Bank Mandiri Integrasikan Solusi “Autobilling API” Ayoconnect untuk Dorong Kinerja Kartu Kredit

PT Bank Mandiri Tbk mengintegrasikan layanan Mandiri Power Bill dengan solusi Autobilling API dari Ayoconnect. Solusi ini memungkinkan pengguna kartu kredit Mandiri untuk melakukan pembayaran berbagai transaksi tagihan secara otomatis di lebih dari 200 merchant dari 8 kategori produk.

Dalam keterangan resminya, VP Bank Mandiri Noorman Andrianto mengatakan, kerja sama ini menjadi strategi perusahaan untuk meningkatkan kembali pertumbuhan bisnis kartu kredit.

Pasalnya, mengutip Data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), penjualan kartu kredit turun hingga 30%. Jumlah transaksinya juga turun 28,98% juta menjadi 29,98% dari Januari 2020 (year-on-year). Adapun, pertumbuhan penjualan dan transaksi kartu kredit anjlok dikarenakan banyak berbagai gerai ritel tutup dan masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran di masa pandemi Covid-19.

Noorman mengaku, integrasi solusi Autobilling API telah membawa kinerja positif terhadap volume penjualan kartu kredit Mandiri yang tercatat naik sebesar 19%. Sementara, pertumbuhan transaksinya mencapai 23% per akhir 2020 (year-on-year).

“Solusi ini berhasil mendorong kepuasan dan loyalitas nasabah kartu kredit Mandiri. Bahkan Autobilling API juga memperluas cakupan layanan Mandiri Power Bill yang kini dapat menjangkau pembayaran PDAM ke lebih dari 60 kota dan 100 kabupaten di Indonesia. Jumlah merchant kami pun bertambah dari sebelumnya 20 menjadi lebih dari 200,” ungkap Noorman.

Per Q1 2021, jumlah kartu kredit Bank Mandiri yang beredar tercatat sebanyak 1,5 juta kartu dengan volume penjualan sebesar Rp7 triliun. Jumlah kredit yang disalurkan lewat kartu kredit Bank Mandiri berkontribusi sebesar 15% terhadap total kredit konsumen.

Sementara, Co-Founder & COO Ayoconnect Chiragh Kirpalani menambahkan, solusi Autobilling dirancang untuk membantu industri keuangan dalam mengelola dan meningkatkan pendapatan dari transaksi berulang yang komprehensif bagi penerbit kartu kredit, serta aman dan mudah bagi pelanggan.

Menurutnya, pihaknya tengah menjajaki peluang kerja sama untuk membuka akses Autobilling API dengan lebih banyak pelaku di industri keuangan, baik bank dan fintech, dalam waktu dekat.

Sekadar informasi, Ayoconnect merupakan startup marketplace API yang fokus pada pengembangan API di industri keuangan Indonesia. Layanan mereka memungkinkan developer memilih berbagai produk white-label finansial di platform dan meluncurkan dengan cepat ke pengguna.

Dalam lima tahun terakhir, solusi Ayoconnect telah diadopsi di lebih dari 1000 perusahaan Indonesia dan memproses lebih dari 500 juta klik API per tahunnya. Perusahaan kini telah mengantongi pendanaan Rp142 miliar dari sejumlah investor lokal dan internasional, termasuk BRI Ventures, AC Ventures Indonesia, dan Finch Capital.

Layanan keuangan inklusif lewat API

Di era open banking, keterhubungan bank dengan ekosistem keuangan digital menjadi aspek krusial dalam menghadirkan layanan keuangan yang inklusif. Perbankan di Indonesia pun sudah lama mulai merangkul tren tersebut dengan mengimplementasikan Open API.

API atau program aplikasi yang memungkinkan perusahaan terintegrasi antar-sistem dapat membantu mentransformasikan industri keuangan di era digital. Pandemi Covid-19 mungkin dapat dikatakan sebagai faktor yang memecut industri keuangan dan turunannya untuk memudahkan transaksi keuangan.

Bahkan Bank Indonesia (BI) akan segera merilis standar Open API yang ditargetkan terbit tahun ini. Tak cuma inklusi keuangan, BI menilai standar Open API akan meningkatkan efisiensi dalam transaksi pembayaran, meningkatkan inovasi dan persaingan, serta mengurangi risiko.

Di Indonesia, pelaku startup yang menawarkan layanan API bagi perusahaan masih dapat dihitung dengan jari. Misalnya, Brick dan Finanter yang menyediakan layanan API Open Finance, atau Instamoney yang membantu perusahaan mengembangkan layanan fintech remitansi. Ayoconnect sebetulnya juga tak cuma menawarkan solusi Autobilling, tetapi juga solusi seperti Digital Products API dan Payment Point API.

Mandiri Investment Singapore Backs Blockchain Accelerator Program Tribe

Tribe Accelerator today (14/4) announced a new strategic investment from Mandiri Investment Management Singapore, a subsidiary of Bank Mandiri. Korea Investment Partners, Greg Kidd, and Stellar Partners are also involved in the first blockchain accelerator program supported by the Singapore government.

Apart from upgrading the accelerator program, funds will also be used for the development of the Tribe Academy; including to expand its business coverage to embrace more blockchain startups and talents.

In addition, Tribe also informed that the startups participated in its program have raised $70 million in funding, supported by global investors. Currently, it’s already 4 batches, some of the startups include DigiX, WhatsHalal, xfers, and others.

“We support cutting-edge blockchain startups from around the world, with a total valuation of over $1 billion, solving problems ranging from food safety to drug delivery […] We are delighted to welcome our new strategic investors from Indonesia, as well as the United States, South Korea, and Hong Kong to help expand into new markets,” Tribe’s CEO, Yi Ming Ng said.

Meanwhile, Mandiri Investment’s CIO, Kevin Widjaja commented, “Mandiri Investment Management Singapore has a track record of supporting local startups, especially those at the forefront of deep technology. Over the years Tribe has supported several startups using blockchain for a variety of issues. Investing in Tribe enables us to help them expand their global footprint and network.”

Mandiri Investment dalam struktur perseroan / Bank Mandiri
Mandiri Investment’s company structure / Bank Mandiri

Bank Mandiri’s digital transformation path

Even though with a broad use case, it is undeniable that in its initial phase, blockchain started to become famous as it is considered to be able to democratize financial services with a more efficient approach. In Indonesia, blockchain innovation is still very minimal – most used for matters relating to cryptocurrency assets.

Bank Mandiri’s arrival into this landscape can also be interpreted as the company’s efforts to bridge the planned digital transformation. Referring to the 2020 Corporate Digital Transformation Report published by DSInnovate, the investment approach to the financial ecosystem is one of the strategies that are emphasized to produce what they call “value generation”.

Strategi transformasi digital Bank Mandiri
Bank Mandiri’s digital transformation strategy

In Indonesia, they operate CVC Mandiri Capital Indonesia, the focus is on investing in various fintech services, both reaching consumers and business people. Other synergy efforts, especially with digital companies, are carried out with an integrated approach through the banking service APIs they provide.

Although the blockchain disruption for the financial industry in Indonesia is yet to be obvious, slowly but surely many people think that the newborn technological innovations could present a new paradigm that disrupts legacy businesses. By entering and integrating with the ecosystem early, it is possible for market leaders to be up to date by synergizing businesses with more relevant technological developments.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Unit Bank Mandiri di Singapura Berinvestasi ke Tribe, Penyelenggara Akselerator Blockchain

Tribe Accelerator hari ini (14/4) mengumumkan perolehan investasi strategis baru dari Mandiri Investment Management Singapore, anak perusahaan dari Bank Mandiri. Korea Investment Partners, Greg Kidd, dan Stellar Partners juga turut terlibat untuk mendukung program akselerator blockchain pertama yang didukung pemerintah Singapura tersebut. 

Selain untuk peningkatan program akselerator, dana juga akan digunakan dalam pengembangan Tribe Academy; termasuk memperluas cakupan bisnisnya agar dapat merangkul lebih banyak startup dan talenta blockchain.

Selain itu, Tribe juga menginformasikan bahwa startup yang telah berpartisipasi dalam programnya telah mengumpulkan pendanaan $70 juta, didukung investor global. Sejauh ini sudah berjalan 4 batch, beberapa startupnya meliputi DigiX, WhatsHalal, xfers, dan lain-lain.

“Kami mendukung berbagai startup blockchain termutakhir dari seluruh dunia , dengan total valuasi lebih dari $1 miliar, yang memecahkan masalah mulai dari keamanan pangan hingga pengiriman obat […] Kami senang menyambut investor strategis baru kami dari Indonesia, serta Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Hong Kong untuk membantu perluasan ke pasar baru,” sambut CEO Tribe Yi Ming Ng.

Sementara itu CIO Mandiri Investment Kevin Widjaja berkomentar, “Mandiri Investment Management Singapore memiliki rekam jejak dalam mendukung startup lokal, terutama yang berada di garis depan deep technology. Selama bertahun-tahun Tribe telah mendukung beberapa perusahaan baru yang menggunakan blockchain untuk berbagai masalah. Berinvestasi di Tribe memungkinkan kami membantu mereka memperluas jejak dan jaringan global.”

Mandiri Investment dalam struktur perseroan / Bank Mandiri
Mandiri Investment dalam struktur perseroan / Bank Mandiri

Jalan digital transformasi Bank Mandiri?

Kendati use case-nya sangat luas, tidak dimungkiri dalam fase awalnya blockchain mulai tenar karena dinilai dapat mendemokratisasi layanan finansial dengan pendekatan yang lebih efisien. Di Indonesia sendiri geliat inovasi blockchain tergolong masih sangat minim — paling banyak dimanfaatkan untuk hal-hal berkaitan dengan aset mata uang kripto.

Masuknya Bank Mandiri ke lanskap ini juga bisa diartikan sebagai upaya perusahaan dalam menjembatani transformasi digital yang direncanakan. Merujuk pada Corporate Digital Transformation Report 2020 yang diterbitkan DSInnovate, pendekatan investasi ke ekosistem finansial menjadi salah satu strategi yang memang ditekankan untuk menghasilkan apa yang mereka sebut dengan “value generation”.

Strategi transformasi digital Bank Mandiri
Strategi transformasi digital Bank Mandiri

Di Indonesia sendiri, mereka mengoperasikan CVC Mandiri Capital Indonesia, fokusnya berinvestasi ke berbagai layanan fintech, baik yang menjangkau kalangan konsumer maupun pebisnis. Upaya sinergi lain, khususnya dengan perusahaan digital, dilakukan dengan pendekatan integrasi melalui API layanan perbankan yang mereka sajikan.

Kendati disrupsi blockchain untuk industri finansial di Indonesia belum kentara, namun perlahan tapi pasti banyak yang menilai bahwa penemuan-penemuan inovasi teknologi yang lahir bisa saja menghadirkan paradigma baru yang mengganggu bisnis legasi. Dengan lebih awal masuk dan berbaur dengan ekosistem, memungkinkan bagi para pemimpin pasar untuk dapat up to date dengan mensinergikan bisnis dengan perkembangan teknologi yang lebih relevan.

Mandiri and Shopee Officially Launched “Co-Brand” Credit Card

Bank Mandiri and Shopee launched a co-brand credit card, the Mandiri Kartu Kredit Shopee, by leveraging the global Visa network. This is said to be the first collaboration in Indonesia, offering the convenience of non-cash transactions on the marketplace platform using a credit card.

On a general note, Indonesia’s credit card penetration is classified as minimal. Based on Bank Indonesia’s data, the number of commercial bank credit cards as of the end of December 2020 was at 16.94 million, down 3.14% YoY from the previous year at 17.49 million. The credit card transactions volume was at 274.68 million, down 21.34% on an annual basis.

Shopee’s presence in Indonesia as a marketplace platform with the highest average visits of up to 90 million times over the past year, according to the iPrice report, is an opportunity to drive credit card penetration.

Bank Mandiri’s Network & Retail Banking Director, Aquarius Rudianto said that this collaboration was very strategic as Shopee was also one of the main players in the e-commerce industry, therefore, the platform had a very large user base.

“With the various transaction convenience offered by Mandiri Credit Card combined with security features and the benefits of Shopee-style shopping, we expect the credit card-holders will get more often to shopping,” he said in a virtual press conference, Wednesday (17/3).

Shopee Indonesia’s Executive Director, Handhika Jahja added, as a technology-based company, Shopee is committed to meeting the needs of every user through a series of initiatives and innovations, one of which is by collaborating with well-known partners to expand the product.

“We expect that the collaboration between Shopee and Mandiri can be the first series of collaborations that bring benefits, especially in providing convenience, more benefits, and the best online shopping experience for users,” Jahja said.

Peluncuran Mandiri Kartu Kredit Shopee / Bank Mandiri
Mandiri Shopee Credit Card Launching / Bank Mandiri

Through this co-brand credit card, the two companies have prepared various offers, such as promos or discounts, cashback, free administration fees for both full payment transactions or special installments at Shopee, which can facilitate people to shop but stay financially smart.

Supported by Visa cardholders can shop at more than 70 million Visa merchants worldwide, in more than 200 countries, using more than 160 currencies. The card has also equipped with contactless technology, where cardholders simply tap the card at the payment terminal and enter a PIN for transactions up to Rp1 million.

In order to apply for this co-brand credit card, Shopee users can apply directly through the Shopee application. Next, they will be contacted by Bank Mandiri for the verification process.

Currently, Bank Mandiri has issued more than 1.8 million credit cards. Apart from Shopee, Bank Mandiri has also collaborated with Traveloka in a similar mechanism.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bank Mandiri dan Shopee Luncurkan Kartu Kredit “Co-Brand”

Bank Mandiri bersama Shopee meluncurkan kartu kredit co-brand Mandiri Kartu Kredit Shopee dengan memanfaatkan jaringan global Visa. Kerja sama ini diklaim pertama kalinya di Indonesia, menawarkan kemudahan bertransaksi nontunai di platform marketplace dengan menggunakan kartu kredit.

Seperti diketahui, penetrasi kartu kredit di Indonesia tergolong minim. Mengutip dari data Bank Indonesia, jumlah kartu kredit bank umum per akhir Desember 2020 tercatat 16,94 juta, turun 3,14% yoy dari sebelumnya sebesar 17,49 juta. Volume transaksi kartu kredit tercatat 274,68 juta, turun 21,34% secara tahunan.

Kehadiran Shopee di Indonesia sebagai platform marketplace dengan rataan kunjungan tertinggi hingga 90 juta kali sepanjang tahun lalu, menurut laporan iPrice, menjadi celah untuk mendongkrak penetrasi kartu kredit.

Direktur Jaringan & Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto menuturkan, kolaborasi ini menjadi sangat strategis karena Shopee juga merupakan salah satu pemain utama di industri e-commerce sehingga platform memiliki basis pengguna yang sangat besar.

“Dengan berbagai kemudahan bertransaksi ala Mandiri Kartu Kredit yang dikombinasikan dengan fitur keamanan dan aneka keuntungan berbelanja ala Shopee, kami berharap pemegang kartu kredit akan semakin rajin berbelanja,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (17/3).

Direktur Eksekutif Shopee Indonesia Handhika Jahja menambahkan, sebagai perusahaan berbasis teknologi, Shopee berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan setiap pengguna melalui rangkaian inisiatif dan inovasi, salah satunya dengan berkolaborasi bersama-sama mitra-mitra ternama untuk perluas ragam piliha produk.

“Kami berharap kolaborasi Shopee bersama Mandiri dapat menjadi rangkaian awal kerja sama yang membawa manfaat khususnya dalam memberikan kenyamanan, keuntungan lebih dan pengalaman belanja online terbaik bagi pengguna,” kata Handika.

Peluncuran Mandiri Kartu Kredit Shopee / Bank Mandiri
Peluncuran Mandiri Kartu Kredit Shopee / Bank Mandiri

Dalam kartu kredit co-brand ini, kedua perusahaan telah menyiapkan beragam penawaran, seperti promo diskon atau potongan harga, cashback, bebas biaya penanganan baik untuk transaksi full payment atau cicilan khusus belanja di Shopee, yang dapat membantu masyarakat untuk berbelanja, namun tetap cerdas dalam keuangan.

Dengan dukungan Visa, maka para pemegang kartu dapat berbelanja di lebih dari 70 juta merchant Visa di seluruh dunia, di lebih dari 200 negara, dalam lebih dari 160 mata uang. Kartu juga sudah diusung dengan teknologi contactless, di mana pemegang kartu cukup men-tap kartu ke terminal pembayaran tanpa kartu harus berpindah tangan dan memasukkan PIN untuk transaksi sampai dengan Rp1 juta.

Untuk pengajuan kartu kredit co brand ini, pengguna Shopee dapat mengajukan langsung melalui aplikasi Shopee. Berikutnya akan dihubungi oleh Bank Mandiri untuk proses verifikasinya.

Saat ini Bank Mandiri telah menerbitkan lebih dari 1,8 juta kartu kredit. Selain Shopee, dalam kerja sama serupa ini juga pernah dilakukan Bank Mandiri bersama Traveloka.

Application Information Will Show Up Here

Bank Mandiri dan Grab Teken Kerja Sama Strategis, Perluas Layanan Keuangan Digital

Bank Mandiri mengumumkan kerja sama strategis dengan Grab untuk perluasan layanan keuangan secara digital. Nantinya, Bank Mandiri akan mengembangkan sejumlah produk dan layanan keuangan, terkait layanan pembayaran digital dan pembiayaan produktif, di dalam platform Grab.

Baik Grab dan Bank Mandiri sama-sama menjadi pemegang saham di platform e-money LinkAja.

Nota Kesepahaman (MoU) ditandatangani secara virtual oleh Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi dan Direktur Jaringan & Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto, disaksikan oleh jajaran direksi Grab Indonesia dan Bank Mandiri lainnya di Jakarta pada hari ini (19/1).

Direktur TI Bank Mandiri Rico Usthavia Frans menuturkan, kerja sama ini sangat strategis karena melibatkan dua pihak dengan pemahaman bisnis dan keunggulan yang nyata di bidangnya masing-masing. “Sinergi layanan ini akan melahirkan banyak peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan, terutama oleh pelaku UMKM, dalam situasi penuh keterbatasan di masa pandemi ini,” kata Rico.

Dalam kerja sama ini, Bank Mandiri akan mengembangkan sejumlah produk dan layanan keuangan, terkait layanan pembayaran digital dan pembiayaan produktif, di dalam platform Grab untuk memberikan nilai tambah kepada mitra dan para pelanggan Grab yang datang dari sektor UMKM.

Rencananya, berbagai solusi pembayaran Bank Mandiri akan dapat diakses oleh mitra bisnis Grab, seperti pembayaran melalui scan QR dan Mandiri Direct Debit, melengkapi akseptasi kartu debit dan kartu kredit Bank Mandiri yang telah hadir lebih dulu di Grab. Hal lainnya, kerja sama ini juga memungkinkan pelanggan Grab membuka rekening Bank Mandiri secara online dan melakukan top up e-money.

Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menambahkan, pihaknya ingin mengembangkan Grab menjadi salah satu platform dengan akses keuangan terlengkap bagi para mitra dan pengguna, termasuk akses pembiayaan digital. Grab memiliki layanan yang sangat berkaitan erat dengan sektor UMKM, mulai dari GrabMart, GrabKios, GrabFood, dan GrabExpress.

“Grab berkomitmen membantu perkembangan dan pertumbuhan sektor riil ekonomi nasional, terutama pelaku UMKM yang belum terjangkau oleh akses perbankan dan layanan keuangan. Melalui sinergi dengan Bank Mandiri, Grab berupaya untuk terus menggerakkan ekonomi digital UMKM dengan menyediakan beragam layanan perbankan yang aman, nyaman, dan mudah diakses,” ujar Neneng.

Bersama Bank Mandiri, Grab berinisiatif melakukan sinergi penyaluran pinjaman mikro kepada jaringan mitra merchant GrabFood dan agen GrabKios. Pengusaha ini akan memiliki kemudahan dalam mengakses pembiayaan produktif secara digital dari Bank Mandiri melalui platform Grab. Plafon kredit yang dapat diajukan maksimal Rp100 juta dengan suku bunga bersaing.

Aquarius menuturkan, pembiayaan produktif mikro ini sangat potensial untuk dikembangkan mengingat Grab juga akan berperan sebagai pemberi referral. Kemudian pelaksanaannya pun akan tetap memenuhi prinsip kehati-hatian dan tata kelola perusahaan yang baik untuk memitigasi risiko pembiayaan.

Tak berhenti di situ, inisiatif lainnya yang akan dilakukan bersama kedua perusahaan adalah kerja sama keagenan branchless banking bagi mitra Grab, sehingga mereka bisa mendapat penghasilan tambahan.

“MoU ini adalah langkah awal kerja sama Bank Mandiri dan Grab. Kami sudah membentuk forum koordinasi yang akan membahas lebih detail potensi kerja sama lain yang akan menguntungkan baik bagi pengguna Grab maupun nasabah Bank Mandiri. Kami juga berharap, hadirnya Bank Mandiri dalam ekosistem digital Grab akan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon mitra, sehingga akan semakin banyak mitra bisnis yang bergabung dengan Grab,” tutup Aquarius.

Application Information Will Show Up Here

Kebangkitan Digital Banking dalam Ekosistem Startup

Dalam satu dekade terakhir ini, terlihat bagaimana industri mulai melirik dan mengadopsi teknologi. Berbekal inovasi dan digitalisasi, hampir seluruh industri dalam berbagai skala bisnis sudah menerapkan perubahan teknologi. Perbankan, sebagai salah satu institusi finansial tertua, mulai dituntut untuk bertransformasi secara digital baik internal maupun eksternal. Di sisi internal, pemanfaatan teknologi digital diharapkan dapat mengubah cara bank dalam melayani nasabah dan juga dalam kegiatan operasional. Di sisi eksternal, bank diharapkan mampu bekerjasama dan bertransformasi bersama dengan startup fintech sehingga layanan perbankan dapat terjangkau dan dinikmati oleh lebih banyak lagi nasabah.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh sektor perbankan dalam bekerjasama dengan startup dan/atau pelaku ekosistem lainnya, terutama dalam mendorong terwujudnya transformasi digital dengan menghadirkan inovasi yang berkelanjutan, contohnya dengan menghadirkan bank digital sebagai bentuk baru dalam produk dan layanan perbankan.

Dukungan pendanaan dan pengembangan secara in-house

Salah satu perbedaan yang dirasakan antara bank digital dengan bank konvensional adalah hubungan emosional yang terjalin melalui interaksi langsung saat nasabah mendatangi kantor cabang. Sedangkan jati diri dari bank digital adalah keterlibatan teknologi yang sangat kental. Menurut Ernst & Young (EY), ada beberapa cara perbankan mengadopsi tenkologi dalam kegiatan finansial mereka, terutama untuk meningkatkan bisnis dan pertumbuhan strategis ke depannya.

Dua diantara cara yang dapat dilakukan oleh sektor perbankan, antara lain:

1. Investasi

Cara yang paling umum yang digunakan oleh sektor perbankan adalah memanfaatkan perpanjangan tangan berupa corporate venture capital (CVC) yang dapat membuka kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan lebih banyak solusi inovatif yang sejalan dengan visi group induk untuk dapat melakukan penetrasi pasar yang lebih luas dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu contoh yang dilakukan oleh Bank Mandiri melalui anak usahanya Mandiri Capital Indonesia (MCI) adalah menyediakan produk untuk fintech ataupun insurtech agar dapat diintegrasikan ke dalam ekosistem group Bank Mandiri.

2. Pengembangan produk secara in-house

Kompleksitas bisnis, lingkungan regulasi, dan compliance yang ketat cukup menjadi tantangan bagi sektor perbankan dalam melakukan inovasi produk. Dengan melakukan pengembangan secara in-house, diharapkan bank dapat mengakselerasi pengembangan produk.

Kehadiran platform API untuk redefinisi pelayanan jasa keuangan

Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia telah meningkat pesat. Hal ini didukung oleh peningkatan akses masyarakat terhadap internet melalui smartphone dan kehadiran fintech, startup, serta ecommerce yang mampu menghadirkan inovasi layanan keuangan digital bagi seluruh lapisan masyarakat. Tingginya respon masyarakat terhadap inovasi keuangan digital menunjukan adanya peluang bisnis bagi para pelaku industri keuangan untuk dapat menghadirkan inovasi keuangan digital. Pada akhirnya, hal ini juga dapat meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Bank Mandiri sebagai salah satu pelaku industri keuangan terbesar di Indonesia turut berupaya menghadirkan inovasi-inovasi layanan keuangan yang dapat meningkatkan akses Nasabah terhadap layanan keuangan dengan tetap mengutamakan kenyamanan Nasabah dalam bertransaksi. Inovasi layanan keuangan digital ini tidak hanya berfokus pada layanan yang dimiliki oleh bank namun juga dilakukan melalui strategi kolaborasi dengan para pelaku industri keuangan lainnya seperti fintech, startup dan ecommerce.

Hal ini yang kemudian diwujudkan oleh Bank Mandiri melalui pengembangan Mandiri API sebagai salah satu upaya Bank Mandiri untuk mengkoneksikan nasabahnya dengan layanan perbankan andal Bank Mandiri melalui platform milik mitra bisnis. Kehadiran Mandiri API diharapkan mampu membentuk suatu ekosistem digital sehingga layanan perbankan dapat diakses kapan saja dan dimana saja.

Bank Mandiri membuka kesempatan kepada pihak luar untuk turut berkontribusi menghadirkan layanan perbankan yang lebih terbuka. Hal ini tentu saja akan menguntungkan tidak hanya bank, tetapi juga pihak ketiga yang menjadi mitra bisnis. Dengan adanya Mandiri API nasabah dapat mengakses produk-produk dari Bank Mandiri seperti Mandiri e-Money, Mandiri Productive Loan Application, Mandiri Virtual Account, Mandiri Transfer, dan juga Mandiri Bill Payment dari platform mitra bisnis Bank Mandiri.

Bila ingin mengetahui informasi lebih lanjut terkait Mandiri API, silakan mengunjungi link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Bank Mandiri

Membangun Ekosistem Digital Indonesia lewat Mandiri API

Perkembangan teknologi digital di sektor keuangan menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan. Transformasi digital bagi para penyedia layanan keuangan dibutuhkan untuk menjaga relevansi bisnisnya. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan integrasi dan kolaborasi layanan keuangan semakin meningkat, mulai dari pengembangan produk hingga memperluas jangkauan penggunanya.

Bank Mandiri melihat hal ini sebagai kesempatan untuk membuka dan mengembangkan platform Application Programming Interface (API) yang dapat diintegrasikan melalui kolaborasi dengan berbagai pelaku bisnis digital, contohnya fintech dan e-commerce.  Ini menjadi pembahasan utama dalam webinar yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri pada Senin (14/9) lalu. Mengusung tajuk “Building Digital Ecosystem Through Mandiri API”, webinar yang terbagi menjadi dua sesi talkshow ini membahas bagaimana platform API dari Bank Mandiri dapat membantu perkembangan bisnis para mitra, serta integrasinya yang cepat dan mudah.

Membantu Perkembangan Bisnis lewat Mandiri API

Melalui platform API, Bank Mandiri  memperluas layanannya melalui integrasi dengan platform yang dimiliki pihak ketiga. Tidak hanya memberi keuntungan bagi Bank Mandiri saja, integrasi ini juga membantu para pelaku bisnis dalam mengembangkan usahanya. Peran Mandiri API bagi bisnis  menjadi tema dalam sesi pertama webinar “How Mandiri API Helps Business Survive in Pandemic Era.” Sesi ini dimoderatori oleh Rama Mamuaya (CEO DailySocial.id), serta mengundang Rico Usthavia Frans (Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri), Haryati Lawidjaja (CEO LinkAja), Rachmat Kaimuddin (CEO Bukalapak), dan Vincent Iswara (CEO dan Co-Founder Dana) sebagai pembicara.

Beberapa tahun terakhir ini Bank Mandiri terus melakukan digitalisasi pada produk dan layanannya. Tidak hanya mendigitalisasi produk yang sudah ada, tetapi juga menciptakan native digital product untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Kolaborasi melalui penggunaan Mandiri API ini diharapkan dapat membantu masing-masing pihak untuk terus mengembangkan platform dan menambah kelengkapan fitur yang dimiliki.

“Kolaborasi itu harus mengalir dua arah, jadi dari Bank Mandiri membuka, kami juga berharap dari fintech-fintech juga membuka, jadi ke depannya nanti juga beberapa service dari fintech-fintech itu kita harapkan bisa dinikmati juga di aplikasi mobile banking bank Mandiri.” ujar Rico Usthavia Frans.

Dari sisi pelaku bisnis, kolaborasi lewat integrasi platform dapat membuka peluang bagi sistem yang dimiliki untuk terintegrasi dengan sistem perbankan. “Kita harus berkolaborasi dan dengan adanya API ini menunjukkan bahwa market collaboration is something we can do to make sure that the ecosystem  grows” tambah Vincent Iswara.

Selain itu dengan adanya kolaborasi ini, dapat membantu pelaku bisnis untuk mengembangkan platformnya agar transaksi pembayaran serta layanan yang terkait dengan produk perbankan dapat lebih cepat dan mudah digunakan oleh para pengguna. Kemudahan ini diharapkan dapat membantu pelaku bisnis untuk meningkatkan transaksinya.

“Dari sisi transaksinya, terutama selama pandemi, meningkat cukup signifikan, jadi bisa terlihat hal ini (Mandiri API) sangat membantu untuk masyarakat.” ujar Haryati Lawidjaja. Bagi marketplace seperti Bukalapak, platform API dapat membantu meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan diri para pelapak dalam mengelola bisnisnya. “Dengan support dari Bank Mandiri, tentunya mereka punya credibility, lebih percaya diri dari pelapaknya sendiri, karena selama ini mungkin dianggap usaha yang unbankable menjadi usaha yang bankable.” tambah Rachmat Kaimuddin.

Didukung Kemudahan Integrasi dengan Platform Pihak Ketiga

Keunggulan lainnya yang dibahas dalam sesi kedua webinar ini adalah kemudahan proses integrasi Mandiri API dengan situs ataupun aplikasi pihak ketiga. Sesi kedua mendatangkan tiga orang pembicara yaitu Toto Prasetio (SEVP Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri), Leontinus Alpha Edison (Co-Founder Tokopedia), dan Firdaus Juli (Co-Founder dan Komisaris Utama IDS).

Banyak keunggulan penggunaan Mandiri API yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis digital. Mulai dari kemudahan pencarian informasi produk, pengembangan dan uji coba platform, hingga integrasi produk dan layanan Bank Mandiri langsung pada sistem yang dimilikiI Integrasi ini didukung oleh support system yang responsif  dari Bank Mandiri untuk meminimalisir dan mengatasi error yang terjadi dengan lebih cepat. Jadi, para pelaku bisnis digital dapat tetap fokus untuk melakukan pengembangan bisnisnya tanpa perlu khawatir. “Dengan dukungan yang baik, koordinasi yang lancar, semangat attention to excellence yang tinggi sekali, kita bisa mencapai pemerataan ekonomi secara digital.” tambah Leontinus Alpha Edison.

Kemudahan integrasi akan dapat berjalan dengan baik jika masing-masing pihak dapat saling berkolaborasi dalam mengembangkan produknya. Firdaus Juli menambahkan bahwa Mandiri API ini mendorong pertumbuhan produk yang dimiliki. “Apa yang disediakan Mandiri ini sebenarnya adalah sebuah tools untuk mendorong pertumbuhan produk, tentu kita harus utilisasi” ujar Firdaus.

Tidak  berhenti pada kemudahan integrasi, Bank Mandiri berkomitmen untuk terus memudahkan penggunaan sekaligus menambah kelengkapan fitur API yang dimiliki. Saat ini Mandiri API sendiri telah memiliki 16 fitur API, Toto Prasetio menyebutkan bahwa Bank Mandiri selalu open-minded untuk pengembangan produk baru sesuai dengan kebutuhan.

“Apa yang mereka butuhkan agar bisnis mereka bisa berkembang, jadi itu key kriteria kita, kita akan mengembangkan sesuatu memang yang dibutuhkan, despite kita punya pipeline.” tambah Toto.

Hadirnya Mandiri API diharapkan mampu menjawab kebutuhan para pelaku bisnis digital, terutama terkait transaksi keuangan yang ada di dalam sistem. Mandiri API  semakin memudahkan integrasi  yang dilakukan karena proses yang cepat serta efisiensi biaya dan waktu. Pihak ketiga juga tidak perlu mengubah tampilan atau fungsi yang telah mereka miliki sebelumnya. Dengan memanfaatkan Mandiri API, pelaku bisnis digital dapat mengembangkan bisnisnya secara mudah, efektif, dan efisien.

Bila ingin mengetahui informasi lebih lanjut terkait Mandiri API, silakan mengunjungi link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Bank Mandiri

Bukalapak and Bank Mandiri Added a New Initiative to Empower Small Shops as Financial Agents

The strategy to acquire small shops as financial agents is getting discovered by both corporations and startups. After BRI with Grab, Bukalapak collaborated with Bank Mandiri to realize the plan this year.

As reported by Reuters, Bukalapak and Mandiri will encourage the micro retailer segment by increasing the role of small shops as an officeless financial services agent. Both are developing a model for this collaboration.

By planting it as a financial agent, the small shops can help people without smartphones to access financial services, especially basic services such as opening saving account.

In contact with DailySocial, Bukalapak did not elaborate on further development plans of the financial services agent initiative with Mandiri. However, Bukalapak’s Director of Payment, Fintech and Virtual Products, Victor Lesmana, ensures that this cooperation is to empower Warung Mitra Bukalapak and utilize QRIS (Quick Response Indonesian Standard) for payment transactions.

The expectation is for Warung Mitra Bukalapak to become an ‘agent of change’ to open the way to financial inclusiveness. This is because SME still dominates 65% -70% of retail transactions in Indonesia. It means, its presence is expected to not only encourage economic prosperity but also help reduce economic inequality.

“This collaboration is to increase access to financial services, especially for the unbanked and underbanked population. The use of QRIS has placed Mandiri as the largest ATM network in Indonesia,” he said.

Furthermore, Victor said Warung Mitra Bukalapak now has access to the Kirim Uang feature. This feature allows shop owners to help people send money.

Meanwhile, since the early 2020, Bukalapak has launched several other features for Warung Mitra Bukalapak, Bayar Tempo, top-up e-money, and Jutawan to provide added value in revenue and capabilities. Since  July 2020, there are 5.5 million Warung Mitra Bukalapak around 189 cities and districts throughout Indonesia.

DailySocial tries to reach Mandiri regarding this matter, but there has been no further response.

Financial access to the unbanked

The initiative from Bukalapak and Mandiri, adds a series of partnerships and similar services provided by Grab and BRI. In this case, BRI through BRILink and Grab Indonesia through GrabKios utilizes QRIS for payment systems.

As of June 2020, there were 429 thousand customers who became BRILink agents, 13 thousand of whom had already used the QRIS system. While GrabKios, which has been present since 2014, has pocketed more than 2.8 million partners with networks spread across 505 cities and districts in Indonesia.

This indicates how the financial and digital industries look at small shops as an appropriate touch point to reach unbanked and underbanked people.

Aside from small shops, the banking sector has also aggressively collaborated with startups to expand access to financial services in recent years by making it a front-end platform. The targeted vertical business platforms range from ride-hailing, marketplaces to P2P lending.

BRI, for example, has partnered with Grab, Tokopedia, and Traveloka to open financial access, such as opening saving accounts and online lending. Recently, BRI opened a special channel for entirely digital-based saving account opening, including the KYC process.

In addition,  the financial industry is also anticipating the big plans for some banks to realize digital banks with new entities and branding. Despite the collaboration and products, banking and startup innovations want to support equal access to finance.

According to Google, Temasek, Bain & Company report in October 2019, there were 92 million Indonesians in the unbanked segment (50.83%), followed by the banked segment at 42 million people (23.20%), and the underbanked segment 47 million (25.97%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bukalapak dan Bank Mandiri Tambah Deretan Upaya Pemberdayaan Warung untuk Agen Keuangan

Strategi menggaet warung kelontong sebagai agen layanan keuangan semakin dilirik, baik korporasi maupun startup. Setelah BRI dan Grab, tahun ini Bukalapak berkolaborasi dengan Bank Mandiri untuk merealisasikan rencana tersebut.

Sebagaimana dikutip Reuters beberapa waktu lalu, Bukalapak dan Mandiri berupaya mendorong segmen micro retailer dengan meningkatkan peran warung melalui agen layanan keuangan tanpa kantor. Keduanya tengah melakukan pengembangan model kerja sama untuk kolaborasi ini.

Dengan memanfaatkannya sebagai agen keuangan, keberadaan warung dapat membantu masyarakat yang tidak memiliki smartphone untuk mengakses layanan keuangan, terutama layanan dasar seperti pembukaan rekening.

Dihubungi DailySocial, Bukalapak tidak merinci bagaimana rencana pengembangan agen layanan keuangan dengan Mandiri selanjutnya. Namun, Director of Payment, Fintech and Virtual Products Bukalapak Victor Lesmana memastikan bahwa kerja sama ini dapat memberdayakan Warung Mitra Bukalapak dan memanfaatkan QRIS (Quick Response Indonesian Standard) untuk transaksi pembayaran.

Pihaknya berharap Warung Mitra Bukalapak dapat menjadi ‘agen perubahan’ untuk membuka jalan menuju inklusivitas keuangan. Hal ini karena warung mendominasi sebanyak 65%-70% transaksi ritel di Indonesia. Artinya, keberadaan warung diharapkan tak hanya mendorong kemakmuran perekonomian, tetapi juga membantu mengurangi ketidaksetaraan ekonomi.

“Kerja sama ini untuk meningkatkan akses terhadap layanan keuangan, terutama yang belum punya akses ke perbankan, yaitu underbanked dan unbanked. Pemanfaatan QRIS menjadikan Mandiri sebagai bank dengan jaringan ATM terbesar di Indonesia,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Victor berujar bahwa saat ini Warung Mitra Bukalapak sudah bisa mengakses layanan Kirim Uang. Fitur ini memungkinkan pemilik warung untuk membantu masyarakat mengirim uang.

Adapun, sejak awal 2020, Bukalapak sudah meluncurkan beberapa fitur lainnya untuk Warung Mitra Bukalapak, yaitu Bayar Tempo, top up e- money, dan Jutawan untuk memberikan nilai tambah bagi pendapatan dan kapabilitas.  Hingga Juli 2020, terdapat sebesar 5,5 juta Warung Mitra Bukalapak yang tersebar di 189 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

DailySocial sudah menghubungi pihak Mandiri terkait hal ini, tetapi belum ada respons lebih lanjut.

Akses keuangan terhadap unbanked

Masuknya Bukalapak dan Mandiri, menambah deretan kemitraan dan layanan serupa yang dilakukan Grab dan BRI. Dalam hal ini, BRI melalui BRILink dan Grab Indonesia melalui GrabKios memanfaatkan QRIS untuk sistem pembayaran.

Hingga Juni 2020, terdapat 429 ribu nasabah yang menjadi agen BRILink, 13 ribu di antaranya sudah menggunakan sistem QRIS. Sementara GrabKios yang hadir sejak 2014, telah mengantongi lebih dari 2,8 juta mitra dengan jaringan yang tersebar di 505 kota dan kabupaten di Indonesia.

Ini menandakan bagaimana industri keuangan dan digital melihat warung sebagai touch point yang tepat untuk menjangkau masyarakat unbanked dan underbanked.

Selain warung, sektor perbankan juga semakin agresif menggandeng startup untuk memperluas akses layanan keuangan dalam beberapa tahun terakhir dengan menjadikannya sebagai front-end platfrom. Vertikal bisnis platform yang dibidik beragam, mulai dari ride hailing, marketplace, hingga P2P lending.

BRI, misalnya, sudah menggandeng Grab, Tokopedia, dan Traveloka untuk membuka akses keuangan, seperti pembukaan rekening dan online lending. Bahkan baru-baru ini, BRI membuka channel khusus untuk pembukaan rekening yang sepenuhnya dilakukan berbasis digital, termasuk proses KYC.

Tak hanya itu, industri keuangan juga sedang mengantisipasi rencana besar sejumlah bank untuk merealisasikan bank digital dengan entitas dan branding baru. Apapun kolaborasi dan produknya, inovasi perbankan dan startup ingin mendukung pemerataan akses keuangan.

Laporan Google, Temasek, Bain & Company pada Oktober 2019 mencatat ada sebanyak 92 juta masyarakat Indonesia masuk ke dalam segmen unbanked (50,83%), diikuti dengan segmen banked sebanyak 42 juta jiwa (23,20%), dan segmen underbanked 47 juta (25,97%)

Application Information Will Show Up Here