Akulaku Segera Miliki 20% Saham Bank Yudha Bhakti

Startup fintech lending Akulaku bakal menguasai 20,11% saham Bank Yudha Bhakti (BBYB) secara bertahap. Perusahaan baru saja meningkatkan porsi sahamnya menjadi 13,06% dari sebelumnya 8,95%.

Dikutip dari Bisnis.com, Corporate Secretary Bank Yudha Bhakti Andriyana Muchyana menjelaskan, Akulaku masuk melalui pembelian saham PT Gozco Capital yang semula menguasai 41,04% saham Bank Yudha Bhakti.

“Ada perjanjian yang dibeli melalui secondary market dan melalui rights issue,” terangnya.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Gozco Capital melepas 320,43 juta saham dengan harga Rp338 per lembar di 30 April 2019. Setelah aksi korporasi, kepemilikan saham Gozco Capital di Bank Yudha Bhakti menjadi 28,24%.

Selanjutnya, Akulaku akan terus meningkatkan kepemilikan sahamnya dengan menjadi pembeli siaga untuk Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) yang segera digelar perseroan pada akhir bulan ini.

Perseroan menerbitkan saham baru sebanyak 499,6 juta dengan harga Rp100 per lembar. Total nilai yang diperoleh perseroan dari aksi ini adalah Rp168,86 miliar. Akulaku akan menyerap seluruh saham baru ini, sehingga nantinya kepemilikan saham menjadi 20,11%. Pemegang saham lain yang tidak mengambil jatah sesuai HMETD akan terdilusi 8,11%.

Per 30 April 2019, struktur kepemilikan saham di Bank terdiri dari Gozco Capital (28,24%), Asabri (21,91%), Asuransi Jiwa Adisarana Wanartha (5,45%), selebihnya dimiliki publik dengan kepemilikan kurang dari 5% sebanyak 31,34%.

Akulaku sendiri sejak awal berkomitmen untuk menambah modal inti bank hingga Rp500 miliar pada tahun ini, secara bertahap lewat sejumlah aksi rights issue yang digelar Bank Yudha Bhakti.

Setelah PUT II kelar, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan akan meminta izin untuk menerbitkan saham baru melalui PUT III. Kemungkinan besar, Akulaku akan masuk kembali sebagai pembeli siaga demi merealisasikan ambisinya tersebut.

Sejalan dengan penambahan modal segar ini, perseroan optimis dapat naik kelas menjadi bank BUKU II dengan modal inti Rp1 triliun hingga Rp5 triliun. Dari publikasi perseroan di Maret 2019, perseroan memiliki modal inti Rp502,91 miliar.

Akulaku menurut Startup Report 2018 memiliki valuasi lebih dari $500 juta (lebih dari 7 triliun Rupiah) setelah kabar pendanaan Seri D dari Alibaba awal tahun ini. Akulaku sendiri baru saja meluncurkan produk peer-to-peer lending terafiliasi dengan nama Asetku.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Pours 500 Billion Rupiah to Bank Yudha Bakti

Bank Yudha Bakti (BBYB), registered in IDX, announces advanced funding of 500 billion rupiah from digital payment platform, Akulaku. At the prior stage, Akulaku took over 8,9% shares previously owned by Gozko Capital at 158 billion rupiah. Akulaku becomes the ready buyer to acquire BBYB’s right issue in May.

Quoted from Kontan, BBYB’s President Director, Denny Novisar Mahmuradi said, “Akulaku is a fintech with expertise in technology. We’ll have a synergy with a support of our technology and to add a new line of business.”

BBYB’s digital transformation is expected to support other entity to level up from Book I to Book II with core value from Rp1 trillion up to Rp5 trillion. Besides Akulaku, BBYB also partners with Telkom Group for infrastructure development.

Akulaku, per Startup Report 2018, has more than $500 million valuation (more than 7 trillion rupiah) after series D rumor from Alibaba in early 2019. The support for banking institutions can help the company to acquire new consumers, including opportunity for product synergy.

They recently launch an affiliated peer-to-peer lending called Asetku.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Suntik Dana 500 Miliar Rupiah ke Bank Yudha Bakti

Bank Yudha Bakti (BBYB), bank Buku I yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mengumumkan perolehan dana secara bertahap sebesar 500 miliar Rupiah dari platform pembiayaan digital Akulaku. Di tahap awal, Akulaku mengambil alih kepemilikan 8,9% saham yang sebelumnya dipegang pemilik mayoritas Gozko Capital senilai 158 miliar Rupiah. Akulaku juga akan menjadi pembeli siaga bagi proses right issue BBYB Mei mendatang.

Dikutip dari Kontan, Direktur Utama BBYB Denny Novisar Mahmuradi mengatakan, “Akulaku ini perusahaan fintech yang memiliki keahlian di teknologi. Kami akan bersinergi dan dengan dukungan teknologi yang mereka punya, kami akan bisa menambah bisnis baru.”

Transformasi digital BBYB diharapkan mendukung usaha perusahaan untuk naik kelas dari Buku I ke Buku II dengan kepemilikan modal inti antara Rp1 triliun hingga kurang dari Rp5 triliun. Selain dengan Akulaku, BBYB juga menggandeng Telkom Group untuk peningkatan infrastruktur.

Akulaku menurut Startup Report 2018 memiliki valuasi lebih dari $500 juta (lebih dari 7 triliun Rupiah) setelah kabar pendanaan Seri D dari Alibaba awal tahun ini. Dukungannya terhadap entitas perbankan bisa membantu perusahaan menjangkau lebih banyak calon konsumen baru, termasuk potensi mengembangkan produk bersama.

Akulaku sendiri baru saja meluncurkan produk peer-to-peer lending terafiliasi dengan nama Asetku.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Umumkan Kehadiran Layanan Afiliasi P2P Lending “Asetku”

Perusahaan afiliasi Akulaku, layanan p2p lending Asetku, mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Pada tahap awal, Asetku khusus melayani pengguna Akulaku yang ingin mendapatkan pinjaman, baik itu merchant maupun konsumen individu.

“Kita berdiri di akhir 2017 dan aktif di awal 2018. Sekarang baru take off karena kami ingin penetrasi ke pasar jauh lebih besar dari tahun lalu,” terang Direktur Asetku Andrisyah Tauladan kepada DailySocial.

Asetku pada tahap ini baru menyediakan pinjaman khusus untuk pengguna Akulaku. Salah satu layanan yang bisa dimanfaatkan pengguna adalah pinjaman tunai (cash loan) dengan dana bersumber dari para pemberi pinjaman Asetku yang sudah terdaftar.

Tim Asetku saat ini berjumlah 60 orang, kebanyakan ditempatkan di bagian front liner dan risk management. Untuk proses collection, Asetku bermitra dengan Akulaku. Andrisyah enggan menjelaskan lebih detail kepemilikan saham Akulaku di Asetku.

Aplikasi Asetku disebutkan telah diunduh lebih dari 500 ribu kali dan terdaftar di OJK per tanggal 21 Desember 2018.

Andrisyah menjelaskan, tidak sembarang pengguna Akulaku yang bisa lolos menerima pinjaman dari Asetku. Pasalnya perusahaan melakukan mitigasi risiko tersendiri. Nominal dana yang bisa dipinjam oleh pengguna untuk produk ini mulai dari Rp500 ribu-Rp2 juta dan tenor maksimal 30 hari.

Model bisnis seperti ini, sambungnya, menjadi diferensiasi yang paling mencolok antara Asetku dengan pemain p2p lending lainnya. Perusahaan berkomitmen untuk menjaga kualitas peminjam dengan rekam jejak yang jelas dari Akulaku, agar investasi yang diberikan pemberi pinjaman tetap aman.

“Kita concern banget dari sisi lender makanya benar-benar saring borrower-nya. Itu yang membedakan kami dengan yang lain.”

Untuk menjadi pemberi pinjaman di Asetku, minimal dana yang dapat diinvestasikan Rp2 juta dan imbal hasil sebesar 18%-24% dalam setahun. Perusahaan akan memberikan daftar rekomendasi peminjam dari Akulaku yang bisa dipilih pemberi pinjaman dan menyarankan untuk melakukan diversifikasi pembiayaan untuk mengurangi potensi default.

Akses untuk pemberi pinjaman hanya tersedia lewat aplikasi Asetku, sementara peminjam bisa mengajukan pinjaman dana lewat Akulaku.

“Produk pinjaman apa saja yang ada di Akulaku bisa kita danai, tidak hanya pinjaman tunai saja.”

Rencana bisnis

Saat ini Asetku sudah menyalurkan sekitar Rp218 miliar kepada 2,31 juta peminjam. Jumlah pemberi pinjaman yang teregistrasi sebanyak 172.165 orang. Diklaim selama setahun beroperasi Asetku memiliki pengembalian dana pokok dan bunga selalu mencapai 100%. Alhasil NPL di Asetku masih 0%.

Tahun ini perusahaan berencana melipatgandakan penyaluran pembiayaan sampai ke angka Rp500 miliar per bulan dari saat ini Rp50 miliar-Rp100 miliar.

Untuk merealisasikan target tersebut, perusahaan akan mengundang segmen institusi sebagai pemberi pinjaman. Dengan demikian, akan semakin banyak pengguna bisa mendapatkan pinjaman dana dan prosesnya lebih cepat.

Asetku juga segera memperluas layanan ke segmen syariah untuk menangkap calon pemberi pinjaman yang peduli dengan ranah tersebut.

Diungkapkan perusahaan masih dalam proses persiapan perizinan untuk peluncuran layanan ini. Rencananya bakal diresmikan pada kuartal ketiga 2019.

“Dua rencana kami itu market-nya sangat besar. Dari sisi tingkat risikonya, mau kami perkuat lewat kerja sama dengan Dukcapil, kredit biro, dan sebagainya sebab makin besar pasar maka risikonya juga makin besar, makanya perlu diperkuat fondasinya,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Sets Financial Distribution to Reach 39.2 Trillion Rupiah This Year

Akulaku, a startup engaged in financing sector, is targeting Rp39.2 trillion disbursement in this year, or increased by 300% from last year. There will be city expansion, new feature launching, and the improvement for some old features.

An ambitious target set aiming to repeat the previous success of Rp9.8 trillion with an average of 1.8 million transaction per month. Akulaku claims the achievement was also increased by 300% in 2017.

“2018 is a great year for us. All innovations and development which was done, ongoing, and to-do list are our commitment to support government’s program for financial inclusion,” Akulaku Indonesia’s Director of Corporate Affairs and Public Relations, Anggie Setia Ariningsih, Wed (1/30).

In addition, the company also targeting up to 30 million active users, which previously was only 10 million. Anggie said, Akulaku users are scattered across Java, Medan, Palembang, and Padang.

In demographic, their age ranging from 21 to 45 years old having job as employees and housewives. The most purchased products are gadget and electronics, household appliances, baby & kids, fashion, and virtual service.

Later, Akulaku will available in more than 10 cities, including Sumatera and Kalimantan. They start seeing potential in East Indonesia with over 15 million downloads and 120 thousand merchants.

“The challenge in East area is to know the demographic, habit and many more. It’ll take times for research, but we keep heading there.”

Regarding Series D investment rumor from Ant Financial, Anggie avoids to make any comment. She only mentioned that Akulaku has enough investors for business in this year or the following year.

She added, 98% of risk assessment in Akulaku was made by machine learning with various risk module to implement risk analysis and anti fraud. The system is to avoid and minimize human error, internal fraud, and other failure in the conventional company.

This way, the company claims to capable of reducing bad credit. Akulaku, although didn’t specifically said, claims to have bad credit below 5% based on OJK’s provisions.

“Since the very beginning, we’ve been watching out the front and back side, in case the fraud can be detected earlier. If the due date has over, we’ll keep collecting as per Association and OJK’s regulation.”

In terms of products, Akulaku has four business lines. First, Sell on Akulaku, an in-app marketplace for transaction via official stores or merchants. When users are interested in buying products, it’ll be facilitated by Akulaku credit.

Second, Akulaku Pay for integrated payment system in e-commerce platform partnered with Akulaku. Third, Akulaku Lending for cash loan service to customers (both consumers or merchants) provided by Asetku, Akulaku’s subsidiary.

The latest is Akulaku Offline as a payment facility at offline merchants with barcode scanning.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Targetkan Penyaluran Pembiayaan Tembus 39,2 Triliun Rupiah Tahun Ini

Akulaku, startup yang bergerak di bidang pembiayaan, menargetkan penyaluran pinjaman sebesar Rp39,2 triliun pada tahun ini atau naik 300% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini bakal dilakukan dengan ekspansi kota, peluncuran fitur baru, serta penyempurnaan fitur yang sudah ada sebelumnya.

Target yang cukup ambisius ini dipasang lantaran ingin mengulang kesuksesan pada tahun sebelumnya sebesar Rp9,8 triliun dengan rata-rata 1,8 juta transaksi terjadi setiap bulannya. Akulaku mengklaim pencapaian di tahun lalu itu juga naik 300% di tahun 2017.

“Tahun 2018 merupakan tahun yang baik bagi kami. Semua gebrakan dan pengembangan yang telah, sedang, dan akan kami lakukan ini adalah bentuk komitmen dalam mendukung program pemerintah dalam mewujudkan inklusi keuangan,” terang Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia Anggie Setia Ariningsih, Rabu (30/1).

Tak hanya itu, perusahaan juga menargetkan jumlah pengguna aktif sampai 30 juta orang, dari sebelumnya 10 juta orang. Pengguna Akulaku, menurut Anggie, tersebar di seluruh Jawa, Medan, Palembang, dan Padang.

Secara demografi, mereka mayoritas berumur antara 21-45 tahun yang berprofesi sebagai karyawan dan ibu rumah tangga. Kategori produk yang paling banyak dibeli pengguna adalah gadget dan elektronik, peralatan rumah tangga, baby & kids, fesyen, dan layanan virtual.

Nantinya Akulaku bakal hadir di lebih dari 10 kota dengan melengkapi kehadiran di Sumatera dan Kalimantan. Perusahaan juga mulai melirik potensi di Indonesia bagian Timur. Aplikasi Akulaku telah diunduh lebih dari 15 juta kali dan memiliki 120 ribu merchant.

“Tantangan saat mau ke wilayah Timur itu harus kenal demografi masyarakat di sana, bagaimana kebiasaan dan sebagainya. Riset seperti ini butuh waktu sedikit lebih lama, namun kami terus berupaya untuk terus ke arah timur Indonesia.”

Terkait rumor investasi seri D yang diikuti Ant Financial, Anggie menolak untuk berkomentar lebih jauh. Dia hanya memberi pernyataan bahwa Akulaku memiliki cukup investor untuk dukung bisnisnya pada tahun ini maupun tahun depan.

Anggie menyebut 98% risk assessment di Akulaku dilakukan oleh machine learning dan berbagai risk module untuk melaksanakan risk analysis dan anti fraud. Sistem ini bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir kesalahan manual, internal fraud, dan kesalahan lain yang kerap terjadi di perusahaan konvensional.

Diklaim dengan cara ini perusahaan dapat menekan laju kredit macet. Meski menolak menyebut secara spesifik, Akulaku mengklaim kredit macet tetap berada di bawah 5%, sesuai dengan ketentuan OJK.

“Sedari awal kami sudah jaga dari sisi depan dan belakangnya, sehingga untuk tindakan fraud bisa di deteksi dari awal. Kalaupun benar sampai menunggak kami tetap proses penagihan sesuai apa yang diatur OJK dan asosiasi.”

Secara produk, Akulaku memiliki empat lini usaha. Pertama, Sell on Akulaku, sebuah marketplace di dalam aplikasi yang bisa digunakan untuk transaksi di merchant dan toko resmi. Ketika pengguna tertarik untuk membeli produk tersebut dapat difasilitasi dengan layanan kredit dari Akulaku.

Kedua, Akulaku Pay untuk sistem pembayaran terintegrasi di platform e-commerce yang sudah bermitra dengan Akulaku. Berikutnya, Akulaku Lending untuk layanan pinjaman tunai kepada pengguna (baik konsumen maupun merchant) yang disediakan Asetku, anak perusahaan Akulaku.

Yang terbaru adalah Akulaku Offline sebagai fasilitas pembayaran di merchant offline dengan pemindaian barcode.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Dikabarkan Tengah Proses Pendanaan Seri D Lebih dari 1,4 Triliun Rupiah dari Alibaba (UPDATED)

Akulaku, startup yang bergerak di bidang pembiayaan, dikabarkan sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk pendanaan seri D senilai US$100 juta (lebih dari Rp1,4 triliun). Disebutkan Ant Financial, lini bisnis Alibaba yang bergerak di jasa keuangan, akan bergabung dalam putaran ini sebagai investor strategis.

Menurut sumber dari Momentum Works, Ant Financial dikabarkan berinvestasi sebanyak US$40 juta (sekitar Rp560 miliar) dari putaran pendanaan kali ini.

Dikutip dari KrAsia, pendanaan ini akan berdampak pada semakin dalamnya penetrasi bisnis Alibaba (lewat Ant Financial) dan portofolio perusahaan lainnya yang tergabung dalam Alibaba, terutama dari sisi layanan e-commerce di Indonesia.

Bila kabar ini terkonfirmasi, dapat dikatakan total pendanaan yang telah diterima Akulaku tembus ke angka US$220 juta (lebih dari Rp3,08 triliun). Pada Oktober 2017, perusahaan menerima pendanaan seri C senilai $70 juta (lebih dari Rp1,06 triliun) yang dipimpin oleh Fanpujinke Group, diikuti Sequoia India, BlueSky Venture Capital, dan Qimimng Venture Capital.

Asia Tenggara menjadi kawasan yang paling dilirik oleh perusahaan raksasa Alibaba dalam membangun jejak internasionalnya. Untuk lini e-commerce, Alibaba berinvestasi ke Lazada dan Tokopedia. Sementara dari sisi fintech, Alibaba hadir di sejumlah pemain lokal, seperti Dana (Indonesia), GCash (Filipina), TrueMoney (Thailand), TnGD (Malaysia).

Akulaku berdiri sejak 2014 dengan lini bisnis utama kartu kredit virtual dan menawarkan penjualan produk komputer, komunikasi, dan produk konsumer. Selain Indonesia, Akulaku juga beroperasi di Filipina, Vietnam, dan Malaysia.

Dalam konferensi pers beberapa waktu lalu, pihak Akulaku menyebut tahun ini akan ekspansi ke Kalimantan dan Sumatera untuk perluas cakupan nasabah, sebelumnya hanya melayani area Jawa saja.

Akulaku memiliki tiga lini bisnis di bawahnya, yakni Asetku yang bergerak di bidang p2p lending, Akulaku Silvrr (marketplace), Akugrosir (B2B e-commerce), dan Akulaku Finance bergerak di bidang pembiayaan (multifinance).

Produk terakhir yang baru dirilis Akulaku adalah Kredit Offline, memungkinkan pengguna dapat membayar di merchant offline dengan mencicil. Diklaim Akulaku memiliki 15 juta pengguna yang sudah terdaftar dan 2 juta di antaranya adalah pengguna aktif.

*Update: Kami menambahkan artikel tambahan dari Momentum Works

Application Information Will Show Up Here

Akulaku to Expand to Kalimantan and Sumatra in 2019

Akulaku, a financial startup, is ready to expand to Kalimantan and Sumatra next year to increase business penetration in Indonesia. Currently, the service is available only in Java.

“Furthermore, we are to expand offline merchants from Jabodetabek to all around Java, therefore, people can easily use our service,” Sandy Chen, Akulaku Indonesia’s Head of Business Development said (11/6).

The massive expansion is still on due to Series C investment worth of Rp1 trillion which was announced last October.

In the same occasion, Akulaku also announced a new feature called Kredit Offline after first introduced on August 2018. This feature was developed by Akulaku Indonesia subsidiary (PT Akulaku Silvrr Indonesia) in multifinance, Akulaku Finance Indonesia.

Akulaku is claimed to reach more than 20,000 offline merchants in Jabodetabek. It is to be expanded throughout Java by the end of this year. The merchants are varied, besides grocery stores. There are also food stalls, coffee shops, cafes, and so on.

Chen revealed the company will expand merchants to the retails with a broader network to improve the use of Kredit Offline feature. Only, he refused to reveal further details on this matter because the discussion is still ongoing.

Currently, the company is still in the stage of introducing a new feature to the public, many of marketing gimmicks are offered, such as 50% discount for all transaction in shops and zero percent installment valid through the end of this year.

The latest feature, in his opinion, has the main objective to facilitate shopping on merchants without disturbing daily cashflow. There is no administration cost for registered merchants. In fact, they will be equipped with Moka Pos in cashier to help recording report and online payment.

One of the coffee shop merchants attending the event mentioned the transaction level after joining for two months was stable sales in a full month. Previously, transactions are increasing only at the beginning of the month.

It is claimed that Akulaku has 15 million registered users and 2 million of those are Akulaku credit users.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Segera Ekspansi ke Kalimantan dan Sumatera di Tahun 2019

Akulaku, startup yang bergerak di bidang pembiayaan, siap berekspansi ke Kalimantan dan Sumatera tahun depan untuk memperdalam penetrasi bisnisnya di Indonesia. Saat ini layanannya baru mencakup area Jawa.

“Selain itu kami juga mau perluas merchant offline dari Jabodetabek ke seluruh Jawa, dengan demikian semua orang bisa lebih mudah menggunakan layanan kami,” ucap Head of Business Development Akulaku Indonesia Sandy Chen, kemarin (6/11).

Ekspansi masif ini dilakukan pasca perolehan investasi Seri C senilai Rp1 triliun yang diumumkan akhir Oktober lalu.

Di kesempatan yang sama, Akulaku juga meresmikan kehadiran fitur terbaru Kredit Offline setelah diperkenalkan pertama kali pada Agusutus 2018. Fitur ini dikerjakan oleh anak usaha Akulaku Indonesia (PT Akulaku Silvrr Indonesia) yang bergerak di bidang multifinance, yakni Akulaku Finance Indonesia.

Diklaim Akulaku telah menjaring lebih dari 20 ribu merchant offline di Jabodetabek. Rencananya akan diperluas sampai ke seluruh Jawa sampai akhir tahun ini. Merchant yang bergabung bervariasi, tidak hanya toko kelontong. Ada juga warung makanan, kedai kopi, kafe, dan sebagainya.

Sandy mengungkapkan, perusahaan akan memperluas merchant sampai ke peritel dengan jaringan luas untuk meningkatkan pemanfaatan dari fitur Kredit Offline. Hanya saja dia enggan membeberkan detail terkait hal tersebut, lantaran pihaknya masih dalam tahap diskusi.

Saat ini perusahaan masih dalam tahap pengenalan fitur baru kepada masyarakat, sehingga banyak gimmick pemasaran yang ditawarkan, seperti diskon 50% untuk semua transaksi di warung dan cicilan nol persen yang berlangsung sampai akhir tahun ini.

Fitur terbaru ini, menurut Sandy, fokus utamanya adalah memudahkan belanja di merchant tanpa ganggu cashflow sehari-hari. Tidak ada pula biaya yang dibebankan kepada merchant yang sudah bergabung. Bahkan merchant juga akan dipersenjatai dengan mesin kasir dari Moka Pos untuk membantu pencatatan laporan dan permudah pembayaran secara online.

Salah satu merchant kedai kopi yang turut hadir dalam acara tersebut mengungkapkan, tingkat transaksi yang dia rasakan saat bergabung selama dua bulan adalah penjualan tetap stabil dalam sebulan penuh. Sebelumnya, transaksi hanya terasa tinggi saat awal bulan saja.

Diklaim Akulaku memiliki 15 juta pengguna yang sudah teregistrasi dan dua juta orang di antaranya adalah pengguna kredit Akulaku.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Dapatkan Pendanaan Seri C Senilai 1 Triliun Rupiah

Startup fintech bidang pembiayaan Akulaku mendapatkan pendanaan seri C senilai $70 juta (setara dengan 1,06 triliun Rupiah). Pendanaan ini dipimpin oleh Fanpujinke Group, dengan partisipasi Sequoia India, BlueSky Venture Capital, dan Qiming Venture Capital. Tambahan modal ini akan difokuskan untuk menjajaki model layanan fintech lain dan memperkuat kehadiran Akulaku di pangsa pasar.

Menurut pemaparan Founder & CEO Akulaku Li Wenbo, pasca pendanaan ini akan lebih banyak lagi skenario konsumen yang akan dieksplorasi, misalnya pembayaran di toserba dan layanan pinjaman untuk pedagang kecil. Di samping itu pasca kesuksesannya di Indonesia, Akulaku juga akan mulai fokus memperdalam kehadirannya di Vietnam dan Filipina.

Di Indonesia, Akulaku cukup agresif dalam menjalankan manuver bisnis. Belum lama ini pihaknya meluncurkan inovasi baru dalam peluncuran “Akulaku Pay Offline“. Skema ini memungkinkan pengguna bisa mencicil tagihan di warung atau gerai kovensional. Saat ini baru beroperasi di Jabodetabek dengan 21 ribu merchant terdaftar.

Dari statistik yang ada, Wenbo memaparkan, saat ini aplikasi Akulaku sudah diunduh lebih dari 20 juta kali. Pengguna aktifnya mencapai 13 juta orang dengan transaksi bulanan mencapai 1.5 triliun Rupiah. Kehadirannya untuk menangani konsumen secara online dan offline dinilai dapat meningkatkan capaian bisnis Akulaku.

Bisnis kredit virtual seperti Akulaku bukan satu-satunya di Indonesia. Ada juga Kredivo yang beroperasi, di bawah naungan FinAccel. Model bisnis seperti ini di Indonesia diawasi OJK.

Kemitraan juga menjadi salah satu strategi bisnis yang dilancarkan Akulaku. Di Indonesia, pihaknya sudah bekerja sama khusus dengan beberapa pemain, di antaranya platform marketplace Bukalapak dan pengembang tanda tangan digital PrivyID.

Application Information Will Show Up Here