[Panduan Pemula] Cara Isi Ulang Token PLN di Mobile Banking m-BCA

Selain di Tokopedia, BukaLapak, Go-Jek dan Ovo, Anda juga bisa mengisi ulang token PLN langsung menggunakan aplikasi mobile banking m-BCA. Caranya pun tak kalah praktis.

Di tutorial ini saya akan pandu Anda, terutama yang belum pernah melakukannya.

  • Jalankan aplikasi m-BCA, kemudian login menggunakan kode akses Anda.
  • Begitu masuk ke menu utama, tap m-Commerce.

Screenshot_20190527-083537_BCA mobile

  • Kemudian tap PLN Prabayar.

Screenshot_20190527-083540_BCA mobile

  • Masukkan nomor Meter Anda.

Screenshot_20190527-083605_BCA mobile

  • Pastikan Anda mencetang opsi Simpan ke Daftar Pembelian, agar di masa mendatang Anda tidak perlu memasukkan nomor meter lagi secara manual.

Screenshot_20190527-083600_BCA mobile

  • Selanjutnya, pilih nominal yang ingin dibeli dan tap tombol Ok.

Screenshot_20190527-083617_BCA mobile

  • Periksa kembali pembelian Anda, pastikan nama sudah benar dan nominal tidak keliru.

Screenshot_20190527-083630_BCA mobile

  • Terakhir masukkan PIN ATM anda dan selesai, transaksi akan diproses.

Screenshot_20190527-083633_BCA mobile

Nomor token akan dikirimkan di layar selanjutnya, atau jika Anda tidak menemukan atau kehilangan, Anda bisa memeriksanya kembali di riwayat transaksi.

BCA Introduces Coworking Space and Accelerator Program “Synrgy” with Digitaraya

BCA introduces co-working space and fintech startup accelerator program “Synrgy” located in Manhattan Square, Jakarta, in order to boost digitization in Indonesia. Digitaraya Accelerator and Kumpul collaborates as partners to support the program.

The launching is attended by boards of directors of BCA, Capital Central Ventura, and Digitaraya. BCA’s President Director, Jahja Setiaatmadja said this initiative was made to answer the current trend. The digitization encourages startups to offer creative solutions for all problems.

“This is the reason behind our support to each other in a space called Synrgy,” Jahja said in the official release, Wed (3/27).

Synrgy is a collaboration space and accelerator for startup community in order to support development and innovation in digital world, also an innovation hub with the best program prepared for startups to develop business faster.

The selected startups will have access to those program, one is to the accelerator program by Digitaraya with Google Developers Launchpad support.

The accelerator program will be held for 3 months and there will be intense bootcamp each month to support business and product development. The first month, startup should pass through diagnostic process, leaders lab, and sprint design.

Second month, startup will mitigate to create successful partnership and financial industry regulation in Indonesia. It includes legal consultation and product mentorship.

Demo day is to be held in the third month. It was when the startup presenting its product in front of investors and BCA team. At the end of the event, there will be startup selection for partnership with BCA or investment from other investors.

Synrgy will also connect startups with competent mentors, including Google, for one on one consultation, to open access for investors, and with BCA.

“By combining Google Developers Launchpad, we’ll offer unlimited support for the selected startups,” Digitaraya’s VP Strategy, Nicole Yap said.

The registration for Synrgy accelerator program is now open in its official website and to be closed by May 17th, 2019. In the first batch, BCA will select eight selected fintech startups with ideas and innovations related to big data, digital payments, cybersecurity, blockchain, IoT, and others in order to support fintech.

Previously, some banking institutions are getting engaged in similar program, such as Bank Mandiri (through Mandiri Capital Indonesia) to held Mandiri Digital Incubator and Bank Bukopin to create BNVLabs with Kibar.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BCA Resmikan Coworking Space dan Program Akselerator “Synrgy” Bersama Digitaraya

BCA meresmikan co-working space dan program akselerator startup fintech “Synrgy” yang berlokasi di Manhattan Square, Jakarta, dalam rangka memajukan ranah digitalisasi di Indonesia. Akselerator Digitaraya dan Kumpul bergabung sebagai mitra mendukung program tersebut.

Peluncuran program ini turut dihadiri jajaran direksi dari BCA, Capital Central Ventura, dan Digitaraya. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menerangkan pihaknya membuat inisiasi ini untuk menjawab tren yang terjadi saat ini. Geliat digitalisasi membuat startup menawarkan solusi kreatif dalam menjawab masalah.

“Latar belakang inilah yang mendorong kami untuk turut mendukung dengan satu wadah bernama Synrgy,” terang Jahja dalam keterangan resmi, Rabu (27/3).

Synrgy merupakan wadah kolaborasi dan akselerator untuk komunitas startup dalam rangka dorong pertumbuhan dan inovasi di dunia digital, sekaligus sebuah innovation hub dengan program terbaik yang disiapkan untuk membantu startup mengembangkan bisnis dengan lebih cepat.

Startup yang berkesempatan bergabung di Synrgy akan mendapat akses ke program-program tersebut, salah satunya program akselerator yang dijalankan Digitaraya dengan dukungan Google Developers Launchpad.

Program akselerator ini dijalankan selama tiga bulan dengan setiap bulan akan diadakan bootcamp yang intens mendukung produk dan pengembangan bisnis startup. Bulan pertama startup akan melewati proses diagnostik, leaders lab, dan design sprint.

Bulan kedua, startup akan mitigasi membuat partnership yang sukses dan pemaparan regulasi industri keuangan di Indonesia. Termasuk agenda konsultasi legal dan product mentorship.

Demo day diadakan di bulan ketiga. Saat itu para startup mempresentasikan produknya di depan jajaran investor dan pihak BCA. Di akhir periode, akan ada pemilihan startup untuk partnership dengan BCA ataupun investasi dari para investor lain yang turut hadir.

Synrgy juga akan menghubungkan startup dengan mentor kompeten, termasuk dari Google, untuk konsultasi one on one dengan mentor, membuka akses ke para investor, dan dengan BCA.

“Dengan menggabungkan kekuatan Google Developers Launchpad kami akan menawarkan dukungan yang tidak tertandingi untuk startup Synrgy terpilih,” tambah VP Strategy Digitaraya Nicole Yap.

Pendaftaran untuk program akselerator Synrgy telah dibuka di situs resminya dan akan ditutup pada 17 Mei 2019. Disebutkan pada batch pertama ini, BCA akan memilih delapan startup fintech terpilih dengan ide dan inovasi mulai dari big data, digital payments, cybersecurity, blockchain, IoT, dan lainnya yang bertujuan untuk memajukan fintech.

Sebelumnya, sejumlah perbankan juga mulai terjun ke program sejenis, seperti Bank Mandiri (lewat Mandiri Capital Indonesia) menyelenggarakan Mandiri Digital Incubator dan Bank Bukopin membuat program BNVLabs bersama Kibar.

BCA Tambah Fitur Keyboard untuk Aplikasi BCA Mobile

BCA menambah fitur widget keyboard untuk nasabah mobile banking guna permudah transaksi perbankan tanpa harus bolak balik buka aplikasi. Pembaruan fitur ini diumumkan tidak berselang jauh dari Jenius yang melakukan inovasi serupa.

Untuk memanfaatkan widget ini, nasabah cukup mengaktifkannya lewat aplikasi BCA Mobile. Kemudian, nasabah diarahkan untuk memilih BCA Keyboard sebagai keyboard utama di smartphone. Ketika sudah aktif, nasabah bisa mulai bertransaksi cukup dengan mengklik logo BCA di bagian kiri bawah keyboard.

Nasabah bisa melakukan transaksi perbankan, mulai dari cek saldo, transfer ke rekening BCA atau virtual account, dan cek mutasi rekening. Bukti transaksi dapat dibagikan dengan mudah, tanpa nasabah harus screenshot atau copy paste teks.

Sayangnya belum tersedia pilihan transfer ke rekening bank lain, kemungkinan bakal tersedia di pembaruan berikutnya. Untuk menjamin keamanan transaksi, nasabah tetap dibutuhkan untuk memasukkan kode akses yang biasa harus diisi setiap kali bertransaksi.

Sebelumnya, BCA menghadirkan fitur QR Code “QRku” untuk permudah transfer dana antar nasabah BCA (p2p payment). Direktur BCA Santoso Liem menjelaskan, QR yang dihasilkan QRku hanya sebagai identitas unik yang menggantikan nomor rekening. Nasabah tidak perlu memasukkan PIN tabungan saat mentransfer dana. Proses pun jadi jadi lebih cepat tanpa harus pencet banyak tombol.

Baru-baru ini, BCA juga meresmikan OneKlik untuk permudah transaksi di situs e-commerce. Ada Blibli, Shopee, dan Bukalapak yang siap menerima pembayaran via OneKlik. Go-Pay juga hadir untuk permudah top up saldo dalam aplikasi Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Startup Kecerdasan Buatan 6Estates Bukukan Pendanaan Seri B dari GDP Venture dan Central Capital Ventura

6Estates, startup pengembang solusi berbasis kecerdasan buatan dan data besar asal Singapura, mengumumkan telah berhasil menyelesaikan putaran pendanaan seri B. Pendanaan ini dipimpin oleh GDP Venture dengan partisipasi Central Capital Venturacorporate venture milik BCA. Penambahan modal ini difokuskan dalam pengembangan solusi cognitive data intelligence miliknya dan ekspansi global.

Pasca pendanaan, perusahaan juga berencana mendirikan kantor di Indonesia untuk memanfaatkan peluang pasar. Termasuk untuk mengakselerasi pengembangan kemampuan Natural Language Processing Bahasa Indonesia dan berkolaborasi lebih dalam dengan BCA guna meningkatkan kompetensi kecerdasan buatan di perbankan.

“6Estates telah mendapatkan traksi pasar yang mengesankan dengan teknologi AI mereka di ruang data besar yang tengah berembang. Dengan DNA inovatif, mereka secara progresif mendorong batas-batas untuk memecahkan tantangan dunia nyata yang disajikan oleh ledakan data pada platform digital yang berbeda. Kami sangat bersemangat untuk berinvestasi di perusahaan dan memimpin putaran seri B-nya,” sambut CEO GDP Venture Martin Hartono.

Salah satu produk 6Estates adalah Market Innovation Knowledge Advisor (MIKA), solusi data berbasis kecerdasan buatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi setiap atribut penjualan produk. MIKA mengidentifikasi tren konsumen mendatang dan atribut pembelian utama yang memungkinkan brand untuk menjalankan desain produk dan kegiatan pemasaran dengan lebih baik.

Solusi yang dikembangkan 6Estates kebanyakan berpusat pada intelijen pasar untuk industri consumer goods dan keuangan. Pendekatan teknologi seperti Natural Language Processing, Explainable Neural Network, dan Knowledge Graph diterapkan pada produk-produk yang dikembangkan.

“Karena kebutuhan konsumen yang terus berubah, klien kami mencari cara untuk tidak hanya memahami tren dengan lebih baik, tetapi mencari solusi yang dapat menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi. Di 6Estates, kami menggunakan terobosan penelitian terbaru untuk menciptakan solusi inovatif untuk memberdayakan klien kami,” ujar Co-Founder & CEO 6Estates Luan Huanbo.

Luat turut menerangkan, bahwa di sektor keuangan 6Estates menerapkan teknologi ekstraksi informasi dan mesin pembaca yang komprehensif untuk membantu klien mentransformasikan dokumen tidak terstruktur menjadi pengetahuan yang bermanfaat. Selanjutnya informasi tersebut akan berguna untuk otomasi intelijen. Saat ini 6Estates juga tengah mengeksplorasi pemanfaatan teknologinya untuk industri perdagangan dan pasar modal.

6Estates
Tim 6Estates di Singapura / 6Estates

“Didirikan oleh pemenang ACM Achievements Award, Prof Chua Tat-Seng, CEO Dr Luan Huanbo dan CTO Dr Wang Chao, 6Estates adalah salah satu ahli kecerdasan buatan dunia. Mereka telah membentuk tim kecerdasan buatan kelas dunia. Mereka adalah salah satu perusahaan kecerdasan buatan terbaik di dunia, yang mampu menggabungkan pengalaman industri dan keahlian akademis,” ujar CTO GDP Venture, CEO/CTO GDP Labs On Lee, yang juga akan turut bergabung dalam dewan direksi 6Estates.

Kepercayaan investor juga didorong oleh prestasi bisnis yang mengesankan. Disampaikan pertumbuhan 6Estate mencapai 300% YoY dalam 12 bulan terakhir, didorong permintaan solusi intelijen pasar dari perusahaan Fortune 500 seperti P&G, Nestle, dan Unilever. Untuk solusi finansial yang dikembangkan, saat ini tengah diterapkan di beberapa perusahaan, seperti HengFeng Bank dan South-West Securities.

Nielsen: 49 Persen Sponsor Esports di Tahun 2018 adalah Brand Non-Endemic

Tahun 2018 lalu adalah tahun yang sangat menarik bagi esports. Menurut laporan dari Newzoo, revenue di seluruh dunia dari esports diperkirakan mencapai lebih dari US$900 juta (sekitar Rp12,59 triliun). Organisasi-organisasi esports raksasa seperti Cloud9 dan Team Liquid telah memiliki nilai valuasi di atas US$200 juta, dan ekosistem ini memiliki lebih dari 300 juta audiens sebagai penikmat konten. Serunya lagi, pertumbuhan ini diprediksi masih akan terus melesat, setidaknya hingga tahun 2021.

Revenue sebesar itu berasal dari banyak sekali jalur, seperti periklanan, penjualan tiket atau merchandise, hak siar, dan lain-lain. Namun sponsorship masih menjadi kontributor terbesar. Sponsorship di dunia esports telah lama didominasi oleh perusahaan-perusahaan teknologi dan perangkat gaming, seperti Intel atau SteelSeries. Tapi data dari Nielsen yang baru-baru ini dipublikasikan menunjukkan bahwa tren tersebut bisa saja bergeser.

Dilansir dari Esports Observer, Nielsen mencatat bahwa rasio sponsor dari brand non-endemic (bukan gaming atau teknologi) di dunia esports global telah mencapai 49% dari keseluruhan. Angka tersebut naik sebesar 8% dibanding tahun 2017. Data ini mencakup seluruh sponsorship yang ada, baik itu sponsorship untuk event, liga, ataupun sponsorship tim. Sementara bila berbicara tentang event/liga saja, rasio sponsor non-endemic tahun 2018 adalah 39%.

Overwatch League - New York Excelsior
Mano (Dong-gyu Kim) dari New York Excelsior | Sumber: Blizzard/OWL

Ada pencapaian tersendiri dalam liga-liga esports yang dirancang memiliki struktur regional. Regional di sini maksudnya adalah liga yang timnya merupakan perwakilan kota dalam suatu negara. Contohnya Overwatch League (OWL), yang diikuti oleh tim-tim seperti Los Angeles Valiant, Shanghai Dragons, dan Seoul Dynasty.

“Liga berbasis lokasi seperti NBA 2K League dan Overwatch League menunjukkan keberhasilan dalam menarik dukungan brand dari organisasi-organisasi lokal atau regional, dan sponsor non-endemic yang sebelumnya tidak berminat pada esports karena melihat audens globalnya,” kata Nicole Pike dari Nielsen dalam laporannya di Esports Observer. Overwatch League sendiri pada tahun 2018 telah disponsori oleh 43% brand non-endemic. Mereka terutama berasal dari kategori brand makanan/camilan, audio, dan entertainment.

NBA 2K League lebih dahsyat lagi. Meski merupakan liga baru dengan season pertama yang dimulai pada bulan Mei 2018, NBA League berhasil menarik sponsor sebesar 72% brand non-endemic. Partisipasi sebesar ini salah satunya didorong oleh hubungan yang sudah ada antara tim-tim NBA dengan brand sebelum NBA 2K League diluncurkan. Selain itu, tim-tim dalam NBA 2K League juga mendekati beragam sponsor non-endemic yang memiliki kaitan dengan lokasi geografis masing-masing tim.

NBA 2K League - Knicks Gaming
Knicks Gaming, tim esports milik New York Knicks | Sumber: NBA 2K League

Nielsen percaya bahwa esports adalah ranah yang masih terus berubah (evolving space), di mana tren dapat datang dan pergi dengan cepat. Akan tetapi data telah menunjukkan secara konsisten bahwa kini para pemilik brand tak lagi memandang investasi esports sebelah mata. Apalagi dengan audiens serta proyeksi revenue yang masih terus meningkat.

Untuk tim atau organizer yang masih kesulitan dalam meyakinkan para pemegang brand itu, strategi regional seperti Overwatch League dan NBA 2K League adalah alternatif yang patut dicoba. Di Indonesia sendiri sudah mulai banyak “pemain besar” dari ranah non-endemic yang terjun mendukung ekosistem esports, seperti Indofood, BCA, atau Kratingdaeng. Sangat mungkin dalam waktu dekat kita akan melihat lebih banyak lagi perusahaan mengikuti jejak mereka.

Sumber: Nielsen/Esports Observer, Dexerto

BCA Launches “OneKlik” Online Payment Service

BCA officially launches OneKlik as an online payment solution in merchant app. Previously, this service was established [pilot] in early 2018 partnering with Blibli.

“Public is now in high demand for online shopping, through our latest innovation, OneKlik, we believe to increase public convenience in making online payment,” Armand Hartono, BCA’s Vice President Director said.

He defines OneKlik as an Application Programming Interface (API-based) innovation to complete another BCA API features, such as online transfer, balance inquiry, account mutation, virtual account, and others.

Since its establishment in early 2017, BCA’s API has been claimed by around 400 business client with major users working in fintech and e-commerce industry.

The company will focus the business clients with the highest transaction as OneKlik partners for beginning. Currently, there are only four partners, Shopee, Bukalapak, Blibli, and Go-Pay.

“We want to approach partners with the highest transaction [using BCA] for beginning,” Henry Koenaifi, BCA’s Director explained.

Henry avoid to mention any further detail related to the target revenue the company can gain from its latest service.

OneKlik is a solution that allows customers to pay at merchant in one click away. They only have to register the funding source from BCA debit card, set the daily shopping limit (currently up to Rp1 million), and input the OTP.

Later, OneKlik can directly be used for payment. There’s no need to re-enter OTP while making payment. When the payment screen popped up, select OneKlik, and it’s done.

Although OTP is no longer needed, BCA ensures OneKlik’s layered security. One funding source can only connect to one merchant app, and one account can only connect to one funding source.

In terms of daily transaction, it is limited to avoid overshopping, and keep the account safe from irresponsible parties.

On the same occasion, participated also Chris Feng as Shopee’s CEO. He explained, OneKlik is a company’s commitment to improve platform’s performance by making new innovation for customers. Including to intensify partnership to offer various payment options.

“Shopee is welcome to the collaboration with BCA in the latest payment method launching, OneKlik. We look forward to the next event in providing more options and easy shopping for all Shopee users,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BCA Resmikan Layanan Pembayaran Online “OneKlik”

BCA meresmikan kehadiran OneKlik sebagai solusi pembayaran online di aplikasi merchant. Sebelumnya layanan ini sudah hadir secara pilot sejak awal 2018 dengan menggandeng Blibli.

“Sekarang minat masyarakat sangat tinggi untuk belanja online, melalui inovasi terbaru kami OneKlik, kami yakini dapat menambah kenyamanan masyarakat dalam melakukan pembayaran belanja online,” terang Wakil Presiden Direktur BCA Armand Hartono, Rabu (9/1).

Menurutnya, OneKlik adalah inovasi berbasis Application Programming Interface (API) yang melengkapi fitur API BCA lainnya, seperti online transfer, informasi saldo, mutasi rekening, virtual account, dan lainnya.

Sejak diluncurkan pada awal 2017, API BCA diklaim telah dimanfaatkan sekitar 400 nasabah bisnis dengan mayoritas penggunanya bergerak di bidang fintech dan e-commerce.

Perusahaan akan memfokuskan nasabah bisnis dengan transaksi tinggi sebagai mitra OneKlik untuk tahap awal. Saat ini baru ada empat mitra, yakni Shopee, Bukalapak, Blibli, dan Go-Pay.

“Kami mau sasar mitra dengan transaksi [menggunakan BCA] yang tertinggi untuk tahap awal,” tambah Direktur BCA Henry Koenaifi.

Henry enggan membeberkan lebih detail terkait target pendapatan yang bisa diraup perusahaan lewat kehadiran layanan teranyarnya ini.

OneKlik merupakan solusi yang memungkinkan nasabah membayar di merchant dalam satu kali klik. Nasabah cukup registrasi sumber dana dari kartu debit BCA, menentukan limit belanja harian (saat ini maksimal Rp1 juta), dan memasukkan OTP.

Setelahnya, OneKlik dapat langsung digunakan untuk bayar belanja. Saat hendak membayar, nasabah tidak perlu memasukkan kembali kode OTP. Begitu masuk ke layar pembayaran, pilih OneKlik, dan transaksi selesai.

Kendati sudah tidak butuh OTP, BCA menjamin keamanan OneKlik sudah berlapis. Satu sumber dana hanya dapat terhubung ke satu aplikasi merchant, dan satu akun merchant hanya dapat terhubung ke satu sumber dana.

Pun dari sisi limit harian transaksi juga dibatasi demi mencegah dampak yang terlalu dalam, serta menjaga akun dari penyalahgunaan pihak yang tidak bertanggung jawab.

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir CEO Shopee Chris Feng. Dia menerangkan inovasi OneKlik adalah bentuk komitmen perusahaan untuk meningkatkan platform dengan terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan para pengguna. Termasuk memperkuat kerja sama dengan mitra untuk menawarkan berbagai opsi pembayaran.

“Shopee menyambut baik kolaborasi bersama dengan BCA dalam peluncuran metode pembayaran terbaru melalui OneKlik. Kami menantikan kerja sama berikutnya dalam menyediakan lebih banyak pilihan serta kemudahan berbelanja bagi pengguna Shopee,” ujar Chris.

Alipay Approaches BRI and BCA to Handle Chinese Tourist in Indonesia

After WeChat, Alipay is getting its business ready for Indonesia by approaching BRI and BCA. The pilot project is yet to be announced.

Quoted from Detik, Alipay has just signed the MoU with BRI. After that, there’ll be homework, including license.

BRI can be a facilitator for tourist to make easier transaction as the acquirer. They can use Alipay at some merchants partnered with BRI.

However, they haven’t calculate potential income for the company in the MoU. Therefore, the internals are preparing another IT system because the one used by Alipay is different with Visa and Mastercard.

“In addition to GPN (National Payment Gateway), something will be added related to the payment from China,” he said.

Aside from BRI, BCA is also rumored to be approached by Alipay, but it is yet to discuss MoU. Santoso, BCA’s Director said to DailySocial they currently in the exploratory process of how long BCA’s acquiring system can collaborate with Alipay.

“In terms for collaboration, system development is indeed necessary, to be able to connect with one another,” he explained.

Still, he didn’t have a definite answer regarding the finalization because it’s still on progress.

“We’ll see, it’s to be announced in time.”

Previously, Bank Indonesia said the China-based digital wallet, Alipay and WeChat Pay is getting serious in digging Indonesia’s market by approaching national bank. In fact, WeChat development is getting better in Indonesia because they already passed the transaction test with BNI in Bali at IMF 2018 event.

Sugeng, Deputy Governor BI said, besides Bali, WeChat is now available for Chinese tourists in Medan, North Sumatra. Both locations are chosen due to the most favorite destination for Chinese tourists.

“CIMB Niaga is said to have signed the partnership with WeChat,” he added.

Sugeng also said if the business to business partnership has approved by both China’s digital wallet with four national bank, the legal business from BI will follow.

“If everything is settled [partnership], we’ll review business legal and technical problem, and business process. Bank in 4th category will register ask for license to BI.”

Partnership between two will be made according to the current regulation, it is PBI (BI Regulation) Number 20/6/PBI/2018 of E-Money Organizer.

Stated in the regulation that transaction from Chinese tourists in Indonesia will be converted into rupiah. Also, transactions will be recorded in GPN system.

The amount of Chinese tourists

Alipay and WeChat aggressive movement to enter Indonesia is due to the high rate of Chinese tourist in this country. Quoted from BPS data, Chinese tourists is in the fourth position of the total cumulative, 14.39 million by November 2018, or increased by 11.63%.

As per November 2018, the number of Chinese tourist has reached 124,616 people, decrease from the same period in previous year of 148,306. The first position is taken by Malaysian tourist of 186,422, followed by Singaporean (153,988), and Timor Leste (142,050).

Bali is the favorite destination, especially for Chinese and Australian people with 3-day visit in average.

Based on BPS data, a total tourist during January to November 2018 is 5.57 million. Sort by nationality of tourists in Bali, Tiongkok (22.99%), Australia (19.16%), England (4.51), and Japan (4.29%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Alipay Dekati BRI dan BCA untuk Layani Turis Tiongkok di Indonesia

Setelah WeChat, kini giliran Alipay yang mulai kencang menyiapkan bisnisnya di Indonesia dengan menggaet BRI dan BCA. Belum disebutkan pilot project yang akan segera dilaksanakan.

Dengan BRI, dikutip dari Detik, Alipay baru melakukan penandatanganan MoU. Setelahnya ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, termasuk soal perizinan.

Direktur BRI Handayani menjelaskan, dalam kesempatan ini perseroan berharap bisa mendukung industri pariwisata nasional. Pasalnya banyak turis dari Tiongkok datang ke Indonesia dan memiliki alat pembayaran khusus.

BRI bisa menjadi fasilitator agar turis bisa mudah bertransaksi sebagai pihak acquirer. Turis bisa membayar dengan Alipay di merchant yang sudah bekerja sama dengan BRI.

Namun dia belum memperhitungkan potensi pendapatan yang bisa diraih perseroan dari MoU tersebut. Untuk itu, dalam internal perseroan sedang melakukan berbagai persiapan IT karena sistem yang dipakai Alipay berbeda dengan Visa dan Mastercard.

“Selain ada Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) juga, nanti kita akan tambahkan lagi terkait pembayaran dari Tiongkok,” katanya.

Tak hanya dengan BRI, BCA juga dikabarkan didekati oleh Alipay, namun belum sampai ke tahap MoU. Kepada DailySocial, Direktur BCA Santoso menjelaskan saat ini perusahaan masih proses penjajakan dan pendalaman sejauh mana sistem acquiring BCA dapat berkolaborasi dengan Alipay.

“Tentunya untuk bisa berkolaborasi butuh pengembangan sistem agar bisa saling connect satu dengan yang lainnya,” terang Santoso.

Hanya saja, dia belum memberikan jawaban pasti terkait kapan penjajakan ini selesai karena dia mengaku masih berlangsung.

“Kita tunggu saja, nanti kami akan informasikan pada waktunya.”

Sebelumnya Bank Indonesia menyebut dompet digital asal Tiongkok, Alipay dan WeChat Pay kian serius mendalami pasar Indonesia dengan menggandeng bank nasional. Adapun WeChat sudah lebih maju perkembangannya di Indonesia, lantaran perusahaan tersebut sudah uji coba transaksi dengan BNI di Bali saat momen pertemuan tahunan IMF 2018.

Deputi Gubernur BI Sugeng menyebut, selain Bali, WeChat juga sudah bisa digunakan oleh turis Tiongkok yang berada di Medan, Sumatera Utara. Kedua lokasi ini dipilih karena menjadi destinasi terbesar yang dikunjungi turis Tiongkok.

“CIMB Niaga juga disebut sudah tanda tangan kerja sama dengan WeChat,” tambah Sugeng.

Sugeng menyatakan bila kerja sama secara bisnis ke bisnis sudah berhasil disepakati oleh dua dompet digital Tiongkok dengan empat bank nasional, maka legal bisnis dari BI juga akan menyusul.

“Kalau semua sudah settle [kerja sama], maka kami lihat legal bisnis dan masalah teknis, serta bisnis proses. Nanti bank BUKU 4 akan mendaftarkan dan minta persetujuan dari BI.”

Kerja sama antara kedua belah pihak dilakukan sesuai dengan aturan main yang berlaku, yaitu Peraturan BI (PBI) Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Penyelenggaraan Uang Elektronik.

Di dalam aturan tersebut, juga menjelaskan transaksi pembayaran dari turis Tiongkok di Indonesia akan dikonversikan ke rupiah. Selain itu, transaksi pembayaran juga akan terekam dalam sistem GPN.

Jumlah wisman Tiongkok

Gencarnya Alipay dan WeChat untuk masuk ke Indonesia, lantaran potensi turis Tiongkok yang mendatangi negara ini cukup tinggi. Dikutip dari data BPS, wisman Tiongkok menempati urutan keempat terbesar dari total kumulatif hingga November 2018 ada 14,39 juta kunjungan atau naik 11,63%.

Per November 2018, jumlah kunjungan wisman Tiongkok mencapai 124.616 orang atau turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebanyak 148.306. Peringkat pertama ditempati oleh wisman dari Malaysia sebanyak 186.422, kemudian diikuti Singapura (153.988), dan Timor Leste (142.050).

Bali menjadi destinasi favorit para wisman, terutama buat orang Tiongkok dan Australia dengan rata-rata lama kunjungan selama 3 hari.

Data BPS menyebut kunjungan wisman pada Januari hingga November 2018 sebanyak 5,57 juta. Menurut kebangsaan wisman yang datang ke Bali adalah Tiongkok (22,99%), Australia (19,16%), India (5,75%), Inggris (4,51), dan Jepang (4,29%).