Kabar Penjualan Fusion Payments kepada Grab, GO-JEK dan Traveloka

Layanan pembayaran digital asal Australia Fusion Payments dikabarkan sedang dalam proses negosisasi penjualan dengan tiga startup terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara yaitu GO-JEK, Traveloka dan Grab dengan nilai penjualan sebesar $20 juta (atau senilai 266 miliar Rupiah). Kepada e27 pihak GO-JEK mengatakan bahwa berita tersebut tidak benar adanya.

“GO-JEK tidak pernah melakukan komunikasi dan tidak memiliki interaksi dengan layanan pembayaran digital.”

Layanan pembayaran digital Fusion Payments menyediakan pembayaran internet, tv berbayar dan pre-paid mobile dengan menggunakan kartu kredit dan kartu debit. Di Indonesia Fusion Payments dikenal dengan nama BerUang. Selain itu Fusion Payments juga telah digunakan oleh beberapa operator telekomunikasi di Indonesia, di antaranya adalah Indosat Ooredoo dan XL Axiata.

Teknologi tepat untuk pengembangan pembayaran digital

Teknologi yang dihadirkan oleh Fusion Payments yang sepenuhnya menggunakan smartphone  untuk pembayaran, menjadi platform yang tepat untuk GO-JEK mengembangkan layanan GO-PAY dan Grab dengan GrabPay.

Dari pihak Fusion Payments sendiri yang sejak 5 tahun beroperasi di Indonesia, menargetkan pasar Indonesia untuk mengembangkan bisnis, dan rumornya Fusion Payments berniat untuk menjual perusahaan karena kesulitan untuk mendapatkan pendanaan dan tidak mampu menghadapi persaingan yang cukup sengit dengan GO-PAY produk milik GO-JEK yang semakin meningkat pertumbuhannya, begitu juga dengan Grab yang saat ini makin agresif melancarkan layanan pembayaran digital usai mengakuisisi Kudo.

Kudo disebutkan menjadi kendaraan legal untuk memperkuat penetrasi GrabPay di Indonesia. Sebagai sebuah layanan dompet digital, syarat kepemilikan lisensi e-money dari Bank Indonesia tentu menjadi dasar yang wajib diperjuangkan.

Masuknya Traveloka sebagai salah satu “calon pembeli” dari Fusion Payments menjadi kejutan tersendiri, di mana selama ini Traveloka dikenal lebih banyak melancarkan kegiatan pemasaran yang cukup masif.

Sebelumnya Expedia mengumumkan investasinya di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dengan mengambil saham minoritas di Traveloka senilai $350 juta (lebih dari 4,6 triliun Rupiah) untuk menyainginya. Selain dari Expedia, dalam setahun terakhir Traveloka secara total sudah mendapatkan dana $500 juta (lebih dari 6,6 triliun Rupiah) dari East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, and Sequoia Capital.

Go-Jek Akuisisi Layanan Manajemen dan Analisis Event Loket

Layanan manajemen dan analisis event Loket mengumumkan pihaknya telah diakuisisi Go-Jek dalam jumlah yang tidak disebutkan. Pasca akuisisi, Pendiri dan CEO Loket Edy Sulistyo memastikan perusahaan akan tetap independen dan berjalan seperti biasa. Ini adalah exit kedua Edy dalam empat tahun terakhir setelah sebelumnya di tahun 2013 menjual platform Eevent ke EnvisionPoint.

Akuisisi ini akan memudahkan sinergi antara platform ticketing Go-Jek, Go-Tix, dan layanan manajemen dan analisis yang dikelola Loket. Go-Jek akan menyediakan skema layanan pembayaran melalui Go-Tix dan Loket akan meningkatkan kualitas pengalaman menikmati event secara keseluruhan.

Layanan yang ditawarkan Loket untuk sebuah kegiatan bisa dibilang end-to-end. Loket menyediakan solusi sistem ticketing white label, monitoring akses crew, teknologi gelang RFID, audience profilingsecure ticket, dan secure gate.

CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam pernyataannya menyebutkan, “Kami melihat Loket sebagai perusahaan yang terus berinovasi dan mengutilisasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan event dan hiburan. Kolaborasi ini akan mampu menyediakan berbagai macam layanan yang dapat membantu promotor menyelesaikan masalah event, misalnya distribusi tiket, manajemen audience, dan provisi hiburan inovatif. ”

“Pembelian tiket, atmosfer lokasi event, dan bertransaksi di lokasi event seharusnya lebih mudah dan nyaman,” lanjutnya.

Go-Tix sendiri saat ini menawarkan lebih dari 250 kegiatan dan kemitraan dengan 2 jaringan bioskop, CGV dan Cinemaxx.

Edy memastikan akuisisi ini akan memperkuat posisi Loket sebagai pemain terbesar di industri event dan hiburan. Disebutkan Loket hingga saat ini telah mengelola lebih dari 500 event besar dan membagikan lebih dari 1 juta gelang RFID.

Loket tahun lalu memperoleh pendanaan Seri A dari Sovereign’s Capital dan East Ventures.

Raksasa Coworking Space WeWork Masuki Pasar Indonesia dengan Akuisisi Spacemob

Perusahaan terbesar di dunia untuk sektor coworking space, WeWork, membuka jalan memasuki pasar Indonesia dengan mengakuisisi Spacemob, sebuah startup coworking space yang berbasis di Singapura. Spacemob, yang didirikan Turochas ‘T’ Fuad, segera membuka coworking space-nya di Jakarta. Tim Spacemob, yang terdiri atas 20 orang, diserap menjadi WeWork Asia Tenggara dan Fuad menjadi Managing Director-nya. Tidak disebutkan berapa nilai akuisisi ini, tapi disebutkan WeWork bakal menginvestasikan $500 juta (lebih dari 6,6 triliun Rupiah) untuk mengembangkan pasar di Asia Tenggara dan Korea Selatan.

Spacemob menunjukkan keunikannya sebagai perusahaan coworking space karena tidak hanya menjual layanan tempat, mereka juga mengembangkan sistem terkomputerisasi untuk memberikan kemudahan bagi tenant-nya. Perusahaan memiliki teknis lengkap, dari full stack developerfront end engineerdesigner, hingga product manager.

Khusus untuk Fuad, akuisisi ini adalah exit-nya yang kedua dalam 4 tahun terakhir. Di tahun 2013, startup travelnya, Travelmob, diakuisisi oleh HomeAway, yang masih merupakan bagian raksasa travel Expedia.

WeWork saat ini disebutkan bervaluasi $20 miliar (lebih dari 260 triliun Rupiah). Awalnya mereka fokus ke pasar Amerika Serikat dan kini sudah merambah ke Eropa dan Tiongkok. Asia secara natural adalah pasar menarik berikutnya yang dibidik.

Kepada DailySocial, dalam wawancara terdahulu, Fuad mengatakan bahwa Spacemob didirikan berdasarkan pemahamannya tentang kemitraan pengelola hotel dan pemilik properti saat mengelola Travelmob. Dari sana ia melihat peluang untuk membawa model seperti ini ke industri coworking. Spacemob lahir dengan premis bahwa ruang adalah “hal terpenting kedua”. Yang utama adalah dukungan dan ekosistem yang disediakan untuk anggota.

Spacemob sudah memperoleh pendanaan awal senilai 74 miliar Rupiah pada akhir tahun 2016 untuk mengembangkan pasar, termasuk Indonesia, dari sejumlah investor. Salah satu investornya adalah Alpha JWC.

Di Indonesia sendiri, pasar coworking space masih baru mulai dan belum menjadi segmen yang profitable. Kebanyakan coworking space saat ini masih dalam tahapan membangun ekosistem.

Di awal Agustus ini, Grup Salim dan NUS Enterprise membawa coworking space Block71 ke Jakarta. Block71 sebelumnya hadir di Singapura dan San Fransisco.

Meski kebanyakan konsumen coworking space adalah startup dan freelancer, mereka mulai membidik korporasi sebagai konsumen potensial.

“Tujuan kami adalah membantu perusahaan-perusahaan ini pindah ke ruangan baru dalam hitungan minggu atau hari, tidak perlu berinvestasi dalam jumlah besar dan waktu yang lama untuk mengisi kantor. Kami tidak berada di sini sekedar untuk menjual ruangan. Kami di sini untuk membangun komunitas inklusif startup, freelancer, dan perusahaan berukuran menengah dan besar,” ujar Head of Marketing Spacemob Daren Goh dalam wawancara terdahulu.

JD.com is Rumoured to Acquire Tokopedia

Chinese e-commerce giant JD.com is rumored to have acquired majority stake in Tokopedia, according to our trusted sources. This news, if true, will put an end to speculation about the possibility of any Chinese e-commerce company investing in one of the largest local marketplace services in Indonesia. It will ensure Tokopedia’s position as Southeast Asia’s unicorn, following Go-Jek and Traveloka’s earlier announcement. For JD.com, the acquisition of Tokopedia is an important ammunition in competition against its closest competitor, Alibaba.

In the last 3 months, rumors about who invested in Tokopedia became a hot topic in the industry. In early May, it was JD.com who was in talk, but then at the end of July there was a shocking news if Alibaba was interested in injecting funds up to $500 million (over 6.6 trillion Rupiah) for the company founded by William Tanuwijaya and Leontinus Alpha Edison in 2009. Alibaba previously has acquired Lazada, a leading player in the Indonesia’s e-commerce market.

It would be logical if finally JD.com dare to offer hard-to-reject acquisition preposition. In order to compete with Alibaba, JD.com needs support from large market, Indonesia in this case, and Tokopedia is indeed the most ideal player. It would be a big loss for JD.com if its closest competitor controls the # 1 and # 2 players in Indonesia’s e-commerce scene, the third largest market in Asia, after China and India.

Uniquely, Tokopedia’s business that focuses on the marketplace sector is much closer to Alibaba than JD.com.

We still have not received confirmation about this and will update once there is certainty from related parties.

Tokopedia’s last publicly announced funding was in 2014 when it received $100 million funds from Softbank Japan and Sequoia Capital. Meanwhile, JD.com has already operated its own Jakarta-based JD.id since the end of 2015.

Application Information Will Show Up Here

Akuisisi Migme oleh Solaris Power Cells Masih Tunggu Pemenuhan Kewajiban

Di akhir Apri lalu, Solaris Power Cells (selanjutnya disebut Solaris), sebuah perusahaan media digital yang berbasis di Amerika Serikat, telah mengumumkan rencana akuisisi terhadap Migme Ltd, perusahaan media digital yang sempat populer di Indonesia. Akuisisi ini diharapkan selesai di bulan Juni, namun berdasarkan Form 8K Solaris ke SEC, per akhir Juni kemarin proses akuisisi ini belum sepenuhnya ditutup.

Menurut laporan tersebut, penutupan transaksi harus memenuhi butir-butir kesepakatan ini:

1. Migme obtaining shareholder approval in accordance with all applicable requirements of the Australian Securities Exchange, which is Australia’s primary securities exchange for public companies, and on which Migme is listed.
2. Migme and PGI [Project Goth Inc] raising at least One Million Five Hundred Thousand Dollars in exchange for convertible loans (the “Convertible Loans”) on terms acceptable to Migme and the Company, from investors (the “Convertible Loan Financiers”) who will be required to convert all such Convertible Loans into a pro rata amount of the Acquisition Shares.
3. All inter-company debt owed to Migme by its subsidiaries are to be converted into additional shares in those subsidiaries.
4. The Company must be current in its SEC reporting obligations.
5. Additional customary closing conditions.

Migme disebutkan setidaknya belum memenuhi poin (2) dan (4). Meskipun demikian disebutkan dalam laporan tersebut disebutkan Solaris dan Migme berkomitmen dalam transaksi penjualan ini, termasuk memenuhi persyaratan yang diajukan.

Migme menjual bisnisnya ke Solaris setelah mengalami kesulitan pembiayaan, meskipun mengklaim memiliki lebih dari 30 juta pengguna aktif bulanan di platformnya. Kepada Tech in Asia, CEO Migme Steven Goh menyalahkan iklim investasi di Australia yang tidak lagi ramah ke industri teknologi dan kembali ke sektor pertambangan sebagai biang kesulitan ini.

Berdasarkan rilis persnya, disebutkan Solaris mengakuisisi semua properti digital Migme (dan hak IP-nya), termasuk Project Goth Inc yang membawahi layanan dating LoveByte, komunitas manajemen artis alivenotdead, layanan berita sosial Hipwee, dan layanan e-commerce Shopdeca dan Sold.

Goh berharap proposal penjualan layanan ini ke perusahaan Amerika Serikat akan membantu Migme mendapatkan valuasi yang lebih adil dari perusahaan yang benar-benar mengerti teknologi. Tidak disebutkan apakah Goh bakal tetap mempertahankan posisinya sebagai CEO pasca akuisisi.

Solaris sebelumnya mengakuisisi platform publikasi konten digital PixelMags dan berharap rencananya terhadap Migme bakal mendukung kesuksesan perusahaan di masa mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Strategi HappyFresh di Asia Tenggara Pasca Akuisisi Whole Foods oleh Amazon

Beberapa waktu yang lalu Amazon mengumumkan berita yang cukup mengejutkan, yaitu membeli jaringan gerai makanan dan minuman Whole Foods senilai $13,7 miliar atau sekitar Rp182,19 triliun. Keputusan Amazon sebagai pemain e-commerce terbesar di Amerika Serikat melakukan akuisisi tersebut, memberikan validasi bahwa industri makanan dan minuman memiliki potensi yang cerah dan tentunya patut untuk dikembangkan.

Selama ini Whole Foods yang telah memiliki jaringan toko sebanyak 410 gerai di Amerika Serikat dan telah berdiri sejak tahun 1980, merupakan jaringan toko makanan dan minuman terbesar di Amerika Serikat. Dengan diakuisisinya Whole Foods, membuka peluang Amazon untuk melancarkan layanan pembelian hingga pengantaran bahan makanan dan minuman segar (Amazon Fresh) secara terpadu, dengan menggabungkan model bisnis offline dan online.

Menanggapi hal tersebut, beberapa startup di Silicon Valley yang selama ini dikenal telah menyediakan layanan jasa antar bahan makan dan minuman seperti Blue Apron, Instacart dan lainnya menilai akan semakin berat persaingan dengan akuisisi menyeluruh yang dilakukan oleh Amazon. Di sisi lain akuisisi ini membuktikan bahwa saat ini dan  ke depannya, layanan pesan antar bahan makanan dan minuman on demand makin populer dan akan terbiasa digunakan oleh konsumen.

HappyFresh dan strateginya di Asia Tenggara

Meskipun Amazon belum “resmi” melebarkan bisnisnya di Indonesia, pembelian Whole Foods yang dilakukan oleh Amazon juga turut menjadi perhatian oleh salah satu pemain online grocery di Indonesia yaitu HappyFresh. Kepada media CEO HappyFresh Guillem Segarra mengungkapkan, akuisisi yang dilakukan oleh Amazon kepada Whole Foods membuktikan bahwa model bisnis yang menggabungkan offline dengan online merupakan integrasi yang efektif. Selain di Indonesia, HappyFresh juga beroperasi di Malaysia dan Thailand.

“Di Asia Tenggara saat ini grocery merupakan pembelian yang paling banyak dilakukan. Makin meningkatnya kalangan menengah memanfaatkan online groceries saat ini merupakan bukti nyata bahwa adopsi teknologi telah dilakukan dengan baik. Dengan demikian menurut saya akuisisi tersebut merupakan perubahan terbaik untuk region ini. Untuk itu menjadi hal yang penting untuk semua pemilik bisnis offline di Asia Tenggara untuk kemudian memanfaatkan teknologi agar bisa bertahan menjalankan bisnis,” kata Guillem.

HappyFresh yang telah hadir di Indonesia sejak tahun 2015, saat ini telah menggandeng Transmart Carrefour. Transmart Carrefour adalah pemain besar, bahkan terbesar di industri grocery Indonesia, dan kemitraan ini dirasa penting ini meningkatkan kredibilitas HappyFresh.

Awalnya HappyFresh menjalin kemitraan dengan 2 gerai di Jakarta dan rencananya terus mengembangkannya untuk menjangkau lebih banyak gerai di Jabodetabek.

Kepada DailySocial Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini menegaskan, kawasan Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya tetap menjadi fokus HappyFresh tahun ini dan mereka belum berencana menambah kota-kota baru. Ekspansi bakal diutamakan untuk menambah gerai dan kemitraan dengan ritel di kota-kota tersebut sehingga area cakupannya menjadi semakin luas.

“Relasi HappyFresh yang telah dibina dengan baik kepada grocery retailers di Asia Tenggara memberikan kesempatan untuk kami memahami dan melakukan  evaluasi terhadap tantangan yang dihadapi oleh pemilik toko saat ini. Kami melihat meskipun saat ini sudah banyak pemilik toko yang mulai memanfaatkan teknologi namun kebanyakan masih kurang mengerti dengan cara kerja dan bagaimana menjalankan bisnis yang baik secara online,” tutup Guillem.

Application Information Will Show Up Here

Rencana-Rencana Tiket.com Pasca Diakuisisi Blibli

Sebulan yang lalu DailySocial memberitakan GDP Venture terlibat rencana akuisisi terhadap lebih dari 50% saham startup travel Tiket.com. Hal tersebut akhirnya dikonfirmasi melalui acara pengumuman akuisisi 100% saham Tiket.com oleh Blibli, salah satu perusahaan di bawah naungan Global Digital Prima (GDP) Venture.

Kepada media, Co-Founder dan CMO Tiket.com Gaery Undarsa mengungkapkan akuisisi tersebut merupakan bagian rencana besar Tiket.com yang ingin mencari partner untuk melebarkan usaha dengan layanan dan fitur terbaru.

Selama ini Tiket.com termasuk startup yang tidak pernah mencari pendanaan lanjutan dari investor. Dana awalnya diperoleh dari angel investor tunggal yang kabarnya termasuk keluarga pemilik EMTEK.

“Pertemuan kami dengan Blibli bisa dibilang adalah “love at first sight”. Dari beberapa investor yang kami temui, hanya Blibli yang memiliki visi, misi dan tujuan yang sama dengan kami di Tiket.com, kami pun langsung mendapatkan “chemistry” tersebut. Karena alasan itulah kami memutuskan untuk berkolaborasi lebih mendalam dengan Blibli,” kata Gaery.

Kepada DailySocial Gaery memastikan jajaran C-level Tiket.com tetap akan memegang posisi yang sama pasca akuisisi.

Sebelumnya Blibli telah menjual beberapa layanan travel dan telah tumbuh secara organik. Untuk mempercepat pertumbuhan dari layanan tersebut, Blibli akhirnya memutuskan untuk melakukan akuisisi Tiket.com 100%.

CEO baru Tiket.com

Untuk melancarkan kolaborasi Blibli dan Tiket.com, George Hendrata ditunjuk menjadi CEO baru Tiket.com. Sebagai CEO baru yang bertanggung jawab menjadikan Tiket.com sebagai OTA lokal terbesar, George memiliki pengalaman panjang, terakhir menjadi Direktur Pengembangan / Diversifikasi Bisnis Djarum. George memiliki gelar Bachelor of Science dari Columbia University dan MBA dari Harvard Business School dan menjabat sebagai Presiden Harvard Alumni Club Indonesia.

“Dengan pengalaman selama hampir 6 tahun dan customer base yang telah dimiliki oleh Tiket.com saat ini, diharapkan bisa tumbuh lebih baik lagi melalui akuisisi ini,” kata George.

Nantinya baik Blibli dan Tiket.com akan menjalankan kegiatan oprasional setiap harinya secara terpisah. Tidak ada perubahan dari sisi pegawai, cara kerja dan hal-hal terkait lainnya.

“Sinergi nantinya akan lebih dilakukan dari sisi teknologi, karena Blibli memiliki tim engineer yang lebih banyak dari Tiket.com dalam hal ini Blibli akan membantu dari sisi teknologi. Sementara untuk sinergi lainnya akan kami lakukan melihat kondisi yang ada,” kata CEO Blibli Kusumo Martanto.

Fokus ke pelanggan

Disinggung tentang rencana perdana Tiket.com pasca akuisisi, George menyebutkan fokus dari Tiket.com saat ini adalah lebih kepada kepuasan pelanggan. Bagaimana nantinya melalui akuisisi Blibli, Tiket.com bisa menambah pelanggan baru dari customer base Blibli. Di sisi lain, Tiket.com juga memiliki ambisi untuk menjadi layanan OTA lokal terbesar di Indonesia.

Sejak diluncurkan pada tahun 2011, Tiket.com telah menjadi partner pertama dengan PT KAI untuk pembelian tiket kereta api secara online, memiliki 3,4 juta pengguna dan aplikasi telah diunduh oleh 1,7 juta orang, dan merupakan layanan B2B yang memiliki lebih dari 5 ribu partner.

“Dengan semakin sengitnya persaingan layanan OTA di Indonesia saat ini, diharapkan melalui investasi terbaru ini bisa menjadikan Tiket.com lebih kuat lagi untuk bersaing dengan pemain lainnya di Indonesia,” kata Gaery.


Disclosure: GDP Venture, Blibli, Tiket.com, dan DailySocial berada di bawah naungan induk perusahaan yang sama

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Flutter Asia Akuisisi Situs Kencan Perfect Match Jakarta

Situs kencan yang dikhususkan untuk para lajang mapan Perfect Match Jakarta (PM Jakarta) resmi diakuisisi Flutter Asia. Akuisisi ini, menurut Founder PM Jakarta David Adrian, mengubah nama dan atribut situsnya menjadi Flutter Asia. Tim PM Jakarta pun diboyong ke unit bisnis Flutter Asia. Tidak ada informasi seputar nilai akuisisi tersebut.

Ini menjadi akuisisi layanan dating kedua di Indonesia setelah sebelumnya Setipe diakuisisi Lunch Actually Group. Dua akuisisi ini menjadi sinyal semakin serius layanan kencan online di pasar Indonesia.

Co-Founder Flutter Asia Gordon Enns dalam pernyataannya mengatakan akuisisi ini dilakukan bebarengan dengan tren aplikasi dating yang sedang booming saat ini di Indonesia. Hal ini akan menjadi kesempatan kepada Flutter Asia membidik pangsa pasar besar, terutama di segmentasi konsumen millennial.

Tidak seperti aplikasi dating lainnya, untuk bergabung dengan Flutter Asia, ada beberapa prasyarat yang harus diunggah pengguna untuk verifikasi, di antaranya scan KTP, SIM, Ijazah, Paspor dan Kartu Nama. Flutter Asia melakukan verifikasi detil sebagai bentuk keseriusan pengguna untuk mencari pasangan hidup.

Tim Flutter Asia juga akan melakukan verifikasi keaslian nama dan foto untuk memastikan tidak ada pihak yang merasa tertipu dengan profil yang dibuat pengguna.

“Sistem verifikasi Flutter Asia ini sebagai bentuk pengamanan kepada para penggunanya agar merasa safe berkencan dengan pengguna yang tidak memakai identitas palsu seperti yang selama ini di khawatirkan para pengguna kencan di dunia maya,” jelas Gordon.

Cara pakai Flutter Asia mirip Tinder. Jika dua pengguna memiliki kriteria cocok, akan ditampilkan foto untuk dipilih. Jika sama-sama memilih, maka dapat dilanjutkan perbincangan secara pribadi. Sebelum saling match, nama pengguna tidak akan ditampilkan kepada pengguna lain.

Fitur penyaringan pengguna juga menjadi salah satu yang diunggulkan, misalnya untuk memblokir calon pasangan di rentang pengguna tertentu atau menyaring pengguna dengan kualitas verifikasi tertentu (misal hanya yang sudah mengunggah ijazah).

“Flutter Asia ke depannya akan memberlakukan tarif bagi penggunanya, namun saat sekarang ini tarif tersebut belum diberlakukan sehingga para penggunanya dapat memanfaatkan momen ini untuk segera mengunduh. Harapan kami para pengguna yang nanti bertemu pasangan hidupnya di sini dapat merekomendasikan Flutter Asia kepada para single atau para pencari jodoh lainnya,” tutup Gordon.

Application Information Will Show Up Here

GDP Venture Dikabarkan Terlibat Rencana Akuisisi Tiket.com

Kami memperoleh informasi dari sumber terpercaya bahwa GDP Venture terlibat rencana akuisisi terhadap lebih dari 50% saham startup travel Tiket.com. Jika benar, Tiket.com akan melengkapi portofolio GDP Venture yang selama ini kebanyakan berhubungan dengan media dan e-commerce.

Hal ini adalah langkah investasi strategis kedua GDP Venture dalam sebulan terakhir. Seminggu yang lalu, GDP Venture diberitakan terlibat pendanaan senilai total 7 triliun Rupiah untuk Sea (yang dahulu bernama Garena). Di Indonesia, Sea dikenal sebagai pengelola layanan mobile marketplace Shopee.

Tiket.com adalah startup yang dibangun Wenas Agusetiawan, Gaery Undarsa, Dimas Surya, dan Natali Ardianto. Sejak awal dibangun di tahun 2011, Tiket.com termasuk startup yang tidak pernah mencari pendanaan lanjutan dari investor. Dana awalnya diperoleh dari angel investor tunggal yang kabarnya termasuk keluarga pemilik EMTEK.

Tiket.com dan Traveloka bisa dibilang merupakan dua pemimpin pasar di sektor online travel. Tiket.com saat ini melayani penjualan tiket pesawat, tiket kereta api, tiket event dan atraksi, reservasi kamar hotel, dan penyewaan mobil.

Portofolio lokal GDP Venture yang high profile di antaranya Blibli dan Kaskus.

Pihak GDP Venture dan Tiket.com yang kami minta keterangannya tidak membantah, meskipun tidak pula membenarkan untuk saat ini.


Disclosure: GDP Venture dan DailySocial berada di bawah naungan induk perusahaan yang sama

EMTEK Diam-Diam Konfirmasi Akuisisi 2 Penyedia Layanan E-Money, DOKU dan Espay

Konglomerat media EMTEK diam-diam telah mengkonfirmasi akuisisi terhadap dua layanan penyedia e-money, DOKU dan Espay. Dalam laporan keuangan Q1 2017 (dan sebelumnya Annual Report 2016), EMTEK melaporkan melalui anak-anak perusahaannya telah menguasai 50% saham PT Nusa Satu Inti Artha, pengelola DOKU, pada bulan Oktober 2016. EMTEK juga menguasai 90% saham PT Espay Debit Indonesia Koe (Espay) per bulan Januari 2017. DOKU dan Espay memiliki lisensi e-money dari Bank Indonesia.

DailySocial pertama melaporkan akuisisi DOKU pada tanggal 10 Oktober 2016. Pihak DOKU saat itu tidak menyangkal, tetapi tidak juga mengakuinya. Sejauh ini DOKU tetap beroperasi sebagai sebuah perusahaan tersendiri. Tidak disebutkan nilai akuisisi 50% saham DOKU tersebut. Selain lisensi e-money, DOKU adalah pengelola layanan payment gateway terkemuka di Indonesia.

Espay bisa menjadi jembatan platform e-money BBM

Espay adalah pemilik produk uNIK yang mendapatkan lisensi e-money di tahun 2016 lalu. Setelah akuisisi Go-Jek terhadap MV Commerce, pemain besar meyakini langkah ini adalah yang tercepat (untuk memiliki lisensi) ketimbang mendaftar langsung ke Bank Indonesia. Kami belum memiliki informasi apakah sebuah perusahaan (dan anak-anak perusahaannya) bisa memiliki dua buah lisensi e-money.

Meskipun kami belum memperoleh titik terang tentang apa yang EMTEK bakal lakukan dengan Espay, besar kemungkinan lisensi e-money yang dimilikinya diterapkan di platform BlackBerry Messenger (BBM) yang dikelola sejak tahun lalu.

Sebelumnya EMTEK telah mengumumkan pembentukan joint venture dengan raksasa fintech Tiongkok Ant Financial, anak perusahaan Alibaba, untuk membangun platform sistem pembayaran di BBM. BBM telah berevolusi menjadi sebuah “platform di dalam platform” dengan menggandeng Bukalapak dan sejumlah layanan lainnya, serta membangun platform berita dan game. Kehadiran platform pembayaran bakal melengkapi evolusi ini.

Laporan kuartal pertama 2017 ini belum memuat informasi tentang pembentukan JV ini dan informasi akuisisi Kudo oleh Grab. EMTEK memiliki 25% saham Kudo.