Situs Jual Beli Online “Mise.id” Resmi Hadir, Klaim Miliki 5 Ribu Penjual Online

Mise.id, situs jual beli online, meresmikan kehadirannya di Indonesia sejak hadir pertama kali pada tahun lalu. Diklaim Mise menghadirkan konsep yang menggabungkan tradisional, konvensional selling, serta digital selling concept yang dimanfaatkan e-commerce dan media sosial, serta MLM (multi level marketing).

“Ditambah dengan opsi penjualan tunai dan non tunai, sehingga potensi untuk menguasai pasar dari Mise.id sangat besar. Kami hadir dengan konsep yang berbeda, pasalnya kami menilai potensi industri e-commerce di Tanah Air sangat besar tapi konsep yang ada mulai jenuh,” terang Founder Mise.id Harry Karundeng, Kamis (26/1).

Harry melanjutkan, Mise.id menawarkan kesempatan seluruh pengusaha untuk berjualan online dengan gimmick tanpa modal dan stok barang. Penjual akan mendapat komisi dari setiap yang laku terjual di toko online mereka, dapat dicairkan kapan saja, dan pengiriman didukung oleh mitra logistik terpercaya.

Sejak hadir pada tahun lalu, Mise.id kini telah memiliki 5 ribu toko online yang menjual produk dari 50 merchant, 7 ribu pengguna, dan mencatatkan 50 ribu pengunjung setiap harinya. Diklaim total omzet penjualan rata-rata di Mise.id telah di atas Rp10 miliar per bulannya.

Adapun kategori produk yang dijual Mise.id, mulai dari elektronik, gadget, furnitur, alat rumah tangga, peralatan dapur, obat-obatan, kecantikan, hingga fesyen. Rencananya, Mise akan menambah kategori lainnya seperti food & beverage dalam katalognya.

Tak hanya itu, Harry juga menargetkan sampai tiga tahun mendatang dapat menghimpun hingga satu juta pengusaha dalam platform Mise.id. Untuk jumlah transaksinya tumbuh 10 kali lipat di luar pertumbuhan secara organik.

“Kami akan mengembangkan lebih banyak produk dan terus berinovasi agar semakin banyak UMKM unttuk dapat memiliki toko online sendiri,” tutup Harry.

Mise.id merupakan perusahaan patungan antara Jepang dan Indonesia melalui MicroAd Indonesia yang 49% sahamnya dimiliki oleh MicroAd Jepang. MicroAd Japan sendiri sahamnya dimiliki Cyber Agent Japan (80%) dan Softbank Japan (20%).

Melalui Dasbor Terpadu, Pemerintah Ingin Pantau Sebaran Taksi Online

Sebagai salah satu realisasi poin Peraturan Menteri Perhubungan No. 108 Tahun 2017, Kemenkominfo tengah menyiapkan sebuah dasbor terpadu untuk memantau operasional taksi online. Hal tersebut disampaikan langsung oleh PLT Kepala Humas Kominfo Noor Iza. Saat ini pengembangannya tinggal melakukan penyelarasan data dengan GO-JEK, Grab, dan Uber. Sementara ini yang diakomodasi dengan dasbor ini baru layanan taksi online, seperti GO-CAR.

Ada dua fungsionalitas yang didesain dari dasbor tersebut, pertama untuk menampilkan jumlah taksi online yang aktif dan beroperasi di suatu kota. Tujuannya untuk memvalidasi jumlah armada yang beroperasi dengan kuota taksi online di daerah tersebut. Yang kedua, dasbor didesain untuk menampilkan info perjalanan yang bisa diakses melalui jasa tersebut.

Menurut Iza, nantinya dasbor tersebut juga akan disediakan untuk para perusahaan pengusung layanan on-demand, yang dilakukan pemerintah hanya mengintegrasikan data.

Kemajuan atau kemunduran?

Sebelum memberikan justifikasi, ada baiknya kita menilik kembali tentang dinamika kebijakan layanan transportasi on-demand di Indonesia. Sebagai ikon transportasi berbasis aplikasi di Indonesia, GO-JEK adalah pemain yang mengawali debut pada tahun 2011, kala itu masih berupa sistem call center. Kemudian pada bulan Agustus 2014 raksasa on-demand dunia Uber masuk ke Jakarta, sejak saat itu gonjang-ganjing berkaitan dengan regulasi dimulai.

Pihak Uber banyak “didemo” dan diminta untuk segera mengurus perizinan pendirian usaha. Bulan November 2015 Grab hadir di Jakarta, sementara saat itu berbagai pemain lokal sudah bermunculan, termasuk GO-JEK yang sudah memiliki aplikasi.

Lanskap industri pun semakin riuh, menyusul protes besar-besaran yang dilakukan oleh penyedia jasa transportasi non-aplikasi. Tepat pada bulan Maret 2016, Menteri Perhubungan yang kala itu dipimpin oleh Ignasius Jonan mengeluarkan surat pelarangan operasional transportasi online, namun peraturan tersebut dibatalkan.

Regulasi pun terus digodok hingga pertengahan tahun 2017. Permenhub No. 26 Tahun 2017 dirilis sebagai revisi dari aturan yang sudah diterbitkan sebelumnya.

Indikator kematangan pembangunan digital

Melihat langkah-langkah yang dilakukan pemerintah tersebut di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa saat ini pemerintah tengah coba menaruh perhatian kepada perkembangan teknologi, khususnya yang berdampak baik bagi masyarakat. Indonesia sedang dalam tahapan menuju kematangan digital.

Kebijakan yang dibentuk pemerintah penting untuk menjadi payung yang melindungi industri dan konsumen itu sendiri. Regulator dituntut untuk transparan dalam perumusan kebijakan, sekaligus lebih adaptif dalam menghadapi perkembangan teknologi.

Memahami Karakteristik Pola Belanja Konsumen Ritel Indonesia

Bisnis ritel adalah salah satu sektor dominan perekonomian Indonesia. Terlebih, kehadiran layanan e-commerce jadi channel penjualan yang bisa diandalkan karena potensi eskalasinya yang lebih besar daripada mengandalkan jalur offline.

Berdasarkan riset dari Accenture, pada tahun 2022 bisnis ritel akan mengalami pertumbuhan hingga US$71,3 miliar untuk kawasan Asia Pasifik. Naik berkali-lipat dari tahun 2017 yang sebesar US$5,97 miliar.

Untuk Indonesia sendiri, pada tahun lalu bila dilihat dari distribusi toko ritel antara toko modern dengan tradisional masih didominasi oleh toko tradisional (82,3%). Data ini menghasilkan masih dilakukannya strategi pembukaan mom & pop shops (toko fisik dengan luas mini) yang dinilai lebih efektif.

“Akan tetapi strategi ini tidak akan berlaku lama, buat negara seperti Indonesia dan India. Sebab infrastruktur internet ke depannya akan semakin matang dan e-commerce akan jadi kunci ekspansi pasar,” terang Managing Director Technology Consulting Accenture Leonard Nugroho T. di sela-sela diskusi Internet Retailing Expo Indonesia 2018, Kamis (25/1).

Menurutnya, peritel ke depannya harus memfokuskan diri pada strategi menangkap potensi kelompok besar konsumen yang akan muncul. Pasalnya, kelas menengah ekonomi di Indonesia diprediksi tumbuh 40% mencapai 69 juta orang.

Caranya dengan strategi Route to Market (RTM), sebuah metodologi sederhana yang diklaim ampuh untuk mendorong pertumbuhan yang menguntungkan. Dalam metodologinya, peritel harus mengidentifikasi arketipe dan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk para konsumen.

Ada dua sistem koordinat yang harus diperhatikan yakni market maturity index (terletak di Y axis), terdiri atas retail mix, digital maturity, dan infrastruktur digital. Juga, consumer maturity index (terletak di x axis), terdiri atas consumer clusters, shape of consumption, dan digital penetration. Setelah itu, bentuk model dan strategi RTM sehingga sesuai dengan target pasar.

“Peritel harus tahu siapa konsumennya, hanya dengan itu peritel bisa memenangkan pasar. Sebab pada dasarnya semua transaksi sekarang harus seamless, sehingga pengalaman konsumen itu jadi unsur penting,” pungkas Leonard.

Hasil survei dari Snapcart

Berbicara dari riset yang dijabarkan Accenture, Snapcart turut mendukungnya dengan sejumlah survei yang sudah dilakukan di Indonesia. Menurut Chief Revenue Officer Snapcart Soon Lee Lim, omnichannel adalah cerminan penuh dari karakteristik konsumen Indonesia. Oleh karenanya, kedekatan dan kenyamanan jadi penting bagi mereka.

“Ini bukan tentang offline vs online. Namun bagaimana peritel bisa mencari solusi agar pertemuan dengan pembeli bisa lebih baik dengan memanfaatkan omni channel,” terang Soon.

Ritel modern memiliki berbagai jenis mulai dari hypermarket, supermarket, minimarket, general trade, dan e-commerce. Dari kelima jenis tersebut, bila ditelaah lebih dalam berdasarkan tujuan pembelian menjadi planned, immediate, dan experiential.

Menariknya, orang Indonesia baru menggunakan layanan e-commerce sekadar untuk experiential (80%) daripada planned (6%) dan immediate (14%). Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkan hypermarket dan supermarket saat berencana (planned, persentasenya sekitar 56%) ingin membeli produk.

Minimarket dan general trade jadi pilihan ketika masyarakat ingin segera membeli barang (immediate dengan persetase sekitar 47%).

“Masyarakat banyak yang menyebut hambatan saat berbelanja online adalah waktu pengiriman, tidak praktis, dan biayanya. Maka dari itu, harus ada solusi yang bisa menyelesaikan semua hambatan tersebut,” pungkas Soon.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Internet Retailing Expo Indonesia 2018

Platform Investasi Agrikultur “Crowde” Rilis Aplikasi, Bidik 100 Ribu Petani Dapatkan Modal

Crowde, platform investasi agrikultur, meresmikan aplikasi khusus untuk permudah investor memberikan pinjaman kepada para petani. Lewat aplikasi ini, investor dapat dengan mudah memilih proyek yang mau didanai lalu memantau hasil investasinya.

“Tahun ini kami ingin perbanyak jumlah petani yang terbantu lewat tambahan modal. Salah satu caranya adalah lewat peluncuran aplikasi ini, investor dapat berinvestasi mulai dari nilai Rp10 ribu,” terang CEO Crowde Yohanes Sugihtononugroho, Kamis (25/1).

Tahun ini, lanjut Yohanes, pihaknya ingin membantu hingga 100 ribu petani di seluruh Indonesia. Angka ini naik dari pencapaian sebelumnya sebesar 50 ribu petani yang berada di 276 desa tersebar di lima pulau. Adapun nilai realisasi penyaluran diharapkan dapat mencapai Rp100 miliar, naik dari sebelumnya Rp15 miliar.

Sementara itu, total investor yang ingin dihimpun perusahaan dapat mencapai 30 ribu sampai 50 ribu investor, naik dari sebelumnya sekitar 10 ribu investor. Crowde menawarkan imbal hasil kepada investor sekitar 15,6% secara rerata per tahunnya.

“Selain itu, kami juga akan menambah jumlah rekanan dengan banyak koperasi dan universitas, untuk membantu kami dalam hal kontrol dan monitoring petani itu sendiri.”

Selain membantu monitoring, mitra tersebut akan menjadi jembatan yang bisa mempertemukan Crowde dengan para petani. Akan tetapi, tidak semua proyek bisa masuk ke dalam platform Crowde. Pasalnya mereka harus menempuh proses KYC, mulai dari verifikasi profil usaha, resikonya, dan profil petani itu sendiri.

“Kami mau memastikan apakah petaninya tersebut benar-benar serius dengan pekerjaannya. Terlebih, selama ini kami belum memakai jasa asuransi untuk melindungi usaha petani, sekaligus melindungi resiko investasi itu sendiri. Rencananya kami akan segera pakai asuransi untuk menjamin petani dan investor.”

Terkait kebutuhan dana segar, Yohanes menuturkan, saat ini pihaknya membuka opsi tersebut. Akan tetapi, fokusnya belum ke arah tersebut lantaran perusahaan masih memiliki sisa dana dari hasil penggalangan sebelumnya.

Dia mengungkapkan Crowde telah menerima investasi dari angel investor UMG Indonesia senilai US$70 ribu pada 2016.

Application Information Will Show Up Here

OnlinePajak Tawarkan Kemudahan Pembayaran Pajak dengan Meluncurkan PajakPay

Untuk memudahkan wajib pajak membayarkan pajaknya secara online, PT Achilles Advanced Systems, yang dikenal sebagai pengusung layanan OnlinePajak, meluncurkan platform PajakPay. Kepada media hari ini (25/01) Founder dan CEO OnlinePajak Charles Guinot mengungkapkan, PajakPay merupakan solusi yang bisa dimanfaatkan wajib pajak dalam mengimplementasikan pembayaran pajak.

PajakPay adalah semacam fitur corporate virtual account untuk memudahkan pembayaran pajak secara online dengan satu klik.

Fitur terbaru OnlinePajak ini diklaim telah memenuhi standar fundamental sebagai penyedia jasa aplikasi berbasis web. Ia telah mengantongi sertifikasi ISO 27001: 2013 sebagai standar internasional untuk kredibilitas jaminan keamanan dan kerahasiaan data.

“Kami bisa menjamin semua data telah terenkripsi dengan baik dan kerahasiaan wajib pajak bisa kami jaga dengan baik,” kata Charles.

Hitung, setor, lapor pajak

Hanya dalam satu platform wajib pajak bisa memanfaatkan tiga prosedur yang disediakan oleh PajakPay, yaitu perhitungan pajak, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak secara langsung melalui platform PajakPay. Selain pajak pribadi, PajakPay juga menyediakan pilihan pembayaran wajib pajak untuk pajak e-commerce, pajak karyawan dan pajak penjualan. Nantinya wajib pajak bisa mendapatkan ID Billing dan bukti pembayaran yang sah dari pemerintah.

“Saat ini sebanyak 3% dari wajib pajak telah membayar hingga melaporkan pajaknya secara online. Dengan kehadiran PajakPay ini diharapkan bisa meningkatkan jumlah tersebut sekaligus mengajak lebih banyak masyarakat untuk membayar pajak,” kata Charles.

Bermitra dengan Bank Sinarmas

Turut hadir dalam acara ini Direktur Utama Bank Sinarmas Frenky Tirtowijoyo yang menyambut baik sinergi antara Bank Sinarmas dengan OnlinePajak sebagai dukungan bank tersebut terhadap inovasi teknologi demi kemudahan masyarakat. Tidak lagi melihat teknologi sebagai tantangan, kerja sama strategis ini dinilai Bank Sinarmas sebagai langkah positif untuk memberikan layanan lebih kepada nasabah dan wajib pajak.

“Melalui virtual account, Bank Sinarmas menyediakan layanan tersebut untuk mempermudah pembayaran pajak, sehingga makin banyak lagi jumlah wajib pajak yang melakukan kegiatan tersebut secara aman dan terpercaya,” kata Frenky.

Sejak didirikan pada tahun 2015, OnlinePajak telah merangkul lebih dari 500 ribu pengguna. Perusahaan yang telah menggunakan OnlinePajak di antaranya adalah Go-Jek, Telkomsel, Garuda Indonesia, dan Bank Mandiri. Di penghujung tahun 2017, OnlinePajak disebut berhasil mengumpulkan pajak lebih dari 40 triliun Rupiah.

“Adanya kesamaan visi dan misi merupakan salah satu alasan mengapa kerja sama dengan Bank Sinarmas kami lakukan,” kata Charles.

GrabFood Kini Hadir di Semarang, Yogyakarta, dan Palembang

Grab mengumumkan telah memperluas jangkauan salah satu layanan mereka GrabFood. Kini layanan pengantaran makanan tersebut hadir di tiga kota baru, yakni Yogyakarta, Semarang, dan Palembang. Ketiga kota tersebut melengkapi kota-kota sebelumnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bali, Makassar, dan Medan.

Layanan pengantaran makanan di Indonesia terbukti menjadi salah satu lini bisnis yang bisa dikembangkan oleh layanan transportasi on demand memanfaatkan mitra pengemudi sepeda motor. Kini bersamaan dengan diumumkannya kota-kota baru Grab juga mengumumkan telah berhasil bekerja sama dengan lebih dari 30.000 merchant di seluruh Indonesia. Grab terlihat makin serius untuk pasar pengantaran makanan Indonesia, menghadapi persaingan dengan Go-Food.

GrabFood bisa melayani pelanggan yang memesan makanan dari restoran terdekat dalam rentang jarak 3km. Mitra pengemudi Grab akan langsung mengantarkan ke tempat yang dituju, seperti rumah atau kantor.

Web

“GrabFood merupakan cara yang nyaman dan dapat diandalkan untuk mendapatkan makanan favorit para pelanggan saat malam hari hanya dengan menekan satu tombol. Hal ini juga memberikan peluang ekonomi baru bagi para delivery partner dan memungkinkan restoran-restoran lokal untuk terhubung dengan lebih banyak pelanggan di masing-masing kota,” jelas Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar.

Grab memulai GrabFood pada tahun 2016 di Jakarta. Seiring dengan berjalannya waktu, GrabFood terus menjangkau kota-kota baru dan menjalin kerja sama dengan banyak mitra. Untuk menarik minat masyarakat GrabFood mematok biaya pengiriman mulai dari Rp3.000 untuk mereka yang tinggal di luar wilayah Jakarta. Selain itu, GrabFood juga menawarkan kemudahan komunikasi dengan fitur GrabChat yang sudah tersemat di dalam aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

BNI Hadirkan Aplikasi Pembayaran “Yap” Khusus untuk Nasabah

Bank Negara Indonesia (BNI) meluncurkan inovasi pembayaran digital berbasis aplikasi Yap khusus diperuntukkan nasabah BNI. Aplikasi ini dirancang untuk menjawab tantangan, sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menyediakan mekanisme pembayaran yang simpel dan mobile.

Direktur Perencanaan dan Operasional BNI Bob Tyasika Ananta menerangkan aplikasi ini dikembangkan secara kolaborasi antara in-house BNI dengan beberapa startup fintech. Hanya saja, Bob enggan menyebutkan detilnya lebih lanjut.

“Investasi yang BNI siapkan untuk membangun ekosistem Yap tidak besar. Namun, aplikasi ini akan dikelola sendiri oleh BNI,” terang Bob kepada DailySocial, (25/1).

Menurutnya, segmen pasar yang digarap Yap sangat luas mulai dari segmen mikro/UMKM, ritel, chain store, hingga brand premium. Sehingga diharapkan kehadirannya ini dapat menjadi solusi untuk nasabah konsumer bank maupun korporat itu sendiri.

Bob menjelaskan, dalam model bisnisnya, Yap menyediakan tiga jenis sumber dana yang bisa dipakai nasabah, mulai dari kartu kredit dan debit BNI, dan uang elektronik UnikQu. Untuk pembayarannya, Yap memanfaatkan scan QR code melalui layar smartphone nasabah.

Ia memastikan untuk nasabah yang sudah menjadi pengguna e-money UnikQu, aplikasi ini masih tetap bisa digunakan. Apabila masyarakat mengunduh Yap dan menggunakan UnikQu dengan nomor hp yang sama, maka saldonya akan tetap muncul sama dengan saldo di aplikasi UnikQu.

Beberapa merchant yang sudah bergabung di Yap, di antaranya Cold Stone, Filosofi Kopi, Family Mart, Dinomarket, Super Indo, Blibli, Yellow Truck, dan 100 ribu merchant lainnya tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk versi desktopnya, Yap menyediakan layanan pembukaan rekening untuk nasabah baru secara online baik untuk kartu kredit maupun debit.

Sebelumnya, BNI menggandeng Dimo dalam menghadirkan UnikQu. Aplikasi ini memanfaatkan teknologi Pay by QR dari Dimo untuk memproses transaksi pembayaran secara online dan offline di berbagai mitra yang sudah bermitra dengan Dimo.

Application Information Will Show Up Here

Quipper Campus Ingin Jadi Platform yang Membantu Siswa Tentukan Jurusan Favorit

Bertujuan untuk menambah jumlah siswa sekolah yang melanjutkan jenjang pendidikan ke universitas, platform edutech Quipper secara resmi meluncurkan Quipper Campus. Platform ini berisi informasi seputar kampus berdasarkan kategori lokasi dan jurusan yang diincar. Layanan yang baru tersedia dalam bentuk situs ini mencoba untuk merangkum ribuan universitas negeri dan swasta yang ada di tanah air.

Kepada media hari ini, (24/01), Country Manager Quipper Indonesia Takuya Homma mengungkapkan, sesuai dengan visi dan misi Quipper selama ini yaitu mendukung pertumbuhan edutek di Indonesia, Quipper Campus diharapkan bisa membantu memandu siswa menentukan universitas yang sesuai.

“Karena masih baru meluncur, fokus dari Quipper Campus saat ini adalah mengumpulkan informasi langsung dari universitas sekaligus melakukan kegiatan promosi kepada sekolah yang sudah bekerja sama dengan Quipper sebelumnya.”

Saat ini kurang lebih terdapat sekitar 4500 universitas di Indonesia, namun demikian karena masih belum banyak di antara universitas tersebut yang terakreditasi, Quipper melakukan penyaringan universitas yang paling sesuai untuk pengguna.

“Saya melihat saat ini mungkin hanya sekitar 1000 universitas saja yang sudah terakreditasi. Melalui Quipper [Campus], kami berupaya untuk merangkum universitas yang sesuai dengan kriteria kita langsung dari pihak universitas,” kata Project Leader Quipper Campus Patricia Sanjoto.

Tidak hanya universitas negeri, Quipper Campus juga sarat dengan universitas hingga lembaga pendidikan swasta yang semakin menjamur jumlahnya.

“Saat ini, karena masih baru, kami masih fokus kepada universitas lokal. Namun ke depannya kami juga akan menghadirkan universitas hingga lembaga pendidikan asing ke dalam platform Quipper Campus,” kata Takuya.

Belum melancarkan monetisasi

Disinggung tentang strategi monetisasi untuk Quipper Campus, Takuya menegaskan saat ini masih belum berencana untuk melakukan kegiatan tersebut. Namun selanjutnya jika permintaan makin besar dari pihak universitas untuk mempromosikan kampusnya, tidak menutup kemungkinan skema berbayar untuk universitas akan diluncurkan.

“Hal tersebut sudah kami lakukan di Jepang, namun untuk Indonesia nampaknya belum kami hadirkan karena masih fokus mengumpulkan data dan informasi yang lengkap kepada pengguna,” kata Takuya.

Saat ini Quipper Campus sudah mengumpulkan informasi sekitar 500 universitas di Indonesia dan jumlah tersebut diklaim akan ditambah berdasarkan rekomendasi dan proses penyaringan.

Menggunakan algoritma khusus untuk pencarian cepat

Terkait teknologi yang digunakan Quipper Campus untuk fitur pencarian universitas yang relevan, Takuya menegaskan Quipper Campus menggunakan teknologi sendiri memanfaatkan algoritma yang ada. Hal tersebut, menurut Takuya, cukup efisien agar memberikan kemudahan kepada pengguna.

“Yang menarik dalam edutech adalah,teknologi AI dan terkait lainnya justru tidak terlalu berpengaruh dalam hal memberikan pengalaman pengguna. Pengguna cenderung lebih menginginkan cara yang konvensional ketika mencari informasi hingga memanfaatkan fitur belajar di Quipper,” kata Takuya.

Takuya menambahkan, fitur Quipper Video dan Quipper Campus kebanyakan digunakan siswa yang masih kesulitan untuk menentukan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan minat dan kemampuan.

“Sebagai perusahaan edutech yang memiliki tujuan untuk mendukung pendidikan di Indonesia, kami akan terus berinovasi dalam rangka mendukung program pemerintah untuk memastikan siswa-siswi Indonesia dapat bersaing di tingkat global,” tutup Takuya.

Shopback Umumkan Ekspansi ke Australia dan Bangun Dua Lokasi R&D

Shopback, startup agregator cashback asal Singapura, mengumumkan akan segera ekspansi ke Australia sebagai negara ketujuh wilayah operasinya, pasca mendapatkan kucuran dana segar senilai Rp338 miliar dipimpin oleh Credit Saiso. Kantor barunya tersebut direncanakan beroperasi pada kuartal kedua tahun 2018.

“Kami pilih Australia karena sudah cukup mature dan pemahamannya terhadap e-commerce sudah sangat baik. Di sana, jumlah transaksinya sudah tiga kali lipat dari Indonesia meski jumlah penduduknya hanya 25 juta orang,” terang Co-Founder dan Country Head of Shopback Indonesia Indra Yonathan, Rabu (24/1).

Selain ekspansi ke Australia, Shopback juga menambah dua lokasi R&D terbaru di Vietnam dan Taiwan. Kantor tersebut akan mendukung pusat R&D Shopback di Singapura dalam pengembangan teknologi dan produk secara grup ke depannya.

Menurut Yonathan, pihaknya memilih kedua negara tersebut sebagai kantor R&D lantaran secara demografis memiliki talenta di bidang engineering-nya yang sudah mumpuni. Kondisi tersebut dinilai belum terjadi di Indonesia. Nantinya tenaga senior tersebut diharapkan bisa mentransfer ilmu ke para talenta lokal.

“Dari hasil funding yang kami dapat, tidak akan kami pakai untuk marketing gila-gilaan. Kami ingin kembangkan pasar dengan menghadirkan banyak produk baru. Untuk itu butuh tim engineering yang banyak. Kalau bisa, tim-nya bisa tambah dua sampai tiga kali lipat.”

Secara grup, Shopback telah beroperasi di enam negara, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, Taiwan, dan Thailand. Indonesia menjadi kontributor terbesar dengan sumbangsih sekitar 30%-40% secara grup.

Secara total, Shopback telah bermitra dengan 1.300 perusahaan e-commerce. Penggunanya mencapai lebih dari 3,2 juta orang, sementara total penjualannya sebesar SG$22 juta per bulannya. Situs Shopback sendiri telah dikunjungi lebih dari lima juta kali dalam sebulannya dan aplikasinya sudah diunduh lebih dari 1,5 juta kali.

Target bisnis Shopback Indonesia

Yonathan melanjutkan sampai akhir tahun ini pihaknya menargetkan pertumbuhan bisnis Shopback Indonesia secara keseluruhan dapat tumbuh hingga tiga kali lipat. Untuk itu, perusahaan akan melakukan sejumlah kegiatan marketing yang lebih agresif dengan memberikan sejumlah insentif kepada para pengguna yang berhasil memberikan referensi ke pengguna baru.

Strategi referral seperti ini dinilai lebih efektif. Pasalnya, menurut hasil riset yang dilakukan perusahaan, selama ini strategi pemasaran Shopback lebih ke arah word-of-mouth. Tak hanya itu, Shopback juga akan memperbanyak kerja sama dengan brand dan mulai menyasar UMKM yang telah berjualan di platform e-commerce sebagai mitra.

“Kami ingin menggaet sekitar 1000 UKM yang berjualan online untuk masuk sebagai mitra kami.”

Fitur terbaru yang dihadirkan Shopback Indonesia diantaranya pembandingan harga, mulai dari transportasi online, agregasi kupon diskon, dan harga pulsa.

Dua tahun Shopback Indonesia beroperasi, pertumbuhan bisnisnya diklaim mencapai 300% dan telah memberikan cashback sekitar Rp60 miliar kepada penggunanya. Adapun total pengguna Shopback mencapai 1,8 juta orang dan 180 mitra e-commerce.

Program “Pengguna Prioritas” Bisa Jadi Langkah Efektif Bukalapak Tingkatkan Traksi Pelanggan Loyal

Bukalapak meluncurkan program baru untuk konsumen setianya. Program tersebut dijuluki dengan “Pembeli Prioritas”, yakni sebuah program langganan bulanan untuk mendapatkan beberapa pelayanan premium.  Pengguna Bukalapak dapat membayar nominal tertentu (pada masa promo ini Rp50.000) untuk mendapatkan akses prioritas di akunnya. Pengguna yang memiliki saldo BukaDompet mencukupi dapat membuat langganan Pembeli Prioritas itu diperpanjang secara otomatis.

Kejelian top 10 e-commerce player di Indonesia

Tantangan startup ritel online seperti Bukalapak ialah bagaimana mereka mempertahankan traksi pelanggan, saat para pemain lainnya ‘di jajaran top player’ terus mengupayakan akuisisi konsumen. Mungkin sebelumnya istilah “burning money” cukup populer di kalangan well-funded startup –kebanyakan sektor e-commerce—dengan cara memberikan insentif berupa diskon atau promo lainnya kepada konsumen. Namun di saat semua pemain memiliki dana besar, maka strategi perlu menjadi perhatian, tidak hanya fokus pada one-time-purchase consumer tapi lebih ke loyal consumer.

Program Pembeli Prioritas di Bukalapak memberikan nilai lebih kepada pelanggan, salah satunya memberikan diskon pengiriman hingga 10x dalam satu bulan melalui mitra logistik yang telah dimiliki oleh Bukalapak. Selain itu pelanggan yang memiliki label VIP di profilnya tersebut juga dijalin untuk mendapatkan penanganan pelanggan (CS) lebih cepat.

Menurut data yang dihimpun oleh iPrice, Bukalapak menjadi salah satu dari top 10 e-commerce player di Indonesia yang mendominasi penggunaan oleh pembeli, dilihat dari ranking kunjungan situs, instalasi aplikasi, dan frekuensi pencarian oleh konsumen. Dengan persaingan yang sangat sengit, nilai unik pada layanan dibutuhkan. Karena pada dasarnya semua layanan menyuguhkan produk atau varian layanan yang hampir sama.

E-commerce yang paling banyak dikunjungi / iPrice
Layanan e-commerce yang paling banyak dikunjungi / iPrice

Bukalapak di tahun 2018

Menyandang gelar “unicorn“, Bukalapak tengah merencanakan banyak agenda tahun ini. Salah satu yang menjadi prioritas ialah pengembangan pusat riset yang akan ditempatkan di wilayah Bandung. Di gedung R&D ini kami akan mengembangkan teknologi terbaru seperti AI, Machine Learning, Blockchain, hingga drone delivery, agar bisa diterapkan di platform.

Dari laporan yang pernah disampaikan oleh CEO Bukalapak dalam sebuah kesempatan, disampaikan bahwa tahun ini per hari Bukalapak berhasil membukukan lebih dari 320 ribu transaksi yang diakomodasi oleh 2,2 juta pelapak. Sepanjang tahun 2017, Bukalapak mencatatkan kenaikan transaksi antara tiga hingga empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dengan 35 juta pengguna (monthly active user/MAU). Dari angka ini bisa diartikan sekitar 30% netizen Indonesia yang sudah online pernah membuka situs Bukalapak dalam sebulan.

Application Information Will Show Up Here