Android 12 Go Edition Baru Lebih Pintar, Cepat, dan Ramah Privasi

Sistem operasi Android versi terbaru telah hadir. Para pabrikan ponsel tengah sibuk menguji dan mulai menggulirkan pembaruan Android 12 ke perangkat unggulannya.

Kini Google secara resmi mengumumkan kehadiran Android 12 (Go edition). Versi ringan dari OS berfitur lengkap terbarunya ini didesain untuk perangkat entry-level yang terjangkau dengan kapasitas RAM 2GB atau kurang.

Google sendiri pertama kali meluncurkan Android Go pada tahun 2017. Sekarang lebih dari 200 juta orang secara aktif menggunakan smartphone Android Go dan iterasi berikutnya menghadirkan pengalaman yang lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih ramah privasi.

Perangkat yang menjalankan Android 12 (Go edition) akan dapat meluncurkan aplikasi hingga 30% lebih cepat dibandingkan versi sebelumnya dan dengan animasi yang lebih halus. Android 12 (Go edition) juga menambahkan API SplashScreen, yang memungkinkan pengembang membuat animasi peluncuran aplikasi yang ditampilkan saat pengguna meluncurkan aplikasi mereka.

Dengan menghibernasi aplikasi yang tidak digunakan dalam waktu lama, perangkat yang menjalankan Android 12 (Go edition) menawarkan daya tahan baterai lebih lama dan sekaligus dapat menghemat ruang penyimpanan. Anda akan diberi tahu saat aplikasi yang tidak digunakan dihibernasi.

Aplikasi Files Go yang diperbarui akan memungkinkan Anda memulihkan file dalam waktu 30 hari setelah dihapus. Anda dapat menyingkirkan barang-barang yang menurut Anda tidak perlu untuk mengosongkan ruang penyimpanan sementara waktu.

Selain itu, recent apps di Android 12 (Go edition) memberikan Anda opsi untuk mendengarkan berita dan menerjemahkan konten apa pun di layar ke dalam bahasa pilihan Anda. Melalui Nearby Share dan Google Play, Anda dapat menghemat data dengan berbagi aplikasi secara langsung dengan perangkat terdekat.

Pengguna smartphone Android 12 (Go edition) juga dapat meminjamkan perangkat mereka ke keluarga atau teman tanpa perlu khawatir privasi. Google mempermudah pengguna untuk beralih ke guest profile dan menyetel ulang profil setelah selesai menggunakannya. Guest profile juga tersedia secara langsung di layar kunci untuk menyederhanakan prosedur ini.

Privacy dashboard Android 12 yang baru juga tersedia di Android Go. Anda mendapatkan snapshot yang sama tentang aplikasi mana yang mengakses data sensitif, dengan indikator yang memberi tahu Anda saat mikrofon atau kamera sedang digunakan.

Dengan izin akses lokasi perkiraan baru, Anda dapat membatasi aplikasi untuk hanya melihat perkiraan lokasi Anda, bukan lokasi yang tepat. Semua itu akan dinikmati di perangkat Android 12 (Go edition) yang akan diluncurkan pada tahun 2022.

Sumber: Blog Google

Midnight Society Adalah Studio Game AAA Baru Besutan Dr Disrespect

Streamer kenamaan berpenampilan nyentrik, Dr Disrespect, mengumumkan studio game baru yang digagasnya bersama eks developer Call of Duty dan Halo. Studio tersebut dinamai Midnight Society, dan sejauh ini masih sedang dalam tahap perekrutan karyawan.

Pria bernama asli Guy Beahm itu tidak segan menyebut studio yang baru didirikannya sebagai studio game AAA, dan lowongan kerja yang dibuka untuk sebagian posisi bahkan mewajibkan pengalaman bekerja minimal selama 5 tahun.

Mendampingi Guy adalah Robert Bowling, mantan creative strategist Call of Duty yang kini menjabat sebagai Studio Head, dan Quinn DelHoyo, eks multiplayer designer Halo 5 yang kini bertanggung jawab sebagai Creative Director di Midnight Society. Menariknya, kursi CEO-nya bukan ditempati oleh Guy, melainkan oleh sosok yang sudah cukup berpengalaman di industri esports, Sumit Gupta.

Alhasil, tidak mengejutkan kalau game pertama yang direncanakan adalah sebuah game PVP multiplayer, spesifiknya yang digarap menggunakan Unreal Engine 5. Sebelum memulai kariernya sebagai influencer, Dr Disrespect sendiri juga merupakan seorang developer yang terlibat dalam pengembangan game Call of Duty: Modern Warfare 3 dan Advanced Warfare.

Sejauh ini memang belum ada detail mengenai game baru yang sedang dikerjakan tersebut, namun yang pasti Midnight Society bakal melibatkan komunitas pemain dan influencer dalam proses pengembangannya sejak sedini mungkin. Dengan kata lain, kita semestinya tidak perlu menunggu lama sebelum game-nya muncul dengan status early access.

AAA tapi early access? Menurut saya sah-sah saja, dan ini bukan pertama kalinya itu terjadi. Di tahun 2015 misalnya, ada Codemasters yang meluncurkan Dirt Rally dalam status early access. Kemudian tahun lalu, ada Baldur’s Gate 3 yang sampai sekarang juga masih berstatus early access.

Tidak bisa dimungkiri, popularitas Dr Disrespect dan pengalaman dua co-founder-nya tadi membuat studio baru ini patut mendapat sorotan. Saat artikel ini ditayangkan, komunitas Discord Midnight Society sudah memiliki sekitar 24 ribu anggota, menunjukkan antusiasme besar dari publik.

Sumber: IGN dan PC Gamer.

OPPO Air Glass Adalah Kacamata AR, Tapi Assisted Reality, Bukan Augmented Reality

Seakan tidak mau mengulangi kesalahan Google Glass, kebanyakan kacamata pintar yang dirilis belakangan ini cuma berfokus pada penyajian konten audio saja. Namun tidak demikian buat OPPO. Inovasi terbarunya, OPPO Air Glass, punya cukup banyak kemiripan dengan Google Glass.

OPPO Air Glass terdiri dari dua bagian: bingkai dalam dan sebuah waveguide device berbentuk monokel yang dapat dilepas-pasang. Berhubung mekanisme pemasangannya mengandalkan magnet, bagian monokel dengan berat 30 gram ini tidak bisa sembarangan dipasang ke frame kacamata biasa. Beruntung salah satu model frame bawaannya masih bisa dipasangi lensa korektif jika perlu.

Seluruh komponen-komponen pintarnya ditanamkan ke bagian monokel tersebut, mulai dari Spark Micro Projector sekecil biji kopi yang dikembangkan oleh OPPO sendiri, sampai panel Micro LED dan teknologi waveguide yang dibutuhkan untuk memproyeksikan informasi dalam resolusi 640 x 480 piksel.

Terkait fungsionalitasnya, Air Glass dirancang untuk menampilkan informasi-informasi sederhana macam kalender, ramalan cuaca, navigasi, data fitness tracking, terjemahan, maupun berperan sebagai teleprompter. Itulah mengapa OPPO lebih memilih istilah “assisted reality” ketimbang augmented reality. Semua ini diotaki oleh chipset smartwatch Qualcomm Snapdragon Wear 4100.

Ada empat cara mengoperasikan Air Glass: lewat sentuhan, perintah suara, gerakan kepala dan gerakan tangan. Semisal pengguna ingin membaca notifikasi yang masuk ke smartphone OPPO (yang sudah di-pair), ia hanya perlu menyentuh sisi luar tangkai monokelnya, atau bisa juga dengan menganggukkan kepala. Untuk menutup, pengguna tinggal menyentuh tangkainya lagi, atau cukup dengan menggelengkan kepala.

Untuk fitur teleprompter-nya, pengguna dapat mengunggah teksnya ke aplikasi pendamping Air Glass di smartphone, lalu mengatur ukuran teks maupun kecepatan scrolling-nya. Kalau perlu, teksnya juga bisa di-scroll secara manual dengan menyentuh tangkainya.

Kemudian untuk fitur terjemahan, Anda butuh sepasang Air Glass agar ini bisa bekerja. Setelah di-pair, kedua unit Air Glass tersebut dapat langsung menampilkan hasil terjemahan secara instan. Untuk sekarang, bahasa yang didukung baru Tionghoa, Jepang, dan Inggris.

Lalu di mana letak kameranya? Well, inilah hal yang paling membedakan OPPO Air Glass dari Google Glass, sebab perangkat ini memang tidak dirancang untuk mengambil gambar sama sekali. Di sisi lain, informasi yang ditampilkan Air Glass juga terkesan lebih simpel dan lebih dominan teks ketimbang Google Glass.

Tertarik membeli? Sayangnya OPPO Air Glass hanya akan dijual di pasar Tiongkok saja mulai kuartal pertama 2022. Harganya masih belum diketahui, namun kabarnya OPPO hanya akan menjualnya dalam jumlah terbatas.

Sumber: Engadget dan OPPO.

5 Smartphone Gaming 2021 yang Bisa Dibeli di Indonesia

Pada awal bulan Desember 2021 ini, ASUS meluncurkan smartphone gaming seri ROG Phone 5s ke Indonesia. Mereka adalah ROG Phone 5s dan versi Pro-nya, keduanya sama-sama ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon 888+.

Sebagai smartphone gaming, artinya perangkat ini dari awal memang dirancang untuk memberikan pengalaman bermain game mobile sebaik mungkin. Lantas, apa keunggulan smartphone gaming dibandingkan dengan smartphone flagship?

Salah satu pembedanya ialah opsi kontrol yang lebih intuitif. Pada smartphone gaming ROG Phone 5s Pro misalnya, ia punya kontrol berbasis sentuhan yang telah dioptimalkan dengan layar yang memiliki refresh rate dan touch sampling rate tinggi, serta touch latency rendah.

Selain itu, ia juga punya sensor sentuh di bagian belakang untuk memicu fungsi L2/R2 seperti controller konsol. Sensor ultrasonik di sebelah kanan bodi pada sisi atas dan bawah yang mendukung ketuk, geser, dan dua gerakan secara bersamaan. Juga tersedia pula aksesori khusus ROG Kunai GamePad yang menyulapnya menjadi layaknya konsol genggam.

Walau tidak menjamin ‘auto win‘ saat bermain game kompetitif pada smartphone gaming, tetapi setidaknya meningkatkan peluang kemenangan. Berikut saya rangkum lima smartphone gaming 2021 yang tersedia dan bisa dibeli di Indonesia untuk momen tahun baru 2022.

1. ASUS ROG Phone 5s Pro Rp18.999.000

ASUS ROG Phone 5s Pro

ROG Phone 5s Pro adalah smartphone gaming terbaru dari ASUS dan sekaligus terkuat yang bisa Anda miliki di Indonesia. Tak main-main, ASUS memadukan chipset Snapdragon 888+ dengan RAM mencapai 18GB LPDDR5 dan penyimpanan internal UFS 3.1 512GB.

Hal istimewa lainnya ialah ASUS menyematkan layar AMOLED berukuran kecil pada bagian belakang ROG Phone 5s Pro yang disebut ROG Vision yang dapat menampilkan animasi visual notifikasi dan gambar berwarna.

Layar depannya menggunakan panel AMOLED E4 buatan Samsung 6,78 inci FHD+ 10-bit HDR. Dioptimalkan dengan refresh rate 144 Hz, touch sampling rate 360 Hz, response time 1 ms, dan touch latency 24 ms.

Kapasitas baterainya sendiri tergolong besar, 6.000 mAh sehingga dapat menemani gamer berjam-jam lamanya dan dibekali dengan adaptor HyperCharge 65-watt.

2. ASUS ROG Phone 5s Rp9.999.000

ASUS ROG Phone 5s

Meski harga ROG Phone 5s Pro dipatok tinggi, tetapi versi original-nya dijual dengan harga yang cukup terjangkau yakni mulai dari Rp9.999.000 untuk varian memori 8GB/128GB dan Rp14.999.000 untuk versi 12GB/256GB. Kinerjanya tak perlu diragukan, karena sebagian besar spesifikasi ROG Phone 5s identik dengan versi Pro-nya.

Termasuk chipset Snapdragon 888+, panel AMOLED 144 Hz, hingga baterai jumbo 6.000 mAh dengan pengisian cepat 65-watt. Perbedaannya hanya pada kapasitas RAM, tampilan di bagian belakang, dan isi paket penjualannya. Paket penjualan ROG Phone 5s tidak dilengkapi aksesori AeroActive Cooler 5.

3. ASUS ROG Phone 5 Ultimate

ASUS ROG Phone 5 Ultimate

Perangkat gaming ini juga belum lama tersedia di Indonesia, tepatnya awal bulan Oktober dan dijual Rp18.999.000. Sama seperti ROG Phone 5s Pro, ROG Phone 5 Ultimate juga mengemas layar AMOLED berukuran kecil di bagian belakang yang disebut ROG Vision, serta RAM 18GB LPDDR5 dan penyimpanan internal UFS 3.1 512GB.

Dari segi spesifikasi, ROG Phone 5 Ultimate tidak jauh berbeda dengan seri ROG Phone 5s. Bedanya ia ditenagai chipset Snapdragon 888 dan panel AMOLED 144 Hz-nya punya touch sampling rate 300 Hz dan touch latency 24,3 ms.

4. ASUS ROG Phone 5 Rp9.999.000

ASUS ROG Phone 5

Perangkat gaming yang satu ini merupakan pendahulu dari ROG Phone 5s, ia mendarat di Indonesia pada Juni dengan harga mulai dari Rp9.999.000. Namun sekarang ROG Phone 5 bisa diperoleh dengan harga promo Rp8.699.000 untuk varian 8GB/128GB.

Spesifikasinya tak jauh beda dengan ROG Phone 5 Ultimate, termasuk chipset Snapdragon 888, panel AMOLED 144 Hz dengan touch sampling rate 300 Hz dan touch latency 24,3 ms, serta baterai 6.000 mAh dengan fast charging 65W. Bedanya ia tak punya ROG Vision dan sensor sentuh di bagian belakangnya.

5. Xiaomi Black Shark 4

Selain rangkaian ROG Phone dari ASUS, smartphone gaming yang bisa ditemui di Indonesia adalah Black Shark 4 dari Xiaomi yang dirilis di Indonesia pada bulan Agustus lalu.

Perangkat ini juga membawa panel AMOLED E4 besutan Samsung berukuran 6,67 inci FHD+ dengan refresh rate 144 Hz. Bahkan touch sampling rate-nya diklaim mencapai angka 720 Hz dan multi-finger touch response time delay 8,3 ms.

Black Shark 4 juga dibekali tombol mekanis khusus untuk bermain game yang posisinya berada di ujung bodi sebelah kanan dan dapat mengenali tekanan lembut atau kuat.

Saat dirilis, Black Shark 4 dijual dengan harga mulai dari Rp8.479.000, sedikit lebih murah dari ROG Phone 5. Namun perlu dicatat, bahwa dapur pacu yang digunakan adalah Snapdragon 870 alias versi refresh dari Snapdragon 685 yang dipadukan dengan RAM 8GB LPDDR5, penyimpanan internal UFS 3.1 128GB, dan baterai 4.500 mAh dengan pengisian cepat 120W.

Penutup

Itulah lima pilihan smartphone gaming 2021 yang bisa dibeli di Indonesia. Selain ROG Phone dari ASUS dan Black Shark dari Xiaomi, sebetulnya masih ada seri Legion dari Lenovo seperti yang terbaru Legion Duel 2 dan Legion 2 Pro, serta nubia dari ZTE dengan nubia Red Magic 6s dan nubia Red Magic 6s Pro, namun mereka tidak masuk Indonesia.

Sambut Tren Metaverse, Nike Akuisisi Studio Pembuat Sneakers NFT, RTFKT

Satu per satu perusahaan besar menunjukkan ketertarikannya dengan tren NFT dan metaverse. Yang terbaru adalah Nike. Raksasa di industri sepatu dan pakaian itu baru saja mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi RTFKT Studios, startup muda yang mendeskripsikan dirinya sebagai produsen “metaverse-ready sneakers and collectibles”.

Didirikan di awal 2020, RTFKT (diucapkan seperti kata “artifact”) mulai mencuri perhatian publik pada Februari 2021, tepatnya ketika mereka berhasil menjual 621 pasang sneakers digital (NFT) dan menghasilkan $3,1 juta dalam waktu hanya tujuh menit. Di siaran persnya, Nike menyebut RTFKT sebagai “brand terkemuka yang memanfaatkan inovasi mutakhir untuk menghadirkan next-gen collectible yang menggabungkan budaya dan gaming.”

“Inovasi mutakhir” memang terdengar samar-samar dan bisa diartikan banyak hal, akan tetapi proyek terbaru RTFKT yang bernama CloneX semestinya bisa memberikan sedikit gambaran. Digarap bersama seniman kontemporer Jepang, Takashi Murakami, CloneX merupakan koleksi 20.000 avatar digital yang lagi-lagi disebut “metaverse-ready”.

Sejauh pemahaman saya berdasarkan informasi di situs CloneX, para pembeli avatar digital ini juga akan mendapatkan akses ke file 3D untuk digunakan di berbagai platform. Dengan kata lain, idenya adalah untuk menggunakan avatar digital ini (dan mungkin juga sneakers beserta pakaian digital bikinan RTFKT dan Nike) di sejumlah game atau lingkungan VR (metaverse), sesuai dengan prinsip interoperabilitas antar metaverse yang ditawarkan oleh NFT.

Nike sejauh ini belum menjelaskan secara gamblang rencana mereka dengan RTFKT, namun yang pasti RTFKT bakal tetap beroperasi sebagai brand yang terpisah. Nike bahkan tidak segan menyetarakan brand RTFKT dengan Air Jordan dan Converse, dua sub-brand Nike yang sudah tidak perlu diragukan lagi reputasinya.

Apapun alasannya, akuisisi ini jelas menunjukkan keseriusan berbagai brand besar dalam menghadapi tren NFT dan metaverse. Nike mungkin bukan nama pertama yang kita ingat saat membicarakan soal teknologi atau gaming, tapi mereka pun rupanya juga tidak mau ketinggalan hype baru ini.

Sumber: The Verge.

Assassin’s Creed Valhalla Kedatangan Expansion Ketiga dan Konten Crossover dengan AC Odyssey

Dirilis pada November 2020, Assassin’s Creed Valhalla sejauh ini telah menerima dua story expansion, yakni “Wrath of the Druids” dan “The Siege of Paris”. Namun seperti yang sempat diumumkan di event Ubisoft Forward pada bulan Juni kemarin, Valhalla masih akan menerima expansion lain lagi di tahun keduanya.

Tanpa harus menunggu lama, Ubisoft baru saja mengungkap bahwa expansion ketiga untuk Valhalla, “Dawn of Ragnarok”, akan resmi dirilis pada 10 Maret 2022. Ubisoft bilang ini merupakan expansion paling ambisius yang pernah mereka buat di sepanjang sejarah franchise Assassin’s Creed, dengan konten yang diperkirakan cukup untuk menyita waktu bermain selama sekitar 35 jam, dan lokasi baru dengan luas sepertiga dari lokasi di base game-nya.

Seperti yang bisa ditebak dari judulnya, Dawn of Ragnarok bakal berfokus pada mitologi Norse. Sang lakon utama, Eivor, bahkan bakal berperan sebagai Odin di sini, di dunia mitos bernama Svartalfheim. Kisah yang diangkat adalah perjalanan Odin menyelamatkan anaknya, Baldr, dan di sepanjang perjalanannya, tentu saja bakal ada sejumlah makhluk mitologi yang menghadang, mulai dari makhluk api dari Muspelheim, sampai Frost Giant dari Jotunheim.

Dawn of Ragnarok juga bakal menampilkan Surtr, iblis raksasa dengan api yang menyala di sekujur tubuhnya (yang juga muncul di film Thor: Ragnarok). Namun tentu saja, Eivor turut dibekali sejumlah kemampuan baru sebagai Odin, dari kemampuan untuk menyerap kekuatan musuh, teleportasi, sampai shape-shifting.

Dawn of Ragnarok digarap oleh tim Ubisoft Sofia, tim yang sama yang bertanggung jawab atas expansion Curse of the Pharaoh untuk Assassin’s Creed Origins, yang berarti ini bukan pertama kalinya mereka diminta mendalami sekaligus menyajikan narasi dari suatu mitologi populer.

Namun Dawn of Ragnarok bukan satu-satunya kejutan yang Ubisoft siapkan.

Assassin’s Creed Crossover Stories

Selagi menanti kedatangan expansion ketiganya tadi, pemain juga bisa menikmati konten ekstra bertajuk Assassin’s Creed Crossover Stories mulai 14 Desember 2021. Sesuai namanya, Crossover Stories bakal mempertemukan Eivor dengan Kassandra, lakon perempuan dari game sebelumnya, Assassin’s Creed Odyssey.

Kok bisa keduanya bertemu padahal ada jarak ribuan tahun? Well, kalau Anda sudah pernah menamatkan Odyssey, Anda pasti paham bagaimana ceritanya. Jadi ada baiknya alasannya tidak disebutkan di sini demi menghindari spoiler. Satu hal yang pasti, Crossover Stories ini merupakan DLC gratis untuk Odyssey dan Valhalla sekaligus.

Di Odyssey, DLC berjudul “Those Who Are Treasured” ini bakal bisa langsung dimainkan setelah menyelesaikan chapter pertama. Namun seperti yang saya bilang, sebaiknya Anda menamatkan main story-nya dulu secara menyeluruh supaya terhindar dari spoiler. Sementara di Valhalla, DLC-nya mengambil judul “A Fated Encounter” dan dapat dimainkan setelah membuka Valka the Seer sekaligus mencapai settlement level empat di Ravensthorpe.

Sumber: GamesRadar.

Sony Ambil Paten PlayStation dengan Dual-GPU

Tidak terasa PlayStation 5 kini sudah berumur satu tahun. Melihat dari tradisi rilis yang dilakukan oleh Sony terhadap PlayStation 4 sebelumnya, maka 2022 mendatang harusnya menjadi momentum bagi Sony untuk merilis versi Pro dari PlayStation 5.

Meskipun Sony belum memberikan tanda-tanda apapun, namun keberadaan versi lebih kuat dari PS5 ini kelihatannya mulai terkuak. Lewat paten yang baru diterbitkan di World Intellectual Property Organization (WIPO), Sony sekali lagi mematenkan teknologi dual-GPU untuk konsol PlayStation-nya.

Paten yang didaftarkan ini merupakan paten lanjutan dari paten tahun 2020 lalu. Sebelumnya Sony telah menerbitkan paten yang sama mengenai CPU/GPU untuk konsol rumahan dan cloud gaming. Kini Sony memberikan informasi tambahan mengenai pengujian yang tengah mereka lakukan terhadap teknologi tersebut.

Insider populer Twitter @Zuby_Tech juga menjelaskan bahwa Sony tengah menguji integrasi kedua prosesor tersebut dalam menjalankan aplikasi dengan satu ataupun dua prosesor bersamaan. Hal ini tentu mengindikasikan bahwa Sony terus menyempurnakan teknologi dual GPU untuk konsolnya.

Bila berhasil, maka PlayStation 5 Pro yang akan tiba akhir tahun depan akan memiliki performa hingga dua kali lipat dari PS5 standar berkat hadirnya dua buah prosesor AMD Zen 2 di dalamnya. Sayangnya, paten tersebut juga membawa kekhawatiran mengingat kelangkaan global terhadap chip masih terus berlanjut hingga waktu yang cukup lama.

Image credit: Sony

Dalam setahun ini saja Sony masih kewalahan untuk dapat memenuhi permintaan produksi unit PlayStation 5 di seluruh dunia. Bahkan mereka baru saja dikabarkan harus memangkas produksi PlayStation 5-nya karena kelangkaan komponen yang terus berlangsung. Sehingga terlihat tidak masuk akal bagi Sony untuk meluncurkan konsol dengan kebutuhan komponen dua kali lipat untuk produksi satu unitnya, terlepas performanya yang jelas lebih unggul.

Paten ini memang menjadi bukti riset yang tengah dilakukan oleh Sony, namun juga bukan menjadi keputusan final yang akan diimplementasikan ke PlayStation 5 Pro nantinya. Ditambah lagi, Sony juga bisa saja menunda perilisan konsol Pro mereka ke beberapa tahun lagi dan mengisi jeda waktunya dengan meluncurkan berbagai tambahan aksesoris untuk konsol PlayStation 5 seperti cover warna-warni yang baru saja diumumkan.

Sony Ternyata Pernah Berencana Bawa Game PlayStation ke Mobile

Sebelumnya, Sony baru saja mematenkan kontroler khususnya yang akan digunakan untuk memainkan game-game PlayStation di smartphone. Proyek tersebut seakan menjadi pertanda awal bagi game-game PlayStation untuk masuk ke platform mobile.

Namun fakta baru ternyata mengungkapkan bahwa Sony ternyata sudah pernah merencanakan hal serupa 4 tahun yang lalu. Dikutip dari The Verge, Sony disebut pernah berencana untuk meluncurkan layanan cloud gaming PlayStation Now untuk mobile.

Fakta ini terungkap dari dokumen-dokumen yang dipublikasikan dalam kasus Epic vs Apple beberapa waktu lalu. Sony dikatakan akan menambahkan smartphone sebagai platform baru untuk PlayStation Now. Namun sayangnya semua rencana tersebut dibatalkan di akhir 2017 bersamaan dengan dihentikannya dukungan pada smart TV, Blu-ray player, hingga PS Vita.

Image Credit: Sony

Sony mengambil keputusan tersebut karena disebut ingin fokus pada layanan bermain game PS2 dan PS3 lewat streaming untuk platform PlayStation 4 dan Windows PC saja.

Apple juga disebut telah mengetahui rencana Sony tersebut hingga ke detail bahwa Sony sudah mempersiapkan lebih dari 450 judul game PS3 yang nantinya dapat dimainkan di mobile. Sony bahkan dikatakan tengah mempersiapkan game-game PS4 untuk menyusul.

Meskipun kini Sony terbilang cukup tertinggal dalam hal layanan cloud gaming, tetapi Sony disebut akan siap mengejar kembali lewat proyek terbarunya yang kini bernama “Project Spartacus”. Proyek yang merupakan respon Sony terhadap kesuksesan Xbox Game Pass milik Microsoft.

Image Credit: Sony

Tidak jauh berbeda dengan Game Pass, layanan baru ini memungkinkan para pemilik PlayStation memainkan game-game modern maupun klasik lewat sistem pembayaran bulanan. Disebutkan juga bahwa layanan ini juga termasuk layanan PlayStation Plus di dalamnya.

Platform mobile memang tidak disebutkan di dalam Project Spartacus tersebut.  Namun keberadaan paten kontroler smartphone Sony beberapa waktu lalu serta dibukanya lowongan sebagai Kepala Divisi mobile untuk PlayStation merupakan bukti yang kuat bahwa Sony juga akan serius untuk menggarap pasar mobile.

Sony memang tengah berusaha untuk memperluas pasarnya lewat berbagai cara. Target yang kini telah dieksekusi dengan sukses adalah memasukkan judul-judul eksklusif mereka ke dalam PC. Maka cukup masuk akal bila Sony akan menarget platform mobile sebagai platform baru untuk game-game mereka selanjutnya.

Pengembangan GTA 6 Dirumorkan Tengah Kacau Balau

Rockstar memang kini tengah disibukkan dengan berbagai proyek pengembangan game. Uniknya, hampir semua proyek yang dikerjakan berasal dari satu franchise mereka yaitu Grand Theft Auto alias GTA.

Pertama, mereka tengah memperbaiki GTA Trilogy: Definitive Edition yang masih menyisakan banyak masalah teknis. Kemudian Rockstar juga sedang mempersiapkan GTA 5 Enhanced Edition untuk konsol next gen yang akan dirilis tahun depan. Selain itu, mereka juga tengah mempersiapkan update “The Contract” untuk GTA Online yang akan tiba hanya dalam beberapa hari.

Terakhir, ada satu game lagi yang sedang berada dalam pengembangan dan belum diumumkan Rockstar yaitu GTA 6. Sekuel selanjutnya dari franchise GTA ini telah menunggu 7 tahun dan belum juga mendapat kepastian. Namun sayangnya, dari bocoran insider terbaru, kelihatannya GTA 6 tengah menghadapi masalah dalam pengembangannya.

Bocoran informasi ini datang dari informan bernama AccNGT, yang sudah biasa memberikan informasi mengenai game-game milik Rockstar. Dalam cuitan terbarunya di Twitter, AccNGT memberi tahu bahwa kondisi pengembangan GTA 6 tengah kacau. Dirinya bahkan berpikir bahwa beberapa aspek pada game-nya akan mengecewakan banyak fans.

Namun, AccNGT menegaskan bahwa kekecewaan tersebut tidak akan datang dari sisi grafis. Meskipun sayangnya dirinya tidak menjelaskan lebih lanjut apa saja aspek yang akan mengecewakan para fans tersebut nantinya. Terakhir, AccNGT memberikan peringatan kepada para fans bahwa bila Rockstar mengumumkan GTA 6 tahun ini atau pada awal 2022 mendatang, maka para fans harus khawatir.

Image Credit: Rockstar

Untuk sekarang, semua informasi di atas hanyalah sebatas rumor. Apalagi AccNGT juga tidak memberikan sumber kredibel sebagai penguat informasi yang disampaikan. Tetapi dengan banyaknya masalah yang terjadi pada peluncuran GTA Trilogy: Definitive Edtion, para fans memang harus bersiap dengan apapun yang akan terjadi pada GTA 6 nantinya.

Apalagi Rockstar memiliki target yang cukup besar terhadap GTA 6 nantinya. Dengan kesuksesan sekaligus keuntungan masif yang berhasil mereka dapatkan dari GTA Online, maka sudah dipastikan formula sukses tersebut akan digunakan juga untuk GTA 6.

Rockstar bahkan berharap bahwa GTA dapat menjadi franchise yang tidak lekang oleh waktu layaknya James Bond. Karena itu, mereka berharap serinya harus dapat terus relevan dengan seiring perkembangan jaman, dan seri lamanya menjadi sebuah judul klasik ketimbang judul yang ketinggalan jaman.

Tak Harus Putih, Cover PS5 Kini Dapat Diganti dengan 5 Warna Lain Berkat Aksesori Resmi dari Sony

Saat pertama kali diungkap, PlayStation 5 langsung menuai banyak kontroversi terkait desainnya. Lalu ketika Sony sudah mulai memasarkannya, tidak sedikit konsumen yang terkejut melihat ukuran fisik PS5 yang tergolong bongsor. Singkat cerita, desain PS5 bukan untuk semua orang, dan Sony tampaknya sadar akan hal itu.

Namun tentu saja merombak desainnya secara drastis sekarang terdengar kurang rasional — mungkin ini bisa jadi salah satu ekspektasi kita untuk PlayStation 5 Pro nanti, seandainya ada. Yang bisa Sony lakukan sekarang setidaknya adalah memberikan opsi personalisasi warna kepada para pengguna PS5.

Ya, PS5 sekarang tidak harus berwarna putih. Sony baru saja menyingkap aksesori PS5 Console Cover dalam lima pilihan warna yang berbeda: Cosmic Red, Galactic Purple, Midnight Black, Starlight Blue, dan Galactic Purple. Cara pemasangannya mudah kalau menurut Sony sendiri; cukup lepas cover putih bawaan PS5, lalu ganti dengan yang baru ini. Selain untuk versi standarnya, aksesori ini juga tersedia buat PS5 Digital Edition, jadi jangan sampai Anda salah beli.

Supaya klop, Sony tidak lupa menyediakan controller DualSense dalam lima opsi warna yang sama persis, meski dua di antaranya (Cosmic Red dan Midnight Black) sebenarnya sudah tersedia selama beberapa bulan. Dari sisi fungsionalitas, controller baru ini sama persis seperti versi putih yang disertakan dalam paket penjualan PS5.

Di Indonesia, PS5 Console Cover bakal dijual secara resmi dengan harga Rp939.000, sedangkan controller DualSense dalam tiga warna barunya dibanderol Rp1.359.000. Sejauh ini belum ada informasi apakah ke depannya Sony bakal menjual konsol PS5 dalam warna-warna baru ini. Untuk sekarang, warna-warna baru ini sifatnya sebatas add-on yang opsional.

Untuk PS5 Console Cover varian Cosmic Red dan Midnight Black, pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai 21 Januari 2022. Sementara tiga varian warna sisanya diperkirakan bakal menyusul tidak lewat dari babak pertama 2022. Controller-nya sendiri akan lebih dulu dijual mulai 14 Januari 2022.

Di luar sana, sebenarnya sudah eksis sejumlah opsi cover untuk PS5 dari sejumlah produsen pihak ketiga — yang akhirnya memicu perseteruan hukum antara Sony dan produsen-produsen tersebut, sekaligus mendorong Sony untuk mematenkan desain cover PS5.

Sumber: Sony.