Epic Games Akuisisi Harmonix, Musik Bakal Punya Peran Lebih Besar Lagi di Fortnite

Epic Games mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Harmonix. Buat yang tidak tahu, Harmonix merupakan developer di balik seri rhythm game populer Rock Band dan Dance Central. Mereka juga bertanggung jawab atas pengembangan Guitar Hero orisinal yang dirilis di tahun 2005 untuk PlayStation 2.

Nilai akuisisinya tidak disebutkan, dan baik Harmonix maupun Epic juga belum mau menyingkap rencana ke depan mereka secara spesifik. Satu hal yang pasti, Harmonix akan berkolaborasi dengan Epic untuk mengembangkan “musical journeys and gameplay” buat Fortnite. Menurut Epic sendiri, ini merupakan bagian dari langkah awal mereka dalam membangun metaverse.

Co-Founder and Chairman Harmonix, Alex Rigopulos, mengatakan: “Bersama-sama kami akan mendorong batasan kreatif dari apa yang mungkin dan menemukan cara baru bagi pemain kami untuk membuat, membawakan, dan membagikan musik.”

Musik di Fortnite bukanlah suatu hal baru. Sejak tahun lalu, Fortnite sudah beberapa kali dijadikan venue untuk konser virtual dari musisi-musisi ternama macam Marshmello, Travis Scott, dan Ariana Grande. Oktober kemarin, Fortnite juga menggelar festival musik bertajuk Soundwave Series yang melibatkan musisi-musisi dari berbagai belahan negara.

“Musik telah menyatukan jutaan orang di Fortnite, dari emote sampai konser dan event global kami,” ucap Alain Tascan, Vice President of Game Development at Epic Games, dalam sebuah siaran pers. “Bersama dengan tim Harmonix kami akan mengubah cara pemain menikmati musik, dari yang tadinya pendengar pasif menjadi partisipan aktif,” imbuhnya.

Buat Harmonix sendiri, mereka memastikan bahwa akuisisi ini tidak akan mempengaruhi komitmen mereka terhadap game-game bikinan mereka sendiri. Konten DLC untuk Rock Band 4 masih akan tetap digarap, dan event di Fuser pun masih akan terus berlanjut. Semua game besutan Harmonix juga masih akan tetap tersedia di Steam maupun console.

Sumber: Epic Games dan Harmonix via Games Industry.

SteelSeries Diakuisisi Induk Perusahaan Jabra dengan Mahar $1,24 Miliar

Akuisisi produsen periferal gaming yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan besar seakan menjadi tren yang cukup populer dalam dua tahun terakhir ini. Yang terbaru, ada SteelSeries yang diakuisisi oleh GN.

Siapa itu GN? Well, mereka adalah perusahaan asal Denmark yang sudah berdiri ratusan tahun, namun sebagian dari kita mungkin lebih mengenalnya sebagai induk perusahaan Jabra. Tentu saja ini bukan suatu kebetulan; baik SteelSeries, GN, maupun Jabra sama-sama memiliki markas utama di Denmark.

Tidak tanggung-tanggung, GN menyiapkan mahar sebesar 8 miliar Danish Krone (DKK), atau setara 17,65 triliun rupiah, untuk mengakuisisi rival terdekat Razer tersebut. Dalam kurs dolar Amerika Serikat, nilainya setara $1,24 miliar. Angka tersebut cukup fantastis. Sebagai perbandingan, Februari lalu HP membayar $425 juta untuk mencaplok divisi periferal HyperX.

Pasca akuisisi, SteelSeries masih akan beroperasi secara mandiri, tanpa perubahan pada jajaran kepemimpinannya. Namun kalau melihat fokus bisnis GN dan Jabra di bidang audio, tentu tidak menutup kemungkinan SteelSeries bisa berbagi hasil R&D dengan Jabra dalam mengembangkan produk audio masing-masing.

“Kami sedang dalam misi untuk terus mendorong batasan di esport dan gaming dengan produk beserta software kelas dunia, dan sekarang, dengan dukungan dari GN, kami bakal dapat memaksimalkan upaya-upaya ini,” ucap CEO SteelSeries, Ehtisham Rabbani, dalam siaran persnya.

Tanpa diakuisisi GN pun sebenarnya bisnis SteelSeries terkesan baik-baik saja. Tahun lalu, SteelSeries sendiri sempat mengakuisisi produsen gamepad KontrolFreek, serta ahli teknologi 3D audio, Nahimic. Kemudian pada bulan Mei kemarin, SteelSeries meluncurkan seri periferal gaming baru yang ditujukan untuk kalangan gamer kompetitif sekaligus atlet esport.

Dengan prediksi pasar PC gaming yang bakal terus menguat dalam beberapa tahun ke depan, keputusan akuisisi yang dilakukan GN ini pun jadi terdengar sangat masuk akal. Ke depannya, brand periferal gaming mana lagi yang kira-kira bakal dibeli oleh sebuah perusahaan besar?

Sumber: GN via Engadget.

Hybrid.co.id hadir juga di berbagai media sosial. Temukan konten yang menarik di Instagram atau follow akun Twitter kami. Jangan lupa juga untuk Likes Fanpage Facebook Hybrid.

Roblox Akuisisi Guilded, Pemasukan Netmarble Pada Q2 2021 Turun 16% dari Tahun Lalu

Minggu lalu, Roblox mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi platform group chat, Guilded. Selain itu, Netmarble juga baru saja merilis laporan keuangan mereka untuk Q2 2021. Sementara itu, startup asal Singapura, Storms, membuat tim pengembangan mobile game yang dinamai Storms Studio.

Q2 2021, Pemasukan Netmarble Turun 16% dari Tahun Lalu

Netmarble, perusahaan mobile asal Korea Selatan, telah merilis laporan keuangannya untuk Q2 2021. Untuk kuartal yang berakhir pada 30 Juni 2021, total pemasukan Netmarble mencapai US$492 juta, naik 1,2% dari pemasukan Netmarble pada Q1, tapi turun 15,8% jika dibandingkan dengan pemasukan pada Q2 2020. Marvel: Contest of Champions masih menjadi game dengan kontribusi terbesar pada pemasukan Netmarble. Dari total pemasukan Netmarble, game tersebut memberikan kontribusi sebesar 13%, lapor GamesIndustry

Sementara itu, laba bersih yang didapat oleh Netmarble mencapai US$43,1 juta, turun 43% dari periode yang sama pada tahun lalu. CEO Netmarble, Seungwon Lee mengatakan, salah satu hal yang membuat keuntungan Netmarble turun pada Q2 2021 adalah besarnya biaya marketing untuk Ni no Kuni: Cross Worlds.

Perusahaan Mobile Singapura Buat Tim Pengembangan Game

Storms, startup mobile game asal Singapura, telah membuat studio game internal. Dinamai Storms Studio, tim pengembangan game tersebut telah membuat sebuah game hypercasual berjudul AZ Run. Storms mengklaim, game ball runner tersebut telah diunduh sebanyak tiga juta kali pada bulan pertama ia diluncurkan. Selain itu, game AZ Run juga berhasil menduduki peringkat pertama di 30 negara.

Storms Studio sudah berhasil membuat AZ Run. | Sumber: YouTube

Sebelum membuat game, Storms fokus pada layanan mobile, seperti menerbitkan mobile game, pengelolaan pemasukan untuk mobile game, dan membuat platform game instan, yang memiliki lebih dari tiga juta pengguna aktif bulanan. Sekarang, Storms bekerja sama dengan publisher hypercasual game, Voodoo, untuk merilis AZ Run di iOS dan Android, menurut laporan GamesIndustry.

Roblox Akuisisi Guilded

Minggu lalu, Roblox mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi platform group chat Guilded. Roblox menyebutkan, setelah akuisisi ini, Guilded akan tetap beroperasi secara mandiri. Sementara Guilded percaya, akuisisi ini akan membantu mereka untuk memberikan layanan yang lebih baik pada komunitas.

“Dalam jangka panjang, akuisisi ini akan membantu kami untuk memberikan layanan yang lebih baik dan kami akan bisa mengambil proyek yang lebih besar dari sebelumnya,” kata CEO dan pendiri Guilded, Eli Brown, seperti dikutip dari GamesIndustry. “Ke depan, kami akan membuat proyek yang ambisius karena kami memang punya misi yang ambisius, yaitu membangun platform komunikasi terbaik untuk komunitas Anda.”

Epic Games Store Uji Coba Sistem Self-Publishing Game

Epic Games Store meluncurkan sistem yang membantu developer untuk merilis game mereka sendiri. Namun, saat ini, sistem tersebut masih dalam tahap closed beta. Anda bisa mendaftarkan diri untuk menguji sistem self-publishing itu di sini. Walau tidak sebanyak Steam, jumlah pengguna bulanan EGS telah mencapai 58 juta orang. Selain itu, Epic Games juga membebani developer dengan potongan yang lebih kecil dari Steam, hanya 12% dari pemasukan game yang dirilis di platform mereka. Sementara itu, rata-rata potongan yang Steam ambil adalah 30% dari total pemasukan sebuah game, lapor VentureBeat.

Epic Games Store uji self-publishing system.

Dengan adanya sistem self-publishing ini, EGS percaya, jumlah game yang tersedia di platform mereka akan bertambah dengan cepat. Sekarang, tanpa sistem self-publishing, jika Anda ingin game Anda diluncurkan di EGS, Anda harus menunggu persetujuan dari Epic Games.

Seperti yang disebutkan oleh PC Gamer, sistem self-publishing di EGS ini mirip dengan Steam Direct, yang memungkinkan developer untuk meluncurkan game mereka di Steam secara langsung tanpa perlu menunggu persetujuan Valve. Dan memang, keberadaan Steam Direct membuat jumlah game yang tersedia di Steam bertambah dengan cepat. Namun, keberadaan Steam Direct juga menuai kritik. Alasannya, Valve tidak lagi perlu memeriksa game yang akan diluncurkan di Steam. Alhasil, ada banyak game porting dari platform lain yang diluncurkan di Steam tanpa penyesuaian sama sekali.

Konami Hidupkan Kembali Castlevania: Grimoire of Souls untuk Apple Arcade, Viewership Twitch di Juli 2021 Naik 23%

Sepanjang minggu lalu, ada tiga akuisisi yang terjadi di industri game. Roblox mengakuisisi Bash Video, Rovio membeli Ruby Games, dan Unity membeli Parsec. Selain kabar soal akuisisi, ada kabar baik dari Konami. Perusahaan asal Jepang itu mengungkap, mereka akan menghidupkan kembali Castlevania: Grimoire of Soul. Mobile game tersebut akan diluncurkan khusus untuk Apple Arcade. Sementara itu, viewership dari Twitch pada Juli 2021 dikabarkan masih naik sebanyak 23% dari tahun lalu.

Konami Bakal Luncurkan Castlevania: Griomire of Souls di Apple Arcade

Konami memutuskan untuk menghidupkan kembali game Castlevania: Grimoire of Souls yang pernah dihentikan. Konami bahkan meluncurkan halaman khusus untuk game tersebut. Grimoire of Souls akan tersedia secara eksklusif di Apple Arcade. Di game side-scrolling action itu, Anda akan menemukan sejumlah karakter iconic dari Castlevania, seperti Alucard, Simon, dan Maria.

Grimoire of Souls masih memiliki genre side-scrolling action. | Sumber: Konami

Grimoire of Souls sebenarnya telah diluncurkan untuk iOS pada 2018. Ketika itu, Konami merilis versi beta dari game tersebut di Jepang. Kemudian, mereka mengadakan soft launch dari Grimoire of Souls di Kanada. Saat itu, game ini bisa dimainkan di iOS dan Android. Namun, satu tahun setelah soft launch, Konami memutuskan untuk menyetop game tersebut. Seperti yang disebutkan oleh IGN, tidak diketahui kenapa Konami memutuskan untuk meluncurkan kembali game Grimoire of Souls. Kabar baiknya, Grimoire of Souls kemungkinan tidak akan menggantungkan diri pada model bisnis microtransactions, mengingat Apple Arcade merupakan layanan berbayar.

Roblox Akuisisi Bash Video Buatan Jim Greer

Roblox baru saja mengakuisisi Bash Video, platform konferensi video sosial yang didirikan oleh Jim Greer, Co-founder dari Kongregate. Mengingat Bash Video hanya memiliki enam karyawan, akuisisi ini bukanlah akuisisi besar. Namun, Greer merupakan sosok yang cukup dikenal di industri game. Bersama saudaranya, Emily Greer, Jim mendirikan Kongregate pada 2006. Saat itu, fokus dari Kongregate adalah untuk merilis web games dari indie developer.

Pada 2010, GameStop membeli Kongregate senilai US$50 juta. Pada 2013, Kongregate berganti haluan dari web games ke mobile game. Satu tahun kemudian, pada 2014, Jim meninggalkan Kongregate. Emily lalu ditunjuk sebagai CEO. Pada 2017, Kongregate kembali dijual. Kali ini, perusahaan itu dibeli oleh Modern Times Group. Sementara itu, Jim memutuskan untuk fokus pada kegiatan nirlaba. Dia kembali ke dunia startup pada 2020, dengan mendirikan Bash Video, menurut laporan GamesBeat.

Demi Perkaya Portofolio, Rovio Akuisisi Ruby Games

Minggu lalu, Rovio Entertainment mengumumkan bahwa mereka telah membeli 100% saham dari Ruby Games. Developer yang bermarkas di Izmir, Turki itu merupakan developer yang fokus untuk membuat hypercasual mobile game. CEO Rovio, Alex Pelletier-Normand menjelaskan, alasan Rovio mengakuisisi Ruby Games adalah untuk memperkaya portofolio mereka, menurut laporan GamesIndustry. Dia menyebutkan, dengan memasuki industri hypercasual game, mereka akan dapat memperluas target audiens mereka.

Hunter Assassin adalah mobile game terpopuler dari Ruby Games.

Didirikan pada 2018, Ruby Games kini mempekerjakan 34 karyawan. Selama enam bulan, hingga Juni 2021, pemasukan Ruby Games mencapai US$7,8 juta.  Ruby Games juga cukup produktif dalam membuat game. Pada 2020, Ruby Games merilis empat game baru. Dan pada tahun ini, mereka sudah meluncurkan tiga games. Streamer Life merupakan game terbaru mereka. Sementara game terpopuler dari Ruby Games adalah Hunter Assassin, yang diluncurkan pada tahun lalu. Rovio menyebutkan, Hunter Assassin merupakan game dengan jumlah download terbanyak ke-enam pada 2020.

Juli 2021, Viewership Twitch Naik 23% dari Tahun 2020

Pada Juli 2021, jumlah hours watched di Twitch mencapai 1,75 miliar jam, menurut Rainmaker.gg, rekan analitik dari StreamElements. Jika dibandingkan dengan Juli 2020, viewership dari Twitch pada Juli 2021 naik 23%. Pada saat yang sama, viewership Facebook mencapai 522 juta jam, yang merupakan rekor baru untuk platform tersebut. Di Twitch, Just Chatting masih menjadi kategori yang paling populer, dengan total hours watched mencapai 234 juta jam. Game terpopuler kedua di Twitch adalah Grand Theft Auto V, dengan total hours watched 139 juta jam, diikuti oleh League of Legends, dengan total hours watched 130 juta jam.

10 kategori terpopuler di Twitch pada Juli 2021. | Sumber: StreamElement

“Dimulainya musim panas memengaruhi jumlah hours watched dari kebanyakan game-game terpopuler di Twitch. Namun, versi closed beta dari New World berhasil menarik perhatian penonton dan Twitch masih mengalami pertumbuhan sebesar 23% dari tahun lalu,” kata Doron Nir, Co-founder, SreamElements, seperti dikutip dari GamesIndustry.

Unity Mengakuisisi Parsec Senilai US$320 Juta

Unity mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Parsec, perusahaan yang membuat software untuk melakukan streaming dan mengakses PC dari jauh. Akuisisi itu bernilai US$320 juta, menurut laporan GamesBeat. Selama pandemi, alat buatan Parsec terbukti sangat bermanfaat bagi developer game. Pasalnya, tool dari Parsec memungkinkan developer untuk bekerja dari rumah. Selain itu, perusahaan game seperti Ubisoft dan Sega juga menggunakan tool milik Parsec untuk menunjukkan demo dari game mereka kepada para jurnalis dan streamers.

Ragnarok M: Eternal Love Gelar Event Khusus dengan Disney, Razer Buka Pendaftaran untuk Uji Masker RGB

Ragnarok M: Eternal Love dan Disney mengadakan event crossover yang ditujukan khusus untuk para pemain di Asia Tenggara. Sementara itu, Call of Duty: Black Ops Cold War bakal mendapatkan mode baru bernama Double Agents. Minggu lalu, Razer juga membuka pendaftaran untuk menguji masker RGB mereka, Zephyr.

Ragnarok M: Eternal Love Adakan Event Crossover dengan Disney untuk Pemain Asia Tenggara

Ragnarok M: Eternal Love akan berkolaborasi dengan Disney untuk menggelar event berjudul “Disney x RO: M – Believe in Magic”. Saat event ini dimulai, para pemain Ragnarok akan bisa mendapatkan item ekslusif, seperti furniture dan pakaian khas Disney. Di event ini, para pemain juga bisa melakukan kustomisasi pada karakter mereka, membuat karakter mereka tampil seperti karakter-karakter populer dari Disney, mulai Ariel, Belle, Cinderella, dan Rapunzel, sampai Mickey Mouse, Donald Duck, dan Goofy, lapor IGN. Event crossover ini merupakan bagian dari update Isle of Dreams dan hanya akan tersedia secara eksklusif untuk kawasan Asia Tenggara.

Para pemain akan bisa mendapatkan skin khas karakter Disney.

Zynga Akuisisi StarLark

Zynga baru saja mengakuisisi StarLark, developer game asal Tiongkok, serta mobile game Gold Rival dari Betta Games. Akuisisi tersebut bernilai US$525 juta. Golf Rival adalah mobile game golf terbesar kedua setelah Golf Clash dari Playdemic. Studio Playdemic sendiri sedang dalam proses akuisisi senilai US$1,4 miliar oleh Electronic Arts.

Di bawah kepemimpinan CEO Frank Gibeau, Zynga memang terus melakukan akuisisi. Zynga mulai sibuk melakukan akuisisi pada 2017. Ketika itu, mereka membeli card game kasual dari Peak Games senilai US$100 juta. Pada Mei 2018, Zynga membeli Gram Games seharga US$250 juta. Setelah itu, pada akhir 2018, mereka mengakuisisi Small Giant Games, developer dari Empires & Puzzles, dengan nilai US$560 juta, menurut laporan VentureBeat.

Salah satu akuisisi besar-besaran yang Zynga lakukan adalah akuisisi Peak Games pada Juni 2020. Ketika itu, mereka mengeluarkan US$1,8 miliar. Pada Oktober 2020, Zynga membeli developer game hypercasual Rollic dengan nilai US$180 juta. Mereka juga membeli Echtra Games, kreator dari Torchlight, untuk menjajaki pasar game PC.

Razer Buka Pendaftaran untuk Uji Masker RGB, Zephyr

Proyek masker RGB Razer — yang sebelumnya disebut Project Hazel — kini resmi dinamai Zephyr. Sekarang, mereka telah membuka pendaftaran bagi orang-orang yang ingin mencoba masker tersebut sebelum ia diluncurkan. Jika Anda tertarik, Anda bisa mendaftarkan diri di sini. Untuk mendaftarkan diri, Anda hanya perlu menuliskan nama, negara, email, media sosial, dan alasan singkat mengapa Anda ingin mencoba masker tersebut.

Razer pertama kali memperkenalkan konsep masker RGB pada CES 2021 di Januari. Pada Maret 2021, mereka mengonfirmasi bahwa mereka akan merealisasikan konsep tersebut. Razer Zephyr diperkirakan akan diluncurkan pada tahun ini. Namun, CEO Razer, Min-Liang Tan memperingatkan,  masker RGB ini akan tersedia dalam jumlah terbatas setelah diluncurkan, menurut laporan IGN.

Mario Kart 8 Deluxe Terjual Sebanyak 37 Juta Unit di Nintendo Switch

Pada kuartal lalu, Nintendo meluncurkan beberapa game baru. Dan game-game itu laris manis. New Pokemon Snap berhasil terjual sebanyak 2,07 juta unit, Mario Golf: Super Rush 1,34 juta unit, dan Miitopia terjual sebanyak 1,04 juta unit. Menariknya, game-game Nintendo yang tidak terlalu baru pun tetap populer di kalangan gamers. Buktinya, pada Q2 2021, Mario Kart 8 Deluxe — yang diluncurkan pada 2014 — terjual sebanyak 1,69 juta unit. Sementara Animal Crossing: New Horizons yang diluncurkan pada tahun lalu, terjual sebanyak 1,26 juta unit. Secara keseluruhan, Mario Kart 8 Deluxe telah terjual sebanyak 37 juta unit dan Animal Crossing sebanyak 34 juta unit.

Menurut VentureBeat, hal inilah yang membedakan Nintendo dengan Microsoft dan Sony. Xbox dan PlayStation memang punya game-game populer. Namun, sebagian besar pemasukan mereka berasal dari penjualan game ketika ia diluncurkan. Sementara itu, gamer Nintendo terkadang tetap membeli game buatan Nintendo walau game itu telah cukup berumur.

Call of Duty Dapat Mode Baru, Mirip dengan Among Us

Di season terbaru, Call of Duty: Black Ops Cold War akan mendapatkan mode baru. Mode yang bernama Double Agent ini memiliki konsep yang serupa dengan gameplay dari Among Us. Di mode Double Agent, ada 3 peran yang bisa didapatkan secara random oleh 10 pemain. Ketiga peran itu adalah Double Agent, Operative, dan Investigator, seperti yang disebutkan oleh Polygon.

Kebanyakan pemain akan mendapatkan peran sebagai Operative, yang harus bertahan hidup dan menemukan pemain yang berperan sebagai Double Agent. Sementara itu, sebagai Double Agent, pemain ditugaskan untuk membunuh pemain lain atau memasang dan meledakkan bom. Terakhir, pemain yang mendapatkan peran Investigator akan mendapatkan petunjuk ekstra, agar mereka bisa menemukan Double Agent dengan lebih mudah. Selain itu, mereka juga bisa memasang Wanted Orders jika mereka punya dugaan siapa yang menjadi Double Agent.

Take-Two Akuisisi Perusahaan Animasi, Mantan Director Mass Effect Buat Studio Game Baru

Take-Two mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi perusahaan animasi asal Prancis, Dynamixyz, pada minggu lalu. Sementara itu, Sony juga telah mengakuisisi Nixxes Software, perusahaan yang mengkhususkan diri pada game porting PC. Pada minggu lalu, mantan Director Mass Effect juga mengungkap bahwa dia telah membuat studio game baru yang disebut Humanoid Studios.

Take-Two Akuisisi Perusahaan Animasi Dyanmixyz

Take-Two menyatakan bahwa mereka telah mengakuisisi Dynamixyz, perusahaan asal Prancis yang mengkhususkan diri pada animasi wajah. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai akuisisi tersebut. Sebelum ini, kedua perusahaan itu juga telah bekerja sama dalam membuat beberapa game, seperti Red Dead Redemption 2 dan NBA 2K21. Selain itu, Dynamixyz juga pernah menangani Avengers: Endgame dan Love, Death & Robots, seri animasi di Netflix.

Ke depan, Dynamixyz akan beroperasi sebagai divisi dari Take-Two. Mereka akan pada proyek yang tengah dikerjakan oleh Take-Two. Namun, Dynamixyz masih akan tetap dipimpin oleh CEO Gaspard Breton. Dia akan bertanggung jawab pada Scott Belmont, Executive Vice President dan Chief Information Officer dari Take-Two, menurut laporan GamesIndustry.

Sony Akuisisi Nixxes Software

Minggu lalu, Sony mengakuisisi Nixxes Software, perusahaan yang fokus untuk membuat game porting PC. Mengingat Sony memang ingin membawa beberapa game mereka ke PC — termasuk Days Gone dan Horizon: Zero Dawn — maka keputusan mereka untuk mengakuisisi Nixxes masuk akal. Sebelum diakuisisi oleh Sony, Nixxes secara eksklusif untuk membuat porting PC dari game-game Square Enix, seperti Shadow of the Tomb Raider dan Marvel’s Avengers, lapor VentureBeat. Selain Nixxes, Sony juga mengakuisisi Housemarque — developer dari Returnal — pada minggu lalu.

Nixxes adalah perusahaan yang fokus dalam melakukan porting game konsol ke PC.

Community Gaming Dapat Kucuran Dana Sebesar US$2,3 Juta

Community Gaming mendapatkan investasi sebesar US$2,3 juta untuk mengotomasi turnamen esports, mulai dari bagian penyelenggaraan turnamen — baik secara online maupun offline, pembayaran peserta, sampai pembagian hadiah untuk pemenang. Ronde investasi ini dipimpin oleh perusahaan blockchain, CoinFund. Beberapa investor lain yang ikut menanamkan modal di Community Gaming juga pernah pernah berinvestasi di bidang cryptocurrency, seperti Dapper Labs, Animoca Brands, Multicoin Capital, 1kx, Warburg Serres, dan Hashed, seperti yang disebutkan oleh VentureBeat. Community Gaming menyebutkan, untuk memudahkan proses pembagian hadiah pada para pemenang, mereka akan menggunakan teknologi blockchain.

Mantan Director Mass Effect Buka Studio Baru

Casey Hudson, mantan General Manager BioWare dan Director Mass Effect, telah mendirikan studio game baru, yang dinamai Humanoid Studios. Dia mengungumumkan hal ini pada 30 Juni 2021, melalui Twitter. Dia akan memimpin Humanoid sebagai CEO. Dalam situs resmi Humanoid, Hudson ditulis sebagai salah satu pendiri dari studio game tersebut. Namun, dia mengakui bahwa dia mendapatkan bantuan dari beberapa koleganya dalam membuat Humanoid. Sayangnya, tidak diketahui siapa saja kolega yang dia maksud.

Saat ini, Humanoid tengah membuka lowongan untuk beberapa posisi penting. Studio itu akan membuka kantor di British Columbia dan Alberta, Kanada. Walau pada awalnya para pekerja bisa bekerja dari rumah karena pandemi, nantinya, para pekerja akan diminta untuk bekerja dari kantor, lapor GamesRadar.

Platform Cloud Streaming Facebook Punya 1,5 Juta Pemain Bulanan

Facebook mengungkap, layanan cloud streaming mereka kini digunakan oleh 1,5 juta orang setiap bulannya. Selain itu, mereka juga mengumumkan, Ubisoft akan menjadi rekan mereka. Hal itu berarti, beberapa game Ubisoft akan tersedia di platform cloud streaming Facebook, seperti Assassin’s Creed Rebellion, Hungry Shark Evolution, dan Hungry Dragon. Selain itu, Mighty Quest dan Trials Frontier juga akan ditambahkan ke platform cloud streaming Facebook pada tahun ini. Facebook juga menyebutkan, mereka berencana untuk menambahkan game-game free-to-play di platform mereka. Belum lama ini, mereka memasukkan Roller Coaster Tycoon Touch dari Atari dan Lego Legacy Heroes Unboxed dari Gameloft, menurut laporan GamesIndustry.

Agate Akuisisi Game Developer Asal Jakarta

Informasi tentang akuisisi game developer lokal kembali hadir. Kali ini giliran Agate, pengembang game berbasis di Bandung, yang mengakuisisi sesama game developer lokal lain, Freemergency.

Kabar akuisisi ini juga telah dikonfirmasi CEO dan co-founder Agate International, Arief Widhiyasa lewat posting di social media Facebook. Seperti yang dikutip dari IGN akuisisi ini menambah daftar game developer asal Indonesia yang diakuisi Agate setelah Ekuator Games di tahun 2019.

Nilai akuisisi memang tidak disebutkan namun kisaran angkanya adalah dalam miliaran rupiah.

Masih dikutip dari IGN, tim dari Freemergency yang berjumlah 6 orang disebutkan akan bergabung bersama tim di Agate International. Freemergency sendiri adalah game studio berbasis di Jakarta yang didirikan di tahun 2018 oleh alumni BINUS.

Salah satu game yang telah bisa dimainkan dari gamedev ini adalah Retrograde Arena yang tersedia di PC via Steam dan Nintendo Switch. Game ini mendapatkan pengghargaan di SEA Game Awards di acara Level Up Kuala Lumpur dan mendapatkan lebih dari 32 ribu unduhan saat pertama kali dirilis untuk Nintedo Switch.

Dalam postingannya di FB, Arief menjelaskan bahwa proses deal untuk akuisisi ini berjalan cukup singkat, salah satunya karena kesamaan misi yang dimiliki antara Agate dan Freemergency. Salah satu komentar dari Arief bisa memberikan sedikit nuansa visi yang akan dijalankan Agate untuk akuisisi ini:

‘This is the commitment from Agate and myself in our ongoing efforts to grow our Indonesia Game Industry. By acquiring and growing the brightest talents from these great studios, we’re excited to not only work with some of the best in Indonesia, but to also call them our friends and welcoming them into Agate crews’.

Nama Agate sendiri bisa dibilang adalah salah satu brand game developer yang tidak bisa tidak kita sebut ketika membicarakan ekosistem game developer di Indonesia. Selain telah memiliki tim yang cukup besar, berbagai game juga telah dirilis oleh Agate, Valthirian Arc (yang mendapat penjualan 7 miliar dalam waktu tiga bulan), Code Atma sampai dengan Tirta yang masih dalam pengembangan.

Dikutip dari rilis, disebutkan bahwa kapabilitas Freemergency dalam mengembangkan dan menjalankan gim dengan fitur online multiplayer menjadi alasan lain yang mendasari keputusan akuisisi ini. Retrograde Arena sendiri adalah adalah gim bergenre twin stick shooter yang hadir dengan fitur online multiplayer.

Dihubungi via WA melalui perwakilan Agate, Arief juga menambahkan bahwa semua bagian dari tim Freemergency akan bergabung dengan tim dari Agate, (yang mengindikasikan ini juga merupakan akuisisi talent-ed), dan akan disebar ke berbagai projek di Agate. Arief juga menambahkan bahwa kapabilitas tim Freeergency untuk game multiplayer akan dimaksimalkan setelah melebur ke Agate.

Kristian Utomo – CEO Freemergency berkomentar bahwa kontak dengan Agate telah dilakukan sejak Game Prime 2018.

“Kami memiliki tujuan yang hampir sama. Saya percaya kami bisa menggabungkan keahlian Freemergency dalam mengembangkan gim online multiplayer dengan pengalaman Agate dalam mengelola gim live service demi membuat gim yang lebih keren lagi untuk para pemain.”

Akuisisi antar game developer lokal ini menurut saya baik dilihat dari sisi perkembangan ekosistem, game developer yang lebih besar bisa mengakuisisi yang lebih independen (kecil) agar bisa berkembang lebih cepat, baik dari pembuatan game atau perilisannya. Di sisi lain, kurangnya ketertarikan pendanaan investor atas game developer lokal (jika dibandingkan ekosistem startup misalnya), menjadikan akuisisi dari sesama game developer lokal menjadi pelipur lara. Dengan catatan tentunya, akuisisi harus berhasil meningkatkan daya saing dan mengembangkan sisi bisnis, sehingga bisa menaikan tingkat valuasi dari ekosistem game developer lokal yang nantinya bisa menarik investor lebih banyak lagi.

Ketika ditanya tentang apakah akan ada rencana akuisisi lagi dari Agate dan kemungkinan untuk game di luar Indonesia jika itu terjai, Arief menyebutkan bahwa Agate percaya pada potensi dan kemampuan game developer dari Indonesia, dan mereka akan berusaha secara maksimal untuk berinvestasi dan membantu mengembangkan ekosistem. Agate juga telah memiliki program terkait ini seperti akademi, inkubasi, publisher dan beberapa program lain.

Untuk strategi Merger and Acquisition (M&A), Arief menambagkan bahwa ini merupakan bagian dari berbagai strategi untuk mengembangkan ekosistem game developer. Jika dalam perjalannya ada kesamaan visi dengan game developer lainnya, Agate tidak menutup kemungkinan akan melakukan M&A lagi.

Sambil menunggu update terbaru dari sisi pengembangan game setelah akuisisi ini, saya akan bersiap menyalakan Switch saya untuk menuju Nintendo eShop dan mengunduh Retrograde Arena.

Disclosure: Artikel asli telah dilakukan perubahan dengan menambahkan komentar Arief Widhiyasa, CEO dan co-founder Agate International.

Spotify Akuisisi Podz, Ingin Benahi Problem Seputar Podcast Discovery dengan Machine Learning

Salah satu problem utama di industri podcasting saat ini bukanlah soal ketersediaan dan keberagaman konten. Yang kerap menjadi hambatan justru adalah aspek discovery, dan itulah mengapa Spotify baru-baru ini memutuskan untuk mengakuisisi Podz, sebuah startup yang ingin mengatasi masalah tersebut dengan memanfaatkan machine learning.

Teknologi yang dikembangkan oleh Podz pada dasarnya bisa dideskripsikan sebagai versi otomatis dari Headliner, sebuah tool yang kerap dipakai kalangan podcaster untuk mempromosikan kontennya via klip-klip pendek yang dapat dibagikan ke media sosial. Podz menjuluki teknologinya dengan istilah “audio newsfeed”, di mana pengguna akan disuguhi deretan klip berdurasi 60 detik yang diambil dari berbagai podcast.

Klip-klip tersebut dimaksudkan untuk menyoroti momen terbaik dari setiap podcast, sangat krusial mengingat satu episode podcast sering kali mempunyai durasi di atas 30 menit, dan terkadang deskripsi teks yang tercantum kurang bisa menggambarkan keseruan yang ditawarkan. Dengan sampel audio singkat ini, harapannya pengguna bisa lebih mudah menemukan podcastpodcast baru di luar yang sudah mereka ikuti.

Singkat cerita, kalau lagu-lagu di Spotify bisa kita dengarkan preview-nya, kenapa podcast tidak? Lagu yang berdurasi cuma 4 menit saja bisa ada sampel versi pendeknya, lalu kenapa episode podcast yang berdurasi 1 jam tidak bisa kita dengarkan terlebih dulu ‘momen klimaksnya’ sebelum kita mengklik tombol play? Kira-kira seperti itulah premis yang ditawarkan oleh Podz, dan ke depannya kita bakal melihat semua ini diintegrasikan langsung ke platform Spotify.

Kepada TechCrunch, tim Podz menjelaskan bahwa model machine learning yang mereka gunakan telah dilatih dengan lebih dari 100.000 jam audio, lengkap beserta sesi konsultasi dengan kalangan jurnalis maupun audio editor. Sebelum diakuisisi Spotify, Podz sudah lebih dulu menerima pendanaan sebesar $2,5 juta dari berbagai investor.

Spotify sendiri melihat integrasi Podz dapat memudahkan para pelanggannya untuk menemukan konten-konten baru yang menarik di tengah 2,6 juta podcast yang tersedia dalam katalog Spotify, termasuk halnya deretan podcast berbayar yang akan segera datang. Dari sisi sebaliknya, kehadiran Podz juga diharapkan bisa membantu kalangan kreator mempromosikan kontennya secara lebih maksimal.

Sumber: Spotify dan TechCrunch. Gambar header: Depositphotos.com.

Tencent Buka Kantor Baru di Los Angeles, Jumlah Pemain Valorant Capai 14 Juta Orang

Ada beberapa kabar menarik yang muncul di dunia gaming pada minggu lalu. Salah satunya, Tencent memutuskan untuk membuka kantor cabang baru di Los Angeles. Sementara Facebook baru saja mengakuisisi Unit 2 Games, kreator dari Crayta. Dan Riot Games mengungkap, jumlah pemain aktif bulanan Valorant telah mencapai 14 juta orang.

Tencent Buka Kantor Baru di Los Angeles

Tencent America membuka kantor baru di Los Angeles. Terletak di Silicon Beach, Tencent L.A. akan memiliki pekerja sebanyak 150 orang. Dan dalam waktu tiga tahun ke depan, mereka berencana untuk menambahkan jumlah karyawan di posisi game design, game development, dan engineering. Dengan kantor terbaru ini, Tencent punya lima kantor di Amerika Serikat, lapor GamesIndustry. Kelima kantor itu terletak di Los Angeles, Palo Alto, Irvine, Seattle, dan New York. Belakangan, Tencent tidak hanya aktif untuk melakukan ekspansi secara fisik, mereka juga aktif melakukan merger dan akuisisi. Pada 2020, perusahaan Tiongkok itu ikut serta dalam 31 deal bisnis.

Valorant Punya 14 Juta Pemain Aktif Bulanan

Minggu lalu, Riot Games mengungkap, Valorant kini punya 14 juta pemain PC aktif bulanan. Padahal, game FPS tersebut baru diluncurkan pada 2 Juni 2020. Pada pekan lalu, Riot juga mengumumkan rencana mereka untuk membuat versi mobile dari Valorant.

VCT: Masters Stage 2 baru saja digelar pada akhir Mei 2021.

Untuk mengembangkan ekosistem esports Valorant, Riot telah mengadakan Valorant Champions Tour. VCT berlangsung selama satu tahun penuh. Turnamen-turnamen dari VCT terbagi ke tiga level: Challengers, Masters, dan Champions. Turnamen major kedua dari Valorant, VCT: Masters Stage 2 baru digelar pada akhir Mei 2021. Riot menyebutkan, babak final antara Sentinels dan Fnatic berhasil mendapatkan lebih dari satu juta concurrent viewers. Sementara Average Minute Audience (AMA) dari pertandingan tersebut mencapai 800 ribu orang, lapor VentureBeat.

Facebook Akuisisi Unit 2 Games

Facebook mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Unit 2 Games, kreator dari Crayta, platform untuk membuat game menggunakan Unreal Engine 4. Perusahaan media sosial itu mengatakan, akuisisi ini akan membantu mereka untuk memperbanyak konten gaming. Dengan mengakuisisi Crayta, Facebook memudahkan para penggunanya untuk membuat, merilis, dan membagikan game melalui platform Facebook Gaming.

“Ke depan, para pengguna Facebook akan bisa membuat game dalam hitungan menit tanpa harus belajar programming, sementara kreator yang lebih berpengalaman akan bisa membuat game sekompleks yang mereka mau,” kata Vice President of Facebook Gaming, Vivek Sharma, menurut laporan GamesIndustry.

Kompetisi Gamers Without Borders Kembali Digelar

Kompetisi internasional Gamers Without Borders — yang menawarkan total hadiah US$10 juta untuk kegiatan amal — telah dimulai pada Sabtu, 5 Juni 2021. Selain total hadiah, dana yang didonasikan selama kompetisi berlangsung juga akan diberikan untuk kegiatan amal. Sementara itu, kegiatan amal yang dipilih adalah program distribusi vaksin di negara-negara yang kurang mampu, menurut laporan Reuters.

Gamers Without Borders kembali diadakan.

Kompetisi Gamers Without Borders akan berlangsung selama sembilan minggu. Kompetisi itu akan diikuti oleh para pemain profesional dan influencers. Beberapa game yang diadu dalam turnamen tersebut antara lain Rainbow Six: Siege, Fortnite, Rocket League, PUBG Mobile, dan Counter-Strike: Global Offensive.

Pendiri Atari Pimpin Studio Game Baru, Athena Worlds

Pendiri Atari, Nolan Bushnell, resmi menjadi anggota dewan direksi dari Athena Worlds, studio game baru yang punya visi untuk meningkatkan kualitas visual game sehingga selevel dengan visual film bioskop. Dengan ini, Bushnell akan menjadi pemimpin dari Athena Worlds. Sementara dewan direksi dari Athena Worlds sendiri berisi eksekutif dari perusahaan-perusahaan game ternama, seperti King, Blizzard, EA, dan Konami. Teknologi yang dikembangkan oleh Athena akan bisa digunakan dalam game dari berbagai platform, mulai dari PC, PlayStation, Xbox, Nintendo, sampai mobile. Lisensi dari software dan tools buatan Athena juga akan dijual ke ke publisher game agar mereka bisa memangkas biaya dan waktu pengembangan game, lapor GamesIndustry.

Berkat Lockdown, Codemasters Bisa Adakan Diskusi Rutin dengan Pembalap F1 

Codemasters dan EA Esports baru saja merilis video gameplay dari game F1 terbaru mereka. Game racing itu akan diluncurkan pada 16 Juli 2021. Lee Mather, F1 Franchise Game Director, Codemasters mengungkap, selama pengembangan game F1 terbaru mereka, Codemasters mendapatkan banyak masukan dari para pembalap F1. Alasannya, lockdown pada awal pandemi COVID-19 membuat banyak pembalap F1 memiliki banyak waktu luang. Hal ini memungkinkan Codemasters untuk mengajak para pembalap F1 berdiskusi secara rutin. Selain itu, banyak pembalap F1 yang ikut serta dalam Virtual Grand Prix karena berbagai kompetisi balapan yang dibatalkan. Hal ini memperkuat hubungan antara para pembalap dengan tim developer.

“Salah satu dampak positif dari lockdown adalah ada banyak tim dan pembalap yang mendadak punya banyak waktu luang,” kata Mather, menurut laporan Motor1. “Kami bisa berdiskusi tentang banyak hal dengan mereka. Dan walau sekarang kompetisi balapan telah dimulai, kami masih bisa terus melanjutkan diskusi tersebut. Sekarang, kami memiliki jadwal temu yang rutin. Sebelum ini, hubungan kami dengan para pembalap memang sudah baik. Namun, sekarang, kita bisa mengadakan diskusi secara rutin. Dan para pembalap bisa memberikan masukan yang lebih banyak ke game F1.”

Sennheiser Jual Divisi Consumer Audio-nya ke Sonova

Di antara semua merek headphone, nama Sennheiser mungkin adalah salah satu yang paling terkenal sekaligus paling dipandang. Namun siapa yang menyangka kalau perusahaan asal Jerman itu rupanya kesulitan bersaing di ranah consumer audio, hingga akhirnya pada bulan Februari kemarin mereka mengumumkan niatnya untuk menjual divisi Consumer Electronics-nya.

Tiga bulan berselang, Sennheiser rupanya sudah punya pembeli. Mereka adalah Sonova, korporasi asal Swiss yang punya pangsa pasar besar di industri hearing aid. Melalui sebuah siaran pers, Sonova mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi Sennheiser Consumer Division senilai 200 juta euro, atau kurang lebih setara 3,45 triliun rupiah.

Sennheiser sendiri menggambarkan transaksi ini sebagai kooperasi permanen, sebab brand Sennheiser masih akan terus dipakai oleh Sonova ke depannya. Beberapa karyawan yang selama ini bekerja di Sennheiser Consumer Division juga akan berpindah rumah ke Sonova. Mereka akan tetap mengembangkan portofolio produknya di segmen consumer audio, hanya saja di bawah pemilik baru.

Phonak Virto Marvel, salah satu hearing aid tercanggih dari Sonova sejauh ini / Sonova

Kedengarannya memang cukup aneh; kenapa sebuah produsen alat bantu dengar harus mengakuisisi brand headphone yang terkenal di kalangan audiophile? Namun kalau melihat tren di industri hearing aid, semuanya jadi terkesan masuk akal. Dalam beberapa tahun terakhir, tidak sedikit produsen hearing aid yang mencoba menjejalkan teknologi-teknologi modern ke produk-produk besutannya, seperti misalnya teknologi untuk mengadaptasikan suara dengan kondisi di sekitar.

Di saat yang sama, tren terkini di bidang consumer audio adalah teknologi active noise cancellation (ANC) yang juga dapat beradaptasi dengan kondisi sekitar. Kalau dipikir-pikir, berkat fitur seperti ambient mode atau transparency mode, TWS berteknologi ANC sebenarnya juga bisa berfungsi layaknya sebuah alat bantu dengar, membiarkan kita mendengar suara-suara di sekitar secara jelas tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Buat Sennheiser sendiri, melepas divisi consumer audio-nya berarti mereka dapat sepenuhnya berfokus pada bidang professional audio, bidang yang sebenarnya sudah menjadi spesialisasi Sennheiser sejak awal berdiri di tahun 1945. Sekadar informasi, produk pertama Sennheiser adalah sebuah voltmeter, diikuti oleh mikrofon (yang pada akhirnya membuat nama Sennheiser jadi mulai terkenal) setahun setelahnya.

Selain professional audio, portofolio produk Sennheiser turut mencakup segmen business communications, dan ini juga akan menjadi prioritas mereka ke depannya setelah melepas divisi consumer audio-nya ke Sonova, yang dijadwalkan rampung transaksinya sebelum akhir tahun 2021.

Sumber: Sennheiser via TechCrunch.