Warung Pintar Akuisisi Limakilo

Startup new retail Warung Pintar melakukan akuisisi terhadap Limakilo, startup yang berfokus pada penyediaan solusi untuk memotong rantai distribusi produk pertanian dengan bertransaksi langsung ke petani. Kabar ini baru akan diumumkan detailnya di hari Rabu (27/2) dalam acara konferensi pers yang digelar tim Warung Pintar.

Warung Pintar dan Limakilo sama-sama mendapatkan dukungan dari East Ventures. Pada debut awalnya, Limakilo mendapatkan pendanaan awal dari pemodal ventura yang dipimpin Willson Cuaca tersebut. Limakilo bekerja sama langsung dengan petani di berbagai daerah, mulai dari Brebes, Bandung, hingga Yogyakarta.

Kolaborasi antar dua startup belum diketahui secara pasti, namun jika melihat kapabilitas kedua perusahaan besar kemungkinan Limakilo akan menjadi penyetok barang produk pertanian ke gerai-gerai Warung Pintar. Karena secara bisnis sistem ini akan efektif, Warung Pintar akan mendapatkan harga yang lebih bersaing untuk dijual kembali kepada konsumen, karena tidak perlu melalui tengkulak.

Bulan Januari 2019 lalu Warung Pintar baru saja membukukan pendanaan seri B senilai 390 miliar Rupiah. Saat ini mereka juga telah memiliki sekitar 1150 kios mitra, termasuk menjalin kerja sama strategis dengan berbagai pihak, khususnya portofolio East Ventures. Dikatakan oleh Willson, Warung Pintar adalah salah satu startup yang paling cepat berkembang dalam portofolio East Ventures.

Bfarm Develops New System to Help Livestock Trading

Bfarm’s main objective is to facilitate farmers to have access for market and information. They started as offline business and now a startup providing ads portal for livestock products; rabbit, cow, chicken, fish, and many more.

The project established since November 2017 and prepared to have some solutions. They offer a marketplace for certified livestock products, livestock sales, funding access, and technical problem support with technology.

The first two solutions are; Bfarm is now accessible from bfarm.id. There is listing feature of various livestock products, including information transfer for certified farmers. Furthermore, potential customers can contact and submit offers through provided feature.

“We currently have 3H program (Healthy, Happy & Humane) Certified Partner, a free certification for small-scale farmers to guarantee consumers the livestock products are healthy, animals aren’t stressed and are treated properly. Certified farmers in our program will get priority for sales and marketing push,” Bfarm’s CEO, Fajar Fachruddin said.

Another ongoing product is a bulk/trade solution connecting small-scale sellers with large-scale buyers. It’s expected to provide opportunities for sellers to connect with larger markets and consumers.

“In 2018, with the trade program, we’re able to distribute 1000 livestock per year connecting supply without long-term intermediate. We believe this number will keep increasing, with the other features needed by farmers. It has great potential in the future to contribute for economy mobility and change the livestock trading pattern in Indonesia,” Fachruddin said.

Credit Scoring for farmers

One of Bfarm innovation plans is Bfund. A solution that allows Bfarm to give credit scoring to all farmers through technology.

Bfund tech scoring works by collecting farmers data, run validation, and putting into AI model to produce risk predictions. It’ll later be submitted to the potential investors, such as BMT or cooperatives.

“Prediction model creation starts from sample profile data collection of SMEs having smooth or jamming payment, determines related variables, builds and trains the prediction model in case there’s a new data, it can predict the risk potential,” he added.

In 2019, Bfarm plans to focus on merger and simplification of credit scoring and marketplace service portal. In addition, Bfarm will try to run the 3H certification program to make more benefits for Indonesian farmers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bfarm Kembangkan Sistem untuk Bantu Pasarkan Hasil Ternak

Membantu peternak untuk lebih mudah mendapatkan akses informasi dan pasar adalah tujuan dari Bfarm. Startup yang berangkat dari bisnis offline ini menyajikan portal iklan yang menampilkan daftar produk peternakan; mulai dari kelinci, sapi, ayam, ikan dan lainnya.

Proyek yang dimulai sejak November 2017 ini disiapkan untuk memiliki beberapa lini solusi. Solusi yang mereka tawarkan adalah marketplace yang menawarkan produk peternakan tersertifikasi, penjualan hasil-hasil peternakan, mempermudah peternak mendapatkan akses permodalan, dan pengentasan masalah teknis beternak dengan teknologi.

Dua solusi pertama, marketplace dan penjualan hasil ternak sudah berjalan, sementara dua lainnya masih dalam tahap pengembangan.

Solusi marketplace dari Bfarm saat ini sudah bisa diakses melalui situs bfarm.id. Terdapat fitur listing iklan berbagai macam produk peternakan, termasuk transfer informasi untuk peternak yang tersertifikasi. Selanjutnya calon pembeli bisa menghubungi dan mengajukan penawaran melalui fitur yang disediakan.

“Kami saat ini memiliki program 3H (Healthy, Happy & Humane) Certified Partner, program sertifikasi gratis bagi peternak skala kecil untuk menjamin konsumen agar hewan ternak yang dijual memenuhi standar kesehatan, hewan tidak stres dan diperlakukan secara layak. Peternak yang tersertifikasi program kami akan mendapatkan prioritas untuk penjualan dan marketing push,” jelas CEO Bfarm Fajar Fachruddin.

Produk selanjutnya yang sudah berjalan di Bfarm adalah solusi perdagangan bulk/trade yang menghubungkan penjual partai kecil dan pembeli partai besar. Solusi ini diharapkan memberikan peluang bagi penjual untuk terhubung dengan pasar dan konsumen yang lebih besar.

“Tahun 2018 dengan program trade kami mampu menyalurkan 1000 hewan ternak per tahun mempertemukan suplay dengan tanpa perantara yang panjang. Kami yakin jumlah ini akan terus meningkat, ditambah dengan fitur layanan kami yang lain yang sangat dibutuhkan oleh peternak. Ke depannya berpotensi besar berkontribusi untuk kemajuan perekonomian rakyat dan mengubah pola perdagangan ternak di Indonesia,” terang Fajar.

Credit scoring bagi para peternak

Salah satu yang masuk dalam rencana inovasi Bfarm adalah Bfund. Sebuah solusi yang memungkinkan pihak Bfarm memberikan credit scoring kepada setiap peternak dengan bantuan teknologi.

Teknologi scoring Bfund bekerja dengan mengumpulkan data-data peternak yang ada, kemudian divalidasi dan dimasukkan ke dalam model AI untuk menghasilkan prediksi risiko. Prediksi ini nantinya yang disampaikan ke investor potensial seperti BMT atau koperasi.

“Pembentukan model prediksi dimulai dari pengumpulan data sample profile UKM yang memiliki pola pembayaran lancar dan macet, lalu ditentukan variable yang memengaruhinya, dibentuk juga dilatih model prediksinya sehingga saat ada data baru masuk model prediksi bisa mengeluarkan estimasi potensi risiko,” imbuh Fajar.

Rencananya Bfarm tahun 2019 ini akan fokus pada penggabungan dan penyederhanaan portal layanan credit scoring dan marketplace. Selain itu Bfarm juga akan berusaha menjalankan program 3H Certification sehingga bisa bermanfaat lebih banyak lagi bagi peternak di Indonesia.

Growpal Kembangkan Teknologi Pengkaji Gempa Bumi untuk Membantu “Credit Scoring”

Startup investasi budidaya yang bergerak di sektor perikanan Growpal saat ini tengah mengembangkan sebuah kajian ilmiah menggunakan teknologi machine learning yang diberi nama Growpal Earth. Teknologi machine learning akan dimanfaatkan untuk mengkaji aktivitas gempa bumi di masa depan di area tertentu. Hasilnya akan digunakan sebagai salah satu acuan proses uji kelayakan dan credit scoring.

“Kami tidak menggunakan pendekatan geografis yang terdiri dari analisis ilmiah tentang pergerakan lempeng, Growpal menggunakan analisis pola pada gempa bumi yang terjadi sebelumnya di Indonesia. Semua data gempa bumi sebelumnya diperoleh secara terbuka dari website BMKG Indonesia,” terang Chief Product Office Growpal Paundra Noorbaskoro.

Mesin kajian gempa ini merupakan inovasi riset internal. Sengaja dikembangkan untuk memperkirakan aktivitas gempa yang berpotensi mengancam kegagalan siklus budidaya yang akan didanai oleh pengguna Growpal.

“Kami menggunakan mesin ini sebagai salah satu acuan proses uji kelayakan dan credit scoring sehingga kami bisa meminimalisir potensi kegagalan dalam sebuah produk investasi perikanan budidaya. Kelak akan mendukung kami dan para mitra budidaya Growpal dapat mengakses asuransi atas force majeuer pada budidaya perikanan,” jelas Paundra.

Mesin Growpal Earth menggunakan teknologi machine learning dengan menggunakan metode earthquake pattern analysis.  Mesin ini diupayakan pihak Growpal untuk bisa memprediksi pola dari suatu kejadian berulang pada himpunan data terbatas dengan menggunakan pendekatan statistik dan matematika. Yang artinya mesin akan mengambil data titik terbatas pada koordinat geografis Indonesia dalam kurun waktu tertentu, sehingga bisa diperoleh kajian berulang, dalam hal ini gempa.

Dengan menggunakan teknologi machine learning pihak Growpal berusaha untuk menentukan probabilitas terjadinya gempa pada titik tertentu mengikuti pola yang ada.

“Kondisi geografis Indonesia memang berada pada daerah yang sangat berpotensi untuk terjadinya gempa, dengan kata lain di beberapa titik di Indonesia ada kemungkinan untuk terjadinya gempa dan benar telah terjadi gempa di titik-titik itu sebelumnya, maka dengan menggunakan analisa statistik dapat dibentuk pola kemungkinan terjadinya gempa kembali untuk kurun waktu tertentu, hal ini lah yang menjadi landasan Growpal Earth membuat mesin untuk memperkirakan kejadian gempa sebelum terjadinya untuk keperluan internal kami,” lanjut Paundra.

Dua tahun usia Growpal

Sebagai sebuah bisnis Growpal sudah beroperasi selama dua tahun. Menurut Paundra mereka memiliki dua tahun yang positif dengan peningkatan distribusi dana ke pembudidaya ikan di seluruh Indonesia.

Pada 2017 silam Growpal tercatat berhasil mendistribusikan dana mencapai Rp10 miliar lebih. Angka tersebut mengalami peningkatan di tahun berikutnya. Di tahun 2018 total pendanaan yang disalurkan mencapai Rp21 miliar. Peningkatan dana yang disalurkan juga diikuti dengan diversifikasi model usaha perikanan yang didanai, sehingga bisa menjangkau lebih banyak pengusaha perikanan .

“Dana yang secara baik terdistribusi ini pada prosesnya mampu melibatkan 716 pembudidaya ikan dan pengusaha perikanan di seluruh Indonesia. Wilayah yang dinaungi oleh Growpal mencapai 53 hektar tanah untuk operasi akuakultur di seluruh Indonesia, meliputi Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi, Bali dan beberapa wilayah lainnya; dengan 8 komoditas perikanan unggulan seperti Kerapu, Udang Vaname, Baramudi, Patin, dan lain-lain,” jelas Paundra.

Mudahkan Komunikasi dengan Petani, RegoPantes Luncurkan Aplikasi untuk Pengguna

RegoPantes merupakan salah satu lini bisnis 8villages yang berfokus pada transaksi langsung antara petani ke konsumen. Untuk mudahkan akses pengguna, belum lama ini RegoPantes resmi meluncurkan aplikasi di platform Android.

Kepada DailySocial CEO & Co-Founder 8villages Sanny Gaddafi mengungkapkan, dengan diluncurkannya aplikasi ini diharapkan konsumen menjadi lebih mudah dalam bertransaksi dan berinteraksi langsung dengan petani mitra RegoPantes.

“Berbagai fitur di aplikasi RegoPantes saat ini sangat mudah digunakan dan hal ini berarti menunjukkan ada kesempatan besar untuk dapat sama-sama berpartisipasi dalam bertransaksi langsung dan membantu petani.”

Setelah mulai beroperasi akhir September 2017 lalu, RegoPantes sebagai marketplace yang menyasar sektor pertanian telah memperluas layanannya ke area Bodetabek. Sebelumnya RegoPantes hanya melayani wilayah Jakarta saja. Melalui situs resminya, RegoPantes mengklaim telah mendapatkan lebih dari 38.000 pengguna.

Dalam satu tahun berjalan, RegoPantes berfokus pada pengembangan produk, termasuk di dalamnya pengembangan aplikasi untuk petani dan situs untuk konsumen, serta menjangkau calon petani mitra yang memiliki kesiapan dan mampu untuk menggunakan teknologi informasi sebagai saluran pemasaran.

Cara kerja aplikasi RegoPantes

Serupa dengan aplikasi layanan e-commerce lainnya, aplikasi RegoPantes untuk konsumen memiliki berbagai fitur yang memudahkan pembeli berbelanja. Mulai dari kategori produk, notifikasi yang lebih terintegrasi untuk mengetahui promo, hingga sistem pembayaran menggunakan virtual account.

Beberapa keunggulan aplikasi RegoPantes adalah memudahkan konsumen menjangkau tiga value yang ditawarkan. Pertama adalah “Harga Pantas”, membandingkan harga di tingkat petani dan tingkat konsumen. Di setiap produk yang ditampilkan di aplikasi akan ada informasi mengenai social impact petani, yaitu seberapa besar pembelian yang dilakukan konsumen dapat membantu meningkatkan pendapatan petani.

Kedua adalah “Product Traceability”, memungkinkan konsumen mengetahui informasi produk mulai dari siapa petani yang membudidayakannya, ditanam dengan kualitas seperti apa (organik, khusus, atau kualitas biasa), hingga informasi detail mengenai budi daya produk yang dibeli seperti ketinggian tanah, jenis tanah dll.

Value ketiga adalah “Transparansi Proses”, memungkinkan konsumen mengetahui proses pengiriman produk yang dibeli, berapa biaya operasional yang ditanggung petani dan konsumen, serta berapa nilai bersih nominal yang didapatkan petani dari setiap pembelian yang dilakukan.

“Dengan adanya aplikasi RegoPantes untuk konsumen ini diharapkan semakin banyak konsumen yang dapat bertransaksi langsung dengan petani. Dengan semakin banyaknya konsumen yang bertransaksi, semakin banyak petani yang akan berdaya,” kata Sanny.

Fokus 8villages akuisisi konsumen

Hingga saat ini 8villages sedang fokus untuk menjangkau lebih banyak konsumen, dengan berbagai kampanye media sosial yang dibuat agar terasa lebih dekat dengan konsumen. Dengan semakin banyaknya konsumen yang terjangkau, diharapkan jumlah petani yang berdaya juga akan semakin bertambah.

Selain itu 8villages juga ingin mensosialisasikan platform teknologi informasi yang telah dibuat untuk lebih banyak dikenal oleh masyarakat pedesaan. Sesuai dengan komitmen mereka sejak awal, 8villages tetap dengan visinya ingin mempercepat modernisasi desa dengan teknologi informasi agar pemerataan informasi juga dirasakan petani, nelayan, peternak dan masyarakat desa pada umumnya. Dengan keterbukaan jaringan informasi yang luas, kesempatan masyarakat desa untuk lebih berdaya jadi terbuka lebih baik lagi.

“Saat ini dalam upaya untuk mengembangkan produk dan menjalankan visinya 8villages memang membutuhkan fundraising, namun masih belum berfokus pada sisi ini. Fokus 8villages saat ini sedang tertuju pada jangkauan konsumen yang lebih banyak,” tutup Sanny.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Startup Agrotech Inacom dan Rencananya Pasca Pendanaan Awal

Indonesia Agriculture & Commoditis (Inacom) mengumumkan telah mendapat pendanaan awal dengan nominal dan investor yang tidak disebutkan. Penambahan model ini rencananya difokuskan untuk membuka gudang kedua di Lampung. Gudang tersebut nantinya akan menampung komoditas kelapa dengan volume hingga 200 ton per minggu.

Inacom memposisikan diri sebagai platform agro-commodities. Mereka memiliki lima bidang usaha yang dijalani, yakni konsolidasi pemasaran, pengolahan komoditas, logistik dan distribusi, fintech dan solusi penanaman.

Kelima bidang tersebut dipilih karena adanya permasalahan harga komoditas hasil pertanian yang terlampau rendah, mahalnya beban transportasi, kurangnya jangkauan lembaga keuangan untuk petani, hingga permasalahan sustainable supply.

CEO Inacom Mochammad Nasrulyani menceritakan, pihaknya ingin membantu petani dari hulu ke hilir, mulai dari proses penanaman, membantu akses ke pasar (lokal dan luar negeri), hingga pendampingan standardisasi mutu.

“Besar keinginan Inacom untuk membantu petani naik kelas, sehingga dapat terhubung dengan para buyer di luar negeri. [Kami membantu] mulai dari pengiriman, standardisasi mutu, serta perizinan ekspornya. Inacom juga akan masuk ke sisi fintech,” terang Nasrul.

Pendanaan yang baru diterima menandai awal perjalanan panjang mereka di industri agrotech. Selain berusaha menghadirkan aplikasi untuk mendukung industri pertanian, tim Inacom juga aktif turun ke lapangan — baik untuk mendampingi petani atau membuka pasar penjualan.

Meski baru 6 bulan mulai beroperasi, Inacom mengklaim telah berhasil menggandeng tak kurang dari 700 petani besar. Dari situ pihaknya telah membantu mengekspor lebih dari 50 kontainer produk kelapa dan turunannya ke 7 negara dengan jumlah mencapai 1600 ton.

“Kami memerlukan tambahan gudang baru mengingat sudah terjalin kontrak kerja sama dengan buyer dari Thailand dan China dengan permintaan 15 kontainer per minggu,” imbuh Nasrul.

Startup Pertanian Inacom
Tampilan aplikasi Inacom yang diperuntukkan khusus untuk mitra

Di versi awal aplikasinya, Inacom membubuhkan fitur layanan penjualan, informasi komoditas, informasi harga pasar, hingga informasi ketersediaan stok. Ke depan aplikasi ini juga akan dikembangkan dengan menambahkan layanan fintech di dalamnya.

Sejauh ini ada tiga tipe pengguna di ekosistem Inacom selain petani, yakni pembeli, supplier dan marketer. Ketiganya menjadi bagian penting dalam model bisnis yang diusung Inacom.

Saat ini Inacom baru beroperasi di Lampung. Mereka tengah berencana untuk melebarkan sayap ke beberapa daerah yang memiliki pelabuhan internasional, sehingga memudahkan proses ekspor.

“Target realistis untuk 2-3 tahun ke depan adalah bisa beroperasi di 7 pelabuhan internasional yang merupakan pintu-pintu keluar komoditas agro. Dan dari sisi revenue, kami berharap bisa meningkatkan jumlah hingga 30 kali lipat dari kondisi sekarang dan bila dimungkinkan bisa melakukan IPO,” tutup Nasrul.

Agriculture Market Sikumis Receives Funding from Telkom’s Subsidiary

Agrotech startup, Sikumis, announces further funding from Metralog, a Telkom Group’s subsidiary. It is following the previous one four months ago. The amount isn’t disclosed.

Sikumis, using the fresh funding, will enhance product development in its platform. Currently, they’re not only focused on the agriculture sector but also to reach partners in animal husbandry and marine sectors. Its mission is to provide a platform which integrates players from the beginning to the end.

Previously, Sikumis had introduced e-commerce platform selling various products for the agricultural industry. As per 2016, they transformed into a marketplace by hoping to provide a broader choice of products and business models.

In helping farmers, Sikumis has introduced fintech-based service as credit finance, p2p lending, and SRG-based (warehouse receipt system) online auction market. Metralog will also support another digitization in providing efficiency in the agricultural product distribution chain.

Recently, Sikumis has formed a strategic partnership with Kredivo. It was taken to provide credit options in helping farmers purchasing their need in Sikumis service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kiat Crowde Mengedukasi Mitra Petani Agar Hasil Lebih Optimal

Industri agrobisnis menjadi salah satu penopang ekonomi negara. Namun para petani seringkali terpinggirkan peranannya, lahannya pun banyak beralih menjadi area industri. Petani di Indonesia rata-rata hanya mampu panen dua kali dalam setahun, hasilnya seringkali tidak cukup untuk menghidupi kehidupan sehari-hari.

Namun kebergantungan negara terhadap pertanian cukup tinggi, sekitar 41% populasi hidup untuk dan dari pertanian. Sementara 60,8% petani Indonesia berusia lebih dari 45 tahun, dibumbui ekosistem penuh korupsi, mulai dari isu lintah darat, kapitalisasi pasar, juga tidak seimbangnya porsi ekspor dan impor. Hal tersebut membuat regenerasi berjalan kurang berimbang.

Untuk mengatasi isu tersebut, Crowde sebagai startup di bidang pertanian turut mencoba memperbaiki kondisi yang ada dengan serangkaian kegiatan, di samping menyalurkan bantuan melalui platform p2p lending besutannya. Dalam #SelasaStartup edisi kali ini, Head of Operation Crowde Andrew Tobing banyak bercerita tentang hal tersebut.

(1) Mengadakan pembinaan langsung

Sebelum langsung dikenalkan dengan metodologi yang sesuai, tim Crowde mengunjungi petani dan membentuk kelompok. Dari situ ada program pembinaan dasar terkait pertanian. Tujuannya untuk mengukur seberapa jauh pengetahuan mereka dan bagaimana perlakuannya terhadap tanaman yang mereka tanam.

Dari hasil interaksi tim Crowde disimpulkan bahwa petani rata-rata cukup peduli dan tahu apa yang jadi kendala selama ini. Namun hanya saja mereka kurang tahu bagaimana penanganan yang tepat untuk langkah preventif. Ambil contoh, bagaimana mencegah salah satu varietas cabe agar tidak diserang serangga. Ternyata caranya cukup sederhana, petani cukup menaruh lampu dekat tanaman untuk mengalihkan perhatian serangga ke arah lampu.

“Ternyata cara itu banyak dari mereka yang tidak tahu. Langkah pertama adalah kami ingin mereka aware dan mau coba beri edukasi tanpa harus menggurui. Intinya kami mau bangkitkan awareness apa yang mereka lakukan selama ini, ada cara teknis yang lebih baik,” kata Andrew.

(2) Pengetahuan tentang manajemen

Berikutnya tim Crowde mengedukasi petani untuk manajamen keuangannya, mengelola administrasi, hingga teknis merawat tanaman buat mencegah potensi terkena hama. Seluruh pengetahuan tersebut harus ditempuh oleh petani agar dapat bekerja lebih terstruktur dan bertanggung jawab untuk seluruh proyek pertanian mereka sendiri.

Seluruh proses ini ujung-ujungnya merupakan bentuk tanggung jawab Crowde terhadap para investor Crowde. Sebab unsur kepercayaan memegang peranan terpenting dalam menjalankan platform p2p lending ini. Investor mengamanahkan dana mereka lewat Crowde untuk dikelola dan memberikan dampak sosial terhadap kehidupan petani.

(3) Tindakan preventif lainnya

Crowde rutin terus melakukan credit scoring pada setiap proyek yang muncul di platform. Pihaknya menempatkan field agent dan project specialist yang bertanggung jawab atas penagihan laporan bulanan ke petani. Berikutnya, agar modal usaha pertanian bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh petani, Crowde menyalurkan permodalan dalam bentuk zero cash.

Disediakan pula strategi off-taker untuk menjamin harga jual panen selalu terjamin. Jadi setelah panen, Crowde menyediakan kanal distribusi terpercaya untuk memotong rantai lintah darat. Crowde memberikan daftar rekomendasi toko mana saja yang memberikan harga terbaik untuk para petani berdasarkan hasil grading yang sudah ditentukan sebelumnya.

Beberapa supermarket yang menerima hasil panen petani adalah Lotte Mart, Yogya, dan Transmart. Apabila ada hasil panen dengan grading yang kurang bagus, masih bisa dijual juga secara langsung ke pasar.

“Kami mengumpulkan data dari hasil grading, lalu memberikan rekomendasi tempat mana saja yang menerima pembelian berdasarkan grading,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace Pertanian Sikumis Dapatkan Pendanaan dari Anak Usaha Telkom

Startup agrotech Sikumis mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan dari Metralog, anak usaha Telkom Group. Pendanaan ini menyusul perolehan sebelumnya yang didapatkan empat bulan lalu. Detail nilai pendanaan tidak diinformasikan lebih lanjut.

Dengan suntikan modal baru, Sikumis akan menggenjot pengembangan produk di platformnya. Saat ini Sikumis tidak hanya fokus sektor di pertanian, tetapi juga menjangkau mitra di bidang peternakan dan kelautan. Misinya untuk menghadirkan platform yang mengintegrasikan para pemain dari hulu ke hilir.

Sebelumnya Sikumis menghadirkan platform e-commerce yang menjual berbagai kebutuhan untuk industri pertanian. Per tahun 2016 lalu, mereka bertransformasi menjadi sebuah marketplace dengan harapan dapat menghadirkan pilihan produk dan model bisnis yang lebih luas.

Untuk membantu para petani, saat ini Sikumis telah menghadirkan layanan berbasis fintech berbentuk pembiayaan kredit, p2p lending, dan pasar lelang online berbasis sistem resi gudang (SRG). Hadirnya Metralog juga akan turut mendukung digitalisasi lain dalam memberikan efisiensi pada rantai distribusi hasil pertanian.

Belum lama ini Sikumis juga baru saja menjalin kerja sama strategis dengan Kredivo. Langkah ini diambil untuk memberikan opsi kredit dalam membantu petani mendapatkan kebutuhan yang dibeli di layanan Sikuis.

Angon Resmikan Kantor Baru dan Siapkan Sejumlah Inovasi

Angon Indonesia (Angon) saat ini menjadi startup peternakan yang cukup aktif di Indonesia. Mereka sudah bekerja sama beberapa sentra peternakan dan peternak di Bogor, Semarang, dan Sumbawa. Bahkan sudah ada kerja sama dengan peternak dari Selandia Baru dan Australia.

Awal bulan Agustus kemarin, Angon baru saja meresmikan kantor barunya di Semarang. Hal tersebut tampaknya menjadi awal untuk sejumlah manuver besar yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

Mengingatkan kembali, Angon adalah startup yang mengusung semangat beternak online melalui investasi budidaya. Anggotanya dapat membeli hewan ternak (domba atau sapi) untuk kemudian dirawat di peternakan-peternakan mitra Angon.

Siklus ternak untuk anggota yang menjadi investor adalah 3 kali masa ternak. Satu masa ternak memakan waktu 3 bulan. Setelah itu, anggota dibebaskan untuk menjual atau menarik hewan ternak tersebut. Keuntungannya didapat dengan sistem bagi hasil.

Proses tersebut dapat sepenuhnya dilakukan melalui aplikasi Angon yang kini tersedia di Google Play dan App Store.

Perombakan kebijakan dan inovasi

Dalam upaya menumbuhkan bisnis, Yoki B. Sembodo selaku Vice President Angon menceritakan akan ada sejumlah perubahan di bulan Agustus ini. Pertama soal kebijakan kepemilikan hewan ternak. Saat ini semua hewan ternak dari peternak dibeli dulu oleh Angon, baru kemudian ditawarkan untuk para anggotanya.

Konsep tersebut rencananya akan berubah per tanggal 25 Agustus nanti. Angon akan menjadi marketplace yang menghubungkan anggotanya dan peternak. Harga ternak yang ditawarkan berdasarkan bobot dan juga perhitungan biaya perawatan selama masa ternak.

Saat ini total hewan ternak yang dimiliki Angon sudah mencapai lebih dari 20 ribu ekor.

Sedangkan inovasi yang tengah disiapkan adalah membangun model B2B dan B2C untuk penyaluran ternak. Tidak hanya menyediakan solusi bagi individu yang ingin beternak secara online, Angon akan menyediakan hewan ternak bagi lembaga atau bisnis yang membutuhkan. Termasuk juga penjualan daging segar yang didapat langsung dari peternak.

Bulan ini menyambut hari raya Idul Adha, Angon meluncurkan program “Semarak Qurban”. Sebuah program yang membantu para anggota untuk membeli dan menyalurkan daging kurban ke mitra-mitra yang bekerja sama dengan Angon.

Membangun desa peternak online

Satu dari beberapa sentra peternakan Angon ada di Desa Wawar, Kecamatan Jambu, Semarang, Jawa Tengah. Di sana Angon mempunyai mimpi untuk membangun desa peternakan online. Inisiatif ini juga didukung Telkom, selaku mitra yang telah menginkubasi dalam program Indigo. Akan ada akses internet yang dibawa masuk untuk memudahkan update perkembangan ternak dan lain sebagainya.

Salah satu misi Angon adalah memudahkan masyarakat Indonesia memiliki hewan ternak tanpa repot memiliki kandang, mengurusi pakan, dan lainnya. Angon juga menerapkan standar peternakan yang tinggi, mulai dari kualitas kandang, pakan, perawatan dan pengawasan untuk menjamin pertumbuhan hewan ternak maksimal. Angon juga memberikan asuransi ke semua hewan ternak untuk melindungi kerugian jika ada kasus kematian hewan ternak.

Application Information Will Show Up Here