GandengTangan Terima Pendanaan dari Angel Investor

Layanan crowdlending GandengTangan hari dikabarkan menerima pendanaan dari Mariko Asmara yang didukung oleh ANGIN (Angel Investment Network Indonesia) dengan jumlah yang tidak disebutkan. Mariko Asmara Yoshihara sendiri sejauh ini dikenal sebagai salah satu angel investor yang aktif menyuntikkan dana investasi untuk perusahaan rintisan di Indonesia.

Dari manuvernya, GandengTangan mengklaim telah mengumpulkan kurang lebih 700 pemberi pinjaman dan membantu pendanaan 20an bisnis dengan menciptakan dampak sosial bagi lebih dari 3500 orang. Inisiatif tersebut disebutkan untuk membawa visi pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dengan membantu akses keuangan bisnis UMKM.

“Kami sangat senang dengan terjalinnya kolaborasi ini. Dengan Ibu Mariko sebagai bagian dari keluarga GandengTangan kami berharap untuk bisa meningkatkan kualitas layanan GandengTangan serta dampak yang ingin dicapai perusahaan di masa depan,” ungkap Chief Community Officer GandengTangan Darul.

Sejak didirikan tahun 2015 silam GandengTangan mulai fokus mengatasi masalah UMKM, terutama untuk masalah modal. GandengTangan mendorong investor untuk memberikan pinjaman ringan, atau dengan kata lain pinjaman tanpa bunga.

GandengTangan sejauh ini juga telah menjalin kerja sama dengan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) untuk bisa menjangkau lebih banyak pengguna. GandengTangan juga tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan lembaga keuangan lainnya untuk bersama-sama mengembangkan UMKM di Indonesia.

“Sebagai angel investor dan pengusaha di Indonesia saya melihat hambatan besar bagi startup atau pemain baru untuk meminjam uang untuk ekspansi ke Indonesia dari lembaga keuangan formal. Namun saya melihat begitu banyak dampak dan kontribusi yang bisa mereka lakukan untuk bangsa dan masyarakat. Saya percaya bahwa GandengTangan dapat meningkatkan kinerja UKM di masa depan. Seiring dengan program pemerintah, kita harus mampu meningkatkan persentase pengusaha di Indonesia dari 1% menjadi 5%,” terang Mariko.

Perkembangan lain yang dialami GandengTangan adalah dengan diperkenalkannya program GT-Trust. Sebuah program yang akan menjadi cara GandengTangan untuk mencari dan mendidik UMKM untuk mendapatkan pinjaman yang lebih baik dan mengoptimalkan modal mereka.

“Dengan memperkenalkan peran GT-Trust kami percaya bahwa platform ini tidak hanya menyediakan mereka dengan agen lokal terpercaya yang akan membantu bisnis kecil dan menengah dengan strategi pertumbuhan dan peningkatan mata pencaharian pribadi,” terang CEO GandengTangan Jezzie Setiawan.

Marketplace Pengembang Aplikasi Worktrees Dapatkan Pendanaan Awal

Software developer marketplace  Worktrees hari ini mengumumkan perolehan seed funding dari angel investor Grace Tahir yang didukung ANGIN (Angel Investment Network Indonesia). Nilai pendanaan yang diberikan tidak disebutkan. Pendanaan ini akan digunakan untuk pengembangan tim, khususnya tim developer dan pemasar, sehingga dapat menyempurnakan portofolio produk yang dimiliki dan mendorong Worktrees semakin dikenal di masyarakat luas.

Dalam pendanaan ini tidak ada kesepakatan khusus untuk memasukkan Grace Tahir ke board perusahaan. Kendati demikian, pihak Worktrees mengatakan kepada DailySocial pihaknya tetap berinisiatif memberikan wewenang kepada Grace dalam mendampingi, memantau, dan memberikan saran kepada bisnisnya.

“Kami bersedia menerima pendanaan yang diberikan oleh Ibu Grace, karena dengan melalui background yang dimiliki Ibu Grace dalam bidang IT serta pengalaman yang ia miliki di dalam bidang startup, tentunya merupakan suatu hal yang baik dan berharga bagi startup kami. Sehingga Worktrees dapat berkembang dan dapat memberikan layanan terbaik kepada para pengguna kami.”

Worktrees sendiri didirikan oleh Michael Tjoeng, Denindra Resky, dan Kenny Djoni tahun lalu. Startup ini fokus pada pengembangan marketplace untuk produk dan layanan berbasis web, mobile app, desain hingga pengembangan game. Sebelumnya startup tersebut juga berpartisipasi dalam program akselerasi Startup Weekend dan MaGIC.

Sementara Grace Tahir selain aktif berinvestasi sebagai angel investor juga menjadi bagian dari startup di bidang kesehatan, yakni Medico dan Dokter.id. Melalui kanalnya, baik Mayapada Group ataupun ANGIN, Grace juga kerap memberikan investasi kepada startup, termasuk Talenta.

Menjalin Hubungan dengan Investor Tidak Bisa Dilakukan Secara Instan

Pendekatan kepada investor, baik itu Venture Capital atau Angel Investor, biasanya dilakukan mendadak dan sporadis oleh startup menjelang kebutuhan untuk mendapatkan pendanaan. Kegiatan pitching diikuti dari berbagai kesempatan. Jika startup tidak memiliki hubungan yang kuat dengan investor tersebut atau memiliki rencana investasi yang kuat, maka itu bukan menjadi pendekatan yang baik.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan startup ketika membangun hubungan dengan investor. Karena selain kesiapan materi, strategi yang bersifat soft-skill juga dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Yang sering terjadi pada pendekatan startup terhadap investor

Venture Capital ternama akan selalu dibanjiri dengan pitching-deck dari banyak startup. Diibaratkan jika seminggu ada 3-5 startup baru, maka selama satu tahun mereka akan bertatap muka dengan lebih dari 150 startup. Artinya akan sedikit kemungkinan mereka mengingat secara detail tentang nuansa ketika pertama kali bertemu, mereka mengingatnya sebagai sebuah pitching.

Pada kasus kebanyakan startup, pertemuan untuk membangun hubungan dalam dua atau tiga bulan sebelum penggalangan dana justru berubah menjadi pematangan produk atau pitch-deck.

Lima menit pertama adalah waktu krusial untuk memberikan kesan dalam presentasi, namun seringkali justru banyak masukan yang diberikan, bahkan startup jadi menemukan improvisasi mayor yang harus menjadi agenda pembenahan. Akibatnya justru akan menjadi bumerang karena kurang matangnya persiapan tersebut.

Tentu startup mengharapkan jika mereka senang dengan apa yang dipresentasikan, di lain waktu investor tersebut akan memberikan kesempatan lebih intend dalam memperdalam pemahaman tentang bisnis startup tersebut. Jika pun ada masukan yang harus menjadi pembenahan, diharapkan dalam selang waktu menuju kesempatan berikutnya para investor masih bergairah menerima dan mendengarkan improvisasi dari perbaikan yang disarankan.

Waktu ideal pendekatan adalah 6-12 bulan sebelum penggalangan dana

Menjalin hubungan sejak jauh-jauh hari bukan berarti startup harus menemui semua investor. Pilihlah calon investor yang sekiranya cocok dan bisa menerima proses bisnis yang dimiliki. Biasanya investor memiliki sebuah sistem manajemen relasi (bisa melalui investment partner) yang dapat memberikan intro kepada startup terkait ketertarikan mereka. Idealnya maksimal 5 investor yang dijalin hubungannya dalam kerangka waktu tersebut.

Elad Gil mengatakan dalam pengelamannya ketika startup sudah memiliki hubungan terlalu dekat dengan investor, misalnya sudah sampai pada pertemanan yang akrab, justru tidak akan memberikan investasi dalam jumlah besar. Karena pada dasarnya apa yang ingin dibangun investor adalah bisnis, bukan sebuah hal yang berkaitan dengan pribadi. Jadi kesimpulannya menjalin hubungan juga secukupnya, untuk meyakinkan kesamaan visi dan memberikan pemahaman produk secara mendetail.

Penyedia Platform Pintar untuk E-Commerce Betaout Dapatkan Investasi untuk Ekspansi ke Indonesia

Penyedia platform customer intelligence dan marketing automation yang dikhususkan untuk bisnis e-commerce, Betaout, hari ini mengumumkan perolehan pendanaan dari East Ventures dan angel investor dengan jumlah yang tidak disebutkan. Sesuai dengan cakupan investor, yakni di wilayah Asia Tenggara, pendanaan ini akan membawa startup asal India tersebut melakukan ekspansi ke Indonesia dan beberapa wilayah Asia Tenggara lainnya.

Tidak hanya memperluas jaringan operasional, Betaout mengharapkan bisa mendapatkan insight untuk memperluas pengembangan produk yang mereka miliki menyesuaikan karakteristik pasar e-commerce. Beberapa produk yang akan ditawarkan pada debut awalnya seperti machine learning, live chat plug-ins dan beberapa unsur lain yang dibutuhkan oleh sebuah sistem e-commerce.

Sistem all-in-one yang dikembangkan oleh Betaout dinilai mampu membantu perusahaan membangun basis data intelijen pengguna. Fokus utamanya pada pemasaran B2C, kendati beberapa bisnis B2B juga telah masuk ke dalam daftar konsumen Betaout.

Dalam rilisnya, CEO dan Co-Founder Betaout Ankit Maheshwari menegaskan bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat penting. Dukungan East Ventures dengan pemahamannya di pasar tersebut akan menjadi pendorong startup yang ia gawangi untuk memasarkan Betaout guna membantu pemasar e-commerce di Indonesia mempertahankan pelanggan mereka dan mendorong ROI (Return of Investment) dengan lebih baik.

Secara total, Betaout telah memperoleh investasi (yang diumumkan) senilai $2,12 juta dalam 4 putaran pendanaan.

Sebelum rencana ekspansi ini, beberapa perusahaan di Asia Tenggara, seperti Tokopedia, Ralali, dan Tripvisto, telah memanfaatkan beberapa produk yang ditawarkan oleh Betaout, terutama yang berkaitan dengan analisis dan otomatisasi kampanye pemasaran.

Bagi Willson Cuaca, selaku Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, pihaknya begitu bersemangat mendukung ekspansi Betaout. Dengan pertumbuhan pasar e-commerce di Asia Tenggara yang sangat besar (diperkirakan akan mencapai $130 miliar pada tahun 2020), fokus Betaout pasar ini begitu menggairahkan, didukung dengan upaya dan inovasi yang telah dicapai oleh timnya.

CEO Ralali Joseph Aditya, yang merupakan klien Betaout, menyebutkan personalisasi pintar dalam sistem komunikasi e-commerce sangat diperlukan, termasuk untuk menjangkau setiap segmen pelanggan yang berbeda. Ralali sendiri merupakan salah satu platform online B2B yang memasok barang untuk kebutuhan bisnis.

Pendanaan, Pendekatan dan Perspektif Angel Investor Terhadap Startup di Indonesia

Angel investor saat ini menjadi salah satu tipe penanam modal yang banyak membantu startup digital di Indonesia untuk berkembang, terutama di fase awal. Dari sisi kuantitas, minat pemodal dengan gaya yang terkesan lebih “personal” ini pun terpantau terus bertambah. Tak mengherankan, karena sektor digital kini tampak sexy untuk menjadi perhatian pebisnis. Mengulas tentang sejauh mana pandangan seorang angel investor terhadap startup di Indonesia, DailySocial mencoba mendiskusikannya bersama Michael Tampi.

Selain berinvestasi secara personal, Michael saat ini juga tergabung dalam Kinara Indonesia, lembaga investasi yang memfokuskan pada pendanaan sektor UMKM.

Michael Tampi / Dok. Pribadi
Michael Tampi / Dok. Pribadi

Mengawali perbincangan kami mencoba menggali pendapat pribadinya sebagai angel investor terkait dengan perkembangan lanskap startup digital tanah air yang ada saat ini.

“Melihat perkembangan selama 5 tahun ini, percepatan perkembangan startup digital di Indonesia terjadi begitu signifikan dalam 3 tahun terakhir. Success story Kaskus, Tokopedia, dan Go-Jek menurut saya menjadi trigger terbesar. Potensi market yang selalu didengungkan karena besarnya jumlah penduduk Indonesia pun menjadi daya tarik startup lokal maupun luar negeri masuk di Indonesia,” ujar Michael.

Tak luput Michael juga mengomentari pertumbuhan startup lokal dari sisi kualitas. Kendati dari sisi jumlah berkembang sangat pesat, menurutnya harus diakui bahwa dari kualitas masih sangat kurang. Masih banyak ide startup yang mengadopsi dari kreativitas yang ada di luar negeri, padahal tidak semua konsep tersebut siap terap di Indonesia. Fokus untuk membuat sebuah startup digital yang benar-benar menjadi problem solver dari masalah yang ada di Indonesia perlu ditekankan kembali.

Pendekatan investasi dan mekanisme pendanaan oleh angel investor

Sedikit berbeda dengan venture capital atau jenis pemodal lain yang berbentuk lembaga, angel investor umumnya memiliki mekanisme yang lebih personal, tidak begitu bersifat struktural atau birokratif. Bagi Michael faktor kepercayaan kepada founder menjadi kunci dari keputusan berinvestasi. Beberapa hal yang dilihat oleh angel investor dalam menilai tim pendiri meliputi (1) apakah memiliki passion dan pengalaman di bidang terkait, (2) apakah memiliki komposisi yang tepat dalam membentuk tim, dan (3) bagaimana visi mereka terhadap bisnis yang dibuat.

Poin lain yang turut menjadi perhatian adalah bagaimana skabilitas dari bisnis yang dikembangkan tersebut. Dan yang tak kalah penting adalah penilaian terhadap perencanaan bisnisnya, apakah masuk akal atau tidak. Berbagai konsep tersebut menjadi pertimbangan penting, karena kebanyakan angel investor mendukung startup di tahap early stage. Nama besar seperti Facebook atau Tokopedia di tahap awal pendirian bisnisnya juga didukung oleh pendanaan angel investor untuk akselerasi bisnis.

“Baik di dunia maupun di Indonesia, peran angel investor sangat penting di ekosistem startup digital. Khusus di Indonesia, menurut saya diperlukan pula upgrade bagi angel investor yang selama ini terbentuk sebagai investor konvensional di sektor real, untuk bisa mendapatkan sharing knowledge mengenai risiko, ekosistem digital, dan juga pengalaman berinvestasi di early stage startup digital,” ungkap Michael.

Di tahap awal, startup sering terlalu berlebihan memfokuskan pada ide

Dari perjalanan Michael dalam berkolaborasi dengan startup dalam berbagai kesempatan, termasuk pitching, sering ia temui antusiasme pada ide produk. Menurutnya hal tersebut baik, namun seringkali terlalu berlebihan, sehingga tidak tervalidasi dengan target konsumen. Sejatinya para pelaku bisnis di early stage perlu untuk bisa fokus pada customer behaviour.

“Kita bisa belajar dari Alibaba mengalahkan eBay di Tiongkok, di mana Jack Ma sangat fokus dengan local customer insight, dan meyakini bahwa konsep Silicon Valley yang dibawa eBay belum tentu cocok dengan behaviour dan keinginan customer lokal di Tiongkok. Untuk di Indonesia yang potensinya sangat besar, kita bisa melihat local hero seperti Go-Jek yang bahkan pesaing terdekatnya dari luar yaitu Grab,” ungkap Michael.

Selain terkait dengan validasi dan customer behaviour, ada hal lain yang menurut Michael perlu ditingkatkan, yakni terkait dengan data. Startup di early stage kebanyakan belum memanfaatkan big data untuk melakukan analisis konsumen mereka. Analisis tersebut dibutuhkan untuk bisa mendapatkan insight bagi produk yang fit untuk pangsa pasar. Bagi Michael, pemanfaatan big data di startup akan sangat membantu menggerakkan bisnis dan investasi ke arah yang benar.

Industri startup digital kini semakin terlihat menjanjikan. Potensinya dalam menumbuhkan perekonomian nasional tak diragukan lagi. Sejalan dengan itu, banyak hal yang harus diteruskan, diperbaiki dan diselaraskan. Seperti yang menjadi harapan Michael terhadap ekosistem startup yang ada di Indonesia saat ini.

“Saya berharap kolaborasi seluruh stakeholder untuk membangun ekosistem dunia digital, berfokus pada peningkatan kualitas engineer, mentorship, dan menghasilkan produk-produk yang menjawab permasalahan lokal untuk kemudian dapat diduplikasi bahkan menembus regional serta dunia,” pungkas Michael.

Komitmen ASEAN Angel Investor Bantu Startup Berekspansi di Kawasan Asia Tenggara

Berawal dari sebuah ide untuk mengumpulkan para angel investor di Asia Tenggara, ASEAN Angel Investor secara resmi dibentuk pada awal November 2016. Indonesia yang diwakilkan oleh Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) telah mendapatkan penawaran dari Malaysian Business Angel Network (MBAN) empat bulan sebelumnya untuk membuat sebuah platform baru yang bisa berfungsi sebagai agregator para angel investor di seluruh kawasan Asia Tenggara.

“Setelah melalui proses negosiasi dan perbincangan yang cukup intens akhirnya ASEAN Angel Investor di resmikan di Kuala Lumpur dalam acara World Islamic Economic Forum dan MBAN Summit. Turut hadir yang menandatangani kesepakatan tersebut adalah perwakilan ANGIN dan tentunya dari BANSEA,” kata Head of Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) David Soukhasing kepada DailySocial.

Dengan dibentuknya AAA, diharapkan bisa memberikan keuntungan lebih untuk startup Indonesia, yang ingin melakukan ekspansi ke kawasan Asia Tenggara. hal tersebut yang kemudian menjadi salah satu fokus dari AAA.

“Bukan hanya membangun platform secara online dan offline AAA juga ingin memfasilitasi berbagai informasi, komunikasi di seluruh kawasan Asia Tenggara terutama para pemain kuncinya,” kata David.

Ditambahkan pula oleh David saat ini sudah banyak entrepreneur yang tersebar di seluruh Asia Tenggara namun masih belum memiliki informasi yang jelas dan transparan tentang hal apa saja yang dilakukan para entrepreneur di masing-masing negara. AAA berkomitmen untuk menciptakan kesempatan lebih untuk berkolaborasi dan berbagi, sebuah platform yang bisa saling menguntungkan.

Terdapat 7 jaringan yang tergabung dalam AAA, diantaranya adalah, Vietnam dengan HATCH Ventures, Cambodia Investors Corporation, The Bangkok Venture Club, Business Angel Network South East Asia (BANSEA) dari Singapura, 1000 Angels asal Filipina, Malaysian Business Angel Network (MBAN) dan Angel Investment Network Indonesia (ANGIN).

Peranan ANGIN untuk AAA

Fokus utama dari ANGIN melalui AAA adalah memperkenalkan startup Indonesia kepada angel investor lainnya di Asia Tenggara dan memiliki kesempatan untuk melakukan ekspansi dengan berbagai dukungan yang bisa dipercaya. Selain itu AAA juga memberikan kesempatan untuk memberikan edukasi yang tepat kepada startup, mengikuti kegiatan akselerator dan inkubator di negara yang tergabung dalam AAA.

Selama ini ANGIN telah mendukung usaha para startup baru untuk mendapatkan funding. Saat ini ANGIN mengklaim telah memiliki 40 angel investor dan telah membina hubungan baik dengan 50 venture capital, private equity dan para angel investor. AAA merupakan kelanjutan dari peranan ANGIN untuk membantu lebih banyak lagi startup Indonesia yang masih kesulitan untuk mendapatkan pendanaan.

“Ketika Anda memutuskan untuk menjadi entrepreneur terutama yang tidak memiliki cukup dana mendapatkan pendanaan untuk memulai usaha merupakan hal yang paling sulit. Terutama jika Anda terkendala dengan bahasa, tidak mengetahui dengan baik proses investasi dan lainnya, untuk itu mendapatkan dukungan dari pihak yang tepat tentunya bisa mempermudah jalannya usaha,” kata David.

Indonesia sudah menjadi negara tujuan para investor untuk berinvestasi, mulai dari venture capital hingga investor individual semua memiliki minat yang cukup besar untuk menanamkan modal di startup asal Indonesia. Kontribusi yang ingin diberikan oleh ANGIN kepada AAA dalam hal ini adalah untuk berbagi pengalaman tentang relasi yang sebelumnya telah dijalin kepada entrepreneur asal Indonesia.

“Saat ini ANGIN telah menyelesaikan deal dengan 15 startup dan telah memberikan fasilitasi kepada 30 startup sebelumnya. Bukan hanya dalam hal pendanaan ANGIN juga senantiasa memberikan strategi penetrasi pasar untuk investor juga portofolio perusahaan. Kami tidak hanya membatasi kepada bisnis ‘brick and mortar‘ yang kebanyakan dicari oleh investor, namun juga kemampuan untuk skalabilitas yang akan menguntungkan dari kolaborasi ini,” kata David.

Selain itu AAA juga ingin menciptakan jaringan angel investor yang berkualitas dan bisa bekerja sama dengan berbagai startup di Asia Tenggara. Salah satu kegiatan yang juga akan diberikan kepada para angel investor adalah pelatihan yang diberikan oleh Alpha JWC, yang diperuntukkan secara khusus untuk para angel investor juga calon pemberi dana.

“Setiap negara di Asia memiliki cara dan proses yang berbeda dalam hal melakukan manajemen bisnis, dalam hal ini semua angel investor yang bergabung dalam AAA bisa mendapatkan esensi yang diperlukan dari masing-masing negara bagaimana menjadi angel investor yang baik,” kata David.

Rencana dan target AAA

Masih banyak target yang ingin dicapai oleh AAA untuk meningkatkan kualitas angel investor dan tentunya startup di kawasan Asia Tenggara. Namun secara spesifik ada beberapa target yang menjadi prioritas dari AAA pasca diresmikan, di antaranya adalah pemberian investasi antar negara, pendanaan yang telah disepakati dan pendanaan yang menguntungkan dari platform dalam hal ini AAA terkait dengan ekspansi pasar.

“Tentunya bukan hal yang mudah untuk dijalani, namun kami berkomitmen untuk menyediakan ekosistem dalam cara yang berbeda, termasuk dalam hal regulasi, kami berusaha untuk bekerja lebih baik lagi,” tutup David.

Sebenarnya Angel Investor Ingin Anda Menjawab 9 Pertanyaan Ini

Ada sesuatu yang tidak berkesinambungan antara pertanyaan yang diutarakan oleh kebanyakan angel investor dengan pertanyaan yang sebenarnya ingin sekali mereka tanyakan. Alasannya, bukannya karena mereka takut untuk bertanya, tetapi lebih karena mereka telah terpatok untuk memandang startup sebagai perusahaan publik atau memang tidak ingin melukai perasaan founder.

Pertanyaan mereka cenderung bersifat tradisional dan mudah diprediksi, misalnya tentang produk, market fit, tim, market size, dan traksinya sebelum menginvestasikan uangnya ke perusahaan Anda. Namun, seiring berjalannya waktu sebenarnya banyak hal di luar itu yang ingin mereka tanyakan.

Artikel ini akan membahas ada sembilan hal yang ingin Anda terangkan ke mereka, berikut rangkumannya:

Integritas

Urutan pertama yang paling mereka perhatikan ketika berhadapan dengan Anda adalah integritas. Setiap investor tunggal sangat ingin Anda menjawab pertanyaan ini untuk memastikan apakah Anda jujur? Apakah Anda akan menggunakan uang saya untuk bermain judi? Apakah Anda akan pakai uang saya untuk makan malam dengan keluarga?

Angel investor ingin duduk bersama demi memastikan kejujuran Anda. Ketika mereka bertanya tentang diri Anda, sebenarnya mereka benar-benar menanyakan “Apakah saya akan mengalami kesulitan hukum karena Anda?”.

Ide

Kebanyakan investor jujur dengan diri mereka sendiri bahwa mereka tidak dapat mengevaluasi ide karena mereka tidak berada satu ruangan yang sama dengan Anda dan tidak sepandai Anda. Perusahaan teknologi seperti AirBnB, Facebook, Tesla, Instagram, dan Uber, awalnya tidak dipedulikan oleh investor yang tidak bisa mengevaluasi ide awalnya.

Maka dari itu, sebaiknya Anda menjelaskan secara detil bagaimana proses awal sebuah ide muncul dan bagaimana cara Anda dan tim mengolahnya hingga berbentuk produk nyata.

Produk

Angel investor kebanyakan menyadari posisi mereka bukanlah orang yang tepat untuk mengevaluasi produk Anda. Mereka hanya ingin memastikan seberapa jauh willingness dari tim Anda untuk menciptakan produk yang dapat berguna bagi pengguna dan bagaimana bentuk strategi marketing-nya.

Mereka sebenarnya tidak ingin mengetahui seberapa bagus produk Anda, sebab produk itu tiap waktu terus berkembang. Bahkan bisnis pun berpotensi terjadi pivot.

Fokus

“Saat saya memberikan uang, apakah Anda akan mendedikasikan seluruh waktu dan tenaga Anda untuk fokus mengembalikan uang saya sekaligus menyukseskan bisnis ini?”. Kemudian, angle investor akan menanyakan pertanyaan lanjutan, “Bagaimana Anda menghabiskan waktu? Saya benar-benar tidak peduli dengan detilnya, tapi saya ingin tahu kegiatan sehari-hari Anda”.

Menurut angel investor, jika bisnis ini butuh waktu kerja 16 jam sehari namun Anda melakukannya hanya 8 jam sehari. Ini artinya Anda tidak memberikan integritas nomor 1 untuk pekerjaan ini.

Finansial

Angel investor ingin Anda untuk mengukur bagaimana menghitung bisnis ini lewat matematika keuangan sederhana, sekaligus memastikan apakah asumsi yang Anda buat itu bisa dibuktikan atau tidak.

Anda perlu tahu bagaimana menentukan nilai ekonomi produk berdasarkan perhitungan dari Customer Acquisition Cost dan Lifetime Value (CAC & LTV). Banyak founder yang gagal dalam menghitung ini.

Tim

“Apakah orang-orang Anda bisa bekerja secara tim? Bagaimana cara tim Anda bekerja?”. Banyak startup yang gagal berjalan karena tim-nya yang tidak mau bekerja sama selama enam hingga tujuh tahun, kerja selama 16 jam sehari dan enam hari dalam seminggu.

Ketahanan diri

“Apakah secara fisik, emosi, dan mental Anda sanggup bertahan selama bertahun-tahun?,” “Ketika bisnis jatuh, apakah Anda sanggup berdiri lagi untuk berpuluh-puluh kali?”. Sebaiknya Anda harus bisa menjawab pertanyaan ini, sebab angel investor perlu memastikan diri Anda tidak akan meledak dengan sendirinya saat masa sulit terjadi.

Budaya

“Bisakah Anda membangun budaya kerja yang baik? Sebab dari kualitas pekerja yang Anda rekrut jadi faktor penting untuk menciptakan budaya.” Lewat pertanyaan ini, angel investor ingin memastikan apakah orang lain juga menyukai cara kerja Anda. Bila orang lain menyukai cara Anda bekerja, pasti mereka akan berbondong-bondong mengajukan diri untuk bergabung dengan tim Anda.

Egoisme investor

Anda perlu menyadari bahwa angel investor biasanya juga memiliki egoisme tersendiri mengingat dirinya adalah investor. Untuk itu, Anda harus memberikan jawaban dari semua yang mereka ucapkan dengan penuh kejujuran, penuh visi, dan cerita yang bagus.

Enam Cara Mendapatkan Investor untuk Pendanaan Startup

Pertanyaan yang satu ini pasti sering dilontarkan oleh para pendiri startup yang berencana meluncurkan startup atau bersiap untuk melakukan penggalangan dana, bagaimana cara terbaik untuk bertemu dengan para investor?

Tidak semua pendiri startup memiliki jaringan hingga mentor yang cukup berpengaruh dan memiliki nama besar untuk mendukung bisnis yang akan dikembangkan, masih banyak pendiri startup yang bukan berawal dari lingkungan startup, tidak memiliki latar belakang bisnis hingga tidak mengenal jaringan investor lokal hingga asing. Artikel berikut ini membantu Anda pendiri startup yang hingga kini masih kesulitan untuk bertemu dengan para investor lokal hingga asing untuk mendanai startup.

Kompetisi startup

Saat ini sudah banyak kegiatan atau kompetisi yang diinisiasi oleh venture capital, korporasi hingga perusahaan. Manfaatkan acara tersebut untuk Anda pendiri startup berkenalan dan tentunya mempromosikan produk yang dimiliki. Jika startup Anda belum beruntung lolos sebagai finalis, tetap datang dan berkenalan dengan investor yang pastinya akan hadir di kegiatan tersebut.

Angel network 

Saat ini sudah banyak grup investor perorangan yang meluncurkan angel network atau jaringan angel investor untuk membantu startup baru yang membutuhkan modal usaha di awal berdirinya startup. Angel network di Indonesia yang bisa didekati di antaranya adalah Angel Investor Network Indonesia (Angin) yang secara aktif memberikan investasi kepada startup baru yang memiliki potensi menjadi besar.

Situs crowdfunding

Cara lain yang bisa dilakukan untuk startup mendapatkan modal awal adalah melalui situs crowdfunding. Saat ini sudah banyak situs crowdfunding lokal hingga asing yang memberikan kesempatan untuk startup baru mendapatkan modal dengan cara crowdfunding. Masing-masing situs crowdfunding memiliki sistem dan cara tersendiri bagaimana mereka mengelola proses crowdfunding. Idealnya pelajari dan temukan situs crowdfunding yang sesuai dengan startup Anda.

Inkunbator dan akselerator

Selain kompetisi cara lain yang bisa dicermati ketika waktunya menemukan investor yang tepat adalah dengan mengikuti program akselerator atau inkubator. Sebelum startup Anda bersiap untuk mengikuti program ini, pastikan produk dan model bisnis telah dimiliki dan pastinya memiliki potensi untuk tampil lebih unggul dengan startup lainnya yang juga berlomba-lomba ingin menjadi bagian dari program inkubator dan akselerator yang ada.

Platform pinjaman peer-to-peer

Dengan makin ketatnya peraturan yang diterapkan oleh bank juga venture capital, memanfaatkan platform lending peer-to-peer nampaknya bisa dijadikan pilihan utama. Saat ini sudah banyak startup hingga perusahaan keuangan yang menawarkan pinjaman dengan konsep peer-to-peer. Selain peraturan lebih mudah, proses peminjaman seperti ini juga lebih cepat untuk dilakukan.

Perusahaan ekuitas swasta

Banyak yang menganggap pilihan yang satu ini sebagai cara yang tradisional untuk mendapatkan pendanaan dari investor. Perusahaan ekuitas swasta biasanya akan memberikan akses berupa dana yang bervariasi, mulai dari jumlah ribuan hingga jutaan dollar, khususnya untuk startup baru yang masih dalam early stage dari berbagai industri dan memiliki potensi untuk berkembang.

Pro dan Kontra Mendapatkan Pendanaan dari Angel Investor

Bagi startup yang baru saja didirikan pendanaan tentunya merupakan fokus utama yang harus diprioritaskan. Kebanyakan startup baru lebih mengandalkan cara bootstrapping yaitu menggunakan modal sendiri dan bantuan dana dari pihak keluarga, teman atau kerabat terdekat. Jika modal belum juga terkumpulkan, mengajukan pendanaan kepada angel investor juga bisa dilakukan. Biasanya angel investor menyediakan jumlah yang tidak terlalu besar dan sesuai dengan keperluan startup di masa awal membangun startup. Dalam artikel berikut ini akan dibahas pro dan kontra mengajukan pendanaan dengan angel investor.

Pro:

Fleksibilitas

Dibandingkan dengan mengajukan pinjaman kepada bank yang saat ini masih membatasi kesempatan kepada startup baru untuk mendapatkan pinjaman, begitu juga dengan venture capital yang memiliki kriteria cukup banyak untuk startup baru, pilihan mengajukan kepada angel investor tentunya merupakan langkah yang tepat. Kebanyakan angel investor memiliki uang pribadi dengan jumlah peminjaman yang tidak terlalu besar. Hal tersebut tentunya memudahkan kedua belah pihak untuk melancarkan perjanjian.

Menurut survei yang dilakukan oleh Universitas Hampshire’s Center for Venture Research, angel investor menyediakan pendanaan sekitar dua pertiga dari dana yang dibutuhkan. Dengan demikian peluang untuk mendapatkan investasi diawal sangat besar kesempatannya.

Mendapatkan mentoring dan konsultasi

Hal lain yang menjadi manfaat lebih jika mengajukan pendanaan dari angel investor adalah kesempatan untuk mendapatkan mentoring atau konsultasi langsung dari mereka. Kebanyakan angel investor adalah para entrepreneur yang telah berpengalaman dan memiliki bisnis yang mapan. Pengetahuan dan informasi yang didapatkan dari angel investor tentunya menjadi nilai lebih yang bisa didapatkan oleh startup.

Tidak ada biaya bulanan

Keuntungan lainnya yang bisa didapatkan jika mengajukan pinjaman melalui angel investor adalah tidak ada biaya bulanan. Hal ini tentunya berbeda jika Anda mengajukan pinjaman melalui bank. Uang yang dibayarkan kepada angel investor adalah berupa share dari setiap keuntungan yang didapatkan menyesuaikan investasi yang diberikan. Dengan demikian Anda bisa lebih fokus kepada pertumbuhan bisnis dan monetisasi tanpa harus khawatir dengan bunga dan pungutan biaya lainnya.

Kontra:

Tidak ada dana tambahan

Karena risiko kehilangan uang lebih banyak, biasanya angel investor enggan untuk memberikan dana tambahan yang dibutuhkan oleh startup saat keadaan mendesak. Para angel investor biasanya bersedia untuk memberikan dana tambahan jika bisnis berjalan lancar dan telah mendapatkan keuntungan.

Meminta bagian lebih besar

Dalam hal pembagian keuntungan biasanya angel investor bakal meminta persentase tertentu dari saham atau ekuitas di perusahaan Anda dan mengharapkan ROI besar untuk exit strategy. Bagi mereka ini adalah hal yang wajar, karena mereka berinvestasi dalam bisnis yang masih sangat muda dan berisiko. Hal lain yang perlu diperhatikan ketika bisnis tidak berjalan dengan lancar, biasanya angel investor akan memperkerjakan tenaga ahli untuk membantu startup Anda. Tenaga profesional ini biasanya akan menuntut gaji yang lebih dan tentunya bisa jadi ‘menggangu’ dari rencana awal Anda.

Tidak memiliki nama yang cukup besar

Jika Anda mendapatkan pinjaman dari bank ternama atau venture capital lokal dan asing yang besar tentunya bisa memberikan efek positif untuk bisnis Anda, yaitu pengakuan atau recognition. Hal ini tentunya berbeda ketika Anda mengajukan pinjaman melalui angel investor. Mereka tidak memiliki pengakuan luas seperti perusahaan VC dan bank. Hal ini membuat sulit bagi pengusaha untuk menemukan mereka.

Namun demikian saat ini sudah banyak angel investor yang tampil dengan brand mereka, selain itu sudah banyak juga bermunculan asosiasi yang menjadi wadah para angel investor, sesuai dengan latar belakang dan minat dari masing-masing angel investor tersebut.

GDILab Umumkan Perolehan Investasi dari Angel Investor

Salah satu startup lokal yang bergerak di bidang analisis media sosial, GDILab akhir pekan ini mengumumkan perolehan investasi dari angel investor Andy Zain yang merupakan Direktur Founders Institute dan Managing Director Kejora Ventures. Salah satu alasan yang membuat Andy berinvestasi di GDILab karena visi GDILab yang berusaha membantu UKM atau startup di Indonesia.

I believe in GDILab’s vision, the shareholders, the team, dan apa yang akan GDILab lakukan untuk membantu jutaan UKM/startups di Indonesia,” terang Andy.

Andy Zain secara resmi menjadi angel investor GDILab pada tanggal 21 September 2016. Sayangnya tidak ada keterangan berapa jumlah dana yang disuntikan Andy untuk GDILab.

Untuk informasi GDILab didirikan oleh Billy Boen, Jefri Dinomo, Masas Dani, dan Yopie Suryadi pada bulan Desember 2013. Pada awal kemunculannya GDILab sudah menghasilkan beberapa deretan produk analitik, yakni Polaris (Facebook-Twitter Analytics), Iris (Instagram Analytics), dan juga GNEWS. Pada periode tahun 2015 silam GDILab melakukan spin off pada GNEWS untuk berdiri sendiri sebagai perusahaan. Selepas spin off tersebut pada Mei 2016 seluruh co-founder yakni Yopie dan Masas full exit dan fokus pada GNEWS dengan Yopie sebagai CEO.

Produk lain yang dikembangkan GDILab antara lain GDI Analytics, sebuah tools analisis media sosial yang merupakan penggabungan dari Polaris dan Iris. Dengan produk-produk yang dikembagnkannya GDILab memiliki misi untuk membantu UKM, brand, startup, dan perusahaan mendapatkan wawasan pasar digital dari media sosial untuk bisa memudahkan merancang strategi pemasaran yang akurat.

Menanggapi Andy yang menjadi angel investor, Billy Boen mengungkapkan bahwa pemegang saham dan tim merasa bangga karena dipercaya menjadi salah satu startup yang dipercaya Andy untuk berinvestasi. Setelah mendapat pendanaan ini GDILab akan berupaya untuk terus bisa membantu UKM dan startup agar lebih siap untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan berbekal riset dan data.

“Ini merupakan pengakuan dari seorang investor handal bahwa apa yang telah kami bangun selama hampir 3 tahun dengan kerja keras tidak pernah sia-sia,” ungkap Billy.