Trailer Baru Anthem Singkap Cara BioWare Menyulam Single-Player dan Multiplayer

Setelah banyak gamer dan fans kecewa pada kualitas Mass Effect: Andromeda, masa depan BioWare kini berada di pundak Anthem, franchise baru permainan action role-playing yang tengah digarap oleh studio asal Kanada itu. Proyek ini dikerjakan sejak tahun 2012 tepat sesudah pengembangan Mass Effect 3 berakhir, dan resmi diumumkan ke publik di E3 2017.

Melalui trailer dan video demonstrasi, terungkaplah detail-detail mengenai Anthem. Game ini menempatkan Anda sebagai Freelancer, yaitu anggota grup penjelajah yang melakukan eksplorasi dengan mengenakan exosuit ala jubah Iron-Man bernama Javelin. Game rencananya akan meluncur awal tahun depan, dan lewat trailer baru, BioWare menyingkap lebih banyak informasi soal fitur, penyampaian cerita, serta penyajian dunia permainan.

Anthem cukup berbeda dari game yang BioWare buat sebelumnya. Di sana, developer mencoba menggabungkan elemen multiplayer dengan single-player, mempersilakan Anda bermain bersama kawan sembari memastikan pengalamannya tetap personal. Caranya? BioWare membagi game menjadi dua porsi yang saling terhubung secara mulus.

Anthem 2

Saat berpetualang bersama, para pemain akan merasakan pengalaman serupa – misalnya menghadapi monster di siang atau malam hari, bertempur di tengah amukan badai, hingga saat mengikuti event berskala masif. Fitur ini sangat esensial karena sejumlah skenario hanya terjadi di saat-saat tertentu. Anda dan teman juga dapat saling membantu menyelesaikan misi melalui sistem party in-game. Tentu saja, eksplorasi dan pencarian artefak tetap dapat dilakukan seorang diri.

Jantung dari dunia Anthem adalah sebuah tempat bernama Fort Tarsis, di mana game menyuguhkan pengalaman single-player tulen. Di sana, Anda bisa mempererat hubungan dengan karakter-karakter NPC, serta melakukan pilihan sulit dan merasakan konsekuensinya – khas permainan role-playing. Semakin Anda akrab dengan tokoh-tokoh tersebut, maka mereka akan lebih terbuka dan mempercayai Anda.

Fort Tarsis dirancang sebagai tempat beristirahat setelah misi selesai. Anda dapat menjelajahi kota ini dan menguak rahasia-rahasianya, mempelajari detail tiap faksi, sembari mencari para agen yang membutuhkan bantuan Anda. Dan di sini pula-lah Anda dipersilakan mengustomisasi dan meng-upgrade Javelin. Seiring game berjalan, Fort Tarsis dan seluruh dunia permainan akan bertransformasi.

Anthem 4

BioWare punya Agenda buat merilis Anthem pada tanggal 22 Febuari 2019 di Windows via EA Origin, Xbox One dan PlayStation 4. Gerbang pre-order sudah dibuka, dan khusus bagi pelanggan Origin ataupun EA Access, permainan bisa dinikmati sejak tanggal 15 Februari. EA juga mempersilakan mereka yang telah melakukan pemesanan untuk mengakses versi demo, tersedia pada tanggal 1 Februari.

Sumber: EA.

CD Projekt Red Pamerkan Gameplay Perdana Cyberpunk 2077, Kontennya Luar Biasa

Jika diminta memilih satu permainan favorit yang dipamerkan di E3 2018, maka saya jelas akan menjagokan Cyberpunk 2077 ketimbang The Elder Scrolls VI, Ghost of Tsushima, ataupun remake Resident Evil 2. Pengembangan game telah dimulai sejak proyek The Witcher 3 berakhir, tapi prosesnya baru benar-benar melewati tahapan penting di akhir 2017, lalu disusul oleh pembukaan studio baru buat membantu produksi.

Dua bulan lebih setelah CD Projekt Red memublikasikan trailer promosi terbaru, developer Polandia itu akhirnya melepas video gameplay perdana Cyberpunk 2077 (pertama kali lewat stream di Twitch). Kontennya tidak tanggung-tanggung, video tersebut mempunyai durasi sepanjang 48 menit, dan menyingkap banyak aspek krusial dalam game. Lewat artikel ini, saya mencoba merangkum sejumlah detail penting terkait Cyberpunk 2077.

2077 1

Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, Cyberpunk 2077 adalah game role-playing yang menyuguhkan perspektif orang pertama dan mengedepankan elemen action serta baku tembak. Sekilas, konsep dan temanya menyerupai dua permainan Deus Ex teranyar, namun Cyberpunk 2077 mempersilakan pemain menciptakan karakter protagonis mereka sendiri serta mengustomisasi penampilannya.

Ada banyak hal yang CD Projekt pelajari dari pengembangan trilogi The Witcher dan mengimplementasikannya ke Cyberpunk 2077. Salah satu yang signifikan ialah bagaimana sebuah misi bisa tersaji dan dijalankan secara berbeda bergantung dari pilihan Anda, respons dialog, serta karakter-karakter yang sebelumnya telah Anda temui. Saya melihat sedikit kesamaan antara V – tokoh utama Cyberpunk 2077 – dan Geralt of Rivia: keduanya sering kali bertindak di luar hukum.

2077 2

Formula tembak-menembak di permainan merupakan perpaduan antara FPS dan RPG. Tiap senjata punya karakteristik berbeda (misalnya Smart Gun dengan amunisi yang bisa mengarah ke lawan atau pistol berpeluru memantul), lalu Anda juga bisa melihat status health bar lawan serta tingkat damage yang mereka terima berupa angka. Di sana, beberapa objek memiliki interaktivitas berbeda. Beberapa benda dapat menahan peluru, sedangkan material lain bisa hancur akibat tembakan.

CD Projekt Red meramu Night City (lokasi game ini di-setting) dengan begitu detail dan interaktif. Di sana, para penduduknya punya kesibukan sendiri, dan kota tersebut mempersilakan Anda melakukan beragam hal. Skalanya sangat besar. Anda bisa menjelajahinya menggunakan mobil ataupun motor. Saat berkendara, pemain bisa mengalihkan kamera ke perspektif orang ketiga. Selain itu, Anda juga dapat mengaktifkan sistem kemudi otomatis jika sedang terjadi aksi tukar peluru di atas kendaraan.

2077 4

Video gameplay 48 menit Cyberpunk 2077 bisa Anda simak di bawah. Sedikit peringatan: permainan ini disiapkan untuk gamer dewasa. Kontennya sama sekali tak layak dikonsumsi oleh mereka yang belum cukup umur.

Cyberpunk 2077 rencananya akan dirilis di PC, Xbox One dan PlayStation 4. Sayangnya hingga kini, belum diketahui kapan tepatnya game akan dilepas.

Transisi yang Dilalui Assassin’s Creed Odyssey Sebagai Action-RPG

Seri Assassin’s Creed akan selalu dikaitkan dengan tema sejarah, aksi parkour serta pertarungan jarak dekat, serta formula open world. Untuk membuat gameplay-nya lebih adiktif, Ubisoft pelan-pelan mengimplementasikan formula role-playing di judul-judul Assassin’s Creed baru, termasuk Origins. Kabarnya, elemen itu diadopsi Assassin’s Creed Odyssey secara lebih frontal lagi.

Diumumkan resmi di E3 2018, Odyssey merupakan permaian ‘utama’ ke-11 dalam seri Assassin’s Creed dan menjadi game pertama yang mengusung genre action-RPG sejati. Pendekatan ala RPG memang sudah dipakai di game Ubisoft lainnya – seperti Far Cry 5 – namun Assassin’s Creed Odyssey merangkulnya secara tak tanggung-tanggung dan membuatnya lebih terasa seperti Mass Effect atau Dragon Age.

Elemen role-playing akan segera pemain rasakan begitu Assassin’s Creed Odyssey dimulai: game menyodorkan Anda dua pilihan karakter utama, yaitu Alexios atau Kassandra. Walaupun kedua tokoh ini berbeda jenis kelamin, mereka memiliki kisah serta petualangan yang sama; dan Anda akan disuguhkan opsi dialog, quest yang bercabang, hingga ending berbeda – bergantung dari pilihan selama bermain.

Odyssey 1

Via IGN, creative director Jonathan Dumont menjelaskan bahwa dengan meneruskan transformasi Assassin’s Creed sebagai RPG, tim Ubisoft Quebec bermaksud memberikan pengalaman bermainan yang lebih kaya dan lebih personal. Lewat keleluasaan khas permainan role-playing, Anda bisa merasakan kehidupan di zaman Yunani Kuno benar-benar melalui perspektif Alexios atau Kassandra.

Bagian paling menantang dari pengembangan Odyssey adalah memadukan gameplay bebas ala RPG dengan penyajian narasi. Di permainan-permainan sebelumnya, hasil dari suatu cerita (baik quest utama ataupun sekunder) telah ditentukan. Di Odyssey, ada peluang aksi yang tengah Anda lakukan akan memicu opsi alternatif atau bahkan quest baru lagi. Itu berarti, narrative director Mel MacCoubrey dan timnya harus memikirkan solusi terbaik dalam menyajikan transisi antara cutscene, misi, kemudian cutscene lagi.

Odyssey 2

Hal menarik lain dari Assassin’s Creed Odyssey adalah konsekuensi terhadap perbuatan Anda. Di game terdahulu, tidak sengaja melukai (atau membunuh) warga hanya akan memunculkan peringatan bahwa ‘karakter Anda tidak membunuh orang tak berdosa’. Di Odyssey, Ubisoft Quebec menggantinya dengan sistem karma. Jika Alexios atau Kassandra melakukan tindakan kriminal pada penduduk, tokoh protagonis akan diburu oleh tentara bayaran.

Odyssey 4

Bagi penggemar RPG seperti saya, premis tersebut terdengar sangat menarik. Dan kabar gembiranya lagi, kita tak perlu menunggu terlalu lama buat menikmati Assassin’s Creed Odyssey. Permainan stealth action-RPG baru Ubisoft ini akan dirilis di PC, PlayStation 4 dan Xbox One pada tanggal 5 Oktober 2018.

Odyssey 5
“This is Sparta!”

Valthirian Arc: Hero School Story Akan Mendarat di PC, Switch dan PS4 Akhir Tahun Ini

Bulan Juli ini ialah momen menggembirakan sekaligus membanggakan buat para gamer Indonesia. IGX 2018 baru saja rampung kemarin dan minggu ini Game Prime 2018 akan dilangsungkan. Dan tepat pada tanggal 5 Juli 2018 silam, publisher Toge Productions dan Mojiken Studio asal Surabaya resmi melepas Ultra Space Battle Brawl untuk console Nintendo Switch.

Dan Anda mungkin sudah mendengar bahwa bukan hanya USBB saja yang disiapkan buat hadir di platform game populer. Beberapa hari lalu, tim Agate International turut mengumumkan rencana untuk melepas permainan yang telah lama mereka kerjakan di PC, Nintendo Switch dan PlayStation 4. Judul game tersebut boleh jadi juga cukup akrab di telinga kita semua, yaitu Valthirian Arc: Hero School Story.

Eksistensi dari Valthirian Arc: Hero School Story telah terdengar sejak tahun 2015. Digarap sebagai penerus Valthirian Arc 2, saat diperkenalkan, permainan tersebut mengusung sub-judul Red Covenant. Jika Anda mengikuti perjalanan Valthirian Arc: Red Covenant dari awal, maka Anda tahu seperti apa kerja keras yang Agate lakukan serta berbagai rintangan yang sudah developer lalui.

Dalam proses pengembangannya, developer sempat gagal mengumpulkan dana yang mereka butuhkan. Namun Agate tidak menyerah. Di bulan Februari 2017 mereka kembali melangsungkan kampanye di Kickstarter, dan akhirnya, Valthirian Arc: Red Covenant berhasil menggalang modal jauh di atas target minimal. Tak lama, developer  mengabarkan agenda buat meluncurkan game di bulan Agustus 2017.

Namun 2017 berlalu tanpa kemunculan Valthirian Arc: Red Covenant. Ternyata, penundaan itu dilakukan untuk mempersiapkan peluncuran permainan dalam skala lebih besar lagi. Agate tengah melakukan kolaborasi bersama publisher Inggris PQube sebagai upaya menghadirkan Valthirian Arc: Hero School Story ke lebih banyak gamer. Hal tersebut juga didukung oleh lokalisasi game ke enam bahasa lain, yakni Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, Korea dan Mandarin.

Valthirian Arc Hero School Story 1

Agate belum mengungkap tanggal tepat peluncuran Valthirian Arc: Hero School Story, hanya bilang akan merilisnya di kuartal keempat 2018. Kabar gembiranya, status game saat ini sudah hampir rampung. Di IGX 2018 kemarin, Valthirian Arc: Hero School Story telah dapat dinikmati dari console Switch dan PS4 – baik bagian base-building serta sesi action-RPG-nya. Sisa waktu beberapa bulan ini kemungkinan besar dimanfaatkan developer buat memolesnya lebih jauh lagi.

Dugaan saya, alasan Agate mengubah sub-titel dari Red Covenant ke Hero School Story adalah agar permainan lebih mudah diterima bagi gamer yang belum familier atau sama sekali tidak pernah bermain seri Valthirian Arc. ‘Hero School Story’ secara garis besar menjelaskan tema yang diusung game tersebut.

Sumber: Agate.id.

Tak Mau Mengecewakan, BioWare Perpanjang Waktu Pengembangan Anthem, Menundanya ke Awal 2019

Sebagai pencipta seri Baldur’s Gate dan Mass Effect, nama BioWare dahulu sinonim dengan game-game role-playing berkualitas. Namun sejumlah arahan yang kurang pas di beberapa permainan terbaru BioWare membuat sinarnya mulai meredup. Titik terendahnya ialah Mass Effect: Andromeda. Judul yang seharusnya jadi babak baru Mass Effect itu malah dinodai masalah teknis dan animasi.

Namun hal ini tidak menurunkan perhatian publik pada kreasi mereka selanjutnya. Di panggung konferensi Microsoft di E3 2017, studio game asal Kanada itu memperkenalkan Anthem, yaitu permainan action role-playing bertema fiksi ilmiah dengan konsep dan konten yang mengingatkan kita pada elemen dari permainan berbeda – seperti mecha di Titanfall serta formula kooperatif mirip Destiny.

Awalnya, BioWare berencana buat melepas Anthem di triwulan terakhir tahun ini. Namun beradasarkan laporan dari narasumber terpercaya pada Kotaku, developer sepertinya membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyempurnakannya. Jendela peluncuran di 2018 dirasa tidak realistis karena tim harus mempersiapkan program uji coba beta, peluncuran di EA Access, serta update pasca-rilis. Pada akhirnya, pelepasan game dimundurkan ke 2019.

Demi memastikan segala hal berjalan lancar, pihak manajemen kabarnya juga memutuskan untuk mengerahkan tim Edmonton dan Austin buat menggarap Anthem. Langkah ini bukanlah hal baru, pernah BioWare lakukan ketika mengembangkan Andromeda dan Dragon Age: Inquisition. Tapi mengingat Anthem merupakan franchise yang betul-betul baru, pertaruhannya jauh lebih besar.

Kegagalan Mass Effect: Andromeda mencapai target penjualan menyebabkan dileburnya BioWare Montreal, diubah jadi tim baru, EA Motive. Berdasarkan pengalaman ini, kesuksesan Anthem akan sangat memengaruhi masa depan studio. Tekanan pada BioWare juga jauh lebih besar karena sang perusahaan induk, EA, belum lama ini terjerat kontroversi loot box di permainan terbarunya, Star Wars Battlefront II.

Anthem telah mulai dikembangkan sejak 2012; awalnya dinahkodai oleh director Casey Hudson, lalu dialihkan pada Jonathan Warner saat Hudson mengundurkan diri. Tahun lalu, BioWare berusaha memperkuat proses produksi game dengan menambah lebih banyak staf, juga turut merangkul penulis kawakan Drew Karpyshyn untuk mengerjakan narasinya.

Berita baiknya, ada kemungkinan besar penundaan Anthem tidak terlalu lama. Menurut Kotaku, waktunya tidak akan melewati bulan Maret 2019 karena masa fiskal EA tahun 2019 berakhir di bulan itu.

Komentar saya terhadap pengunduran Anthem sama seperti terkait penundaan game lain: lebih baik terlambat namun hasilnya memuaskan ketimbang buru-buru, tetapi kontennya malah setengah matang.

Analis: Penundaan Monster Hunter: World di PC Akan Berdampak Besar Pada Penjualan

Di minggu ini, pemilik PlayStation 4 dan Xbox One sedang bersiap-siap menyambut pendaratan Monster Hunter: World, yaitu game action role-playing open world terbaru garapan Capcom. Namun seperti yang mungin sudah Anda ketahui, gamer PC harus menunggu lebih lama karena developer membutuhkan lebih banyak waktu buat memolesnya.

Dalam bincang-bincang bersama GamesRadar, produser Ryozo Tsujimoto menjelaskan bahwa penundaan selama berbulan-bulan itu diperlukan untuk memastikan segala kontennya tersaji sempurna. Perlu diingat, Monster Hunter: World merupakan game Monster Hunter pertama yang dirilis di PC. Proses porting tidak dilakukan oleh tim third-party, tapi ditangani langsung oleh tim inti Capcom.

Alasan tersebut terdengar sangat masuk akal. Memang jauh lebih baik game hadir terlambat namun kualitasnya memuaskan, dibanding tiba lebih cepat tapi kontennya setengah matang atau belum optimal – seperti yang terjadi pada Batman: Arkham Knight di PC. Namun menurut pakar industri, penundaan Monster Hunter: World versi PC yang terlalu lama punya peluang memberikan dampak negatif pada penjualan game.

Analis senior SuperData Carter Rogers menjelaskan bahwa rentang waktu selama berbulan-bulan (dari akhir Januari hingga musim gugur 2018) sampai versi PC-nya tiba akan menekan potensi penjualan Monster Hunter: World secara lifetime. Penyebabnya adalah, Monster Hunter: World PC nanti akan menghadapi persaingan yang lebih ketat dari game-game PC yang meluncur lebih dulu.

Rogers memberikan sebuah contoh: Nioh dirilis di console pada bulan Februari 2017, lalu versi PC-nya baru menyusul di November 2017. Dampaknya, total pemain di PC hanya 28 persen dari jumlah seluruh gamer satu bulan setelah tersedia. Sebagai perbandingan, versi PC Dark Souls III diluncurkan di minggu yang sama dengan versi console-nya (di awal 2016). Efeknya, gamer PC menguasai populasi pemain di 40 persen, sebulan sesudah dirilis.

Meski berbeda publisher (Capcom, Koei Tecmo, dan Bandai Namco); Monster Hunter: World, Nioh dan Dark Souls III punya satu kesamaan: mereka digarap oleh developer Jepang.

Sang analis memprediksi, Monster Hunter: World akan terjual sebanyak 300 ribu sampai 600 ribu kopi dalam periode 30 hari sesudah tersedia.

Kesuksesan Monster Hunter: World sangat esensial bagi franchise ini. Meski game telah terjual sebanyak 40 juta kopi lebih sejak debutnya di tahun 2004 dan berhasil menghimpun penggemar setia di Jepang, kepopularitasan Monster Hunter di level global masih belum menyamai franchise RPG terkenal lain.

Saya menerka, hal ini yang mendorong Capcom memutuskan untuk mengusung formula open world dan menyesuaikan gameplay-nya agar lebih mudah dinikmati gamer mainstream.

Sumber: VentureBeat.

Developer Forza Horizon Gandeng Talenta di Belakang GTA V, Metal Gear dan Hellblade Buat Garap Game Open-World

Forza Motorsport ialah franchise yang Microsoft siapkan untuk berduel dengan seri Gran Turismo milik Sony Interactive Entertainment. Dan buat merangkul gamer pencinta balap secara lebih luas, sang publisher memperkenalkan Forza Horizon di tahun 2012 sebagai spin-off permainan ber-genre simulasi itu, mengandalkan gameplay yang lebih mudah dan pilihan kendaraan lebih banyak.

Tim Playground Games yang terdiri dari mantan staf Codemasters, Ubisoft, Criterion dan Slightly Mad Studios, dan Sony itu dipercaya Microsoft untuk menangani seri Horizon. Tapi meski mengemban tanggung jawab besar itu, Playground Games masih memegang status indepenen. Dan setelah menikmati kesuksesan Forza Horizon 3, mereka kabarnya siap menggarap permainan baru.

Di bulan Februari silam, Playground Games mengungkap rencana pembuatan studio kedua untuk mengembangkan game-game non-racing, dan akhirnya info terkait proyek tersebut pelan-pelan mulai terkuak. Via Games Industry, developer dilaporkan mulai menyewa para talenta berpengalaman yang pernah berpartisipasi dalam pengerjaan berbagai game blockbuster.

Individu pertama ada Will Kennedy, bergabung bersama Playground di bulan Juli 2017. Kennedy adalah chief designer di tim baru Playground Games, sudah pernah bekerja untuk Rockstar North selama delapan tahun. Ia memegang peranan penting dalam pengembangan Grand Theft Auto V sebagai game designer dan flow designer, sampai perancang misi di Grand Theft Auto Online.

Tak lama, Juan Fernandez di Simon menyusul. Pria ini ialah desainer senior di studio independen Ninja Theory, punya andil dalam terciptanya Hellblade: Senua’s Sacrifice. Sebelumnya, Simon menghabiskan tiga tahun bekerja untuk tim pembuat Rime, Tequila Works.

Anggota terbaru Playground Games adalah Sean Eyestone. Ia baru saja meninggalkan posisinya di EA DICE sebagai senior producer Star Wars Battlefront II. Dahulu, Eyestone juga sempat berkarier selama 10 tahun di Kojima Productions dan mengerjakan sejumlah permainan Metal Gear, termasuk Metal Gear Solid V: Ground Zeroes serta The Phantom Pain. Di Playground, ia terpilih jadi production director.

Studio kedua Playground Games akan didirikan di lahan seluas 1.600 meter persegi di St Albans House, Inggris. Tempat itu disiapkan untuk menjadi rumah bagi lebih dari 200 orang karyawan.

Belum ada detail lebih lanjut mengenai game yang akan digarap Playground, termasuk judul ataupun perkiraan waktu rilis. Studio hanya mendeskripsikannya sebagai permainan action role-playing berformula open-world.

Sumber: Games Industry.

Nioh Versi PC Dikonfirmasi, Akan Konsumsi Ruang Penyimpanan Sebesar 100GB

Nioh ialah salah satu action-RPG terbaik di tahun 2017, dipuji karena Team Ninja berhasil memadukan formula ala Dark Souls, atomosfer mirip Onimusha, dan serunya mengumpulkan loot seperti Diablo – sehingga menghasilkan gameplay yang unik dan menyegarkan. Sayangnya, Nioh sejauh ini hanya tersedia eksklusif untuk console PlayStation 4.

Meski demikian, Koei Tecmo sebagai pemilik Team Ninja sudah lama menyadari tingginya potensi ekosistem PC gaming. Beberapa game mereka, seri Dead or Alive atau Romance of the Three Kingdoms misalnya, telah hadir di sana; dan Nioh menjadi judul berikutnya yang turut hijrah ke platform Windows. Pengumumannya dilakukan secara mendadak, dibarengi kemunculan page Nioh: Complete Edition di Steam.

Nioh: Complete Edition menawarkan seluruh konten versi PS4, ditambah tiga expansion pack, satu level ekstra, dan bonus ‘eksklusif’ khusus gamer Steam – berupa helm Dharmachakra Kabuto. Tambahan-tambahan ini memang menyenangkan, kompensasi yang sepadan atas keterlambatan kehadiran selama kurang lebih sembilan bulan. Tentu saja, versi PC juga menawarkan kualitas grafis yang lebih superior.

Nioh Complete Edition 3

Munculnya page Nioh di Steam dilengkapi pula oleh pengungkapan daftar kebutuhan hardware buat menjalankan game ini. Batasan paling rendahnya tidak terlalu menuntut, dan Anda hanya memerlukan GeForce GTX 1060 atau Radeon R9 380X agar visual Nioh tersuguh maksimal. Namun ada satu hal ‘kecil’ yang menuntut perhatian: agar bisa memainkan Nioh di PC, Anda harus mendedikasikan ruang penyimpanan sebesar 100GB.

Nioh Complete Edition 2

Itu berarti, Nioh: Complete Edition menjadi salah satu permainan yang paling lapar terhadap storage, melampaui X-Plane (90GB) dan menyamai Call of Duty: Black Ops III (100GB). Saya berasumsi, hal ini terkait dukungan resolusi 4K dan pemakaian audio high resolution 16-bit 48KHz.

Nioh Complete Edition 1

Versi PC Nioh dapat dinikmati dalam dua mode, yaitu Action Mode dan Movie Mode. Action Mode difokuskan untuk menyuguhkan gameplay stabil di 60-frame rate per detik, sedangkan Movie Mode siap menghidangkan pengalaman ‘sinematik’ dengan resolusi 4K. Expansion pack yang turut dibundel di Complete Edition meliputi Dragon of the North, Defiant Honor dan Bloodshed’s End.

Meski sudah ada di Steam, Nioh: Complete Edition belum bisa di-pre-order dan belum diketahui harganya. Semoga saja nanti ada penyesuaian harga sehingga game ini tidak semahal Nier: Automata. Nioh rencananya akan dirilis di PC pada tanggal 7 November 2017, kurang lebih lima minggu lagi.

Sumber: Koei Tecmo.

[Game Playlist] Ulasan Singkat NieR: Automata

Nier: Automata baru bisa dinikmati gamer Asia di penghujung bulan April – lebih lambat 40 hari dari peluncuran versi PC-nya secara global. Perilisannya juga tidak bebas dari masalah. Beberapa pengguna kartu grafis tertentu mengeluhkan adanya bug, lalu performa game di platform Windows tidak begitu baik. Namun pelan-pelan, masalah-masalah tersebut mulai teratasi.

Nier: Automata adalah hasil kolaborasi antara Square Enix dan PlatinumGames, developer franchise Bayonetta yang dirikan oleh mantan tim Capcom, salah satunya Shinji Mikami. Nier: Automata merupakan sekuel dari spin-off seri permainan Drakengard. Meski terdengar kompleks, pada prakteknya, Anda tidak wajib memainkan game-game sebelumnya agar bisa menikmati Automata. Bahkan akan lebih baik lagi jika Anda tidak pernah mengenal para pendahulunya sama sekali.

Alasannya? Agar Nier: Automata memberikan efek kejutan paling maksimal.

Nier 12

Permainan dibuka dengan gameplay shoot ’em up, lalu setelah beberapa kali mengubah perspektif, Anda disuguhkan porsi action arcade. Bagian ini dihidangkan kira-kira selama setengah jam, dan Anda diwajibkan untuk menyelesaikannya karena di sana, game tidak bisa di-save. Baru sesudah itu, Nier: Automata menunjukkan jati diri sebenarnya.

Nier 1

Nier 2

Game menempatkan Anda sebagai seorang android wanita YoRHa No. 2 Model B, atau dipanggil 2B. Ia merupakan anggota YoRHa, robot-robot yang diciptakan manusia untuk merebut kembali Bumi setelah diinvasi oleh mesin-mesin dari ruang angkasa. 2B tidak berpetualang sendirian, ia ditemani oleh android remaja, 9S. Layaknya action-RPG sejenis, 9S akan membantu 2B dalam pertempuran, dan Anda dipersilakan memilih karakteristik sang asisten – misalnya menyerang dari jauh, agresif atau pasif.

Nier 9

Nier 11

Karena sudah lama dibuai oleh game-game RPG Barat, elemen presentasi penyajian konten dan narasi Automata sangat unik bagi saya. Menu dirangkul menjadi bagian dari permainan, lalu Automata juga mendorong Anda untuk menamatkannya lebih dari sekali buat membuka ending alternatif. Tidak tanggung-tanggung, PlatinumGames menyiapkan tak kurang dari 26 ending – beberapa mengharuskan Anda melakukan hal spesifik. Dengan menguak semuanya, Anda jadi lebih mengerti situasi yang terjadi di jagat Nier.

Nier 7

Nier 8

Formula open-world Nier: Automata sengaja dirancang buat merangsang pemain berjelajah, dan selama menikmatinya, saya merasakan elemen gameplay Dark Souls: pertempurannya berbasis pada momentum, kemudian jika 2B tewas, Anda disarankan untuk mengambil kembali item-item miliknya. Musuh-musuh dengan serangan jarak jauh berpola (seperti bola-bola pink) juga menekankan kentalnya gameplay shoot ’em up.

Nier 14

Bermain tanpa gamepad, saya cukup terkesan pada versi port PC ini. Hanya butuh waktu sebentar untuk membiasakan bermain menggunakan keyboard dan mouse – bahkan saya tidak perlu mengubah konfigurasinya. Terkait dengan performa, game beberapa kali crash ketika dibarengi Fraps. Namun jika dimainkan tanpa overlay, Nier: Automata berjalan mulus di MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii. Game tersuguh konsisten di 55fps ke atas dengan setting grafis tertinggi.

Nier 3

Meskipun mayoritas tokoh Nier: Automata adalah robot dan android, permainan hanya cocok dimainkan oleh gamer dewasa karena penuh kekerasan dan juga cara PlatinumGames memuaskan fans. Developer melakukannya dengan metode yang ‘nakal’.

Nier 6

Secara umum, Nier: Automata terlihat mencoba menyuguhkan beberapa genre sekaligus, dan itulah yang membuatnya unik. Fans Yoko Taro sudah pasti tak mau melewatkannya, tapi bagi saya, Automata juga sangat cocok dinikmati oleh Anda yang menginginkan pengalaman gaming berbeda.

Sayang sekali, harga versi PC Nier: Automata masih terbilang mahal. Game dijual seharga Rp 800 ribu di Steam.

Simak galeri screenshot-nya di bawah:

Nier 24

Nier 25

Nier 26

Nier 27

Nier 20

Nier 121

Nier 22

Nier 23

Nier 3

Nier 10

Nier 17

Nier 18

Nier 15

Nier 5

Nier 19

Game Playlist adalah artikel gaming kolaborasi MSI dengan DailySocial.

Game dimainkan dari unit notebook MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii, ditenagai prosesor Intel Core i7-6700HQ 2,6GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, RAM 16GB, penyimpanan berbasis SSD 256GB dan HDD 1TB, serta dilengkapi teknologi eye-tracking Tobii Technology.