Nuance Ciptakan Voice Assistant untuk Mobil yang Bisa Merespon Tanpa Perlu Dipanggil Lebih Dulu

Populasi mobil yang mengemas head unit touchscreen semakin banyak. Akibatnya, jumlah tombol fisik yang ada di dashboard pun jadi berkurang. Lihat saja Tesla Model 3, meski saya tahu mobil itu termasuk terlalu ekstrem untuk dijadikan contoh poin yang hendak saya angkat ini.

Penggunaan layar sentuh jelas ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya, informasi yang dapat ditampilkan jadi lebih banyak. Kekurangannya, mengoperasikan fitur-fitur mobil jadi tidak semudah menggunakan tombol atau kenop fisik, terutama ketika mobil sedang berjalan. Salah satu contohnya adalah Renault Koleos, yang sistem pendinginnya cuma bisa dioperasikan lewat layar sentuh.

Untuk mengatasi problem tersebut, sejumlah pabrikan pun mengandalkan bantuan voice assistant. Premisnya kurang lebih sama seperti Google Assistant maupun Siri yang ada di ponsel, tapi di sini voice assistant-nya sudah terintegrasi langsung pada sistem infotainment mobil.

Cara kerjanya pun sama, di mana kita harus terlebih dulu memanggil sang voice assistant sebelum lanjut memberikan instruksi atau pertanyaan. Bisa dengan panggilan macam “Hey Mercedes” (untuk mobil-mobil Mercy yang mengemas sistem infotainment MBUX), atau yang lebih umum yaitu dengan menekan tombol pada setir.

MBUX memanfaatkan platform voice assistant besutan Nuance / Mercedes-Benz
MBUX memanfaatkan platform voice assistant besutan Nuance / Mercedes-Benz

Ini bukan masalah besar untuk satu atau dua perintah suara. Namun seiring bertambah cerdasnya voice assistant sehingga bisa bercakap-cakap secara lebih alami, mengucapkan ‘mantra’ panggilan atau menekan tombol setiap kali kita hendak berbicara jelas bakal merepotkan.

Solusinya, menurut Nuance, adalah fitur yang mereka sebut dengan istilah Just Talk. Sekadar informasi, Nuance lewat platform Dragon Drive-nya merupakan pemasok sistem voice assistant buat sejumlah pabrikan mobil, tidak terkecuali merek-merek premium seperti BMW dan Mercedes-Benz itu tadi.

Berkat Just Talk, pengemudi maupun penumpang mobil bisa langsung berbicara dengan voice assistant tanpa perlu memanggilnya terlebih dulu – mirip seperti kemampuan terbaru Google Assistant, meski di situ kita tetap harus memanggilnya satu kali. Hebatnya, Nuance mengklaim sistemnya bisa membedakan mana yang merupakan percakapan biasa antar penumpang mobil, dan mana yang ditujukan ke voice assistant.

BMW bakal jadi pabrikan pertama yang kebagian jatah fitur Just Talk milik voice assistant Nuance / BMW
BMW bakal jadi pabrikan pertama yang kebagian jatah fitur Just Talk milik voice assistant Nuance / BMW

Untuk mewujudkannya, sistem telah dilatih untuk memahami berbagai variabel seperti kosa kata, frasa, grammar, ekspresi maupun struktur kalimat. Dari situ sistem bisa menentukan secara akurat apakah ucapan pengemudi ditujukan ke voice assistant atau ke penumpang lain. Kalau ternyata benar ke voice assistant, maka sistem pun bakal langsung merespon.

Karena sistemnya terintegrasi langsung pada mobil, ini berarti penumpang bisa menginstruksikan sang voice assistant untuk mengubah pengaturan di dalam mobil, semisal suhu kabin atau posisi duduk. Kalau untuk sistem third party seperti Apple CarPlay atau Android Auto, ini tidak memungkinkan kecuali pabrikan bekerja sama langsung dengan Apple atau Google, macam yang dilakukan Volvo.

Rencananya, fitur Just Talk ini akan tersedia mulai tahun depan, dimulai dengan mobil-mobil BMW yang mengemas versi terbaru dari sistem voice assistant besutan Nuance. Jangan lupa tonton video demonstrasinya yang sangat menarik di bawah ini.

Sumber: Engadget.

Separated Sound Zone Ciptakan Zona Audio yang Berbeda untuk Tiap Penumpang dalam Mobil

Ketika mobil kemudi otomatis sudah menjadi mainstream nanti, peran sistem hiburan dalam mobil jelas bakal semakin menguat. Masalahnya, tidak semua orang punya selera musik atau tontonan yang sama, sehingga sering kali harus ada yang mengalah dan pada akhirnya memasang muka cemberut di sepanjang perjalanan.

Solusinya kalau menurut Hyundai dan Kia adalah teknologi bernama Separated Sound Zone (SSZ). Sesuai namanya, sistem yang terpasang pada mobil ini dapat menciptakan zona audio yang berbeda untuk setiap penumpang, termasuk sang pengemudi.

Dengan begitu, pengemudi bisa fokus mendengarkan petunjuk navigasi plus podcast misalnya, lalu masing-masing penumpang di depan dan belakang dapat menikmati playlist musik favoritnya sendiri-sendiri. Tidak ada yang harus mengalah, namun di saat yang sama mereka masih bisa berkomunikasi satu sama lain dengan leluasa, sebab gelombang suara yang ‘dinetralkan’ di tiap-tiap zona hanyalah yang berasal dari speaker.

Hyundai-Kia Separated Sound Zone

Jauh sebelum ini, Harman sebenarnya sudah mengungkap teknologi serupa yang mereka juluki Individual Sound Zones. Premis dan cara kerja SSZ besutan Hyundai dan Kia ini cukup mirip, dan mereka pun juga sudah mengembangkannya cukup lama, sejak 2014 tepatnya.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Hyundai dan Kia bakal menyematkan SSZ pada mobil produksi mereka dalam satu atau dua tahun ke depan. Sebelum era mobil self-driving terwujudkan, sepertinya teknologi ini hanya akan tersedia pada mobil yang tergolong di kelas premium saja.

Sumber: New Atlas dan Kia.

Demi Kebaikan Bersama, Tesla Akan Rilis Source Code Software Keamanannya

Elon Musk bukan sosok jenius (plus kaya) yang paling ramah yang bisa Anda temui, apalagi setelah kontroversi pernyataannya seputar aksi penyelamatan korban yang terjebak di dalam gua di Thailand beberapa waktu lalu. Kendati demikian, dunia masih perlu banyak berterima kasih kepadanya.

Ambil contoh Hyperloop. Konsep transportasi masa depan itu berawal dari pemikiran Elon Musk, namun ketimbang mematenkan teknologinya, beliau memutuskan untuk merilis blueprint-nya ke publik, dan dari situ akhirnya bermunculan sederet perusahaan yang mengembangkan sistem Hyperloop-nya sendiri-sendiri.

Baru-baru ini, Elon kembali membuktikan bahwa dirinya jauh dari kata egois jika menyangkut kebaikan generasi masa depan. Lewat sebuah Tweet (seperti biasa), Elon mengungkap rencananya untuk merilis source code dari software keamanan yang digunakan mobil-mobil Tesla, sehingga pabrikan lain bisa memakai source code tersebut tanpa mengeluarkan biaya lisensi (open-source).

Elon menilai bahwa langkah ini penting demi menjaga keselamatan mobil kemudi otomatis di masa yang akan datang. Padahal, kalau mau Elon sebenarnya bisa mengabaikan rencana ini, lalu ke depannya memasarkan mobil kemudi otomatisnya sebagai yang paling aman dibanding produk kompetitor.

Tampilan panel instrumen Tesla saat Autopilot aktif / Tesla
Tampilan panel instrumen Tesla saat Autopilot aktif / Tesla

Kasusnya mungkin kurang lebih mirip seperti ketika Volvo menciptakan sabuk pengaman tiga titik untuk pertama kalinya di tahun 1959. Awalnya Volvo mematenkan teknologi tersebut, namun tak lama setelahnya Volvo merelakan paten tersebut supaya pabrikan lain juga bisa memproduksi mobil dengan desain sabuk pengaman yang sama demi keselamatan orang banyak.

Buat Tesla, jiwa mulianya ini memang belum terbukti, dan lagi masih ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan mereka: Tesla dari awal memang menggunakan platform open-source macam Linux sebagai basis berbagai fiturnya, sehingga pada akhirnya mereka juga dituntut untuk membalas kebaikan komunitas dengan merilis source code rancangannya.

Tesla pun perlahan memenuhi tuntutan tersebut. Bulan Mei lalu, mereka merilis source code untuk software Autopilot-nya. Sekarang kita tinggal menunggu Tesla memenuhi rencananya mengenai perilisan source code untuk software keamanannya ini, demikian pula softwaresoftware lain ke depannya demi prospek industri otomotif yang lebih cerah.

Sumber: Engadget.

Tesla Gunakan Software untuk Mengubah Karakteristik Model 3 di Sirkuit Balap

Kalau ditanya apa jasa terbesar Tesla di industri otomotif, tentu saja jawabannya adalah memulai tren mesin elektrik. Namun di sisi lain, Tesla juga membuktikan bahwa mobil sebenarnya bisa diperlakukan seperti gadget, di mana fungsionalitasnya dapat dimanipulasi melalui software.

Tesla membuktikannya sekali lagi belum lama ini. Mereka mempersilakan jurnalis Road & Track untuk menguji fitur baru bernama Track Mode yang tengah dipersiapkan untuk varian teratas Tesla Model 3 berlabel “Performance”, yang mengemas motor elektrik ganda dan diklaim Elon Musk siap menantang BMW M3.

Tesla Model 3

Track Mode yang bakal datang bersama software update ini pada dasarnya akan mengubah karakteristik mobil supaya lebih ideal di sirkuit balap. Semua mobil Tesla memang jagoan perihal akselerasi, akan tetapi itu saja tidak cukup kalau konteksnya balapan di sirkuit.

Pada mobil tradisional, mode serupa biasanya akan mematikan sejumlah fitur seperti traction control atau stability control, sehingga mobil pun bisa drifting di tikungan jika perlu. Yang unik, metode serupa tidak berlaku buat Tesla. Salah satu engineer-nya bilang bahwa Track Mode di Tesla justru malah menambahkan fitur baru ketimbang menonaktifkan yang sudah ada.

Tesla Model 3

Salah satu fitur baru yang dimaksud adalah perubahan pada fungsi regenerative braking milik mobil (fungsi yang memungkinkan pengembalian energi listrik saat mobil direm). Saat Track Mode diaktifkan – via touchscreen tentu saja – perubahan cara kerja regenerative braking ini dapat memberikan keseimbangan lebih saat mobil menikung tajam, atau sebaliknya malah mewujudkan oversteering ketika diperlukan.

Masih banyak perubahan karakteristik yang dilakukan oleh Track Mode, dan Road & Track punya laporan lengkap sekaligus merincinya. Satu hal yang pasti, Tesla mengklaim bahwa mereka telah mengembangkan sistem VDC-nya (vehicle dynamic controls) sendiri, sehingga pada akhirnya Track Mode dapat melakukan lebih dari sebatas mematikan traction control.

Sumber: Road & Track dan Electrek.

INKAS Upgrade Mercedes-Benz G63 AMG Dengan Body ‘Anti-Sniper’ dan Interior Super-Mewah

Meski namanya kini sinonim dengan kendaraan mewah, Mercedes-Benz juga punya pengalaman sangat lama dalam meracik alat transportasi spesialis off-road. Di tahun 2012, perusahaan otomotif asal Stuttgart itu memperkenalkan versi anyar dari SUV mewah G-Class, dan G63 AMG merupakan salah satu primadonanya. Update difokuskan pada desain, mesin, serta interior.

Mercedes-Benz G63 AMG dilengkapi segala teknologi yang membuatnya mampu melahap apapun kondisi jalanan – aspal ataupun berbatu – sembari memastikan pengendara dan penumpangnya tetap merasa nyaman. Dan jika Anda menginginkan varian yang lebih canggih, aman serta jauh lebih menghibur, INKAS Group of Companies telah menyediakan ‘armored limousine‘ yang dibangun berbasis G63 AMG.

Inkas 1

INKAS Mercedes-Benz G63 AMG boleh dikatakan sebagai alat transportasi sipil paling aman yang bisa Anda miliki sekarang. INKAS membekalinya dengan sertifikasi balistik level B7: tubuhnya mampu menahan peluru ‘armor piercing‘, misalnya proyektil berkecepatan dari senapan penembak jitu berkaliber 7,62x51mm serta dapat menahan ledakan granat tangan. Proteksi tersebut diimplementasikan secara merata, mengamankan semua orang di dalamnya.

Inkas 3

Proteksi turut diterapkan pada bagian lain di kendaraan, misalnya baterai, modul kontrol elektronik, suspensi, serta engsel pintu. Selanjutnya, INKAS mempersenjatai limo tersebut dengan kaca anti-peluru berlapis, dan Anda bisa membubuhkan fitur keselamatan tambahan, misalnya sistem lampu darurat, sirine atau intercom, ban anti-pecah, serta sistem pengereman ‘heavy duty’.

Inkas 4

Menariknya, ketika Anda masuk ke dalamnya, INKAS Mercedes-Benz G63 AMG tidak terasa seperti kendaraan perang. Tim desainer INKAS sudah merombak bagian interiornya, mengganti sarung jok dengan bahan suede Alcantara premium, yang dijahit via metode khusus demi memastikannya awet serta indah dilihat. Kemudian INKAS menambahkan TV 4K Apple, sebuah monitor UHD lagi, serta mini-bar motorized plus kulkas built-in.

Inkas 5

Kursi penumpangnya luas dan empuk, serta memiliki fungsi pijat. Lalu, Anda dapat mengakses sistem hiburan dan mengustomisasi setting interior melalui unit control center – dari mulai tingkat pencahayaan (ada opsi yang dibuat untuk menyerupai cahaya matahari), fitur keamanan, sampai audio. Mobil juga mempunyai kamera pengawas berbasis inframerah dan thermal. Hasil rekamannya dapat disimpan secara offilne atau diunggah ke cloud server.

INKAS Mercedes-Benz G63 AMG kabarnya sudah bisa Anda pesan sekarang. Jika tertarik, silakan isi formulir yang tersedia di website INKAS dan tunggu hingga mereka menghubungi Anda. Siapkan saja uang sebesar US$ 1,2 juta untuk versi paling standarnya.

Via Digital Trends.

Tesla Buat Sendiri Chip AI untuk Sistem Kemudi Otomatisnya

Selain memelopori tren mobil elektrik, Tesla juga bisa dibilang terdepan soal sistem kemudi otomatis alias self-driving. Kombinasi software bikinannya, platform supercomputer Nvidia dan sederet sensor pada mobil pada akhirnya melahirkan sistem Autopilot yang begitu canggih.

Namun kemitraan Tesla dengan Nvidia kemungkinan bakal berakhir tahun depan. Penyebabnya adalah niat Tesla untuk mengembangkan chip AI-nya sendiri, yang sejauh ini dikenal secara internal dengan sebutan Hardware 3. Kabar ini disampaikan oleh CEO Elon Musk pada laporan finansial terbaru Tesla.

Anggap saja Nvidia Drive itu Qualcomm Snapdragon, nah keputusan Tesla untuk mengembangkan chip AI-nya sendiri di sini mirip seperti langkah Apple membuat chipset-nya sendiri untuk iPhone. Alhasil, kendali atas perangkat bisa lebih maksimal, demikian pula untuk performanya.

Ilustrasi sistem Tesla Autopilot / Tesla
Ilustrasi sistem Tesla Autopilot / Tesla

Memangnya seberapa besar dampaknya pada performa? Menurut Elon, kalau software computer vision Tesla yang ditenagai hardware Nvidia bisa mengatasi sekitar 200 frame per detik, maka angkanya bisa naik menjadi 2.000 frame per detik menggunakan chip buatan mereka sendiri.

Ini dikarenakan chip-nya memiliki akses yang lebih dalam lagi ke sistem secara keseluruhan. Kalau dengan chip Nvidia, kalkulasi datanya tidak bisa dilakukan langsung di hardware, melainkan harus melalui mode emulasi, sehingga pada akhirnya kinerjanya tidak bisa benar-benar maksimal.

Di samping itu, seumpama ke depannya perlu dilakukan perbaikan atau penambahan fitur baru, Tesla jadi tidak perlu menunggu Nvidia. Mereka bisa langsung bertindak dan menyempurnakan apa yang kurang. Lebih penting lagi, Elon juga bilang bahwa ongkos yang dibutuhkan untuk menggarap chip sendiri ini kurang lebih sama seperti yang dibutuhkan untuk meng-outsource dari Nvidia.

Tesla Roadster 2 / Tesla
Tesla Roadster 2 / Tesla

Pertanyaan selanjutnya, apakah chip AI buatan sendiri ini hanya akan tersedia di mobil-mobil baru Tesla ke depannya, macam Roadster 2 dan Model Y? Ternyata tidak. Model S, Model X dan Model 3 juga bakal kebagian jatah melalui program hardware upgrade yang akan dijalankan tahun depan.

Bukankah sulit melepas komputer dalam mobil lalu menggantinya dengan yang baru? Ya, tapi Tesla rupanya sudah memikirkannya sejak awal, dan Elon memastikan bahwa proses penggantiannya mudah, sekaligus menjaga kompatibilitas sistem dengan yang baru.

Tesla masih punya banyak pekerjaan rumah untuk membuktikan bahwa mereka tidak sekadar membual. Sebelumnya, mereka selalu dicecar akibat produksi Model 3 yang lambat, dan yang hingga kini belum bisa memenuhi seluruh permintaan konsumen yang telah memesan. Semoga saja itu tidak terulang pada rencana ini tahun depan.

Sumber: TechCrunch.

Nissan Ciptakan Sistem Rear Door Alert Supaya Kita Tidak Lupa dan Meninggalkan Barang Penting di Mobil

Anda yang pernah membeli mobil baru pasti tahu betapa nikmatnya bau interior mobil ketika pertama dinaiki. Kemudian Anda membawa mobilnya, dan di tengah perjalanan berhenti sebentar untuk membeli durian. Setibanya di rumah, durian yang dibeli lupa Anda keluarkan dan masih duduk manis di kabin belakang.

Keesokan harinya, hilang sudah aroma nikmat mobil baru tersebut dan digantikan oleh bau durian yang begitu menyengat. Kesalahan sepele namun besar dampaknya, akan tetapi menurut Nissan ini bisa diselesaikan lewat bantuan teknologi.

Teknologi yang dimaksud adalah fitur bernama Rear Door Alert (RDA), di mana sistem dapat mendeteksi apakah pintu belakang sempat dibuka sebelum Anda memulai perjalanan. Kalau ternyata sempat, setibanya di lokasi dan saat mobil sudah diparkir, sistem akan memberikan peringatan kepada pengemudi untuk membuka pintu belakang dan mengecek dalamnya.

Oke, skenario durian tertinggal tadi memang tidak sampai berakibat fatal. Namun bagaimana kalau yang tertinggal sifatnya jauh lebih penting, anak kecil misalnya? “Bodoh sekali kalau sampai tidak sengaja meninggalkan anak di bangku belakang mobil.” Nyatanya, sejak tahun 1998, di Amerika Serikat sudah ada 772 kasus anak yang meninggal karena terkunci di mobil dengan panas yang begitu menyengat.

Nissan Rear Door Alert

Bukan cuma anak kecil, nasib naas yang sama beberapa kali juga menimpa hewan peliharaan. Itulah mengapa teknologi sepele ini sangat penting implementasinya. Begitu pentingnya, sistem RDA yang awalnya cuma tersedia di SUV Nissan Pathfinder ini bakal dihadirkan pada 8 mobil lain Nissan mulai tahun depan, dan di semua model pada tahun 2022 – untuk pasar Amerika Serikat.

Pabrikan lain sebenarnya sudah ada yang menerapkan sistem serupa, akan tetapi Nissan adalah yang pertama memanfaatkan klakson mobil sebagai salah satu bentuk peringatan ketika RDA aktif, yang berarti pengemudi masih bisa diperingatkan meski sudah keluar dan mulai berjalan meninggalkan mobil. Sebelum klakson dibunyikan, sistem akan terlebih dulu menampilkan indikator peringatan di panel instrumen depan.

Fitur ini dapat dimatikan untuk sementara waktu ataupun sepenuhnya. RDA juga tidak akan aktif apabila pintu belakang mobil memang tidak sempat dibuka sebelum perjalanan dimulai. Dalam skenario ini, asumsinya Anda memang tidak meletakkan sesuatu di kabin belakang, meski masih ada kemungkinan Anda meletakkannya lewat bangku pengemudi.

Sumber: Nissan.

Motor Elektrik Harley-Davidson, LiveWire, Dipastikan Mengaspal Tahun 2019

Terakhir diberitakan sekitar dua tahun silam, Harley-Davidson berencana memproduksi motor elektriknya secara massal pada tahun 2021. Prototipenya yang bernama LiveWire sendiri sebenarnya sudah ada dan sudah fungsional sejak 2014, akan tetapi HD ketika itu masih kesulitan mengoptimalkan efisiensi energinya.

Sekarang, HD sendiri telah mengonfirmasi bahwa LiveWire siap mengaspal mulai Agustus 2019. HD belum mengungkap detail lebih lengkap mengenai LiveWire versi produksi ini, akan tetapi semestinya mereka sudah mengatasi masalah efisiensi energi sebelumnya, dan jarak tempuhnya seharusnya sudah lebih dari 80 km dalam satu kali pengisian.

Harley-Davidson LiveWire

Secara penampilan, semestinya juga tidak ada banyak perubahan pada LiveWire. Ia memang tidak segarang moge HD biasanya yang mengadopsi desain chopper, dan mesin listriknya mungkin juga masih kalah soal tenaga. Kendati demikian, berhubung ini mesin listrik yang kita bicarakan, LiveWire sudah bisa mengerahkan torsi keseluruhan ke kedua rodanya dari 0 RPM, alias dari awal kendaraan digas.

Meski demikian, yang menjadi pertanyaan terbesar tetap seberapa jauh LiveWire bisa melaju sebelum baterainya habis. HD belum siap menjawabnya sekarang, tapi mereka sepertinya cukup percaya diri. Pasalnya, setelah LiveWire, mereka juga berencana merilis sejumlah motor elektrik lain sampai tahun 2022.

Harley-Davidson LiveWire

Tanpa harus terkejut, nantinya Harley-Davidson LiveWire bakal merambah Amerika Serikat dan sejumlah kawasan di Eropa terlebih dulu. Kawasan Asia mungkin masih harus menunggu lebih lama. Pun begitu, HD sendiri sudah punya rencana untuk memperluas jangkauannya di pasar sepeda motor di Asia. Semoga saja ini mencakup portofolio model elektriknya.

Sumber: CNET dan Harley-Davidson.

Bosch Umumkan Layanan Informasi Kondisi Jalan untuk Mobil Kemudi Otomatis

Tahun 2015 lalu, Bosch sempat menjabarkan visinya terkait mobilitas masa depan yang sarat teknologi baru. Sebagai supplier besar di industri otomotif, Bosch tentu tidak hanya pintar berwacana saja. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan asal Jerman itu sibuk menyiapkan teknologi-teknologi pendukung untuk menyambut era baru di dunia otomotif.

Salah satunya baru saja mereka umumkan, yakni sebuah layanan informasi yang dikhususkan untuk membantu mengamankan kendaraan self-driving, terutama yang melaju di atas jalanan dengan kondisi kurang ideal (licin misalnya). Sistem ini mengandalkan data ramalan cuaca dari perusahaan asal Finlandia, Foreca, untuk meracik berbagai skenario yang bisa terjadi, sehingga mobil dapat mengantisipasi.

Layanan ini pada dasarnya bakal menjadi sumber peringatan bagi mobil kemudi otomatis terkait potensi bahaya jauh sebelum insiden terjadi. Dengan begitu, mobil tak perlu menyerahkan kemudinya kembali ke seseorang yang berada di balik setir ketika menjumpai tanda-tanda kondisi jalanan yang kurang baik, tapi bisa langsung mengantisipasi dengan berbagai cara, tergantung kondisinya.

Rencananya, layanan ini bakal mulai beroperasi pada tahun 2020. Ke depannya, Bosch juga akan memanfaatkan data dari mobil-mobil self-driving yang melaju di jalanan, bukan sebatas data ramalan cuaca dari Foreca itu saja.

Datanya cukup bervariasi, mulai dari yang simpel seperti informasi suhu di dalam dan luar mobil, sampai yang lebih rumit dan krusial seperti frekuensi aktivasi wiper dan rem mobil. Sistem bikinan Bosch ini sederhananya bakal menjadi perantara komunikasi antar mobil self-driving, dan kinerjanya tentu bakal semakin bisa diandalkan seiring bertambah banyaknya mobil kemudi otomatis yang turun ke jalan.

Sumber: Engadget.

Sub-brand Volvo, Polestar, Siap Bikin Rival Tesla Model 3

Mobil elektrik dengan harga yang bersahabat sejauh ini belum banyak populasinya. Dua model populer yang sudah mengaspal adalah Tesla Model 3 dan Chevrolet Bolt, yang keduanya dibanderol di kisaran $30.000 – $35.000 (untuk varian bawahnya).

Ke depannya, jumlahnya dipastikan bakal terus bertambah. Salah satu pabrikan yang tengah bersiap adalah Volvo, lewat sub-brand miliknya yang secara khusus menangani segmen mobil elektrik, yakni Polestar. Mobil perdananya, Polestar 1, baru dibawa ke jalanan untuk pertama kalinya belum lama ini, namun mobil tersebut bukan murni bermesin elektrik, dan harganya pun jauh di atas $100.000.

Yang lebih menarik adalah pernyataan terbaru dari COO-nya, Jonathan Goodman, terkait Polestar 2, yakni sebuah sedan elektrik empat pintu yang bakal menjadi rival Tesla Model 3. Soal desain, gambar di atas yang merupakan Volvo Concept 40.2 bakal menjadi basis sekaligus acuan dari mobil ini.

Volvo Concept 40.2

Berbicara kepada Autocar, Goodman membeberkan spesifikasi kunci Polestar 2: 400 tenaga kuda, jarak tempuh 560 km per charge dan harga jual di kisaran $35.000. Angka-angka ini masih belum final, tapi kalaupun ada perubahan semestinya tidak akan terlalu jauh.

Yang cukup istimewa adalah, semua ini merupakan penjelasan terkait varian bawah Polestar 2, yang berarti varian atasnya yang berharga jauh lebih mahal juga pastinya bakal jauh lebih istimewa. Sebagai perbandingan, varian bawah Tesla Model 3 yang berharga setara hanya sanggup menempuh jarak sekitar 350 km dalam satu kali pengisian.

Tidak bisa dipungkiri, segmen mobil elektrik bakal semakin menarik dalam beberapa tahun ke depan. Tesla tidak bisa selamanya berada di atas angin, dan perlahan hal itu bakal semakin terbukti.

Sumber: The Drive dan Autocar.