Grab Peroleh Investasi dari Microsoft, Jalin Sinergi Pengembangan Teknologi Pintar

Microsoft mengumumkan investasinya kepada Grab dengan nilai transaksi yang tidak disebutkan. Investasi ini membuka peluang kerja sama antar dua perusahaan, khususnya memaksimalkan platform Azure ke sistem bisnis Grab. Keduanya disebut akan berkolaborasi dalam pengembangan proyek teknologi dengan big data dan artificial intelligence.

Grab dan Microsoft akan mengeksplorasi teknologi pengenalan gambar dengan computer vision untuk meningkatkan pengalaman penggunaan aplikasi. Implementasinya, pengguna dapat memfoto lokasi di mana dia berada, lalu aplikasi secara otomatis akan menerjemahkan menjadi alamat untuk pick-up.

Sebelumnya Grab memang dikabarkan tengah menargetkan pengumpulan investasi hingga $3 miliar untuk tahun ini. Kabar terbaru, existing investor Softbank sepakat memberikan dana tambahan sekitar $500 juta. Sebelumnya mereka juga telah mengumpulkan investasi $2 miliar yang dipimpin Toyota, termasuk dari Co-founder Microsoft Paul Allen.

Kebutuhan pendanaan tersebut untuk merealisasikan ambisi Grab sebagai “super app“, tidak hanya melayani jasa transportasi, namun akan mengoptimalkan ekosistem aplikasi untuk berbagai hal. Beberapa yang sudah diungkapkan adalah untuk layanan pengiriman makanan, optimasi uang elektronik, pinjaman mikro, dan berbagai kebutuhan gaya hidup lainnya.

Dari sisi Microsoft, investasi ini dilakukan untuk meningkatkan penetrasi platformnya untuk bisnis teknologi besar di Asia Tenggara. Sejauh ini, lawan terberat Microsoft untuk platform komputasi awan adalah Amazon Web Services (AWS). Untuk sektor ride hailing, AWS telah menjalin kerja sama khusus dengan Didi Chuxing untuk eksplorasi teknologi terbaru.

Application Information Will Show Up Here

Microsoft Tawarkan Keamanan Perbankan Berbasis AI, Mampu Deteksi Penipuan Dalam 2 Detik

Pengembangan teknologi kecerdasan buatan sejauh ini telah sampai di level yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Kita telah melihat banyak perangkat inovatif yang mampu mengerjakan tugas-tugas layaknya manusia, bahkan lebih.

Microsoft sebagai salah satu perusahaan raksasa di bidang teknologi piranti lunak seakan punya kewajiban untuk menghadirkan kecerdasan yang mampu meningkatkan produktivitas pengguna. Bukan menggantikan peran manusia atau sebatas membenamkan kemampuan unik AI ke portofolionya saja.

Menjawab tuntutan itu, Microsoft mencoba menawarkan solusi teknologi AI yang dijabarkan mampu menjadi alat bantu untuk memerangi penipuan internet yang memanfaatkan perangkat mobile.

Kita ketahui bersama, kini perbankan telah melibatkan teknologi untuk menawarkan cara baru dalam bertransaksi mulai mengirim uang, melakukan pembayaran dan lain sebagainya. Seluruh layanan tersebut kini sudah menjangkau perangkat mobile yang di sisi lain menyimpan potensi ancaman, salah satunya penipuan.

 

Dijelaskan oleh Microsoft, model AI yang mereka tawarkan mampu mengendus situasi yang mengarah pada penipuan dalam waktu kurang dari dua detik, memberi waktu ekstra kepada pelanggan untuk mengambil langkah pencegahan. Microsoft mengatakan sebagian besar penipuan ponsel yang diamati dilancarkan melalui “serangan swap SIM”. Cara ini pada dasarnya terjadi ketika nomor ponsel diretas atau dikloning. Walhasil, peretas leluasa untuk memonitor dan mengakses seluruh pesan dan panggilan ke nomor tersebut.

Sejumlah perbankan telah mengadopsi teknologi semacam ini. Namun, model yang ditanamkan ke Azure berbeda, di mana ia mampu secara signifikan memangkas waktu respon dan sebaliknya meningkatkan akurasi deteksi dini. Aktivitas seluler yang masuk sepenuhnya akan diawasi, profil perilaku juga dibangun, dan setiap transaksi akan dievaluasi untuk memastikan bersih dari upaya penipuan serta tindakan yang relevan pasca deteksi juga telah ditentukan. Semua proses rumit itu dilakukan dalam waktu kurang dari 2 detik.

Sumber berita Microsoft dan gambar header ilustrasi Pixabay.

Microsoft Adopsi Kinect Untuk Dukung Cloud Computing

Kinect dahulu pernah menjadi periferal kendali paling inovatif buatan Microsoft. Diperkenalkan di era Xbox 360 ketika sistem kendali gesture sedang jadi tren di ranah gaming, aksesori ini memungkinkan kita mengendalikan serta berinteraksi dengan permainan tanpa menyentuh controller. Versi barunya juga sempat dibundel bersama Xbox One dan disiapkan agar kompatibel ke PC.

Namun mungkin karena tak berhasil menarik perhatian gamer dan developer buat memanfaatkan fitur utamanya, Microsoft memutuskan untuk menghentikan produksi Kinect pada bulan Oktober 2017. Kabar ini memang menyedihkan, tetapi tidak berarti hal tersebut menandai akhir dari perjalanan Kinect. Dalam presentasi Build kemarin, CEO Satya Nadella mengungkap rencana Microsoft mengadopsi Kinect buat menunjang platform cloud computing mereka, Microsoft Azure.

Nadella menjelaskan, saat diluncurkan di 2010, Kinect merupakan perangkat kendali pertama yang mendukung input berupa perintah suara, gerakan mata serta gerakan tubuh sekaligus. Awalnya ia dirancang untuk gaming, kemudian setelah dihadirkan ke PC, pemanfaatannya meluas ke bidang medis, industri, robotik dan edukasi. Terinspirasi oleh kreasi-kreasi unik para developer itu, Microsoft terdorong untuk mengangkat teknologi Kinect ke cloud computing, sembari menopangnya dengan teknologi HoloLens.

Dalam blog LinkedIn, Alex Kipman selaku technical fellow AI perception and mixed reality di Microsoft menyampaikan bahwa Project Kinect for Azure akan membuka peluang penerapan kecerdasan buatan di dunia nyata. Dukungan AI di layanan Azure yang dipadu bersama kemampuan pengenalan di Kinect merupakan kunci dari menciptakan terobosan baru dalam proses mengumpulkan dan menganalisis data. Proses ini dikenal dengan istilah intelligent edge.

Kombinasi keduanya memungkinkan sebuah sistem mengenal identitas individu berbeda, lokasi dan benda-benda di sekitarnya. Dan bukan itu saja, Project Kinect for Azure memungkinkan pembacaan data yang lebih presisi dengan konsumsi daya lebih hemat; lalu infrastruktur yang dibutuhkan juga lebih sedikit. Tentu saja hal tersebut jadi menghemat pengeluaran ongkos buat mengimplementasikan algoritma pintar.

HoloLens sendiri punya kaitan cukup erat dengan Kinect. Untuk menghadirkan ‘hologram’ di dunia nyata, perangkat mixed reality tersebut menggunakan teknologi pelacakan kedalaman (depth-sensing) kamera Kinect generasi ketiga. Project Kinect for Azure sendiri mengusung Kinect generasi keempat. Versi ini sudah terintegrasi bersama platform cloud serta intelligent edge Microsoft.

Meski kita mungkin tidak bisa lagi menyaksikan penggunaan Kinect sebagai aksesori penunjang gaming dalam waktu dekat, setidaknya teknologi ini telah menemukan rumah baru dan tidak jadi dipensiunkan.

Via The Verge.

Mengapa Cloud Berperan Sentral dalam Ekspansi Bisnis Online?

Proses validasi pasar dan bisnis telah dilewati. Key Performance Indicator (KPI) yang telah ditentukan di tahap awal sudah berhasil dicapai, dan sekarang pengembangan bisnis mulai menggunakan KPI baru yang berbasis pada pertumbuhan konsumen, revenue, market traction, dan market share, bersamaan dengan pengembangan kualitas produk. Bila belakangan ini Anda tidak asing dengan kegiatan-kegiatan yang disebutkan tadi, itu menandakan bisnis Anda memasuki tahap scaling dan ekspansi.

Upaya-upaya dari kacamata bisnis ini jelas perlu dilakukan, dan sebaiknya langkah tersebut juga senada baiknya dengan penguatan dari sisi teknologi penyimpanan dan penyebaran data yang terintegrasi dan dapat diandalkan, seperti cloud computing. Mengapa?

Begini. Dari sisi Platform as a Service (PaaS), perlu disadari bahwa bisnis online Anda memerlukan cloud solution yang elastis bagi bisnis Anda yang dinamis itu, guna dapat merasakan fasilitas cloud sesuai dengan skala terkininya. Terlebih, poin ini menjadi penting bila Anda sekarang tengah menggeluti bidang e-commerce yang dikenal memiliki lonjakan dan anjlokan traffic yang sering menghampiri situs.

Belum lagi, proses scaling yang banyak bertumpu pada pengambilan keputusan yang cepat dan terukur, membuat Anda mungkin memerlukan cloud service dengan insight real-time dari setiap transaksi hingga proses bisnis secara umum.

Microsoft punya solusi terpadu agar proses scaling up bisnis online Anda dapat berjalan sesuai rencana, yakni melalui Microsoft Cloud Solution.

Microsoft Cloud Solution dengan cabang-cabang solusinya dapat membantu Anda menjawab tantangan-tantangan bisnis Anda di tengah usaha optimalisasi kualitas produk bisnis Anda, dalam proses scaling. Misal, Microsoft Azure, yakni solusi cloud computing platform buatan Microsoft yang dikenal dapat menangani lonjakan traffic yang tidak terduga serta integrasi dengan aplikasi yang dikembangkan. Begitu pula dengan Microsoft Power Business Intelligence, analytic tools garapan Microsoft yang membantu pengguna memadukan sistem yang dibangun dengan aplikasi analisis data, sehingga Anda dapat dengan mudah ‘menampung’ limpahan data tersebut dan mempresentasikannya di kemudian hari.

Lantas, bagaimana solusi cloud seperti itu dapat memaksimalkan serta mempercepat laju pertumbuhan bisnis online Anda secara konkret? Bagaimana implementasi yang tepat di sektor e-commerce (atau bahkan di sektor pengembangan Internet of Things)?

Semua pertanyaan tersebut akan dibahas tuntas bersama empat pelaku industri digital yang tentunya telah mengalami kisah sukses dari pengembangan bisnis online dengan cloud computing, antara lain ialah Lodewijk Christoffel Tanamal (Chief Technology Officer Bhinneka.com), Rudy Sumadi (SMB Director Microsoft Indonesia), Andri Yadi (CEO DyCode), dan Wiku Baskoro (Chief Innovation Officer DailySocial), di sebuah talkshow bertajuk “Optimize/Accelerate Your Online Business With Microsoft Cloud Solution”.

Bersama Lodewijk (baca: Ludwig), Anda akan mendengarkan bagaimana cloud computing menjadi salah satu urat nadi dari bisnis e-commerce. Kemudian, Rudy akan membeberkan alasan mengapa Anda perlu mengadopsi sistem cloud dari Microsoft. Lalu Andri akan bercerita panjang lebar mengenai Microsoft Azure yang sukses membantu bisnis Internet of Things-nya bersama DyCode. Ketiganya akan berbincang bersama di satu panggung, dimoderatori oleh Wiku.

Bertempat di Lot 8 Resto & Bar, SCBD, Jakarta Selatan, talkshow hasil kerja sama Bhinneka.com, DailySocial.id, dan Microsoft ini akan digelar pada hari Rabu, 7 Desember 2016, pukul 18.00 sampai dengan selesai.

Selain pembahasan dan insight yang seru dari para pakar, para peserta juga akan mendapatkan paket goodie bag keren dari penyelenggaraan acara. Dengan pendaftaran acara yang dibuka gratis, rasanya sayang bila Anda melewatkan talkshow untuk para online business owner dan tech enthusiast ini.

Jadi, Anda siap untuk melebarkan sayap bisnis online Anda dengan cloud computing?

Disclosure: DailySocial adalah organizer dari talkshow Microsoft Cloud Solution yang didukung oleh Bhinneka.com dan Microsoft.

DycodeEdu Selenggarakan Global Azure Bootcamp 2016 Bandung

Sabtu (16/04) DycodeEdu berkerja sama dengan Microsoft Indonesia dan ElasticION gelar Global Azure Bootcamp 2016 Bandung. Bertempat di Bale Motekar, acara ini diikuti oleh 64 peserta yang terdiri dari developer, IT profesional dan pelajar. Global Azure Bootcamp 2016 adalah acara global yang digelar serentak di tanggal yang sama di lebih dari 161 lokasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam acara ini, serangkaian topik-topik seputar teknologi komputasi awan dengan platform Azure dibahas oleh praktisi-praktisi industri yang sudah berpengalaman. Membuka acara,  Budi Rahardjo selaku dosen Teknik Elektro ITB dan penggagas ID-CERT membawakan materi tentang keamanan komputasi awan. Dilanjutkan pembahasan integrasi Azure IoT Hub ke dalam proyek-proyek Internet of Things oleh Microsoft MVP Azure dan Lead Trainer DycodeEdu Andri Yadi.

Selain Andri dan Budi, Global Azure Bootcamp 2016 Bandung juga diisi oleh Bayu Yasaputro (CTO DyCode) yang berbicara mengenai integrasi HockeyApp sebagai sarana DevOps; Puja Pramudya (Microsoft MVP Azure dan Co-Founder Radyalabs) yang berbicara mengenai bagaimana menjalankan aplikasi web and mobile di layanan Azure App Service; Rudi Setyo Purnomo (Microsoft MVP Azure dan Cloud Architect Erudeye) yang membahas BCDR: SQL Server Always On Availability Group; dan Andik Susilo (Service Delivery Manager Erudeye) yang mempresentasikan mengenai implementasi Azure Backup sebagai solusi penyelamatan data di situasi-situasi darurat.

“Dengan diadakannya Global Azure Bootcamp 2016 di Bandung, kita berharap para developer dan startup mendapatkan banyak insight tentang apa dan bagaimana teknologi Microsoft Azure dapat mendukung produk maupun inovasi mereka selanjutnya. Selain itu, topik yang dibahas oleh para speaker pun diharapkan bisa menginspirasi mereka untuk menciptakan solusi terbaik berbasis cloud computing,” ujar Fauzan Alfi, perwakilan dari DycodeEdu.

DailySocial adalah media partner acara Global Azure Bootcamp 2016 Bandung.

Microsoft Pertimbangkan Sistem Operasi Open Source?

Telah digunakan miliaran orang semenjak pertama kali dilepas 30 tahun lalu, Windows ialah OS paling laris sepanjang masa. Wajar jika Microsoft ‘sedikit’ protektif melindungi karya kesayangan itu. Tapi belakangan, tren baru di konsumen mendorong Microsoft mengubah strategi mereka. Kita tahu, Windows 10 akan tersaji berupa update gratis bagi pemilik dua versi sebelumnya. Continue reading Microsoft Pertimbangkan Sistem Operasi Open Source?

Platform Komputasi Awan Azure Kini Miliki Lebih Dari 4 Triliun Obyek

Microsoft baru-baru ini menyatakan bahwa produk cloud miliknya, Azure, saat ini menyimpan lebih dari 4 trilium obyek, naik 4 kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.

Platform Azure milik Microsoft ini menerima rata-rata 27 ribu permintaan layanan tiap detik, dan bahkan di bulan-bulan tertentu angka ini melonjak hingga 880 ribu permintaan layanan tiap detik. Jumlah ini juga naik 3 kali lipat satu tahun belakangan ini. Hal ini bisa jadi dikarenakan langkah Microsoft untuk menurunkan harga hingga 10 kali lipat bulan Juni lalu.

Angka ini membuat Microsoft sangat optimis untuk bisa mengalahkan pesaing terberatnya Amazon S3, yang sampai saat ini memiliki lebih dari 900 miliar obyek, bertumbuh 1 milyar obyek tiap harinya dengan rata-rata permintaan layanan 650 ribu per detik.

sumber: MSDN