Cara Mengurangi Efek Noise di File Audio Hasil Rekaman

Tak peduli sebarapa mahal perangkat yang Anda gunakan, noise akan selalu ikut ke dalam file audio yang Anda rekam. Untuk mengurangi efek noise tersebut, Anda wajib terlebih dahulu memisahkan audio dari video rekaman, kemudian melakukan sedikit treatment khusus untuk mengurangi gangguan noise di dalamnya.

Untuk melakukannya, Anda tak harus menggunakan aplikasi mahal yang seringkali malah memberatkan laptop. Cukup dengan aplikasi Audacity, Anda bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan noise dari audio. Caranya juga sangat mudah.

  • Jika belum punya Audacity, download dahulu dari situs resminya.
  • Setelah diinstall, sekarang jalankan Audacity di laptop atau komputer Anda.
  • Tekan CTRL + O untuk membuka file audio yang akan dijernihkan.

Cara Mengurangi Efek Noise di File Audio Hasil Rekaman

  • Perbesar timeline agar memudahkan kita menemukan noise. Caranya klik tombol plus (+) di deretan menu toolbar Audacity.
  • Sekarang timeline sudah semakin lebar. Dengan begini Anda dapat dengan mudah menandai objek. Tandai bagian rata yang grafiknya tidak mencolok, ini biasanya berisikan noise yang dihasilkan oleh banyak hal, bisa angin, kendaraan, atau sumber suara lainnya.

Cara Mengurangi Efek Noise di File Audio Hasil Rekaman

  • Sekarang klik menu Effect – Noise Reduction.

Cara Mengurangi Efek Noise di File Audio Hasil Rekaman

  • Kemudian akan muncul jendela popup seperti ini, tap saja tombol Get Noise Profile.

Cara Mengurangi Efek Noise di File Audio Hasil Rekaman

  • Lanjut, sekarang tandai semua timeline dengan mengklik sembarang kemudian CTRL + A. Lalu klik menu Effect – Noise Reduction.

Cara Mengurangi Efek Noise di File Audio Hasil Rekaman

  • Sekarang langsung klik OK.

Cara Mengurangi Efek Noise di File Audio Hasil Rekaman

  • Nah, ini hasil akhirnya. Noise terlihat jauh berkurang dibandingkan grafik sebelumnya.

Cara Mengurangi Efek Noise di File Audio Hasil Rekaman

Jika Anda masih menemukan noise yang mengganggu, Anda bisa mengulangi step-step di atas sampai noise sama sekalai tidak terdengar.

Gambar header Pixabay.

Cara Mengubah Audio Menjadi Teks dengan Smartphone Android

Mengubah audio menjadi teks sangat mudah dilakukan dari perangkat PC, apalagi jika dibantu aplikasi yang memang dirancang untuk kegunaan semacam itu. Tapi, kini dengan kemampuan dasar yang ada di smartphone pun kita sudah bisa mengubah audio dari berbagai sumber termasuk suara Anda sendiri, video YouTube, radio bahkan percakapan random yang Anda jumpai.

Catatan

Sebelum lanjut, ada beberapa hal yang harus diketahui:

  • Tutorial ini hanya bisa digunakan di smartphone yang mendukung Google Assistant
  • Hampir semua keyboard sudah mendukung voice input, jadi Anda tidak harus menggunakan keyboard yang sama dengan saya.
  • Harap gunakan dengan bijak. Mengapa demikian? Karena dengan trik ini, siapapun kini bisa mengubah konten video di YouTube menjadi konten artikel dan dipergunakan tanpa izin. Jadi, mohon harga karya orang lain ya.

Tutorial Mengubah Audio Menjadi Teks

  • Siapkan desktop atau perangkat lain sebagai sumber audio.
  • Buka aplikasi catatan, boleh apa saja, bebas.

Screenshot_20190725-115351_Notes

  • Tap untuk memunculkan papan keyboard, kemudian jika Anda menggunakan SwiftKey Keyboard, Anda akan menemukan sebuah ikon mikrofon di karakter koma. Tap dan tahan beberapa detik sampai muncul sebuah audio control baru.
  • Nah, tap dulu ikon gear untuk membuka panel pengaturan.

Screenshot_20190725-115404_Notes

  • Pilih bahasa yang pas dengan sumber audio yang ingin diubah.Tap Languages.

Screenshot_20190725-115620_Google

  • Jika Anda ingin mengubah audio berbahasa Indonesia, maka pilih bahasa Indonesia dan hilangkan centang di bahasa lain. Lalu tap tombol Save.

Screenshot_20190725-115628_Google

  • Sekarang dekatkan smartpone ke sumber audio, lalu tap tombol mikrofon untuk menangkap suara.

20190725000347_IMG_0880

  • Seiring suara terdengar, smartphone akan menampilkan setiap kata yang keluar dari sumber suara ke dalam teks di aplikasi catatan.

Screenshot_20190725-115917_Notes

  • Selanjutnya, catatan tinggal disalin dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mudah sekali, silahkan dicoba. Tapi sekali lagi, gunakan trik ini dengan bijak dan hargai karya anak bangsa.

Gambar header Quicktranscriptionservice.

Lewat Sony WF-1000XM3, Sony Bawa Kepiawaian Noise Cancelling-nya ke Ranah True Wireless Earphone

Bicara soal teknologi noise cancelling, banyak reviewer dan konsumen yang percaya Bose masih merupakan rajanya. Namun belakangan pabrikan lain mulai mengejar, salah satunya Sony, yang tahun lalu sempat menuai banyak pujian dari reviewer berkat headphone noise cancelling-nya, WH-1000XM3.

Sekarang, Sony mencoba menghadirkan teknologi yang sama ke segmen true wireless earphone. Perangkat terbarunya, Sony WF-1000XM3, datang membawa chip noise cancelling QN1e yang diklaim mampu memblokir lebih banyak suara di hampir semua frekuensi, tapi di saat yang sama tidak terlalu menguras banyak energi.

Sony WF-1000XM3

Chip ini juga mencakup sebuah DAC (digital-to-analog converter) dan amplifier dengan kapabilitas pengolahan audio beresolusi 24-bit. Juga sangat besar pengaruhnya adalah penggunaan chip Bluetooth 5.0, yang tak hanya menjanjikan koneksi yang lebih stabil, tapi juga memungkinkan transmisi suara ke earpiece kiri dan kanan secara simultan.

Ini sangat berbeda dari true wireless earphone generasi sebelumnya, di mana yang tersambung ke smartphone hanyalah earpiece kirinya, sebelum akhirnya sinyalnya diteruskan ke earpiece kanan. Cara kerja seperti ini sering kali berujung pada koneksi yang mudah putus.

Sony WF-1000XM3

WF-1000XM3 mengandalkan dynamic driver berdiameter 6,1 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Dalam satu kali pengisian, baterainya bisa tahan sampai 6 jam pemakaian (8 jam kalau tanpa noise cancelling), sedangkan charging case-nya sendiri siap menyuplai hingga 18 jam daya tahan ekstra.

Fitur fast charging turut tersedia; cukup selipkan perangkat ke dalam charging case-nya selama 10 menit, maka ia siap digunakan selama 90 menit ke depan. Fitur pendukung lainnya mencakup Quick Attention, di mana pengguna dapat menempelkan jarinya ke earpiece sebelah kiri untuk seketika itu juga menurunkan volume dan membiarkan suara dari luar masuk.

Ini berarti WF-1000XM3 mengemas sensor kapasitif pada permukaan earpiece-nya, sehingga pengguna bisa memanfaatkan gesture sentuh untuk mengoperasikannya, termasuk halnya memanggil Google Assistant di ponsel. Tidak ketinggalan juga adalah fitur Wearing Detection, yang akan menghentikan jalannya musik secara otomatis ketika pengguna melepas salah satu earpiece, kemudian memutarnya kembali saat earpiece sudah dipasang lagi.

Sony WF-1000XM3

Semua ini dikemas dalam desain yang cukup elegan, berbentuk seperti kapsul dengan pilihan warna hitam atau putih. Sony pun tidak lupa akan aspek kenyamanan; tepat di belakang eartip terdapat tonjolan berlapis karet yang akan membantu mencegah perangkat mudah terlepas dari telinga.

Sony berencana memasarkan WF-1000XM3 mulai bulan Agustus mendatang seharga $230. Cukup mahal untuk ukuran true wireless earphone, bahkan sedikit lebih mahal ketimbang AirPods generasi terbaru.

Sumber: Engadget dan Sony.

IT’S OK Adalah Pemutar Kaset Portable Berbekal Bluetooth 5.0

Tepat tanggal 1 Juli kemarin, Walkman resmi merayakan hari jadinya yang ke-40. Begitu besarnya pengaruh pemutar kaset portable tersebut, Sony merayakannya dengan menghelat pameran khusus di Jepang, menceritakan awal perjalanannya hingga sampai ke titik ini.

Bagi kita para konsumen, kita bisa ikut merayakannya dengan mengeluarkan Walkman dari gudang, lalu memutar koleksi kaset yang masih ada. Koleksi kasetnya masih dalam kondisi sehat tapi Walkman-nya sudah rusak atau malah hilang, dan Anda juga tak lagi mempunyai earphone atau headphone non-wireless? Jangan terburu-buru memberantas koleksi kaset itu.

IT'S OK

Sebuah perusahaan bernama NINM Lab baru saja memulai kampanye crowdfunding atas sebuah perangkat yang mereka juluki IT’S OK. Perangkat ini tidak lain dari sebuah pemutar kaset portable, tapi yang sudah dilengkapi dengan konektivitas Bluetooth 5.0, sehingga Anda bebas menggunakannya bersama earphone atau headphone wireless kesayangan.

Selebihnya, NINM Lab sebisa mungkin merancang agar IT’S OK bisa mewarisi nilai-nilai antik yang dihadirkan Walkman. Anda yang pernah menggunakan Walkman versi kaset pasti tidak asing dengan fitur-fitur IT’S OK, mulai dari lima tombol pengoperasiannya, mikrofon terintegrasi untuk merekam audio, sampai slot sepasang baterai AA-nya.

IT'S OK

Tentu saja perangkat ini masih mengemas jack 3,5 mm, namun nilai daya tariknya akan semakin terasa seandainya Anda mempunyai headphone wireless macam keluaran JLab, yang pada dasarnya mengawinkan teknologi modern dengan rancangan lawas. Lebih lanjut, kehadiran Bluetooth juga berarti Anda juga dapat menikmati alunan musik yang tersimpan dalam kaset melalui speaker Bluetooth.

Bagi yang tertarik, IT’S OK sudah bisa dipesan lewat Kickstarter dengan harga paling murah HK$498, atau kurang lebih setara 900 ribu rupiah, belum termasuk biaya pengiriman internasionalnya. Harga tersebut tentu tidak mencakup earphone atau headphone Bluetooth-nya, tapi setidaknya konsumen masih mendapatkan satu kaset kosong untuk merekam, yang bisa dibilang sudah termasuk langka sekarang ini.

Sumber: Gizmodo.

Cara Merekam Suara dengan Kualitas Lebih Baik Menggunakan Voice Recorder Android

Fitur perekam video di smartphone sejatinya sudah dilengkapi dengan built-in mikrofon yang tertanam di dalamnya. Tapi, karena suatu hal kualitas suara yang dihasilkan bagi sebagian orang tidak cukup memuaskan.

Untuk mengatasinya, Anda butuh satu perangkat smartphone lagi yang bertugas merekam suara secara terpisah untuk nanti disatukan saat proses editing. Tapi, kita butuh bantuan aplikasi pihak ketiga yang mampu merekam suara dengan kualitas lebih optimal.

  • Langkah awal, unduh dahulu aplikasi Voice Recorder dari Play Store, lalu install.
  • Setelah di-install, jalankan aplikasi.
  • Sebelum mulai merekam, lakukan penyesuian terlebih dahulu, tap tombol gear di sisi paling kanan.

Cara Merekam Suara dengan Kualitas Lebih Baik Menggunakan Voice Recorder Android (1)

  • Pengaturan pertama, Microphone Adjustment, pilih saja Device auto control jika Anda tidak menggunakan mikrofon eksternal tambahan.

Cara Merekam Suara dengan Kualitas Lebih Baik Menggunakan Voice Recorder Android (2)

  • Kedua, pilih tipe file yang akan digunakan, bisa MP3 atau Wav, silahkan pilih menurut keinginan Anda.

Cara Merekam Suara dengan Kualitas Lebih Baik Menggunakan Voice Recorder Android (3)

  • Pengaturan penting berikutnya adalah pemilihan kualitas hasil rekaman suara. Pilih frekuensi terbaik agar kualitas suaranya juga baik, tapi dengan catatan bahwa semakin baik maka beban berkas yang disimpan juga akan semakin besar.

Cara Merekam Suara dengan Kualitas Lebih Baik Menggunakan Voice Recorder Android (4)

  • Apabila pengaturan di atas sudah diselesaikan, sekarang kembali ke layar utama dan mulailah merekam dengan men-tap tombol merah bulat di tengah.

Cara Merekam Suara dengan Kualitas Lebih Baik Menggunakan Voice Recorder Android (6)

  • Dalam posisi merekam, Anda bisa jeda jika diinginkan atau menghentikan rekaman. Kedua tombol ini diposisikan di posisi yang mudah dijangkau dan terlihat.
  • Setelah rekaman dihentikan, maka jendela notifikasi seperti ini akan muncul di mana Anda bisa memberi nama file dengan kode atau nama tertentu. Tap Ok untuk menyimpan hasil rekaman tersebut.

Cara Merekam Suara dengan Kualitas Lebih Baik Menggunakan Voice Recorder Android (7)

  • Semua rekaman suara yang tersimpan akan dikumpulkan di direktori ini, tap saja ikon headphone di sisi paling kiri layar utama Voice Recorder.

Cara Merekam Suara dengan Kualitas Lebih Baik Menggunakan Voice Recorder Android (8)

Berkas suara ini juga bisa diakses melalui aplikasi file manager untuk kemudian dieksport dan digabungkan dengan berkas video yang direkam melalui smartphone lain atau kamera.

Berdasarkan pengalaman penulis, kualitas suara yang dihasilkan jauh lebih baik dibandingkan langsung menggunakan audio langsung saat merekam video, terutama menggunakan smartphone.

Sumber gambar header Pixabay.

RHA Luncurkan Versi Bluetooth dari Earphone Terpopulernya, T20 Wireless

Hingga kini nama RHA Audio mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian besar orang. Padahal, pabrikan asal dataran Inggris ini sudah termasuk cukup dipandang di kalangan audiophile.

Tahun 2019 ini, RHA memutuskan untuk memperbarui salah satu earphone terpopulernya, yaitu RHA T20. Suksesornya yang bernama RHA T20 Wireless berikut ini masih mempertahankan segala keunggulan pendahulunya, selagi di saat yang sama menawarkan kepraktisan konektivitas wireless.

Keunggulan yang dimaksud mencakup driver DualCoil yang lebih superior ketimbang driver konvensional berkat kemampuannya menghasilkan frekuensi tinggi dan rendah secara terpisah. Juga sangat unik dan masih dipertahankan adalah trio filter yang bisa dilepas-pasang, sehingga pengguna dapat menyesuaikan karakteristik suara yang dihasilkan antara balanced, condong ke bass, atau condong ke treble.

RHA T20 Wireless

Semua ini masih dikemas dalam housing berbahan stainless steel yang kokoh nan elegan. Kabel yang menyambung ke masing-masing earpiece-nya dapat dilepas sehingga pengguna dapat menyambungkan neckband fleksibel yang mengemas konektivitas Bluetooth 4.1 (aptX) beserta baterai dengan klaim daya tahan hingga 12 jam pemakaian.

10 pasang eartip dengan beragam bentuk dan ukuran tetap dibundel seperti sebelumnya, dan ini juga salah satu faktor yang menjadikan produk-produk RHA memiliki daya tarik tersendiri. Andai pengguna kurang cocok dengan eartip berbahan silikon, mereka dapat memakai eartip yang terbuat dari memory foam.

Di Amerika Serikat, RHA T20 Wireless saat ini telah dipasarkan seharga $250, hanya $40 lebih mahal dari varian non-wireless yang dirilis empat tahun silam.

Sumber: TechRadar.

Bose Umumkan Smart Speaker Baru dengan Integrasi Alexa dan Google Assistant Sekaligus

Bose memperkenalkan smart speaker sekaligus soundbar perdananya tahun lalu. Saat dirilis, tiga perangkat itu hanya mengemas integrasi Alexa, namun Bose berjanji untuk segera menambahkannya. Janji itu mereka tepati hari ini lewat update yang mendatangkan integrasi Google Assistant pada Bose Home Speaker 500, Bose Soundbar 700, dan Bose Soundbar 500.

Bersamaan dengan itu, Bose turut menyingkap anggota baru di keluarga smart speaker mereka, yaitu Bose Home Speaker 300. Melihat wujudnya, tampak jelas bahwa Home Speaker 300 dirancang sebagai adik kecil Home Speaker 500, dengan desain yang serupa namun dalam dimensi yang lebih ringkas.

Meski lebih kecil, Home Speaker 300 tak bisa dikategorikan sebagai speaker portable mengingat ia tidak dilengkapi unit baterai. Kendati demikian, ia masih bisa difungsikan sebagai speaker Bluetooth biasa terlepas dari kelengkapan konektivitasnya yang mencakup AirPlay 2.

Bose Home Speaker 300

Ukuran bukan satu-satunya pembeda Home Speaker 300 dan 500. Adik kecilnya ini tidak dilengkapi layar berwarna yang berfungsi untuk menampilkan album art pada Home Speaker 500. Sebagai gantinya, sisi depan Home Speaker 300 cuma mengemas indikator LED kecil yang akan menyala ketika mikrofonnya aktif mendengarkan perintah suara yang dilontarkan pengguna.

Panel atasnya masih dihuni oleh sederet tombol pengoperasian. Namun tentu ini bukan satu-satunya metode pengoperasian yang tersedia, sebab seperti yang saya bilang, pengguna bebas meminta bantuan kepada Alexa maupun Google Assistant.

Bose berencana untuk melepas Home Speaker 300 ke pasaran mulai tanggal 20 Juni mendatang. Banderol harganya dipatok $260, tergolong premium jika dibandingkan dengan sebagian smart speaker lain di pasaran, tapi setidaknya jauh lebih terjangkau ketimbang Bose Home Speaker 500.

Sumber: VentureBeat dan The Verge.

Sony XB900N Diciptakan untuk Pencinta Bass yang Juga Mementingkan Noise Cancelling

Saya yakin tidak ada yang meragukan reputasi Sony di bidang audio, apalagi dengan portofolio yang mencakup produk sekelas headphone WH-1000XM3. Tidak hanya menawarkan fitur noise cancelling yang efektif, headphone tersebut juga masuk di kriteria kaum audiophile berkat kemampuannya mengolah file audio beresolusi tinggi.

Namun sebagian besar konsumen tidak membutuhkan kapabilitas setinggi itu, dan mereka pun juga bakal keberatan mengucurkan dana sebesar 6 juta rupiah hanya untuk sebuah headphone wireless. Ditambah lagi, beberapa mungkin akan menilai dentuman bass yang dihasilkan WH-1000XM3 masih kurang wow.

Itulah mengapa Sony telah menyiapkan headphone wireless lain bernama XB900N. Label “XB” adalah kuncinya, singkatan dari “eXtra Bass” yang berarti karakter suaranya lebih condong ke frekuensi rendah. Di saat yang sama, label “N” di buntutnya juga berarti noise cancelling telah tersedia sebagai fitur standar di headphone ini.

Sony XB900N

Buat saya pribadi, yang cukup mencuri perhatian adalah desainnya. Saya masih ingat di kisaran tahun 2012-2013, seri headphone Sony XB selalu berpenampilan agak norak. Seperti yang bisa Anda lihat, XB900N tidak demikian. Selain elegan, desainnya juga fungsional; earcup-nya dapat diputar sekaligus dilipat sehingga mudah dibawa bepergian.

Sisi luar earcup-nya dibekali panel sentuh, yang berarti pengoperasiannya mengandalkan gesture seperti WH-1000XM3. Dukungan Google Assistant dan Alexa pun tidak ketinggalan, sedangkan baterainya bisa bertahan sampai 30 jam pemakaian sebelum perlu diisi ulang via USB-C.

Di Amerika Serikat, Sony XB900N sudah dipasarkan seharga $250, selisih $100 dari banderol WH-1000XM3 saat pertama dirilis.

Sumber: The Verge.

Earphone Nirkabel OnePlus Bullets Wireless 2 Bawa Sederet Pembaruan yang Signifikan

Bersamaan dengan OnePlus 7 dan OnePlus 7 Pro, OnePlus turut memperkenalkan generasi kedua dari earphone nirkabelnya. Mengusung nama Bullets Wireless 2, ia membawa sejumlah perubahan yang cukup signifikan jika dibandingkan generasi pertamanya yang dirilis baru setahun lalu.

Yang paling utama adalah desainnya. Dilihat dari sudut manapun, masing-masing earpiece Bullets Wireless 2 kelihatan jauh lebih membulat ketimbang pendahulunya. Bukan sebatas kelihatan lebih manis di mata, desain baru ini semestinya juga berpengaruh terhadap ergonomi sehingga perangkat bisa lebih nyaman dipakai dalam waktu yang lama.

Meski begitu, Bullets Wireless 2 masih mengadopsi model neckbud, dengan ‘tangkai’ fleksibel berisikan baterai yang menggantung di leher. Sisi belakang kedua earpiece-nya juga masih rata seperti sebelumnya, sengaja agar keduanya dapat ditempelkan secara magnetis ketika sedang tidak digunakan. Dalam posisi ini, musik akan otomatis di-pause, dan perangkat siap beralih fungsi menjadi kalung pemanis tampilan.

OnePlus Bullets Wireless 2

Secara teknis, Bullets Wireless 2 menjanjikan performa audio yang mumpuni berkat kombinasi sepasang driver balanced armature dan dynamic driver berdiameter 10 mm di tiap earpiece-nya. Dua balanced armature-nya bertugas mengolah frekuensi mid dan high, sedangkan dynamic driver-nya secara khusus menangani frekuensi low alias bass.

Performanya turut didukung pula oleh konektivitas Bluetooth 5 serta kompatibilitas aptX HD. Juga menarik adalah fitur fast pairing ala Google Pixel Buds, akan tetapi ini hanya berlaku jika perangkat hendak disambungkan dengan ponsel-ponsel bikinan OnePlus saja (minimal OnePlus 5).

OnePlus Bullets Wireless 2

Soal baterai, Bullets Wireless 2 diklaim dapat digunakan sampai 14 jam pemakaian dalam satu kali charge. Menariknya, bukan cuma ponsel OnePlus yang mendukung fast charging, earphone ini pun juga; pengisian selama 10 menit saja sudah cukup untuk menyuplai daya pemakaian sampai 10 jam.

Sayang sekali semua pembaruan ini juga harus berarti harganya semakin mahal dibanding pendahulunya. OnePlus mematok harga $99 untuk Bullets Wireless 2, lebih mahal $30 dari generasi sebelumnya.

Sumber: The Verge.

Headset Audeze LCD-GX Diciptakan untuk Gamer yang Kebetulan Juga Seorang Audiophile

Saya yakin tidak banyak gamer yang mengenal perusahaan bernama Audeze, kecuali mereka juga punya hobi di bidang audio. Selama berkiprah sejak 2008, nama Audeze lebih populer di kalangan audiophile, akan tetapi per tahun lalu, mereka mulai merambah segmen gaming lewat headset bernama Mobius.

Eksperimen mereka di ranah baru ini rupanya membuahkan hasil yang cukup positif. Buktinya, mereka baru saja mengumumkan gaming headset kedua mereka. Dijuluki Audeze LCD-GX, wujudnya memang sama sekali tidak mencitrakan sebuah gaming gear, sebab memang target pasar yang diincar adalah para gamer yang kebetulan juga masuk di kalangan audiophile.

Itulah mengapa desainnya menyerupai headphone lain dari lini Audeze LCD, mengadopsi model open-backed demi menyajikan soundstage yang lebih luas, tapi dengan ‘ongkos’ suara akan bocor ke mana-mana, serta suara dari luar yang gampang sekali masuk. Di balik setiap earcup-nya, tertanam driver berteknologi planar magnetic dengan diameter 103 mm.

Audeze LCD-GX

Secara umum, keunggulan utama teknologi planar magnetic adalah dentuman bass-nya yang terdengar bulat dan sangat mantap. Ketika diaplikasikan ke ranah gaming, tentunya ini juga bisa dilihat sebagai hal yang positif, meski saya yakin banyak juga gamer yang lebih memprioritaskan gimmick seperti suara surround dan spatial audio.

Kalau memang itu yang dicari, maka Mobius jelas merupakan pilihan yang lebih tepat ketimbang LCD-GX, belum lagi rencana Audeze untuk menambahkan fitur yang dapat menerjemahkan pergerakan kepala menjadi input keyboard. LCD-GX di sisi lain hanya akan menarik perhatian mereka yang mementingkan kualitas suara di atas segalanya.

Sebagai sebuah gaming headset, tentu saja LCD-GX dibekali sebuah mikrofon, lengkap dengan tombol mute beserta lengan yang fleksibel sehingga masing-masing pengguna bisa menyesuaikan posisinya dengan mudah. Yang cukup menarik, mic ini menjadi satu dengan kabel, dan Audeze menyertakan dua pasang kabel yang berbeda; satu tanpa mic untuk pemakaian di luar sesi gaming.

Secara keseluruhan, Audeze LCD-GX bukan untuk semua gamer, sebab untuk bisa memaksimalkan kinerjanya, Audeze menyarankan untuk menyiapkan amplifier atau DAC terpisah sebagai pendampingnya. Harganya yang dipatok $899 juga merupakan alasan lain ia kurang cocok buat gamer mainstream.

Sumber: The Verge.