALA.ai Bantu Bisnis Pantau Kinerja Tim Penjualan

JALA.ai dikembangkan sebagai layanan SaaS untuk membantu bisnis memonitor kinerja tim penjualan. Didirikan sejak tahun 2019, saat ini mereka sudah memiliki beberapa fitur unggulan, meliputi Real-Time Lead Distribution, Sales Pipelne, Lead Performance Report, Campaign Performance Report, Hingg Ads/Zapier Integration. Misinya ingin menghadirkan laporan proses kerja tim dalam satu dasbor terpusat.

Kepada DailySocial, Founder & CEO JALA.ai Mirfagah Iqbal mengungkapkan, platformnya diluncurkan setelah melakukan beberapa tesis dan uji coba langsung di lapangan. Melihat peluang yang ada, mereka memiliki spesialisasi untuk melayani sektor properti, kemudian kini mulai merambah ke berbagai sektor lainnya.

“Model bisnis kami adalah SaaS dengan langganan bulanan untuk ritel dan korporasi. Untuk model korporasi ini menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, kita fleksibel untuk menyediakan fitur dengan bentuk plug-in sesuai dengan kebutuhan.”

Layanan serupa sebenarnya sudah ada di pasaran, baik dari pengembang dalam atau luar negeri. Dari startup lokal, salah satu yang mengembangkan layanan sales performance report adalah Qontak. Terakhir mereka membukukan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Azure Ventures, dengan keterlibatan Amand Ventures dan SeaCap Venture.

Dalam upaya untuk memenangkan pasar, JALA.ai berusaha mengembangkan produk yang spesifik melayani pasar Indonesia. Untuk itu mereka sangat memperhatikan masukan dari para klien. Misalnya terkait adanya kebutuhan untuk mengukur investasi promosi secara real-time, sehingga dihadirkan layanan Campaign Performance Report dan Ads Integration.

“JALA.ai juga bisa diintegrasikan dengan platform pihak ketiga. Kita
mencoba membuat friendly ecosystem dengan sistem layanan lain yang sekiranya digunakan oleh perusahaan,” kata Mirfagah.

Platform untuk semua industri

“Layanan utama yang ditawarkan JALA.ai ada dua, yakni JALA Assistant dan JALA Dashboard. Dua layanan ini saling bersinergi dan dibutuhkan dalam membantu meningkatkan efektivitas tingkat penjualan terutama bagi bisnis properti,” Kata Mirfagah.

Aplikasi JALA Assistant bisa terintegrasi dengan sistem backend yang dimiliki perusahaan, misalnya agar dapat menampilkan data produk yang dijual atau basis data pengguna. Sementara JALA Dashboard difokuskan untuk kebutuhan monitoring.

Hingga saat ini layanan JALA.ai telah digunakan sekitar 50 perusahaan dengan 1000 pengguna aktif. Sempat mengalami kendala pertumbuhan bisnis saat pandemi, karena 76% klien bergerak di bidang industri properti, namun memasuki kuartal ketiga bisnis sudah mulai bisa menyesuaikan dengan keadaan dan berangsur pulih kembali.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh JALA.ai, di antaranya adalah rencana penggalangan dana yang saat ini masih dalam tahap penjajakan.

“JALA.ai juga ingin ke depannya bisa digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia ataupun di luar negeri. Selain di industri properti, industri lain yang sudah menggunakan platform kita di antaranya adalah otomotif dan beberapa Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),” kata Mirfagah.

XWORK and New Business Opportunity Amidst Pandemic

The pandemic has directly affected the dynamics of the marketplace business to the platform for providing office space or coworking space. However, as a marketplace for providing space in Indonesia, XWORK claims to have experienced positive business growth.

XWORK’s Co-founder, William Budihardjo revealed to DailySocial that there was an increasing demand for certain needs during the pandemic, including content creation, casting, and video products, and live streaming.

“This change is powered by the acceleration of creative digitization during the pandemic. Our services are not reduced. We are getting focused on serving the increasing demand for this new need. We are also doing several promos for customers in the midst of a pandemic such as a 6 months free 6-month virtual office promo and others. Also, we’ve collaborated with ShopeePay to provide cashback.”

To date, XWORK has a total of 6 thousand rooms for rent, from 650 partners. XWORK has served more than 3 thousand B2B clients, consisting of companies (58%), MSMEs (15%), and early-stage startups (14.8%).

“XWORK is here to bridge the void that exists in the market. We see an opportunity to help venue providers in Indonesia to maximize their potential assets. In a way by providing an easy and practical online booking system for prospective tenants, as well as expanding space utility – for example, from which is usually a wedding venue, can now be a meeting venue as well,” William said.

Developing new feature and fundraising plan

Until now, XWORK is still focused on serving the Jabodetabek area only. In terms of service and client trust who have taken advantage of the XWORK platform, there are several leading technology companies. Among them are Grab, Tokopedia, and corporations such as Deloitte, Astra International, and Ericsson. This is what differentiates XWORK from other similar platforms.

“In addition, I come from a family that focuses on developing property for events, therefore my experience and understanding of the industry is quite well,” said William.

This year, XWORK plans to prepare several new features to provide needs besides room rental. Currently, William is reluctant to elaborate on the feature’s function. Meanwhile, when talking about the fundraising plan, William said that he is still in the process of raising funds.

“We want to invite all players with property assets to XWORK, from restaurants, sports fields, to business premises. This will complement our digital assets and offerings to make them more optimal. We will also strive to improve ordering, payment, and comparison capabilities, the venue, even scheduling a site survey, making it easier for all parties interested in renting a room,” William concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Agritech Brambang Kenalkan “ReadyToEat”, Layanan Pemesanan Bahan Makanan Siap Masak

Setelah hadir sejak 2017 lalu menawarkan produk bawang merah, cabai, kentang, dan kebutuhan dapur lainnya, platform agritech Brambang kini mulai menjajah lini produk lainnya. Yang baru diluncurkan adalah layanan pesan-antar makanan siap saji “ReadyToEat”.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Brambang Dustin Haliman mengungkapkan, perusahaan melihat adanya peluang untuk menghadirkan ReadyToEat sebagai solusi makanan yang praktis di tengah kesibukan.

“Zaman sekarang banyak orang tidak ada waktu untuk masak di rumah. Pergi makan keluar atau delivery (pesan-antar) belum tentu praktis dan ideal. Produk ReadyToEat dapat disimpan di kulkas, siap setiap saat, dan memungkinkan konsumen untuk menikmati makanan enak tanpa repot masak.”

Saat ini layanan ReadyToEat Brambang hanya tersedia di Jakarta, Depok, Tangerang Selatan, Bekasi dan Kabupaten Bekasi (hanya kecamatan Cikarang Selatan dan Tambun Selatan). Untuk memastikan kualitas makanan terpantau dengan baik kondisinya, Brambang tidak memanfaatkan konsep cloud kitchen. Semua produksi dilakaukan secara langsung di central kitchen milik mereka.

“Kondisi saat ini membuat setiap orang berjaga-jaga tidak terkecuali dalam memilih makanan, hal itu yang mendorong Brambang’s Kitchen menghadirkan makanan ReadyToEat sehingga masyarakat tidak perlu khawatir saat hendak menyantapnya,” ujar Dustin.

Layanan pesan antar makanan siap masak dan siap saji yang sebelumnya sudah hadir di antaranya adalah CooklabHomeadeKulina, GorryGourmet dan Yummybox.

Pandemi mendorong akselerasi layanan baru

Salah satu faktor penunjang bagi Brambang untuk kemudian meluncurkan layanan ReadyToEat adalah, pandemi yang mendorong lebih banyak masyarakat untuk melakukan pembelian secara online. Meskipun tidak meninggalkan produk terdahulu, saat ini fokus dari Brambang adalah memperkenalkan lebih luas lagi layanan ReadyToEat.

“Seperti pada umumnya selama pandemi banyak orang mentransisi ke pembelanjaan secara online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk pembelian produk makanan. Kami di Brambang senantiasa berinovasi untuk membuat makanan yang enak, bermutu, dan praktis menjadi aksesibel pada masyarakat,” kata Dustin.

Tidak disebutkan lebih lanjut seperti apa strategi monetisasi yang dilancarkan dan berapa jumlah pengguna aktif Brambang hingga tahun 2021 ini. Namun perusahaan menjamin semua produk yang dijual di Brambang telah melewati proses kontrol mutu internal dan dikirim dengan fasilitas pendingin untuk menjamin kesegaran produk saat diterima oleh konsumen. Untuk memudahkan proses pembelian, Brambang juga telah meluncurkan aplikasi versi Android yang kini bisa diunduh oleh pengguna.

“Target Brambang adalah untuk memperkenalkan produk ReadyToEat kepada masyarakat secara luas dan untuk terus mengembangkan pilihan-pilihan makanan ReadyToEat,” kata Dustin.

Application Information Will Show Up Here

XWORK dan Peluang Bisnis Baru di Tengah Pandemi

Pandemi secara langsung telah mempengaruhi dinamika bisnis marketplace hingga platform penyedia ruangan kantor atau coworking space. Namun sebagai marketplace penyediaan ruang di Indonesia, XWORK mengklaim mengalami pertumbuhan bisnis yang positif.

Kepada DailySocial, Co-founder XWORK William Budihardjo mengungkapkan, selama pandemi mereka mendapati bahwa ada permintaan yang meningkat untuk keperluan tertentu. Salah satunya seperti pembuatan konten, casting, dan produk video serta live streaming.

“Perubahan ini didukung oleh akselerasi digitalisasi kreatif semasa pandemi. Tidak ada layanan kami yang dikurangi. Kami justru lebih fokus melayani permintaan yang meningkat untuk keperluan baru ini. Kami juga melakukan beberapa promo untuk customer di tengah pandemi seperti promo virtual office 6 bulan gratis 6 bulan dan lainnya. Ditambah kami juga sudah bekerja sama dengan ShopeePay untuk memberikan cashback.”

Hingga kini XWORK telah memiliki total 6 ribu ruangan untuk disewakan, yang berasal dari 650 mitra. XWORK juga telah melayani lebih dari 3 ribu klien B2B, yang terdiri dari kalangan perusahaan (58%), UMKM (15%), dan startup tahap awal (14,8%).

“XWORK hadir untuk menjembatani kekosongan yang ada di pasar. Kami melihat adanya kesempatan untuk membantu para penyedia venue di Indonesia untuk memaksimalkan potensi aset mereka. Caranya adalah dengan menyediakan sistem pemesanan online yang mudah dan praktis untuk calon penyewa, serta memperluas utilitas ruangan – misalnya dari yang biasanya venue acara pernikahan, sekarang bisa menjadi venue rapat juga,” kata William.

Mengembangkan fitur baru dan rencana penggalangan dana

Hingga saat ini XWORK masih fokus untuk melayani kawasan Jabodetabek saja. Dari sisi layanan dan kepercayaan klien yang telah memanfaatkan platform XWORK, terdapat beberapa perusahaan teknologi terkemuka. Di antaranya adalah Grab, Tokopedia, serta korporasi seperti Deloitte, Astra International, dan Ericsson. Hal tersebut yang kemudian membedakan XWORK dengan platform serupa lainnya.

“Selain itu, saya berasal dari keluarga yang fokus mengembangkan properti untuk event, sehingga pengalaman dan pemahaman terhadap industri sudah cukup baik,” kata William.

Tahun ini XWORK berencana untuk mempersiapkan beberapa fitur baru untuk melayani kebutuhan di luar penyewaan ruangan. William enggan untuk menjelaskan lebih lanjut fungsi fitur tersebut untuk saat ini. Sementara itu disinggung tentang rencana penggalangan dana, William mengungkapkan saat ini masih dalam proses penggalangan dana.

“Kami hendak mengundang semua pemain dengan aset properti ke XWORK, mulai dari restoran, lapangan olahraga, hingga tempat usaha. Ini akan melengkapi aset digital dan penawaran yang kami miliki agar menjadi lebih maksimal. Kami juga akan berupaya meningkatkan kapabilitas pemesanan, pembayaran, dan komparasi venue, bahkan hingga menjadwalkan survei tempat, sehingga mempermudah semua pihak yang tertarik menyewa ruangan,” tutup William.

Mendorong Peningkatan Jumlah dan Kompetensi Talenta Digital di Indonesia

Meskipun pertumbuhan startup lokal makin besar jumlahnya, hal ini tidak dibarengi dengan pertumbuhan jumlah para pengembang siap kerja. Banyak perusahaan teknologi besar yang mengambil jalan pintas dengan mempekerjakan tenaga kerja dari negara lain, terutama India.

DailySocial mencoba memahami kendala, tantangan, dan potensi solusi untuk membantu meningkatkan jumlah dan kompetensi tenaga pengembang lokal.

Memahami kurikulum

Meskipun secara basic mereka sudah cukup mengerti apa itu pemrograman, diklaim masih banyak sarjana ilmu komputer yang tidak menguasai benar konsep bahasa pemrograman secara keseluruhan.

CEO Hactiv8 Ronald Ishak mengklaim kurikulum yang diajarkan ke mahasiswa di universitas tidak dibarengi dengan update teknologi yang cepat berubah. Standarisasi pengajaran yang diberikan dosen kebanyakan hanya seputar konsep-konsep fundamental. Hal ini membatasi wawasan dan pengetahuan mereka mengenai bahasa pemrograman.

“Berdasarkan laporan yang dirilis oleh World Bank tahun 2019 lalu, hanya sekitar 16% saja lulusan Computer Science di Indonesia yang bekerja. Jumlah tersebut menurut saya sangat buruk,” kata Ronald.

Menurut pantauan CEO Kotakode Peter Tanugraha, masih banyak universitas yang tidak menggunakan materi terkini. Idealnya semua materi, modul, dan textbook selalu diperbarui. Tidak disarankan menggunakan materi lama yang sudah tidak relevan.

“Misalnya untuk proyek akhir tahun di sekolah masih menggunakan stack yang lumayan tua usianya yang saat ini tidak pernah digunakan, tapi sebagian besar masih diajarkan di sekolah,” kata Peter.

Sementara menurut CEO PT Brainmatics Cipta Informatika Romi Satria Wahono, belajar dari pengalamannya selama ini ketika bersinggungan dengan dunia pendidikan dan akademisi, persoalan kurikulum memang menjadi kendala yang menyebabkan belum masifnya jumlah pengembang yang berkualitas di Indonesia. Persoalan menumpuknya mata kuliah juga dianggap membatasi para mahasiswa melakukan pelatihan langsung.

“Berbeda dengan negara lain, Indonesia sistem pembelajaran fokus kepada hafalan. Mahasiswa tidak diajarkan untuk berpikir lebih kritis dan inovatif, yang dalam hal ini akan sangat membantu mereka menguasai bahasa pemrograman,” kata Romi.

Romi melihat ada baiknya dosen lebih aktif memperkaya wawasan, mengikuti seminar, dan terlibat lebih dekat lagi dengan mahasiswa dengan cara mengajak mereka bergabung ke sebuah proyek. Penting juga untuk universitas melakukan pembaruan modul dan textbook, menyesuaikan update dari materi yang mereka kumpulkan.

Teaching people tidak bisa memikirkan materi saja, tapi lebih kepada keinginan untuk memberikan edukasi yang relevan kepada mahasiswa,” kata Romi.

Di sisi lain, Romi melihat idealnya perusahaan teknologi ternama di Indonesia tidak hanya terpaku pada mereka yang siap bekerja.  Perusahaan seharusnya memberikan edukasi dan pelatihan ke mereka yang baru saja lulus kuliah saat bergabung di perusahaan.

Peranan platform coding class

Saat ini makin mahasiswa dan kalangan umum yang memanfaatkan kelas coding atau pelatihan pemrograman yang dtawarkan platform seperti Hacktiv8, DicodingProgate atau Kotakode. Salah satu keunggulan yang diklaim platform seperti ini adalah pembaruan materi yang dilakukan secara rutin.

“Sudah banyak jumlah para siswa yang kemudian memutuskan untuk mengambil pengetahuan tambahan secara mandiri memanfaatkan platform kami. Kami melihat sebagian besar sudah sukses dan berhasil bekerja di startup dan perusahaan teknologi ternama di tanah air,” kata Ronald.

Hacktiv8 juga melakukan pendekatan ke perusahaan teknologi. Mereka membantu mencari talenta dengan skill yang sedang dibutuhkan perusahaan saat ini.

“Hacktiv8 lebih mempersiapkan talenta yang sesuai dengan arahan yang mereka coba capai. Dengan demikian, ketika mereka sudah lulus dari program kita, mereka akan lebih siap bekerja,” kata Ronald.

Sementara Kotakode mencoba mempermudah para pengembang Indonesia mempelajari materi yang biasanya hanya tersedia dalam bahasa Inggris. Meskipun pengembang idealnya harus mengerti bahasa Inggris, perusahaan mencoba menjembatani para talenta untuk mempelajari lebih dalam materi-materi teknis.

“Kotakode sedang membangun infrastruktur programming dengan menambahkan konten di Google dan menyediakan Q&A yang bisa diakses. [..] Itu adalah kontribusi Kotakode untuk membantu talenta di Indonesia dengan memberikan resources yang besar,” kata Peter.

Potensi pengembang Indonesia

Memasuki tahun 2021, menurut Ronald, sudah banyak prestasi dan peningkatan jumlah talenta digital Indonesia. Namun demikian, ada beberapa persoalan yang masih mengganjal baginya. Salah satunya rendahnya apresiasi startup ke pengembang Indonesia dari sisi gaji. Masih banyak pengembang dengan kemampuan di atas rata-rata tidak dihargai dengan gaji yang sesuai. Akibatnya banyak yang memilih bekerja di negara lain.

“Kondisi remote working saat ini telah memudahkan mereka untuk bekerja secara fleksibel, sehingga makin banyak programmer asal Indonesia yang memilih bekerja di perusahaan asal Singapura dan Malaysia yang menawarkan gaji yang (lebih) besar,” kata Ronald.

Menurut Ronald, di tahun 2021 yang menjadi sorotan saat ini tidak lagi pengembang, tapi arsitek atau Product Manager yang kualitasnya dianggap masih di bawah rata-rata dan kurang memahami cara membangun produk yang ideal. Ujung-ujungnya perusahaan teknologi (kembali) menggunakan tenaga kerja asing yang memiliki kemampuan dan pengalaman mumpuni dalam merancang produk.

“Dari kondisi tersebut baiknya programmer lokal bisa belajar gaya dan skill mereka [tenaga kerja asing], sehingga bisa menambah wawasan dan pengalaman,” kata Ronald.

Sementara menurut Peter, tren mempekerjakan tim dari negara lain didasari kebutuhan perekrutan tim dalam jumlah besar dan memiliki pengalaman dan skill yang baik. Tak heran berujung pada pembukaan kantor di negara lain. Hal ini adalah langkah strategis.

Ke depannya Romi memprediksi skill yang dibutuhkan pengembang tidak hanya kepiawaian dalam hal coding, tetapi juga kemampuan menyampaikan ide dan komunikasi yang baik. Untuk itu Romi menyarankan mahasiswa untuk lebih aktif lagi bergabung dengan berbagai komunitas di kampus.

“Saya melihat tidak hanya specialist geek saja yang akan lahir nantinya, namun juga versatilist yang mampu menyampaikan ide mereka dengan baik,” kata Romi.

SuperHelper Arrives as an On Demand Application for Various Services

The potential of on-demand services remains interesting to be explored. From the consumer side, this application helps to speed up and facilitate the process of ordering service transactions quickly. Starting from a personal experience with difficulty in getting information and service assistance, Mel BJ then launched an on-demand service called SuperHelper.

“After experiencing some of these moments, I did market trials about this demand and got responses from thousands of people regarding similar problems. That’s when I was sure and started forming SuperHelper, which could be a platform for this kind of demand and other demands,” Mel said.

Even though it is recently launched and only available in Jakarta, it is said to experience quite good business development, especially during the pandemic. SuperHelper has launched the app and hired teams to help grow the business. The current number of partners (Helper) is nearly 1000 people, which they managed to recruit within a few weeks.

In Indonesia alone, there are lots of on-demand platform model that provides similar services. In Jakarta, there is JD Life from JD.id with options for various needs. In addition, there are other applications such as Help Indonesia. Outside Jabodetabek, there are also regional startups trying to develop similar services to reach the local market, such as TukangBersih in Bali.

Monetizing strategy

Currently, SuperHelper’s monetization strategy is through commission fees for each transaction. Partners will get 80% of the total bids received by users (Posters) on the assignment. While 20% is for SuperHelper. Previously, SuperHelper held all transactions from users to be given to partners when the transaction completed.

“At this time, Poster can pay via the application using GoPay and bank transfer virtual accounts. In the future, Poster will be able to pay using other favorite payment methods such as OVO, DANA, and others,” Mel added.

Regarding subscription options, SuperHelper plans to apply a subscription/membership model for Helper who demands many additional benefits. For instance, more exposure on the application and media, a special badge that makes the Helper profile more reliable, direct purchase of services (without bargaining), and others.

“The bottom line is, we will help member-type Helper to get more jobs in the future and to have a higher income,” said Mel.

This membership is optional, Helper can still have an account and proceed with offers as usual without paying anything (except commission fees), without any additional benefits when you join as a member. In order to access SuperHelper services, users can download the app on the Play Store. There are various options, starting from the driver, cleaning staff, letter management, repair, delivery to design and photography.

Regarding the differentiation from other similar services, SuperHelper is said to be the first mobile application in Indonesia that makes it easy to ask for any help without being limited by categories that sometimes limited to unique and unusual needs.

The partner selection system is also claimed to be very strict, thus increasing the number of quality and trusted partners. In addition, SuperHelper also provides a feature for users to determine how much they can afford for any assistance they need.

“Every partner in SuperHelper has the ability to offer prices that match their expertise. Every partner in SuperHelper also doesn’t have to spend any upfront money to get assignments from Poster (SuperHelper customers),” Mel said.

Business plan in 2021

The shutdown of Go-Life has not discouraged SuperHelper to targeting services that are quite difficult to be scalable until now. The usual size for regional expansion and the low commitment from partners makes it difficult for on-demand services to produce dominating players in this sector.

“Regarding the recent shutdown of a big brand, this does not mean that the existing industry is not promising. We have to see the positive side, in times of a pandemic, many businesses are prioritizing the most profitable business models. Therefore, they may have to cut back. secondary business model,” Mel said.

SuperHelper has several targets to achieve this year, including to launch the application on the App Store, extending coverage outside Jakarta, expanding the business model, and added new features such as Helper Membership and others that will make it easier for Helper to get offers.

“We will also continue to develop new features that will make it easier for Posters to get helpers in a much faster and cheaper way. Currently, we are not actively looking for investment because our focus is still developing business models, user experience, and user base. The fundraising plan will be revised in the middle or end of 2021,” Mel said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

SuperHelper Hadir sebagai Aplikasi “On-Demand” untuk Pemesanan Berbagai Layanan Jasa

Potensi layanan on-demand hingga kini masih menarik untuk dijajaki. Dari sisi konsumen, aplikasi tersebut membantu untuk mempercepat dan memudahkan proses transaksi pemesanan jasa secara cepat. Berawal dari pengalaman pribadi yang kesulitan untuk mendapatkan informasi dan bantuan jasa, Mel BJ kemudian meluncurkan layanan on-demand bernama SuperHelper.

“Setelah mengalami beberapa momen tersebut, saya melakukan uji coba pasar soal demand ini dan mendapat respons dari ribuan orang mengenai problem yang serupa. Saat itulah saya yakin dan mulai membentuk SuperHelper, yang bisa menjadi wadah untuk demand seperti ini dan juga demand lainnya,” kata Mel.

Meskipun baru diluncurkan dan hanya tersedia di Jakarta saja, mereka mengklaim saat ini telah mengalami perkembangan bisnis yang cukup baik, terutama saat pandemi. SuperHelper telah meluncurkan aplikasi dan menambah lebih banyak tim untuk membantu perkembangan usaha. Jumlah mitra (Helper) saat ini totalnya sudah hampir 1000 orang, yang berhasil mereka rekrut dalam waktu beberapa minggu.

Di Indonesia sendiri, model platform on-demand yang suguhkan layanan jasa seperti itu sudah cukup banyak. Untuk area Jakarta sendiri ada JD Life dari JD.id juga yang memiliki opsi berbagai pemesanan kebutuhan tersebut. Selain itu ada aplikasi lain seperti Help Indonesia. Di luar Jabodetabek banyak juga startup daerah yang coba mengembangkan layanan serupa untuk merangkul pasar lokal, seperti TukangBersih untuk area Bali.

Strategi monetisasi

Untuk saat ini strategi monetisasi yang dilancarkan oleh SuperHelper adalah melalui commission fee dari setiap transaksi. Mitra mendapatkan 80% dari total penawaran yang diterima pengguna (Poster) di tugas tersebut. Sementara 20% adalah untuk SuperHelper. Sebelumnya SuperHelper menampung semua transaksi dari pengguna untuk kemudian diberikan kepada para mitra ketika pekerjaan telah rampung.

“Pada saat ini, Poster bisa membayar melalui aplikasi menggunakan GoPay dan bank transfer virtual account. Ke depannya, Poster akan bisa membayar menggunakan metode pembayaran favorit lainnya seperti OVO, Dana dan lainnya,” kata Mel.

Terkait dengan pilihan subscription kepada mitra, ke depannya SuperHelper memiliki rencana untuk memberlakukan subscription/membership model untuk Helper yang menginginkan dengan banyak benefit tambahan. Di antaranya lebih banyak exposure di aplikasi dan media SuperHelper, special badge yang membuat profil Helper lebih terpercaya, pembelian jasa secara langsung (tanpa tawar-menawar) dan lainnya

“Intinya adalah, kami akan bantu Helper tipe member untuk mendapatkan lebih banyak pekerjaan ke depannya dan agar memiliki penghasilan yang lebih tinggi.” kata Mel.

Keanggotaan ini sifatnya opsional, Helper akan tetap bisa memiliki akun dan tetap bisa memberikan penawaran seperti biasa tanpa membayar apapun (kecuali commission fee), tanpa keuntungan tambahan yang akan didapat jika bergabung sebagai anggota. Untuk bisa mengakses layanan yang ditawarkan oleh SuperHelper, saat ini pengguna bisa mengunduh aplikasi mereka di Play Store. terdapat berbagai macam pilihan jasa yang dihadirkan. Mulai dari supir, tenaga kebersihan, pengurusan surat, perbaikan, pengiriman hingga desain dan fotografi.

Disinggung apa yang membedakan SuperHelper dengan layanan serupa lainnya, disebutkan SuperHelper merupakan aplikasi mobile pertama di Indonesia yang memberikan kemudahan pada pengguna untuk meminta bantuan apa saja tanpa dibatasi oleh kategori yang kadang membatasi kebutuhan-kebutuhan unik dan tidak biasa.

Sistem seleksi mitra yang diterapkan di SuperHelper juga diklaim sangat ketat, sehingga meningkatkan jumlah mitra yang berkualitas dan terpercaya. Selain itu SuperHelper juga memberikan fitur pada pengguna untuk menentukan sendiri berapa kemampuan biaya dalam setiap bantuan yang dibutuhkan.

“Setiap mitra di SuperHelper memiliki kemampuan untuk memberikan penawaran dengan harga yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Setiap mitra di SuperHelper juga tidak perlu mengeluarkan uang apa pun di awal untuk mendapatkan tugas dari Poster (pelanggan SuperHelper),” kata Mel.

Rencana bisnis tahun 2021

Penutupan Go-Life beberapa waktu yang lalu ternyata tidak menurunkan semangat SuperHelper untuk menyasar layanan yang hingga kini terbilang cukup sulit untuk scalable. Besarnya biasa untuk perluasan wilayah hingga rendahnya komitmen dari mitra, menjadikan layanan on-demand masih sulit untuk melahirkan pemain yang mendominasi di sektor ini.

“Mengenai tutupnya brand besar akhir-akhir ini, ini bukan berarti industri yang ada tidak menjanjikan. Yang harus dilihat juga adalah, di saat pandemi seperti ini, banyak bisnis yang mengutamakan model bisnis yang paling menguntungkan. Oleh karena itu, bisa jadi mereka harus memangkas business model yang secondary,” kata Mel.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh SuperHelper, di antaranya adalah meluncurkan aplikasi di App Store dalam waktu dekat, segera melakukan ekspansi ke luar Jakarta, memperluas model bisnisl yang ada, untuk mencakup area baru seperti Helper Membership dan lainnya yang akan membantu Helper untuk lebih mudah mendapat banyak tugas.

“Kami juga akan terus mengembangkan fitur-fitur baru yang akan memudahkan Poster untuk mendapat Helper dengan cara jauh lebih cepat dan murah. Untuk saat ini kami belum secara aktif mencari investasi karena fokus kami saat ini adalah masih di pengembangan model bisnis, user experience dan user base. Rencana penggalangan dana akan di revisit di pertengahan atau akhir tahun 2021,” kata Mel.

Application Information Will Show Up Here

Series A Funding Secured, Bot MD to Arrive in Indonesia in Q2 2021

Singapore-based startup Bot MD has secured $5 million in Series A funding. Its service focuses on the health sector, presenting a chatbot-based application equipped with Natural Language Processing (NLP) technology. Post funding news, the company plans to expand to other countries such as the Philippines, Malaysia, India, and Indonesia.

Bot MD’s Co-Founder & CEO, Dorothea Koh revealed to DailySocial that the platform focuses on providing a user experience that modernizes clinical workflows, without having to adopt a completely new hospital system or change the existing workflows.

“The Bot MD A.I. chatbot is made using NLP technology developed independently. We have trained the AI to understand various medical terminology and capable to understand various hospital contents, therefore, they can provide answers quickly,” Koh said.

Given the large demand from large hospitals and health care organizations during the pandemic, this fresh fund will also help accelerate the company’s growth in the Asia Pacific through partnerships with hospitals, public and private clinics.

This funding round was led by Monk’s Hill Ventures. Also participated investors in the new and previous round, including SeaX, XA Network, and SGInnovate, as well as healthcare industry veterans Yoh-Chie Lu and Jean-Luc Butel, and Steve Blank.

“Unlike other SaaS company players, the team’s extensive experience in the healthcare industry has provided them with deeper insight into the real pain points of doctors and hospitals, allowing them to create highly intuitive products for doctors to use without any training required,” Monk’s Hill Ventures Partner Michele Daoud said.

In Indonesia, there are lots of chatbot platform has been developed by local startups. There are also several players focused on the health sector, including Prixa, which is a business unit of Kata.ai and DokterSiaga.

Targeting Indonesian market

By prioritizing AI technology, Bot MD currently has been trained by more than 13 thousand doctors who have used the platform. This chat engine can also be used to support chat/messaging apps for consumers including WhatsApp, to help doctors provide care to patients.

As one of the countries with a large population and number of chat/messaging app users in Southeast Asia, Indonesia has become an ideal country for Bot MD to explore. According to the plan, the company aims to launch in Indonesia around the second quarter of this year.

Currently, Bot MD is still in the process of teaching bots to understand Indonesian. In addition, the recruitment of local teams ranging from engineers, clinical pharmacists, nurses, and sales teams to be stationed in Jakarta is still ongoing.

Regarding products or services that are relevant and needed by the market in Indonesia, Koh emphasized that they have two main products that might be very suitable for Indonesia. First is the MD Hospital Bot which is used by doctors and clinical staff to search for hospital-specific content. This ranges from their hospital call list schedule to drug information and clinical guidelines, patient health reports, and scans, prescribing medications, ordering and scheduling Radiology, and Lab examinations.

Another product to be launched in Indonesia is Bot MD Care, which is a WhatsApp-based clinical monitoring platform for doctors to monitor patients with diabetes, hypertension, and chronic kidney disease.

“We believe Bot MD Hospital and Bot MD Care are very relevant to the Indonesian market due to quite a large number of patients and the low ratio of doctors to patients, therefore, your doctor is a very busy person. Besides, the prevalence of chronic diseases such as diabetes and hypertension in the population. Indonesia is improving. With Bot MD, doctors can help streamline clinical workflows and seek information in order to save time and focus on serving patients better,” Koh said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pandemi Mendorong Minat Investasi Emas, Dongkrak Jumlah Pengguna IndoGold

IndoGold selaku penyedia platform investasi emas berbasis aplikasi, menyebutkan saat pandemi telah mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Tercatat perusahaan mengalami peningkatan jumlah pengguna hingga 40%, sehingga awal tahun 2021 jumlah pengguna mencapai lebih dari 800 ribu orang.

Kepada DailySocial, Managing Director IndoGold Amri Ngadiman mengungkapkan, di tengah situasi yang tidak menentu seperti pandemi, banyak orang menjadikan emas sebagai investasi yang aman sebagai alat pelindung nilai. Hal ini berdampak positif bagi kinerja bisnis IndoGold.

Meskipun saat ini sudah banyak platform investasi online yang menawarkan produk dan layanan serupa, namun IndoGold mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Di antaranya adalah, IndoGold terintegrasi secara online dan offline, mereka memiliki kantor cabang yang dapat melayani secara langsung dalam berinvestasi emas.

“Kami menyadari bahwa dalam menghadirkan produk keuangan yang inklusif, haruslah menjangkau semua kalangan. Kantor cabang kami tidak hanya melayani jual-beli emas, akan tetapi juga melayani gadai emas. Kantor cabang kami terletak di unit pasar Malabar Tangerang. Rencananya IndoGold akan berekspansi secara offline dengan menambah kantor cabang baru di tahun ini,” kata Amri.

Sebelumnya IndoGold juga telah memperluas kolaborasi dengan layanan dompet digital seperti GoPay dan payment gateway Doku untuk menambah pilihan pembayaran kepada pengguna.

Di Indonesia, emas memang menjadi salah satu katalisator platform investasi, mendorong minat masyarakat untuk berinvestasi secara online. Layanan investasi emas sekarang bisa ditemui di mana-mana, adapun aplikasi yang memberikan layanan serupa juga sudah banyak opsinya, seperti:

Platform Minimal Investasi
e-mas Rp100
Indogold Rp500
Lakuemas Rp50.000
Pegadaian Rp5.000
Pluang Rp10.000
Sehatigold Rp20.000
Tamasia Rp10.000
Tanamduit Rp10.000
Treasury Rp5.000

Luncurkan fitur auto-debet

Hingga saat ini fitur yang menjadi pilihan pengguna adalah fitur beli emas, sebagian besar pengguna menabung emas secara berkala. Harga beli emas yang ditampilkan IndoGold diperbarui secara real time mengikuti harga pasar. Untuk mempermudah pengguna mengelola investasi emas mereka, IndoGold meluncurkan fitur auto-debet. Melalui fitur ini para pengguna dapat menjadwalkan pembelian emas secara otomatis lewat pemotongan saldo KASPRO.

“Investasi emas secara berkala kami permudah dengan adanya fitur auto debet, sehingga memungkinkan para pengguna dapat menjadwalkan pembelian emas secara otomatis lewat pemotongan saldo KASPRO,” kata Amri.

Para pengguna dapat membeli emas secara berkala dengan fitur auto debet mulai dari Rp10 ribu. Hasil investasi emas yang telah dilakukan dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai secara langsung ke rekening bank yang telah didaftarkan atau ditukarkan menjadi logam emas bersertifikat ANTAM atau UBS kadar 99,99% yang pengirimannya terasuransi kemana pun di seluruh Indonesia.

“Kami harap dengan fitur baru ini dapat menumbuhkan kebiasaan finansial yang sehat sehingga para pengguna dapat meraih tujuan finansial di masa depan. Dalam menghadirkan solusi investasi emas online yang aman dan terpercaya, IndoGold telah terdaftar dan diawasi oleh OJK serta memperoleh sertifikasi ISO 27001:2013 yang merupakan standar global dalam penerapan manajemen keamanan informasi,” ujar Amri.

Tahun ini IndoGold tengah mempersiapkan rencana penggalangan dana untuk ekspansi bisnis mereka. Harapannya IndoGold bisa menjangkau lebih banyak lagi masyarakat untuk berinvestasi emas.

Gambar Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here