Sofian Hadiwijaya Sampaikan Pandangan Ekonomi Digital Ganjar-Mahfud MD

Co-Founder Warung Pintar Sofian Hadiwijaya kini memilih terjun langsung dalam politik menjadi bagian dari Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Di tim tersebut, posisinya sebagai Direktur Eksekutif Teknologi. DailySocial.id berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Sofian untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang visi-misi ekonomi digital yang akan diupayakan oleh pasangan Capres-Cawapres yang ia dukung.

Memulai perbincangan, Sofian menuturkan bahwa ketertarikannya di dunia politik sebenarnya bukan hal yang mendadak. Sejak sekitar 9 tahun lalu, ia sudah aktif dalam perpolitikan, baik dengan mengawal di luar seperti menjadi bagian dari inisiatif #KawalPemilu dan #KawalPilkada; hingga terlibat di dalam saat mendirikan sebuah partai politik baru di Indonesia. Di sisi lain Sofian juga bercerita bahwa keluarganya yang banyak bekerja sebagai pejabat publik dan ASN juga telah menghubungkannya dengan dunia politik.

Lantas, keputusannya untuk mendukung pasangan Ganjar-Mahfud memiliki alasan yang cukup kuat. Pertama, dari pengalaman Sofian aktif di ekosistem startup ia melihat langsung sepak-terjang Ganjar Pranowo dalam mendukung para inovator di Jawa Tengah saat menjadi gubernur.

Sofian memberi contoh inisiatif Hetero Space yang merupakan creative hub sekaligus coworking space yang diusung Pemprov Jawa Tengah bersama Impala Network. Dukungan pemerintah daerah dalam aktivitas inovasi di sana dirasakan betul, sehingga koneksi antara komunitas dan regulator dapat terjalin baik. Hal ini dinilai juga menjadikan sosok Ganjar lebih berwawasan terkait industri digital, karena sering berjibaku langsung dengan para pemain di lapangan.

Dan pemahaman digital tersebut menurut Sofian diaplikasikan betul oleh Ganjar dalam sepak terjangnya ketika menjadi gubernur. Ditunjukkan dengan sejumlah inisiatif transformasi digital di tumbuh internal pemerintahan, termasuk pemanfaatan media sosial secara aktif guna berkomunikasi langsung dengan masyarakat.

“Kita butuh pemimpin yang melek digital. Selama ini ekonomi digital Indonesia tumbuh, namun kadang ada kebijakan yang kurang mendukung beberapa aspek dari industri digital itu sendiri di Indonesia,” ujar Sofian.

Gambaran industri digital Indonesia

Sejak tahun 2012, Sofian sudah aktif dalam industri digital di Indonesia sebagai talenta di bidang teknologi. Perjalanannya dalam ekosistem digital, termasuk pengalamannya mendirikan startup digital yang bernilai jutaan dolar, memberikan ia gambaran yang cukup jelas bagaimana perkembangan digitalisasi di Indonesia.

Sofian merasakan bahwa ekonomi digital telah mendemokratisasi berbagai sektor, sehingga membuat banyak orang mendapatkan keuntungan darinya. Ia mencontohkan tentang berbagai peluang usaha baru tercipta dalam ekonomi digital ini – termasuk bagi dirinya, yang ketika kecil mungkin tidak terpikirkan akan berkarier di bidang teknologi. Seiring makin masifnya penerapan teknologi, pekerja digital juga tidak lagi dipandang sebelah mata – justru kini banyak gaya yang disesuaikan dengan kebutuhan pekerja digital (misalnya remote working).

“Ekonomi digital membantu banyak orang untuk bisa produktif menghasilkan uang dengan cara-cara baru. Ekonomi digital masih memiliki peluang yang besar, pun tantangannya pun juga masih besar di Indonesia,” tegasnya.

Terkait tantangan dalam menumbuhkan ekonomi digital Indonesia, Sofian menyoroti ada tiga aspek utama. Pertama terkait pemerataan akses internet yang berkualitas ke seluruh penjuru nusantara. Isu koneksi internet ini bukan hanya ia dengar dari orang lain, karena ketika pulang kampung di suatu desa di Palembang, Sofian juga merasakan langsung keterbatasan konektivitas tersebut.

“Ketika saya pulang kampung ke Palembang, koneksinya cuma EDGE […] padahal tanpa koneksi internet yang baik, akses ke ilmu pengetahuan dan peluang pasar digital menjadi terbatas,” ujar Sofian.

Kedua terkait akses ke ilmu digital –walaupun sudah banyak yang memulai inisiatif mengajarkan kompetensi digital, namun menurut Sofian perlu upaya untuk membuatnya lebih masif. Ini termasuk, misalnya, upaya mengajak pedagang di desa-desa kecil untuk mulai belajar berjualan di marketplace dan aktivitas lainnya untuk mendorong lebih banyak orang melek serta mendapatkan manfaat dari digitalisasi itu sendiri.

Berikutnya adalah pemerataan persebaran talenta digital. Ini juga bermula dari pengalamannya membangun komunitas startup di Palembang. Ketika ia berhasil mendatangkan pemodal ventura (VC), mereka masih enggan untuk berinvestasi dengan startup lokal di sana –padahal founder-nya bagus, solusi yang ditawarkan juga memiliki pasar. Ternyata salah satu alasannya VC meragukan startup tersebut bisa berkembang pesat lantaran tidak tersedianya talenta kompeten yang bisa mendukung.

“Di daerah talentanya tidak ada. Dan ini seperti chicken and egg, kalau kita mau melatih talentanya dulu, nanti belum ada startup yang menyerap. Begitu pula kalau mau bangun ekosistem startupnya dulu, talentanya belum banyak […] tapi agar ekonomi digital terakselerasi, tiga tantangan di atas harus mendapatkan solusi, terlebih agar mendistribusi talenta digital supaya tidak terpusat di Jawa saja,” ujar Sofian.

Visi ekonomi digital Ganjar-Mahfud MD

Sederhananya Ganjar-Mahfud MD akan membawa keberhasilan Hetero Space di Jawa Tengah ke tingkat nasional. Ini akan membentuk ekosistem yang terdistribusi di daerah-daerah, dan setiap  kepala daerah juga memberikan dukungan kontinu. Bagi Ganjar-Mahfud MD, penting untuk memberikan ruang dan dukungan bagi generasi muda, khususnya yang berkecimpung mengembangkan bisnis startup.

Selain itu dijelaskan Sofian, dalam visi-misi paslon nomor tiga ini, sejumlah program telah diterangkan. Untuk menjawab tantangan pertama, Ganjar-Mahfud MD jika terpilih akan menyediakan layanan internet gratis ke seluruh penjuru negeri. Mereka akan memastikan misi zero blank spot terealisasi dengan baik.

Kemudian, berkaitan dengan talenta Ganjar-Mahfud MD meyakini bahwa kedaulatan digital akan menjadi satu landasan dalam mengembangkan SDM lokal — sehingga selain bisa menyuplai kebutuhan di Indonesia, harapannya talenta ini bisa diserap juga oleh pasar internasional. Ini akan dimulai dengan memetakan persebaran talenta, kemudian melakukan program terpadu untuk melakukan pelatihan dan pembinaan.

“Digitalisasi juga tentang birokrasi. Pak Ganjar berkomitmen untuk membawa digitalisasi tersebut agar bisa lebih transparan dan merangkul lebih banyak kalangan. Karena diyakini kalau semua bisa didigitalkan, hidup akan menjadi lebih mudah, misal saat antre di RS tidak perlu lagi membuang waktu sia-sia karena pemesanan bisa dilakukan lewat aplikasi,” jelas Sofian.

Kedaulatan digital yang akan turut diupayakan adalah kemandirian digital. Dicontohkan jika suatu saat pemenuhan cloud server di Indonesia akan sepenuhnya disediakan provider lokal. Cara yang ditempuh adalah dengan melakukan transfer knowledge dengan pemain internasional yang saat ini ada di Indonesia – pemerintah akan memastikan proses tersebut terfasilitasi dengan baik.

Selain itu perlindungan hak digital juga menjadi sorotan di dalam visi-misi Ganjar-Mahfud MD, ini diejawantahkan dengan regulasi perlindungan data dan keamanan siber. Termasuk dengan merangkul para ahli di bidang keamanan dan forensik digital untuk bekerja sama lebih rekat dengan pemerintah untuk mengamankan ruang siber nasional.

“Banyak unicorn yang uangnya justru mengendap di Singapura, ini yang mau diubah, agar Indonesia lebih berdaulat secara digital. Hal ini hanya bisa didukung oleh regulasi yang apik dan iklim politik yang stabil, dan Ganjar-Mahfud MD sudah menyiapkan hal ini, salah satunya dengan rencana memberikan insentif fiskal dan mendorong lebih banyak perusahaan lokal [BUMN dan korporasi besar] agar aktif berinvestasi ke startup dan melibatkan startup ke banyak proyek strategis pemerintah,” jelas Sofian.

Selain itu dari sisi penerapan di masyarakat, salah satu yang ingin dikejar adalah lebih banyak mendorong pembayaran cashless. Ketika sistem ini teramplifikasi secara luas, maka akan terjadi percepatan transaksi dan ekonomi, mendorong orang untuk lebih kreatif menghasilkan produk, memperluas pangsa pasar, dan menjadi stepping stone yang menarik untuk Indonesia Emas 2045.

Membantu membuka pasar internasional

Ganjar-Mahfud MD melihat ekonomi digital lokal berpotensi lebih besar lagi, hal ini dinilai dari banyaknya potensi bisnis lokal yang bisa diekspansikan ke ranah regional dan global. Pemerintahan Ganjar-Mahfud MD nantinya ingin mendorong lebih banyak kerja sama internasional untuk membuka lebih luas peluang tersebut — misalnya mempererat kerja sama bilateral antarlembaga [keuangan, pertanian dll] agar inovasi dari Indonesia dapat dipasarkan di sana.

Sofian mencontohkan, kerja sama yang dibentuk bisa seperti kemitraan Indonesia-Singapura melalui Block71, di sana ada sharing pengetahuan, membuka pasar bersama, dan kolaborasi inovasi. Termasuk mengajak lebih banyak pengembang untuk unjuk gigi di berbagai ajang bergengsi internasional di bidang teknologi.

“Jadi membuka dan terhubung dengan ekosistem global, dengan tetap melindungi ekosistem yang ada di Indonesia. Kebijakan tidak akan terlalu mempersulit yang dari luar untuk masuk, namun memastikan yang di lokal bisa memiliki daya saing. Investasi pun juga akan terus diperdalam, dengan memberikan opsi pendanaan yang lebih beragam untuk pemain industri,” kata Sofian.

Sofian melanjutkan, “Pak Ganjar paham betul bahwa ekonomi digital tidak hanya yang berbentuk fisik, tapi juga nonfisik. Sehingga kita ingin menanamkan mindset bahwa solusi digital sejak awal didirikan harus bisa memiliki target untuk melayani pasar global.”

Disclosure: Artikel ini adalah bagian serial liputan Pilpres RI 2024 yang mencakup visi ekonomi digital setiap kandidat

Leontinus Alpha Edison Jabarkan Visi Ekonomi Digital Pasangan “AMIN”

DailySocial.id berkesempatan secara eksklusif mewawancara Co-Founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison yang saat ini juga menjadi Co-Captain dalam Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN).  Bahasan utama pada sesi ini membedah visi-misi tim AMIN dalam ekonomi digital Indonesia.

Mengawali perbincangan, Leon menjelaskan dua alasan mengapa ia akhirnya memutuskan gabung ke Timnas AMIN. Pertama, ia merasa sejalan dengan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dalam kaitannya dengan prinsip pemerataan, tentang menciptakan tatanan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur bagi semua kalangan.

“Ini sejalan dengan prinsip dan filosofi yang saya percayai saat membangun Tokopedia bareng William (Tanuwijaya). Kami ingin mengusahakan pemerataan di Tokopedia, hingga saat ini sudah berhasil meng-cover 99% kecamatan di seluruh Indonesia […] Bayangkan jika effort pemerataan ini tidak hanya dilakukan di perusahaan, tapi skalanya lebih besar di tingkat negara, saya yakin dampaknya akan menjadi lebih masif dan luas,” ujar Leon.

Kedua, prinsip kolaboratif yang selalu dijunjung tinggi. Kendati sangat filosofis, hal ini dinilai sejalan dengan apa yang dituangkan dalam Tokopedia, di mana semuanya bisa sebesar sekarang karena adanya kolaborasi. Ia mencontohkan, saat mendirikan Tokopedia ia berkolaborasi bersama William selaku co-founder, setelah Tokopedia jadi harus bermitra dengan merchant, lalu biar transaksi lancar harus bermitra dengan bank atau lembaga finansial lainnya, sampai berkolaborasi dengan regulator untuk mendorong lebih banyak UMKM go-digital.

Semangat kolaborasi ini dirasakan Leon saat bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, yang dipimpin Anies Baswedan. Melalui inisiatif Plus Jakarta yang diikuti, ia melihat betul bagaimana proses kolaborasi antarstakeholder dalam memajukan UMKM hingga berhasil terdigitalisasi dan melihat langsung dampak perkembangannya.

Pandangan tentang ekosistem digital

Leon melihat bahwa saat ini digitalisasi sudah mulai mengubah mindset, dari ekonomi yang tersentralisasi menjadi terdistribusi. Ia mencontohkan, saat ini banyak startup yang mengakomodasi berbagai keperluan di berbagai tingkatan masyarakat — bahkan tidak sedikit yang mendapatkan perkembangan signifikan dari situ, Tokopedia salah satunya.

“Kunci dari ekonomi digital itu semangat kolaborasi. Yang terjadi, banyak sekali masyarakat (pelaku UMKM) di kota kecil yang tidak memiliki waktu dan sumber daya sebesar korporasi, karena adanya digitalisasi dan kolaborasi kini bisnis mereka bisa menjangkau konsumen potensial yang sama tapi dengan sumber daya yang ada,” kata Leon.

Ekonomi digital juga menjadi semakin penting ketika sekarang Indonesia telah menjadi pasar utama dan tujuan investasi utama di Asia Tenggara. Terbukti dengan banyaknya use case digitalisasi yang dapat didukung dan mendapatkan antusias dari pasar, mulai dari bidang pemberdayaan UMKM, pertanian, perikanan, keuangan, dan sebagainya. Leon juga menilai kepercayaan investor makin besar, dilihat dari banyaknya yang mengeksplorasi dan memberikan pendanaan bagi para founders di Indonesia.

“Saya percaya, ekonomi digital di Indonesia akan membuka pemerataan ekonomi, terutama bagi masyarakat kecil. Cukup banyak teman-teman startup yang bertahan dan bersinar saat pandemi Covid-19 sekaligus mendukung banyak pelaku ekonomi untuk tetap bisa berjalan. Ketika Covid-19 mereda, startup ini juga tidak mundur, mereka mampu beradaptasi dan akhirnya tetap bisa jalan sampai sekarang […] Dengan segala up and down-nya, ekosistem digital Indonesia is still going strong,” ujar Leon.

Tantangan terbesar di ekonomi digital

Infrastruktur dinilai masih menjadi tantangan mendasar ketika Indonesia hendak meningkatkan ekonomi digitalnya. Permasalahan ini sekali lagi terletak pada pemerataan. Di kota besar, kualitas internet sudah sangat layak, sementara di area 3T konektivitas sulit dan mahal.

Tantangan kedua menurut Leon adalah ketersediaan talenta digital yang mumpuni. Upaya yang perlu dilakukan dengan mengarahkan dan mendukung minat di sisi STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) untuk melahirkan lebih banyak pakar di bidang teknologi digital. Dan ketersediaan talenta ini juga harus dipastikan tidak hanya terpusat di kota besar saja.

Terkait dengan pendidikan STEM, menurut tim AMIN upaya yang perlu diperbaiki dari hulu ke hilir. Maka peningkatan kualitas sistem pendidikan wajib menjadi perhatian, salah satu yang paling utama dilakukan saat ini adalah peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru. Pemerintah perlu mengakomodasi program upskilling bagi para pengajar, agar bisa menghasilkan lulusan terbaik di bidangnya.

“Berbicara tentang pendidikan, kita tahu Indonesia itu akademis banget. Maka yang harus dilakukan adalah meningkatkan pendidikan karakter, salah satunya untuk mempersiapkan agar orang bisa lebih mandiri — seperti dengan menanamkan karakter long life learner, critical thinking, problem solving […] Dari sini selanjutnya mereka secara pribadi akan memiliki kemauan mengeksplorasi, karena karakternya sudah terbangun,” jelas Leon.

Soal talenta ini Leon juga mengatakan bahwa penguatan pendidikan vokasi yang mengarah ke STEM juga perlu ditingkatkan. Hasilnya dinilai akan banyak mengakselerasi digitalisasi di berbagai level.

Masalah ketiga yang disebutkan terkait keamanan siber (cybersecurity). Ini adalah tentang kebijakan dan kemampuan pemerintah dalam merumuskan beleid pengamanan data, perlindungan privasi, juga memastikan ekosistem digital menjadi tempat yang aman bagi semua kalangan masyarakat.

Dan permasalahan terakhir yang turut disinggung adalah dukungan dari pemerintah. Pemerintah dinilai harus lebih cepat dan sigap dengan tren terbaru, sehingga proses regulasi juga bisa secepat dan agile seperti para inovator. Dipahami bahwa pemerintah kadang tidak bisa langsung tahu semua isu yang ada di lapangan, sehingga tantangan ini hanya bisa dipecahkan dengan menggalang kolaborasi yang intens dengan berbagai pihak.

Ekonomi digital yang lebih inklusif

Selain penguatan infrastruktur, memastikan internet bisa diakses oleh semua kalangan dan dimanfaatkan dengan benar, yang ingin digalakkan oleh tim AMIN adalah transformasi digital. Transformasi ini akan dimulai dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya digitalisasi dari sisi internal pemerintah. Dimulai dari pelayanan publik yang bisa lebih di-monitor agar bisa selalu diawasi dan dapat ditingkatkan. Mindset transformasi digital ini akan ditanamkan di seluruh tubuh jajaran pemerintahan.

Kemudian pemerintah AMIN nantinya juga ingin mendorong transformasi digital secara menyeluruh di seluruh lapisan bisnis. Termasuk mendorong berbagai korporasi besar lokal agar tidak terlena dengan “business as usual”, melainkan harus peka terhadap dinamika yang ada di pasar. Termasuk untuk mendorong digitalisasi ke usaha mikro, seperti mengajarkan petani untuk memanfaatkan aplikasi cuaca agar bisa mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.

“Supaya lebih inklusif, mantra pentingnya adalah kolaboratif. Saya belajar banyak dari tim AMIN, salah satu wejangan yang pernah saya dengar bahwa pemerintah juga berubah, ini terkait prinsip pemerintah dalam mengelola Indonesia. Dulu pemerintah kesannya seperti menjadi yang mendayung dan pemeran utama dalam sebuah perahu. Tapi seiring berjalan waktu pemerintah menjadi pengemudi, yang di belakang (stakeholder lain) yang mendayung. Pada dasarnya pasti ada effort dari pemerintah, tapi terbuka seluasnya untuk semua kalangan untuk turut andil berkolaborasi,” kata Leon.

Strategi taktis

Leon menyatakan bahwa jika AMIN dipercayakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden, mereka sadar kepemimpinan tidak berarti memiliki pengetahuan mutlak. Oleh karena itu, dalam merancang regulasi ke depan, mereka akan mengadopsi kebijakan berbasis prinsip (principle based policy) yang melibatkan para pemangku kepentingan, menghindari keputusan impulsif, dan mengurangi peraturan yang terlalu rinci sehingga tidak menghambat eksekusi. Meskipun terdengar sederhana, penerapannya membutuhkan komitmen untuk merubah mindset kita bersama.

Agar iklim investasi ke ekonomi digital juga terus mengalir, yang akan diupayakan AMIN adalah memastikan regulasinya mudah dan memberikan kepastian hukum. Ini pun harus ditunjang dengan ketersediaan sumber daya lokal yang memadai (termasuk talenta salah satunya), sehingga Indonesia dapat memberi nilai jual lebih kepada para investor tersebut.

“Kita harus terus mendorong founder startup yang lebih berkualitas. Bukan hanya sekadar menyontek dari luar, tapi juga benar-benar bisa memecahkan masalah […] Angan-angan saya lima tahun ke depan banyak founder yang berkembang dan makin banyak startup yang IPO. Bagi saya ini realistis untuk diwujudkan,” ujar Leon.

Disclosure: Artikel ini adalah bagian serial liputan Pilpres RI 2024 yang mencakup visi ekonomi digital setiap kandidat

Masih Dini, Pasar Apotek Online Berpotensi Tinggi

Kesadaran gaya hidup sehat telah menjadi pendorong utama di balik pertumbuhan sektor ritel farmasi. Menurut hasil temuan Ken Research, pasar ritel farmasi Indonesia diperkirakan akan tumbuh pada CAGR 1,5% berdasarkan pendapatan penjualan selama 2019-2025.

Ada beberapa faktor dari kenaikan ini, yakni jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) terus bertambah. Per 31 Desember 2019, jumlahnya mencapai 224 juta orang dan telah melampaui 83% dari total penduduk Indonesia.

Di samping itu, obat generik banyak digunakan sebagai alternatif obat paten yang harganya mahal, akibat bahan baku mayoritas diimpor. Alhasil melalui program JKN, pemerintah mengatur harga agar obat terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Bila dilihat dari angka harapan hidup orang Indonesia pada 2019 adalah 71,59 tahun, meningkat dari 0,25% pada 2018. Statistik ini mencerminkan cara yang lebih baik untuk mengendalikan penyakit menular dan fasilitas medis yang lebih baik, pada akhirnya menyebabkan peningkatan usia rata-rata penduduk Indonesia.

Sedangkan, makin menuanya umur seseorang turut dipengaruhi oleh meningkatnya pengeluaran untuk perawatan kesehatan. Dengan meningkatnya populasi usia tua, penjualan obat-obatan di dalam negeri juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Untuk meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan, hampir semua rantai ritel farmasi besar mulai menawarkan produknya melalui portal online, tak terkecuali pemain startup. Meski apotek online mungkin belum terlalu populer di Indonesia, pandemi kemarin membuka pintu lebar-lebar bagi bisnis ini. Lambat tapi pasti, dampak kehadirannya mulai terasa.

Tak sekadar kemudahan dan kecepatan dalam membeli obat, ada banyak isu genting yang tengah diselesaikan oleh pemain digital dengan pendekatan digital pula. Di antaranya, rantai pasok dan keaslian produk farmasi. Lifepack adalah salah satu contoh startup yang mencoba menangkal isu tersebut.

Startup yang dirintis oleh eks petinggi Tiket.com, Natali Ardianto, menyampaikan tantangan dunia farmasi di Indonesia masih dihadapi oleh obat palsu. Dari data yang ia kutip, bahkan sebanyak 25% dari total pendapatan penjualan obat nasional adalah sumbangsih dari penjualan obat palsu yang masuk ke Indonesia secara ilegal dan tidak memiliki tanda BPOM.

“Kondisi ini membuat rasa percaya konsumen untuk beli sesuatu secara online jadi rendah karena mereka takut barangnya tidak asli. Tantangan ini sama seperti saat memulai Tiket.com dulu, banyak yang bertanya ini penipuan atau enggak. [Tantangan] ini umum banget bagi perusahaan teknologi untuk adopsi di pasar yang masih early adopter ini,” terangnya kepada DailySocial.id.

Masih dari laporan yang ia kutip, pada 2025, industri farmasi di Indonesia diprediksi akan tumbuh dua kali lipat dengan estimasi nilai pasar mendekati $20 miliar. Apotek online hanya mencakup 3,5% dari total angka tersebut.

Dia juga menekankan permasalahan yang paling mengakar di industri farmasi itu bukan karena kekurangan jumlah apotek dan distributor, melainkan sistem rantai pasoknya yang tidak efisien. Ambil contoh, apotek yang berlokasi di rumah sakit atau klinik sangat mudah untuk menebus resep dari dokter di rumah sakit tersebut. Apotek pun mudah untuk menyetok suplai obat-obat dengan frekeuensi penjualan yang tinggi.

Kondisi sebaliknya, justru sangat sulit bagi konsumen bila menebus obatnya di luar lingkaran rumah sakit di mana resep itu dibuat. Alasannya karena beragamnya merek farmasi yang beredar untuk satu molekul. Sementara pada umumnya, dokter itu menuliskan resep bukan dari molekul tapi dari mereknya.

“Jadi apotek di rumah sakit itu suplai produknya berdasarkan apa yang sering ditulis dokter. Bagaimana dengan apotek kecil di luar rumah sakit? Itu yang kita coba selesaikan masalahnya.”

Co-Founder & President Director of Alodokter Suci Arumsari sepakat bahwa bisnis apotek online ini berpotensi besar dalam meraih pasar yang semakin mengadopsi belanja online. Tantangan yang perlu diatasi, seperti kepatuhan regulasi terkait penjualan obat, membangun kepercayaan konsumen terhadap kualitas dan keamanan produk, dan persaingan dengan pemain besar.

Sebagai catatan, Alodokter menjadikan layanan telemedisin sebagai bisnis utamanya yang dilengkapi dengan ekosistem pendukungnya, salah satunya apotek online Aloshop yang sudah diperkenalkan sejak 2021. Perusahaan bekerja sama dengan mitra apotek dan kurir last-mile untuk pengantarannya.

Dalam membangun kepercayaan, Alodokter melakukan sejumlah langkah preventif untuk meminimalisir pelanggaran. Misalnya, untuk penjualan obat non-OTC yang memerlukan resep dokter, maka setiap pembelian obat di Aloshop akan diverifikasi secara ketat. Resep yang diunggah untuk dibeli, akan diverifikasi lagi oleh tim dokter di Alodokter.

“Hal ini bisa mencakup validasi apakah obat yang diresepkan sudah sesuai dengan kondisi medis pasien atau tidak, apakah obat tersebut memang bisa ditebus secara online atau tidak (karena ada beberapa obat yang tidak bisa dibeli secara online) dan sebagainya. Kami juga terus edukasi ke pengguna tentang pentingnya resep dokter untuk obat-obatan tertentu,” terang Suci.

Pengambilan suplai stok di Aloshop berasal dari jaringan mitra apotek resmi, seperti Century, Apotek K24, Watsons, dan Viva Medika. Jaringan yang luas ini memungkinkan Aloshop dapat diakses dan melakukan pengantaran untuk para penggunanya di seluruh Indonesia.

Isu rantai pasok

Natali melanjutkan, sebagai pemain apotek online, tidak efisiennya rantai pasok di industri farmasi ini dilatarbelakangi oleh regulasi yang berlaku. Setiap apotek itu setidaknya harus bekerja sama dengan 80-100 distributor. Distributor itu biasanya mengambil inventarisnya dari beberapa pabrik.

Masalah berikutnya, jika apotek tersebut berbentuk jaringan, seperti K24. Maka setiap outletnya yang tersebar di tiap kota itu harus cari distributor farmasi yang ada di masing-masing kota dan harus membentuk badan hukum sendiri. Regulasi juga tidak memperbolehkan apotek di suatu kota membeli suplai dari kota lain.

Lifepack

“Karena dari dulu cara kerja distributor itu akuisisi apoteknya menggunakan sales. Di tiap kota itu ada tim sales masing-masing dan punya target masing-masing. Jadi purchasing-nya tidak ter-centralized, negosiasi diskon di masing-masing titik makanya tidak efisien. Ketidakefisiensinya ini sangat luar biasa. Industri farmasi paling terlambat [adopsi teknologi].”

Untuk mengatasi isu besar ini, Lifepack mengakuisisi perusahaan distributor Tetama (PT Global Logistic Medika) pada September 2022. Tetama adalah perusahan distributor farmasi online yang mendistribusikan obat & suplemen kesehatan. Perusahaan inilah yang menangani rantai pasok untuk apotek Lifepack dan pebisnis apotek.

Melalui solusi one-click purchase, Tetama ingin mempermudah pebisnis farmasi dalam pemesanan produk. Mereka dapat mengisi stok produk dari berbagai manufaktur secara lebih mudah tanpa perlu membuat banyak surat pemesanan, belum lagi untuk dapat diskon, harus negosiasi yang panjang.

Fitur ini dapat diakses berkat integrasi API Tetama dengan VMedis, software dengan fitur stok dan pengadaan anti-bocor (pencegah kecurangan). Data terakhir menyebut, terdapat lebih dari 2.900 apotek dan klinik di dalam jaringan VMedis.

Tetama sendiri memberikan jaminan stok lengkap, mulai dari obat resep, obat yang dijual bebas (OTC), suplemen, vaksin, produk kecantikan, hingga fast moving consumer goods (FMCG). Ditambah, telah mengantongi sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), Cold-Chain Product (CCP), BPOM, Alat Kesehatan, dan lainnya demi menjaga kualitas produk yang optimal selama proses distribusi.

Selain kemudahan inventaris barang, software Tetama juga memudahkan apotek dalam pencatatannya berdasarkan kode batch kedaluwarsa. “Tanggal expire itu harus dicatat satu-satu, first expire first out. Jadi pergerakan barangnya sesuai tanggal expire. Ketika terima barang, sekarang tinggal masuk ke rak saja.”

Disebutkan, ada 500 apotek, klinik, dan RS yang pakai solusi dari Tetama di Lifepack. Lifepack memiliki empat apotek yang tersebar di Jakarta, Cakung, Bandung, dan Surabaya. Walau disebut apotek, sebenarnya sangat berbeda dengan kebanyakan apotek offline lainnya. Lantaran apotek ini berada di area pergudangan sehingga tidak menerima pembelian langsung oleh konsumen.

“Segmentasi konsumen kami berbeda, kami hanya menyasar pasien penderita penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi yang harus konsumsi obat setiap hari. Jadi beli obatnya berkala lewat kita. Dengan fokus ke sana, jadi servis kami lebih detail dan spesifik. Sebelum obat habis, biasanya kita selalu ingatkan mereka.”

Pasien penyakit kronis ini, menurut data Riskesdas 2018 (Riset Kesehatan Dasar), jumlahnya 20% dari total pasien se-Indonesia. Tapi biaya yang harus mereka keluarkan, lebih tinggi sampai 70% karena harga obat yang dibeli tergolong mahal.

Selain menawarkan pelayanan yang ekstra untuk pasien penyakit kronis, Lifepack memiliki aplikasi Lifepack for medic, untuk suster dan dokter. Di aplikasi tersebut, dokter dapat langsung menulis resep untuk pasiennya. Pasien tidak perlu antre untuk menebus resepnya karena obatnya dikirim oleh Lifepack. Dokter juga bisa melihat apakah pasien tersebut menebus obatnya atau tidak. Sebanyak 2 ribu dokter spesialis telah menggunakan solusi ini.

“Lifepack juga ada aplikasi untuk end-user tapi itu bukan main activity kita.”

Prospek positif

Bagi Natali, industri farmasi akan mendominasi di dunia kesehatan. Di negeri maju, seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, bahkan India, penggunaan apotek online sudah de-facto sudah umum. “Di Cina, orang langsung ke apotek karena ada screen untuk konsultasi online dengan dokter dan bisa langsung tebus obat. Apotek digital akan jadi sesuatu yang biasa.”

Dia melanjutkan, “Industri farmasi ini challenging karena ubah budaya itu butuh waktu lama dan harapan saya dukungan dari semua pihak itu sangat membantu kita semua.”

Untuk itu, Lifepack, melalui Tetama, akan terus menggenjot kinerjanya agar distribusi farmasi dapat makin merata ke seluruh titik di Indonesia. Dengan demikian konsumen mau di manapun mereka dapat mengakses obat dengan harga yang sama di Jakarta, tanpa harus beli dari negara tetangga.

Diklaim saat ini kontribusi bisnis dari apotek Lifepack dan Tetama imbang, yakni 50:50. Kontribusi dari Tetama ditargetkan akan melaju lebih jauh karena ke depannya semakin banyak software apotek yang akan bergabung untuk melakukan pembelian suplai farmasi secara lebih efisien.

“Kami pasang harga tidak jauh dari HET (harga eceran tertinggi), tetap kompetitif karena ada pemain lain yang pasang di atas 20%-30% dari HET. Mimpi kita ingin beri harga jauh lebih murah, tapi efisiensi meningkat terus. Karena semakin banyak volume yang dibeli, diskon [dari distributor] makin banyak, jadi harga jual bisa diturunkan.”

Partner Antler Indonesia Agung Bezharie Hadinegoro menyampaikan secara umum healthtech di Indonesia masih memiliki kesenjangan yang perlu diatasi. Di saat yang sama, di ranah regional, Indonesia selalu menjadi pasar penting yang banyak mewakili lahirnya kesempatan baru.

Adanya founder startup yang memiliki ketertarikan di sektor ini dapat menjadi peluang besar untuk mengisi kekosongan tersebut. Dalam menyikapi inovasi di sektor ini, perlu disadari bahwa sebagian besar ide berasal dari inisiatif atau pain point yang dialami oleh para founder sendiri.

“Upaya kami terfokus pada mendengarkan cerita di balik motivasi mereka untuk terlibat dalam sektor kesehatan, serta bagaimana mereka ingin memberikan solusi terbaik kepada target pengguna. Keunggulan dari pendekatan ini, solusi yang dihasilkan cenderung lebih relevan dan dapat langsung mengatasi permasalahan konkret dalam dunia kesehatan,” kata Agung.

Sejauh ini, Antler belum memiliki dana kelolaan khusus untuk sektor ini karena pendekatannya masih secara agnostik. Namun, ketika melihat portofolio perusahaan yang telah dihasilkan oleh Antler, terlihat banyak founder yang memiliki passion yang menarik di healthtech.

“Hal ini mungkin menunjukkan bahwa, meskipun tidak ada fokus secara eksplisit, tetapi potensi dan minat dalam sektor ini tetap ada.” Adapun portofolio Antler di Indonesia khusus healtech adalah CareNow, Healthpro, Qalboo, Sesama Care, dan Ziwa.

Framework Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia Menurut Capres-Cawapres RI 2024

Bagaimana pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia melihat pentingnya sektor ekonomi digital? Dalam acara “Indonesia Digital Summit 2023” yang diselenggarakan oleh APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) pada Selasa, 28 November 2023, tim sukses memaparkan visi-misi ekonomi digital masing-masing calon.

DailySocial.id mencoba merangkum hal-hal yang disampaikan secara lisan dan dalam presentasi secara verbatim untuk menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca sekalian.

Timses Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN)

Timses AMIN diwakili Wijayanto Samirin. Dalam pembukaannya, ia menjelaskan paradoks yang ada di Indonesia saat ini. Ia membawa sejumlah contoh, misalnya beda nasib antara siswa di Jakarta yang bisa mendapatkan konektivitas internet sampai 50Mbps dan siswa di Flores yang hanya bisa terlayani dengan koneksi 5Mbps.

Kemudian juga tentang seorang pedagang di Jakarta yang mampu meraup untung besar dengan memanfaatkan platform e-commerce, sementara ada pedagang lain di Jawa Tengah yang susahnya justru terpuruk akibat konsumennya beralih ke layanan e-commerce.

“Yang ketiga, saya ingin bercerita tentang Deri, seorang investor muda dan sukses karena berinvestasi itu gampang, memantaunya bisa kapan pun menggunakan fintech legal. Sementara di Jawa Barat belum lama ini banyak guru honorer terjerat pinjol ilegal yang membuat hidupnya justru makin merana,” ujar Wijayanto.

Disparitas ini, menurut Wijayanto, membuat ekonomi digital tidak bisa dirasakan menyeluruh oleh semua lapisan masyarakat. Berangkat dari semangat tersebut, AMIN meyakini bahwa Indonesia Emas 2045 tidak hanya tentang pencapaian GDP per kapita US$30 ribu, tapi tentang Indonesia yang satu kemakmuran.

“Bayangkan ketika kita mendarat di ujung Papua, di Kalimantan, Aceh, Jawa bisa merasakan bahwa kita sedang tinggal di Indonesia, karena infrastruktur sama, fasilitas kesehatan yang dirasakan juga sama,” imbuhnya.

Melihat ekonomi digital yang tidak bisa dihentikan perkembangannya, AMIN meyakini bahwa ekonomi digital perlu menjadi sebuah mindset yang harus hadir di semua kebijakan. Mereka tidak ingin menganggap ekonomi digital sebagai sektor belaka, namun sebagai sebuah mindset pembangunan, dan menjadikan kolaborasi sebagai landasan untuk menyiasatinya.

Strategi AMIN

Timses AMIN membagi agenda strategi menjadi dua jenis kebijakan, yakni kebijakan umum dan kebijakan per fokus sektor.

Terkait kebijakan umum, berikut 5 poin yang akan menjadi agenda utama AMIN dalam menyongsong kemajuan ekonomi digital:

  • Menghadirkan kepastian regulasi yang memfasilitasi inovasi. Salah satu upaya yang akan dilakukan ialah menindak dan memberikan sanksi tegas kepada pinjol Di sisi lain, regulasi juga akan didesain agar memberikan fasilitas atau koridor untuk para inovator. Kuncinya dengan mendengar mereka yang terlibat langsung di lapangan.
  • Memperbaiki suplai talenta digital dan literasi digital masyarakat. Literasi digital dianggap menjadi fondasi penting, agar masyarakat bisa melindungi dirinya terhadap risiko yang timbul akibat perkembangan ekonomi digital.
  • Mendorong korporasi/UKM Indonesia berdaya di dalam dan luar negeri. Ini arahnya pada kebijakan perlindungan yang memfasilitasi, pemerintah harus mampu mendukung pertumbuhan pemain lokal tanpa menyetop kompetisi yang hadir dari pemain global.
  • Memastikan pemerataan akses dan kualitas layanan digital di Indonesia. Memastikan layanan internet dan infrastruktur digitalisasi dapat diakses secara merata dengan harga yang sama.
  • Mendongkrak mindset digital di kalangan pemerintah, baik pusat dan daerah.

Berikut ini poin-poin agenda strategis yang akan dilakukan AMIN untuk meningkatkan ekonomi digital dari 5 sub-sektor utama, yakni on-demand, e-commerce, infrastruktur digital, fintech, dan media & entertainment.

Agenda Strategis Ekonomi Digital AMIN / APINDO

“Kita weekend asyik belanja di e-commerce, tapi yang di Papua mikir ongkos kirimnya mahal. Jadi kita harus mendorong equity dengan akses yang setara […] Banyak orang bertransaksi e-commerce tapi tidak punya catatan keuangan. Sebenarnya catatan dari e-commerce bisa digunakan sebagai tools untuk mengajukan kredit di perbankan,” ujar Wijayanto menjelaskan salah satu aspek di sektor e-commerce yang akan diupayakan AMIN.

Agenda Strategis Ekonomi Digital AMIN / APINDO

Timses Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka

Timses Prabowo-Gibran diwakili Budiman Sudjatmiko. Dalam presentasinya, ia memulai dengan bercerita tentang sebuah realitas yang belum lama ini terjadi dan menjadi cerminan umum masyarakat Indonesia terhadap digitalisasi.

“Seorang anak 10 tahun di Pekalongan bunuh diri karena ditegur orang tuanya, handphone-nya diminta […] Sebuah keluarga religius dan bukan keluarga miskin. Ini memperlihatkan bahwa kita masih banyak PR panjang untuk membangun mental manusia Indonesia hidup di era digital. Dan kita tahu perkembangan era digital eksponensial,” ujarnya.

Kemudian Budiman bercerita tentang dua negara yang saat ini superpower dalam ekonomi digital, yakni Amerika Serikat dan Tiongkok. Peran teknologi dan digital penting dalam membawa kedua negara tersebut untuk maju. Di AS, jika tidak ada Silicon Valley di era manufaktur, kemungkinan besar AS kalah saing dengan Jerman atau Jepang yang manufakturnya lebih maju saat itu. Sementara di Tiongkok minat besarnya dalam mengembangkan teknologi nano, quantum, hingga biotech juga membawanya menjadi negara maju seperti saat ini.

Strategi Prabowo-Gibran

Budiman menjelaskan, salah satu kunci arsitektur ekonomi digital, yakni mengubah pola pikir dari sekadar mengutamakan “layanan” menjadi “pengalaman”. Menurutnya, jika hanya berfokus pada penciptaan layanan saja, adopsinya hanya terbatas ke 2-3 indra manusia. Sementara jika bisa menyentuh aspek pengalaman, maka bisa digitalisasi itu bisa berpengaruh langsung ke dalam otak pengguna ketika mereka berinteraksi dengan layanan digital itu sendiri.

“Dan kemenangan dalam race industri digital bergantung pada kecepatan kita memasukkan pengalaman tersebut ke dalam setiap aspek digitalisasi,” ujar Budiman.

Selain mencoba mengalihkan fokus ke pengalaman, ada hal yang juga ingin digeser pemahamannya. Disampaikan Budiman, selama ini kebanyakan dari kita menganggap dunia digital sebatas aplikasi — padahal untuk bisa benar-benar menguasai dunia tersebut, dibutuhkan penguasaan ke lapisan lainnya, termasuk perangkat keras dan jaringan. Optimalisasi antara aplikasi, jaringan, dan perangkat keras ini harus menjadi pertimbangan penting untuk strategi digitalisasi ke depan.

Adapun konkretnya, metodologi yang akan diaplikasikan adalah “community driven innovation”, yakni dengan mendorong semua stakeholder dalam ekosistem digital untuk bekerja sama dalam menciptakan iklim inovasi yang sehat. Jika nantinya menang, pemerintahan Prabowo-Gibran ingin mendorong inovasi bisnis sekaligus mengurasi kesenjangan pengetahuan. Kesenjangan pengetahuan ini ditekankan, mengingat menurut Budiman saat ini kita berada di dalam knowledge-based economy.

Stakeholder dalam ekonomi digital yang harus dioptimalkan / APINDO

“Ini juga menyangkut supply and demand. Di sisi supply kita bisa mencetak talenta digital (developer, AI engineer dll) ini semua masalah teknis. Tapi di sisi demand, kita harus bisa menciptakan pasar, dan ini soal politik,  bahkan geopolitik. Ini juga soal ekonomi, bahkan geoekonomi,” imbuh Budiman.

Secara khusus ada 5 tujuan dan sasaran utama timses Prabowo-Gibran dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi digital, yakni:

  • Penciptaan nilai tambah ekonomi.
  • Keamanan data.
  • Keadilan akses.
  • Peningkatan kecerdasan kolektif.
  • Peningkatan penguasaan teknologi.

Untuk mewujudkan misi tersebut, Prabowo-Gibran meyakini bahwa inisiatif pertama harus dimulai dengan membuat “wadah analog”. Hal ini akan didesain dengan penuh kehati-hatian, karena tanpa penanganan yang tepat dapat memberikan dampak sosial, ekonomi, politik yang kurang relevan bagi Indonesia sebagai bangsa. Oleh karenanya, pembentukan IKN (Ibu Kota Negara) menjadi penting sebagai wadah analog yang nantinya menjadi pusat dari ekosistem digital tersebut.

Nantinya akan dibangun 10 kota inovasi yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia – dengan masing-masing kota akan memiliki fokus mendalam pada penelitian dan pengembangan di bidang tertentu. Tidak hanya itu, 10 kota virtual (metaverse) juga direncanakan untuk mendukung masa depan ekonomi digital. Kota-kota tersebut dibaratkan menjadi planet yang akan berkeliling di tata surya, dengan IKN sebagai mataharinya.

Optimasi IKN sebagai wadah analog inovasi berbasis teknologi di Indonesia / APINDO

Budiman cukup yakin bahwa inisiatif ini bisa berjalan, karena ia melihat sumber daya manusianya pun sebenarnya sudah siap. Banyak lulusan luar negeri yang kurang terutilisasi ketika pulang ke Indonesia – nantinya mereka akan diarahkan untuk menjadi bagian dalam pengembangan ekosistem digital ini.

Untuk membuat kota-kota ini berkelanjutan, sejumlah model bisnis juga sudah dirancang. Beberapa di antaranya dalam bentuk bisnis berbasis lahan, aktivitas, inovasi, dan penyaluran. Total investasi untuk membangun ekosistem ini diproyeksikan mencapai Rp125 triliun atau setara $8,6 miliar dengan proyeksi ROI mencapai Rp230 triliun atau $15,9 miliar dalam 10 tahun. Dan inisiatif ini ditaksirkan akan menyerap lebih dari 2,8 juta tenaga kerja lokal.

Setiap kota diestimasi akan membutuhkan investasi hampir $1 miliar, dengan perincian $557 juta untuk pengembangan infrastruktur dan $460 juta untuk fasilitas pendukung. Nantinya ada 5 goals utama yang akan dicapai, guna memastikan Indonesia terdepan dalam bidang: semiconductor, energy storage, quantum AI, biotech, dan nanotech.

Untuk penyerapan pasarnya, optimasi pasar di kalangan desa (dengan dukungan dana desa), koperasi, dan 128 juta masyarakat di Indonesia diharapkan bisa menjadi eraly-adopter dari produk/layanan inovasi digital tersebut.

Soal pengembangan sumber daya manusia, beberapa isu yang ingin diselesaikan. Mulai dari kecakapan berbahasa Inggris, kepercayaan diri dan mentalitas, kemampuan komunikasi, dukungan perangkat, peran serta pemerintah, kultur, hingga kemampuan teknologi terbaru. Penanganan tantangan ini akan direalisasikan dalam 87 program, di antaranya program joint-degree kampus lokal dan internasional, program nutrisi ibu hamil, sekolah unggulan di setiap kabupaten, dan sebagainya.

Timses Ganjar Pranowo dan Mahfud MD

Mengawali presentasi berjudul “Ekonomi Digital sebagai Generator Pertumbuhan Menuju Indonesia Maju”, Renard Widarto yang mewakili timses Ganjar-Mahfud membahas potensi nilai ekonomi digital Indonesia yang begitu besar.

Mengutip data KemenkopUKM, nilai ekonomi digital negara kita pada tahun 2023 diproyeksikan mencapai Rp4.531 triliun. Divalidasi data Google, Temasek, Bain&Company, nilai ekonomi tersebut setara 40% dari total transaksi digital di Asia Tenggara. Sehingga potensi ini tidak bisa dipandang sebelah mata dan harus dioptimalkan sebagai kekuatan ekonomi baru yang mendorong perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Strategi Ganjar-Mahfud

Dibantu kalangan muda yang telah terjun ke dalam industri digital, tim pemenangan nasional Ganjar-Mahfud merumuskan terdapat 4 aspek yang akan menjadi landasan strategi dalam visi-misi mereka menggarap kekuatan ekonomi baru ini, sebagai berikut:

  1. Aspek Sumber Daya Manusia.

Renard menyampaikan, terkait SDM ada dua filosofi penting yang harus dicermati. Pertama terkait upaya mendorong literasi digital masyarakat. Menurutnya caranya hanya satu, yakni dengan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Tindakan afirmatif yang dilakukan harus bisa meningkatkan indeks capaian (misalnya skor PISA) – dan timses Ganjar-Mahfud telah merancang program untuk menggratiskan pendidikan dari PAUD s/d SMA, plus satu keluarga miskin satu sarjana.

Filosofi kedua fokus untuk mendorong dan memfasilitasi agar anak bangsa bisa memiliki penguasaan terhadap ilmu di bidang digital dan teknologi informasi. Tujuannya mencetak lebih banyak ahli di bidang kecerdasan buatan, keamanan digital, dll dengan kaliber global. Dalam mendorong inisiatif ini, Ganjar-Mahfud akan mengoptimalkan fungsi riset, dengan mengalokasikan anggaran untuk riset minimal 1% dari PDB.

“Hari ini kita boleh prihatin karena jumlah periset kita, dalam rasio satu juta penduduk, kurang lebih hanya 1/6 dari pada Malaysia. SDM cerdas dan ahli digital tidak bisa ditawar lagi, karena ini harus menjadi satu rangkaian dalam menyiapkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia agar optimal,” ujar Renard.

  1. Infrastruktur Digital

Dalam aspek ini Renard juga menerangkan ada dua hal penting yang menjadi perhatian. Pertama terkait dengan internet yang harus mudah, murah, dan cepat – ia mengatakan dengan tagline “SEMBAKO” (Semua Bisa Konek). Ditinjau dari kecepatan rata-rata, internet di Indonesia masih kalah jauh dibanding dengan sejumlah negara tetangga. Sehingga ini penting untuk menjadi perhatikan khusus pemerintah mendatang, tentang bagaimana mengoptimalkan layanan internet – yang mana menjadi kebutuhan mendasar dalam ekonomi digital.

Gambaran kondisi dan kebutuhan infrastruktur digital Indonesia / APINDO

Kedua adalah soal data center. Saat ini kapasitas yang dimiliki Indonesia baru bisa mengakomodasi 1/3 dari total kebutuhan di tahun 2029 nanti. Selain sebagai upaya mendorong industri teknologi agar lebih mandiri, sebenarnya pengembangan data center juga bisa menjadi solusi akan surplus listrik 44% di area Jawa-Bali yang saat ini dimiliki PLN. Tentunya Renard juga menggarisbawahi bahwa pengembangan infrastruktur pusat data seperti ini harus bisa didesain dengan prinsip energi hijau dengan energi terbarukan.

  1. Industrialisasi Digital

Industrialisasi digital dinilai penting karena ekonomi digital ini benar-benar harus bisa menciptakan kekuatan ekonomi baru bagi Indonesia. Jangan sampai digitalisasi hanya menjadi wujud dari transformasi atau perpindahan dari ekonomi konvensional ke digital. Untuk itu, pemerintah perlu turut andil memastikan bahwa dalam ekonomi digital ini harus ada peran anak bangsa, tidak hanya sebagai konsumen, tapi juga terlibat dalam setiap pertambahan nilai di dalam semua mata rantainya.

“Dengan industrialisasi digital ini boleh kita bermimpi, suatu saat kita punya hp atau laptop merek dalam negeri yang mampu disandingkan secara global. Dari yang low tech sampai high tech, industri hardware-nya dikerjakan di dalam negeri,” ujar Renard.

Guna mendorong industrialisasi ini, generasi muda kita harus didukung agar bisa menghasilkan kecerdasan buatan, aplikasi, dan produk digital lainnya yang berdaya saing dunia. Pemerintah harus hadir, salah satunya melalui kurikulum siap kerja dan permodalan.

Industrialisasi digital perlu menjadi agenda penting dalam ekonomi digital / APINDO
  1. Kedaulatan digital

Setelah ketiga aspek di atas terpenuhi, kemudian yang harus diupayakan adalah kedaulatan digital. Ini menjadi sebuah indikasi ekosistem yang berdikari dan mandiri. Pemerintah harus hadir untuk menjamin bahwa kedaulatan digital terus terjadi, dengan mengeluarkan regulasi yang tepat. Dan Ganjar-Mahfud akan menelurkan sejumlah kebijakan. Pertama, perlindungan terhadap intellectual property (IP) dan data pribadi. Kedua, mendorong semua transaksi digital yang berlangsung dalam bentuk Rupiah.

“Dari mulai proses investasi sampai transaksi mikro jual-beli terkecil, semua harus dalam bentuk Rupiah dan ditempatkan di bank dalam negeri. Kita harus bergeser paradigmanya, jangan sampai ada startup yang mendapatkan investasi besar tidak dalam nilai Rupiah dan dananya pun tidak disimpan di dalam negeri. Jadi ekonomi digital kita harus mampu mendorong penguatan nilai mata uang kita sendiri,” jelas Renard.

Dan yang ketiga, pemerintah akan membuat regulasi ekonomi digital yang adil, seperti melindungi masyarakat dari predatory pricing seperti yang dewasa ini sering terjadi.

Melalui 4 agenda strategis di atas, tim pemenangan nasional Ganjar-Mahfud percaya bahwa pertumbuhan ekonomi 7% tidak menjadi angan-angan belaka, tetapi menjadi sebuah keharusan yang bisa optimis tercapai dengan ekonomi digital sebagai salah satu generatornya.

GoPay Dipilih Pengguna Jadi Aplikasi Terbaik Tahun Ini di Google Play

GoPay meraih dua penghargaan bergengsi dalam ajang Google Play Best of 2023 Award. Dalam periode voting selama dua minggu, pada 1-14 November 2023, pengguna Google Play menetapkan GoPay sebagai “Aplikasi Terbaik” dan “Aplikasi Harian Terbaik”

Hans Patuwo, Presiden Fintech Unit GoTo mengatakan, “Kami berterima kasih atas pilihan pengguna sehingga dalam GoPay berhasil meraih Play Best of 2023 Award untuk kategori Aplikasi Terbaik dan Aplikasi Harian Terbaik di Google Play Best of 2023 Award.”

Hans mengungkapkan aplikasi GoPay dibuat dengan memperhatikan pada apa yang betul-betul dibutuhkan pengguna, termasuk memastikan aplikasi itu simpel, mudah digunakan dan berukuran kecil supaya semua orang bisa mudah mengunduhnya. “Kami sangat senang bahwa kurang dari empat bulan, pengguna sudah mengandalkan aplikasi GoPay untuk kebutuhan finansial sehari-hari,” ujar Hans.

“Kami berterima kasih kepada jutaan pengguna yang telah mengunduh dan memberikan kepercayaan kepada aplikasi GoPay untuk segala kebutuhan finansial. Pada 2024, kami akan memperkenalkan lebih banyak lagi fitur di aplikasi GoPay, sejalan dengan misi kami membantu semua orang untuk memperbaiki neraca keuangan mereka melalui layanan finansial yang simpel, aman dan bertanggung jawab,” lanjutnya.

Tak hanya sekadar alat pembayaran, GoPay juga mengintegrasikan fungsi transfer, menabung, dan bahkan meminjam di satu aplikasi. Hal ini menjadi langkah inovatif GoPay untuk merangkul lebih banyak konsumen di luar ekosistem Gojek dan Tokopedia.

Adapun fokus utama GoPay adalah memberikan kemudahan finansial, seperti transfer gratis ke berbagai bank, pembayaran paket pulsa, hingga tagihan, semua dapat dilakukan dengan lebih terjangkau.

Hingga saat ini, aplikasi GoPay telah diunduh jutaan kali. Menariknya, sekitar 50% dari pengguna yang bertransaksi melalui GoPay adalah pengguna baru atau yang kembali aktif. Sekitar satu per empat di antaranya juga bertransaksi di platform Gojek atau Tokopedia.

GoPay tidak hanya berfokus pada pembayaran belanja online. Pengguna dapat membayar tagihan PLN, PDAM, BPJS, serta layanan publik seperti PBB, PKB, pajak daerah, dan Pegadaian. Selain itu, GoPay mempermudah pembayaran voucher gim, langganan aplikasi hiburan di Google Play, hingga layanan premium seperti YouTube, Netflix dan Spotify.

Bagi yang belum menjajal GoPay, Anda dapat mengunduh aplikasinya di sini.

Pandemi Reda, Telemedisin Makin Bermakna

Pandemi Covid-19 merombak dinamika industri medis dan lanskap layanan kesehatan pun ikut berubah. Ketika itu, ketegangan yang signifikan terjadi di rumah sakit dan sistem kesehatan. Kepadatan di rumah sakit jadi hal biasa karena tenaga kesehatan kekurangan sumber daya.

Pandemi menimbulkan tantangan baru, namun juga mempercepat percepatan inovasi layanan kesehatan. Ketimpangan jumlah dokter masih akan terjadi, namun penyedia layanan kesehatan harus cari cara untuk berbuat lebih banyak dengan sumber daya yang ada.

Salah satu subsektor yang saat itu dibutuhkan adalah telemedisin, memungkinkan pasien konsultasi jarak jauh dengan dokter tanpa tatap muka. Analisis Bain & Company terbaru menegaskan bahwa tingkat penggunaan telemedisin yang tinggi di Asia bertahan pada 2022 dan tetap jauh di atas tingkat penggunaan pada 2020.

Laporan tersebut juga memprediksi ruang adopsi dapat bertumbuh di beberapa negara. Pengguna di Malaysia, Thailand, dan Filipina tercatat tumbuh pesat, tapi jauh tertinggal dibandingkan pengguna di Singapura, India, dan Indonesia.

“Perkembangan [adopsi] sangat signifikan dari tahun ke tahun. Kalau ada yang mengira saat endemi menurun karena sudah tidak ada pandemi, justru sekarang lebih meningkat karena orang mulai terbiasa dan lebih nyaman menggunakan telemedisin, juga percaya mengutarakan permasalahannya ke dokter,” ucap Co-founder dan Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari kepada DailySocial.id.

Dibandingkan saat Alodokter baru berdiri di 2014, layanan telemedisin baru mulai terdengar oleh sebagian orang, hanya saja masih enggan menggunakannya. Artinya telemedisin ini punya peluang untuk bertumbuh lebih besar ke depannya.

“Sehingga perkembangannya naik 200% dari sebelum pandemi dan even sekarang pun perkembangannya tetap signifikan,” tambah dia.

Kenaikan adopsi juga dirasakan oleh Good Doctor Managing Director Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana mengatakan adopsi antara pengguna individu, maupun korporat dan asuransi terus meningkat. Terhitung perusahaan sudah bekerja sama dengan lebih dari 60 perusahaan asuransi dan lebih dari 2.500 perusahaan.

Menurut Danu, ada dua hipotesis dibalik terus berkembangnya telemedisin pasca pandemi. Pertama, diyakini terjadi fase adopsi oleh masyarakat akan layanan telemedisin yang memberikan solusi dan kenyamanan selama masa pandemi. Ini menyebabkan adopsi telemedisin tidak menurun, malah justru meningkat.

Kedua, tidak hanya masyarakat yang melihat benefit dari telemedisin, namun juga pihak pembayar (payor), yakni perusahaan asuransi dan klien korporatnya.

“Mengacu pada industri asuransi di luar negeri juga, seperti di Amerika Serikat dan Tiongkok, mereka melihat bahwa telemedisin sangat layak untuk dimasukkan sebagai salah satu provider utama, khususnya di pelayanan lapis pertama (primary care) untuk memberikan layanan yang lebih prima kepada pelanggannya, sekaligus dalam upaya mereka untuk menjaga rasio klaim,” terang Danu.

Suci menuturkan adopsi yang meningkat ini mengindikasikan naiknya tingkat kepuasan masyarakat. Kebiasaan mereka perlahan berubah, bukan lagi konsultasi ke dokter saat sudah sakit, tapi jadi preventif sebelum jatuh sakit. Proses pembelajaran ini sangat terdorong saat terjadi pandemi, tren positif ini terus berlanjut hingga sekarang.

“Kita berikan pembelajaran ke mereka, bukan hanya cari informasi tapi bicara yuk ke dokter. Kalau ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan telemedisin, baru diarahkan ke offline untuk langsung ditangani. Telemedisin ini buat masyarakat jadi paham, jadi langkah preventif awal apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. […] bahwa telemedisin bukan untuk menggantikan peran dokter maupun layanan kesehatan.”

“Masyarakat jadi lebih aware dan perilakunya mulai pintar dan responsif, kalau ngerasa sakit selalu cari second opinion tentang apa yang mereka rasakan. Jadi potensi telemedisin di Indonesia akan jauh jauh lebih besar ke depannya, apalagi didukung teknologi jadi ekosistemnya akan fully dari A-Z,” sambung Suci.

Co-founder dan Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari / Alodokter

Kebiasaan untuk dorong masyarakat bertanya ke dokter juga “dipaksakan” untuk Aloproteksi, produk asuransi kesehatan yang menyasar pengguna individu dan korporasi. Manfaat yang ditawarkan adalah perlindungan Rp100 juta per tahun cashless biaya rawat jalan, rawat inap & obat-obatan. Produk ini hadir sejak 2022 berkat kerja sama dengan Sequis Life dan Cermati Protect.

Walau ‘dipaksakan’, namun berkat ekosistem Alodokter sudah lengkap (telemedisin, buat janji, Aloshop), pengguna dapat memanfaatkan telemedisin tanpa potong limit, berkonsultasi dengan banyak dokter meski tidak sakit. Obat pun akan langsung dikirim begitu sudah konsultasi ke dokter tanpa dikenai biaya lagi. Kalau benar-benar tidak dapat ditangani, dokter akan berikan surat rujukan.

“Kita mau ubah perilaku. Aloproteksi bukan hanya produk yang berikan manfaat tapi juga memberikan edukasi dan informasi. Kalau sakit jangan asal minum obat, jangan ambil tindakan sendiri, lebih baik cerita ke dokter. Ini yang membedakan kita dengan asuransi. Awalnya memang repot [harus konsultasi dulu], tapi ini sangat ekonomis. Mau sakit atau tidak tetap bisa konsultasi ke dokter terus menerus, jadi enggak ada ruginya.”

Saat ini, pengguna aktif bulanan Alodokter tembus ke angka 30 juta orang, didukung dengan 1.000 dokter umum dan 500 dokter spesialis, serta 1.500 rumah sakit dan klinik tersebar di seluruh Indonesia.

Menjaga relevansi

Baik Alodokter dan Good Doctor sama-sama yakin bahwa dukungan teknologi dapat membawa adopsi telemedisin jauh lebih pesat lagi. Suci menyampaikan teknologi dan medis adalah dua aspek penting yang diutamakan perusahaan. Beberapa yang sudah diluncurkan adalah rekam medis elektronik (Electronic Medical Record/EMR), Alni –asisten virtual interaksi percakapan dengan dokter bertenaga AI, tes batuk (remote diagnostic) bekerja sama dengan ResApp.

Diklaim ketiga inovasi ini membuat proses telemedisin jadi lebih cepat penanganannya. Alni misalnya, dikembangkan sebagai clinical decision tool yang mampu berinteraksi dengan pasien terkait kondisi kesehatan, untuk langkah awal konsultasi dan membantu alur kerja dokter dalam penanganan pasien. Alni juga sudah terhubung dengan EMR.

“Alni bukan menggantikan dokter tapi sebagai asisten, dokter tetap memutuskan diagnosis akhirnya. Alni jadi signifikan buat dokter karena lebih efisien dan mempercepat waktu.”

Sementara, tes batuk ResApp ini juga ditenagai AI dapat mendeteksi suara batuk melalui smartphone pengguna. Fitur ini akan membantu dokter melakukan pemeriksaan secara remote dengan mencocokkan ciri-ciri dari suara batuk berdasarkan enam diagnosis: infeksi paru, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), ISPA, batuk rejan, dan bronkitis. Tes ini punya tingkat efisiensi 95%-97%.

“Tes batuk ini hanya bisa dipakai oleh pasien yang mendapat rekomendasi dari dokternya. Metode ini juga dipakai oleh dokter saat mengambil tindakan konvensional di rumah sakit, tapi lebih efisien karena dilakukan dari smartphone pengguna saja.”

Bagi Suci, inovasi dan transparansi perusahaan terhadap publik itu memegang peranan penting untuk setiap bisnis yang bermain di ranah online agar dapat terus berkembang. Pihaknya selalu membuka jalur komunikasi dengan seluruh ekosistem (pasien, dokter, pemain industri) untuk mendapatkan umpan balik.

“Riset itu penting agar kita punya produk yang relevan. Kalau buat bisnis tidak bisa dari apa yang saya/kita rasa bisa. Tapi lihat dari pasar butuh atau enggak. Selain itu riset [harus kontinu] baik sebelum dan setelah produk di launch.”

Tak jauh berbeda, Good Doctor memfokuskan inovasinya berdasarkan konsumen utamanya, yakni korporat. Beberapa di antaranya:

  • fitur plug-in: integrasi aplikasi ke berbagai aplikasi dari perusahaan-perusahaan asuransi ataupun aplikasi marketplace pada umumnya di Indonesia,
  • co-payment: mitra asuransi bisa menerapkan kebijakan co-payment untuk benefit tertentu, misalnya 80% ditanggung asuransi dan 20% ditanggung oleh karyawan,
  • surat sakit elektronik: karyawan perusahaan bisa mendapatkan surat sakit elektronik secara resmi dari dokter di Good Doctor ketika sakit dan harus melaporkannya ke direktorat SDM perusahaan tersebut.
  • Population Health Management (PHM): solusi pencegahan penyakit bagi karyawan korporasi melalui medical check-up.

“Seiring dengan semakin bertumbuhnya klien perusahaan asuransi dan korporat, kami mengembangkan beberapa fitur-fitur yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Inovasi tidak pernah berhenti sampai disini, dan akan terus kami kembangkan ke depannya,” ujar Danu.

Dalam menjaga kepuasan pengguna, Good Doctor secara rutin melakukan survei pelanggan dan mitra (dokter, apotek, RS, dll) secara regular per kuartal, disebut sebagai NPS survey (Net Promoter Score). Hal ini dibutuhkan demi mendapatkan saran-saran yang konstruktif dari pelanggan dan mitra agar Good Doctor dapat terus mengerti dan memahami apa yang mereka butuhkan dari waktu ke waktu.

“Kedua, kami selalu mencoba personalisasi layanan agar konsumer mendapatkan layanan yang lebih personal dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Yang ketiga, kami juga melakukan studi banding secara reguler, melihat tren pelayanan kesehatan digital yang sedang berkembang di seluruh dunia dan kita coba mengadopsikan ke pasar Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Prospek telemedisin

Danu mengungkapkan dengan strategi gaet pengguna B2B, mampu menunjang kontribusi dari bisnis telemedisin terhadap keseluruhan bisnis. Diklaim secara kuantitatif, persentasenya mencapai 60%-70%. Pendapatan yang diperoleh dari pembelian dan pengiriman obat, serta kolaborasi dengan berbagai perusahaan FMCG dan farmasi.

“Secara absolut, kami melihat perkembangan yang baik juga setiap tahun, di mana beberapa lini bisnis di dalam telemedis ini mampu tumbuh kurang lebih dua kali lipat dari tahun 2022 ke tahun 2023 ini.”

Alodokter juga mencatatkan bisnis yang positif dari masing-masing produknya. Pendapatan terbesar datang dari bisnis telemedisin sebesar 30%-40% setiap bulannya, lalu disusul bisnis dari buat janji dengan dokter. Kinerja baik ini membawa perusahaan dapat cetak laba pada tahun ini, walau Suci tidak bersedia merinci lebih lanjut nominalnya.

“Sudah profit official mulai tahun ini, tahun depan mau profitable lebih besar lagi. Bisnis Alodokter ini sangat berhubungan satu sama lain karena berbentuk ekosistem, makanya monetisasi kami saling bersinergi.”

Bagi Suci, kesempatan untuk memperluas adopsi masih sangat besar karena akses kesehatan itu juga dibutuhkan oleh orang-orang di kota lapis dua, tiga, hingga pedalaman. Maka dari itu, dukungan pemerataan jaringan internet yang baik sangat dibutuhkan. Di satu sisi, kini layanan telemedisin tidak hanya digunakan saat sakit saja. Salah satu konsultasi yang banyak digunakan pengguna adalah kesehatan mental dan hidup sehat.

“Saya percaya ini bisnis yang sangat menjanjikan, asalkan disokong dengan teknologi yang mempermudah sehingga bisa bawa manfaat digitalisasi bagi masyarakat. Sebab kalau telemedisin tidak dibarengi dengan teknologi, misal chat dokter tapi balasnya lama jadinya itu tidak efektif.”

Dukungan regulasi juga diberikan dari pemerintah. Danu menyampaikan tindak lanjut dari UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 yang telah diresmikan, diharapkan Kemenkes dapat memimpin aturan turunnya secara baik agar adopsi teknolodi di sektor kesehatan semakin mudah, khususnya layanan telemedisin yang sudah terbukti dapat membantu memberikan layanan kesehatan yang baik saat pandemic dan di tahun ini pasca pandemi.

“Kami berpartisipasi langsung dalam Regulatory Sandbox yang diinisiasikan oleh Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes untuk memastikan keselamatan dan privasi pasien. Good Doctor sudah memasuki tahap sebagai mitra yang diawasi oleh Kemenkes dan saat ini sedang memasuki proses tahap akhir menuju mitra yang dibina oleh Kemenkes.”

Antusiasme investor

Investment Associate AC Ventures Giovanni Wilson menyampaikan dalam bidang healthtech, AC Ventures berfokus pada startup penyedia infrastruktur penunjang kesehatan yang dapat mengembangkan utilisasi dari para tenaga kesehatan dan jangkauan dari layanan kesehatan, baik perawatan maupun pengobatan.

Hal ini selaras dengan permasalahan utama industri kesehatan di Indonesia, yakni rendahnya tingkat pelayanan kesehatan yang terindikasi oleh rasio tempat tidur rumah sakit, rasio tenaga kesehatan, dan rasio tenaga apoteker terhadap jumlah penduduk.

Dia melanjutkan, teknologi layaknya aplikasi smartphone, dapat digunakan sebagai akses dan membuka pintu layanan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau oleh gerai ritel misalkan cabang bank atau cabang klinik dan farmasi. Dengan memberikan pelayanan melalui internet, tenaga kesehatan dan produk yang tersedia di kota besar dapat juga dinikmati oleh pengguna yang jauh, tanpa harus menghabiskan biaya untuk mengunjungi secara langsung.

“Teknologi digital juga dapat memberikan informasi yang akurat dan langsung kepada semua pengguna mengenai suatu produk kesehatan, misalnya vaksin, obat-obatan, dan prosedur pembedahan yang baru. Selain itu, dapat juga menjadi platform edukasi terhadap kesehatan, gaya hidup, dan resiko-resiko penyakit baru,” kata Giovanni.

Selain dukungan teknologi digital, lanjut dia, sebenarnya tingkat partisipasi asuransi kesehatan sebagai unsur penopang industri kesehatan juga penting dalam memfasilitasi konsumsi kesehatan. Misalnya, program BPJS sangat berdampak positif terhadap keperluan dasar kesehatan bagi golongan pekerja.

“Penduduk Indonesia yang diproyeksikan akan terus bertambah penghasilannya dan masuk ke middle-income country akan memberikan dorongan positif ke penetrasi asuransi kesehatan yang akhirnya membuka akses dan pola pikir konsumsi layanan kesehatan dari yang bersifat mengobati (treatment) ke pencegahan (preventif).”

Sejauh ini, ACV belum memiliki dana kelolaan khusus untuk healthtech. Dana yang diinvestasikan berasal dari AC Ventures Fifth Investment V (ACV Fund V) senilai $250 juta, untuk seluruh startup tahap awal, termasuk healthtech. Subsektor healthtech yang sudah masuk ke dalam portofolio ACV adalah wellness (Sirka) dan klinik digital (KLAR).

Peta Layanan Healthtech Konsumen di Indonesia

Startup healthtech telah memberikan warna baru di industri kesehatan Indonesia. Mereka menawarkan berbagai layanan yang membantu masyarakat mengakses berbagai layanan kesehatan melalui sistem aplikasi. Telemedis bisa dibilang menjadi salah satu yang paling populer, namun seiring perkembangannya saat ini terdapat berbagai jenis produk dan layanan healthtech konsumen yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

Di artikel ini, DailySocial.id mencoba membedah mengenai layanan healthtech konsumer yang saat ini beroperasi di Indonesia, sembari mendalami potensi untuk masing-masing layanan.

Jenis layanan healthtech di Indonesia
Jenis layanan healthtech di Indonesia

Telemedis

Ini menjadi layanan healthtech konsumer yang cukup populer di Indonesia. Sub-kategori layanannya pun juga sudah mulai meluas, tidak hanya pada layanan konsultasi dokter umum saja, melainkan sudah menjurus ke dokter spesialis, ahli gizi, sampai psikolog.

Secara global, ukuran pasar telemedis diperkirakan akan mencapai $106 miliar di tahun ini. Setelah terdorong kencang saat pandemi, permintaan layanan konsultasi medis online terus bergerak eksponensial ke atas.

Berdasarkan analisis kami, ada sejumlah faktor yang membuat telemedis makin digandrungi. Pertama, semakin mendalamnya layanan telemedis, terutama di area kesehatan mental dan perawatan (gigi, kulit, nutrisi, dll). Serta penerapan teknologi yang semakin unggul di sistem aplikasinya itu sendiri, yang berdampak langsung pada efisiensi biaya dari sisi konsumen dan penyedia layanan kesehatan.

Kedua, keterbukaan regulasi pemerintah terhadap inovasi kesehatan di Indonesia, dibarengi upaya edukasi yang optimal oleh para stakeholder, terutama ketika adanya pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.. Ketiga, integrasi antarsistem yang semakin terbuka — hal ini dibuktikan dengan berbagai aplikasi (seperti asuransi dan rumah sakit) yang mulai mengintegrasikan sistem telemedis di dalamnya, bahkan termasuk sejumlah aplikasi konsumer seperti ride-hailing.

e-Farmasi

Menurut McKinsey, sektor telemedis dan e-farmasi menjadi dua pendorong utama healthtech di kawasan Asia. Terbukti dengan pemain kunci di setiap negara meningkatkan penetrasi secara signifikan di dua jenis layanan tersebut, seperti yang dilakukan Halodoc dan Alodokter di Indonesia, MyDoc di Singapura, Viettel dan Doctor Anywhere di Vietnam, hingga DoctorOnCall di Malaysia.

Di Indonesia sendiri, sejak tahun 2020 e-farmasi sudah mendapatkan porsi 3% dari total industri farmasi nasional yang nilainya mencapai $6 miliar. Peningkatan layanan ini juga akan terimplikasi langsung dengan integrasi antarsistem yang saat ini mulai dibangun — seperti resep dokter yang didapat dari telemedis yang bisa langsung dipesan secara in-app ke e-farmasi yang ada di aplikasi tertentu.

Cara kerja startup healthtech
Cara kerja startup healthtech

Di sisi lain, model e-farmasi juga mulai diaplikasi oleh bisnis apotek tradisional untuk menangkap peluang dari pasar generasi baru. Ini seperti yang dilakukan oleh jaringan apotek K-24 yang mengoperasikan layanan pesan-antar melalui situs web dan aplikasi, bekerja sama dengan kurir ojek yang disediakan ride-hailing lokal.

Pelaku industri juga meyakini, e-commerce yang telah terbukti menghasilkan efisiensi pada proses supply chain juga akan berdampak pada komoditas obat-obatan yang dijajakan melalui e-farmasi. Kendati demikian pengawasan ketat terhadap proses bisnisnya diperlukan untuk menghindari distribusi obat-obatan yang memerlukan rekomendasi dari dokter.

O2O Healthcare

Menurut data Kemenkes per tahun 2018, ada sekitar 2.813 rumah sakit yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, untuk melayani 265 juta masyarakat. Berbagai upaya pembenahan terus dilakukan agar menghasilkan sistem pelayanan yang optimal, salah satunya dengan melakukan digitalisasi. Saat ini sejumlah platform healthtech juga telah bekerja sama dengan institusi kesehatan untuk menghubungkan layanannya, untuk menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O).

Fitur seperti pesan nomor antrean secara online dan digitalisasi rekam medis jadi salah satu inovasi yang sudah bermunculan, baik di aplikasi healthtech pihak ketiga, aplikasi official milik rumah sakit, aplikasi BPJS, dan lain sebagainya. Perluasan layanan ini turut didukung oleh layanan SaaS khusus rumah sakit dan klinik yang saat ini mulai banyak dipasarkan oleh inovator teknologi, sehingga memberikan kesiapan tersendiri di sisi sistem backend dari penyedia layanan kesehatannya.

Model ini juga dimanfaatkan sejumlah klinik (khususnya gigi dan kecantikan) untuk memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Startup seperti Rata dan Nusantics memanfaatkan model ini untuk mengombinasikan antara pelayanan online dan offline untuk bertemu langsung dengan tim medis di klinik — alur kerjanya telah disesuaikan ke dalam masing-masing aplikasi.

On-Demand Healthcare

Pada dasarnya dengan layanan on-demand ini, masyarakat bisa memesan jasa terkait keperawatan medis sesuai kebutuhannya. Varian layanannya mencakup perawatan kesehatan hingga lansia. Saat ini sudah ada sejumlah pemain lokal di area ini, termasuk LoveCare, Perawatku, MHomecare, dan beberapa lainnya. Mencari perawat yang tepat memang menjadi tantangan tersendiri untuk sebagian orang, mengingat keterbatasan akses ke sumber daya yang ada.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per awal tahun ini, ada sekitar 1,26 juta tenaga kesehatan di Indonesia dengan 524.508 di antaranya adalah perawat. Namun demikian, sebaran perawat yang masih belum merata berpotensi menimbulkan ketimpangan layanan kesehatan di sejumlah daerah di tanah air. Perawat kebanyakan difokuskan untuk pelayanan di instansi kesehatan, sehingga sulit mendapatkan jasa mereka untuk kebutuhan yang lebih personal.

Layanan on-demand healthcare juga diharapkan bisa mengemban visi untuk meningkatkan kesejahteraan para perawat dengan memberikan alternatif lapangan pekerjaan sesuai bidang spesifiknya masing-masing.

Edu-Healthcare

Layanan ini memfokuskan pada edukasi ke masyarakat perihal kesehatan melalui platform online media. Bentuknya beraneka ragam dengan sebagian besar saat ini dikemas dalam layanan aplikasi yang intuitif dan interaktif. Edu-Healthcare –selain menawarkan informasi kesehatan umum—juga telah berevolusi ke dalam sub-segmen tertentu, misalnya fokus pada edukasi tumbuh kembang anak, kesehatan mental, atau parenting.

Media terkait parenting menjadi salah satu yang cukup populer di Indonesia
Media terkait parenting menjadi salah satu yang cukup populer di Indonesia

Mengutip jurnal yang diterbitkan oleh Wira Iqbal, Aria Gusti, Dicki Kurnia Pratama, dan Rahma Wahyuni dari Universitas Andalas, dari hasil survei yang dilakukan ke 110 pengunjung Puskesmas ditemukan fakta bahwa hanya 20% responden yang memiliki literasi kesehatan baik, sisanya masih tergolong rendah. Kendati penelitian ini tidak menggambarkan masyarakat Indonesia secara keseluruhan, namun bisa memberikan pandangan bahwa di banyak kalangan pengetahuan tentang kesehatan masih perlu ditingkatkan secara serius.

Medium digital dinilai menjadi kanal yang efisien untuk menjadi jembatan pengetahuan tersebut. Apalagi jika ingin menyasar generasi muda yang saat ini mendominasi tatanan masyarakat – terkait bonus demografi.

Wellness

Menurut hasil survei yang dilakukan Katadata dan Zurich, pandemi Covid-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat. Misalnya, 51,69% dari responden meningkatkan konsumsi multivitamin, 47,6% jadi lebih gemar berolahraga, dan 64,20% mengalokasikan dana untuk produk sanitasi yang lebih baik. Tren ini memberikan dampak secara langsung kepada pemain industri di sektor wellness.

Secara umum, dari yang sudah ada di Indonesia, startup wellness banyak menyuguhkan layanan berupa aktivitas kebugaran, konsultasi kesehatan, dan produk nutrisi. Saluran digital diberdayakan untuk menghubungkan dengan konsumen akhir dan medium edukasi on-demand (telemedis, video pembelajaran, dan lainnya).

Menurut data yang dihimpun Statista untuk pasar Indonesia, revenue yang berpotensi didapat layanan wellness digital di kategori kebugaran akan mencapai $741,3 juta di tahun ini. Sementara untuk layanan konsultasi kesehatan dan nutrisi ditaksir mencapai $120,7 di periode yang sama.

Biotech

Biotech memiliki berbagai cabang ilmu, salah satu yang mulai populer adalah genomik. Ini terkait pengujian DNA manusia untuk menemukan potensi penanganan kesehatan yang lebih baik. Layanan biotech berfokus pada preventive healthcare dengan menguak hal-hal unik dari DNA yang dimiliki seseorang. Ini bisa mendeteksi potensi risiko penyakit berat hingga jenis obat yang bisa diserap dengan baik.

Di Asia Pasifik, industri genomik telah membukukan kapitalisasi pasar $3,62 miliar per 2022 dan diproyeksikan akan bertumbuh menjadi $5,97 miliar di tahun 2027 nanti.

Belum banyak pemain yang terjun di industri ini, namun di Indonesia sudah ada beberapa termasuk NalaGenetics dan Asa Ren. Dibutuhkan biaya besar dan penelitian panjang untuk melakukan R&D. Kini dua pemain tersebut kini sudah debut dengan layanan, memungkinkan siapa saja untuk melakukan tes genom dengan biaya yang cukup terjangkau.

GoPay Arena Community Championship 2023 Kembali Digelar dengan Hadiah Ratusan Juta Rupiah

GoPay kembali mengumumkan turnamen Mobile Legends berjudul ‘GoPay Arena Community Championship 2023.’ Ajang bergengsi ini akan berlangsung mulai 24 November hingga 2 Desember 2023, menyajikan hadiah senilai ratusan juta rupiah.

Turnamen ini tak hanya terbuka bagi para profesional, tetapi juga memberikan peluang kepada pemain dari semua tingkatan untuk meraih kemenangan dengan hadiah mencapai Rp100 juta. Kolaborasi GoPay dengan Revival.TV, platform esports terkemuka di Indonesia, menegaskan komitmen mereka dalam menyediakan arena kompetisi yang merangkul berbagai komunitas. Ini menjadi momen bagi siapa pun yang bersemangat untuk mengasah keterampilan dan bersaing di panggung profesional dengan tagar #NaikLevelBarengGoPay.

Tak hanya itu, kehadiran aplikasi GoPay juga mempermudah akses keuangan bagi semua, termasuk para gamers. Aplikasi ini menawarkan ukuran yang ringan, keuntungan bertransaksi dengan harga istimewa, dan transfer gratis hingga 100 kali ke berbagai bank.

Kelvin Timotius, Head of User Spend GoPay, menyatakan, “GoPay Arena Community Championship 2023 merupakan wujud komitmen kami dalam memajukan industri eSports di Indonesia dan sekaligus menjadi andalan gamers dalam memberikan pengalaman terbaik dalam bertransaksi pembayaran non-tunai melalui aplikasi GoPay.”

Menurut Kelvin, turnamen tahun ini akan melanjutkan sukses penyelenggaraan sebelumnya yang mendapat sambutan hangat dari para gamers. Ia juga menekankan bahwa GoPay bukan hanya menjadi metode pembayaran yang aman dan legal untuk top-up game, tetapi juga memberikan keuntungan tambahan seperti cashback khusus hingga Rp20.000 untuk transaksi top-up game di Google Play, Codashop, dan Lapakgaming selama periode turnamen.

Peserta turnamen akan mengikuti serangkaian kualifikasi terbuka, dengan delapan tim terbaik melaju ke babak final offline yang akan diadakan pada tanggal 2 Desember 2023 di Jakarta. Namun, GoPay Arena Community Championship 2023 tidak hanya menghadirkan pertandingan; peserta juga dapat menikmati serangkaian kegiatan menarik.

Bagi pemenang peringkat pertama, mereka berkesempatan untuk bertemu dan bermain fun match bersama Brand Ambassador ONIC Esports. Bonus tambahan senilai Rp10 juta juga menanti bagi yang berhasil meraih kemenangan dalam kompetisi ini.

Selain itu, untuk meningkatkan keterampilan bertanding, pemenang akan mendapatkan kesempatan unik untuk dilatih oleh pelatih profesional melalui program coaching clinic dari ONIC Esports.

Pendaftaran GoPay Arena Community Championship telah dibuka sejak 1 November hingga 19 November. Para gamer yang ingin mendaftarkan timnya dapat melihat informasi lebih lanjut melalui link gpy.id/gacc2023

 

Insignia Beberkan Paradigma Baru Investasi untuk Startup Tahap Lanjut

Ula, startup B2B Commerce untuk UMKM, didirikan pada 2020 oleh Alan Wong, Derry Sakti, Riky Tenggara, dan Nipun Mehra. Dalam debutnya, mereka mendapat $10,5 juta pendanaan seed dari Sequoia, Lightspeed, serta sejumlah VC dan individu lain. Dalam 6 bulan, mereka mendapat pendanaan seri A 2x lipat dari sebelumnya. Kemudian, dalam waktu 9 bulan, mereka mengamankan pendanaan seri B senilai $87 juta, termasuk dari VC Jeff Bezos. Total dana ekuitas yang berhasil dikumpulkan mencapai $140 juta.

Cerita tersebut menggambarkan betapa mudahnya para pemodal ventura menggelontorkan uang investasi untuk sebuah startup. Dan itu tidak hanya terjadi di Ula, gelontoran pendanaan deras juga sempat terjadi ke startup lain seperti Lummo, BukuWarung, Astro, dan lainnya. Dalam waktu yang relatif singkat beberapa putaran pendanaan berhasil ditutup, melibatkan pemodal dari kancah lokal, regional, hingga global. Bahkan membuat mereka berstatus centaur kurang dari 2 tahun.

Sayangnya, mendapatkan pendanaan besar tidak menjamin startup mampu ‘take-off’ sampai tahap bisnis berkelanjutan. Ula dan Lummo misalnya, kini mereka memilih menutup model bisnis yang sebelumnya mengisi deck penggalangan dana dan melakukan penataan ulang operasional secara menyeluruh (termasuk membubarkan tim). Baik Ula dan Lummo memang diisi oleh jajaran founder yang cukup berpengalaman dalam ekosistem bisnis teknologi.

Koreksi pasar

Para pengamat menyebut, era ‘easy money’ dalam investasi startup sudah berakhir. Para investor kembali berpikir konservatif saat menaruh dananya ke sebuah startup, dengan menekankan metriks seperti pendapatan dan proyeksi perkembangan bisnis — alih-alih hanya mengejar pertumbuhan pengguna. Namun tidak dimungkiri, bahwa berkat investasi yang lancar di ekosistem startup telah melahirkan belasan unicorn dan puluhan centaur yang merevolusi berbagai sektor di Indonesia. Mendongkrak langsung pada ekonomi digital di wilayah ini.

Setelah pandemi, hipotesis mengenai sektor teknologi yang akan terakselerasi kencang diamini oleh berbagai pihak. Para investor jor-joran masuk ke startup teknologi baru yang dinilai dapat mendemokratisasi segmen bisnis tertentu (misalnya saat itu yang cukup populer adalah digitalisasi UMKM). Arus pendanaan tahap awal yang kencang menjadikan banyak startup baru mendapati valuasi fantastis — rata-rata pendanaan tahap awal sudah bernilai jutaan dolar.

Di sisi lain, ini berdampak pada terbentuknya gap pada putaran pendanaan tahap lanjut. Di tahap awal, startup sudah kadung mendapatkan valuasi fantastis – pengalian nilai valuasi post-money lebih tinggi dari rata-rata sebelumnya. Padahal kondisi ini rawan terdampak goncangan ketika terjadi turbulensi pada sistem perekonomian.

Benar saja, tahun 2022 kondisi ekonomi global mengalami sejumlah tekanan. Peningkatan suku bunga menjadikan para pemilik dana mulai mempertimbangkan ulang untuk berinvestasi ke startup – dengan tingkat risiko yang jauh lebih tinggi misal dibandingkan dengan deposito bank. Dengan dominasi LP di pemodal ventura yang berasal dari investor global, dampak penurunan iklim investasi pun sangat terasa di Asia Tenggara, terlebih di Indonesia.

Padahal dengan banyaknya startup tahap awal yang sudah mendapatkan pendanaan sejak beberapa tahun sebelumnya, dukungan pendanaan lanjutan sangat dibutuhkan. Dengan paradigma sebelumnya, startup mencoba mengutamakan growth, dengan harapan saat basis pengguna sudah terbentuk bisa memulai monetisasi di tahap selanjutnya. Ini membuat runway bisnis mereka terbatas dan cukup bergantung dengan putaran pendanaan berikutnya.

Sejumlah VC berpendapat, bahwa koreksi pasar (atau disebut tech winter) ini masih dirasakan hingga menjelang tutup tahun 2023 ini.

Memulai paradigma baru

Kami bertemu dengan Yinglan Tan, Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners, yang telah berinvestasi ke startup di Indonesia dan Asia Tenggara dalam multi-stage. Ia berpendapat di kondisi pasar saat ini, para VC mengharapkan manajemen keuangan dan tata kelola bisnis yang lebih matang untuk startup setelah menyelesaikan putaran tahap awal (pasca-seri A). Dan ini harus dicerminkan pada laporan keuangan teraudit dengan unit ekonomi positif, manajemen arus kas yang sehat, dan beberapa validasi bisnis lainnya.

“Rasio biaya vs pengembalian bagi startup telah meningkat terutama untuk investasi tahap akhir, seiring naiknya cost of money dan penyesuaian harga dalam lanskap exit pasca-pandemi. Hal ini mendorong para VC  untuk lebih teliti dalam menghindari kerugian, atau memperluas paparan mereka terhadap perusahaan-perusahaan yang dianggap undervalued. Ada juga strategi untuk beralih ke putaran awal, meskipun hal ini mungkin memengaruhi kecepatan penyaluran dana yang besar,” ujar Tan.

Yinglan Tan dalam sebuah sesi bersama startup portofolionya di Jakarta / Insignia
Yinglan Tan dalam sebuah sesi bersama startup portofolionya di Jakarta / Insignia

Beberapa hal memang dilihat telah berubah akhir-akhir ini, durability of cash misalnya. Sebelumnya satu putaran pendanaan bisa mengamankan runway startup 12-18 bulan sebelum menutup putaran selanjutnya, namun sekarang ini sulit dilakukan oleh banyak startup. Di sisi lain proses penggalangan dana juga lebih sulit, para analis di VC membutuhkan waktu lebih banyak untuk melakukan penilaian ketat terkait performa startup tersebut.

Tan mengutarakan, situasi ini bisa diantisipasi founder dengan menerapkan sejumlah pilihan sekenario, di antaranya:

Skenario Penjelasan
Bergerak Agresif Fokus pada ekspansi dan pertumbuhan. Jika startup sudah memiliki uang tunai yang cukup, setidaknya memiliki runway tiga tahun atau sudah mencapai titik profitabilitas. Ini menjadi kondisi yang perlu diupayakan semua startup.
Mengerem Pengeluaran Startup bisa fokus untuk mengefisienkan pengeluaran untuk menambah runway, termasuk mengarahkan ulang bisnis menuju profitabilitas. Beberapa founder juga mengupayakan brdige round saat melakukan penyesuaian ini untuk memastikan putaran selanjutnya lebih mulus.
Melakukan Down-round Jika dua skenario di atas tidak memenuhi, startup bisa menggalang down-round dengan mengorbankan pada nilai valuasi yang diperkecil. Juga bisa mempertimbangkan instrumen lain seperti venture debt, financing, dan lainnya.
Menjual Bisnis Jika semua langkah di atas masih sulit dilakukan, maka menyerahkan kepemilikan startup ke pihak lain agar mendapat injeksi dana bisa jadi pilihan. Ini diupayakan agar produk/layanan bisa terus dikembangkan.

“Para pendiri yang berhasil dalam lima tahun terakhir bisa menggalang dana $10 juta dengan presentasi PowerPoint dan memberikan subsidi untuk pertumbuhan. Mereka tidak akan menjadi pendiri yang akan berhasil dalam lima tahun mendatang karena lingkungannya telah benar-benar berubah,” ujar Tan.

Insignia Ventures Partner telah berinvestasi ke sejumlah startup lokal. Berikut daftarnya:

  • Tahap awal: ATTN, Asani, Assemblr, Bakool, Credibook, Elevarm, Fishlog, Lifepal, Nimbly, Pahamify, Sayurbox, Tentang Anak, Verihub
  • Tahap lanjut: Ajaib, AwanTunai, Fazz, Flip, GoTo, Pinhome, Shipper, Super, Travelio

Dampak atas penyesuaian

Maraknya pemberitaan layoff, penutupan bisnis, pivot, akuisisi yang disampaikan secara eksplisit beberapa waktu terakhir membuktikan bahwa 4 skenario tersebut mungkin dijalankan dan memang menjadi pilihan yang relevan bagi para founder.

Praktik manajemen arus kas yang sehat sangat penting bagi pertumbuhan berkelanjutan perusahaan di pasar saat ini. Ini melibatkan sistem pengukuran yang akurat, fondasi keuangan yang kuat, pengelolaan pertumbuhan karyawan yang hati-hati, pengeluaran pemasaran yang terencana, serta pertimbangan alternatif pendanaan seperti hutang usaha.

Founder harus memahami risiko bisnis dan mempertimbangkan berbagai opsi pendanaan sebelum terjun ke pasar pendanaan. Praktik-praktik ini tak hanya terkait dengan keuangan, tapi juga banyak aspek pembangunan perusahaan, menegaskan bahwa mengintegrasikan praktik-praktik tersebut di atas ke dalam prinsip-prinsip operasional perusahaan sangat krusial untuk manajemen arus kas yang lebih baik.

Tan juga berkomentar soal pertimbangan exit melalui IPO bagi startup tahap lanjutan. Ia mengatakan, “Meskipun kami percaya bahwa pasar publik adalah pembeli terbaik untuk startup portofolio kami, ini bukanlah akhir tetapi transisi fundamental bagi setiap perusahaan. Penting bukan hanya agar perusahaan go public, tetapi juga agar mereka mampu memanfaatkan pasar publik secara efektif untuk pertumbuhan berkelanjutan. Banyak faktor yang perlu bersatu untuk perusahaan, mulai dari sifat bursa saham hingga cerita yang perusahaan bawa ke pasar dan persiapan yang telah mereka susun menjelang IPO.”

Komentar ini berlandaskan pada stigma yang kurang baik oleh publik atas perusahaan teknologi yang telah terlebih dulu melantai ke publik.

“Lebih dari sekadar mengantar sebuah perusahaan ke pasar publik pada titik waktu tertentu, yang lebih penting bagi kami adalah mendukung perusahaan dalam memperkuat dasar-dasar mereka jika mereka memutuskan untuk memulai proses go public,” pungkas Tan.

Ini Dia Startup dan Investor di Ekosistem Healthtech Indonesia

Sektor kesehatan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari disparitas pemenuhan dokter, sebaran fasilitas kesehatan yang kurang merata, hingga inovasi di bidang medis yang masih relatif lambat — sehingga menciptakan gap yang cukup kentara di banyak wilayah.

Misalnya terkait dokter spesialis, menurut Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes rasionya masih sangat kecil, pemerintah menargetkan bisa mencapai target rasio 0,28: 1.000 sehingga saat ini masih dibutuhkan 30 ribu dokter spesialis.

Terlepas dari upaya yang dilakukan di hulu, kini pendekatan berbasis teknologi mulai digencarkan untuk bisa memicu adopsi layanan kesehatan yang lebih baik ke semua kalangan masyarakat, termasuk melalui aplikasi digital. Bahkan untuk menciptakan iklim inovasi yang lebih kondusif, Kemenkes telah membangun unit khusus (DTO/Digital Transformation Office) dan roadmap yang cukup jelas mengenai inovasi layanan kesehatan di Indonesia.

DTO mendorong hadirnya regulasi yang lebih bersahabat untuk ekosistem healthtech di Indonesia, implikasinya inovasi-inovasi teknologi kesehatan kini menjadi lebih mudah diuji, diaplikasikan, dan dikomersialisasikan. Di samping itu ada misi untuk menata ulang pencatatan dan digitalisasi data untuk kepentingan jangka panjang.

Tentu ini menjadi peluang besar untuk para inventor healthtech di Indonesia yang diproyeksikan mencapai $1,7 miliar pada 2023 dan akan tumbuh dengan CAGR 10,35% sampai 2028 mendatang senilai $2,9 miliar.

Pemain healthtech terbesar

Startup healthtech sudah mulai bermunculan sejak era perkembangan awal startup. Dimulai dari portal informasi kesehatan, layanan telemedis, e-pharmacy, layanan kesehatan O2O, hingga kini menuju ke inovasi babak selanjutnya: biotech.

Didasarkan pada data pendanaan yang diumumkan publik, tiga startup saat ini diproyeksikan telah menjadi centaur (sejauh ini belum ada unicorn lokal dari vertikal healhtech).

Startup Pendanaan Estimasi Valuasi (Venture Cap)
Halodoc · Seri D: $100 juta (Astra Digital, Openspace, Novo Holdings, dll).

· Seri C: $80 juta (Astra, Temasek, Telkomsel MItra Inovasi, Novo Holdings, Bangkok Bank dll).

· Seri B: $65 juta (UOB Venture, Singtel Innov8, KIP, Melinda Gates Foundation, Prudential, Allianz X, dll).

· Seri A: $13 juta (Clermont Group, Go-Jek, Blibli, NSI Ventures).

· Seed: Undisclosed.

± $600 juta
Alodokter · Venture Round: Undisclosed (Marubeni Corp, MDI Ventures, Samsung Ventures).

· Seri C+: Undisclosed (MDI Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Heritas, Hera Capital).

· Seri C: $33 juta (Sequis Life, Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners dll).

· Seri B: Undisclosed (Softbank, Golden Gate Ventures dll)

· Seri A: $2,5 juta (Golden Gate Venture, angel investor)

· Seed: Undisclosed (Fenox, 500 Startups, Golden Gate Ventures)

± $130 juta
Good Doctor Indonesia · Seri A: $10 juta (MDI Ventures, Grab, Softbank)

· Seed: Undisclosed (Grab, Ping An)

mendekati $100 juta

Investor di vertikal healthtech

Dalam satu tahun terakhir, sektor healthtech dan turunannya memiliki momentum pertumbuhan yang sangat pesat. Ini mendorong para investor untuk mempertajam hipotesis mereka untuk turut andil di dalam vertikal industri ini. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah pemodal ventura juga telah mengalokasikan dana kelolaan khusus yang difokuskan untuk  berinvestasi ke startup healthtech.

Berikut ini daftar investor aktif di Indonesia yang memiliki fokus mendanai startup di bidang teknologi kesehatan:

Healthcare Fund dari East Ventures

Bulan lalu pemodal ventura yang dinakhodai Willson Cuaca ini baru mengumumkan inisiatif Healthcare Fund senilai $30 juta. Dana ini akan disalurkan ke startup healthtech dan turunannya di kawasan ini. Sejauh ini mereka juga sudah banyak berinvestasi ke startup healthtech (dan turunannya). Disampaikan sekurangnya ada 30 startup di Indonesia dan wilayah regional.

Di vertikal bisnis ini, East Ventures juga tampak lebih serius memperdalam keterlibatannya di area genomik – terutama di lini biotech dan deeptech. Berikut ini sejumlah daftar investasi terbarunya:

Startup Solusi Tahap Investasi
Moosa Genetics Pengembangan teknologi genetik untuk meningkatkan sektor peternakan Seed
Mesh Bio Layanan manajemen penyakit kronis dan analisis prediktif Seed
Etana Startup biofarmasi yang menghadirkan bahan baku obat biologis untuk kanker dan penyakit kronis lainnya Seed
AMILI Pengembang solusi pengobatan mikrobioma usus pertama di Asia Tenggara Seed
Aevice Health Alat monitoring kesehatan untuk solusi pernapasan kronis Seed

Dana Kelolaan CVC BUMN

MDI Ventures dan Bio Farma telah membentuk dana kelolaan bertajuk “Bio Health Fund” dengan komitmen investasi awal $20 juta. Mereka akan menginvestasikan dana tersebut ke startup tahap awal dan berkembang yang fokus di bidang biotech dan inovasi layanan kesehatan di Indonesia. CVC BUMN lainnya, yakni Mandiri Capital Indonesia, juga mengatakan bahwa mereka merilis thematic fund dengan salah satu fokusnya di bidang biotech.

MCI sendiri memang sedang fokus memperdalam hipotesis impact investment mereka melalui sejumlah co-investment, salah satunya bersama UNDP. Mereka mengeksplorasi startup yang berpotensi mendisrupsi sektor riil berdampak dengan inovasi teknologi.

MDI sendiri saat ini adalah investor dari sejumlah startup healthtech seperti Alodokter, Good Doctor, SwipeRx, CXAGroup, Pixa, dan Heals. Melalui unit lainnya, Telkomsel Mitra Inovasi yang juga merupakan anak perusahaan Telkom Group, mereka juga berinvestasi ke Halodoc dan Zi.Care.

Daftar VC yang berinvestasi ke healthtech

Kendati tidak memiliki dana kelolaan khusus, selain pemodal ventura yang sudah disebutkan namanya di atas, sejumlah pemodal ventura juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi ke startup healthtech lokal dalam dua tahun terakhir. Berikut daftar selengkapnya:

  1. AC Ventures
  2. Astra Digital
  3. GK-Plug and Play
  4. Golden Gate Ventures
  5. Iterative
  6. Jungle Ventures
  7. Kenangan Fund (Kopital Ventures)
  8. Openspace Ventures
  9. Skystar Capital
  10. Softbank
  11. Teja Ventures
  12. Venturra
  13. Wavemaker Partners

Selain itu sejumlah angel investor juga mulai turut andil dalam berinvestasi ke startup healthtech, terutama dalam putaran pre-seed atau seed.