Adobe Premiere Rush Akhirnya Tiba di Android

Adobe Premiere Rush resmi diluncurkan pada bulan Oktober tahun lalu. Dibanding Adobe Premiere CC yang ditargetkan untuk kalangan profesional, Premiere Rush lebih bisa merakyat dengan segala kesederhanaannya. Sayangnya ini tidak dibarengi dengan ketersediaannya di salah satu platform paling vital terhadap misinya menjadi aplikasi edit video mainstream, yaitu Android.

Beruntung Adobe bergerak cepat. Setelah lebih dulu hadir di iOS, Premiere Rush akhirnya datang juga ke Android. Namun lagi-lagi masih ada yang membuat kecewa; perangkat yang kompatibel sangatlah terbatas, spesifiknya sebagai berikut:

  • Samsung Galaxy S10/S10+, S10e, S9/S9+, Note 9, Note 8
  • Google Pixel 3/3XL, 2/2XL
  • OnePlus 6T

Di mana OnePlus 7 dan OnePlus 7 Pro? Pastinya tinggal menunggu waktu kalau kedua itu, mengingat spesifikasinya berada di atas OnePlus 6T. Yang masih misterius adalah Google Pixel 3a dan Pixel 3a XL, namun dugaan saya dukungan atas ponsel tersebut masih harus menunggu lebih lama selagi ponsel-ponsel kelas flagship yang belum kebagian jatah diprioritaskan terlebih dulu.

Terlepas dari itu, setidaknya sekarang para kreator konten yang menggunakan salah satu dari perangkat di atas sudah bisa menikmati fitur-fitur menarik yang ditawarkan Premiere Rush. Dari kacamata sederhana, premis yang ditawarkan Rush adalah bagaimana kreator dapat merekam, menyunting sekaligus mengunggah video karyanya dengan cepat dan efisien.

Adobe Premiere Rush bukanlah aplikasi gratis, tapi Anda punya opsi untuk mencobanya secara cuma-cuma dengan memilih Starter Plan. Selama mencoba, Anda bebas menciptakan sebanyak mungkin proyek, akan tetapi yang bisa di-export hanya tiga saja, dan kapasitas cloud storage yang tersedia juga dibatasi di angka 2 GB saja.

Kalau memang sudah cocok, konsumen bisa berlangganan Premiere Rush Plan seharga $10 per bulan. Benefit-nya mencakup jumlah export tidak terbatas sekaligus kapasitas cloud storage sebesar 100 GB (bisa ditambah lagi sampai 10 TB, tergantung budget).

Sumber: SlashGear.

Live Transcribe dan Upaya Google Memberikan Kemudahan Akses Bagi Kaum Difabel

Tak perlu melihat terlalu jauh untuk mengetahui bagaimana hak penyandang disabilitas masih sering diabaikan. Meski banyak pihak – termasuk pemerintah – terus berupaya membangun beragam infrastruktur pendukung, harus diakui bahwa Indonesia saat ini belum menjadi tempat paling bersabahat bagi kaum difabel. Terlebih lagi, kita bahkan belum mempunyai sistem pendataan yang akurat.

Hal terpenting yang dibutuhkan orang-orang dengan keterbatasan fisik adalah kemudahan akses, dan kita tahu, tema ini sudah lama menjadi perhatian Google. Menyediakan aksesibilitas merupakan salah satu misi sang raksasa internet (satu lagi ialah mengorganisir seluruh informasi di Bumi), dan implementasinya dapat dilakukan oleh perangkat universal yang dimiliki hampir semua orang, yaitu smartphone ber-platform Android.

Dari perspektif Google, disabilitas bukan hanya memengaruhi hidup para penderita, tetapi juga orang-orang di sekitarnya, dan pada akhirnya khalayak secara luas. Itu berarti, membuat hidup kaum difabel lebih mudah akan berdampak positif bagi masyarakat umum. Dalam presentasi teleconference hari Selasa kemarin, product manager Google AI Research Group Sagar Savla menggunakan analogi menarik:

Di beberapa negara, juga Indonesia, trotoar kini didesainn landai dan tidak lagi ‘patah’ seperti anak tangga. Awalnya, kondisi ini dibuat agar mereka yang berkursi roda bisa mudah melintas. Namun keadaan seperti ini ternyata memberikan efek positif bagi orang biasa, misalnya para ibu yang harus membawa bayi di stroller, lalu para turis jadi lebih nyaman saat membawa koper beroda mereka. Inilah namanya efek curb cut.

Transcribe 3

 

Yang Google lakukan…

Ada begitu banyak tipe keterbatasan, dan Google sudah memberikan beragam solusi lewat fitur-fitur semisal Select to Speak, TalkBack dan BrailleBack bagi mereka yang kesulitan melihat; serta Switch Access, Voice Access dan menu Accessibility buat penderita cacat fisik. Kali ini, perusahaan bermaksud menawarkan jalan keluar untuk pengidap gangguan pendengaran dan orang-orang yang sulit berbicara normal.

Transcribe 2

Mengacu pada data WHO, Sagar Savla menyampaikan bahwa saat ini penderita tunarungu dan tunawicara mencapai 446 juta jiwa. Jika angka tersebut diibaratkan sebagai penduduk negara, maka populasinya berada di urutan ketiga setelah Tiongkok dan India. Totalnya kurang lebih 1,7 kali lebih besar dari penduduk di Indonesia. WHO turut memperkirakan, jumlah pengidap gangguan berbicara dan mendengar akan melonjak jadi 900 juta jiwa di tahun 2055.

Perlu Anda ketahui bahwa sebagian penderita jenis disabilitas ini bukan karena bawaan lahir, tetapi akibat menurunnya fungsi tubuh dari waktu ke waktu. Kondisi tersebut menyerang sekitar sepertiga manusia berusia 65 sampai 74 tahun. Mereka ini biasanya lebih kesulitan beradaptasi dengan kondisinya dibanding penyandang cacat sejak lahir/kecil karena tidak mudah mempelajari bahasa isyarat secara tiba-tiba. Nenek dari Savla ialah salah satu individu yang menghadapi masalah ini.

Transcribe 1

 

Live Transcribe

Keadaan inilah yang memotivasi Google untuk mengembangkan Live Transcribe, yakni sebuah layanan aksesibilitas khusus para penderita gangguan pendengaran permanen. Disajikan berupa app, Live Transcribe mampu mendengar ucapan lalu menuliskan semuanya di layar smartphone secara real-time. Anda dapat berinteraksi dengan langsung menuliskan respons di sana. Namun di balik kesederhanaannya itu tersimpan teknologi speech recognition mutakhir.

Sagar Savla menjelaskan bagaimana sistem automatic speech recognition di Live Transcribe bersandar pada kecerdasan buatan dan kapabilitas machine learning dalam mendeteksi model akustik, cara pengucapan dan bahasa – termasuk suara, fonem dan huruf. Teknologi di sana memungkinkan Live Transcribe membedakan kata ‘your‘ dan ‘you’re‘ atau ‘too‘ dan ‘two‘ walaupun Anda terbiasa mengucapkannya secara serupa berdasarkan konteks kalimat.

Transcribe 5

Live Transcribe ditopang oleh sistem pengenal suara recurrent neural network berbasis cloud yang terus-menerus mempelajari ucapa orang serta menerapkan auto-correct langsung melintasi tujuh kata. Aplikasi juga sanggup mengklasifikasi 570 tipe bunyi-bunyian, misalnya suara gonggongan anjing atau tangisan bayi. Anda dipersilakan untuk memilih 70 bahasa dan dialek, termasuk bahasa Jawa dan Sunda, serta ada fitur dua bahasa – agar kita tak perlu repot mengubahnya secara manual.

Reproduksi suara dalam teks memang dipengaruhi oleh kualitas mic, dan Live Transcribe siap mendukung mic eksternal baik yang ada di headset kabel, Bluetooth maupun varian USB. Selain itu, pengguna dapat mengaktifkan sistem sinyal haptic feedback, buat memberikan notifikasi jika seseorang memulai atau melanjutkan pembicaraan.

Transcribe 7

App Live Transcribe bisa ditemukan langsung di Google Pixel 3, tetapi semua orang sudah dipersilakan untuk mengunduh versi beta-nya di Google Play. Setelah terinstal, yang perlu Anda lakukan hanyalah menentukan bahasa (serta bahasa sekunder) dan mulai menggunakannya. Di dalam app, Anda akan menemukan lingkaran kecil di pojok kanan atas. Itu adalah indikator input suara vokal versus bunyi-bunyian eksternal.

Dari pengalaman saya menggunakannya, transkripsi yang dilakukan aplikasi ini memang belum akurat 100 persen, boleh jadi disebabkan oleh pengucapan yang kurang fasih atau rendahnya mutu microphone di smartphone entry-level milik saya. Target Google saat ini adalah terus mengulik kemampuan app untuk fokus ke satu pembicara – satu fenomena di kehidupan manusia yang dikenal dengan istilah efek cocktail party.

Transcribe 4

Ingat soal efek curb cut yang sempat saya bahas di awal artikel? Kapabilitas unik Live Transcribe sebetulnya membuka peluang pemakaian di ranah lain. Ambil contohnya saya sebagai jurnalis. Dengan app ini, saya dapat memperoleh kutipan langsung secara tertulis berbekal ucapan narasumber. Untuk sekarang, Live Transcribe memang belum mempunyai fungsi menyimpan teks (dan saya ragu Google akan membubuhkannya melihat dari tujuan awal dibuatnya aplikasi ini), tapi saya bisa saja mengakalinya dengan fitur screenshot.

Sagar Savla menceritakan sedikit kisah unik di belakang pengembangan aksesibilitas bagi penyandang cacat yang dilakukan Google. Jauh sebelum Live Transcribe digarap, pertama-tama mereka harus menentukan perangkat tempat dibangunnya sistem tersebut. Tim sempat mempertimbangkan komputer personal, tablet, hingga unit proyektor mini (dengan pengoperasian yang sangat canggung). Akhirnya, smartphone dipilih karena menurut Google, device ini paling praktis, ringkas dan adopsinya paling merata.

Transcribe 6

Dan buat melengkapi Live Transcribe, Google juga telah meluncurkan Sound Amplifier yang berguna untuk mendongkrak output speaker. Fitur ini bertugas menyaring noise dan memperkuat suara, dengan maksud agar proses mendengar percakapan lebih jadi nyaman dan natural. Sedikit berbeda dari Live Transcribe yang dapat dibuka layaknya app, fungsi Sound Amplifier bersembunyi di menu Accessibility. Seperti TalkBack, Anda perlu mengaktifkannya secara manual.

Live Transcribe mendukung seluruh smartphone Android versi 5 (Lollipop) hingga versi terbaru. App memerlukan internet agar bisa bekerja.

Google Singkap Karakteristik Konsumen Smartphone di Indonesia

Dengan 300 lebih kelompok etnis yang menghuni negeri kepulauan seluas 1,9 juta kilometer persegi ini, karakteristik konsumen di Indonesia sangat unik serta beragam. Beberapa vendor hardware sempat mengutarakan kebingungannya pada saya soal apa yang sebetulnya orang Indonesia inginkan, tapi di sisi lain, kita melihat betapa gencarnya produsen memasukkan produk-produk anyar mereka.

Kabar baiknya, Google mencoba mengurangi kebingungan ini di segmen smartphone tanah air. Setelah melangsungkan studi via survei dan melengkapinya dengan rangkuman data-data internal Google serta YouTube, sang raksasa internet mengundang media dalam acara Tech & Telco Talk untuk berdiskusi sembari mengungkap seperti apa kebiasaan dan pembawaan orang Indonesia dalam membeli perangkat bergerak. Dialog antar narasumber juga menyibak informasi-informasi unik yang mungkin tidak banyak orang sadari.

Google Telco 7

 

Pertumbuhan smartphone di Indonesia dan pandangan konsumen

Sebelum membahas tema utamanya lebih jauh, kita harus memahami dulu signifikansi pasar ponsel pintar Indonesia di mata dunia. Berpedoman pada data Canalys Indonesia Smartphone Market Report di kuartal keempat 2018, Google senior tech & telco industry analyst Yudistira Nugroho menyampaikan bagaimana pasar perangkat bergerak di nusantara menunjukkan peningkatan paling pesat di wilayah Asia Tenggara. Kenaikannya menyentuh angka 17 persen dari periode 2017 ke 2018.

Google Telco 5

Berkat tersedianya begitu banyak pilihan dari brand berbeda, masyarakat Indonesia jadi kian bertambah kritis dalam membeli perangkat baru. Ekspektasi mereka juga tambah tinggi. Di segmen menengah, ada sekitar 45 persen pengguna masih belum merasa puas dengan kapabilitas smartphone yang mereka miliki. Persentasenya bahkan lebih tinggi lagi di kelas premium, mencapai 56 persen. Hal ini ialah peringatan sekaligus kesempatan bagi produsen buat meningkatkan ‘manuver’ dan kualitas produk mereka.

Google Telco 13

Berbicara soal brand, banyak yang mengira bahwa orang Indonesia jarang sekali berpindah ke merek lain jika mereka sudah menyukai satu nama. Hasil riset memperlihatkan kondisi berbeda: satu dari dua konsumen memilih brand berbeda ketika membeli produk baru. Kesetiaan konsumen pada penyedia jaringan seluler juga tidak begitu besar. Dua dari lima orang biasanya beralih ke provider baru saat meminang smartphone anyar – boleh jadi karena tergoda promo atau program bundling menarik.

Google Telco 3

Meski beragamnya opsi bisa jadi hal positif, terlalu berlebihan juga dapat memberikan dampak negatif. 55 persen dari total konsumen smartphone mengaku mereka merasa kewalahan sewaktu memilih. Sebagian besar khayalak (81 persen) bahkan belum bisa memutuskan model spesifik yang ingin dimiliki saat membutuhkan perangkat baru. Mereka juga masih bingung mengenai brand apa yang sebaiknya dipilih.

Google Telco 1

 

Apa yang jadi tolak ukur konsumen lokal dalam membeli smartphone?

Lalu ketika kita juga beranggapan bahwa performa fotografi merupakan salah satu takaran utama masyarakat dalam memilih smartphone, data Google menunjukkan hanya 71 persen konsumen yang peduli pada kamera – menempatkan fotografi di urutan ke-12 skala prioritas user. Menurut Google, tiga faktor utama yang kini jadi perhatian calon pembeli adalah (1) kecepatan, (2) daya tahan baterai, dan (3) kapasitas penyimpanan serta memori.

Google Telco 2

Di sini perlu digarisbawahi, ‘kecepatan’ yang Google maksudkan di sana bukan sekadar kapabilitas smartphone dalam menjalankan app, tapi juga laju network. Itu artinya, komposisi hardware dan kecepatan jaringan memegang peranan besar. Google juga mengungkap efek negatif dari semakin miripnya penampilan satu smartphone dengan ponsel pintar lain. Hanya 47 persen pengguna yang kini menakar perangkat dari sisi desain. Penampilan berada di peringkat 25 aspek yang jadi preferensi.

Menariknya, ada pandangan berbeda yang diungkapkan oleh beberapa narasumber diskusi kemarin. Romi Hidayat dari Droidlime berpendapat bahwa desain akan jadi aspek penting dalam pembelian smartphone di tahun-tahun ke depan. Saya pribadi cenderung setuju, mengingat banyak bermunculannya ponsel-ponsel ber-notch minimalis serta model yang mengusung kamera pop-up (serta rotating camera seperti di Samsung Galaxy A80) dengan maksud memaksimalkan rasio layar ke tubuh.

Google Telco 8

Djatmiko Wardoyo selaku direktur pemasaran dan komunikasi Erajaya Group juga punya opini yang cukup bertentangan soal kamera. Bagi Djatmiko, fotografi tetap jadi pesona utama smartphone terlepas dari di segmen mana mereka ditujukan. Ada ponsel berkamera ciamik di kelas entry-level, dan ia juga sering mendengar bagaimana konsumen menjuluki Huawei P30 sebagai ‘kamera high-end yang ditambah fungsi ponsel’.

 

Karakteristik pengguna Indonesia dalam memilih ponsel pintar

Lewat salah satu slide presentasinya, Yudistira Nugroho menunjukkan bagaimana konsumen Indonesia rata-rata butuh waktu 14 hari untuk membeli sebuah smartphone. Pertama-tama mereka akan melakukan pencarian, dan selanjutnya diikuti oleh menyimak review (tertulis maupun video), melihat spesifikasi, serta mencari promosi-promosi bundling. Di penghujung periode itu, mereka akan pergi ke gerai retail buat mencoba langsung sebelum akhirnya membeli.

Google Telco 4

Kabarnya, 71 persen dari konsumen Indonesia menemukan model-model baru dengan melakukan search di Google dan sebagian besar dari mereka terbantu berkat kolom rekomendasi. Ada tiga sumber informasi utama khalayak saat sedang mencari produk yang dinginkan, yaitu (1) situs-situs komparasi, (2) ulasan profesional, dan (3) review dari sesama pengguna. Fakta menarik di sini ialah, website pihak ketiga malah jadi favorit ketimbang situs milik produsen perangkat ataupun penyedia jaringan.

Google Telco 11

Eksistensi storefront fisik tetap krusial bagi masyarakat di Indonesia. Transformasi ke transaksi online (dengan penawaran-penawaran atraktif dari e-commerce serta bertambahnya dukungan fintech) memang tidak bisa dihindari, namun untuk sekarang, gerai-gerai offline tetap diperlukan karena di sanalah calon konsumen dapat bercengkerama langsung dengan produk. Bagi pemain retail seperti Erajaya, tempat-tempat ini berguna buat menawarkan pengalaman pembelian yang seamless serta wadah diterapkannya strategi omni-channel.

Google Telco 9

Misalnya bagi konsumen di daerah luar Jakarta. Seseorang mencoba membeli smartphone A melalui e-commerce, namun stoknya habis. Mereka bisa datang ke toko retail, mencoba produk, lalu meski perangkat tidak tersedia di hari itu juga, pemesanan dapat dilakukan di sana. Data Google menyingkap bahwa sebanyak 69 persen pengguna membeli smartphone di gerai offline. Dan uniknya lagi: sebelum memutuskan buat bertransaksi, mayoritas dari mereka menggunakan perangkat bergerak milik sendiri untuk mencari info dan membandingkan harga.

Sebuah perspektif menarik kembali diberikan oleh Djatmiko Wardoyo. Ia sedikit kurang setuju soal durasi 14 hari yang diajukan Google bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Menurutnya, 14 terlalu lama karena ada produk baru meluncur hampir setiap saat. Kabar baik bagi distributor dan produsen, masyarakat Indonesia adalah jenis konsumen yang tergolong impulsif. Ini sebabnya beberapa brand berlomba-lomba buat memposisikan produk-produknya di area terdepan toko.

Google Telco 12

Media Gathering Telkomsel 2019: Persiapan RAFI, dan Program Promosi

Menjelang momen Lebaran, jadi kegiatan rutin operator lokal mengadakan acara untuk media. Update akan kesiapan jaringan, update program promo dan berbagi informasi lain. Dua operator telah mengadakan acara, kini giliran Telkomsel menggelar acara media gathering di Bali.

Salah satu yang jadi bahan utama di acara ini tentu saja paparan tentang persiapan RAFI alias Ramadan dan Idul Fitri. Kalau beberapa tahun lalu biasanya paparan dilakukan dengan uji sinyal, kali ini tidak namun dalam presentasi dipaparkan pula tentang uji hasil kecepatan internet yang telah dilakukan oleh Telkomsel.

Persiapan RAFI

Informasi yang cukup lengkap dipresentasikan oleh Bob Apriawan – Direktur Network Telkomsel dan Andrias Indra – Vice president Network Operation Management. Ada dua bagian, yang pertama lebih berbicara ke teknologi dan yang kedua kesiapan detail Telkomsel untuk menghadapi RAFI. Anda bisa melihat di gallery image di bawah ini, namun kita akan membahas beberapa hal penting dari penjelasan yang ada.

Dalam presentasinya Bob Apriawan menjelaskan tentang kesiapan Telkomsel untuk membangun 4G secara kontinyu, dijelaskan bahwa untuk 4G Telkomsel telah bisa melayani 97% kabupaten sisanya masih menggunakan 2G dan 3G, sedangkan untuk LTE cakupannya sudah 93%, diharapkan di akhir tahun akan menjadi 95%. Telkomsel juga telah membangun 10.000 base transceiver station multi band LTE di seluruh Indonesia untuk menyambut momen RAFI.

Lonjakan yang diprediksikan terjadi oleh Telkomsel antara lain lonjakan data sebesar 21% dibanding hari normal lalu sekitar 66% jika dibandingkan trafik layanan data tahun lalu (momen yang sama). Dari prediksi ini bisa terlihat bahwa data akan menjadi kunci utama layanan di masa Lebaran, termasuk aktivitas mengunggah foto dan video saat perjalanan. Aplikasi media sosial dan pesan instan dan akses data untuk mengetahui informasi terkait momen liburan (lokasi dan aktivitas) juga menjadi aktivitas yang diprediksi akan dilakukan pengguna. Video, musik dan games juga diantisipasi oleh Telkomsel.

Dari sisi teknis lainnya, momen RAFI tahun 2019 ini Telkomsel juga menambah kapasitas jaringan pada 10.000 BTS 4G, mengoperasikan 70 mobile BTS, menambah kapasitas gateway internet 15% dari kapasitas yang telah ada menjadi 4.7000 Gbps dan menambah kapasistas sistem IT agar layanan lebih siap, selain itu kapasitas isi ulang pulsa juga ditingkatkan.

Seperti halnya dibicarakan oleh banyak orang, layanan legacy (suara dan SMS) dari telekomunikasi kini digantikan oleh layanan berbasis data (aplikasi, game, OTT, dll) termasuk berbagai layanan digital lain. Hal ini juga diprediksikan oleh Telkomsel pada masa Lebaran kali ini, yaitu turun 10% untuk trafik suara dan 2% untuk trafik layanan SMS. Hal senada juga diamini oleh Ririek Adriansyah – Direktur Utama Telkomsel dalam presentasinya di acara media gathering, bahwa pertumbuhan pendapatan tahun 2018 akan hadir dari layanan non legacy telekomunikasi bukan layanan suara dan SMS. Tentang ini akan dibahas di bagian lain di artikel ini.

Untuk uji test jaringan, berikut penjelasan dari Telkomsel untuk berbagai jalur mudik di Indonesia, termasuk darat dan kereta api.

Program untuk konsumen di momen RAFI

Untuk Anda konsumen yang akan mudik dalam momen Lebaran kali ini, tentunya tidak lengkap ketika hal teknis seperti jaringan telah dipersiapkan namun program penjualan tidak. Maka dari itu Telkomsel juga telah menyiapkan berbagai program untuk konsumen mereka.

Program yang disiapkan cukup banyak karena tidak hanya mencakup penggunaam data dan layanan tradisional (SMS dan telepon) tetapi juga untuk menjangkau mobile gamers sampai dengan layanan LinkAja untuk non cash service. Lebih lengkap bisa Anda cek di gambar berikut.

Kesiapan titik layanan, yang terdiri pusat layana online maupun offline. Untuk yang offline juga bisa dilihat akan ada 493 mobile graPARI, 3779 outlet siaga, juga mitra distributor yang siap membantu layanan Telkomsel. Selain itu tidak hanya untuk exsisting user tetapi kartu baru dan voucher juga disiapkan. Tentunya perkembangan teknologi masa kini memberikan kemudahan karena Anda bisa menggunakan aplikasi dari Telkomsel untuk beli paket pulsa atau internet tetapi di masa Lebaran (mudik), keberadaan outlet offline tidak bisa dihilangkan.

Hal menarik lain dari topik promosi atau penjualan adalah hadirnya beberapa program yang menurut saya cukup menarik, dalam artian sesuai dengan perkembangan digital masa kini. Pada slide Anda bisa melihat selain promo ‘standar’ seperti undian dan hadiah aplikasi ada pula promo terkait mobile gaming serta promo lewat aplikasi LinkAja. Dua promo ini bisa menggaet konsumen gaming lewat Dunia Games (khususnya esports – Mobile Legends dan Free Fire) yang kini sedang berkembang pesat, dan yang satu lagi adalah usaha Telkomsel (bersama dengan BUMN lain) untuk masuk ke ranah tekfin (teknologi finansial) yang kini juga semakin populer.

Tentang kondisi industri dan target Telkomsel tahun ini

IMG20190430203831

Selain menjelaskan tentang kesiapan teknologi, layanan maupun peningkatan coverage terkait musik llibur Lebaran, tentunya tidak lengkap jika Direktur Utama yang juga hadir di acara tidak memberikan sambutan dan penjelasan terkait perkembangan telekomunikasi, khususnya layanan Telkomsel.

Dalam presentasinya, Ririek Adriansyah – Direktur Utama Telkomsel menjelaskan sedikit banyak tentang kondisi industri telekomunikasi, termasuk beberapa angka yang akan menjadi target Telkomsel di Tahun ini. Beliau menjelaskan bahwa di tahun 2018 industri telekomunikasi lokal secara keseluruhan mengalami penurunan 7.3% dengan Telkomsel turun ‘hanya’ 4.3%. Meski demikian dibanding awal tahun 2018, bagi Telkomsel akhir tahun revenue sharing bertambah. Meski secara keseluruhan turun namun Telkomsel melihat di Q3 tahun 2018 tumbuh sampe Q4 dan di awal tahun pun bertumbuh positif.

Beberapa hal yang menyebabkan penurunan industri telekomunikasi antara lain adalah program registrasi kartu yang diadakan secara menyeluruh. Dalam skala jangka pendek, pengetatan atau pembatasan dari registrasi kartu akan berdampak kurang baik namun untuk jangka panjang akan lebih sehat untuk industri, salah satunya karena pengguna alam didorong untuk mengisi pulsa bukan habis paket lalu ganti kartu baru. Faktor lainnya adalah perang harga yang di tahun 2018 cukup sengit. Lalu faktor lain adalah meningkatkan penggunaan layanan OTT yang berhubungan dengan perubahan sumber pemasukan layanan telekomunikasi.

Ririek menjelaskan bahwa tahun 2018 revenue dari layanan legacy (pulsa dan SMS) sebesar 47% dan sisanya 53%, lalu di akhir Q1 2019 revenue dari layanan non legacy (OTT, games, layanan digital lain) naik beradar di angka 61% dan sisanya dari layanan legacy. Dengan kondisi ini Telkomsel juga akan semakin mendorong pada layanan data serta layanan digital lain.

Membicarakan tahun 2019, telkomsel yakin akan recovery dan kembali tumbuh, secara industri keseluruhan diprediksi akan tumbuh positif single digit. Salah satu layanan digital dari Telkomsel yang cukup mencuri perhatian publik adalah LinkAja, yang merupakan perubahan dari layanan Tcash dari Telkomsel.

LinkAja memang tidak sendirian, seperti dikutip dari artikel DailySocial, bahwa layanan ini merupakan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code yang dikelola kongsi empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, Asuransi Jiwasraya, dan Pertamina. Hal ini sebenarnya menjadi menarik karena layanannya akan semakin luas, tidak hanya mitra dari Telkomsel saja tetapi mendapat dukungan dari berbagai BUMN lain, termasuk Pertamina yang perannya akan cukup tinggi di masa Lebaran atau momen mudik.

Untuk data pengguna, disebutkan Ririek saat ini pengguna terdaftar LinkAja ada 33 juta dan 3.1 juta monthly active user, ditargetkan bertambah menjadi 3.5 juta untuk monthly active user di tahun 2019, sedangkan pengguna terdaftar ditargetkan akan menjadi 40 juta pengguna.

Topik lain yang cukup menarik untuk dibahas adalah tentang 5G dan konsolidasi perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Untuk 5G, Ririek mengatakan bahwa Telkomsel sudah mempersiapkan untuk adopsi generasi baru dari koneksi broadband ini. Namun untuk adopsinya di Indonesia tidak dalam waktu dekat, masih banyak yang harus dipersiapkan terutama tentang ketersediaan spectrum. Untuk IoT dengan 5G di Indonesia juga masih banyak yang harus dipersiapkan, jika di luar trennya sudah membicarakan driverless car di Indonesia sendiri masih belum bisa, setidaknya untuk saat ini.

Untuk topik konsilidasi telko, Telkomsel sndiri mendukung hal tersebut, salah satu alasannya adalah akan membuat industri semakin sehat, meski demikian Telkomsel mendukung konsolidasi yang sesuai dengan undang-undang yang ada. Salah satu permasalahan yang harus dipecahkan adalah kepastian berapa spectrum yang harus dikembalikan, jangan sampai terjadi penumpukan di satu operator saja. Meski mendukung adanya konsoludasi, namun Telkomsel belum punya rencana untuk melakukan akuisisi perusahaan telko lain, salah satu alasannya adalah banyaknya rambu-rambu yang harus diperhatikan dan dipatuhi.

Secara umum, media gathering sebelum momen mudik atau Lebaran pada dasarnya ingin menegaskan kesiapan Telkomsel untuk memberikan layanan pada konsumennya, mulai dari jangkauan di jalur mudik (ini yang utama), lalu program penjualan sampai dengan dukungan lain seperti ketersediaan outlet dan layanan konsumen.

Lonjakan trafik tentunya akan meningkat di momen mudik, promosi penjualan juga akan menarik pengguna untuk bertransaksi, satu hal yang pasti adalah keniscayaan bahwa layanan legacy dari telekomunikasi sudah semakin memudar, kesiapan program yang mendukung tren teknologi seperti mobile gaming, data, streaming serta layanan OTT akan diuji di era telekomunikasi masa kini. Semoga saja Anda, pengguna Telkomsel, akan bisa menikmati hasil dari persiapan Telkomsel untuk momen RAFI tahun ini tanpa gangguan berarti dan bisa berkomunikasi serta mengakses layanan data dengan lancar. Selamat mudik.

IMG20190430205530

Aplikasi Overcast Kini Dapat Dipakai untuk Membagikan Klip Podcast Berdurasi Satu Menit

Dibandingkan video, podcast bisa dibilang merupakan jenis konten yang lebih fleksibel mengingat ia dapat dinikmati selagi kita menjalani aktivitas lain. Yang kerap menjadi masalah, membagikan podcast tidaklah segampang membagikan video, apalagi kalau yang menerima sama sekali tidak pernah mengenal apa itu podcast.

Salah satu solusinya, menurut pencipta aplikasi Overcast, adalah membagikan podcast dalam bentuk sepotong-sepotong alias klip. Pada versi terbaru aplikasi untuk platform iOS tersebut, pengguna kini dapat mengakses fungsi untuk membagikan sepotong klip dari episode podcast yang sedang dinikmatinya.

Jadi ketika memilih opsi “Share Clip”, pengguna akan dibawa ke tampilan editor sederhana. Tentukan bagian yang hendak dibagikan (durasi maksimumnya 1 menit), lalu pilih formatnya, apakah audio only, atau video dalam orientasi portrait, landscape maupun square (ideal untuk dibagikan ke Instagram).

Overcast clip sharing

Sebelum membagikan, kita bisa memantau dulu preview-nya seperti apa. Setelahnya, penerima dibebaskan untuk membuka klip tersebut di aplikasi podcast pilihannya, dengan mengklik masing-masing icon yang ditampilkan.

Ide semacam ini tentu sangat cerdas, tapi tetap ada batasannya. Yang paling utama adalah durasi klip yang tak bisa melebihi satu menit, mengingat sering kali ada satu segmen menarik di suatu episode podcast yang tak cukup dibahas dalam waktu satu menit saja.

Terlepas dari itu, setidaknya update Overcast ini bisa membantu memperkenalkan atau bahkan ‘meracuni’ mereka yang sebelumnya tidak pernah mengenal podcast sama sekali.

Sumber: Marco Arment via Engadget.

Samsung Rilis Aplikasi yang Bisa Mengukur Dimensi Objek Hingga Kedalaman

Samsung Galaxy S10 5G merupakan salah satu dari sedikit smartphone yang dibekali sensor time of flight, bahkan tidak semua seri Galaxy S10 memilikinya. Eksklusivitas Galaxy S10 5G kian terasa menyusul peluncuran aplikasi baru Quick Measure oleh Samsung yang saat ini sudah bisa dijumpai di Google Play Store.

Sesuai dengan namanya, Quick Measure mempunyai kemampuan untuk mengukur dimensi benda dalam bentuk bidang apapun. Misalnya, menghitung panjang sebuah tiang, pintu, jendela, dan lain sebagainya dalam satuan yang berbeda. Bahkan, Quick Measure juga mampu mengukur luas area, jarak dan juga kedalaman. Sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh Google Measure, aplikasi serupa yang juga memanfaatkan teknologi augmented reality.

Samsung releases AR based Quick Measure app that only works with the Galaxy S10 5G

Untuk menggunakannya, pemilik perangkat cukup mengarahkan kamera belakang ke objek yang hendak diukur. Aplikasi kemudian secara otomatis akan menampilkan hasil pemindaian sesuai dengan kriteria yang diinginkan, apakah ukuran panjang, lebar, ketinggian atau jarak. Cara kedua, pengguna dapat menandai dari titik ke titik tertentu untuk memperoleh hasil pengukuran berdasarkan unit yang sudah ditentukan sebelumnya, apakah dalam centimeter atau inci.

Namun untuk dapat menggunakan aplikasi ini secara sempurna, perangkat Anda harus memiliki yang tadi disebutkan di awal, sensor time of flight atau ToF. Dan perangkat Samsung yang sudah memiliknya sejak lahir barulah Samsung Galaxy S10 5G. Artinya, pengguna yang memiliki perangkat inilah yang bisa mengunduh dan menggunakan fitur-fitur di Quick Measure secara utuh.

Kemungkinan Samsung akan merangkul model Galaxy yang lain tentu terbuka lebar, tetapi dikarenakan sensor time of flight tidak tersedia, maka tingkat akurasi pengukuran tidak akan sama.

Sumber berita AndroidPolice.

Application Information Will Show Up Here

Kabar Duka, Xiaomi Hentikan Dukungan Update untuk Tujuh Model Redmi

Xiaomi bisa dibilang sebagai salah satu pabrikan perangkat yang rajin meluncurkan pembaruan untuk perangkat-perangkat buatannya, bahkan untuk smartphone yang berusia lima tahun di pasaran. Sayangnya, kebiasaan itu sepertinya akan sirna menyusul penguman resmi terbaru yang mengonfirmasi bahwa Xiaomi akan menghentikan dukungan update untuk sejumlah perangkat Redmi.

Sedikitnya ada tujuh smartphone berlabel Redmi yang tidak akan memperoleh pembaruan ROM, antara lain:

  • Redmi Note 4
  • Redmi 4A
  • Redmi 4 series
  • Redmi Pro
  • Redmi Note 3 SE
  • Redmi 3S
  • Redmi 3X

Artinya, per 4 April 2019 ketujuh smartphone di atas tidak akan mendapatkan jatah update MIUI 11 baik beta ataupun global stable. Xiaomi kemudian menyarankan siapapun yang masih menjalankan OS berlabel beta untuk segera memasang versi stable agar tak menemukan masalah di masa mendatang.

Dalam pengumumannya, Xiaomi juga mengatakan bahwa ke depan mereka masih akan menawarkan program tester versi beta bagi pemilik perangkat-perangkat di atas yang masih berkeinginan menjajal fitur baru di MIUI selanjutnya. Tetapi, tampaknya hal ini hanya untuk menghibur hati para pengguna yang menerima kabar buruk ini. Realisasi programnya sendiri masih belum jelas kapan akan diluncurkan.

Penghibur lainnya, meski tidak lagi mendapatkan pembaruan ROM, pemilik tujuh model Redmi di atas masih akan dilindungi dengan pembaruan dari sisi keamanan. Namun lagi-lagi janji ini diyakini tidak akan berlangsung lama. Jadi, jika punya uang lebih lebih baik belilah perangkat Xiaomi yang baru.

Sumber berita GSMArena.

Facebook Messenger Punya Instant Games, Snapchat Punya Snap Games

Para pengguna Snapchat baru saja kedatangan mainan baru. Namanya Snap Games, dan ini sejatinya merupakan kumpulan game yang bisa dimainkan langsung dari aplikasi Snapchat selagi pengguna bercakap-cakap dan bertukar pesan dengan teman-temannya.

Semuanya berlangsung secara real-time, bahkan game-nya sendiri dapat dimainkan tanpa harus mengunduh apa-apa mengingat semuanya di-stream dari web. Premis yang ditawarkan sebenarnya cukup mirip seperti platform Instant Games pada Facebook Messenger.

Koleksi game-nya pun tergolong sangat menarik, sebab semuanya bukan hasil port dari gamegame populer. Game yang pertama adalah Bitmoji Party karya tim Snap sendiri, kemudian masih ada lima game lain dari developer pihak ketiga. Satu yang cukup mencuri perhatian adalah Tiny Royale garapan Zynga, yang dari namanya sudah kelihatan menawarkan tipe permainan battle royale yang sedang hangat-hangatnya.

Semua game ini juga dirancang secara eksklusif untuk format vertikal yang sudah menjadi ciri khas Snapchat sejak lama. Multiplayer sudah pasti menjadi fitur standar di tiap game; bahkan untuk mengakses Snap Games, pengguna harus melalui halaman percakapan terlebih dulu, diwakili oleh icon bergambar roket.

Snap Games

Apakah game-nya gratis? Tentu saja, namun Snap masih punya cara untuk mencari keuntungan lewat inisiatif barunya ini: para pemain Snap Games nantinya dapat memilih untuk mengaktifkan opsi yang bakal memutarkan video iklan berdurasi 6 detik (tidak bisa di-skip) dari waktu ke waktu.

Lalu apa untungnya bagi para pemain? Dengan mengaktifkan opsi tersebut dan menonton iklannya, mereka akan dihadiahi dengan mata uang dalam game maupun barang penunjang lainnya. Keuntungan yang Snap peroleh kemudian akan dibagikan dengan para developer, sayang persentase bagi hasilnya tidak dirincikan.

Ke depannya, bukan tidak mungkin bagi Snap untuk menerapkan opsi in-app purchase pada sejumlah game guna semakin memaksimalkan monetisasi platform-nya. Namun untuk sekarang, iklan akan menjadi senjata andalan mereka dalam meraup untung.

Snap Games bukanlah proyek mendadak yang langsung terealisasi begitu saja. Platform-nya dibangun berbasis pada akuisisi Snap di tahun 2017 atas PrettyGreat, tim developer game asal Australia yang sejumlah personilnya sebelumnya pernah bergabung di HalfBrick (developer Fruit Ninja).

Snap Games sudah bisa pengguna nikmati sekarang juga. Menurut saya konsepnya terbilang unik: mengedepankan aspek multiplayer, tanpa melupakan esensi Snapchat yaitu komunikasi, seperti yang bisa kita lihat dari chat box yang selalu tersedia di bagian bawah layar selama game dimainkan.

Sumber: TechCrunch dan Snap.

 

Kini di WhatsApp Versi Beta, Tak Sembarang Orang Bisa “Menculik” Anda ke Grup

Privasi dan hoax sejak lama jadi perdebatan dalam interaksi di berbagai platform digital, salah satunya di Facebook yang merupakan jejaring sosial terbesar saat ini. Sadar betul kesalahan dalam mengelola kedua hal ini dapat berdampak buruk, WhatsApp yang merupakan aplikasi kepunyaan Facebook baru saja melakukan lompatan kecil yang berfokus pada privasi pengguna.

Ditujukan untuk melindungi pengguna dari berbagai paparan tak diinginkan, WhatsApp menggulirkan fitur baru yang memberi keleluasaan kepada pengguna untuk menentukan siapa yang boleh menambahkan mereka ke sebuah grup. Pembatas baru ini tentu mengubah total cara kerja terdahulu yang berjalan sebaliknya, di mana siapapun bebas “menculik” seseorang untuk masuk ke dalam grup selama mengetahui nomornya, bahkan yang bukan kontak.

whatsapp_group_privacy_setting_1554276196677

Jadi, untuk WhatsApp versi beta baik Android maupun iOS akan muncul satu opsi baru di Akun – Privasi – Grup. Ketika menu ini diakses, Anda akan mendapati tiga pilihan, antara lain Everyone, My Contact dan No Body.

Apabila Anda memilih Everyone, maka siapapun bisa menambahkan Anda ke dalam grup tanpa persetujuan. Tetapi jika Anda memilih My Contact, maka hanya orang-orang yang terdaftar di dalam kontak yang dapat menambahkan Anda ke grup. Sedangkan yang tidak dalam kontak atau bukan siapa-siapa, mereka harus mengundang Anda melalui chat terpisah dan Anda punya hak untuk menerima atau menolak undangan bergabung tersebut.

Fitur ini memang masih dalam tahap pengujian, namun, WhatsApp telah membeberkan bahwa pengembangan baru akan mulai diluncurkan untuk beberapa pengguna mulai hari ini dan akan tersedia secara global dalam beberapa pekan mendatang. Update WhatsApp Anda sekarang agar menjadi yang pertama mencicipi fitur baru ini.

Sumber berita WhatsApp via Venturebeat dan gambar header Pixabay.

Spotify Jajal Paket Baru untuk Teman Sekamar atau Pasangan

Spotify sepertinya mengerti dilema yang dihadapi oleh pelanggan paket premiumnya yang terlanjur membeli paket Family Plan tetapi hanya memiliki dua anggota keluarga, atau mereka yang mengawatirkan soal harga jika membeli paket individu. Menurut laporan Engadget, bahwa Spotify kini sedang menguji paket Premium Duo yang secara khusus diperuntukkan bagi mereka pasangan muda, teman satu kost, atau keluarga yang jumlahnya hanya terdiri dari dua orang saja.

Paket berlangganan bebas iklan ini sudah barang tentu menawarkan harga yang lebih terjangkau. Dikutip dari Reddit via Engadget, Premium Duo ditawakan dengan harga €12,49 per bulan yang jika dibandingkan, harga ini berada di tengah-tengah antara paket langganan individu dan Family Plan, menjadi pilihan yang sempurna untuk pasangan atau teman sekamar.

Sayangnya, paket baru ini disebut masih dalam tahap penjajakan dan kawasan yang dipilih juga masih dalam skala yang relatif kecil, antara lain di Kolombia, Chili, Denmark, Irlandia, dan Polandia. Belum ada kepastikan apakah paket ini akan dirilis secara global, sehingga tetap ada kemungkinan paket ini tidak akan dibawa ke negara lain kemudian membunuhnya pelan-pelan.

“Kami secara rutin menjalankan sejumlah uji coba dan program untuk meningkatkan pengalaman pengguna kami, yang dapat membuka jalan bagi perubahan yang lebih luas pada produk kami atau hanya memberi kami pembelajaran penting.” Kata juru bicara Spotify kepada Engadget.

Dengan paket harga barunya ini, Spotify juga memberikan daftar putar baru yang dibuat secara otomatis bernama Duo Mix yang mirip dengan campuran Discovery Weekly yang cukup populer di Spotify.  Tetapi tentu pengguna punya kebebasan untuk membuat daftar putarnya sendiri di luar rekomendasi yang diberikan.

Informasi selengkapnya bisa diintip di situs resmi Spotify.

Sumber berita Engadget dan AndroidPolice.

Application Information Will Show Up Here