Jejaring Sosial Game Raptr Akan Berhenti Beroperasi Akhir Bulan Ini

Diciptakan oleh kreator Xfire Dennis Fong dan meluncur di tahun 2007, Raptr disiapkan sebagai platform sosial media sekaligus chatting yang dikhususkan bagi kalangan gamer. Raptr didesain agar siap mendukung Yahoo IM, GTalk, Windows Live Messenger, Facebook, Xbox Live, PSN hingga Steam; dan juga menyediakan fitur pengelolaan permainan serta achievement.

Di tahun 2014, developer memutuskan untuk memusatkan perhatian mereka pada platform PC. Raptr mencoba menambal ‘kelemahan terbesar di PC’ akibat konfigurasi sistem yang berbeda-beda. Software ini memberikan solusi mudah dalam mengoptimalkan penanganan game. Di momen yang sama, developer juga melakukan kolaborasi dengan AMD untuk mengembangkan app Gaming Evolved sebagai jawaban dari kepopularitasan Nvidia GeForce Experience.

Satu tahun selepas perilisan layanan video clip sharing Plays.tv (di 2015), AMD menghentikan kerja sama dengan Raptr secara tiba-tiba. Aplikasi Gaming Evolved masih bisa diunduh, tapi absennya dukungan sang perusahaan semiconductor raksasa itu tampaknya memberikan dampak negatif besar bagi Raptr. Satu dekade setelah Fong dan rekan-rekannya mencetus Raptr, platform gaming itu terpaksa harus ditutup.

Di situs resmi, sang co-founder sekaligus CEO itu menyampaikan salam perpisahan bagi pengguna Raptr, dan mengungkapkan alasannya mengapa Raptr harus berhenti beroperasi. Menurut Fong, kondidi ekosistem gaming sekarang sangat berbeda dari sewaktu Raptr pertama kali dirilis. Kini, hampir seluruh perusahaan hardware sudah menyediakan tool untuk mengoptimalkan permainan. Hal tersebut menghapuskan kebutuhan user terhadap platform optimization independen.

Di sana, Dennis Fong tak lupa mengucapkan terima kasih pada gamer yang sudah setia menggunakan Raptr selama 10 tahun terakhir. Ia menyampaikan, “Kami sangat bangga terhadap layanan yang telah kami bangun, serta pada komunitas yang membantu mengembangkan Raptr. Terima kasih sekali lagi atas dukungan Anda.”

Proses penutupan akses Raptr akan dilaksanakan pada tanggal 30 September 2017 besok. Di tanggal itu, developer akan mulai menutup akun serta menonaktifkan fitur-fitur. Sebelum momen itu tiba, Anda masih diberi kesempatan untuk ‘menyelamatkan’ achievement serta history permainan, cukup dengan log-in ke akun Anda dan mengakses tautan ini. Lalu jika ada pertanyaan, tim support tetap siap memberikan jawaban.

Perlu diketahui bahwa terhitung pada bulan Januari 2017, Plays.tv telah diluncurkan sebagai layanan independen. Platform video tersebut akan tetap beroperasi secara normal walaupun Raptr ditutup.

Sumber: Raptr.

AMD Bersiap Pasarkan Prosesor Ryzen Threadripper dan Ryzen 3

Bulan Mei lalu, AMD mengumumkan sesuatu yang membuat Intel kebakaran jenggot, yakni sebuah prosesor kelas atas bernama Ryzen Threadripper yang dibekali 16-core dan 32-thread. Dua minggu berselang, bertepatan dengan perhelatan Computex 2017, Intel menggencarkan serangan balik lewat prosesor Core i9 yang dilengkapi 18-core dan 36-thread.

Perang jumlah core ini bakal segera dimulai secara resmi selagi AMD bersiap untuk melepas Threadripper ke pasaran. Nantinya Threadripper akan tersedia dalam dua model: 1920X dengan 12-core / 24-thread, base clock 3,5 GHz dan boost clock 4.0 GHz seharga $799, lalu 1950X dengan 16-core / 32-thread, base clock 3,4 GHz dan boost clock 4.0 GHz seharga $999.

Sekali lagi AMD membuktikan bahwa mereka bisa memberikan penawaran yang lebih menarik untuk urusan harga. Rival Threadripper 1920X adalah Core i9-7920X yang sama-sama mengusung 12-core / 24-thread, tapi dibanderol $400 lebih mahal. 1950X dan rivalnya, Core i9-7960X, malah punya selisih lebih jauh lagi, dimana Intel mematok harga $700 lebih mahal meskipun kedua prosesor sama-sama mengemas 16-core / 32-thread.

Kedua prosesor Threadripper ini dijadwalkan masuk ke pasaran mulai awal Agustus mendatang bersamaan dengan sejumlah motherboard baru dari berbagai pabrikan. Dalam kesempatan yang sama, AMD rupanya juga mengungkap detail mengenai lini Ryzen 3 yang diproyeksikan untuk bersaing melawan Core i3 di kelas bawah.

Ryzen 3 terdiri dari dua model, yakni Ryzen 3 1200 dan Ryzen 3 1300X. Keduanya sama-sama mengusung 4-core / 4-thread, yang membedakan hanyalah kecepatan masing-masing: Ryzen 3 1200 memiliki base clock 3,1 GHz dan boost clock 3,4 GHz, sedangkan Ryzen 1300X mempunyai base clock 3,5 GHz dan boost clock 3,7 GHz.

AMD menetapkan 27 Juli sebagai jadwal pemasaran Ryzen 3, tapi sejauh ini masih bungkam soal harganya. Pun demikian, bocoran informasi yang beredar di Reddit menyebutkan bahwa Ryzen 3 1200 bakal dijual seharga $109, sedangkan 1300X seharga $129.

Sumber: The Verge dan AMD.

Alienware Area-51 Jadi PC Pertama yang Mengemas Prosesor AMD Ryzen Threadripper

Alienware baru saja meng-update PC desktop terganasnya dengan prosesor terganas besutan AMD. Yup, ke depannya PC radikal bernama Area–51 itu bakal datang mengusung prosesor AMD Ryzen Threadripper yang terdiri dari 16-core dan 32-thread.

Desain Alienware Area–51 Threadripper Edition ini tidak berubah, masih menggunakan sasis berwujud segitiga yang tampak garang dilihat dari sisi manapun, apalagi ditambah pencahayaan LED. Volume sasis yang begitu lapang memungkinkan Dell untuk menanamkan komponen kelas berat di dalamnya.

Kalau budget bukan masalah, konsumen dapat memilih konfigurasi dengan sepasang GPU Nvidia GeForce GTX 1080 Ti atau tiga buah AMD Radeon RX 580. Kartu grafis monster dalam jumlah lebih dari satu ini jelas membutuhkan suplai daya ekstra, maka dari itu opsi power supply unit (PSU) yang tersedia adalah 850W 80+ Bronze sampai 1500W 80+ Platinum.

Alienware Area-51 Threadripper Edition

Spesifikasi pendukungnya mencakup RAM DDR4 hingga 64 GB dengan kecepatan 2933 MHz, HDD 2 TB dan SSD tipe PCIe 1 TB. Soal konektivitas, ada sepasang Killer Networks E2500 Gigabit Ethernet dan total 10 port USB di belakang, semuanya berkontribusi terhadap bobot perangkat yang mencapai angka 28 kg.

Hal lain yang cukup menarik untuk dicatat adalah, Area–51 bakal menjadi PC pertama buatan OEM yang mengusung Threadripper. Dell rupanya berhasil mengamankan lisensi eksklusif dari AMD, sehingga pabrikan lain harus sabar menunggu sampai setidaknya tahun depan untuk bisa menambatkan Threadripper ke PC buatannya. Untungnya, eksklusivitas ini tidak berpengaruh buat yang tertarik merakit PC sendiri.

Sejauh ini Dell sama sekali belum mencantumkan banderol harga untuk Area–51 Threadripper Edition, namun mereka bakal membuka pre-order mulai 27 Juli mendatang. Bersamaan dengan itu, mereka juga akan menawarkan Area–51 dengan pilihan prosesor Intel Core X (6-core sampai 12-core) mulai tanggal 22 Agustus.

Sumber: AnandTech.

Kartu Grafis AMD Radeon Pro Duo Baru Punya Kekuatan 2 Kali Titan X

Orang percaya bahwa video game merupakan ujung tombak perkembangan teknologi grafis. Tapi melihat lebih dekat, GPU kelas workstation-lah ialah tempat dibuatnya terobosan performa. Di tahun 2016, AMD merilis Radeon Pro Duo, kartu grafis single-board terkuat di dunia di eranya. Pro Duo disiapkan di tengah melesatnya kepopularitasan VR, khusus buat para developer konten.

Belum lama ini, AMD mengumumkan versi baru dari kartu grafis profesional Radeon Pro Duo, kini telah mengadopsi arsitektur Polaris. Pro Duo anyar tersebut memiliki sepasang GPU yang diproduksi lewat proses 14 nm FinFET dan menyimpan memori GDDR5 sebesar 32GB. Produsen semiconductor asal Sunnyvale tersebut mengklaim Pro Duo mempunyai kinerja dua kali Nvidia GTX Titan X.

Radeon Pro Duo ditargetkan pada kalangan profesional, memungkinkan desainer menggunakan dua paket software secara bersamaan, ditopang masing-masing GPU. Satu GPU bertugas menangani proses penciptaan konten secara live, lalu satu unit lagi berfungsi untuk me-render/ray tracing. Dengan begini, pengguna dapat lebih menghemat waktu dan bisa menciptakan lebih banyak desain.

AMD Pro Duo Polaris 1

“Dalam pengembangan konten VR 360 derajat di resolusi 4K, faktor penghadang terbesar adalah ketersediaan teknologi,” kata Jonathan Winbush selaku creative director Winbush.tv. “Sebagai seorang seniman, saya hanya ingin berkarya dan tidak mencemaskan keterbatasan hardware. Berkat Radeon Pro Duo terbaru, saya segera merasakan perbedaan kecepatan sampai dua kali lipat, sehingga saya bisa melangkah ke proyek-proyek baru tanpa mengorbankan kreativitas ataupun produktivitas.”

Berbicara lebih teknis, Radeon Pro Duo versi Polaris tersebut dibekali 72-compute unit, menawarkan performa 11,45-teraflop (buat perbandingan, Project Scorpio hanya 6-TFLOP). Di atas kertas, kabarnya kartu grafis ini sanggup menangani empat buah monitor 4K, bekerja di 60Hz atau satu layar 8K di 30Hz (atau 60Hz via dua kabel). Tiap-tiap core dipasang di kecepatan 1.243MHz, dengan memori 16GB dikali dua dan interface memori 256-bit di masing-masing unit GPU.

Meskipun ‘angka mentah’ tersebut tidak membuatnya menjadi kartu grafis terkuat saat ini, Pro Duo dijanjikan mampu menghidangkan kinerja dua kali lipat Pro WX 7100 dan juga produk kelas profesional garapan kompetitor. Angka-angka di sana memang mengalahkan GeForce Titan X, namun untuk sekarang, Titan X bukan lagi GPU terkuat Nvidia. Ia telah disusul oleh GTX 1080 Ti dan Titan XP.

Radeon Pro Duo rencananya akan mulai tersedia di akhir bulan Mei 2017 nanti, ditawarkan di harga yang kompetitif buat produk sekelasnya: hanya US$ 1.000.

Via Digital Trends. Sumber: AMD.

AMD Akuisisi Nitero Guna Berfokus pada Segmen Wireless VR

2017 sepertinya bakal jadi tahunnya wireless VR. Yang saya maksud di sini bukanlah Gear VR dan teman-teman sejawatnya, melainkan headset seperkasa Oculus Rift atau HTC Vive, namun yang tidak perlu tersambung ke PC menggunakan kabel, memungkinkan pengguna untuk lebih leluasa bergerak dalam sesi VR gaming.

Indikasi yang pertama adalah tether-less upgrade kit besutan TPCAST, kemudian ada pula Quark VR yang belum lama ini juga mendemonstrasikan prototipe perangkat serupa. Yang ketiga datang dari nama yang jauh lebih besar, yakni AMD.

Produsen prosesor dan kartu grafis tersebut baru saja mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Nitero, sebuah perusahaan yang memang tengah mematangkan teknologi wireless virtual reality. Menurut AMD, akuisisi ini bertujuan untuk menyajikan solusi terhadap permasalahan yang kerap dijumpai pada VR headset beserta sederet kabelnya.

Teknologi yang dikembangkan Nitero mencakup sebuah transmitter 60 GHz yang sanggup meneruskan konten dari PC ke VR headset secara nirkabel dengan latency yang minimal, alias hampir tidak ada lag. Sejauh ini baik TPCAST, Quark VR maupun Nitero masih belum benar-benar bisa membuktikan seminim apa latency yang bisa dicapai teknologinya masing-masing.

Sampai titik ini belum ada kejelasan terkait produk seperti apa yang akan AMD luncurkan nanti. Apakah berupa aksesori untuk Rift dan Vive – seperti yang dilakukan TPCAST dan QuarkVR – atau malah sebuah headset baru hasil rancangannya sendiri?

Saya pribadi menduga AMD akan lebih memilih opsi yang pertama, spesifiknya untuk HTC Vive. Bukan karena Vive lebih superior atau apa, tapi karena Valve sendiri merupakan salah satu investor utama di Nitero, dan akuisisi ini dapat berujung pada kerja sama antara AMD dan Valve, yang notabene bertanggung jawab atas sistem tracking pada Vive.

Sumber: UploadVR dan AMD.

Dihargai Setara Intel Core i5, AMD Ryzen 5 Janjikan Performa Jauh Lebih Kencang

Selama bertahun-tahun, Intel menguasai pasar prosesor komputer. Baik Intel Core i3, Core i5 maupun Core i7 selalu menjadi andalan para gamer yang memprioritaskan performa. AMD di sisi lain cuma dilirik lini kartu grafisnya, akan tetapi jerih payah tim R&D-nya tampaknya bisa terbayarkan mulai tahun 2017 ini.

Desember lalu, AMD secara resmi memperkenalkan prosesor generasi terbarunya, Ryzen, yang mengusung arsitektur baru dengan lonjakan performa yang jauh lebih fenomenal dibandingkan sebelum-sebelumnya. Barulah pada awal Maret kemarin, AMD mengungkap lini teratasnya, Ryzen 7.

Ryzen 7 terbukti sanggup menandingi Intel Core i7-6900K, yang notabene merupakan prosesor 8-core plus hyperthreading dengan banderol harga di atas $1.000. Ryzen 7 1800x, varian yang berhasil menyainginya itu, cuma dihargai $499 saja. Inilah yang sejatinya membuat hype Ryzen begitu tinggi.

Pastinya tidak semua orang sanggup atau rela mengucurkan dana sebesar itu hanya untuk sebuah prosesor. Untuk itu, AMD baru saja memperkenalkan Ryzen 5 yang berharga lebih terjangkau dan sesuai dengan kantong kalangan mainstream. Sesuai dugaan, AMD memproyeksikan lini ini sebagai rival Intel Core i5.

Total ada empat model dari lini AMD Ryzen 5: 1400, 1500X, 1600 dan 1600X. Sama seperti Ryzen 7, semua model Ryzen 5 ini bersifat unlocked, yang artinya pengguna bisa melakukan overclocking dengan mudah guna semakin menggenjot performanya.

AMD Ryzen 5 1600X / AMD
AMD Ryzen 5 1600X / AMD

Ryzen 5 1400 adalah model yang paling murah, dibanderol cuma $169. Ia mengusung 4-core/8-thread, dengan base clock 3,2 GHz dan boost clock 3,4 GHz, serta cooler Wraith Stealth. Di atasnya ada Ryzen 5 1500x ($189) yang mengemas jumlah core dan thread yang sama, namun dengan base clock 3,5 GHz dan boost clock 3,7 GHz, serta cooler Wraith Spire.

4-core terlalu cupu buat Anda? Masih ada Ryzen 5 1600 ($219) yang mengusung 6-core/12-thread, dengan base clock 3,2 GHz dan boost clock 3,6 GHz. Posisi paling atas diduduki oleh Ryzen 5 1600X, dengan jumlah core dan thread yang sama, tapi base clock-nya naik menjadi 3,6 GHz dan boost clock-nya menjadi 4.0 GHz. Model ini dijajakan seharga $249.

$249 ini menempatkan Ryzen 5 1600X persis di kelas Intel Core i5-7600K (4-core/4-thread) yang dibanderol $242. Tidak cuma mengusung jumlah core dan thread yang lebih banyak, Ryzen 5 1600X juga sanggup menyuguhkan performa 69 persen lebih cepat, berdasarkan hasil pengujian AMD sendiri menggunakan Cinebench R15 nT.

Kesimpulannya, kalau Ryzen 7 menawarkan kinerja setara Core i7 dalam separuh harganya, maka Ryzen 5 menjanjikan kinerja jauh di atas Core i5 dalam harga yang sama. AMD rencananya akan melepas keempat model Ryzen 5 ini ke pasaran mulai tanggal 11 April mendatang.

Sumber: AMD, AnandTech dan Engadget.

Asus ROG XG Station 2 Sulap Laptop Biasa Jadi Device VR Ready

Fleksibilitas dalam menentukan komponen adalah satu alasan mengapa PC dipilih jutaan orang sebagai perangkat gaming, pendukung kegiatan olah data berat hingga buat menjalankan VR. Tapi meskipun mengusung hardware hampir serupa, penerapan upgrade hardware di notebook jauh lebih kompleks. Itu sebabnya banyak produsen memutuskan untuk menyediakan solusi eksternal.

Setelah Asus memperkenalkan docking multimedia penambah performa grafis pertama di tahun 2007, arahan ini akhirnya diimplementasikan di Republic of Gamers. Minggu ini, Asus mengumumkan XG Station generasi 2, sebuah docking yang mampu mendongkrak kinerja laptop ataupun PC all-in-one biasa sehingga sanggup menangani game-game bergrafis berat, bahkan bisa menyulapnya jadi perangkat VR Ready.

Asus ROG XG Station 2 2

Mirip Razer Core, ROG XG Station 2 merupakan rumah bagi kartu grafis discrete. Agar sesuai dengan tema perangkat ROG lainnya, docking ini mengangkat tema desain ‘kuil Maya’ khas berwarna hitam. Device mirip G20, namun wujudnya lebih pendek dan lebar, berdimensi 45,6×15,8×27,8cm. Buat melengkapi aspek penampilannya, XG Station 2 juga dibekali sistem pencahayaan RGB Aura Sync. dan ‘tabung plasma’ di sana bisa Anda konfigurasi.

Asus ROG XG Station 2 3

Selain menginjeksi tenaga ekstra, XG Station 2 juga menyempurnakan aspek konektivitas fisik PC Anda. Di sisi belakang, Anda bisa menemukan empat buah port USB 3.0, Gigabit Ethernet, konektor USB type-B, HDMI, DVI, serta koneksi Thunderbolt 3 via USB type-C. Lalu agar menunjang kartu-kartu grafis high-end, docking turut dilengkapi unit pemasok tenaga 600-Watt bersertifikasi 80 Plus Gold.

Asus ROG XG Station 2 4

ROG XG Station 2 mendukung GPU racikan Nvidia maupun AMD – seri GeForce GTX 1000, GTX 900, Radeon R9 atau Radeon RX; beserta pendingin dengan lebar maksimal 2,5-slot. Pemakaiannya juga sangat mudah, Anda hanya tinggal mencolokkan satu kabel dari docking ke PC. Lalu berkat tersedianya port USB type-B, Anda bahkan bisa mendorong tingkatan performanya lagi, hingga 10 persen dari kinerja maksimal GPU.

Uniknya lagi, Asus juga membuat proses pengoperasiannya lebih praktis dengan memungkinkan Anda mencolok dan melepas connector tanpa perlu mematikan atau me-restart sistem. Sang produsen Taiwan itu bilang, secara teori XG Station 2 dapat kompatibel ke semua PC, tapi besar peluang jadi bottleneck jika user menyambungkannya ke komputer ber-hardware lawas.

Oleh sebab itu, buat sekarang Asus hanya merekomendasikan beberapa tipe saja, di antaranya: ROG G701VI, ROG GL502VM, ROG GL702VM, Transformer T303UA dan Transformer305CA.

Asus belum menginformasikan harga dari ROG XG Station 2, kabarnya docking tersebut akan mulai tersedia secara global di awal 2017.

Sumber: Asus.

Zotac Luncurkan Mini PC Gaming ‘VR Ready’ Bertenaga Radeon RX 480 Pertama

Zotac bukanlah pemain baru di dunia gaming. Sejak didirikan satu dekade silam, reputasi produsen asal Macau itu tumbuh subur. Sudah lama gamer memercayai Zotac untuk mentenagai PC mereka dari sisi grafis, lalu Zotac juga jadi salah satu nama yang tak ragu berpartisipasi dalam prakarsa Steam Machine milik Valve lewat PC ala console bernama NEN.

Penyediaan mini PC kini merupakan salah satu spesialisasi Zotac, dan kali ini, mereka mencoba mengintegrasikan performa kartu grafis AMD Radeon seri 400 ke perangkat gaming berukuran mungil. Upaya tersebut melahirkan Magnus ERX480, anggota terbaru keluarga Zbox Magnus sekaligus mini PC berarsitektur Polaris pertama. Selain mendukung penuh fungsi gaming, susunan hardware di dalam memastikan device sanggup tangani headset virtual reality.

Zotac Magnus ERX480 1

Penampilan Magnus ERX480 boleh dibilang identik dengan Magnus EN bertenaga chip Nvidia. Tubuh hitamnya berbentuk balok berdimensi 21×20,32×6,22-sentimeter, ada lingkaran bulat khas di atasnya dan lingkaran kuning menandai tombol power. Di sisi depan, Anda segera bisa menemukan slot card reader SD, sebuah port USB 3.1, USB type-C, dan sepasang port mic serta headphone.

Di belakang, konektivitasnya bahkan lebih lengkap lagi: tersedia dua USB 2.0, dua USB 3.0, dua HDMI 2.0, dua DisplayPort 1.3, serta port LAN Gigabit ganda. Berkat setup seperti ini, kapabilitas Magnus ERX480 tak terpentok di VR dan gaming saja, tapi juga mencakup ranah multimedia high-end. Mini PC ini siap menopang empat buah panel 4K.

Zotac Magnus ERX480 2

Magnus ERX480 mengusung spesifikasi yang unik. Memang betul, dapur pacu grafis Zotac serahkan pada Radeon RX 480. Namun sang produsen malah memutuskan untuk memanfaatkan Intel Core i5-6400T sebagai prosesornya. Zotac menawarkan tiga model Magnus ERX480: satu tipe standar, satu model dengan upgrade memori (8GB sampai 32GB) dan penyimpanan, dan satu varian lagi sudah dibekali sistem operasi Windows 10.

Via press release, AMD Corporate VP Spencer Pan menyampaikan, “Radeon RX dengan arsitektur Polaris mengubah dinamika hardware gaming karena menawarkan keseimbangan antara harga dan perfoma. Kami sangat bersemangat bisa berkolaborasi bersama Zotac, produsen mini PC gaming terkemuka, dalam menghadirkan mini PC bertenaga AMD Radeon RX480 pertama di dunia.”

Zotac Magnus ERX480 3

Untuk sekarang, Zotac belum menjelaskan soal sistem pendingin yang mereka gunakan di Magnus ERX480, hanya bilang bahwa mini PC ini ‘bekerja dengan hening’. Mungkinkah produsen menggunakan pendingin fanless?

Lalu Zotac juga belum mengabarkan info mengenai harga serta kapan Magnus ERX480 tersedia.

Sumber: Zotac.

[Review] Acer E 15 E5-553G, Notebook ‘All-Rounder’ Terjangkau Buat Beragam Kebutuhan

Diperkenalkan di Indonesia bulan Juni kemarin, tiga model notebook Acer Aspire ‘E 15’ E5-553G menghidangkan sejumlah penawaran atraktif: sisi periferal dan konektivitasnya lengkap, harganya sangat bersaing, dan untuk berbagai kebutuhan, performanya pun diklaim jempolan berkat kehadiran accelerated processing unit generasi ke-7 AMD ber-codename Bristol Ridge.

Saat itu, saya tertarik pada gambar yang Acer dan AMD pajang di tembok serta desktop, yaitu robot Imperial AT-AT dari Star Wars Battlefront garapan DICE. AMD memang sering berkolaborasi dengan developer seri Battlefield itu, dan meskipun produk tidak dibundel bersama Battlefront, tentu saja hal ini memberi kesan bahwa gaming merupakan salah satu spesialisasi E5-553G.

Acer E 15 E5-553G

Beberapa minggu lalu, saya diberi kesempatan oleh AMD untuk menjajal sendiri kemampuan Acer E 15 E5-553G-T2GR. Nama modelnya memang panjang, dan untuk menyederhanakannya, saya persingkat jadi E5-553G saja. Unit review ini ialah tipe paling dasar dari keluarga E5-553G, ditenagai chip AMD A10 dan dan kartu grafis Radeon R5. Betulkah kapabilitasnya sesuai dengan janji produsen? Ayo simak ulasannya:

Design

Ditujukan sebagai produk terjangkau dengan fokus pada fleksibilitas, E5-553G mungkin tidak akan memenangkan kontes kecantikan. Ia bukanlah laptop ultra-thin, tubuhnya didominasi plastik, tak ada backlight LED, dan produsen tidak repot-repot untuk meminimalisir bobotnya. Meski demikian, E5-553G memiliki segala hal yang dibutuhkan konsumen mainstream: keyboard lengkap plus numpad, optical disc drive, bahkan ada port VGA.

Acer E 15 E5-553G 16

Tubuh notebook dihiasi tekstur brushed, mirip guratan kayu, baik pada sisi punggung serta bagian bawah. Lid tampaknya terbuat dari plastik, tetapi dibuat sedemikian rupa agar menyerupai metal. Material logam ‘sungguhan’ berada di area papan ketik. Acer membubuhkan logo di zona kiri punggung serta bawah monitor, terlihat kontras dengan warna obsidian black perangkat ini.

Acer E 15 E5-553G 29

Acer E 15 E5-553G 27

Karena Acer tidak berupaya memadatkan strukturnya, E5-553G memberikan kemudahan upgrade memori dan menggonta-ganti penyimpanan – cukup dengan melepas baut dan membuka panel plastik di bawah.

Acer E 15 E5-553G 28

Acer E 15 E5-553G 22

Notebook dibekali layar dengan ukuran ‘terpopuler’, yakni 15,6-inci, mempunyai dimensi 30,2×381,6x259mm dan berat sektar 2,4-kilogram. Anda dapat menemukan Kensington Lock, port USB type-C, port Gigabit Ethernet, HDMI serta sepasang USB 3.0 di sisi kiri; ada DVD writer, USB 2.0 serta port audio 3.5mm di sisi kanan; dan tersedia pula webcam di atas layar. Mencari tombol power? Ada di pojok kanan atas keyboard.

Acer E 15 E5-553G 25

Acer E 15 E5-553G 24

Build quality

Menggunakan bahan plastik tidak berarti membuat Acer E5-553G jadi ringkih. Pelat aluminium di area palm rest menjaganya dari tekanan vertikal dan sepasang engsel mencengkram layar dengan kokoh – bahkan mungkin terlalu keras sehingga Anda harus menahan tubuhnya ketika mengangkat display. LCD tidak terdistorsi saat frame saya tekan, dan baru mulai distorsi sewaktu terkena dorongan intens dari belakang.

Acer E 15 E5-553G 35

Display

E5-553G mempunyai layar IPS 15,6-inci yang cerah, walaupun seringkali permukaan glossy-nya menangkap bayangan dan kurang bersahabat jika dipakai di bawah sinar matahari langsung. Saya merasa tingkat saturasinya sedikit berlebihan, sehingga memengaruhi keakuratan warna. Sewaktu display berubah gelap, saya melihat distribusi kecerahannya sedikit tidak rata, terfokus di pinggir panel.

Acer E 15 E5-553G 26

Kendala terbesar bagi saya adalah penggunaan resolusi 1366×768-pixel. Karena saya terbiasa pada setting 1080p ke atas, window dan icon di E5-553G jadi tampak lebih besar (saya harus mengutak-atik setting display Windows agar lebih nyaman). Resolusi tersebut juga menyebabkan saya kesulitan mengambil screenshot (untuk artikel DailySocial), dan sudah pasti Anda tidak bisa menikmati video full-HD secara maksimal.

Acer E 15 E5-553G 17

Keyboard, touchpad & palm rest

Acer E 15 E5-553G 20

Tidak banyak hal yang bisa dikeluhkan dari keyboard chiclet-nya. Tuts-nya didesain datar dengan ujung membundar, diposisikan di zona lebih rendah agar tidak tertekan sewaktu layar ditutup. Tombol angka dan abjad mempunyai ukuran 1,5×1,5cm dan gap kira-kira 3,2mm – besarnya pas untuk jari saya. Sisi atas tuts dibuat bertesktur grainy halus, memberi kesan berdebu saat pertama kali menggunakannya. Kemudian kehadiran numpad membuat input data jadi lebih ringkas.

Acer E 15 E5-553G 31

Namun menilai dari preferensi pribadi, saya kurang suka terhadap tombol kursor (terutama atas dan bawah) yang dimampatkan di satu lubang.

Acer E 15 E5-553G 21

Touchpad berukuran 10,6×7,8-sentimeternya menyimpan dua tombol yang empuk, mengeluarkan bunyi ‘tuk’ lembut ketika ditekan. Kualitasnya saya rasa cukup baik untuk dipakai sehari-hari, meskipun belum betul-betul merespons gerakan jari secara presisi. Posisi touchpad sengaja disejajarkan dengan tombol spasi, kemungkinan besar dimaksudkan demi meminimalisir input mouse yang tidak disengaja.

Acer E 15 E5-553G 34

Dampaknya, touchpad jadi terlalu menjorok ke kiri palm rest, hanya menyisakan ruang 9 cm buat tangan kiri Anda, sedangkan masih ada 18 cm lebih untuk tangan kanan.

Hardware

Komposisi hardware Acer E5-553G dapat Anda lihat lewat screenshot software Speccy di bawah ini. Notebook berjalan di sistem operasi Microsoft Windows 10 Home 64-bit.

Acer E 15 E5-553G 1

Acer E 15 E5-553G 2

Acer E 15 E5-553G 3

Benchmark

Beberapa software benchmark yang saya gunakan meliputi PCMark 8, Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, Monster Hunter Online Benchmark dan Final Fantasy XIV Heavensward. Untuk notebook dengan harga di bawah Rp 7 juta, di beberapa tes, skornya ternyata lebih tinggi dari satu produk premium.

Uji coba saya awali dengan PCMark 8, dan E5-553G memperlihatkan sedikit kelemahan. Benchmark berlangsung cukup lama, menghasilkan nilai 2080 dan keterangan ‘lebih baik dari 24 persen perangkat lain’, namun performanya berada di bawah rata-rata notebook.

Acer E 15 E5-553G 4

Buat kedua software benchmark Unigine, saya sama sekali tidak mengubah setting. Level quality di-set di high dengan resolusi system (768p), lalu efek-efek seperti tessellation serta anti-aliasing juga dimatikan. Skor terbaiknya adalah sebagai berikut:

Acer E 15 E5-553G 15

Acer E 15 E5-553G 6

Di Monster Hunter Online bertenaga Cry Engine, saya memakai setup default dengan resolusi 1280×720, full screen dan MSAA 4x:

Acer E 15 E5-553G 7

Acer E 15 E5-553G 8

Terakhir adalah Final Fantasy XIV Heavensward. Di sini saya sedikit mengubah setting, yaitu memilih kategori ‘high (laptop)’ dan mengaktifkan mode full-screen. Hasilnya ‘fairly high‘.

Acer E 15 E5-553G 5

Pengalaman penggunaan

Menakar dari penyajian produk, E5-553G sejatinya dirancang sebagai notebook all-rounder tanpa spesialisasi khusus. Hiburan multimedia, olah data, serta kegiatan olah grafis via Photoshop merupakan kemahiran utama perangkat ini. Lalu bagaimana dengan gaming? Klaim AMD soal kesanggupan E5-553G menjalankan Dota 2 dan League of Legends dan CS:GO memang tidak perlu diragukan, tetapi mereka ialah permainan-permainan lawas, mampukah notebook ini tangani judul-judul baru?

Acer E 15 E5-553G 9

Acer E 15 E5-553G 10

Acer E 15 E5-553G 11

Untuk mengetahuinya, saya menginstal Overwatch tanpa berharap banyak. Hebatnya, E5-553G dapat mengoperasikannya tanpa problem, walaupun sudah pasti Anda harus berkompromi pada mutu visualnya. Setting default-nya adalah low di 720p, dan ternyata frame rate bisa tetap terjaga sewaktu saya naikkan ke level medium dan high, namun Anda mesti memasang batasan di 30fps.

Acer E 15 E5-553G 12

Acer E 15 E5-553G 14

Acer E 15 E5-553G 13

Tapi bahkan di level high sekali pun, tekstur objek serta karakter terlihat tidak tajam dan jaggy. Sebelum Anda membelinya, satu hal perlu ditekankan: Acer E5-553G memang dapat suguhkan game-game eSport populer tanpa kesulitan, tapi ia jelas-jelas bukanlah laptop gaming. Kemudian ketiadaan SSD – produk memanfaatkan HDD Toshiba 1TB – memberi efek pada lambatnya waktu load, baik saat memasuki Windows hingga membuka aplikasi.

Acer E 15 E5-553G 36

Di sisi positifnya, E5-553G tidak mempunyai masalah panas berlebihan yang umumnya menjangkiti notebook gaming, walaupun penggunaan di waktu lama akan tetap menyebabkan temperatur jadi naik.

Acer E 15 E5-553G 33

Speaker ‘TrueHarmony’ ditempatkan di kiri dan kanan depan-bawah notebook. Layaknya kebanyakan laptop, menyajikan bass membahana bukan keahlian E5-553G, tetapi saya mengapresiasi kejernihan serta kelantangan suaranya – dengan syarat output tidak tertutup.

Battery

Acer E5-553G bukanlah laptop dengan kinerja baterai yang mengesankan. Lewat uji coba langsung melalui streaming video YouTube, E5-553G cuma bisa bertahan selama 3 jam 4 menit, pengaturan di opsi power saver. Kabar baiknya, adaptor laptop ini sangat kecil, jadi tidak menambah beban terlalu besar ketika Anda harus membawanya.

Verdict

Mereka yang terbiasa pada device premium mungkin sulit melirik E5-553G, tetapi bagi saya ia sangat cocok diberikan pada anak-anak sekolah, para mahasiswa baru, serta karyawan-karyawan perusahaan startup. Sekali lagi, Acer E 15 E5-553G-T2GR adalah produk all-rounder, mempunyai banyak ketidaksempurnaan di sana-sini, namun ia sanggup memenuhi mayoritas kebutuhan produktif serta hiburan.

Terlepas dari harganya yang ekonomis – yaitu hanya Rp 6,8 juta, untuk pemakaian pribadi, saya lebih merekomendasikan varian dengan SSD serta jumlah RAM lebih besar. AMD A10 9600P dan Radeon R8 M445 bukanlah kombinasi yang buruk, namun terbatasnya RAM dan absennya SSD sudah pasti memengaruhi kinerja. Buat versi lebih canggihnya, Anda perlu mengeluarkan uang Rp 700 ribu atau Rp 2,2 juta lagi.

Pererat Kerja Sama Dengan AMD, Alienware Sajikan Radeon RX 480 di Gaming PC Mereka

Sudah cukup lama Nvidia mendominasi gaming PC branded kelas high-end. Beberapa produsen ternama malah menunjukkan kurangnya antusiasme mereka buat memanfaatkan GPU Radeon, padahal ia bukan hanya tidak kalah canggih, tapi juga ditawarkan di harga lebih bersahabat. Menariknya, ada satu brand premium terkenal mencoba mengubah manuver mereka.

Mungkin merasa gerah melihat para kompetitor Asia yang kian merajalela, Alienware kembali mempererat kolaborasi mereka bersama AMD, dengan bangga menyematkan kartu grafis berasitektur Polaris terbaru di produk andalan seperti Aurora R5 dan Area 51. Langkah ini patut memperoleh perhatian, karena kehadiran Radeon RX 480 di sana membuat harganya lebih ekonomis.

Alienware Aurora R5

Demi menunjukkan kebolehan device-device tersebut, Alienware Aurora R5 dipamerkan di booth AMD saat Gamescom 2016 berlangsung, semuanya ditenagai RX 480 dan juga dipakai di event Miss Rage Twitch. Konsumen yang mempunyai modal lebih sedikit pun masih diberikan kesempatan buat meminang Alienware. Anak perusahaan Dell spesialis gaming ini memberikan opsi non-Polaris berupa R9 M470X di form factor ala Steam Machines, Alpha R2.

Alienware Alpha R2

Area 51 tak lupa memperoleh dukungan Radeon, bagian dari program ‘penyediaan 1.000 konfigurasi hardware‘. Di sini, konsumen dipersilakan untuk gila-gilaan dengan menyematkan tiga buah kartu grafis Radeon RX 480 via Crossfire. Setup ini berikan tingkat performa yang mampu mengungguli penawaran dari Nvidia. Tersedianya RX 480 menunjukkan kesanggupan Aurora R5 (dan Area 51) dalam menangani headset virtual reality.

Alienware Area 51 1

Perlu Anda ketahui, tiga buah Radeon RX 480 tidak serta-merta membuat kapabilitas grafis Alienware Area 51 jadi tiga kali lebih tinggi. Teknologi Crossfire tidak menyajikan lompatan kinerja secara linear, karena faktor ini turut dipengaruhi driver dan kompatibilitas permainan. Tentu saja, tiga GPU VR Ready AMD itu tetap menghidangkan kualitas grafis lebih mumpuni.

Berbicara soal harga, mari kita mulai dari Alpha R2 dengan R9 M470X. Model ini dijajakan mulai dari harga US$ 550, dilengkapi prosesor Intel Core i3 6100T, RAM DDR4-2133 8GB, penyimpanan HDD 500GB, dan berjalan di Windows 10.

Di keluarga Aurora R5, varian ber-GPU Radeon RX 480 dengan Intel Core i5-6400, RAM DDR4-2133 8GB dan HDD 1TB merupakan pilihan yang lebih murah dari model bertenaga GeForce GTX 970. Device dibanderol seharga mulai dari US$ 1.000.

Oh, Anda menginginkan Alienware Area 51 bersenjata tiga Radeon RX 480? Siapkan saja uang sekitar US$ 3.800.

Untuk sekarang, opsi AMD Radeon di gaming PC Alienware baru tersedia di wilayah Eropa.

Via Digital Trends.