Upaya Virgo Hadirkan Proposisi Nilai di Tengah Persaingan Sengit Platform Pembayaran Digital

Industri pembayaran digital di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Salah satu layanan yang paling signifikan digunakan adalah, e-money (berbasis server), menyediakan alternatif bagi transaksi berbasis uang tunai tradisional, memungkinkan pengguna untuk melakukan pembayaran dengan mudah dan aman melalui saluran digital.

Beberapa platform e-money telah muncul sebagai pemain utama di pasar Indonesia antara lain GoPay, OVO, ShopeePay, LinkAja, dan Dana — kendati masih ada puluhan platform lain yang juga beroperasi dan telah mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia. Platform-platform ini menawarkan berbagai layanan selain transaksi sederhana, termasuk pembayaran tagihan, pengisian pulsa, transfer antar pengguna, belanja online, dan bahkan opsi investasi.

Salah satu platform e-money yang ingin menghadirkan layanan terintegrasi adalah Virgo. Bermitra dengan Alfa Group, Virgo ingin menawarkan kemudahan pembayaran melalui aplikasi untuk semua pengguna.

Kepada DailySocial.id, CCO Virgo Viko Gara mengungkapkan rencana perusahaan tahun ini.

Fitur unggulan “Top Up Kembalian”

Virgo yang dikembangkan oleh PT Capital Net Indonesia, telah hadir sejak tahun 2021 lalu. Sejak kehadirannya, Virgo mengklaim telah menjembatani para pengguna uang tunai untuk beralih ke nontunai dengan fitur “Top Up Kembalian”.

Ide untuk meluncurkan fitur tersebut diawali fakta bahwa saat ini 90% transaksi ritel masih dilakukan secara tunai, bahkan setelah melewati masa pandemi. Padahal penetrasi smartphone di Indonesia sudah mencapai 89% dan transaksi digital sudah bertumbuh lebih dari 2x lipat selama pandemi, berdasarkan data dari Kementerian Kominfo tahun 2021.

“Berangkat dari sana, Virgo terinspirasi untuk menjadi jembatan para pelanggan pengguna uang tunai untuk beralih ke nontunai lewat fitur Top Up Kembalian yang bermitra dengan Alfa Group (Alfamart, Alfamidi, Dan+Dan, dan Lawson) dalam mewujudkan komitmennya menjadi bagian dari pelopor gerakan baru menuju cashless society di Indonesia,” kata Viko.

Virgo memungkinkan pelanggan Alfamart, Alfamidi, Dan+Dan, dan Lawson untuk melakukan pembayaran dengan uang tunai dan menerima kembalian dalam bentuk uang elektronik, dengan meminta kasir untuk memasukkan kembalian hasil belanjanya ke aplikasi Virgo. Uang kembalian tunai (maksimal Rp99.999) dapat diterima dalam bentuk saldo Virgo melalui Top Up Kembalian.

Bagi pengguna aplikasi Alfagift, dapat menghubungkan akun Virgo mereka ke akun Alfagift sebagai metode pembayaran. Dengan demikian, uang kembalian yang sudah terkumpul di dalam akun Virgo dapat digunakan kembali untuk berbelanja di aplikasi Alfagift.

Menyasar kota lapis 2

Disinggung apa yang membedakan Virgo dengan platform lainnya, Viko menegaskan, selain memiliki fitur unggulan tadi mereka juga memiliki keunikan dengan fokus menyasar kota-kota lapis kedua di Indonesia. Saat ini, transaksi Top Up Kembalian terbanyak di Indonesia berada di daerah seperti Rembang, Sidoarjo, Jember, Klaten, dan Bekasi.

Meskipun kota-kota besar di Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan dalam adopsi pembayaran digital, potensi solusi e-money di kota-kota lapis 2 dan tingkat 3 masih belum dimanfaatkan sepenuhnya. Kota-kota ini, dengan populasi yang terus bertambah dan ekonomi yang sedang berkembang, menyajikan peluang unik bagi platform e-money untuk mendorong inklusi keuangan, memacu pertumbuhan ekonomi, dan memberdayakan masyarakat lokal.

“Virgo juga dapat digunakan untuk melakukan pembayaran di berbagai gerai yang menerima pembayaran dengan metode QRIS. Saat ini Virgo telah mendapat izin dari Bank Indonesia serta terdaftar dalam anggota Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI),” kata Viko.

Target Virgo tahun 2023

Hingga akhir tahun 2023, target dari Virgo adalah bisa merangkul sekitar 1,5 juta pengguna aktif. Virgo juga ingin menjadi solusi bagi para pelaku industri layanan finansial lainnya untuk dapat menyasar kalangan unbanked/underbanked. Ke depannya Virgo juga ingin menjalin kolaborasi dengan pihak terkait, untuk terus berinovasi dalam memberikan layanan keuangan yang lebih luas seperti perbankan, investasi, asuransi, peminjaman modal dan lainnya.

“Dengan begitu Virgo dapat terus membantu para pengguna untuk sepenuhnya mengatur keuangan mereka secara digital dan turut ambil bagian dalam membangun inklusi keuangan di Indonesia,” kata Viko.

Salah satu keuntungan utama dari adopsi pembayaran nontunai adalah potensi untuk memberikan layanan keuangan kepada masyarakat yang tidak memiliki akses ke perbankan atau memiliki akses terbatas.

Dengan memanfaatkan teknologi seluler, dompet digital, dan solusi pembayaran inovatif, pembayaran nontunai dapat menjembatani kesenjangan antara sistem perbankan tradisional dan individu yang memiliki akses terbatas ke layanan keuangan. Inklusi ini dapat memberdayakan individu dan usaha kecil, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi lebih aktif dalam ekonomi formal.

Application Information Will Show Up Here

Bagaimana Martech Bantu Startup Meningkatkan Pengalaman Konsumen

Mendekatkan diri dengan konsumen adalah cara terbaik bagi suatu bisnis untuk terus mencari tahu apa yang mereka inginkan. Informasi tersebut dapat digunakan oleh tim penjualan, pengembang , atau pemasaran dalam membuat produk yang lebih dipersonalisasi untuk setiap pelanggan, sehingga tujuan akhir ‘hubungan dengan konsumen yang lebih baik’ dapat tercapai.

Pesatnya perkembangan teknologi digital pun mengubah cara orang berkomunikasi satu sama lain. Beda kanal digital, beda pula cara berkomunikasinya. Itu belum bicara siapa target konsumennya, kapan waktu yang tepat, alat apa yang terbaik di bidangnya, apa kampanye yang tepat, dan lainnya.

Seluruh pekerjaan tersebut harus diselesaikan dalam waktu singkat karena di saat yang bersamaan, pemasar juga dikejar target yang harus dicapai. Alhasil, platform marketing technology begitu dicari.

Marketers harus mengerti bagaimana sih journey consumer-nya apakah di situs atau app, apa yang mereka lakukan di sana. Data-data penting tersebut dianalisis untuk menentukan apa kampanye yang tepat buat dia. Lalu menentukan seperti apa komunikasinya, kapan, dan bagaimana cara berkomunikasinya,” terang Country Manager MoEngage Indonesia Roy Simangunsong kepada DailySocial.id.

Roy melanjutkan, “Bicara mendasar tentang pemasar itu, enggak bisa namanya spray and pray. Tapi harus mensegmenkan konsumen-konsumen berdasarkan bucket-bucket-nya untuk menawarkan produk kita yang tepat apa untuk dia, sehingga potensi untuk konsumen tersebut melakukan tindakan lebih tercapai. At the end, business goals-nya tercapai, revenue achieve, dan lifetime value meningkat.”

Insight-led

Di era ini, pemasar seharusnya melakukan pekerjaan mendasarnya bukan berdasarkan data lagi karena data hanya sebuah informasi angka. Data yang dibantu dengan teknologi AI dan ML jauh lebih memberikan cerita mendetail tentang diri konsumer, sebuah bahan yang penting dalam proses analisis dan segmentasi. Ini adalah pilar pertama dari insight-led consumer engagement yang diusung MoEngage.

MoEngage itu sendiri merupakan consumer engagement platform, sebuah marketing technology yang memungkinkan pemasar bisa engage ke konsumer retain hubungan tersebut secara kontinu, dan menambah konsumer yang sebelumnya belum terlalu aktif untuk mau kembali pakai produk.

MoEngage menyatukan seluruh kebutuhan pemasar yang selama ini solusi-solusinya tersebar apabila mereka ingin melakukan suatu kampanye di suatu channel digital. Pemasar bisa terhubung dengan konsumernya di berbagai kanal pemasaran, terdapat solusi untuk analisis , segmentasi, dan berkomunikasi dengan konsumen secara omnichannel (mobile push, email, SMS, in-app, WhatsApp) dan bisa jangkau lewat aplikasi atau situs klien.

“Saat klien mengimplementasikan MoEngage, mereka taruh SDK kita ke situs atau app-nya. Apa yang didapatkan dari sumber-sumber data tersebut akan memberikan informasi yang lebih rich [misalnya] mengenai Roy itu apa, tanggal lahir, nomor telepon, email, dan atribut-atribut lain yang menceritakan tentang Roy. Jadi di pilar pertama, insight-led itu kita bisa analisa dan segmentasi.”

Pilar kedua adalah meng-engage konsumen. Bagaimana bisa berkomunikasi dengan individu atau kelompok tersebut. Disebut kelompok karena bisa jadi dalam satu cakupan tersebut berisi orang-orang yang punya kesamaan, baik itu kesenangan atau kebiasaan. Sebab, dalam melakukan pemasaran itu tidak bisa spray and pray, harus bisa melakukan segmentasi konsumen berdasarkan bucket-bucket-nya sebelum menawarkan produk/jasa yang tepat buat mereka.

“Setelah tahu cara interaksinya, kita pasti ingin optimalkan kan, ini disebut flywheel effect, yakni lingkaran yang terus-menerus berputar. Setelah MoEngage berikan atribut-atribut informasi, misalnya Roy setelah berkunjung dia senang memasukkan barang ke keranjang, tapi baru checkout saat ada diskon. Ini kan artinya beda cara engage-nya harus dengan apa, kita bisa optimalkan mana channel yang paling optimal buat Roy agar bisa cepat-cepat checkout.”

Dia melanjutkan, “Bila menggunakan data saja tanpa machine learning, tentunya proses tersebut akan lama karena harus dianalisis dulu. Yang kami tawarkan ada machine learning yang membantu pemasar tersebut mempercepat prosesnya untuk engage dengan konsumernya.”

Pilar ketiga, setelah dianalisis, di-engage, dan optimalisasi, siklus berikutnya adalah pemasar kembali bertanya dari seluruh kampanye yang telah dilakukan apa yang harus dilakukan setelahnya. Serta, kembali mendalami konsumernya itu sendiri. Semakin aktif konsumen, maka secara statistik ada cara untuk tetap meningkatkan kegiatan mereka yang pada akhirnya bisa menambah pendapatan perusahaan.

“Kalau challenge-nya bagaimana mau drive active user di aplikasi/situs agar bisa menaikkan revenue, sebagai tools kita harus mengetahui konsumer kita.”

Bila dikaitkan dengan strategi pemasaran di dunia startup, tentunya tidak jauh berbeda. Sebagai founder juga harus mulai melihat konsumen yang datang itu haruslah yang tepat dan tahu bagaimana berkomunikasi dengan mereka dengan menawarkan produk yang tepat.

“Misalnya, Roy bakal lebih aktif kalau ada komunikasi baru yang tepat sesuai behavior dia. Jadi komunikasinya harus seakan-akan dipersonalisasi untuk Roy, sehingga bisa meningkatkan active usage-nya.”

Contoh kasus yang terjadi di salah satu klien OTT MoEngage di Vietnam, mereka dapat meningkatkan angka berlangganan hingga tiga kali lipat dan angka pelanggan berbayar hingga tiga kali lipat.

“Kondisi yang sama juga terjadi di telko. Sebagai pemasar pasti ingin reach ke spesifik target konsumen dan bisa berkomunikasi dengan mereka secara tepat guna. Mereka bisa lihat Roy secara 360 derajat, selalu beli paket data A misalnya karena ada streaming. Potensi sebagai telko bisa drive Roy lebih aktif tawarkan produk yang mirip. Ini yang terjadi di XL Axiata bisa segmentasi pasar based on action yang konsumen lakukan dalam periode tertentu. Ini sukses drive pertumbuhan MAU sampai 98%.”

Tren pemasaran saat ini

Menurut Roy sejumlah tren pemasaran yang perlu diperhatikan para pemasar. Pertama, trennya semakin lama pemasar bisa melakukan engagement ke konsumen berdasarkan insight-led semakin meningkat. Lantaran, pemasar saat ini tidak punya banyak waktu lama untuk meninggu. Sehingga di lokasi di mana konsumen berada harus segera buat kampanye.

“Semakin pendek waktu pemasar untuk berpikir, sehingga dengan adanya situasi ini MoEngage dapat beraksi dan menentukan kampanye apa yang tepat buat konsumen mereka.”

Kedua, kampanye yang dipersonalisasi itu merupakan suatu keharusan. Hal ini bisa dimungkinkan kalau memiliki insight yang melimpah dari consumer engagement platform. Ketiga, touch point konsumen semakin banyak, dari WhatsApp, situs, email, SMS, integrasi dengan iklan di Facebook dan Google, bahkan sudah terintegrasi juga dengan TikTok. Platform omnichannel semakin dibutuhkan untuk pemasar dalam membantu mreka mana channel yang tepat untuk jangkau tipe tertentu konsumen.

Terakhir, berbagai insight dari platform ini hanya bisa terjadi dengan campur tangan teknologi AI dan ML. Pemasar dapat memperpendek waktu analisa dari sebelumnya yang butuh waktu berjam-jam. Dengan kata lain, teknologi tersebut sudah bagian yang terpenting, sudah tidak bisa terpisahkan lagi.

Roy juga menekankan bahwa dalam pemasaran itu, terdapat kombinasi antara teknologi dan seni. Dicontohkan, dalam sekelompok konsumen yang walaupun mereka punya kesamaan, tapi bila dilihat lebih dalam ada yang lebih suka berkomunikasinya dengan channel tertentu. Apalagi untuk generasi muda saat ini, mereka lebih menyukai ada unsur gamifikasi yang buat mereka lebih bersemangat.

“Kita sebagai brand harus memadukan data dan seni untuk berkomunikasi. Jadi ada perubahan dari campaign centric jadi consumer centric karena sekarang inilah yang paling penting.”

MoEngage di Indonesia

Di bawah kepemimpinan Roy, menegaskan komitmen MoEngage untuk menyeriusi pasar marketing technology di Indonesia. Disebutkan bahwa Indonesia adalah negara prioritas kedua setelah di India untuk regional Asia Pasifik. Karena penting, maka perusahaan juga jor-joran investasi dengan merekrut talenta lokal terbaik.

“Investasi yang kita lakukan dengan rekrut orang lokal ini jadi diferensiasi mendasar [dari kompetitor]. Kita pun melihat orang Indonesia itu lebih senang jika ada tim lokal MoEngage yang bisa bantu menjelaskan produk kami ke mereka karena bisa tanya banyak.”

Disebutkan MoEngage memiliki 140 klien dari berbagai skala, mulai dari startup seperti edtech, OTT, e-commerce, hingga perusahaan telekomunikasi. Melimpahnya klien ini membuat posisi Indonesia jadi penting karena makin banyak pengalaman-pengalaman dari sini yang dapat dilanjutkan untuk pengembangan kemampuan produk MoEngage.

“Kita banyak berikan feedback ke tim produk global untuk kasih tahu bahwa ini produk-produk yang bakal works di Asia. Jadi kita bisa memengaruhi produk kita jadi lebih bagus di pasar, sehingga apa yang kita develop itu bisa meaningful buat konsumer bukan sekadar buat kompetisi saja.”

Salah satu pengembangan produk yang baru-baru ini dirilis berkat masukan dari klien Indonesia, yakni web personalization, MoEngage Inform, dan MoEngage Flows versi terbaru.

Pelokalan Konten dan Live Streaming Jadi Strategi Glance di Indonesia

Glance, platform lock screen smartphone, dan InMobi (induk dari Glance), penyedia teknologi pemasaran dan monetisasi, mengumumkan pembukaan kantor regional terbarunya di Jakarta, pada Selasa (12/6). Keseriusan ini menandai komitmen Glance dan InMobi untuk memperbesar jaringan bisnisnya di negara yang berkontribusi terbesar kedua setelah basis bisnis utamanya di India.

Pembukaan kantor baru ini dilakukan oleh Director of Market Development Glance Indonesia Dalip Shahri, SVP & GM Strategic Distribution Partnerships Glance Aditya Goyal, Vice President & GM International Markets Glance Khushboo Maheshwari, Managing Director APAC InMobi Rishi Bedi. Kantor tersebut berlokasi di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Di sana dilengkapi dengan dua studio yang dapat dipergunakan oleh para konten kreator untuk memproduksi kontennya. Hal ini selaras dengan strategi perusahaan untuk menghadirkan lebih banyak pengalaman dan format baru pada lock screen, termasuk konten live streaming. Kemudian, tim lokal juga akan digandakan jumlahnya selama satu tahun depan.

“Glance menghadirkan pengalaman yang mengikuti preferensi konsumen di Indonesia yang terus berkembang. Pada tahun 2022, kami membawa game di lock screen melalui platform Nostra dan lebih dari 1,5 juta game dimainkan di lock screen setiap hari saat ini. Melihat kecintaan masyarakat Indonesia pada LIVE, Glance akan menghadirkan pengalaman LIVE berbasis kreator yang imersif ke lock screen di 2023,” ucap Director of Market Development Flance Indonesia Dalip Shahri saat media breafing.

Sebagai catatan, Glance adalah platform lock screen bertenaga AI yang memberikan penggunanya pengalaman premium dan dipersonalisasi pada lock screen smartphone Android mereka. Pengguna bisa bermain game, live streaming dari para kreator, hingga baca berita dari berbagai portal media.

Pengalaman ini dimungkinkan karena Glance bekerja sama dengan para publisher, pengembang, dan kreator. Dengan AI, seluruh informasi yang disajikan di smartphone pengguna sudah dipersonalisasi sesuai minat masing-masing, dan semuanya bisa diakses tanpa harus mengunduh aplikasi, bahkan tanpa membuka kunci smartphone mereka.

Sejak dua tahun hadir di Indonesia, diklaim Glance telah memiliki lebih dari 30 juta pengguna aktif dan bekerja sama dengan lebih dari 60 publisher, di antaranya media online dan pengembang game. Dari 500 jenis game kasual yang tersedia, 50 di antaranya sudah dilokalkan dengan bahasa Indonesia.

“Semua konten yang ada di Glance sudah dikurasi 100% oleh tim, sehingga sangat dijaga dari berbagai unsur yang sensitif dan negatif, serta aman apabila digunakan oleh anak-anak. Lantaran ada 22 kategori yang dapat dipilih oleh pengguna sesuai preferensi mereka.”

Adapun InMobi itu sendiri sudah hadir selama hampir 1 dekade di Indonesia. Perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan telah bekerja sama dengan lebih dari 140 merek dan pengiklan. InMobi memiliki keahlian mendalam dan jangkauan yang unik dalam periklanan seluler dan merupakan mitra teknologi untuk sebagian besar merek terbesar dunia, pengembang game dan bisnis aplikasi konsumen. Mitra InMobi ikut memanfaatkan Glance menjangkau jutaan konsumen.

Dalam menghadirkan produk lock screen Glance, perusahaan bekerja sama langsung dengan pemilik merek smartphone untuk menanamkannya ke dalam sistem OS Android mereka. Sejauh ini ada empat merek yang sudah bekerja sama, namun tidak bisa disebutkan identitasnya. Yang bisa dipastikan, keempat merek tersebut punya pangsa pasar yang besar di Indonesia.

“Jadi setiap ada pengembangan fitur Glance akan diperbarui bersamaan dengan sistem dari OS Android. Pengguna tidak perlu install aplikasi karena memang tidak ada di Play Store. Mereka cukup mengaktifkan Glance di setting wallpaper di smartphone-nya.”

Konten live streaming

Fitur live streaming yang dihadirkan di Glance ini berkat Roposo, anak usaha perusahaan yang diakuisisi pada 2019. Roposo sebelumnya bermain di konten video pendek, kini berfokus pada social commerce, salah satunya live streaming bekerja sama dengan para streamer. Adapun untuk konten game disediakan oleh anak usaha perusahaan lainnya, yakni Nostra.

Fitur live streaming pertama kali diujicobakan di platform Glance pada Maret 2023 dengan total 100 streamers yang telah bergabung. Dalip menjelaskan, output yang diterima perusahaan begitu positif sehingga optimisme untuk menyeriusi industri ini makin besar.

Dicontohkan, pada Mei kemarin, Glance mentransformasi lock screen smartphone menjadi destinasi populer untuk live sports, dengan konten streaming dari SEA Games 2023 yang digelar di Kamboja. Dari situ terdapat lebih dari 1 juta konsumen Glance yang mengonsumsi konten secara real time dan interaktif selama pertandingan yang digelar selama 15 hari di lock screen mereka.

Untuk menghidupi ekosistem live streaming, perusahaan menyediakan platform teknologi yang mumpuni agar para streamer memiliki ruang untuk menjangkau penonton lebih cepat tanpa harus mengunduh aplikasi tertentu. “Sebelumnya saat para kreator mau live streaming, harus mengunduh aplikasi yang melimitasi mereka untuk menjaring penonton.”

Saat ini Roposo belum tersedia dalam bentuk aplikasi terpisah, alias masih tergabung ke dalam platform Glance. Namun tidak membuka kemungkinan bakal dihadirkan dalam aplikasi terpisah untuk ke depannya.

Perusahaan juga bakal aktif mengakuisisi (onboard) lebih dari 100 streamers di seluruh kategori pada tahun ini. Strategi yang akan dilakukan, di antaranya bekerja sama dengan agensi yang khusus menaungi para kreator, kerja sama langsung apabila mereka punya basis fans yang besar, serta membuka program di lima kampus ternama di Jakarta.

Program tersebut dimaksudkan untuk menemukan ratusan live streamer baru di seluruh kategori, termasuk olahraga, musik, kebugaran, K-Pop, dan lainnya selama periode 2 bulan. Strategi ini merupakan bagian dari rencana besar Glance yang menargetkan dapat menjaring 50 juta konsumen di Indonesia hingga tahun depan.

“Tujuan kami adalah menyediakan platform yang terbaik untuk para streamer, dengan demikian kami ingin onboard sebanyak-banyaknya streamer agar bisa live streaming di Glance,” tambah Vice President & GM International Markets Glance Khushboo Maheshwari.

Adapun saat ini diklaim Glance memiliki lebih dari 30 juta konsumen di Indonesia saja dan 230 juta pengguna aktif secara global.

Live streaming makin dilihat sebagai alat pemasaran yang sedang naik daun. Menurut Statista, pengguna internet di seluruh dunia menghabiskan lebih dari 480 miliar jam menonton konten live streaming di aplikasi populer pada 2020. Diperkirakan industri ini akan bernilai miliaran dolar dan naik menjadi $330,51 miliar pada 2030, mengutip dari studi Grand View Research.

Di Indonesia sendiri, pasar live streaming, melihat dari sisi social commerce, adalah pasar yang menggiurkan terutama dari sisi pemain UMKM. Dari laporan yang disusun DSInnovate bersama TikTok mengungkapkan, lebih dari 80% UMKM menggunakan media sosial untuk berjualan, termasuk TikTok Shop.

TikTok itu sendiri berada di persimpangan antara commerce, konten yang menghibur, dan komunitas. Makanya, menghadirkan TikTok Shop jadi bagian yang penting untuk menyatukan seluruh unsur tersebut. Indonesia sendiri merupakan pasar terbesar kedua secara global bagi TikTok. Diestimasi penggunanya mencapai 113 juta orang, beda tipis dengan Amerika Serikat yang memiliki 117 juta pengguna.

Ditanya mengenai diferensiasi antara Roposo dengan platform sejenisnya, Maheshwari menegaskan bahwa kelebihan Roposo adalah memungkinkan para penggunanya untuk menikmati konten live streaming tanpa harus mengunduh aplikasi tambahan. Pada akhirnya, karena tidak ada limitasi, jumlah penonton yang kemungkinan menyaksikan suatu konten live streaming bisa naik berkali-kali lipat.

“Salah satu streamer kami yang baru gabung dua bulan ada yang bisa meningkatkan penontonnya antara 10x lipat hingga 20x lipat. Jauh lebih cepat dari platform yang ia gunakan pada dua tahun sebelumnya,” tutup dia.

Ginee Perbarui Layanan, Fokus Garap Kerja Sama dengan UMKM

Penyedia solusi e-commerce enabler Ginee (sebelumnya Genie), semakin memperkuat posisinya di pasar. Sejak mengadakan soft launching pada 2020, perusahaan kini fokus menyediakan solusi omnichannel untuk memaksimalkan efisiensi bisnis dan menciptakan pengalaman yang dipersonalisasi untuk pelanggan dalam penjualan Online dan Offline.

Sempat mengalami tantangan pada masa-masa awal COVID karena membatasi interaksi dengan merchat, tim Ginee mengaku mendapat banyak manfaat dari situasi tersebut karena banyak UMKM yang mulai aware dengan  penjualan di channel online. Ginee hadir untuk mengotomasi dan memanfaatkan teknologi digital untuk menjual dan meningkatkan operasional mereka.

Saat ini Ginee memiliki tiga fitur utama, yaitu Ginee omnichannel, khusus untuk UMKM yang fokus pada efisiensi operasional. Selain itu, ada Ginee WMS (Warehouse Management Service) yang ditujukan bagi bisnis yang sudah lebih matang dalam operasional melalui omnichannel. Terakhir, ada Ginee chat yang dapat membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan toko.

Evelyin Wu, General Manager Ginee, kepada DailySocial.id menyampaikan, “Perusahaan memiliki misi untuk bisa advance for a better life  atau berkemang untuk hidup yang lebih baik. Slogan kami adalah Gineeus way to build your business. Nilai ini yang akan digunakan sebagai key provider layanan omnichannel baik di pasar Indonesia maupun Asia Tenggara,” jelasnya.

Ginee merupakan singkatan dari Global Intelligence and Ecommerce Engine. Di akhir tahun 2021 lalu, perusahaan induk Ginee, Advance Intelligence Group telah meraih pendanaan senilai USD$ 80 juta atau lebih dari Rp1,1 triliun. Secara total, perusahaan berhasil mengumpulkan USD$700 juta dan menjadi salah satu unicorn dari Singapura.

Fokus ke UMKM Besar

UMKM memegang peran penting dalam perekonomian negara. Menurut data Ginee, 99% bisnis di Indonesia adalah UMKM, dan mereka menyumbang 97% lapangan kerja domestik Indonesia. Mayoritas UMKM memiliki tim yang kecil. Hal-hal seperti pengelolaan waktu, sumber daya, dan biaya menjadi komponen yang paling diperhatikan. Jadi fokus utama kami adalah membantu meningkatkan produktivitas bisnis dan mengoptimalkan efisiensi bisnis.

Menurut keterangan perusahaan, ada dua fase pertumbuhan industri enabler di Indonesia. Fase pertama terjadi selama masa pandemi ketika UMKM menyadari bahwa mereka perlu menyesuaikan teknologi dan penjualan online dengan bisnis mereka. Fase kedua adalah pasca-pandemi, saat semua orang menyadari implementasi teknologi dan ekosistem layanan yang kami berikan semakin berkembang, mulai dari software, fulfillment, enabler, dan layanan pendukung lainnya.

Saat ini, Ginee mulai melakukan kolaborasi dengan layanan-layanan tersebut satu sama lain dan merasa perlu untuk mengedukasi pasar untuk strategi terbaru demi mengoptimalkan bisnis mereka dan belajar dari satu sama lain. Ke depannya, Ginee tengah fokus untuk menggarap strategic partnership dengan UMKM besar

“Kami sudah bekerja sama dengan beberapa brand Indonesia yang sangat besar (contohnya Wardah dan Erigo). Kami ingin mengembangkan lebih banyak kemitraan semacam ini dan melayani pelanggan yang lebih besar,” lanjut Evelyin.

Selain itu, perusahaan juga mencatatkan pendapatan sebesar 5x lipat sejak diluncurkan. Jumlah ini akan selalu ditingkatkan sembari menjalankan bisnis dan mengelola biaya secara efisien. Ginee juga telah melihat beberapa studi kasus dan kesaksian yang sangat sukses dari pelanggan yang puas. Kisah ini juga akan dibagikan agar komunitas dapat saling belajar dan menerapkannya dalam bisnis mereka.

Dari segi ekspansi, saat ini Ginee telah tersedia di Asia Tenggara, antara lain Filipina, Thailand, Malaysia dan Vietnam dengan Indonesia sebagai pasar utama. Sebagian besar tim berbasis di Jakarta dan setiap negara memiliki tim sendiri dengan berfokus pada pelokalan produk, bagaimana membuat teknologi ramah dan seoptimal mungkin untuk kondisi lokal bagi penjual.

Setiap pengembangan yang dilakukan Ginee sebagian besar berfkus pada “by seller and for seller“, timnya mengaku telah menghabiskan banyak waktu mengumpulkan feedback dan berbicara dengan mitra pedagang di lapangan dan di gudang atau toko mereka.

“Meskipun kami telah mengembangkan banyak fitur baru untuk mendukung para merchant, kami masih dapat terus melakukan improvement di banyak area. Misalnya, infrastruktur pendukung untuk UMKM di luar Jakarta masih belum matang. Sejalan dengan hal tersebut, kami juga dapat meningkatkan dukungan kami di pasar Asia Tenggara lainnya seperti Filipina dan Malaysia,” tutup Evelyin.

CareNow Hadirkan Layanan “PayLater” Fokus pada Perawatan Kesehatan

Memiliki akses ke perawatan kesehatan berkualitas tinggi menjadi kebutuhan yang esensial dalam upaya pencegahan penyakit, menjaga kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup. Pada kenyataannya, tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap layanan kesehatan.

Di Indonesia, penetrasi asuransi masih rendah dan tidak semua layanan ditanggung oleh asuransi pemerintah atau swasta. Data OJK menunjukkan bahwa tingkat penetrasi asuransi di Indonesia pada 2021 baru mencapai 3,18%, yang terdiri dari penetrasi asuransi sosial (1,45%), asuransi jiwa (1,19%), asuransi umum (0,47%), dan sisanya asuransi wajib.

Hal ini menginspirasi Andrew Soebagijo, Co-Founder dan COO CareNow untuk mengembangkan layanan CareNow yang dapat mengurangi kekhawatiran pembayaran, sembari menerima perawatan terbaik. Dalam wawancara bersama DailySocial, Andrew mengaku percaya bahwa industri kesehatan di Indonesia memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan.

“Masalah keuangan kerap mengganggu pasien dan penyedia layanan kesehatan, dan saat ini tidak ada solusi yang dapat mengatasi masalah mereka. Sebagai contoh, inflasi medis 3-8x lebih tinggi dari inflasi umum. Kami ingin memastikan masyarakat Indonesia dapat memiliki akses yang sama terhadap perawatan berkualitas tinggi,” ungkapnya.

CareNow merupakan perusahaan teknologi di Indonesia yang mengembangkan platform teknologi solusi bisnis untuk layanan medis. Layanan ini membantu pasien mendapatkan keperluan pembiayaan, dengan menyediakan cicilan perawatan/pengobatan yang terjangkau dari penyedia terpercaya.

Didirikan pada Juni 2022, CareNow memulai operasionalnya dengan tim yang beranggotakan tiga orang, yaitu Stefanie Juergens (CEO), Alexander Anggada (CTO), dan Andrew Soebagijo (COO).

Dalam menyediakan layanan pembiayaan ini, CareNow bekerjasama dengan PT Digital Micro Indonesia (DanaBijak) untuk mengoperasikan fitur PayLater yang sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor KEP-92/D.05/2021. Kerjasama ini memastikan transaksi di CareNow aman dan terpercaya, dilakukan melalui mekanisme yang diatur dan diawasi oleh OJK.

Layanan ini menawarkan cicilan dengan tenor 2 hingga 6 kali. Untuk saat ini, pembiayaan yang ditawarkan melalui CareNow fokus pada perawatan yang tidak dikover oleh asuransi baik swasta maupun publik. Pengguna bisa memilih perawatan yang diperlukan dengan mendaftar di situs dan mengisi data diri. Pembayaran saat ini dapat dilakukan melalui transfer virtual account.

“Saat ini, kami telah membangun tim yang solid beranggotakan sepuluh orang yang semuanya bersemangat untuk memberikan dampak dalam perawatan kesehatan,” terangnya.

Di masa awalnya, perusahaan sempat menghadapi tantangan dalam menerapkan metode pembayaran baru ini. Pasien terbiasa dengan cara pembayaran yang konvesional/biasa untuk perawatan dan enggan mencoba sistem baru perawatan dulu, bayar kemudian.

Timnya melakukan upaya berkelanjutan untuk mengedukasi pasien dan penyedia layanan kesehatan tentang metode pembayaran baru ini dan membantu mereka melihat manfaatnya. Seiring waktu berlalu, tingkat adopsi kini semakin tinggi dan resistensi semakin menurun.

Rencana ke depan

Sistem pembayaran PayLater atau “Beli Dulu Bayar Nanti” saat ini sudah banyak ditawarkan oleh para pemain e-commerce dengan fokus untuk kebutuhan konsumtif atau perbelanjaan. CareNow ingin menciptakan peluang yang sama dalam usaha ingin mewujudkan aksesibilitas dan keterjangkauan terhadap perawatan kesehatan berkualitas tinggi untuk semua orang.

CareNow saat ini fokus pada pembiayaan kesehatan karena banyaknya perawatan kesehatan yang tersedia di Indonesia namun opsi pembayarannya terbatas. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan pasien untuk membayar pengobatan, menunda perawatan kesehatan mereka, dan menurunkan kualitas hidup mereka.

“Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk membantu pasien mendapatkan perawatan yang mereka inginkan dan mendukung penyedia layanan kesehatan untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan pasien,” tegas Andrew.

Belum lama ini, perusahaan telah menyelesaikan Demo-Day bersama Antler. “Di sinilah dr. Nani (Stefanie Juergens) dan saya bertemu, menyatukan kekuatan, dan mendirikan CareNow. Selama program, saya bertemu dengan orang-orang yang berpikiran sama yang bersemangat membangun startup/membangun solusi untuk komunitas, belajar dari para pendiri yang terhormat, dan mengenal dunia startup,” lanjutnya.

Sebelumnya, mereka juga sempat mengikuti program pelatihan dari Iterative. Setelah menjalani program selama 4 minggu, mereka didorong untuk bergabung dengan gelombang W23. “Iterative sangat membantu kami dalam melakukan banyak hiper-eksperimen dan memastikan bahwa permintaan produk ada sebelum mengkhawatirkan aspek bisnis lainnya,” ungkap Andrew.

Menurut Andrew, bergabung dengan program akselerator memungkinkan timnya terhubung dengan mentor berpengalaman yang dapat memberi saran tentang pengembangan produk, strategi, dan penggalangan dana. Ini juga bisa menjadi medium bertukar ide tentang strategi pertumbuhan dan bereksperimen dengan strategi aktivasi, memberi akses ke investor, yang membantu dalam meningkatkan skala dengan cepat.

Dari sisi pendanaan, CareNow telah menutup putaran pra-awal pada bulan Januari lalu. Saat ini, perusahaan mulai fokus untuk penggalangan dana tahap awal. Andrew mengungkapkan bahwa timnya sangat terbuka bagi modal ventura yang tertarik untuk berinvestasi ke platform yang menghubungkan  perawatan kesehatan dan fintech.

Selain itu, Andrew juga mengungkap misi perusahaan untuk membuka akses seluas-luasnya untuk perawatan kesehatan berkualitas tinggi agar dapat terjangkau bagi semua orang. “Dan untuk melakukan itu, kami ingin memperluas kehadiran kami ke lebih banyak penyedia layanan kesehatan di seluruh Indonesia.”

Bizhare Targetkan Perolehan Pendanaan Baru di Akhir Tahun

Platform securities crowdfunding Bizhare mengungkap tengah menggalang pendanaan baru dengan target dana segar sebesar $3-5 juta. Bizhare membidik dapat menutup aksi penggalangan dana akhir tahun ini.

“Kami sedang menjajaki dengan beberapa investor yang tertarik, tetapi belum dapat kami disclose. Model bisnis kami sebetulnya sudah menuju path to profitability, dan pertumbuhan [bisnis] kami tidak terlalu harus cash burning,” ungkap Co-Founder dan CEO Bizhare Heinrich Vincent kepada DailySocial.id.

Lanjut Vincent, pendanaan tersebut akan digunakan untuk mempercepat pertumbuhan model bisnis Bizhare, memperbesar skala operasi, dan mengembangkan teknologi produknya.

Bizhare telah beroperasi sejak 2018 secara bootstrap. Platformnya menawarkan alternatif pendanaan bagi pemilik usaha dengan pilihan instrumen investasi mulai dari saham, obligasi, hingga sukuk.

Di 2021, Bizhare meluncurkan aplikasi mobile untuk meningkatkan pertumbuhan investornya.

Perusahaan tercatat telah mengumpulkan total pendanaan sebesar Rp179 miliar ke 127 pemilik bisnis (penerbit), memiliki 209 ribu investor retail, serta membagikan Rp13 miliar dividen per Mei 2023. Klaimnya, Bizhare mengalami peningkatan pendapatan tahunan sebesar 4 kali lipat pada 2022.

Kolaborasi

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total penghimpunan dana melalui platform securities crowdfunding (SCF) telah mencapai Rp721,84 miliar di sepanjang 2022. Angka tersebut naik 75% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp412 miliar.

Dengan penetrasi SCF yang masih rendah di Indonesia, lanjut Vincent, pihaknya berinisiatif untuk mendorong kolaborasi dengan berbagai lembaga keuangan di pasar modal dan investor institusional. Dengan begitu, tak hanya investor retail saja yang terlibat di platform Bizhare.

Selama ini, P2P lending cenderung lebih banyak digunakan oleh pelaku usaha dalam mencari alternatif permodalan. Data OJK mencatat penyaluran pinjaman P2P lending di sepanjang 2022 mencapai Rp51,12 triliun.

“Belum terjadi kolaborasi antara institusi dan lembaga keuangan di pasar modal dengan SCF. Masih ada blocker di regulasi untuk menjembatani hal tersebut. Ini sedang kami dorong ke OJK bagaiman lembaga keuangan di pasar modal bisa saling berkolaborasi,” tambahnya.

Ia juga mengungkap saat ini tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan sekuritas di mana mereka bisa ikut memasarkan efek, bukan hanya ke perusahaan terbuka saja, tetapi juga ke perusahaan privat. Dengan demikian, modal dapat disalurkan ke para pelaku UMKM yang mana saat ini berkontribusi besar terhadap PDB nasional.

“Dampaknya akan lebih besar karena dapat dirasakan oleh masyarakat. Ini seharusnya menjadi gebrakan kita dalam mendorong regulator untuk menjembatani kolaborasi ini,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Iklim Investasi Aset Digital Membaik, Nanovest Catat Pertumbuhan Positif Awal Tahun Ini

Platform wealthtech merupakan salah satu segmen yang meroket popularitasnya selama pandemi. Platform investasi aset digital Nanovest, yang memberikan peluang konsumen Indonesia berinvestasi di aset kripto dan saham perusahaan asing, mengklaim pertumbuhan 20% dibandingkan Q4 2022 lalu.

Kepada DailySocial.id, CMO Nanovest Jovita Widjaja mengungkapkan kondisi perusahaan tahun ini.

Pertumbuhan pengguna

Ada beberapa faktor yang menjelaskan mengapa platform investasi aset digital masih belum luas adopsinya di Indonesia. Faktor terbesar adalah ketakutan karena modal yang dibutuhkan cukup besar. Didominasi segmen konsumen berusia muda, layanan seperti ini dituntut memberikan tampilan yang user friendly. Selain itu literasi finansial masyarakat secara umum masih menjadi momok.

Nanovest, yang mulai bisa dinikmati publik sejak akhir 2021, mencoba mengatasi poin-poin tersebut dengan solusinya yang memberikan kemudahan investasi mulai dari Rp5000.

Secara demografi pengguna Nanovest adalah generasi muda yang tersebar di berbagai daerah, khususnya seperti Jabodetabek, Bandung, dan Sukabumi.

“Hasil SNLIK 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia masih belum begitu besar, karena persentasenya masih di angka 49,68 persen. Nanovest turut berkontribusi dalam mengajak para anak muda untuk semakin melek akan pentingnya manfaat berinvestasi untuk dapat mencapai kebebasan finansial dari dini,” kata Jovita.

Di Q1 2023 ini, diklaim kenaikan jumlah pengguna Nanovest mencapai lebih dari 20% dibanding kuartal sebelumnya.

Menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) Kementerian Perdagangan, pada akhir tahun 2022 telah tercatat jumlah pengguna aset kripto mencapai 16,55 juta orang. Angka itu meningkat 48% dibandingkan akhir November 2021, yaitu sebanyak 11,2 juta orang.

“Target ke depannya, Nanovest berusaha memperkuat posisi sebagai marketplace investasi yang aman, mudah dan dipercaya oleh semua orang, khususnya untuk para generasi muda,” kata Jovita.

Nanovest menyediakan program perlindungan cybercrime yang disediakan  Asuransi Sinar Mas guna untuk melindungi setiap aktivitas transaksi. Perusahaan adalah peserta Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator tahun 2022 lalu.

Lanskap investasi aset digital di Indonesia

Platform investasi membuka pintu bagi individu untuk berpartisipasi dalam berbagai jenis aset digital. Di sisi lain, platform investasi aset digital memiliki potensi meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Rangkaian “Bulan Literasi Kripto” awal tahun ini diselenggarakan BAPPEBTI, Kementerian Perdagangan, dan Asosiasi Perdagangan Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO) yang menandai keseriusan pemerintah dan pelaku industri untuk mengembangkan ekosistem perdagangan aset kripto.

“Potensi ekonomi digital Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, yaitu sebesar $146 miliar. Hingga saat ini, aset digital merupakan salah satu media investasi yang cukup besar diminati, terutama kalangan anak muda,” ungkap Direktur Utama Nanovest Billy Surya Jaya.

Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

Application Information Will Show Up Here

Rosé All Day Siap Lebarkan Bisnis ke Global Usai Capai Profitabilitas

Seiring meningkatnya belanja produk online, pemilik merek kosmetik D2C memainkan peran signifikan dalam mendorong industri kecantikan di Indonesia. Dengan fokus pada inovasi, transparansi, dan keterlibatan konsumen, platform D2C siap mengubah standar industri kecantikan.

Rosé All Day Cosmetics (RADC) merupakan merek kecantikan Indonesia yang menghadirkan produk -produk yang disesuaikan dengan target pengguna. RADC mendapatkan suntikan pendanaan dari AC Ventures pada 2020.

Dalam wawancaranya dengan DailySocial.id,  para pendiri RADC mengungkap rencana ekspansinya usai bisnisnya mencapai profitabilitas pada tahun lalu.

Eskpansi mancanegara

RADC didirikan di 2017 oleh Cindy Nyoto Gunawan, Tiffany Danielle, dan Samantha Wijaya. RADC mengklaim telah mencapai profitabilitas dengan pertumbuhan tahunan yang signifikan sejak 2021.

Pendapatannya mengalami peningkatan tahunan sebesar 4 kali lipat pada 2022, dan berada di jalur untuk mencapai pertumbuhan sebesar 6 kali lipat pada 2023. Pertumbuhan ini disebut menjadi kombinasi dari traksi produk, peningkatan jalus distribusi online dan offline, serta retensi pelanggan yang baik.

“Kami memulai dengan modal awal sebesar $10.000 (sekitar Rp148 juta). Selama tiga tahun pertama, RADC mengalami pertumbuhan organik dengan pengeluaran pemasaran yang minimal. Bahkan selama pandemi di 2020-2022, RADC mengalami pertumbuhan pesat dengan menjaga pengeluaran pemasaran di bawah 20% dari pendapatan,” kata CEO dan Co-Founder RADC Cindy Nyoto Gunawan.

Selanjutnya, RADC berencana memperluas distribusi ke seluruh Indonesia dan kehadiran omnichannel, serta melakukan rebranding pada koleksi perawatan kulitnya sebagai bagian dari strategi ekspansi. Untuk rencana jangka panjang, perusahaan berharap bisa membawa RADC ke tingkat global.

RADC juga akan melakukan perekrutan di berbagai bidang, termasuk pemasaran, media sosial, operasi, keuangan, supply chain, pengembangan produk, membangun komunitas, dan pengembangan kreatif. Saat ini, jumlah karyawannya sebanyak 50 orang.

“Kami percaya ada potensi besar yang belum dimanfaatkan dalam menempatkan brand Indonesia, seperti milik kami, di peta dunia. Ini bukan hanya tentang melebarkan sayap, tetapi membuktikan bahwa kami sebagai brand Indonesia, dapat berdiri tegak di samping nama-nama besar di global. Ini bukan hanya sekadar ide, tetapi juga menjadi bahan bakar yang mendorong setiap keputusan kami menuju ambisi kami,” kata Co-Founder, CMO & Head of Product Development RADC Tiffany Danielle.

Produk terjangkau dan berkualitas

Sumber: Rosé All Day Cosmetics

Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku konsumen kecantikan telah mengalami pergeseran yang signifikan dengan munculnya platform Direct-to-Consumer (D2C). Pendekatan inovatif ini mendisrupsi jalur distribusi tradisional dengan memberdayakan akses yang mudah ke produk kecantikan berkualitas tinggi. Indonesia, dengan pasar kecantikannya yang beragam dan populasi tech-savvy yang ada saat ini, telah memberikan peluang bagi pertumbuhan kosmetik D2C.

Sejak awal, RADC telah mengidentifikasi kenaikan permintaan untuk produk kecantikan yang terjangkau dan berkualitas tinggi, yang belum terpenuhi di Indonesia. Terinspirasi oleh kesuksesan merek internasional, para pendirinya memutuskan untuk menciptakan Rosé All Day Cosmetics (RADC), merek kecantikan premium yang mudah diakses untuk wanita modern. Saat ini RADC telah memiliki sertifikasi halal sebagai merek kecantikan di Indonesia.

“Meskipun gaya hidup kami berbeda-beda, kami semua mengakui serangkaian ‘kebutuhan sehari-hari’ dalam rutinitas makeup kami. Wawasan ini mendorong kami untuk menciptakan produk-produk serba guna yang dapat menyederhanakan dan meningkatkan rutinitas kecantikan harian setiap wanita,” ujar Tiffany.

RADC meluncurkan lip and cheek duo, produk perawatan kulit yang multifungsi, mendukung tren lipstik matte yang tahan lama. Tujuan perusahaan adalah mendorong tampilan “no makeup” yang mendukung kecantikan alami. RADC kemudian mulai memperluas produk untuk perawatan kulit, memimpin tren skincare-infused makeup di Indonesia.

“Kami selalu mengutamakan transparansi, clean beauty, dan formulasi vegan, dengan komitmen yang kuat terhadap keterlibatan pelanggan. Tujuan kami adalah menawarkan produk inovatif, user-friendly yang dapat menjadi produk kecantikan sehari-hari bagi semua orang,” kata Tiffany.

Menurut Tiffany, yang membedakan RADC dari pemain lainnya adalah, komitmen mereka terhadap inklusivitas, transparansi, kesederhanaan, kemudahan, dan harga terjangkau. Terkait dengan warna kulit masyarakat Indonesia, inovasi produk dan kualitas RADC diklaim tercermin dalam penawaran, seperti realest lightweight skin tint, skin tint vegan pertama di Indonesia yang juga melindungi dari polusi.

“Kami menawarkan kemudahan belanja online melalui berbagai platform dan saat ini sedang memperluas keberadaan offline kami di seluruh Indonesia. Kami menjaga harga terjangkau dengan memastikan produk berkualitas tinggi,” Tutupnya.

Tercatat saat ini sudah ada beberapa merek kosmetik hingga perawatan kulit wajah dan rambut lokal yang menawarkan pendekatan serupa. Di antaranya adalah NAMA Beauty, pemilik merek D2C produk perawatan kulit dan kecantikan.

Diri Care juga hadir menawarkan solusi perawatan kesehatan pribadi sesuai permintaan (on-demand) serta terjangkau kepada para pelanggan di seluruh Indonesia, Base dikenal sebagai brand skincare yang menawarkan personalisasi rekomendasi perawatan kulit dengan teknologi eksklusif .

JULO Optimistis Segmen Pembiayaan Pendidikan Punya Ruang di Indonesia

Startup fintech lending JULO memercayai potensi pembiayaan di segmen pendidikan masih memiliki ruang pertumbuhan yang besar di Indonesia. Melalui peluncuran Biaya Pendidikan, JULO berharap dapat membantu meringankan beban masyarakat dengan cicilan ringan dan bunga bersahabat.

Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Chief Business Officer JULO Group Nimish Dwivedi menjelaskan, latar belakang perusahaan tertarik dengan segmen ini karena sejalan dengan visi yang ingin meningkatkan kualitas hidup dan membuat masyarakat Indonesia lebih berdaya, melalui fasilitas finansial yang merata.

“JULO percaya bahwa pendidikan adalah kebutuhan esensial masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkepanjangan. Sangat disayangkan jika pendidikan terhalang oleh kendala finansial, maka itu JULO kredit digital melalui fitur Biaya Pendidikan ingin memfasiliasi pembiayaan pendidikan dengan sistem cicilan dengan bunga bersahabat,” ujarnya.

Co-founder dan CEO JULO Adrianus Hitijahubessy menuturkan, tahun ini akan menjadi tahun penuh gebrakan inovasi bagi JULO Kredit Digital. Menurutnya, selain inovasi dari segi kampanye dan fitur-fitur, pihaknya akan perbanyak kerja sama dengan berbagai partner strategis ke depannya dalam waktu dekat – seperti yang sudah dilakukan bersama Grab.

“Dengan demikian, semakin banyak lapisan masyarakat yang dapat terjangkau oleh akses kredit dan menjadi lebih berdaya secara finansial untuk kualitas hidup yang lebih baik,” ujarnya.

Sebagai catatan, Indonesia merupakan negara sistem pendidikan terbesar ke-4 di dunia – setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, dengan 50 juta siswa di lebih dari 250 ribu sekolah. Potensi sedemikian luas ini tidak terlepas dari berbagai masalah, salah satunya fenomena putus sekolah.

Mengutip dari data Badan Pusat Statistik mencatat bahwa sebanyak 67% pelajar putus sekolah karena kendala ekonomi. Dengan 86% jumlah penggangguran terbuka yang didominasi oleh tingkat pendidikan setara dan di bawah SMA, kendala ini tentunya menjadi hambatan utama bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjadi berdaya secara finansial.

JULO bukanlah pemain lending pertama yang masuk ke segmen ini. Sebelumnya ada Pintek, Danacita, CICIL, Danadidik, Edufund, dan KoinPintar dari Koinworks, dengan berbagai skema pembiayaan untuk industri pendidikan.

KoinPintar dan Pintek sudah hengkang dari bisnis ini. Koinworks beralasan penutupan per April 2023 ini ditempuh karena perusahaan memutuskan untuk beralih ke bisnis pembiayaan dengan daya tarik lebih tinggi.

Adapun Pintek, hingga kini belum ada keterangan resmi yang disampaikan. Rumor yang beredar, Shipper mengeksplorasi produk pembiayaan untuk logistik bersama Pintek. Kini dalam situs Pintek, perusahaan menawarkan dua produk pembiayaan, yakni supply chain financing (distributor, supplier, dan merchant), dan pendanaan usaha (PO, invoice, dan inventory).

Dengan kata lain, produk yang ditawarkan Pintek ini kurang lebih sama dengan yang ditawarkan oleh pemain lending kebanyakan yang fokus di pembiayaan produktif, seperti Investree, Modalku, dan KoinWorks.

Kendati demikian, Dwivedi tetap melihat dengan pendekatan dan pengukuran risiko yang tepat, maka solusi yang ditawarkan perusahaan akan tetap menarik bagi masyarakat. Dia menjelaskan, dalam skema pembiayaan di produk ini terhubung dengan JULO Kredit Digital. Yang mana, JULO Kredit Digital memberikan limit kredit untuk pengguna yang telah memenuhi kualifikasi dan verifikasi big data melalui advance analytics secara kredit scoring, anti-fraud, dan affordability.

“Layaknya produk kartu kredit digital, JULO juga melakukan kredit skoring tidak hanya ketika proses pendaftaran, tetapi secara berkesinambungan berdasarkan histori kredit user di platform fintech.”

Biaya Pendidikan

Dia menjelaskan, fitur Biaya Pendidikan adalah salah satu fitur JULO Kredit Digital, sehingga mengikuti skema pembiayaan fitur JULO Kredit Digital lainnya. Pengguna dengan limit aktif dapat mengikuti alur seperti berikut:

Memilih produk Biaya Pendidikan dalam aplikasi JULO > Memasukkan keterangan siswa dan institusi pendidikan yang dituju > Memasukkan nilai pembayaran > Memilih tenor yang tersedia > Persetujuan transaksi.

“JULO Kredit Digital menyediakan bunga mulai dari 0,1% dengan tenor sampai dengan sembilan bulan.”

Sebagai catatan, JULO Kredit Digital diresmikan sejak September 2021 untuk memperluas fungsional plafon pinjaman agar pengguna dapat gunakan untuk berbagai jenis transaksi, mulai dari transaksi di situs e-commerce, bayar tagihan, top up saldo e-wallet, pinjaman tunai, transfer dana ke rekening sendiri atau orang lain, dan transaksi via QRIS.

Biaya Pendidikan, lanjutnya, dapat digunakan untuk membayar semua biaya pendidikan di sekolah mana pun, perguruan tinggi mana pun, universitas mana pun, dan kursus online apa pun di Indonesia. Cakupan ini meluas ke lebih dari 250.000 institusi dengan rencana penambahan lebih banyak ke depannya.

“Kami tetap fokus pada penggunaan kredit digital untuk memberdayakan pelanggan kami dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Konsumen sudah mulai menggunakan fitur pendidikan JULO ini untuk pembayaran yang meliputi biaya pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah dan universitas di kota-kota tingkat pertama dan kedua di seluruh Indonesia,” tambah Dwivedi.

Terkait kinerja perusahaan, akumulasi pembiayaan yang telah disalurkan JULO sejak didirikan sudah mencapai Rp9,87 triliun. Adapun untuk pinjaman tahun ini saja sebesar Rp1,64 triliun dengan outstanding Rp1,06 triliun. Sementara itu, untuk total peminjamnya mencapai 1,4 juta orang dengan 1,04 juta orang di antaranya adalah peminjam aktif.

Para peminjam ini didominasi oleh kelompok usia pekerja aktif dengan rentang usia 21 tahun-40 tahun. Mereka tersebar di kota urban (70%) dan sisanya di rural (30%). Disebutkan 70% dari tujuan pinjaman ini digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, termasuk modal usaha, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan renovasi rumah.

Application Information Will Show Up Here