Sony Rugi Saat Jual PS5, Codemasters Setuju untuk Diakuisisi EA

Minggu lalu, beberapa perusahaan mengeluarkan laporan keuangannya. Salah satunya adalah Sony. Dalam laporan keuangan tersebut, mereka menyebutkan bahwa mereka justru mengalami kerugian saat menjual PlayStation 5. Selain itu, para pemegang saham Codemasters juga telah bertemu untuk menentukan apakah mereka setuju dengan akuisisi oleh EA.

Harga PS5 Lebih Murah dari Biaya Produksi

Sony Interactive Entertainment baru saja mengeluarkan laporan keuangan mereka. Dalam laporan keuangan tersebut, mereka menyebutkan bahwa harga PlayStation 5 lebih murah dari biaya pembuatannya. Hal itu berarti, Sony justru merugi ketika menjual PS5. VentureBeat memperkirakan, biaya produksi PS5 mencapai sekitar US$460-490. Sementara Sony menjual PS5 seharga US$500 dan PS5 Digital Edition senilai US$400. Sony bukan satu-satunya perusahaan yang merugi saat menjual konsol mereka. Microsoft juga mengalami hal yang sama dengan Xbox Series X/S.

Sony Kini Punya Saham di Kadokawa Corporation

Pada minggu lalu, Sony Corporation juga memulai aliansi baru dengan Kadokawa Corporation dan CyberAgent. Kadokawa Corporation merupakan perusahaan yang memiliki bisnis sebagai penerbit dan konten media. Mereka juga merupakan pemilik dari From Software, developer dari Dark Souls dan Bloodborne. Sementara CyberAgent merupakan pemilik dari developer CyGames, yang membuat Granblue Fantasy dan Dragalia Lost.

Dengan aliansi ini, baik Sony maupun CyberAgent akan memiliki saham sebesar 1,95% di Kadokawa. Melalui kerja sama tersebut, ketiga perusahaan akan bekerja sama untuk membuat intellectual property (IP) baru dan memaksimalkan potensi IP yang sudah dimiliki oleh Kadokawa, lapor GamesIndustry.

Pemegang Saham Codemasters dengan Akuisisi EA

Pada Desember 2020, EA dikabarkan akan mengakuisisi Codemasters. Minggu lalu, para pemegang saham Codemasters memberikan persetujuan pada EA untuk melanjutkan proses akuisisi tersebut. Dari 76 pemegang saham, sebanyak 63 orang — yang menguasai 98% dari perusahaan — setuju dengan akuisisi EA. Sebelum ini, regulator di Jerman dan Austria juga telah merestui akuisisi Codemasters oleh EA, menurut laporan Motor1.

Activision Dituduh Mencuri Desain Karakter untuk Call fo Duty

Clayton Haugen, kreator dari karakter bernama “Cade Janus”, menuntut Activision, Infinity Ward, dan Major League Gaming atas tuduhan mencuri konsep karakternya saat membuat Mara, karakter dalam Call of Duty: Modern Warfare. Dalam tuntutannya, Haugen menyebutkan, untuk mengambil foto Mara, Activision menggunakan model yang sama. Selain itu, mereka juga meminta sang model untuk menggunakan pakaian dan perlengkapan yang sama ketika dia menjadi Cade Janus.

Foto buatan Haugen (kiri) dan foto Mara (kanan). | Sumber:
Foto buatan Haugen (kiri) dan foto Mara (kanan). | Sumber: Kotaku

Activision juga dituduh telah menggunakan makeup artist yang sama dan meminta sang makeup artist untuk mendandani sang model seperti ketika dia menjadi model dari Cade Janus. Haugen mengklaim, dia telah membuat karakter ini bertahun-tahun lalu. Dan dia telah mendaftarkan hak cipta atas konsep karakternya pada 2012-2013, lapor Kotaku. Sementara hak cipta untuk foto Cade Janus dia dapatkan pada 2020.

Valve Rilis Versi Beta dari Staem China

Valve akhirnya merilis versi beta dari Steam China. Analis Niko Partners, Daniel Ahmad mengumumkan hal ini melalui Twitter, lapor GamesIndustry. Dia mengonfirmasi, versi beta dari Steam China akan bisa digunakan oleh masyarakat luas pada 9 Februari 2021. Dua game pertama yang tersedia di platform tersebut adalah Dota 2 dan Counter-Strike: Global Offensive. Ahmad menyebutkan, untuk bisa memainkan kedua game itu, para gamer Tiongkok akan diminta untuk masuk ke Steam China. Kabar baiknya, semua data dari game mereka akan langsung dipindahkan ke akun Steam mereka.

Riot Tarik Mantan Eksekutif Netflix

Riot Games menunjuk Ryan Crosby sebagai Head of Marketing and Consumer Products. Sebelum bergabung dengan Riot, Crosby bekerja di divisi marketing dan public relations di berbagai perusahaan besar, termasuk Netflix, Hulu, Activision, dan divisi Xbox milik Microsoft, seperti yang disebutkan oleh The Esports Observer.

Belum lama ini, Riot juga telah menarik mantan eksekutif Netflix lainnya, yaitu Shauna Spenley. Dia ditarik oleh Riot pada Desember 2020 untuk menjadi kepala dari divisi entertainment. Crosby juga akan bekerja dalam divisi tersebut. Tugasnya adalah untuk membuat animasi, musik, dan film dari IP Riot, termasuk League of Legends, Valorant, dan Wild Rift.

Sumber header: Yahoo

Info Turnamen dan Event Minggu Ini

OMEN Boot Camp Valorant Quest telah membuka pendaftaran untuk Anda yang ingin mengikuti rangkaian acara terkait game Valorant. Ada coaching clinic, battlequest atau individual challange. Acara ini juga berhadiah total cukup menarik yaitu 50 juta rupiah.

Info lengkap untuk acara ini bisa dilihat di tautan ini: https://www.menanggaming.com/event

Turnamen PES. Tertarik mengasah keahlian bermain PES atau Pro Evolution Soccer? Anda bisa mencari turnamen terdekat sesuai domisili lewat situs Turnamenpes.com.

HybridIDN Subscription. Berlangganan Hybrid hanya dengan 25k rupiah dan dapatkan artikel ekslusif dan berbobot khas Hybrid.co.id. Cek link ini. https://hybrid.co.id/subscription

Cristiano Ronaldo Jadi Karakter di Free Fire, Microsoft Akuisisi Smash.gg

Dalam satu minggu terakhir, ada beberapa kabar menarik di dunia game dan esports. Misalnya, Microsoft yang memutuskan untuk membeli platform turnamen esports, Smash.gg atau keputusan Cristiano Ronaldo untuk bekerja sama dengan Garena sebagai Global Brand Ambassador dari Free Fire.

CR7 Jadi Global Brand Ambassador Free Fire

Cristiano Ronaldo menjadi Global Brand Ambassador dari Free Fire, game buatan Garena. Sebagai bagian dari kerja sama ini, Garena akan membuat karakter baru yang didasarkan pada Ronaldo, bernama Chrono. Karakter itu berasal dari universe baru dengan tema metropolis futuristik. Walau dunia itu penuh dengan teknologi canggih, tatanan masyarakat di sana kacau balau. Chrono hadir sebagai seorang pahlawan dan juga inspirasi bagi masyarakat untuk tetap hidup.

Microsoft Akuisisi Smash.gg

Microsoft mengakuisisi platform turnamen esports, Smash.gg minggu lalu. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai akuisisi tersebut. Smash.gg didirikan pada lima tahun lalu. Pada awalnya, platform tersebut fokus pada turnamen esports dari Smash Bros. Namun, sekarang, mereka juga bisa digunakan untuk mengadakan turnamen esports dari game-game lain.

Melalui Twitter, Smash.gg menjelaskan, saat ini, mereka akan beroperasi seperti biasa. Ke depan, mereka berharap akan bisa menggunakan sumber daya dari tim Microsoft Content Services untuk mengembangkan platform turnamen esports mereka, lapor Reuters.

Dalam 2 Bulan, Pemasukan Genshin Impact dari Pemain Mobile Hampir Capai US$400 Juta

Berdasarkan data dari perusahaan analitik mobile, Sensor Tower, dalam waktu dua bulan sejak peluncuran, Genshin Impact telah mendapatkan pemasukan sekitar US$393 juta dari para pemain mobile. Hal itu berarti, sejak diluncurkan pada 28 September 2020, game buatan MiHoYo ini menghasilkan US$6 juta per hari, menurut laporan GamesIndustry.

Pemasukan Genshin Impact dari mobile hampir mencapai US$400 juta dalam 2 bulan. | Sumber One Esports
Pemasukan Genshin Impact dari mobile hampir mencapai US$400 juta dalam 2 bulan. | Sumber One Esports

Berdasarkan data Sensor Tower, satu-satunya game yang memiliki pemasukan lebih besar dari Genshin Impact pada awal peluncurannya adalah Honor of Kings dari Tencent, yang mendapatkan US$467 juta. Namun, Sensor Data juga menyebutkan, pemasukan Genshin Impact pada bulan kedua lebih kecil daripada pemasukan mereka pada bulan pertama, yang mencapai US$245 juta.

Sepanjang 2020, Pemasukan Franchise Call of Duty Tembus US$3 Miliar

Setelah peluncuran Call of Duty: Black Ops Cold War, Activision mengungkap bahwa total net bookings dari franchise Call of Duty telah menembus US$3 miliar dalam 12 bulan belakangan. Menurut Activision, net bookings merupakan total penjualan secara fisik dan digital, termasuk biaya lisensi, merchandise, dan insenstif untuk publisher game dalam periode tertentu.

Pada 2020, nilai net bookings dari franchise Call of Duty naik 80% dari tahun lalu. Sementara jumlah unit game yang terjual naik 40%. Activision menyebutkan, ada 200 juta orang yang memainkan game Call of Duty pada tahun ini, menurut laporan IGN.

Dua Eksekutif BioWare Keluar, Pengembangan Mass Effect dan Dragon Age Tetap Berjalan

Dua eksekutif BioWare, Casey Hudson dan Mark Darrah memutuskan untuk keluar dari studio game tersebut. Di BioWare, Hudson menjabat sebagai General Manager, sementara Darrah adalah Executive Producer untuk Dragon Age.

BioWare akan tetap mengembangkan Dragon Age 4.
BioWare akan tetap mengembangkan Dragon Age 4.

Namun, BioWare dan publisher Electronic Arts meyakinkan para fans bahwa keputusan Hudson dan Darrah untuk mengundurkan diri tidak akan mengganggu proses pengembangan game-game baru BioWare, seperti Mass Effect: Legendary Edition, Dragon Age 4, dan Anthem Next, menurut laporan VentureBeat.

Dalam Setahun, Pemasukan Call of Duty: Mobile Capai Rp7,1 Miliar

Satu tahun setelah diluncurkan, Call of Duty: Mobile berhasil mendapatkan pemasukan sekitar US$480 juta (sekitar Rp7,1 miliar), menurut data dari Sensor Tower. Amerika Serikat menjadi negara dengan kontribusi terbesar dalam pemasukan Call of Duty: Mobile. Diperkirakan, dalam satu tahun, gamer Amerika Serikat menghabiskan sekitar US$215 juta (sekitar Rp3,2 miliar) untuk game ini. Negara dengan kontribusi terbesar kedua adalah Jepang, diikuti oleh Jerman.

Dalam periode 1 Oktober 2019 sampai 30 September 2020, Call of Duty: Mobile menjadi mobile game shooter dengan pemasukan terbesar ketiga di Amerika Serikat. Posisi pertama diduduki oleh PUBG Mobile dari Tencent, yang berhasil mendapatkan pemasukan US$274 juta (sekitar Rp4 miliar) dalam satu tahun. Sementara posisi kedua ditempati oleh Fortnite, yang dapat mengumpulkan US$239 juta (sekitar Rp3,5 miliar) selama satu tahun terakhir. Free Fire dari Garena ada di posisi keempat dengan pemasukan US$148 juta (sekitar Rp2,2 miliar).

pemasukan call of duty mobile
Game-game shooter dengan pemasukan terbesar dalam satu tahun di Amerika Serikat. | Sumber: Sensor Tower

Dari segi waktu, Call of Duty: Mobile mendapatkan pemasukan paling besar pada Q2 2020. Memang, saat itu adalah puncak ketika negara-negara di dunia memperketat peraturan terkait lockdown dan karantina akibat pandemi COVID-19. Sepanjang pandemi, semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk bermain game. Tak hanya itu, para gamer juga semakin sering menghabiskan uangnya untuk game. Buktinya, total belanja para gamer Amerika Serikat mengalami kenaikan. Sementara industri game Tiongkok juga tumbuh.

Salah satu alasan mengapa Call of Duty: Mobile bisa sukses adalah berkat kerja sama yang baik antara Activision dan Tencent. Dalam waktu satu minggu setelah diluncurkan, Call of Duty: Mobile telah diunduh sebanyak 100 juta kali. Dalam satu bulan, total download dari game ini naik menjadi 148 juta dan pada bulan kedua setelah peluncuran, angka download mencapai 172 juta kali.

Dari segi total download, kontribusi terbesar juga datang dari Amerika Serikat. Call of Duty: Mobile telah diunduh sebanyak hampir 50 juta kali di negara tersebut. Sementara itu, Brasil memberikan kontribusi terbesar kedua, diikuti oleh India di posisi tiga.

Sisa Pertandingan Call of Duty League Akan Digelar Online

Sudah enam bulan lebih Call of Duty League berjalan. Dimulai sejak Januari 2020 lalu, liga ini berjalan dengan cukup baik, dan menorehkan jumlah penonton yang cukup memuaskan, walaupun sedang dalam situasi pandemi COVID-19. Namun demikian, menghadapi keadaan ini, perubahan tetap harus dilakukan.

Salah satunya adalah perubahan dari format offline ke online untuk gelaran Playoff yang direncanakan hadir sekitar bulan Agustus 2020. Sampai saat ini masih tersisa dua Regular Season Call of Duty League yaitu: New York Home Series yang diselenggarakan 10-12 juli, London Home Series yang diselenggarakan 17-19 Juli, dan Toronto Home Series yang diselenggarakan 24-26 Juli 2020. Lebih jelas soal perubahaan format, Call of Duty League menuliskan sebuah pengumuman lewat sebuah blog post:

“Karena risiko COVID-19 yang masih berlanjut, dan prioritas kami adalah melindungi keamanan bagi para tim, pemain, staf liga, dan personil dari partner, maka sisa jadwal Call of Duty League akan diselenggarakan secara online. Keputusan ini dibuat dengan sangat hati-hati, komunikasi, dan pertimbangan setelah melalui berbagai diskusi yang panjang.”

Call of Duty League 2020 Season 2020-02-09 / Photo: Robert Paul for Activision Blizzard
Walau meniadakan pengalaman menonton yang menyenangkan, namun format online jadi sesuatu yang perlu dilakukan selama situasi pandemi COVID-19 ini.| Call of Duty League 2020 Season 2020-02-09 / Photo: Robert Paul for Activision Blizzard

Lebih lanjut, blog post tersebut juga menjelaskan bagaimana pihak penyelenggara menjaga integritas turnamen walau ada perubahan format. Dijelaskan bahwa penyelenggara liga akan memberikan setup kamera universal yang akan aktif selama pertandingan. Kamera tersebut digunakan untuk memudahkan panitia liga untuk memeriksa konsol, joystick, dan monitor para peserta.

Berhubung Call of Duty League diikuti oleh tim asal Amerika Utara dan Eropa, maka dari itu akan ada kebijakan memilih server untuk peserta yang bertanding selama format pertandingan online berjalan. Nantinya peserta bertanding diberikan 3 opsi server (dari total 9 server yang dimiliki). Dari 3 opsi tersebut, peserta bertanding diperkenankan menguji, dan memilih server terbaik untuk digunakan dalam pertandingan.

Sumber: Call of Duty League Official
Sumber: Call of Duty League Official

Terakhir, pihak panitia juga menjelaskan bahwa mereka akan menambah jumlah staf di berbagai lini, baik untuk urusan produksi, teknis, ataupun panitia lainnya. Dijelaskan bahwa hal ini merka lakukan agar tim penyelenggara Call of Duty League selalu siaga untuk menangani berbagai masalah dan isu yang dapat terjadi selama gelaran online berjalan.

Memang ada tantangan tersendiri bagi penyelenggara turnamen selama situasi pandemi COVID-19 terjadi. Ketika format pertandingan berubah bentuk menjadi online, harus ada penyesuaian pada beberapa bagian, seperti penyesuaian untuk menjaga integritas turnamen, dan penyesuaian konten agar tetap menghibur penonton dan memuaskan para sponsor.

Crash Bandicoot 4 Siap Meluncur Tanggal 2 Oktober 2020

Dua tahun adalah waktu yang terbilang sangat singkat untuk membangun sebuah franchise yang begitu ikonis. Namun itulah yang berhasil Naughty Dog lakukan di tahun 1996 – 1998 lewat trilogi game Crash Bandicoot.

Sekarang, 22 tahun semenjak game ketiganya, Crash Bandicoot: Warped, dirilis, sudah ada game keempat yang menanti. Activision baru saja mengumumkan Crash Bandicoot 4: It’s About Time, sebuah game yang benar-benar baru (bukan remaster atau remake) yang akan dirilis untuk PlayStation 4 dan Xbox One pada tanggal 2 Oktober 2020 mendatang.

Fakta bahwa game ini bukan remaster perlu ditekankan karena tiga tahun lalu memang versi remaster dari trilogi aslinya sempat dirilis. Namanya remaster, jalan cerita permainan pun sama sekali tidak berubah. Yang berubah hanyalah grafik dan sejumlah elemen gameplay supaya cocok dengan kebiasaan bermain konsumen modern (penambahan sistem checkpoint dan lain sebagainya).

Crash Bandicoot 4: It's About Time

Crash Bandicoot 4 tidak demikian. Digarap oleh developer Toys for Bob, jalan ceritanya benar-benar melanjutkan Crash Bandicoot: Warped. Di game ketiganya itu, dikisahkan bahwa Doctor Neo Cortex dan Doctor N. Tropy (dua antagonis utama seri Crash Bandicoot di samping Uka Uka) telah terperangkap di masa lalu. Entah bagaimana ceritanya, keduanya kini sudah bebas kembali untuk melanjutkan rencana jahatnya.

Selain narasi baru, Crash Bandicoot 4 turut menawarkan art style yang agak berbeda dari versi remaster triloginya. Namun penggemar sejati seri Crash Bandicoot tak perlu khawatir game keempatnya ini telah berganti konsep menjadi permainan open-world ala game modern, sebab pengembangnya tetap menjanjikan gameplay platformer klasik pada Crash Bandicoot 4. Bahkan perspektif kameranya pun kelihatan mirip kalau melihat trailer-nya.

Crash Bandicoot 4: It's About Time

Meski demikian, tentu saja ada sejumlah fitur gameplay baru yang disematkan, seperti misalnya gerakan-gerakan anyar macam wallruning atau meluncur di atas rel. Crash nantinya juga bakal mendapat akses ke empat topeng sakti yang berbeda, salah satunya yang memberikan kemampuan untuk melambatkan waktu, sesuai dengan subjudul permainan yang memang menyinggung soal manipulasi waktu.

Berkaitan dengan tingkat kesulitan permainan, developer-nya sepertinya sudah menyiapkan solusi yang tepat agar game ini tidak terasa terlampau sulit, tapi di saat yang sama juga tidak kelewat mudah dan membosankan. Crash Bandicoot 4 bakal menawarkan dua mode permainan yang berbeda: Retro dan Modern. Retro diciptakan untuk pencinta game platformer klasik yang haus akan tingkat kesulitan yang tinggi, sedangkan Modern dibuat agar sedikit lebih bersahabat buat pemain-pemain baru.

Sumber: PlayStation Blog dan Activision.

Activision Umumkan Versi Remaster dari Tony Hawk’s Pro Skater 1 dan 2

Remaster dan remake sering kali dipandang sebagai ‘metode malas’ yang diterapkan developer game untuk meraup untung tanpa harus menciptakan konten yang benar-benar baru. Namun kalau dilihat dari perspektif lain, remaster dan remake juga bisa dianggap sebagai upaya untuk menghidupkan kembali mahakarya klasik, mengadaptasikannya dengan inovasi teknologi yang paling mutakhir.

Pada kenyataannya, sejumlah game mungkin lebih pantas dibuatkan versi remaster-nya ketimbang sekuel. Salah satu contohnya adalah Tony Hawk’s Pro Skater 5, yang dilanda begitu banyak kendala teknis karena dibuat dan dirilis secara tergesa-gesa mendekati berakhirnya lisensi publikasi yang dipegang Activision di tahun 2015.

Tony Hawk's Pro Skater 1 and 2

Penggemar sejati seri Tony Hawk’s Pro Skater (THPS) pasti bakal lebih memilih memainkan versi remaster dari seri terbaiknya ketimbang berkutat dengan sekuel yang gagal seperti itu. Dan permintaan mereka rupanya bakal segera terkabulkan. Activision baru saja mengumumkan Tony Hawk’s Pro Skater 1 and 2, remaster dari seri pertama dan kedua franchise THPS yang dirilis di tahun 1999 dan 2000.

Apa saja yang berubah dan apa yang dipertahankan? Yang berubah sudah pasti grafik, dan bisa kita lihat dari sejumlah screenshot-nya bahwa game ini sesuai dengan ekspektasi kita di tahun 2020 – 4K 60 fps kalau hardware Anda mampu. Activision memercayakan pengembangannya kepada Vicarious Visions, developer di balik remaster trilogi Crash Bandicoot, sekaligus yang dulunya pernah beberapa kali menggarap THPS versi Game Boy.

Tony Hawk's Pro Skater 1 and 2

Soal konten, semua map dan karakter dari kedua game aslinya bakal kembali hadir di sini. Skaterskater kawak seperti Steve Caballero, Geoff Rowley, Bucky Lasek, Bob Burnquist, Chad Muska, dan masih banyak lagi, serta tentu saja Tony Hawk sendiri, bisa kembali dimainkan, lengkap bersama trik spesialnya masing-masing – “The 900”-nya Tony Hawk misalnya.

Deretan soundtrack THPS pertama dan kedua juga bakal kembali meramaikan versi remaster-nya, tapi sayang tidak semua karena terbentur perkara lisensi. Fitur Create-A-Skater maupun Create-A-Park tentu saja tersedia, kali ini dengan tingkat kustomisasi yang lebih mendetail, dan yang bisa dibagikan secara online dengan pemain lain.

Activision berencana merilis Tony Hawk’s Pro Skater 1 and 2 pada tanggal 4 September 2020. Selain di PS4 dan Xbox One, game ini juga akan tersedia untuk PC via Epic Games Store. Selagi menunggu, tonton trailer memukaunya di bawah, yang juga menunjukkan komparasi langsung antara kedua game aslinya dengan versi remaster-nya ini.

Sumber: Video Games Chronicle dan Activision.

Activision Blokir Permanen Lebih dari 50 Ribu Cheater Call of Duty: Warzone

Cheat atau cara curang sudah jadi bagian dari video game dari sejak medium hiburan ini diperkenalkan ke publik puluhan tahun lalu. Beberapa permainan memang terlalu sulit untuk sebagian orang, dan penggunaan cheat di mode single-player adalah suatu hal yang bisa diterima. Namun tentu saja cheat diharamkan di multiplayer, terutama ketika ia memberi keuntungan dan keunggulan pada sejumlah oknum di atas pemain lain.

Bagi developer game online, memerangi para cheater ialah sebuah perjuangan yang tak ada habisnya. Ada begitu banyak sistem anti-cheat diciptakan dan diimplementasikan. Beberapa studio juga memberanikan diri untuk mengambil langkah ekstrem dengan resiko kehilangan jumlah pemain secara signifikan. Salah satunya adalah melalui pemblokiran permanen, seperti yang belum lama dilakukan oleh Activision terhadap lebih dari 50 ribu cheater di Call of Duty: Warzone.

Lewat blognya, sang publisher dengan tegas menyampaikan bahwa Call of Duty: Warzone bukanlah tempat bagi cheater dan tidak ada toleransi untuk mereka. Memastikan semuanya bermain adil ialah prioritas utama Activision dan merupakan sebuah aspek yang betul-betul diperhatikan. Meski demikian, sudah pasti Activision tak mau mengungkap metodenya secara gamblang, sebagai upaya buat terus mengejutkan para cheater.

Ada dua pihak yang jadi musuh utama Activision: para pemain curang serta penyedia jasa cheat (umumnya ditawarkan sebagai layanan premium). Dalam membungkam mereka, publisher dan developer mengimplementasikan sejumlah strategi, terutama lewat penyempurnaan sistem keamanan serta pengawasan secara terus menerus.

Activision menugaskan tim keamanan buat bekerja tanpa henti dalam menginvestigasi data serta mengidentifikasi potensi-potensi pelanggaran. Tim ini akan mengulas semua metode hack dan cheat yang dapat mereka temukan, seperti penggunaan aimbot (memungkinkan orang membidik lawan secara otomatis), wallhack (memberi kemampuan untuk melihat atau berjalan menembus tembok), dan lain-lain.

Selain itu, Activision juga terus berusaha menyempurnakan sejumlah sistem in-game demi mempermudah pemain melaporkan dugaan tindak kecurangan, misalnya dengan menyederhanakan user interface. Segala laporan tersebut selanjutnya segera dianalisa dan disaring berdasarkan data. Setelah investigasi selesai, tim akan bergerak cepat buat menjatuhkan pemblokiran pada pelaku pelanggaran.

Activision turut berjanji untuk terus memberi update terkait jumlah cheater yang berhasil diblokir.

“Tidak ada tempat buat para cheater di sini,” tutur Activision sembari menutup pengumuman mereka. “Kami menyadari bahwa tidak ada solusi tunggal dalam memerangi praktek cheating. Ini merupakan usaha yang mesti dilakukan setiap hari, 24 jam selama seminggu penuh. Tapi yakinlah, kami berkomitmen buat menjaga agar pengalaman bermain tetap menyenangkan dan adil bagi semua orang.”

Game Battle Royale Call of Duty: Warzone Siap Meluncur Minggu Ini

Call of Duty ialah salah satu franchise shooter populer yang segera merespons meledaknya tren battle royale dengan turut menyediakan mode ini di game-nya. Tidak tanggung-tanggung, last man standing bahkan menggantikan keberadaan campaign single-player di Black Ops 4. Namun kabar baiknya, Activision mengembalikan komposisi permainan seperti semula di reboot Call of Duty: Modern Warfare.

Meski begitu, tak berarti Activision melupakan battle royale begitu saja. Lewat sederetan bocoran, Anda mungkin sempat mendengar rencana sang publisher untuk meluncurkan mode last man standing di Modern Warfare. Dan lewat blog serta trailer, akhirnya Activision mengumumkan Call of Duty: Warzone dan mengungkap segala detail mengenainya. Game disajikan secara standalone dan bisa dinikmati tanpa perlu mengeluarkan uang.

Call of Duty: Warzone menjanjikan pengalaman tempur berskala besar, menawarkan dua pilihan mode: Battle Royale dan Plunder. Battle Royale tentu saja mengusung formula familier, mengadu 150 pemain dalam tim berisi tiga orang untuk jadi regu terahir yang mampu bertahan hidup. Seperti biasa, seiring berjalannya pertandingan, zona eksplorasi akan kian menyusut (kali ini diakibatkan oleh gas beracun).

Meski gameplay Battle Royale terdengar tak asing, developer turut menambahkan twist menarik di sana: ketika seorang karakter tumbang, ia akan dibawa ke Gulag dan diadu dalam pertandingan satu lawan satu. Jika berhasil menang, pemain akan diturunkan kembali ke medan tempur utama.

IMG_10032020_111410_(1000_x_650_pixel)

Di mode Plunder, pemain ditantang untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya; dengan cara menjarah, merebutnya dari musuh, atau menyelesaikan kontrak. ‘Kontrak’ ialah tugas yang bisa Anda aktifkan, misalnya seperti mengumpulkan serta membuka sejumlah peti perbekalan atau mengamankan suatu lokasi – mirip mode Domination. Jika berhasil melakukannya, Anda akan mendapatkan uang dan segala macam perlengkapan.

Di Battle Royale ketika mengumpulkan uang bukanlah keharusan, kita dapat menggunakannya untuk membeli berbagai macam item di Buy Station (ditandai dengan ikon kereta belanja di map) seperti Killstreak, Self-Revive Kit serta Redeploy Token buat mengembalikan anggota regu yang tumbang. Developer juga menyediakan bermacam-macam kendaraan dan menyebarnya di penjuru peta: ATV, SUV, rover, truk serta helikopter.

IMG_10032020_111310_(1000_x_650_pixel)

Sekali lagi, Call of Duty: Warzone bisa dinikmati semua orang tanpa perlu memiliki Modern Warfare. Permainan rencananya akan meluncur di tanggal 10 Maret waktu Pasifik ((itu berarti akan tiba lebih terlambat di Indonesia) di PC via Battle.net, Xbox One dan PlayStation 4. Gamer Modern Warfare sendiri berkesempatan buat mengakses Warzone lebih dulu lewat menu in-game setelah permainan di-update.

Activision Blizzard Tarik Semua Game-nya dari GeForce Now, Ada Apa?

Setelah masa uji coba yang begitu panjang, GeForce Now akhirnya meluncur resmi minggu lalu. Bukan lagi sebuah nama baru, ia merupakan layanan cloud gaming ciptaan Nvidia. Berbeda dari Stadia, platform milik sang raksasa teknologi grafis itu menawarkan kemudahan akses melalui integrasi ke Steam hingga Epic Games Store – sehingga pelanggan tak lagi perlu membeli game ketika ingin memainkannya via cloud.

Respons gamer terhadap GeForce Now memang lebih positif dibanding Stadia, yang ternyata tidak didukung sejumlah fitur esensial saat dirilis dan dianggap minim pilihan game. GeForce Now sendiri menyuguhkan kompatibilitas ke lebih dari 100 permainan dan sudah bisa dinikmati dari Windows, Mac, perangkat Android dan Shield TV. Tapi ketika kita berharap jumlahnya terus bertambah, layanan Nvidia itu malah kehilangan beberapa judul besar dari Blizzard dan Activision.

Secara tiba-tiba, Activision Blizzard memutuskan untuk menarik semua permainan mereka dari GeForce Now. Kabar ini diungkap oleh Nvidia melalui forumnya. Itu berarti, seluruh seri Call of Duty dan StarCraft, Overwatch, Diablo III, Crash Bandicoot N. Sane Trilogy sampai Spyro Reignited Trilogy tak lagi dapat diakses dari layanan ini. Dan karena Sekiro: Shadows Die Twice dipublikasikan oleh Activision, permainan juga menghilang dari GeForce Now.

Saat artikel ini ditulis, baik Nvidia maupun Activision Blizzard belum menjelaskan alasan penghapusan game-game tersebut. Juru bicara Nvidia hanya menyampaikan bahwa semuanya merupakan permintaan sang publisher. Ia juga bilang, “Walaupun hal ini sangat disayangkan, kami berharap untuk bisa bekerja sama lagi dengan Activision Blizzard dan kembali menyajikan permainan mereka [di GeForce Now] beserta judul-judul yang akan hadir di masa depan.”

Sebagai kompensasinya, Nvidia menjanjikan kehadiran lebih dari 1.500 permainan di GeForce Now. Para developer kabarnya ‘sudah mengantre’ buat memasukkan game mereka di platform on demand Nvidia itu. Judul-judul baru rencananya akan disingkap setiap minggu melalui update.

Hilangnya dukungan game-game Battle.net boleh dikatakan sebagai pukulan cukup telak bagi Nvidia. Dan keadaan ini sangat aneh, karena begitu GeForce Now melepas status beta, nama-nama seperti Capcom, EA, Konami, Remedy, Rockstar serta Square Enix juga menarik permainan mereka. Banyak pelanggan tampak menyalahkan Nvidia atas kejadian ini, namun perlu diingat bahwa keputusan tersebut datang dari pihak publisher.

Metode penyajian GeForce Now tidak sama seperti Google Stadia: Kita harus memiliki game-nya terlebih dulu agar dapat menikmati layanan cloud dengan membelinya dari distributor digital yang ada. Itu berarti, tersedianya permainan-permainan tersebut di GeForce Now pada dasarnya tidak merugikan publisher maupun developer – bahkan berpeluang menguntungkan karena memberikan kesempatan bagi orang-orang yang tak punya PC ber-hardware canggih untuk tetap bisa bermain.

Via The Verge & PC Gamer.

Activision Blizzard Akan Merilis Lebih Banyak Game Remaster di Tahun Ini

Di gaming, remaster dan remake ialah dua pendekatan berbeda dengan tujuan yang sama: agar konten permainan tersaji maksimal di hardware modern – entah melalui dukungan resolusi tinggi dan grafis lebih cantik, atau malah dibangun dari nol. Remake dan remaster memang bukan sesuatu yang baru, namun arahan ini belakangan jadi populer berkat keberhasilan sejumlah judul klasik memukau gamer.

Ada begitu banyak game remake dan remaster brilian tersedia saat ini. Kesuksesan mereka bahkan mendorong pihak pemilik IP mengubah strategi bisnis. Contohnya: Capcom sempat mengumumkan rencana untuk mengembangkan lebih banyak remake karena respons khalayak terhadap Resident Evil 2 sangat positif. Kali ini hal senada diungkap oleh Activision Blizzard dalam presentasi pemasukan Q4 FY2019 minggu lalu.

Di sana, CFO Dennis Durkin menyampaikan agenda Activision Blizzard buat melepas lebih banyak permainan remaster dan ‘reimagined‘ di tahun 2020, berbekal franchise-franchise terkenal mereka. Reimagined merupakan istilah yang menarik, boleh dibilang sebagai titik temu antara remaster dengan reboot. Satu game yang dibangun berdasarkan gagasan ini adalah Call of Duty: Modern Warfare 2019. Ia bukanlah reboot seri Modern Warfare, tapi bukan pula sekuel.

Istilah remake dan remaster sebetulnya belum mempunyai batasan jelas dan kadang tercampur aduk. Remaster biasanya mengacu pada upaya pengembangan atau porting permainan ke sistem gaming anyar, membuat aspek visual (atau kendalinya) jadi lebih baik tanpa mengubah gameplay terlalu jauh. Untuk remake, umumnya developer membangun game atau aset-asetnya dari awal. Selain Resident Evil 2, contoh remake meliputi Shadow of the Colossus, The Legend of Zelda: Link’s Awakening dan Final Fantasy VII.

Activision sendiri cukup berpengalaman dalam menggarap remaster. Lewat studio first-party seperti Vicarious Vision dan Toys for Bob, Activision sempat merilis Crash Bandicoot N. Sane Trilogy serta Spyro Reignited Trilogy. Animo gamer terhadap keduanya sangat baik, Crash Bandicoot N. Sane Trilogy bahkan terjual lebih dari 10 juta kopi. Ada kemungkin pula perusahaan akan mencoba menghidupkan kembali franchise yang sudah lama tak aktif seperti Guitar Hero dan Tony Hawk’s Pro Skater.

Terlepas dari catatan pencapaian yang cukup membanggakan, tak semua upaya remaster/remake Activision Blizzard berjalan mulus. Anda mungkin telah mendengar soal kontroversi Warcraft III: Reforged. Gamer dan fans mengeluhkan perbedaan drastis antara presentasi konten di BlizzCon 2018 dengan saat permainan RTS ini dirilis, belum lagi banyaknya bug serta absennya sejumlah fitur penting.

Beberapa pakar berpendapat, salah satu alasan mengapa Warcraft III: Reforged jadi begitu mengecewakan adalah karena Blizzard ragu-ragu terhadap arahan remaster serta seberapa jauh modifikasi yang perlu dieksekusi. Dan selama periode pengembangannya, developer juga kurang baik dalam mensosialisasikan info terkait perubahan yang mereka terapkan di game.

Via IGN.