Manfaatkan AI dan VR, Neurosensum Hadirkan Cara Baru Melakukan Survei

PT Neurosensum Technology International (Neurosensum) yang telah hadir sejak bulan Febuari 2018 lalu di Indonesia tawarkan platform berbasis AI (Artificial Intelligence) dan VR (Virtual Reality) demi mendapatkan hasil survei pemasaran yang akurat. Kepada media, Managing Director Neurosensum, Rajiv Lamba, mengungkapkan perusahaan asal Singapura ini mencoba menghadirkan cara baru bagi brand dalam melakukan engagement dan mendapatkan informasi yang akurat dari target pengguna.

Neurosensum adalah platform yang kami miliki untuk menangkap pikiran bawah sadar (subconcsious mind) pengguna memanfaatkan teknologi,” kata Rajiv.

Teknologi VR Neurosensum
Teknologi VR Neurosensum

Alat yang digunakan oleh Neurosensum di antaranya adalah brain mapping, eye tracker, virtual reality (VR), reaction time dan facial expression. Didukung oleh teknologi yang dimiliki, semua alat tersebut bisa dimanfaatkan oleh brand untuk mendapatkan informasi hingga melakukan engagement kepada konsumen.

“Kami percaya semua orang memiliki informasi yang disimpan di alam sadar pikiran mereka. Sehingga bisa meminimalkan hasil survei yang kurang akurat seperti yang diterapkan oleh lembaga survei konvensional,” kata Rajiv.

Selain pengukuran memanfaatkan teknologi, Neurosensum juga masih melakukan survei menggunakan cara umum, yaitu temu muka secara langsung kepada responden.

“Kami telah melakukan lokalisasi, sehingga teknologi yang tadinya cukup rumit untuk diterapkan bisa lebih mudah diimplementasikan dengan lokalisasi tadi,” kata Rajiv.

Setelah Singapura, Indonesia merupakan negara kedua yang dikunjungi oleh Neurosensum di kawasan Asia Tenggara. Target dari Neurosensum selanjutnya adalah ekspansi di negara lainnya di Asia Tenggara.

Hasil survei Neurosensum

Hasil survei Nuerosensum soal tren konsumen
Hasil survei Nuerosensum soal tren konsumen

Dalam kesempatan yang sama, Neurosensum juga menyampaikan hasil survei mereka yang dilakukan di 12 kota di Indonesia yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Palembang dan Balikpapan. Tujuan survei yang dilakukan kepada 1000 orang tersebut untuk melihat perilaku konsumen dan pola konsumsi di Indonesia.

Banyak temuan menarik, di antaranya adalah meningkatnya pengeluaran di kategori telepon seluler hingga 21% dalam 2 tahun (20016-2018). Sementara untuk pengeluaran produk di kategori gadget dan elektronik meningkat menjadi 50% dalam 2 tahun terakhir.

Temuan lainnya rata-rata konsumen menghabiskan lebih dari 5 jam di media sosial. Berkembangnya keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru dan kebiasaan untuk berbagi telah memicu pertumbuhan penggunaan data internet. Sementara itu pangsa pasar untuk kategori data seluler dan broadband naik hampir 2 kali lipat dalam waktu dua tahun terakhir.

Dari sisi demografi, survei yang dilakukan oleh Neurosensum terungkap bahwa munculnya pola konsumsi yang berbeda pada Gen Z (mereka yang lahir setelah tahun 1996). Dalam survei tersebut terungkap, fokus dari brand harus mulai bergeser kepada Gen Z dan bukan lagi kepada millennial. Gen Z cenderung mengalokasikan pengeluaran mereka untuk mendapatkan pengalaman makan di luar, internet dan data seluler, kesehatan, rekreasi dan kebugaran.

Dari sektor pariwisata juga terungkap bahwa saat ini mulai banyak masyarakat Indonesia yang memilih untuk mengonsumsi produk FMCG yang lebih murah harganya (downgrade) agar bisa menghemat pengeluaran untuk kemudian digunakan untuk perjalanan wisata lokal hingga mancanegara. Dari 40% kenaikan di kategori rekreasi untuk kebutuhan travelling meningkat hingga 30% dalam dua tahun terakhir.

“Riset yang dilakukan menunjukkan bahwa konsumen semakin cerdas dalam menentukan pilihan, sehingga penting bagi perusahaan untuk beralih dari komunikasi satu arah menjadi komunikasi dua arah yang lebih menarik bagi konsumen,” tutup Rajiv.

GDP Venture and PTB Venture Lead Investment for AI Startup Element Inc

Artificial Intelligence (AI) Startup, Element Inc, announces Series A funding of $12 million (about Rp171 billion) led by GDP Ventures and PTB Ventures. Also participating are some of Indonesia’s top-tier corporates, such as BCA (through its investment company, Central Capital Ventura), BRI (through its investment unit), Telkom Indonesia (through MDI Ventures), and Maloekoe Ventures (partner of Ayala Corporation, the Philippines).

David Fields, PTB Ventures’ Managing Partner and GDP Venture’s CTO On Lee will join Element Inc’s board of Directors. Pandu Sjahrir also continues his investment in this round.

Element Inc was founded by Adam Perold (Stanford’s graduate in product design) and Yann LeCun (machine learning expert) in the US. LeCun is a professor in NYU and previously was Facebook’s AI Research Director.

This startup develops and distributes mobile-based software platform creating a biometric identity. The company produces a thorough biometric solution that mostly used to build global vaccination platform. It allows initiate diagnose, gives identity source to the health services, and creates access for financial services.

“Our mission in Element is to provide an identity for billions of people in need. We want to build an efficient and inclusive public. Currently, the opportunity for digital transformation in Asia and Africa is very engaging. We are honored to be able to partner with these world-class companies,” Adam Perold, Element Inc’s CEO and Co-Founder, said in the release.

In Indonesia, Element Inc has built the operational team by recruiting Rizki Suluh Adi as the Head of Indonesia.

Martin Hartono, CEO of GDP Venture, said on this funding, “GDP is always open for global investment that can give a big impact on Indonesia’s development, world’s fourth-largest population. By investing in Element Inc, we spot a chance to advance Artificial Intelligence technology, particularly for digital identity safety to be implemented in various sector.”

“After years of operation, we’ve observed the well-known companies using Artificial Intelligence in Asia, US, Canada, and Europe. The end-to-end AI produced by Element for mobile and cloud is very unique,” On Lee, CTO of GDP Venture, added.

David Bangun, Telkom Indonesia’s Director of Digital & Strategic Portfolio, said, “Currently, Telkom has 180 million customers and business unit that provides national-scale IT infrastructure includes cloud, security, and broadband solution. With Element, we notice a big opportunity for partnerships that can give numerous advantage to our customers on a big scale.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GDP Venture dan PTB Ventures Pimpin Pendanaan untuk Startup Artificial Intelligence Element Inc

Startup Artificial Intelligence (AI) Element Inc mengumumkan perolehan dana Seri A sebesar $12 juta (sekitar 171 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh GDP Venture dan PTB Ventures. Turut berpartisipasi dalam pendanaan ini sejumlah korporasi ternama Indonesia, yaitu BCA (melalui perusahaan investasi Central Capital Ventura), BRI (melalui unit investasinya), Telkom Indonesia (melalui MDI Ventures), dan Maloekoe Ventures yang bermitra dengan Ayala Corporation (Filipina).

Managing Member PTB Ventures David Fields dan CTO GDP Venture On Lee akan bergabung di dewan direksi Element Inc. Investor Pandu Sjahrir juga melanjutkan investasinya di putaran kali ini.

Element Inc didirikan oleh Adam Perold (desainer produk lulusan Stanford) dan Yann LeCun (peneliti machine learning kenamaan) di Amerika Serikat. LeCun adalah Profesor di NYU dan pernah menjabat sebagai Direktur Facebook AI Research.

Startup ini mengembangkan dan mendistribusikan platform software berbasis mobile yang menciptakan identitas biometrik. Perusahaan ini memproduksi solusi biometrik dari hulu ke hilir yang banyak digunakan untuk membangun platform imunisasi global. Hal ini memungkinkan diagnosis awal, memberikan sumber identitas untuk penyedia jasa kesehatan, dan mendorong akses terhadap layanan finansial.

Menggunakan teknologi Element Inc yang tersedia dalam bentuk aplikasi mobile, identitas seseorang (pengenalan wajah, sidik jari, dan lain-lain) akan lebih mudah disimpan dan digunakan. Hal ini dapat mengubah bagaimana berbagai layanan, termasuk perbankan dan kesehatan, mengelola data konsumennya.

“Misi kami di Element adalah untuk memberikan identitas pada miliaran orang yang membutuhkannya. Kami ingin membangun masyarakat yang lebih efisien dan inklusif. Saat ini, kesempatan untuk melakukan transformasi digital di Asia dan Afrika sangatlah menarik. Kami merasa terhormat bisa bergabung dengan perusahaan-perusahaan mitra kelas dunia ini,” kata Co-Founder dan CEO Element Inc Adam Perold dalam rilis yang kami terima.

Di Indonesia Element Inc telah membangun operasionalnya dengan merekrut Rizki Suluh Adi sebagai Head of Indonesia.

Menanggapi pendanaan ini, CEO GDP Venture Martin Hartono berujar, “GDP selalu terbuka untuk melakukan investment global yang dapat memberikan dampak besar terhadap pembangunan Indonesia, negara yang memiliki populasi keempat terbesar di dunia. Dengan berinvestasi di element inc, kami melihat adanya kesempatan untuk memajukan teknologi Artificial Intelligence khususnya keamanan identitas digital yang bisa diterapkan di berbagai bidang di Indonesia.”

“Setelah bertahun-tahun beroperasi, kami telah memantau perusahaan-perusahaan ternama yang menggunakan Artificial Intelligence di Asia, Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa. Teknologi end-to-end AI yang diproduksi oleh Element untuk penggunaan mobile dan cloud sangatlah unik,” CTO GDP Venture On Lee menambahkan.

Director of Digital & Strategic Portfolio Telkom Indonesia David Bangun mengatakan, “Saat ini, Telkom memiliki 180 juta pelanggan seluler serta unit bisnis yang menyediakan infrastruktur TI berskala nasional, termasuk layanan cloud, solusi broadband dan security. Bermitra dengan Element, kami melihat banyaknya peluang kolaborasi yang akan memberikan sejumlah manfaat bagi pelanggan kami dalam skala besar.”

Kata.ai Hadirkan Produk Baru “Kata Bot Platform”, Bantu Startup Miliki Chatbot Sendiri

Kata.ai, startup yang bergerak di bidang kecerdasan buatan (AI), meresmikan produk baru Kata Bot Platform untuk membantu developer startup miliki chatbot sendiri. Tidak hanya untuk startup, platform ini juga disasar untuk developer dari perusahaan skala besar.

“Bila diibaratkan kami membuat rel yang bisa dipakai untuk bangun chatbot sendiri oleh para developer, bisa berkreasi semau mereka. Platform ini memenuhi standar industri, aman, serta dapat menangani perkembangan skala setinggi apapun,” terang CEO Kata.ai Irzan Raditya, Selasa (12/12).

Menurut Irzan, chatbot itu sendiri sebenarnya bisa dibuat oleh siapapun, hanya saja ada tantangan tersendiri saat hendak membawanya ke tingkat lebih lanjut. Apalagi saat harus menciptakan percakapan yang menarik dengan pelanggan. Antara lain, manajemen konteks, manajemen saluran, dan pengolahan bahasa secara alami.

Kata Bot Platform diklaim menangani seluruh tantangan tersebut dan menyajikannya dalam platform yang rapi. Sehingga memungkinkan developer untuk berkonsentrasi dan memastikan pengguna chatbot bisa menikmati pengalaman yang mulus.

Di dalam Kata Bot Platform, Kata.ai menyediakan kerangka kerja yang mengintegrasikan pengelolaan infrastruktur dan machine learning untuk proses pengembangan chatbot dari awal hingga akhir.

Developer pun juga dibebaskan untuk mengembangkan kemampuan chatbot hingga level tiga. Pengembangan chatbot, menurut Irzan, memiliki tiga level tingkatan. Pada level pertama, chatbot bottom based, kemudian disusul chatbot dengan Natural Language Processing (NLP) yang dapat memahami percakapan sehari-hari.

Terakhir, di level tertinggi chatbot dengan kemampuan personalisasi atas big data konsumen yang dikumpulkan brand.

“Developer startup dapat mengembangkan platform chatbot yang sudah mereka buat, tidak hanya dari level pertama saja tapi sampai ke level ketiga. Inilah yang membedakan kami dengan produk lainnya yang sudah beredar di pasaran.”

Kehadiran platform ini, diharapkan dapat membantu pelaku bisnis lebih cepat dalam meluncurkan chatbot mereka sendiri. Di saat yang bersamaan, mereka dapat menurunkan biaya investasi untuk penelitian dan pengembangan teknologi dari nol.

Kata Bot Platform sendiri baru resmi dihadirkan untuk publik pada hari ini, (12/12). Sejauh ini produk tersebut sudah diuji coba 20 perusahaan startup.

Sebelumnya, startup pengembang kecerdasan buatan lainnya BangJoni juga membuka mesinnya BJtech ke publik. Hal ini membuka kesempatan kepada pelaku bisnis atau individu mengembangkan chatbot sendiri dalam aplikasi, situs, atau platform lainnya.

Pencapaian dan rencana Kata.ai

Selain mengumumkan produk baru, Kata.ai juga mengungkapkan kinerjanya setahun setelah pivot dari YesBoss yang lebih menyasar pengguna dari kalangan B2C. Kata.ai diklaim mengalami pertumbuhan revenue hingga 34 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, tanpa menyebutkan nominal.

Dilihat dari jumlah klien, Kata.ai telah bermitra dengan 10 perusahaan. Mulai dari Telkomsel (Veronika), Unilever (Jemma), Microsoft Indonesia (Rinna), Infomedia, Qiscus, Skyshi, Prism, Codigo, dan lainnya. Dilihat dari total pengguna dari seluruh platform, pengguna yang memakai Kata.ai mencapai 26 juta pengguna dengan 200 juta perputaran pesan.

Tahun depan Kata.ai akan tetap fokus pada pengembangan chatbot berbasis pesan teks, sambil mempersiapkan chatbot berteknologi baru lainnya. Salah satu teknologi yang kemungkinan akan dikembangkan adalah chatbot berbasis suara.

Menurut CMO Kata.ai Reynir Fauzan, tahun depan Kata.ai akan mengumumkan berbagai inisiasi baru dengan berbagai perusahaan untuk terus membawa teknologinya agar dapat diimplementasikan ke berbagai sektor bisnis. Salah satunya, mengumumkan kemitraan dengan BRI.

Mesin AI “Bang Joni” Dibuka untuk Umum, Memungkinkan Pihak Ketiga Kembangkan Chatbot Sendiri

Startup pengembang platform kecerdasan buatan (AI) BJtech, yang membuat chatbot Bang Joni, kini dibuka aksesnya untuk publik. Keterbukaan ini mendorong pelaku bisnis atau individu mengembangkan sendiri chatbot mereka dalam aplikasi messaging, aplikasi mobile, situs, maupun platform lainnya.

Termasuk dalam rangkaian peluncuran ini, BJtech mengumumkan soft launching implementasi perdananya dengan BNI. Produk chatbot-nya bernama “Cinta: Personal Intelligent Banking”.

Cinta bertugas membantu nasabah mengelola keperluan banking BNI, mulai dari sharing info, registrasi produk-produk BNI, hingga transaksi UnikQu melalui kemudahan chatting. Produk chatbot ini dapat diakses melalui Facebook Messenger dan Twitter.

CEO Bang Joni Diatce G Harahap menuturkan pembukaan platform ini diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan pengguna yang ingin menciptakan dan mengembangkan chatbot sesuai kebutuhan masing-masing. Misalnya pelaku bisnis menggunakannya untuk marketing channel, customer service support, menyebarkan info produk, pemesanan produk, asisten pribadi, hingga diintegrasikan dengan sistem internal perusahaan.

“Sementara non bisnis atau individu bisa belajar mengembangkan chatbot mereka sendiri untuk aktivitas percakapan sehari-hari maupun hiburan. Misalnya untuk pengembangan chatbot kuis, hiburan, gaming, dan lainnya,” kata Diatce kepada DailySocial.

Penggunaan teknologi BJtech tidak mengharuskan skill pemograman tertentu. Pengguna hanya perlu memerhatikan langkah-langkah teknis yang relatif sederhana. Pertama, pengguna perlu menentukan tujuan pembuatan chatbot itu sendiri. Penentuan ini akan berdampak pada langkah selanjutnya, yakni merancang alur percakapan, gaya bahasa, dan gramatika yang digunakan chatbot.

Setelah itu pengguna bisa langsung menghubungkan chatbot yang mereka buat agar bisa diimplementasikan di berbagai aplikasi pesan, seperti Line, Facebook Messenger, Telegram, dan Twitter.

Untuk monetisasinya, pihak BJtech menerapkan dua metode, standar dan premium. Untuk standar, pengguna tidak dikenakan biaya apapun Namun untuk metode premium, berlaku apabila pengguna ingin meningkatkan fitur yang lebih kompleks sehingga perlu menempatkan tenaga engineer.

“Intinya kami mau dorong orang buat chatbot dulu, buat dampak sosialnya. Kini UKM bisa punya chatbot sendiri dengan mudah,” pungkas Diatce.

Pemanfaatan Tepat Teknologi Artificial Intelligence, Machine Learning dan Bot

Gelaran Social Media Week Jakarta 2017 hari ini (14/09) menghadirkan Founder & CTO Dattabot Imron Zuhri untuk memaparkan perkembangan teknologi artificial intelligence (AI), machine learning dan bot yang saat ini sudah semakin banyak diadopsi oleh startup secara global. Dalam presentasinya dikemukakan banyak hal menarik, sebagian besar mengerucut kepada bagaimana teknologi AI, machine learning dan bot bakal menggantikan pekerjaan dan peranan dari manusia.

“Dari pengalaman sendiri, saya baru saja memberhentikan pegawai saya yang semua pekerjaannya sudah bisa digantikan dengan mesin dan otomasi. Mereka adalah quality control (QC), server support dan administrator,” kata Imron.

Alasan Imron melakukan pemberhentian tersebut adalah secara pasti, tepat dan akurat teknologi AI, machine learning dan bot sudah mampu melakukan tugasnya dengan baik dan memberikan hasil yang efisien. Bahkan menurutnya hasilnya jauh lebih baik dari pada pekerjaan yang dilakukan oleh manusia.

“Bukan hanya tenaga teknikal seperti itu yang nantinya bakal tergantikan, posisi jurnalis saja saat ini sudah bisa digantikan dengan machine seperti yang telah dilakukan oleh Associated Press dan beberapa media lainnya,” kata Imron.

Cara tepat menerima perubahan cepat dari teknologi

Terdengar cukup miris mendengar fakta bahwa teknologi yang saat ini sudah banyak diadopsi mampu menggantikan pekerjaan rutin manusia, misalnya layanan pelanggan yang digantikan oleh bot. Namun demikian cara terbaik untuk bisa menerima semua perubahan tersebut adalah beradaptasi dan memanfaatkan dengan baik teknologi untuk mempermudah pekerjaan.

“Sisi positifnya adalah teknologi seperti AI, machine learning dan bot terbukti membuat pekerjaan lebih baik dan membantu bisnis untuk berjalan lebih cepat,” ujar Imron.

Perubahan tersebut pada akhirnya bukan hanya memberikan dampak dari sisi fungsi, namun secara organik akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan ekonomi pun akan berubah seiring dengan perubahan dari teknologi tersebut.

“Meskipun sudah terbukti, namun teknologi tersebut tidak akan secara langsung mengubah dan mengambil alih posisi dan fungsi yang ada. Semua akan berjalan secara perlahan dan dibutuhkan waktu yang cukup lama,” kata Imron.

Ditambahkan oleh Imron untuk bisa mengejar dan berdampingan dengan teknologi tersebut, harus sudah diubah mindset saat ini, terutama untuk perusahaan yang masih memperhatikan pemasaran dan bagaimana menjual lebih baik produk mereka ke pasar. Jangan terlalu fokus kepada keyword tapi cobalah untuk memanfaatkan context.

“Manfaatkan teknologi yang ada dengan menerapkan cara-cara baru yang sudah tersedia dan tentunya lebih mudah digunakan, demi mendapatkan result yang lebih optimal,” tutup Imron.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Media Week Jakarta 2017. Dapatkan diskon 30% untuk pembelian tiket melalui laman Deals DailySocial.

Tren Teknologi dalam Pengembangan Produk Startup Digital

Beragam solusi yang ditawarkan startup digital saat ini telah mampu mengakomodasi banyak hal. Kecanggihan yang diberikan mampu memberikan efisiensi dan efektivitas untuk proses yang dieksekusi. Terlebih saat ini, solusi teknologi yang dilahirkan benar-benar mampu memberikan banyak otomatisasi untuk berbagai sistem bisnis.

Teknologi bersifat dinamis, akan selalu berkembang ke arah kecanggihan yang lebih baik lagi. Pun demikian dengan yang ada di lanskap startup Indonesia, saat ini telah ada beberapa jenis teknologi yang menjadi fokus dalam pengembangan produk. Berikut ini beberapa teknologi yang saat ini dan dalam beberapa waktu ke depan akan menjadi tren “wajib” dalam solusi yang dikembangkan startup digital.

Internet of Things (IoT)

IoT menjadi salah satu yang paling dominan. Pada dasarnya pendekatan teknologi ini berbasis pada mesin digital yang terhubung melalui jaringan untuk menghasilkan data secara periodik. Cara kerja teknologi pintar ini, memudahkan berbagai macam kondisi pekerjaan untuk melakukan aktivitas layaknya manusia.

Beberapa inovasi yang saat ini banyak digencarkan dengan pendekatan IoT salah satunya smart home dan smart city. Di Indonesia ada beberapa startup yang sangat memfokuskan dalam pengembangan produk berbasis IoT, misalnya Qlue, Cubeacon, dan beberapa lainnya.

Artificial Intelligence (AI)

Salah satu tren masa depan yang akan berkembang pesat dan akan menjadi inovasi di industri teknologi digital adalah AI. Teknologi ini pada dasarnya ingin membuat mesin bisa berpikir cerdas seperti layaknya manusia. Banyak perusahaan teknologi yang mulai menghadirkan solusi menggunakan perangkat berbasis AI.

Beberapa yang menjadi tren di Indonesia penerapan AI ialah untuk sistem berbasis chatbot. Biasanya dipadukan dengan Machine Learning dan Natural Language Processing (NLP). NLP sendiri menggunakan analisis teks untuk memahami struktur kalimat yang diterima, serta makna yang diungkapkan, melalui metode statistik dan pembelajaran mesin. Ini adalah cabang dari ilmu kecerdasan, untuk sebuah analisis mendalam.

Selain itu salah satu keluaran AI adalah aplikasi pintar yang dapat mempermudah pengguna untuk melakukan sesuatu. Seperti halnya Virtual Personal Assistant (VPAs) yang dapat mempermudah kantor mengerjakan tugas. Dengan menggunakan aplikasi pintar semua dapat mudah menyelesaikan sesuatu.

Virtual Reality dan Augmented Reality

Teknologi Virtual dan Augmented Reality saat ini banyak dipilih lantaran mampu memberikan sebuah representasi visual yang lebih interaktif dan atraktif. Beberapa brand mulai memanfaatkan pendekatan ini untuk memaksimalkan penyampaian informasi kepada pelanggan. Startup yang menggarap solusi ini pun sudah mulai tumbuh di Indonesia.

Machine Learning

Sesuai namanya, machine learning sederhananya sebuah metode yang mendesain mesin untuk selalu mempelajari pola yang ditangkap. Di computer vision, penerapan saat ini banyak berfokus pada pengenalan wajah dan pelabelan seperti yang digunakan oleh Facebook. Kemudian di bidang information retrival, dengan cara menerjemahkan bahasa dengan menggunakan komputer, mengubah suara teks dan filter email spam. Namun pemanfaatannya masih sangat luas di berbagai bidang dan implementasi.

Terapkan AI dan Deep Learning, Lyke Hadirkan Fitur Image Search

Setelah mendapatkan pendanaan Seri A beberapa waktu lalu, aplikasi mobile fashion Lyke menghadirkan inovasi baru memanfaatkan Artificial intelligence (AI) dan Deeep Learning bernama Image Search. Fitur yang tampak serupa dengan milik Pinterest ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan produk fesyen, aksesoris dan beauty product hanya dengan mengunggah foto atau screen capture dari smartphone ke aplikasi Lyke.

Sesuai dengan visi dan komitmen dari Lyke yaitu mengedepankan teknologi, inovasi ini bukan hanya mempermudah pengguna mendapatkan barang yang diinginkan secara cepat dan hampir serupa, namun juga membuka kesempatan untuk penjual memperluas layanannya.

“Sebagai satu-satunya aplikasi yang menghadirkan produk fesyen berkualitas, Lyke berharap dengan fitur terbaru ini, bisa membuat kegiatan belanja online lebih menyenangkan dan sesuai dengan harapan pengguna,” kata CEO Lyke Bastian Purrer.

Teknologi yang sepenuhnya memanfaatkan AI dan deep learning tersebut, mampu melakukan automatic object recognition hanya dalam waktu 10 detik, gambar yang diunggah oleh pengguna selanjutnya akan memberikan rekomendasi produk yang hampir serupa dengan yang diinginkan oleh pengguna. Bukan hanya untuk produk lokal, namun pencarian gambar tersebut juga bisa dilakukan untuk produk mancanegara.

“Meskipun rekomendasi gambar tersebut tidak 100% sama, namun Lyke mampu memberikan rekomendasi produk lokal yang hampir mirip secara cepat dengan harga istimewa,” kata Bastian.

Saat ini Lyke telah memiliki 300 toko pilihan yang tersebar di Indonesia mengombinasikan inventori produk berjumlah lebih dari 150 ribu jenis produk yang dapat langsung dibeli melalui aplikasi. Bukan hanya Jabodetabek saja, namun layanan Lyke saat ini juga sudah bisa dinikmati di seluruh Indonesia.

“Saat ini aplikasi Lyke telah diunduh oleh 2 juta orang, sementara untuk pemesanan Lyke sudah menerima 2 ribu order per harinya,” kata Bastian.

Fitur personalisasi Lyke

Inovasi lain yang saat ini sudah bisa dinikmati oleh pengguna Lyke adalah fitur personalisasi tampilan di halaman depan aplikasi Lyke. Tersedia tiga kategori yang bisa dipilih sesuai selera, yaitu Premium, Affordable dan Pretty Cheap. Fitur personalisasi ini bisa dimanfaatkan untuk pengguna yang hanya ingin mendapatkan produk premium dan enggan untuk melihat pilihan produk di luar dari kategori yang diinginkan.

“Dengan demikian pengguna bisa memilih sesuai dengan selera yang relevan. Untuk soal harga bisa dipastikan harga yang ditawarkan oleh Lyke jauh lebih murah dari harga toko sebenarnya,” kata Bastian.

Saat ini Lyke telah menjalin kemitraan dengan berbagai brand fesyen lokal hingga asing juga layanan e-commerce dan marketplace di Indonesia. Disinggung tentang strategi agar bisa tampil lebih unggul dengan layanan serupa, Bastian menyebutkan perbedaan bisnis model yang dimiliki serta fokus Lyke yang mengedepankan teknologi, merupakan keunggulan dari aplikasi Lyke.

“Sebagai platform fesyen dan kecantikan yang memanfaatkan teknologi, ke depannya Lyke berharap bisa tampil seperti GO-JEK dan UBER. Dari sisi teknologi kami akan terus melakukan inovasi menghadirkan fitur terkini dan layanan lebih untuk pengguna.”

Application Information Will Show Up Here

Enam Hal Artificial Intelligence Menarik di Acara SXSW 2017

Setiap tahun kegiatan South by Southwest (SXSW) Conference & Festival digelar di Amerika Serikat. Acara bergengsi yang menghadirkan pelaku startup, pakar teknologi hingga mantan presiden Barrack Obama, menjadi ajang yang paling banyak dihadiri oleh penggiat startup secara global.

Artikel berikut ini akan mengupas 6 topik Artifical Intelligence (AI) yang menjadi sorotan di SXSW 2017 lalu, seperti ditulis Co-Founder dan CTO HubSpot Dharmesh Shah.

Kolaborasi tim kreatif dan engineer

Selama ini kebanyakan tim engineer hanya mereka yang selalu sibuk dengan pengembangan produk, sehingga terkesan enggan atau tidak terlalu perlu untuk ikut serta dalam hal kreativitas. Hal tersebut ternyata adalah cara yang salah, seperti yang diperlihatkan oleh John Lasseter, Chief Creative Officer Pixar.

Agar produk memiliki kualitas yang baik, idealnya tim engineer harus diajak ketika tim sedang membuat desain untuk sebuah produk. Jangan pisahkan proses kerja yang ada, mulailah untuk melakukan kolaborasi yang intensif antara tim kreatif dan engineer. Hal yang sama berlaku untuk pengembangan di sektor AI.

B2B akan menjadi percakapan Bot-to-Bot

Jika selama ini fungsi BOT adalah percakapan antara manusia dan Bot saja, nantinya dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence, sesama BOT akan bisa melakukan percakapan secara langsung. Digital assistant nantinya akan melakukan transformasi dengan melakukan integrasi sesama BOT sesuai dengan instruksi atau permintaan yang dibutuhkan oleh pengguna. Teknologi ini memang masih dalam tahap percobaan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa diimplementasikan.

Pengolahan data

AI assisted search telah mengubah cara kita memahami dan melakukan SEO (Search Engine Optimization). Kata kunci masih menjadi penghalang terbesar saat ini untuk hasil pencarian, tetapi semakin banyak orang yang beralih ke AI assisted search atau percakapan asisten seperti Alexa dan Google Home untuk pencarian online, artinya adalah pengolahan big data.

Berikut adalah 3 poin penting dari Blue Horizon Intel:

  • Pengguna internet rata-rata akan menghasilkan sekitar 1.5GB traffic per hari
  • Satu autonomous car akan menghasilkan sekitar 4,000GB data setiap hari
  • Sebuah smart factory akan menghasilkan sekitar 1,000,000GB data setiap hari

Perusahaan perlu mengantisipasi lonjakan ini dalam hal penggunaan data dengan mencari cara untuk memusatkan data mereka sendiri untuk digunakan dalam cara yang paling efisien.

Fungsi robot yang berbeda

Selama ini keberadaan robot divisualisasikan sebagai teknologi yang menyerupai manusia, baik itu bentuk, cara bicara hingga kebiasaan. Belajar dari acara SXSW 2017, tren robot yang ideal adalah robot yang tidak melakukan hal yang serupa dengan manusia, namun didesain seperti AI untuk manusia. Gerakan, cara bicara, hingga interaksi harus dibuat berdasarkan permintaan dari manusia. Pada akhirnya AI, dalam berbagai tipe, harus bisa mengikuti kerangka yang sederhana untuk melihat, mengetahui, dan berpikir sesuai dengan respon untuk bisa melayani manusia.

Cerita memberikan pengaruh yang positif

Peranan engineer untuk membuat code dan program masih merupakan hal yang penting, namun ke depannya cerita yang baik lebih memiliki pengaruh yang positif untuk kemajuan perusahaan. Untuk itu tim pemasaran dan penjualan, wajib memiliki interaksi dan percakapan yang didukung dengan cerita dan latar belakang informasi yang menarik. Agar cerita bisa ditampilkan lebih menarik bisa memanfaatkan teknologi AI.

Kebangkitan Artificial Intelligence

Hal menarik yang dicermati oleh penulis selama kegiatan SXSW 2017 adalah teknologi AI yang semakin masif diimplementasikan dalam berbagai hal, mulai dari pemasaran, penjualan dan lainnya. AI akan mendorong kemajuan manusia, yang secara langsung akan melengkapi pekerjaan dan rutinitas sehari-hari.

Adobe Demonstrasikan Asisten Virtual ala Siri untuk Mengedit Foto

Tahun demi tahun, asisten virtual dan kecerdasan buatan terus berkembang pesat. Kemajuan ini membuat Siri, Google Assistant, Cortana, Alexa dan lainnya menjadi semakin relevan dalam kegiatan sehari-hari, contoh yang paling gampang adalah meminta mereka untuk memesankan Uber.

Namun pernahkah Anda membayangkan meminta bantuan mereka untuk mengedit suatu foto? Semisal Anda ingin mengubah rasio foto menjadi kotak, Anda tinggal bilang dan Siri pun akan langsung mengerjakannya sesuai permintaan. Tak usah dibayangkan lebih lanjut, sebab Adobe sedang sibuk mengembangkan teknologi semacam ini.

Jadi ketimbang harus mengutak-atik berbagai macam slider dan kenop, Anda tinggal bilang fotonya ingin diedit seperti apa. Adobe mengklaim teknologi voice recognition yang mereka rancang sanggup memahami instruksi yang diucapkan dalam bahasa sehari-hari, ya kira-kira sama seperti Siri atau Google Assistant.

Dari video demonstrasinya di bawah, sejauh ini mungkin baru penyuntingan standar yang bisa dilakukan macam cropping atau rotate, tetapi ke depannya asisten virtual Adobe ini pastinya juga bisa melakukan editing yang lebih kompleks.

Saya membayangkan nantinya ketika teknologi ini sudah benar-benar matang, saya hanya perlu mengucapkan instruksi semacam “buat foto ini jadi lebih terang”, dan sang asisten pun akan mengutak-atik parameter seperti exposure, highlight, shadow dan lainnya secara otomatis untuk membuat foto tak cuma lebih cerah, namun tetap mempertahankan estetikanya.

Sumber: PetaPixel.