Apple Akuisisi Startup AI Spectral Edge untuk Tingkatkan Kualitas Kamera iPhone

Perkembangan kualitas kamera smartphone dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa software tidak kalah penting dari hardware. Dua ponsel dengan merek yang berbeda boleh mengemas sensor bikinan Sony yang sama persis beserta spesifikasi lensa yang identik, akan tetapi hasil foto Portrait Mode-nya bisa berbeda drastis, dan ini banyak dipengaruhi oleh kinerja software masing-masing perangkat.

Singkat cerita, investasi ekstra di bidang software kamera atau fotografi merupakan salah satu cara bijak untuk meningkatkan kualitas kamera smartphone, dan perusahaan sekelas Apple pun tidak luput dari tren ini. Dilaporkan oleh Bloomberg, Apple kabarnya telah mengakuisisi startup asal Inggris bernama Spectral Edge.

Produk yang digarap Spectral Edge adalah teknologi machine learning yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hasil jepretan kamera smartphone, baik dari sisi ketajaman gambar ataupun akurasi warnanya. Caranya adalah dengan menggabungkan foto inframerah dengan foto standar.

Foto yang diambil menggunakan gelombang inframerah memiliki tingkat kontras yang amat tinggi. Detail-detail yang sebelumnya tidak kelihatan pada foto standar jadi bisa terlihat menggunakan filter inframerah. Contoh yang paling gampang adalah bagaimana foto inframerah dapat menunjukkan detail di balik kacamata hitam.

Sejauh ini belum ada yang tahu rencana spesifik Apple terkait teknologi bikinan Spectral Edge, tapi besar kemungkinan Apple akan memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas jepretan iPhone di kondisi low-light. Akuisisinya pun juga mereka lakukan secara diam-diam, tanpa ada kabar mengenai mahar yang dibayarkan. Sekadar informasi, Spectral Edge sendiri tahun lalu berhasil memperoleh pendanaan senilai lebih dari $5 juta.

Sumber: Bloomberg.

Apple iPhone 11 Series Kini Sudah Tersedia di Indonesia, Harganya Mulai Dari Rp13 Juta

Trio iPhone terbaru dari Apple, yakni iPhone 11, 11 Pro, dan 11 Pro Max kini sudah tersedia di jaringan Erajaya Retail Group. Anda bisa mendapatkannya lewat iBox, Erafone, dan Urban Republic di seluruh Indonesia per tanggal 6 Desember 2019.

Nah kalau pada tahun-tahun sebelumnya selisih harganya cukup tinggi, misalnya bila dibandingkan dengan Apple Store di Singapura – tahun ini harga iPhone 11 series jauh lebih menarik. Kita ambil contoh iPhone 11 varian paling dasar dengan penyimpanan 64GB, dibanderol Rp12.999.000 di Indonesia. Sementara, di Apple Store Singapura dibanderol S$1,149 atau sekitar Rp11,8 juta yang selisihnya tidak begitu jauh.

PSX_20191206_163041

Sebagai pengingat, tahun lalu harga iPhone XR 64GB tercatat mencapai Rp15.199.000. Mungkin Anda penasaran, kenapa harga iPhone 11 series bisa lebih menarik? Djatmiko Wardoyo, Director Marketing and Communication Erajaya Group berpendapat, “definisi menarik itu dalam penetapan harga; satu domainnya ada di principle, bukan di kita”, ungkap Djatmiko.

“Yang kedua, selalu terkait dengan kalau produk-produk yang memang sifatnya diimpor resmi, diimpor secara langsung dari luar bukan rakitan di sini itu terkait dengan yang namanya currency tingkat nilai tukar mata uang kita,” tambahnya.

Djatmiko juga mengatakan kalau respon iPhone 11 series ini bagus di Indonesia. Ia menyoroti rencana pemerintah yang akan menerapkan sistem kontrol imei per tanggal 18 April 2020 mendatang juga sangat berpengaruh.

Efek dari rencana penerapan ini ternyata sudah memberikan dampak ke konsumen yang sudah mulai mikir kalau beli iPhone lebih baik yang bergaransi resmi. Menurutnya, peraturan pemerintah yang akan diterapkan ini memiliki dampak yang bagus buat; satu negara – karena akan mendapatkan potensi pendapatan dari pajak ppn yang 10 persen.

Yang kedua itu dari sisi konsumen, di mana perlindungan konsumen akan menjadi prioritas – mereka akan sadar hak-haknya sebagai konsumen. Seperti kalau rusak, maka tercakup garansi. Ketiga tentunya bagus buat distributor atau ritel resmi seperti Erajaya.

Berikut daftar harga iPhone 11 series di Indonesia:

  • iPhone 11 64GB Rp12.999.000
  • iPhone 11 128GB Rp14.199.000
  • iPhone 11 256GB Rp16.199.000
  • iPhone 11 Pro 64GB Rp18.499.000
  • iPhone 11 Pro 256GB Rp21.799.000
  • iPhone 11 Pro 512GB Rp25.799.000
  • iPhone 11 Pro Max 64GB Rp19.999.000
  • iPhone 11 Pro Max 256GB Rp23.699.000
  • iPhone 11 Pro Max 512GB Rp27.499.000

Kegiatan peresmian penjualan perdana iPhone 11 series dilakukan di sembilan titik toko yaitu iBox Central Park, iBox Mal Kelapa Gading, iBox Senayan City, iBox Teuku Umar Denpasar, Erafone Bintaro X-Change, Erafone Kemang, Erafone Pondok Indah Mall, Erafone Supermal Karawaci, Erafone Teuku Umar Denpasar.

Setiap Konsumen yang menjadi pembeli pertama di sembilan toko tersebut akan mendapatkan privilege satu unit AirPods 2nd Generation. Selain itu, pada periode peresmian penjualan perdana 6 – 8 Desember 2019 ada promo menarik untuk setiap pembelian iPhone 11, iPhone 11 Pro, iPhone 11 Pro Max yang berlaku khusus di jaringan ritel Erajaya.

PSX_20191206_163128

Gratis hingga 2 bulan cicilan untuk transaksi cicilan 0% hingga 24 bulan dengan kartu kredit Bank BCA, Mandiri, BNI, BRI, Citibank, CIMB Niaga, HSBC dan Permata Bank. Gratis program keanggotaan gaya hidup TecProtec untuk perbaikan dan perlindungan iPhone selama 12 bulan. Serta, diskon 50 persen untuk AirPods 2nd Generation.

Kalau soal tampilan, iPhone 11 series memang masih mengusung desain yang nyaris identik. Namun tentu saja ada perombakan signifikan di sektor spesifikasi, terutama di bagian kamera, SoC, dan daya tahan baterai yang lebih baik.

iPhone 11 yang menggantikan iPhone XR datang membawa sepasang kamera belakang: 12MP f/1.8 dan 12MP dengan lensa ultra-wide (120°) f/2.4. Di depan, ada kamera 12MP f/2.2.

Untuk iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max, mereka mengusung triple camera. Jadi selain dua kamera yang sama seperti milik iPhone 11, ada pula kamera 12MP dengan lensa telephoto f/2.0.

Terkait performa, trio iPhone 11 ini mengandalkan chipset A13 Bionic yang diklaim menjanjikan peningkatan performa CPU dan GPU hingga sebesar 20 persen jika dibandingkan dengan chipset A12 tahun lalu. Menariknya, A13 juga lebih irit daya; Apple mengklaim iPhone 11 Pro punya daya tahan baterai 4 jam lebih lama daripada iPhone XS, sedangkan untuk iPhone 11 Pro Max dan XS Max, selisihnya terpaut 5 jam.

Battery Case iPhone 11 dan 11 Pro Bikinan Apple Dilengkapi Tombol Fisik untuk Mengakses Kamera

Apple selama ini dikenal sangat terobsesi dalam hal desain. Jadi ketika mereka menelurkan produk yang buruk rupa, publik pun langsung gempar, seperti kasusnya saat mereka merilis battery case untuk iPhone 6S di tahun 2015. Di saat battery case lain terlihat normal, battery case resmi bikinan Apple justru terlihat seperti seekor unta.

Lucunya, Apple masih mempertahankan desain ini sampai sekarang. Lihat saja Smart Battery Case yang baru mereka rilis untuk iPhone 11 dan 11 Pro. Battery case memang sudah semestinya jauh lebih tebal daripada casing biasa, tapi seandainya Apple membuat tonjolannya merata dari atas sampai ke bawah, hasilnya bukan cuma battery case yang terlihat normal, melainkan juga yang mengemas kapasitas lebih besar.

Terlepas dari itu, Smart Battery Case untuk iPhone 11 dan 11 Pro ini punya satu detail yang cukup menarik. Di sisi kanan bawahnya, terdapat sebuah tombol fisik yang berperan sebagai tombol shutter kamera. Bahkan saat layar iPhone sedang terkunci, pengguna bisa menekan tombol tersebut untuk langsung masuk ke aplikasi kamera bawaannya.

iPhone 11 Smart Battery Case

Selagi di dalam aplikasi kamera, pengguna dapat menekan tombol tersebut untuk menjepret foto, baik menggunakan kamera belakang atau depan. Tekan dan tahan tombol itu, maka iPhone akan memulai perekaman video sampai kita melepas tombolnya – format yang Apple sebut dengan istilah QuickTake.

Apple tidak merincikan seberapa besar kapasitas baterai yang tertanam di dalam case ini, akan tetapi mereka mengklaim case ini bisa menyuplai hingga 50% daya baterai ekstra dalam posisi terisi penuh. Pengisiannya pun bisa dengan menggunakan wireless charger di samping kabel Lightning.

Apple saat ini telah memasarkan Smart Battery Case dengan banderol $129 untuk semua model, mulai dari iPhone 11 Pro Max sampai iPhone XR. Perlu dicatat, yang dilengkapi tombol shutter kamera tadi hanyalah case untuk iPhone 11, iPhone 11 Pro, dan iPhone 11 Pro Max.

Sumber: DPReview.

Apple Luncurkan MacBook Pro 16 Inci dengan Peningkatan Performa Cukup Drastis

Tanpa ada event khusus, Apple secara diam-diam meluncurkan sebuah MacBook Pro anyar. Bukan sebatas penyegaran spesifikasi, melainkan model baru yang mengemas layar 16 inci. Kehadirannya pun secara otomatis menjadikan MacBook Pro 15 inci terkesan obsolete, dan MacBook Pro 16 inci ini memang sengaja disiapkan sebagai penggantinya.

Kita mulai dari layarnya. Tidak ada yang terlalu istimewa di sini terkecuali ukuran yang lebih luas dengan resolusi 3072 x 1920 pixel, tingkat kecerahan maksimum 500 nit, dan dukungan teknologi True Tone. Bezel-nya menipis cukup signifikan, dan itulah mengapa dimensi perangkatnya tidak berbeda jauh dari MacBook Pro 15 inci.

MacBook Pro 16 inch

Seperti yang sudah bisa ditebak, yang cukup istimewa adalah performanya. Konfigurasi termurahnya mengandalkan prosesor 6-core Intel Core i7, sedangkan konfigurasi termahalnya dengan prosesor 8-core Intel Core i9, semuanya prosesor generasi kesembilan. Kapasitas RAM DDR4 yang bisa dipilih berkisar antara 16 – 64 GB, sedangkan kapasitas SSD-nya antara 512 GB – 8 TB. Ya, 8 terabyte.

Di sektor grafis, konsumen dapat memilih dari konfigurasi yang mengemas GPU AMD Radeon Pro 5300M dengan memory GDDR6 berkapasitas 4 GB, sampai yang mengusung AMD Radeon Pro 5500M dengan memory 8 GB. Menurut Apple, peningkatan performa pada konfigurasi termahalnya bisa mencapai angka 80 persen jika dibandingkan dengan konfigurasi termahal generasi sebelumnya.

Kabar baiknya, Apple tidak sekadar menjejalkan komponen yang lebih mumpuni begitu saja. Mereka turut membenahi sistem pendingin perangkat lewat kipas, heat sink dan ventilasi yang berukuran lebih besar dan lebih efektif membuang panas. Lebih lanjut, baterai yang tertanam tidak kalah masif ukurannya, dengan kapasitas mencapai angka 100 Wh.

MacBook Pro 16 inch

MacBook Pro 16 inci turut membawa pembaruan yang paling dinanti-nanti, yakni seputar keyboard-nya. Sebelum ini, tidak sedikit konsumen MacBook Pro yang mengeluh keyboard-nya tidak nyaman sekaligus mudah rusak, dan penyebabnya tidak lain dari switch baru tipe butterfly yang Apple gunakan.

Problem seputar keyboard dipastikan tidak muncul lagi di sini, sebab Apple kembali memakai mekanisme scissor seperti yang terdapat pada keyboard MacBook versi lama. Selain terbukti lebih reliable, keyboard-nya juga bakal terasa lebih nyaman berkat key travel yang lebih dalam. Juga baru adalah kehadiran tombol “Esc” fisik di samping Touch Bar.

Namun yang paling menarik, MacBook Pro 16 inci dibanderol dengan harga yang sama seperti model 15 incinya, mulai dari $2.399 untuk konfigurasi termurahnya. Saya yakin konsumen yang baru membeli MacBook Pro 15 inci kemarin bakal marah besar.

Sumber: Apple.

Apple Kabarnya Sedang Mengembangkan Headset VR Gaming

Minggu lalu, sebuah kabar menyatakan bahwa Apple telah menggandeng Valve dalam rangka pengembangan headset augmented reality. Langkah ini boleh jadi merupakan kelanjutan dari agenda penggarapan HMD AR yang sudah terdengar sejak dua tahun silam. Teknologi AR biasanya diarahkan ke ranah profesional, tapi Apple sepertinya tetap tertarik untuk menyuguhkan konten hiburan lewat VR.

Kali ini, Bloomberg menginformasikan upaya sang raksasa teknologi asal Cupertino itu menggarap ‘perangkat-perangkat virtual dan augmented reality yang dibekali sistem sensor 3D baru’, berdasarkan laporan sejumlah narasumber. Berdasarkan keterangan tersebut, itu berarti Apple berencana mengembangkan lebih dari satu head-mounted display. Namun sebagai langkah awalnya, perusahaan mencoba mengabungkan VR serta AR lalu memfokuskannya buat kebutuhan gaming.

Salah satu narasumber bilang, Apple berniat untuk mulai mendistribusikan kacamata AR mereka secepat-cepatnya di tahun 2023. Di artikel sebelumnya, saya sempat membahas bagaimana Apple ingin agar teknologi augmented reality mereka matang di 2019 kemudian melepas dalam bentuk produk di tahun 2020. Produsen tampaknya memutuskan buat mengundur agenda mereka. Menurut dugaan Eurogamer, Apple ingin memberi ruang lebih lapan pada peluncuran iPad Pro tahun depan.

CEO Apple Tim Cook sudah lama berbicara serta menunjukkan ketertarikannya pada AR. Segmen ini menjadi fokus Apple setelah sebelumnya mereka mencurahkan perhatian pada iPhone, iPad dan Apple Watch. Tulang punggung dari teknologi ini adalah sistem sensor 3D mutakhir yang tengah digarap selama beberapa tahun. Pada Bloomberg sang narasumber mengaku, sistem ini jauh lebih canggih dari sensor Face ID yang ada di perangkat-perangkat Apple terbaru.

Saat ini, tim teknisi iPhone dan iPad telah mulai berkerja menyambungkan aplikasi-aplikasi serta fitur-fitur di software ke sistem operasi baru (secara internal disebut ‘rOS’). Dengan begini, perangkat-perangkat yang sudah ada sekarang dapat bekerja serta kompatibel dengan headset VR, kacamata AR atau head-mounted display cross reality sejenis yang akan dirilis di masa depan.

Apple kabarnya mengerahkan sekitar 1.000 teknisi demi mengerjakan prakarasa AR dan VR. Proyek besar ini dinahkodai oleh vice president Mike Rockwell. Tim ini terdiri atas pakar dari berbagai macam bidang, dan kepemimpinannya dibagi lagi pada sejumlah eksekutif yang pernah mengerjakan software gaming Apple, hardware iPhone, serta pembuatan software dan manufaktur. Tim juga diperkuat oleh mantan insinyur NASA, mantan developer game, dan pakar grafis.

Sejauh ini memang belum jelas seberapa banyak headset VR dan kacamata AR yang tengah Apple siapkan. Saya juga penasaran bagaimana pada cara perusaahaan memanfaatkan AR/VR di segmen gaming, kemudian akan sejauh apa partisipasi Valve di sana?

Belum Dua Bulan Pasca Dirilis, Katalog Apple Arcade Tembus 100 Game

Tidak sedikit yang skeptis saat pertama mendengar pengumuman tentang Apple Arcade. Maklum, Apple bukanlah perusahaan yang punya pengalaman panjang di industri gaming, dan mereka pun juga dikenal mata duitan. Saya pun termasuk salah satu yang berpikir demikian. Meski konsep yang ditawarkan Apple Arcade tergolong menarik, saya menilai itu akan dirusak oleh tarif tinggi yang Apple tetapkan.

Rupanya saya dan banyak orang salah besar. Apple mengejutkan kita dengan mematok tarif hanya $5 per bulan (Rp 69 ribu per bulan di Indonesia) untuk Apple Arcade, dan konsumen bahkan masih diberi akses uji coba gratis selama sebulan pertama. Tarif tersebut tergolong sangat terjangkau, apalagi mengingat Apple Arcade sudah menyediakan lebih dari 50 game di hari peluncurannya.

Semua itu bisa dinikmati tanpa biaya tambahan ataupun godaan konten in-app purchase. Setiap minggunya, Apple juga rutin menambahkan sejumlah game baru pada Arcade. Pada kenyataannya, dalam waktu kurang dari dua bulan pasca perilisannya, Apple Arcade saat ini sudah mengemas 100 game yang berbeda.

100 game di katalog Apple Arcade itu semuanya merupakan hasil kurasi tim internal mereka, yang berarti kita tak akan menemukan game free-to-play murahan yang kerap membanjiri App Store. Juga menarik adalah bagaimana Apple Arcade turut berkontribusi mewujudkan game yang sebelumnya sempat batal dirilis.

Ambil contoh salah satu game paling barunya yang berjudul Sociable Soccer. Ia pada dasarnya merupakan reboot dari game Commodore Amiga berjudul Sensible Soccer yang populer di tahun 90-an. Sociable Soccer sempat muncul di Kickstarter menjelang akhir 2015, namun gagal mencapai target pendanaan yang ditetapkan.

Kampanye crowdfunding yang gagal tidak menghentikan niat developer-nya, sampai akhirnya Sociable Soccer berhasil menembus Steam Early Access. Namun pada akhirnya yang bakal membawa game ini ke hadapan konsumen mainstream adalah Apple Arcade.

Sumber: Engadget.

Kabarnya Apple Gandeng Valve Untuk Menggarap Headset AR

Dikenal orang sebagai pemilik dan pengelola layanan distribusi digital terbesar di dunia, Valve juga bukanlah pemain baru di ranah virtual reality. Dahulu mereka sempat membantu HTC lewat SteamVR. Lalu ketika kita mengira Valve mulai menarik diri dari segmen VR, mereka malah mengumumkan Index. Tak lama sesudah penyingkapannya, perusahaan mengungkap ketertarikannya menggarap versi standalone dari headset tersebut.

Setelah virtual reality, ada kemungkinan Valve mulai mencoba melebarkan sayapnya ke augmented reality. Via MacRumors, harian DigiTimes melaporkan bahwa developer pencipta seri game Half-Life itu digandeng oleh Apple dalam rangka pengembangan head-mounted display AR. Mereka berdua tentu tidak sendirian. Apple mempercayakan Quanta Computer dan Pegatron asal Taiwan buat menangani proses produksi serta perakitan.

Apple terdorong untuk membuat headset augmented reality karena CEO Tim Cook percaya bahwa AR dapat menyatukan konten digital ke dunia sesungguhnya. Di waktu ke depan, ia akan jadi sepopuler smartphone, khususnya di kalangan konsumen. Langkah mendalami segmen AR yang dilakukan Apple juga dibarengi oleh perekrutan pakar-pakar desain grafis, system interface, serta system architecture.

Sebetulnya, proyek pengerjaan headset AR oleh Apple telah terdengar sejak 2017. Waktu itu, Bloomberg (berdasarkan laporan informan terpercaya) mengabarkan rencana Apple untuk mematangkan teknologinya di tahun 2019, kemudian mulai memasarkannya di tahun 2020. Perangkat tersebut mengusung unit display mandiri, serta ditopang oleh chip anyar serta sistem operasi khusus. Semua terdengar menjanjikan, tetapi sang narasumber menegaskan bagaimana agenda Apple bisa berubah.

Perkiraannya cukup tepat. Apple diketahui menghentikan sementara proyek pembuatan HMD VR/AR beberapa bulan silam, membubarkan tim teknisi, dan mengalihkan sumber daya ke produk lain. Namun ternyata, yang Apple lakukan adalah mengubah langkah pengembangan secara in-house menjadi kolaboratif bersama Valve Corporation.

Tentu saja ini bukan pertama kalinya Apple dan Valve bekerja sama. Di tahun 2017, Valve sempat diminta Apple buat menghadirkan dukungan native headset VR di macOS High Sierra, melalui upaya memaksimalkan dukungan eGPU yang ada di sistem operasi terhadap versi Mac SteamVR.

Menurut perkiraan analis Ming-Chi Kuo, headset augmented reality milik Apple ini akan masuk ke tahap produksi massal di kuartal keempat 2019 (jika benar perusahaan bermaksud meluncurkannya tahun depan). Perangkat tersebut kemungkinan dipasarkan sebagai aksesori iPhone dan berperan sebagai display. Sementara itu, iPhone bertugas untuk menangani proses komputasi, networking dan positioning.

Via Eurogamer.

Akrobat Para Raksasa Digital Akali Aturan Pajak

Pajak adalah salah satu komponen penting yang ditarik dari individu atau korporasi guna menghidupi ekonomi suatu negara. Sebaliknya, bagi individu atau korporasi, pajak tak jarang dianggap penghalang dalam meraup untung semaksimal mungkin.

Kita dapat ambil contoh dari para raksasa digital yang sanggup melakukan manuver ajaib dalam menghindari pajak. Berbeda dengan individu yang hampir tak punya tenaga atau kemampuan untuk lari dari wajib pajak, korporasi raksasa bisa melakukannya.

Tentu saja, manuver pajak tak hanya dilakukan oleh perusahaan teknologi. Namun, menilik betapa dominan produk mereka dalam lini kehidupan manusia dewasa ini, ditambah riwayat perpajakan mereka dalam beberapa tahun terakhir, maka tak berlebihan menjadikan mereka contoh.

Google, Apple, dan Amazon adalah contoh paling jelas dalam penghindaran pajak (tax avoidance). Dengan segala kemampuannya, perusahaan-perusahaan tersebut dapat mencari celah hukum di sejumlah negara sehingga nominal pajak yang harus mereka bayarkan menjadi sangat kecil.

Amazon misalnya, meskipun tercatat sebagai salah satu perusahaan dengan valuasi terbesar di dunia saat ini, secara legal ia nyaris tidak membayar sepeser pun pajak pendapatan federal di Amerika Serikat. Mereka bisa demikian karena memindahkan pendapatannya ke negara-negara lain tanpa melanggar peraturan mana pun.

Skema Double Irish with Dutch Sandwich

Apa yang dilakukan Amazon, Google, maupun Apple dalam menghindari pajak tak lepas dari skema perencanaan pajak bernama Double Irish with Dutch Sandwich. Ini adalah skema yang memanfaatkan celah peraturan pajak di Irlandia, Belanda, juga negara suaka pajak di Karibia.

Skema ini berjalan ketika suatu perusahaan mendirikan dua anak perusahaan di Irlandia. Perusahaan pertama ini memang bertempat di Irlandia namun pengelolaannya berada di negara suaka pajak seperti Bermuda. Hukum di Irlandia menentukan kediaman subyek pajak mengikuti negara tempat perusahaan itu dikelola.

Perusahaan pertama tadi lalu mendirikan satu lagi perusahaan di Irlandia yang dikelola penuh di sana. Perusahaan kedua ini menampung hasil penjualan yang terjadi di pasar internasional. Hasil penjualan itu nantinya akan dioper lagi ke perusahaan pertama sebagai pembayaran royalti. Namun agar uangnya tetap utuh, mereka mentransfernya melalui anak perusahaan di Belanda.

Peraturan pajak di Belanda memungkinkan pembayaran royalti keluar dari satu perusahaan ke perusahaan lain dalam satu kawasan Uni Eropa dengan potongan pajak yang sangat kecil. Pada akhirnya keuntungan perusahaan dapat diparkir dengan tenang di perusahaan di Bermuda.

Mekanisme ini meski terlihat cukup rumit namun hasilnya sangat sepadan bagi perusahaan. Google berhasil memindahkan US$19,2 miliar atau Rp271,8 triliun dengan skema tersebut pada 2016, membuat mereka berhemat Rp5,3 triliun.

Upaya menutup celah

Double Irish with Dutch Sandwich memang skema yang cukup populer di telinga para pengangkang pajak legal. Namun sejatinya ia hanyalah satu dari sekian banyak metode transfer pricing yang belum banyak diketahui masyarakat pada umumnya.

Negara-negara yang kebijakannya dikangkangi perusahaan teknologi terkemuka pun tak tinggal diam. Mereka bertekad menambal kelemahan sistem perpajakan mereka dengan ketentuan pajak baru yang lebih agresif.

Langkah ini ditunjukkan sejumlah negara Eropa. Mereka berlomba-lomba membuat aturan baru agar bisa mengganjar pajak tambahan khusus bagi raksasa digital yang beroperasi di tanah mereka. Dalam hal ini Perancis berada di baris terdepan.

Pada Juli lalu, pemerintah Perancis meloloskan aturan bernama GAFA tax untuk mengenakan “pajak digital” sebesar 3 persen untuk perusahaan yang punya pendapatan global sedikitnya $845 juta atau Rp11,9 triliun dengan Rp394 miliar di antaranya berasal dari Perancis. Pajak itu juga disebut akan naik Rp7,7 triliun tiap tahun.

Pemerintah setempat menargetkan 30 perusahaan digital lewat peraturan ini, mayoritas di antaranya adalah raksasa digital Amerika Serikat. Google, Apple, Facebook, dan Amazon (akronim GAFA diambil dari keempat perusahaan ini) adalah empat target utama pemerintah Perancis lewat hukum barunya.

Namun upaya Perancis ini bakal menemui rintangan karena Amazon tak tinggal diam dengan sikap tersebut. Amazon bahkan mengancam balik mereka dengan menerapkan pajak 3 persen untuk para konsumen Perancis yang membeli barang lewat platform raksasa e-commerce ini.

Reaksi keras Amazon ini bisa dimaklumi karena mulai tahun depan Irlandia sebagai negara paling nyaman bagi raksasa teknologi itu akan menutup celah sistem perpajakan mereka. Dengan kata lain, tak akan ada lagi Double Irish with Dutch Sandwich.

Kondisi di Indonesia

Indonesia juga punya masalah dengan riwayat perpajakan para raksasa digital. Hal ini dapat tergambar pada tiga tahun lalu ketika pemerintah gencar mengejar pajak sejumlah perusahaan teknologi yang dianggap menghindar dari kewjajiban pajaknya.

Tiga tahun lalu Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan memperkirakan Google memiliki tagihan pajak senilai US$400 juta atau Rp5,2 triliun untuk tahun 2015. DJP bahkan menyebut Google hanya membayarkan 0,1 persen dari total pajak penghasilan (PPh), termasuk utang pajak penambahan nilai (PPn).

Kisruh pajak itu bisa terjadi salah satunya karena ada celah dalam tax treaty antara Indonesia-Singapura. Pada kesepakatan tax treaty itu tak terdapat aturan yang mengatur virtual presence suatu perusahaan sehingga Google tidak merasa wajib membentuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) melainkan hanya kantor perwakilan lewat PT Google Indonesia.

Namun gelombang perlawanan negara terhadap raksasa digital juga terjadi di Indonesia. Setidaknya ada dua hal yang melatarbelakangi itu. Pertama adalah kepatuhan perusahaan digital yang mulai terwujud. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebut Google sudah patuh dalam membayar PPh. Rudiantara juga menyebut Google tak lama lagi memberlakukan PPn 10 persen untuk layanan iklan mereka.

Kedua, Kemenkeu sedang menggodok Rancangan Undang-Undang Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan yang akan menyentuh tiga UU sekaligus yakni UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU PPh, dan UU PPn. Salah satu aturan yang digodok dalam RUU tersebut adalah mengubah prinsip kehadiran fisik kantor menjadi kehadiran nilai dan aktivitas ekonomi yang signifikan (significant economic presence).

Peraturan perpajakan itu perlu seiring perkiraan Google-Temasek bahwa konsumsi barang dan jasa tak berwujud di Indonesia akan melonjak menjadi Rp277 triliun pada 2025. Dengan demikian potensi PPn dari transaksi itu mencapai Rp27 triliun. Potensi pajak yang tidak sedikit bagi pundi-pundi negara yang terus menggenjot pendapatan dari perpajakan.

50 (Lebih) Game yang Bisa Dinikmati Begitu Apple Arcade Meluncur

Diumumkan di bulan Maret kemarin, Apple Arcade adalah layanan berlangganan yang memungkinkan Anda menikmati seluruh permainan yang tersedia di ekosistem iDevice. Tak seperti Google Pay Pass, konten Arcade memang baru difokuskan pada game. Namun untuk membuatnya menarik, Apple telah bekerja sama dengan sejumlah developer demi menggarap judul-judul eksklusif.

Segala informasi penting mengenai Apple Arcade bisa disimak di artikel ini, di antaranya biaya berlangganan, waktu peluncuran, serta rencana perusahaan ke depan. Apple juga sudah mengonfirmasi rentetan game yang akan hadir di sana, serta menjanjikan ketersediaan lebih dari 100 permainan dalam beberapa minggu setelah Arcade dirilis. Namun hingga kemarin, belum diketahui secara spesifik judul-judul yang akan menemani momen pelepasan Arcade.

Arcade 1

Kabar baiknya, MacRumors telah mendapatkan detail lebih jauh mengenai game di Apple Arcade. Saat layanan premium Apple itu nanti dirilis, Anda bisa segera menikmati lebih dari 50 permainan. Beberapa dari mereka ialah judul eksklusif, tapi ada pula yang merupakan port. Sayang sekali, saya belum melihat Beyond a Steel Sky (yang begitu saya nanti) di sana. Ini dia daftar lengkapnya:

  • Assemble With Care (usTwo)
  • Shantae and the Seven Sirens (WayForward Technologies)
  • Grindstone (Capybara Games)
  • WHAT THE GOLF? (The Label)
  • Card of Darkness (Zach Gage)
  • LEGO Brawls (LEGO)
  • Patterned (Borderleap)
  • Stellar Commanders (Blindflug Studios)
  • Where Cards Fall (Snowman)
  • Overland (Finji)
  • Exit the Gungeon (Devolver Digital)
  • Rayman Mini (Ubisoft)
  • Spaceland (Tortuga Team)
  • Agent Intercept (PikPok)
  • Punch Planet (Block Zero Games)
  • Sneaky Sasquatch (Rac7 Games)
  • Operator 41 (Shifty Eye Games)
  • Frogger in Toy Town (Konami)
  • Red Reign (Ninja Kiwi)
  • Various Daylife (Square Enix)
  • Mini Motorways (Dinosaur Polo Club)
  • Don’t Bug Me! (Frosty Pop)
  • Oceanhorn 2 (Cornfox & Bros)
  • King’s League II (Kurechii)
  • Explottens (Werplay Priv.)
  • Spelldrifter (Free Range Games)
  • The Get Out Kids (Frosty Pop)
  • Spek. (Rac7 Games)
  • Way of the Turtle (Illusion Labs)
  • Lifeslide (Block Zero Games)
  • Neo Cab (Surprise Attack Games)
  • Skate City (Snowman)
  • Tint. (Lykke Studios)
  • The Enchanted World (Noodlecake Studios)
  • Over the Alps (Stave Studios)
  • Hot Lava (Klei Entertainment)
  • The Pinball Wizard (Frosty Pop)
  • Shinsekai Into the Depths (Capcom)
  • Word Laces (Minimega)
  • Dear Reader (Local No. 12)
  • Projection: First Light (Blowfish Studios)
  • ATONE: Heart of the Elder Tree (Wildboy Studios)
  • Big Time Sports (Frosty Pop)
  • Tangle Tower (SFB Games)
  • Dread Nautical (Zen Studios)
  • Mutazione (Die Gute Fabrik)
  • Bleak Sword (Devolver Digital)
  • Sayonara Wild Hearts (Annapurna)
  • Dead End Job (Headup)
  • Cat Quest II (The Gentlebros)
  • Dodo Peak (Moving Pieces)
  • Cricket Through the Ages (Devolver Digital)
  • Speed Demons (Radiangames)

Berdasarkan keterangan Apple, perusahaan berjanji untuk menambahkan game baru tiap minggu. Dalam menyajikannya, Apple betul-betul memberikan perhatian khusus pada aspek tampilan antar-muka Arcade sehingga seolah-olah ia punya App Store sendiri, lengkap dengan kategori dan tip. Permainan-permainan di sana terbagi dalam grup berbeda, misalnya New Arrivals, Start Your Adventure, You Have to Hear This serta No Time to Blink.

Arcade 3

Apple Arcade dijadwalkan untuk meluncur pada tanggal 19 September 2019 besok, berbarengan dengan pelepasan iOS 13. Ongkos berlangganan Arcade dibanderol US$ 5 per bulan dan Anda dipersilakan buat menikmati masa uji coba gratis selama 30 hari. Menariknya lagi, satu akun bisa diakses oleh maksimal enam anggota keluarga.

Arcade 2

Apple Watch Series 5 Datang Membawa Layar Always-On untuk Pertama Kalinya

Bersamaan dengan trio iPhone 11, Apple turut menyingkap Apple Watch Series 5. Lompatan pembaruan yang dihadirkan memang tidak sedrastis dari Series 3 ke Series 4, akan tetapi masih cukup untuk membuat para konsumen Series 4 saat ini iri hati.

Itu dikarenakan untuk pertama kalinya, Apple menyematkan layar always-on ke smartwatch bikinannya. Dari segi resolusi, layar Apple Watch Series 5 yang tersedia dalam dua ukuran ini memang sama persis seperti Series 4, akan tetapi panel OLED yang digunakan adalah tipe khusus, yakni LTPO (low-temperature polysilicone and oxide), yang didampingi oleh display driver yang sangat irit daya.

Apple Watch Series 5

Hasilnya, sejumlah informasi penting dapat terus dipantau di layar tanpa harus mengangkat pergelangan tangan atau menyentuh layarnya. Jadi saat pergelangan tangan diturunkan, layar perangkat akan meredup, sebelum akhirnya menerang lagi saat pergelangan tangan kembali diangkat atau layarnya disentuh.

Apple memang tergolong terlambat soal ini, tapi setidaknya kehadiran layar always-on ini tidak berpengaruh terhadap ketahanan baterai Series 5, yang diyakini tetap tahan sampai 18 jam pemakaian dalam sekali charge seperti Series 4. Sebagai bonus, Series 5 turut mengemas kompas terintegrasi demi menyajikan panduan navigasi yang lebih merinci.

Apple Watch Series 5

Terkait konektivitas, ada fitur yang cukup menarik untuk Series 5 varian seluler, yakni International Emergency Calling. Jadi di lebih dari 150 negara, pengguna Series 5 tipe seluler dapat menelepon layanan darurat langsung dari pergelangan tangannya, tanpa harus ada iPhone di dekatnya. Fitur ini bahkan juga dapat aktif secara otomatis ketika fitur Fall Detection terpicu.

Secara fisik, Series 5 dan Series 4 memang nyaris tidak memiliki perbedaan. Yang membedakan hanya satu: Series 5 tersedia dalam varian yang case-nya terbuat dari bahan titanium, di samping aluminium, stainless steel atau keramik yang sudah ada sejak sebelumnya.

Apple Watch Series 5

Pemasaran Apple Watch Series 5 bakal berlangsung mulai tanggal 20 September mendatang di Amerika Serikat dan sejumlah negara lain. Apple mematok harga mulai $399, atau mulai $499 untuk versi yang dilengkapi konektivitas seluler. Varian khusus Apple Watch Nike dan Apple Watch Hermes dari Series 5 juga akan hadir secara terpisah ke depannya.

Sumber: Apple.