PlanetSide Arena Diumumkan, Sajikan Battle Royale dan Arena Tempur 500 Pemain

Jauh sebelum demam battle royale mewabah, Sony Online Entertainment (kini dikenal sebagai studio indie Daybreak) melakukan sesuatu yang hampir mustahil. Lewat PlanetSide 2, mereka menyediakan ruang tempur berskala raksasa untuk ribuan gamer penggemar first-person shooter. Enam tahun lebih setelah PlanetSide 2 dirilis, pencapaiannya masih sulit disaingi game lain.

Berbekal teknologi yang mereka miliki, Daybreak Game Company siap merangkul tren terpanas di segmen gaming. Di penghujung 2018 ini, studio di belakang seri EverQuest, DC Universe Online dan Star Wars Galaxies itu resmi mengumumkan PlanetSide Arena, yaitu permainan kompetitif dengan opsi battle royale yang mengambil latar belakang futuristis di jagat fiksi PlanetSide. Untuk membuatnya berbeda dari formula last man standing lain, Daybreak memberikan sentuhan khas mereka di game ini.

Beberapa hal pertama yang developer adopsi dari PlanetSide 2 adalah ukuran lokasi tempur serta kesanggupan game mendukung partisipasi pemain dalam jumlah besar. Permainan baru ini menyuguhkan arena ‘Echoes of Amerish’ seluas 64-kilometer persegi. Sesuai namanya, peta ini diadaptasi dan dibangun berdasarkan Amerish, benua ketiga yang developer perkenalkan di PlanetSide 2.

PlanetSide Arena menghidangkan tiga mode permainan berbeda. Pertama adalah mode battle royale solo yang bisa dikuti 100 orang pemain, lalu ada last man standing berbasis tim tiga orang yang mendukung maksimal 102 gamer, dan ketiga ialah arena tempur PvP 500 player bertajuk Massive Clash. Ke depannya, Daybreak punya rencana untuk menghadirkan pertempuran berisi 1.000 pemain.

PlanetSide Arena 2

Meski di awal perilisannya, PlanetSide Arena memprioritaskan pengalaman battle royale, Daybreak tidak mau hanya fokus di sana. Di setiap season baru, developer akan memperkenalkan opsi-opsi lain sepeti Capture the Flag, Team Deathmatch, Search and Destroy serta Global Conquest. Penyajian season dan Battle Pass-nya memang mirip Fortnite, dan mereka yang melakukan pre-order sekarang berhak mendapat akses ke Season 1.

PlanetSide Arena 4

Sentuhan khas PlanetSide lain adalah pilihan kelas berbeda. Ketika meluncur nanti, pemain dapat mengambil spesialisasi jadi Assault, Medic atau Engineer. Ada kemungkinan developer akan memperkenalkan kelas lain semisal Infiltrator atau Max di masa yang akan datang. Di sana, Anda juga bisa menggunakan kendaraan serta perlengkapan yang sebelumnya ada di PlanetSide 2, seperti tank, ATV, hover bike hingga jet pack.

PlanetSide Arena 5

PlanetSide Arena rencananya akan dilepas perdana di Windows PC melalui Steam pada tanggal 29 Januari 2019. Daybreak menawarkan dua versi pre-order, terdiri dari Sanctuary Assault Edition dan Legendary Arena Edition. Saat artikel ini ditulis, kedua edisi sedang memperoleh diskon 50 persen.

Via Eurogamer.

Lewat Demo Walkthrough Terbaru, Beyond Good and Evil 2 Terlihat Semakin Menjanjikan

Kabar tentang pengerjaan sekuel dari Beyond Good & Evil telah beredar lebih dari satu dekade silam, terutama sejak desainer Michel Ancel mengungkapkan keinginannya menciptakan trilogi. Tapi kegagalan game action-adventure itu secara komersial membuat publisher Ubisoft enggan menggarap penerusnya, mengakibatkan game terjerumus dalam development hell.

Secercah harapan baru muncul di E3 2017. Di pameran gaming tahunan itu, Ubisoft akhirnya resmi mengumumkan Beyond Good and Evil 2. Arahan pengembangannya sedikit berubah dari visi awal sang desainer. Game tidak lagi meneruskan kisah petualangan Jade, namun diramu sebagai prekuel dan mempersilakan pemain menciptakan karakter utamanya sendiri. Setelah memublikasikan trailer sinematik, porsi gameplay-nya pelan-pelan mulai terungkap.

Dan di minggu ini, Ubisoft kembali menyingkap perkembangan proyek tersebut melalui video ‘demo walkthrough‘. Konten walkthrough ini sebetulnya tidak benar-benar baru, direkam di E3 2018, tapi baru sekarang mereka mempersilakan publik untuk melihatnya. Durasinya cukup panjang, berlangsung selama kurang lebih 25 menit. Dan dari sana, terungkaplah elemen-elemen gameplay yang esensial.

Sedikit berbeda dari game sebelumnya, developer mencoba mengintegrasikan formula role-playing online ke gameplay action-adventure di Beyond Good and Evil 2. Di sana, Anda dipersilakan untuk bermain sendiri atau menikmatinya secara kooperatif. Pembuatan karakter dan kustomisasi ialah salah satu aspek yang dibanggakan Ubisoft Montpellier. Tak cuma jenis kelamin dan ras, Anda bahkan bisa mementukan spesies sang tokoh utama.

Di Beyond Good and Evil 2, eksplorasi merupakan salah satu aspek penting. Karakter Anda adalah seorang perompak angkasa, dan menjadi kapten di pesawat miliknya. Ubisoft mencoba menerjemahkan konsep itu ke elemen gameplay dengan menyajikan pertempuran jarak jauh, jarak dekat, serta menghadirkan jet pack untuk memudahkan Anda mencapai tempat-tempat tinggi. Meski sedang bermain coop, para pemain tak harus selalu berjelajah bersama-sama. Mereka diperkenankan mengambil rute berbeda.

Game juga mendukung bermacam-macam gaya bermain melalui fitur bernama augment. Augment adalah upgrade yang bisa dibubuhkan pada karakter, pedang maupun pistol; fungsinya ialah memberikan kemampuan istimewa pada sang tokoh. Dalam pertempuran, masing-masing augment dapat dikombinasikan buat menciptakan efek tertentu.

Hampir sama seperti Grand Theft Auto, segala kendaraan yang ada di permainan bisa Anda ambil alih dan kendarai. Pemain juga dibebaskan untuk meng-upgrade dan menggonta ganti modul pesawat mereka – agar lebih efektif dalam aksi perompakan, serta bertempur melawan musuh atau pasukan penegak hukum.

Saat artikel ini ditulis, Ubisoft belum mengumumkan waktu peluncuran serta platform tempat game akan tersedia. Namun informasi dari Space Monkey Program mengindikasikan rencana pelepasannya di PC, Xbox One dan PS4.

Monster Hunter: World Akan Kedatangan Expansion Pack Raksasa dan Geralt of Rivia

Hanya ada sedikit pilihan game bisa menyajikan aksi perburuan monster sedetail dan se-seru Monster Hunter. Melalui permainan terbarunya, Capcom tak cuma mampu memuaskan pemain setia, tapi juga berhasil merangkul banyak penggemar baru. Monster Hunter: World mendapat pujian dari gamer dan berhasil memenangkan penghargaan bergengsi di tahun ini, tapi ternyata Capcom masih belum selesai dengannya.

Setelah sempat men-tease eksistensinya di acara The Game Awards 2018, minggu ini Capcom resmi mengumumkan expansion pack pertama untuk Monster Hunter: World yang mereka beri judul Iceborne. Add-on tersebut memiliki konten masif, berisi cerita, quest, wilayah, monster-monster serta perlengkapan baru. Skalanya bisa dibilang setara dengan expansion pack standalone, namun kita tetap membutuhkan World agar dapat memainkannya.

Lewat trailer, developer mengungkap sedikit plot dari Iceborne: sekelompok pemburu mencoba menaklukkan Rathalos, tapi mereka gagal. Wyvern berbahaya itu terbang melarikan diri dari pulau, menuju tempat yang tertutup salju. Expanion pack ini dirancang sebagai kelanjutan kisah petualangan di Monster Hunter: World, setelah karakter Anda selesai berurusan dengan Elder Dragon di New World.

Menariknya, Monster Hunter: World – Iceborne bukanlah satu-satunya kejutan yang diungkap Capcom pada fans-nya. Developer juga menyingkap agenda kolaborasi bersama CD Projekt Red buat menghadirkan sang Witcher Geralt of Rivia di jagat Monster Hunter. Geralt tiba di sana setelelah dirinya dipindahkan melalui portal sihir, dan Anda dipersilakan untuk bermain sebagai pemburu monster berpedang perak itu serta menggunakan gerakan-gerakan bertarung khas Witcher.

Capcom belum menjelaskan detail lebih jauh terkait kerja sama mereka dengan CD Projekt Red, dan berjanji buat menginformasikannya di lain waktu.  Geralt of Rivia kabarnya dapat dimainkan di Monster Hunter: World versi PlayStation 4 dan Xbox One sebagai update gratis, dan akan menyusul di PC. Satu hal yang bisa dipastikan, Geralt kembali diperankan oleh pengisi suara asli di trilogi The Witcher, Doug Cockle.

Sementara itu, waktu perilisan expansion pack Monster Hunter: World – Iceborne masih cukup lama, rencananya akan dilepas pada musim gugur 2019 (kira-kira di minggu kempat bulan September). Add-on disediakan lebih dulu buat PlayStation 4 dan Xbox One, kemudian mendarat di PC beberapa waktu setelahnya. Saya harap gamer PC tak harus menunggu sampai tahun 2020.

Bagi yang belum membeli Monster Hunter: World, Capcom memperkenankan Anda untuk mencicipi versi trial yang tersedia di tanggal 12 sampai 17 Desember. Di sana, kita bisa menikmati quest-quest maksimal rating 3 bintang dan berpartisipasi dalam mode multiplayer online sampai Hunter Rank 4.

Via GameSpot.

EA Umumkan Kapan Kita Bisa Mencicipi Versi Demo Anthem

Fans mungkin masih sulit melupakan kekecewaan yang diakibatkan oleh Mass Effect: Andromeda, tapi bergabungnya kembali Casey Hudson ke BioWare untuk mengawasi pengembangan Anthem merupakan kabar gembira bagi gamer. Hudson adalah developer legendaris yang jadi sutradara Star Wars: Knights of the Old Republic dan trilogi orisinal Mass Effect.

Sejak diumumkan di E3 2017, Anthem pelan-pelan terlihat semakin menjanjikan. Di IP baru ini, BioWare mencoba memadukan gameplay action third-person, formula role-playing, dengan tema sci-fi yang mempersilakan gamer bermain sebagai operator unit exoskeleton high-tech ala Iron Man atau Titanfall. Anthem rencananya akan dirilis pada tanggal 22 Februari 2019. Dan sebelum momen itu tiba, EA memperkenankan kita untuk mencoba sebelum membeli.

Untuk mendapatkan akses ke Anthem lebih dulu dari gamer lain, yang perlu Anda lakukan adalah melakukan pre-order, atau berlangganan EA/Origin Access di PC. Selanjutnya, tiket VIP Demo akan jadi hak Anda. Selain akses, mereka yang berpartisipasi dalam program tersebut juga akan memperoleh item eksklusif. VIP Demo dapat dinikmati oleh pemain di semua platform, baik di PC via Origin, PlayStation 4 ataupun Xbox One.

BioWare dan EA akan melangsungkan demo beberapa kali. VIP Demo, atau demo perdana, dijadwalkan untuk berlangsung pada tanggal 25 sampai 27 Januari 2019. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada tanggal 1 sampai 3 Februari, semua orang dipersilakan buat memainkan demo Anthem. Hal yang menarik di sini adalah, sang publisher memilih untuk menggunakan istilah demo dan bukan uji coba beta, menandai bahwa versi ini lebih diprioritaskan buat mengomersialkan permainan dan bukan uji coba.

Berbicara soal periode tes, sebetulnya BioWare baru saja merampungkan uji coba alpha pada tanggal 8 dan 9 Desember kemarin. Sesinya sangat terbatas. Gamer hanya diperkenankan bermain selama beberapa jam saja, dan kesempatan cuma terbuka bagi mereka yang berada di kawasan Amerika dan Eropa.

Jika Anda penasaran mengapa sampai kini belum ada tester yang menginformasikan konten dari tes alpha tersebut, alasannya adalah non-disclosure agreement dari EA yang melarang siapapun buat memublikasikannya. Seorang gamer sempat mencoba men-stream Anthem versi alpha, namun aksi tersebut malah membuat seluruh koleksi permainannya di Origin lenyap.

Sebagai bagian dari strategi EA mendorong lebih banyak orang bergabung ke layanan Origin/EA Access, pelanggan dijanjikan akses ke seluruh konten dan fitur Anthem tanpa dibatasi. Tanpa Origin atau EA Access, kita perlu membayarkan uang sebesar US$ US$ 110 demi membeli edisi Legion of Dawn.

SonicFox Dinobatkan Menjadi Atlet Esports Terbaik di The Game Awards 2018

Esports masih terus tumbuh pesat di tahun 2018 ini, dengan berbagai organisasi olahraga juga terjun menciptakan “versi esports” dari bidang mereka masing-masing. Tidak mengejutkan bila kemudian dalam gelaran penghargaan The Game Awards 2018, esports turut mendapat banyak sorotan. Selain penghargaan pada kategori-kategori yang sudah umum, The Game Awards 2018 memiliki kelompok kategori sendiri, bernama “Esports Awards”, yang terdiri dari tujuh penghargaan.

Paling mengesankan dari seluruh kategori tersebut adalah nominasi Best Esports Player yang dimenangkan oleh Dominique McLean, alias SonicFox. Atlet fighting game asal Amerika Serikat yang tergabung dengan tim Echo Fox ini sepanjang tahun telah menunjukkan performa yang luar biasa. Bukan hanya berhasil meraih juara di berbagai kompetisi fighting game papan atas, ia melakukannya di tiga game berbeda: Injustice 2, Dragon Ball FighterZ, serta Soul Calibur VI.

SonicFox bersaing dalam nominasi melawan pemain-pemain top dunia seperti Tokido (Hajime Taniguchi), Uzi (Jian Zi-Hao), s1mple (Oleksander Kostyliev), dan JJoNak (Sung-hyeon Bang). Mereka datang dari berbagai cabang esports, termasuk Overwatch, League of Legends, hingga Counter-Strike: Global Offensive. Menariknya, dua dari lima atlet yang masuk nominasi ternyata datang dari dunia fighting game. Mungkin ini pertanda bahwa popularitas fighting game di dunia esports sedang naik daun.

SonicFox - Injustice 2 Pro Series 2018
SonicFox selalu tampil dengan kostum rubah biru miliknya | Sumber: Windows Central

Ada beberapa hal yang membuat SonicFox sangat menonjol di dunia esports. Pertama, SonicFox memang punya kepribadian unik yang sering kali memunculkan hype ketika di atas panggung. Kedua, SonicFox sebenarnya dikenal sebagai pakar seri game Mortal Kombat. Bahwasanya ia bisa berpindah-pindah ke banyak game lain, dan langsung menjadi yang terbaik di dunia, itu menunjukkan bahw SonicFox memang punya talenta luar biasa.

Sebagai gambaran akan betapa dominan SonicFox di dunia fighting game, berikut ini adalah daftar beberapa prestasi yang diraih SonicFox sepanjang 2018:

  • Juara 1 DreamHack Austin 2018 | Dragon Ball FighterZ
  • Juara 1 VSFighting 2018 | Dragon Ball FighterZ
  • Juara 1 Evolution Championship Series 2018 | Dragon Ball FighterZ
  • Juara 1 Southern California Regionals 2018 | Injustice 2
  • Juara 1 Canada Cup 2018 | Soul Calibur VI
  • Juara 1 Canada Cup 2018 | Dragon Ball FighterZ
  • Juara 1 Injustice 2 Pro Series Grand Finals 2018 | Injustice 2

Dengan prestasi tersebut, hingga saat ini SonicFox telah mengantongi empat trofi Evolution Championship Series (EVO), turnamen fighting game terbesar di dunia. Angka yang tidak terlalu fantastis memang, tapi menjadi penting ketika kita menyadari bahwa SonicFox baru bermain secara profesional mulai tahun 2014. Artinya, sejak awal kariernya hingga sekarang, SonicFox telah memenangkan semua EVO yang ia ikuti.

SonicFox juga menciptakan drama rivalitas yang sangat menarik di kalangan komunitas Dragon Ball FighterZ. Perseteruan SonicFox melawan GO1 (Goichi Kishida) dari Jepang selalu menjadi pertandingan yang panas, apalagi GO1 dikenal sebagai pakar fighting game dengan tipe “air dasher” seperti Dragon Ball FighterZ. Mereka telah berkali-kali berhadapan di Grand Final turnamen besar, dan hingga kini tanding ulang mereka berdua selalu ditunggu oleh para penggemar. Saya sendiri merasa pemilihan SonicFox sebagai pemain esports terbaik tahun ini sudah tepat, karena sepak terjangnya sepanjang tahun memang sulit sekali dihentikan.

SonicFox vs GO1
SonicFox mengalahkan GO1 di EVO 2018 | Sumber: ESPN

Berikut ini adalah daftar pemenang The Game Awards selengkapnya.

Game Awards

  • Game of the Year: God of War
  • Best Ongoing Game: Fortnite
  • Best Game Direction: God of War
  • Best Narrative: Red Dead Redemption 2
  • Best Art Direction: Return of the Obra Dinn
  • Best Score/Music: Red Dead Redemption 2
  • Best Audio Design: Red Dead Redemption 2
  • Best Performance: Roger Clark sebagai Arthur Morgan (Red Dead Redemption 2)
  • Games for Impact: Celeste
  • Best Independent Game: Celeste
  • Best Mobile Game: Florence
  • Best VR/AR Game: Astro Bot Rescue Mission
  • Best Action Game: Dead Cells
  • Best Action/Adventure Game: God of War
  • Best Role Playing Game: Monster Hunter: World
  • Best Fighting Game: Dragon Ball FighterZ
  • Best Family Game: Overcooked 2
  • Best Strategy Game: Into the Breach
  • Best Sports/Racing Game: Forza Horizon 4
  • Best Multiplayer Game: Fortnite
  • Best Student Game: Combat 2018
  • Best Debut Indie Game: The Messenger

Esports Awards

  • Best Esports Game: Overwatch
  • Best Esports Player: SonicFox (Dominique McLean)
  • Best Esports Team: Cloud9 (League of Legends)
  • Best Esports Coach: Reapered (Bok Han-gyu) dari Cloud9
  • Best Esports Event: League of Legends World Championship
  • Best Esports Host: Sjokz (Eefje Depoortere)
  • Best Esports Moment: Cloud9 Comeback Win in Triple OT vs FAZE

Community Award

  • Content Creator of the Year: Ninja

Sumber: The Game Awards, Liquidpedia

Sejumlah Game Indie Mulai Bermigrasi dari Steam ke Epic Games Store

Setelah resmi diumumkan minggu lalu, para talenta di belakang Unreal Engine, Gears of War dan Fornite akhirnya meluncurkan Epic Games Store bertepatan dengan The Game Awards 2018. Epic Games Store adalah platform distribusi digital ala Steam yang menjajakan penawaran sangat menarik untuk developer: Epic Games hanya meminta komisi 12 persen dan sisanya diberikan pada pengembang.

Penawaran ini tampaknya terbukti efektif. Tak lama sesudah layanan ini dirilis, sejumlah developer – terutama tim independen – mulai memindahkan game mereka dari Steam ke Epic Games Store. Lalu beberapa studio lain yang belum mau meninggalkan Steam melakukan strategi ‘timed exclusive‘ – yaitu melepas permainannya secara eksklusif dalam jangka waktu tertentu di platform punya Epic Games itu.

Terhitung mulai kemarin, laman Steam dari game first-person open world bertema konstruksi Satisfactory tak lagi bisa diakses setelah Coffee Stain Studios berencana melepasnya di Epic Games Store. Developer menjelaskan bahwa Epic Games Store merupakan satu-satunya tempat untuk mendapatkan permainan ini, dan berjanji buat memberikan jawaban atas rasa penasaran gamer lewat sesi Q&A.

Selain Satisfactory, Team17 juga berniat untuk menyediakan Genesis Alpha One di Epic Games Store pada bulan Januari nanti. Sang publisher mengurungkan niatnya buat meluncurkan di Steam di tanggal 29 Januari 2018, dan menyampaikan bahwa saat ini, proses pengerjaannya berada di tahap pemolesan akhir.

Tim Double Damage sendiri menerapkan pendekatan timed exclusive untuk kreasi anyarnya, Rebel Galaxy Outlaw. Rencananya, developer akan menyediakan game space simulation itu secara khusus di Epic Store selama 12 bulan, kemudian barulah Rebel Galaxy Outlaw tersaji di tempat lain. Double Damage berharap, pembagian keuntungan 12/88 dapat memberikan mereka modal buat meluncurkan game di ‘toko sebelah’.

Lewat blog, Double Damage cukup terang-terangan bilang bahwa pembagian 30/70 terasa cukup memberatkan, terutama untuk studio indie. Metode kurasi yang diterapkan Epic Games turut memperoleh tanggapan positif dari developer dan pengguna, karena sangat membantu mengekspos judul-judul dengan konten berkualitas.

Sejumlah permainan indie berpotensi saat ini sudah dapat dimainkan via Epic Games Store: Ashen telah tersedia di sana, sedangkan versi Steam-nya masih berstatus TBD. Lalu Hades, kreasi terbaru tim pencipta Bastion dan Transistor bisa dinikmati via early access saat ini, namun masih belum ada di Steam.

Kabar gembira dari Epic Games tak cuma ditujukan bagi developer, tapi juga kepada para pemain. Kabarnya, mereka akan membagi-bagikan permainan secara gratis tiap dua minggu sekali.

Via PC Gamer.

Vainglory Versi Console dan Strategi Post-Platform Super Evil Megacorp

Pada pertengahan tahun 2018 lalu, Super Evil Megacorp telah mengumumkan bahwa mereka akan merilis Vainglory versi PC dan Mac dalam waktu dekat. MOBA yang asalnya dirancang untuk layar sentuh di sistem operasi iOS dan Android itu kini sedang menjalani fase alpha testing, dan bisa Anda coba secara gratis dengan mengunduhnya di situs resmi Vainglory. Para gamer yang berpartisipasi di fase alpha testing ini juga akan mendapat skin eksklusif Vox On Ice.

Keberadaan Vainglory versi PC bukan sesuatu yang terlalu menghebohkan. Pasar MOBA di PC memang sangat besar, dan sudah banyak game lain melakukan hal serupa. Akan tetapi Super Evil Megacorp punya visi lebih besar daripada sekadar merilis game di banyak platform. Mereka ingin menciptakan ekosistem video game yang lebih modern, yang disebut dengan strategi “post-platform”.

Latar belakang visi ini adalah pandangan Super Evil Megacorp terhadap dunia video game yang semakin lama semakin tumbuh besar, namun juga semakin terpecah belah. Sejak tahun 2001, industri berkembang pesat berkat kemunculan platform-platform baru. Ada gamer yang tertarik pada console paling modern, ada juga yang setia dengan PC. Sebagian menyukai permainan di handheld portabel, sementara banyak juga yang lebih gemar bermain di smartphone. Ekosistem smartphone pun terbagi lagi, dengan adanya Android, iOS, serta sistem-sistem operasi lain.

Vainglory - Android
Vainglory versi Android | Sumber: Google Play

Di masa depan, entah platform apa lagi yang akan muncul. Mungkin kita akan melihat gaming di smartwatch. Mungkin gaming di VR, AR, dan MR akan menjadi mainstream. Apa pun itu, yang jelas platform baru selalu muncul, dan ini merupakan pedang bermata dua.

“Zaman sekarang, gamer PC, mobile, dan console sebagian besar memainkan game yang berbeda dengan input kontrol yang berbeda, juga mengharapkan standar kualitas, model bisnis, serta banderol harga yang berbeda pula,” tutur Kristian Segerstrale dalam blog resmi Super Evil Megacorp.

“Dan – mungkin yang paling penting – kita ada dalam komunitas-komunitas terpisah yang nyaris tidak pernah bermain bersama. Siapa teman main kita ditentukan oleh siapa yang kebetulan memiliki perangkat gaming sama dengan kita. Sebagai pemain, kita pun mencari teman online ketika kita tidak bisa meyakinkan kawan-kawan dunia nyata untuk membeli platform game yang sama. Kita mungkin sudah terbiasa dengan ini, tapi tetap rasanya agak sedih.”

Fortnite
Fortnite tersedia di nyaris semua platform, dari console, desktop, hingga mobile | Sumber: Epic Games

Segerstrale kemudian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan video game besar sudah mulai bergerak ke arah masa depan yang baru, yaitu permainan cross-platform. Dengan maraknya multiplayer gaming, developer dituntut untuk menyediakan pengalaman yang sama bagi penggemar di semua platform. Fortnite adalah contoh paling baik, karena dalam Fortnite, nyaris semua pemain bisa bermain bersama meski mereka berbeda platform. Memang tidak sempurna karena masih ada perbedaan pengalaman yang jauh di tiap platform, namun mereka sudah menunjukkan arahan yang tepat.

Video game akan menjadi seperti media sosial?

Super Evil Megacorp percaya bahwa dalam 10 tahun ke depan, tidak akan ada satu platform spesifik yang menjadi platform utama industri game. Sebaliknya, game akan menjadi seperti media sosial: sebuah pengalaman yang bisa dinikmati bersama oleh semua orang terlepas dari platform apa yang mereka gunakan. Ketika video game sudah tak lagi terikat pada platform tertentu, itulah yang mereka sebut sebagai era post-platform.

Super Evil Megacorp ingin Vainglory jadi game yang terdepat ketika era itu tiba. Karena itulah mereka mengembangkan Vainglory versi PC dan Mac. Tak hanya itu, mereka juga akan merilis Vainglory versi console pada akhir tahun 2019. Super Evil Megacorp setidaknya punya dua alasan kuat untuk percaya pada visi post-platform di atas.

Pertama yaitu semakin maraknya perangkat “hibrida” di era modern ini yang tidak bisa dikelompokkan ke dalam satu kategori saja. Ada perangkat mobile yang bisa ditancapkan ke layar besar, seperti Samsung DEX, ASUS ROG, Microsoft Surface, dan sebagainya. Ada juga laptop ultraportabel yang bisa berperan sebagai perangkat mobile, misalnya Razer Linda. Ini masih ditambah lagi dengan munculnya berbagai layanan game streaming. Super Evil Megacorp ingin memastikan bahwa Vainglory dapat berjalan baik di semua perangkat tersebut.

Kedua, dengan diluncurkannya jaringan 5G pada tahun 2019, semua perangkat akan mendukung kecepatan internet yang cukup mulus untuk multiplayer gaming, bahkan gaming kompetitif tanpa lag. Di masa depan, developer tak lagi bisa memperlakukan satu platform sebagai platform utama sebuah game, sementara versi platform lainnya hanya sebagai “port” sampingan. Developer harus terjun ke dunia post-platform dan menciptakan game dengan paradigma post-platform juga.

Pekerjaan ini jelas tidak mudah. Butuh kru, teknologi, peralatan, kesabaran, serta komunitas yang kuat untuk mewujudkannya. Tapi Super Evil Megacorp bertekad untuk menuju ke arah sana. Dalam perjalanannya, mereka pasti akan menemukan dan mempelajari banyak hal baru. Akhir 2018 ini adalah titik awal Super Evil Megacorp untuk berubah menjadi studio post-platform game, dan mereka mengajak kita semua untuk merangkul era baru ini bersama-sama.

Sumber: Super Evil Megacorp

Lewat Mode Kreatif, Pemain Dipersilakan Mendesain Level Sendiri di Fortnite

Awalnya didesain sebagai permainan action survival kooperatif, nama Fortnite baru benar-benar jadi fenomena global setelah Epic Games meluncurkan mode standalone free-to-play berformula battle royale. Porsi ini memperoleh kesuksesan dan kepopuleran dalam waktu singkat, apalagi setelah para selebriti ikut memainkannya. Fortnite Battle Royale belum lama memenangkan penghargaan Ultimate Game of the Year di Golden Joystick Awards.

Kali ini, tim Epic Games mengungkap rencana mengekspansi konten permainan tersebut dengan cara yang unik. Setelah memperkenankan gamer bersaing untuk jadi penyintas terakhir, kali ini Fortnite mempersilakan kita buat merancang mode baru dan arena permainan sendiri menggunakan alat-alat kreasi di dalam Fortnite Creative. Penyajiannya tidak terlalu berbeda dari mode sandbox di Minecraft.

Developer menjelaskan bahwa Fortnite Creative adalah sebuah cara baru dalam menikmati permainan. Dengannya, Anda bisa menciptakan zona tempur kompetitif, mendesain sirkuit balap, hingga bahu-membahu bersama teman membangun benteng impian. Semua aktivitas ini dilakukan di pulau pribadi Anda, dan seluruh progresnya tersimpan secara otomatis sehingga Anda dapat meneruskan apapun proyek itu di lain waktu.

Lewat Fornite Creative, pemain dibebaskan untuk berkarya. Batasannya hanyalah kreativitas Anda. Epic Games menyediakan beragam tool sehingga kita dapat merancang arena-arena eksperimental serta mode-mode permainan yang konyol, misalnya gameplay petak-umpet, tower defense dengan zombie sebagai lawannya, atau mungkin zona parkour yang tersusun atas toilet duduk.

Fornite Creative akan dihadirkan lewat update Season 7. Pemilik Battle Pass bisa menjajalnya via sesi early access mulai hari ini, tanggal 6 Desembeer. Dalam proses pengembangan serta persiapannya, Epic Games melakukan kolaborasi bersama belasan pencipta konten (ada BajanCanadian, BasicallyIdoWrk, Gummy, InTheLittleWood dan lain-lain). Gerbang aksesnya sendiri baru benar-benar terbuka bagi seluruh pemain pada tanggal 13 Desember nanti.

Epic Games menjelaskan bahwa apa yang mereka sajikan ini hanyalah permulaan. Developer berencana buat terus menambahkan fitur-fitur baru dan penyempurnaan lewat update. Di website-nya, tim menyampaikan, “Seperti Fortnite Battle Royale dan Save the World, kami berkomitmen untuk membuat Fortnite Creative jadi lebih besar dan lebih baik.”

Kabar baiknya lagi, sama seperti battle royale, Fortnite Creative dapat dinikmati oleh semua pemain tanpa perlu mengeluarkan uang. Selain mode kreatif, Geoff Keighley selaku host acara The Game Awards juga sempat menginformasikan akan ada pengumuman terkait Fornite ‘yang membuat semuanya jadi lebih gila’…

Sejumlah Pentunjuk Mengindikasikan Hadirnya Versi Remaster Crash Team Racing

Crash Team Racing boleh dibilang sebagai jawaban Sony atas kepopuleran seri Mario Kart punya Nintendo. Terlepas dari pemakaian formula balapan kart serupa, CTR berhasil mencuri perhatian berkat aspek visual yang atraktif, gameplay adiktif, serta karakter-karakter eksentrik dan familier yang Naughty Dog perkenalkan di tiga permainan Crash Bandicoot sebelumnya.

Franchise Crash Bandicoot telah pindah kepemilikian beberapa kali, tapi akhirnya ia bangkit lagi di era Activision melalui Crash Bandicoot N. Sane Trilogy dengan nostalgia sebagai bahan bakar utamanya. N. Sane Trilogy terbukti sukses, peluncurannya di PS4 melampaui rekor yang dipegang Horizon Zero Dawn – belum termasuk versi Switch, Xbox One dan PC. Membuntuti keberhasilan itu, rumor menyatakan bahwa Activision kali ini berniat me-remaster Crash Team Racing.

Petunjuk mengenai eksistensinya muncul awal minggu ini lewat update foto cover laman Facebook Crash Bandicoot PS4 yang memperlihatkan gambar bendera balap. Kemudian di tanggal 4 Desember kemarin, melalui Twitter-nya presenter PlayStation Access Hollie Bennett memamerkan foto sepasang dadu berbulu warna jingga yang biasanya digantung di kaca spion mobil. Merchandise ini ditemani oleh pesan bertuliskan ‘Meluncur di The Game Awards 6/12’.

Animasi bendera balap kotak-kotak berwarna monokromatis sendiri sempat dipakai sebagai latar belakang sesi intro permainan Crash Team Racing. Buat sekarang, pihak Sony ataupun Activision memang belum mengonfirmasi apapun, namun dari diskusi di page Facebook Crash Bandicoot PS4 maupun Twitter Hollie Bennett, fans merasa yakin ini adalah indikasi kuat pengumuman versi remaster-nya.

Ada kemungkinan besar pengumuman akan dilangsungkan di acara The Game Awards 2018 yang jatuh pada tanggal 6 Desember, pukul 18:00 waktu Pasifik, atau jam 9:00 pagi WIB di tanggal 7 Desember besok. Selain versi remaster Crash Team Racing, publisher lain sempat memberi petunjuk soal agenda mereka mengumumkan sekuel dari Alien Isolation (Alien: Blackout) dan permainan keenam seri Far Cry.

Crash Team Racing adalah salah satu permainan terlaris di era console genarasi kelima, terjual sebanyak lebih dari 1,71 juta kopi di kawasan Eropa, 2,64 juta kopi di Amerika Serikat, dan hampir menyentuh 500 ribu kopi di Jepang. Kesuksesannya mendorong Sony untuk memasukkan permainan dalam daftar Greatest Hits dan merilis ulangnya di tahun 2000.

Game racing ini juga memunculkan sekuel ‘tak langsung’ berjudul Crash Nitro Kart, namun ia tidak lagi digarap oleh Naughty Dog, melainkan oleh tim Vicarious Visions dan dipublikasikan Activision. Sayang, respons media dan gamer tidak sepositif Crash Team Racing karena Crash Nitro Kart tidak banyak menawarkan inovasi.

Via Eurogamer.

Epic Games Luncurkan Platform Distribusi Digital Pesaing Steam

Bagi kalangan kasual, Epic Games terkenal lewat permainan battle royale populer, Fortnite. Tapi menelusuri perjalanannya di ranah gaming, Epic Games merupakan salah satu developer berpengalaman yang punya andil besar di industri – terutama melalui pengembangan Unreal Engine. Umur studio asal North Carolina itu bahkan lebih tua dari Valve Corp.

Sejauh ini, Epic Games dan Valve punya khalayaknya sendiri dan berbisnis tanpa berkompetisi langsung. Namun boleh jadi, dalam waktu dekat keduanya akan mulai bersaing. Di minggu ini, diketahui bahwa tim di belakang seri Gears of War itu punya agenda untuk meluncurkan platform distribusi pesaing Steam. Namanya cukup sederhana, tapi terdengar catchy di telinga: Epic Games Store.

CEO Tim Sweeney menjelaskan bahwa mereka sudah lama ingin menggarap platform yang dapat menyambungkan tim Epic Games dengan para pemain. Awalnya, mereka bereksperimen lewat Fortnite – permainan ini tidak ada di Steam, hanya bisa diakses melalui software milik Epic Games. Sweeney bilang, percobaan tersebut berhasil dan berkeinginan untuk membuka gerbangnya bagi developer lain.

Ketika Valve menerapkan pembagian keuntungan 30 banding 70, Epic Games Store menawarkan angka yang lebih menggoda buat studio third-party: mereka hanya meminta komisi 12 persen, dan sisanya diterima oleh sang pencipta permainan. Epic Games berencana untuk meluncurkan platform ini secara ‘perlahan-lahan’, dengan koleksi game yang tak terlalu banyak dan mereka pilih sendiri.

Epic Games Store 1

Penambahan jumlah game akan terus dilakukan di tahun 2019, hingga nanti saat Epic Games merasa yakin mereka tak perlu lagi melakukan kurasi. Tiap permainan yang dijual di sana tetap harus mendapatkan persetujuan sang penyedia layanan, namun mereka hanya akan melakukan penakaran dari sisi teknis dan bukan berdasarkan konten – kecuali pada permainan-permainan bertema dewasa.

Dengan kemudahan akses serta jumlah pengguna yang sangat banyak, Steam memang terlihat berada di atas angin. Belum lama ini, Valve juga mengungkap rencana buat mengurangi persentase imbalan dari 30:70 jadi 25 persen. Kemudian mereka hanya mengambil 20 persen dari tiap penjualan game senilai  US$ 50 juta. Lewat langkah ini, Valve tampaknya ingin menjaga agar publisher blockbuster tidak menarik diri dari Steam.

Menariknya, Tim Sweeney sempat bilang bahwa mereka tidak berkeinginan untuk berduel dengan Steam. Epic Games hanya ingin ‘memberikan penawaran terbaik bagi developer serta memperluas kesempatan pencipta konten buat berkreasi’. Epic Games Store akan dapat diakses di tanggal 6 Desember besok, ditandai oleh dilangsungkannya The Game Awards 2018.

Itu berarti, Epic Games resmi mengikuti jejak Electronic Arts dan Activision-Blizzard dalam menyediakan platform distribusinya sendiri.

Sumber: UnrealEngine.com. Tambahan: VentureBeat.