Bekraf Berambisi Turunkan Tingkat Kegagalan Startup Lewat Program BEKUP

Tingkat gagal yang tinggi dalam dunia startup, sebenarnya bisa diatas dengan pembekalan seputar manajemen perusahaan. Poin inilah yang disorot oleh Bekraf lewat program BEKUP yang kini sudah memasuki tahun ketiganya.

BEKUP adalah program pendampingan pra-startup dari masih berupa ide menjadi MVP yang siap dilanjutkan ke pasar atau masuk ke inkubator untuk digodok lebih lanjut. Halal Local dan TarraSmart merupakan dua peserta Bekup angkatan pertama yang masih aktif hingga kini.

Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari menuturkan kebanyakan founder startup di Indonesia baru paham bagaimana membuat produk yang berangkat dari teknologi. Padahal, sebenarnya esensi dalam mendirikan startup itu adalah mengelola perusahaan, bagaimana leadership itu dibutuhkan.

“Selama ini startup berangkatnya dari teknologi, padahal sebenarnya menawarkan solusi dari problem yang ada. Contohnya seperti yang Gojek lakukan. Jadi dalam Bekup kami ajarkan ke pre-startup dari yang masih berupa ide sampai akhirnya jadi MVP,” terang Hari, pekan lalu (7/12).

Peserta Bekup yang bergabung di tahun ini jumlah sekitar 150 startup. Lebih sedikit dari peserta tahun lalu yang sebanyak 200 startup. Kendati demikian, Hari melihat peserta kali ini lebih berkualitas dari segi kematangannya.

Ada 30 startup yang lolos sampai ke tahap demo day, dengan persentase keberhasilan 20% dari total peserta. Persentase ini dianggap lebih tinggi dari tingkat gagal startup yang disebut hanya 10% yang selamat pada tahap awal.

Demo day itu sendiri sudah diselenggarakan pada pekan lalu dengan nuansa yang cukup berbeda di kapal pesiar Quicksilver Cruise Jakarta.

“Bekup itu lahir untuk menurunkan failure rate startup di tahap awal. Di dunia itu dibilangnya ada 10% [yang selamat], sekarang sudah 20% karena kita gembleng mereka untuk jadi entrepreneur. Banyak dari mereka yang enggak ngerti cara buat usaha, cuma tahu buat produk saja.”

Setelah terdaftar, peserta akan mengikuti serangkaian kegiatan Bekup. Mulai dari bootcamp 1, team consultation 1, bootcamp 2, team consultation 2, mid evaluation, rangkaian kegiatan routine evaluation journey 1-6, dan final evaluation.

Seluruh pembekalan, sambungnya, diarahkan buat para founder agar dapat menciptakan startup yang kuat dan andal sehingga dapat menawarkan inovasi dengan tiga kriteria. Yakni sesuai keinginan pengguna, layak secara bisnis, dan memungkinkan untuk dikembangkan secara teknis.

Di tahap akhir, dipilih 10 startup yang diberikan kesempatan untuk mempresentasikan bisnisnya di hadapan mitra inkubator, akselerator, investor, dan mitra strategis potensial lainnya.

10 startup tersebut adalah Sebuku (Balikpapan), Angkoters (Bandung), Lesku (Denpasar), Isportpreneur (Makassar), Ngelab Kampus (Malang). Kemudian, SalonQita (Medan), Muslimall (Padang), Freshtime (Semarang), Qubiclo (Tangerang), dan Farming.id (Yogyakarta).

“Dengan adanya program BEKUP, kami harap dapa membantu pengembangan pelaku startup dengan memberikan pelatihan dan manajemen kerja melalui kegiatan yang telah kami adakan. Kami beserta para mitra sangat bangga dapat menjadi bagian untuk mewujudkan Indonesia lebih baik,” pungkas Hari.

Bekraf Bersama Asosiasi Mulai Rumuskan Roadmap untuk Industri Game Indonesia

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) telah selesai menyelenggarakan Bekraf Developer Conference (BDC) 2018 dengan menghadirkan pengembang game dan aplikasi tanah air. Acara tahunan ini juga dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan roadmap pengembangan industri digital untuk tahun mendatang, salah satunya fokus pada industri game.

“Indonesia adalah salah satu negara paling berpotensi sebagai negara produsen game bermutu. Penghasilan yang diperoleh Indonesia setiap tahun dari industri game mencapai 1 triliun Rupiah. Itulah mengapa jumlah studio game di Indonesia juga semakin meningkat. Melihat potensi ini, game developer menjadi salah satu profesi yang sangat dicari,” terang Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Sungkari, dalam ketarangan resminya.

Narenda Wicaksono, Founder Dicoding sekaligus Ketua Umum AGI, menjelaskan perumusan roadmap merupakan langkah para pelaku industri untuk memberikan masukan kepada pemerintah. Harapannya dapat dipertimbangkan dalam kebijakan yang diambil untuk memajukan industri digital.

“Industri game di Indonesia masih dalam tahap berkembang, masih banyak yang harus dibenahi; market lokal juga masih dikuasai asing. Namun di sisi lain, terjadi peningkatan yang sangat signifikan, terutama di platform konsol. Banyak game yang di-publish oleh anak bangsa di konsol-konsol ternama, sebut saja seperti Valthirian Arc, Ultra Space Battle Brawl, Fallen Legion, dan lain-lain,” terang Narenda.

Menurut Narenda peningkatan industri game lokal turut dipengaruhi beberapa hal. Pertama adalah faktor edukasi, melibatkan institusi pendidikan untuk menghasilkan talenta pengembang dan pendukung kreativitas game. Kedua adalah investasi, karena ini menjadi salah satu hal penting untuk mengakselerasi jalannya industri.

“Harapannya dengan adanya roadmap ini dapat memberikan insight kepada pemerintah, sehingga membuahkan akselerasi pertumbuhan industri digital, khususnya game. Peningkatan industri game lokal juga diharapkan dapat mengambil alih pasar di negeri sendiri. Selain itu diharapkan pula adanya kolaborasi lebih lanjut dengan sub sektor lainnya, misal film, dan komik,” imbuh Narenda.

Produksi Talenta Startup Berkualitas Lebih Cepat Dimulai dari Sekolah

Menarik benang merah peluncuran Database Startup Indonesia, kehadirannya diharapkan tak hanya berperan bagi penentu kebijakan di masa depan, tetapi juga dalam merancang program dan kaitannya menciptakan talenta sesuai dengan kebutuhan industri startup.

Minimnya jumlah talenta telah menjadi isu bagi industri startup di Indonesia beberapa tahun belakangan. Geliat industri startup yang semakin berkembang rupanya tak diimbangi dengan jumlah dan kualitas talenta yang ada.

Menurut Founder dan CEO HAHO Anthonius Andy Permana, ada potensi monopoli talenta dari startup-startup berstatus unicorn. Ia menilai talenta yang bekerja di sini adalah talenta yang memiliki kualitas dan sesuai kebutuhan startup.

“Mau bajak atau hire [talenta], apa harus dari Tokopedia atau Go-Jek?” tanyanya saat sesi tanya-jawab di peluncuran Database Startup Indonesia di Nusa Dua, Bali.

Menjawab hal ini, Ketua Umum Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) Joddy Hernady mengakui Indonesia saat ini masih sangat kekurangan talenta. Kalaupun ada, talenta ini dirasa belum mampu memenuhi startup yang kebutuhannya semakin kompleks.

“Riset yang kami lakukan di 2013 mengungkap seperti apa kebutuhan startup. Bukan pendanaan yang ada di urutan pertama, tetapi talenta, terutama di bidang software developer, untuk backend, frontend,” ungkap Jorry ditemui usai peluncuran Database Startup Indonesia di Nusa Dua, Bali.

Menurutnya ada kasus di mana talenta di Indonesia belum dapat menyelesaikan masalah ketika startup melakukan scale up.

“Buat software untuk 100 ribu pengguna dengan jutaan pengguna itu berbeda. Ketika scale up, mereka belum mampu mengatasi masalah itu,” tambahnya.

Sekjen MIKTI Andy Zaki juga menilai bahwa penciptaan talenta berkualitas akan lebih cepat apabila dimulai dari kebutuhan akademis di sekolah maupun perguruan tinggi.

“Suplai dan demand tidak sebanding. Harus banyak. Kualitas talenta juga harus ditingkatkan. Maka itu caranya adalah menambah talenta startup adalah lewat program belajar di sekolah, universitas, ada juga inisiasi dari pemerintah dan stakeholder terkait,” kata Andy.

MIKTI sejak beberapa tahun lalu mulai berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam menciptakan talenta, misalnya program D3 yang output-nya dinilai akan lebih unggul dibandingkan S1 untuk keahlian teknis.

“Database Startup Indonesia” Diresmikan, Siap Jadi Acuan Pengembangan Industri Digital

Indonesia saat ini tengah menikmati pertumbuhan industri digital yang ditandai dari menggeliatnya industri startup. Kini Indonesia tercatat telah memiliki empat startup berstatus unicorn, terbanyak kedua setelah Singapura di kawasan Asia Tenggara.

Sesuai visi Presiden Joko Widodo menjadikan Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia, tak cukup hanya mengandalkan sejumlah inisiatif dari para pemangku kepentingan (stakeholder). Ada hal lain yang dapat mendukung hal tersebut, yakni melalui kehadiran database startup yang komprehensif.

Untuk itu, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) didukung Badan Ekonomi Kreatif RI (BEKRAF) meluncurkan Database Startup Indonesia 2018 yang akan menjadi acuan pengembangan industri digital Tanah Air. Peluncuran ini sekaligus dalam rangka perhelatan World Conference on Creative Economy di Nusa Dua, Bali.

Deputi BEKRAF Hari S Sungkari menyebutkan, Database Startup Indonesia 2018 akan memetakan ragam informasi berkaitan dengan kondisi startup. Dalam hal ini, Database Startup Indonesia dapat membantu berbagai pihak, termasuk pemerintah, dalam menentukan kebijakan dan program agar lebih optimal.

Sementara Ketua Umum MIKTI Joddy Hernady menyebutkan, pengumpulan informasi dan proses verifikasi dilakukan seluruhnya oleh tim MIKTI. Verifikasi ini dilakukan untuk memastikan data tersebut valid. Setidaknya hingga saat ini, menurut Joddy, sudah ada 960 startup yang datanya telah dikumpulkan dan diverifikasi.

“Saat ini belum ada acuan [data startup] yang kredibel. Kalaupun ada, itu tidak valid. Nah yang kami lakukan adalah verifikasi seperti mengecek website dan menelepon [pemiliknya], apa masih ada atau tidak. Dengan begini, data menjadi lebih akurat,” tutur Joddy ditemui DailySocial di Nusa Dua, Bali.

Menurut Joddy, Database Startup Indonesia nantinya dapat diakses oleh publik. Saat ini, pihaknya tengah mempersiapkan platform sebagai akses yang diperkirakan meluncur pada 10 Desember mendatang.

Perumusan kebijakan dan program lebih optimal

Database Startup Indonesia akan menampilkan ragam informasi kredibel dan valid mengenai startup, mulai dari profil perusahaan, hingga pendanaan yang diterima. Joddy menyebut data tersebut akan sangat berguna bagi para stakeholder dalam merumuskan kebijakan dan program.

“Misalnya, saat ini startup paling banyak di sektor e-commerce. Nah, kami justru bisa dorong ke sektor lain yang lebih prospek, berapa pendanaan yang diperlukan. Kan e-commerce sudah banyak,” tuturnya.

Dari data terverifikasi MIKTI yang diterima DailySocial, hingga saat ini sektor e-commerce mendominasi jumlah startup di Indonesia sebanyak 353 (36,84%), diikuti 53 startup fintech (5,52%), 21 startup game (2,19%), dan 535 startup di bidang lain (55,67%).

Data lainnya mencatat sudah ada 530 startup (55,15%) yang menjadi PT, namun ada 66 startup (6,87%) masih berbadan usaha CV, 92 startup (9,57%) belum berbadan usaha, dan sisanya 272 startup (28,41%) belum diketahui badan usahanya.

Selain itu, lanjut Joddy, data ini dapat menarik lebih banyak investor untuk menyuntik modalnya di sini. Pihaknya juga berencana untuk menampilkan data penjualan startup yang selama ini masih bersifat tertutup untuk publik.

“Data penjualan kan penting sekali ya, tapi startup memang belum mau publikasi itu. Kami akan coba encourage mereka secara bertahap agar mau [menampilkan data penjualannya].”

Bekraf Creates an Accelerator Program called “BE-X”

Bekraf announced BE-X accelerator program focused on founder creation and the team that is ready for technopreneurship. In running the initiation, Bekraf partners with Telkom Indigo.

According to the research quoted by Bekraf, the creative economy identified at least 13 issues. Some basic issues are 37.4% on research and development, and 31.56% on education. Bekraf is to answer both issues through this program, for the better digital startup ecosystem in the future.

“In preparing startups to be ready globally, not only infrastructure and knowledge are needed but also an X-factor like extra, excellent, and collaboration. It’s the factor we try to create,” Ricky J Persik, Bekraf’s Deputy Chairman, said on Friday (19/10).

The X factor is necessary for founders and its team to be extra in terms of mental to deal with competition, excellent in ideas, and capable of having collaboration with teams, therefore, create not only a sustainable business but also the large one.

Also attending the BE-X launching, Aswin Tanu Utomo, Tokopedia’s VP Engineering. He said joining the accelerator program is an opportunity for startup founders. There is added value, such as investor network, technical capabilities assistance in accelerating business.

“There are many values for founders by following an accelerator program. It’s what happened to Tokopedia when they first received investment from East Ventures, investor network plays an important role when William and Leon built the company,” he explained.

Registration and submission start today (19/10) until the end of this year. The training to begin early next year.

BE-X accelerator program

BE-X is considered as Bekraf’s advanced program of Bekup which focus is pre-incubation of individual training from zero to a team ready for initial incubation.

Jeffry Irawan, Indigo Creative Nation’s Head of Acceleration, said BE-X received only seed-level startups. It means, they’re already included in one of the seed stages, either in customer validation, product validation, business model validation, or market acceleration.

“Due to startup’s different condition on registration, we need to sort them out. Most of the startups are stuck on customer validation, therefore, these four steps act like funnels to create a natural elimination,” he said.

BE-X program will be performed in three stages, recruitment, acceleration program, and demo day. In the first stage, Bekraf will select startups from online submission, proposal curation, assessment process, and pitching.

In the acceleration stage, selected participants will get training and development related to marketing, channeling product, and marketing activities from experts. In the last stage, the trained participants will demonstrate in front of VCs and related stakeholders.

Later, the qualified participants will get an opportunity to attend capacity building and access to incubators, investors, and government networks.

“Therefore, Bekraf doesn’t provide funding for winners but access to meet investors from VCs and many others,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bekraf Akan Selenggarakan Forum Komunitas Blockchain Terbesar di Indonesia

Melihat inisiatif pengembangan blockchain yang semakin meningkat di Indonesia membuat Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) ingin turut serta memberikan wadah pembelajaran bagi para penggiat di Indonesia. Untuk itu Bekraf akan segera menyelenggarakan Bekraf Blockchain Forum 2018. Acara ini akan diselenggarakan pada 30 – 31 Oktober 2018, bertempat di Balai Kartini Jakarta.

Acara akan terbagi menjadi dua agenda utama. Di hari pertama akan difokuskan untuk acara diskusi panel, pameran, dan pertemuan komunitas. Sementara di hari kedua akan banyak sesi workshop mengenai platform blockchain. Forum ini terbuka untuk umum, menargetkan berbagai kalangan, mulai dari profesional, pengembang, pebisnis, hingga pelaku industri kreatif.

Untuk merealisasikan acara ini, Bekraf bekerja sama dengan Indonesia Blockchain Network dan Asosiasi Blockchain Indonesia.

Blockchain merupakan teknologi basis data terdistribusi yang tidak dapat diubah. Setiap data dari blockchain ini saling terhubung. Jika terjadi perubahan di salah satu blok data, maka akan berpengaruh terhadap data yang lainnya. Aplikasi teknologi blockchain dapat digunakan dalam berbagai sektor antara lain:

  • Immutability of Records: Art Register, Public Sector Records, Health Records, Media.
  • Smart Contracts: Supply Chain, Legal, Leasing, Insurance, Internet of Things.
  • Disintermediation of Trust: Fintech, Crowdfunding, Forex, Asset Digital, Payments.

Blockchain telah berkembang di komunitas pengguna ekonomi digital dan saat ini menjadi topik hangat di bidang teknologi informasi. Acara Bekraf Blockchain Forum 2018 diklaim akan menjadi pagelaran blockchain terbesar tahun ini. Lebih dari 500 orang dari berbagai kalangan diprediksikan akan hadir.

Forum ini dapat diikuti secara gratis, jika tertarik hadir silakan mendaftarkan diri melalui tautan berikut ini https://bekrafibn2018.idblockchain.network.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Bekraf Blockchain Forum 2018

Bekraf Buat Program Akselerator “BE-X”

Bekraf mengumumkan program akselerator BE-X yang fokus pada pembentukan founder dan tim yang siap berteknopreneur. Dalam menjalankan inisiasi ini, Bekraf menggandeng Telkom Indigo sebagai mitranya.

Dari hasil riset yang dikutip Bekraf, sektor ekonomi kreatif setidaknya menghadapi 13 kendala yang berhasil teridentifikasi. Beberapa kendala mendasar yang harus dihadapi yaitu 37,4% kendala pada riset dan pengembangan dan 31,56% kendala edukasi. Kedua kendala ini juga coba dijawab oleh Bekraf lewat program ini, demi ekosistem startup digital yang lebih baik di masa depan.

“Untuk mempersiapkan startup yang siap bersaing secara global, tidak hanya infrastruktur dan pengetahuan mengenai apa saja yang dibutuhan, tetapi butuh faktor X yakni extra, excellent, dan collaboration. Faktor inilah yang coba kami bangun,” ucap Wakil Kepala Bekraf Ricky J Pesik, Jumat (19/10).

Perlunya faktor X ini dibutuhkan agar founder beserta timnya memiliki mental yang ekstra dalam menghadapi persaingan, excellent dalam ide dan mampu berkolaborasi dalam tim sehingga bisnis yang dijalankan tidak hanya bisa berkelanjutan tapi juga berkembang semakin besar.

Dalam peresmian BE-X turut hadir pula VP Engineering Tokopedia Aswin Tanu Utomo. Dia mengatakan bahwa mengikuti program akselerator merupakan kesempatan yang perlu diikuti oleh para founder startup. Ada nilai tambah yang bisa dimanfaatkan, mulai dari jaringan investor, kemampuan teknis yang sangat terbantu dalam mengakselerasi bisnis.

“Ada banyak value yang bisa diterima founder saat mengikuti suatu program akselerator. Itu yang dirasakan Tokopedia saat pertama kali menerima investasi dari East Ventures, saat William dan Leon bangun perusahaan terbantu sekali dengan jaringan yang dimiliki investor,” terang Aswin.

Pendaftaran dan pengiriman proposal dimulai pada hari ini (19/10) sampai akhir tahun ini. Pelatihan akan dimulai setelahnya sekitar awal tahun depan.

Program akselerator BE-X

BE-X bisa dikatakan program lanjutan Bekraf dari Bekup yang fokus pada pre-incubation karena fokus pada pembinaan individu dari nol hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Head of Acceleration Indigo Creative Nation Jeffry Irmawan menambahkan, BE-X menerima startup yang sudah berada di tahapan seed. Artinya mereka sudah masuk salah satu dari tahap seed, entah itu masih di tahap customer validation, product validation, business model validation, atau market acceleration.

“Karena kan kondisi startup pas daftar itu berbeda-beda, jadi kami perlu pilah-pilah lagi mereka. Kebanyakan yang biasa terjadi di industri itu startup masih stuck di tahap customer validation, jadi empat tahap ini seperti corong sehingga banyak startup yang berguguran secara alami,” kata Jeffry.

Program BE-X akan dilaksanakan dalam tiga tahap, rekrutmen, pelaksanaan akselerasi, dan demo day. Di tahap pertama, Bekraf akan menyeleksi startup dari pengajuan proposal secara online, kurasi proposal, proses penilaian, dan pitching.

Pada tahap akselerasi, peserta yang lolos seleksi akan mendapat pelatihan dan pengembangan terkait marketing, channeling product, serta marketing activities dari mentor handal. Di tahap akhir, peserta yang sudah dapat pembekalan akan melakukan demonstrasi di hadapan para VC dan stakeholder terkait.

Nantinya peserta yang lolos akan mendapat kesempatan untuk menghadiri capacity building dan memperoleh akses ke inkubator, investor, dan government network.

“Jadi Bekraf tidak memberikan sejumlah funding untuk para pemenang, tapi kami akan beri akses untuk bertemu ke investor dari VC dan lainnya,” pungkas Ricky.

Inisiasi Startup untuk “Go Public”, Bekraf Rilis Platform “GoStartupIndonesia”

Bekraf, didukung Bursa Efek Indonesia (BEI), meluncurkan platform GoStartupIndonesia (GSI) untuk mendorong startup maju sebagai perusahaan terbuka di bursa. GSI merupakan tindaklanjut dari Nota Kesepahaman antara Bekraf dan BEI pada April 2018 tentang program IDX Incubator.

Kepala Bekraf Triawan Munaf menjelaskan pada tahap awal founder startup lebih fokus pada aspek teknis dibandingkan dengan aspek manajerial, administrasi dan keuangan. Oleh karena itu, GSI akan mendorong literasi finansial untuk startup, sehingga arah dan pengembangan bisnis startup sudah dirancang sejak awal.

“GSI merupakan suatu semangat dan gerakan bersama untuk mempercepat pertumbuhan ekosistem yang kondusif bagi startup di Indonesia, khususnya pada sektor ekonomi kreatif di berbagai tingkatan siklus usaha rintisannya,” ujar Triawan, Kamis (6/9).

Menjadi startup unicorn seperti Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak adalah impian setiap startup. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direplika oleh startup lain karena butuh modal yang kuat.

GSI dengan program akselerator CreaX (Creative Exchange for Startup) mencoba untuk memberikan alternatif tujuan kepada startup dengan cara lebih realistis dan dapat direplikasikan, caranya dengan solusi akses permodalan bagi startup melalui go public.

Program akselerator CreaX

CreaX bertujuan untuk bantu startup scale up dengan mentoring dan kompetisi pitching. Bekraf akan mencari startup yang berpotensi lewat roadshow ke beberapa kota besar, seperti Medan, Surabaya, Denpasar, Yogyakarta, Makassar, Bandung, dan Jakarta yang akan dimulai pada akhir bulan ini.

Pemenang kompetisi pitching akan berkesempatan untuk mengikuti program inkubator dan mentoring pada Supercamp. Tujuannya untuk mempersiapkan para finalis dari masing-masing kota untuk menghadapi final pitching yang akan dihelat pada Indonesian Capital Day, tanggal 14 November 2018 di Surabaya.

Pemenang kompetisi GSI juga berkesempatan mengikuti program lebih lanjut dan terhubung dengan komunitas startup dan investor global dengan kompetisi pitching di level global.

Triawan melanjutkan, untuk menciptakan ekosistem yang kondusif dan lengkap, GSI sedang mengembangkan situs resmi sebagai one stop services untuk startup yang akan memfasilitasi kebutuhan dari hulu ke hilir.

Dalam situs ini, startup berkesempatan untuk terhubung dengan ekosistem startup Indonesia. Selain update berita, acara, pelatihan, dan kesempatan kerja bagi startup, terdapat pula forum diskusi yang bisa diakses oleh startup, komunitas, mentor, dan investor.

Platform GSI juga fokus untuk mendorong tumbuhnya jumlah investor lokal untuk berinvestasi pada startup lokal dengan prospek yang baik melalui Investor Relation Unit. Triawan sadar betul tidak hanya startup yang harus diedukasi, investor pun juga menjadi perhatian dari GSI, mengingat investasi pada sektor riil.

Dia berharap platform ini dapat meningkatkan jumlah investor yang berinvestasi dan bertransaksi di pasar modal dan semakin banyak startup yang akan go public di BEI.

Triawan mengestimasi startup lulusan dari CreaX dapat mulai melantai pada setahun ke depan. Hal ini disebabkan regulasi baru yang dikeluarkan OJK yang memudahkan startup kelas UKM bisa menggunakan papan akselerasi, daripada pakai papan pengembangan yang dinilai masih memberatkan.

“Mungkin bisa setahun lagi, tahun depan. Dengan regulasi yang baru dari OJK bisa. Semoga dengan mulai melantai di bursa, investor lokal banyak yang masuk Kami ingin investor dalam negeri bisa ikut serta,” pungkas Triawan.

LINE Gaet Bekraf Tekankan Kepemilikan HAKI Para Kreator Lokal

LINE menggaet Bekraf untuk mendorong kesadaran para kreator lokal dalam memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) sebelum mengembangkan lebih jauh karya-karyanya di skala global. Kepemilikan HAKI menjadi penting lantaran dapat menjadi peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan para kreator secara lebih luas.

Untuk itu, LINE menggandeng Bekraf untuk peluncuran akun khusus bernama BIIMA. BIIMA sebelumnya sudah hadir berbentuk aplikasi yang bisa diunduh, namun kini tersedia dalam bentuk akun.

BIIMA, akronim dari BEKRAF’s IPR Info in Mobile Apps, berisi informasi mengenai Hak Kekayaan Intelektual secara praktis dan dapat diakses dari mana saja oleh masyarakat secara umum dan/atau para pelaku ekonomi kreatif secara khususnya.

“BIIMA dapat dimanfaatkan untuk para kreator untuk bertanya soal HAKI, kini sudah hadir di LINE. Bisa bertanya apapun di sana, selain itu kami juga menyiapkan bantuan lainnya entah itu dari permodalan, pemasaran, maupun lainnya,” tambah Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Ari Juliano Gema, Senin (27/8).

Strategic Partnership and B2C Director LINE Indonesia Revie Sylviana menambahkan LINE Indonesia terus mengedukasi para kreator lokal untuk bangun HAKI karena dapat membuka kesempatan lain yang tidak hanya untuk cetak revenue saja. Tapi bisa juga dari kreasi stiker LINE ke komik, merchandise, atau film.

Salah satu kreator lokal besutan LINE yang sudah memanfaatkan HAKI adalah karakter komik Si Juki. Awalnya berbentuk komik, kini sudah merambah ke stiker bahkan film layar lebar. Pada akhirnya memberikan akses kepada penggemar Si Juki bisa menikmati karakter tersebut dalam lintas platform.

Secara total, LINE Indonesia mengklaim telah menaungi sekitar 166 ribu kreator stiker, tumbuh drastis dari tahun sebelumnya 111.608 kreator. Total stiker LINE yang telah dikirim oleh sesama pengguna LINE Indonesia mencapai 13,9 miliar dengan rata-rata stiker harian terkirim sebanyak 11 kali.

Angka tersebut naik drastis dari tahun sebelumnya yang mencapai 8,7 miliar stiker terkirim dengan rata-rata stiker harian terkirim sebanyak 7 kali.

LINE Webtoon disebutkan telah menjaring 50 kreator lokal yang terus aktif meluncurkan komik hingga kini. Pembaca LINE Webtoon untuk Indonesia mencapai 54 juta orang. LINE Webtoon dinobatkan sebagai platform komik nomor satu dari 71 negara sedunia dan dianugerahi sebagai the best social app dari Google Play pada tahun lalu.

LINE Creativate 2018

Demi menjaring kreator lokal berkualitas, LINE kembali menggelar kompetisi digital dan kreatif untuk keempat kalinya dengan membawa tema “Bangga Indonesia.” Ada kompetisi baru yang ditambah LINE, yaitu LINE Shopping Business Competition dan LINE Today Video Creation. Ditambah tema lainnya yang sebelumnya sudah pernah digelar, LINE Sticker, LINE Webtoon, Chatbot, dan LINE Game Let’s Get Rich World Cup.

Periode pengumpulan karya kompetisi LINE Creativate 2018 sebagian besar akan dimulai pada akhir Agustus sampai akhir Oktober 2018. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di linecreativate.com dan LINE Creativate Official Account. Tidak hanya memberikan hadiah uang tunai, LINE berkomitmen untuk membawa ke tahap bimbingan lebih lanjut buat para pemenang.

Mereka juga akan dibawa LINE ke kompetisi tingkat global, seiring membuka peluang bisnis bagi para kreator lokal merambah ke sana. Salah satu finalis LINE Sticker yang berhasil di boyong LINE adalah Milk & Mocca milik kreator Shortie. Stiker ini sudah masuk ke pasar Thailand dan sudah dipersonalisasi sesuai bahasa dari negara tersebut.

“Karena Milk & Mocca sudah punya IP yang kuat, kita bawa mereka ke pasar Thailand. Responsnya cukup luar biasa. Ini bisa membuktikan bahwa siapapun bisa jadi kreator, ada opportunity revenue yang bisa didapat,” pungkas Revie.

Alpha Momentum Indonesia Akan Gelar Acara Perdananya “StartHub Connect”

Perusahaan modal ventura lokal, PT Alpha Momentum Indonesia (AMI), akan mengadakan pagelaran perdananya. Bertajuk “StartHub Connect”, acara tersebut akan berlangsung di ICE BSD Tangerang, pada 13 September 2018 mendatang. StartHub Connect akan menjadi sebuah forum investasi dan pendanaan yang fokus pada upaya mempromosikan semangat kewirausahaan dan mentoring prototipe ide startup untuk pengembangan lebih lanjut.

Acara ini akan mempertemukan inovator pemula, early-stage startup, pemerintah, investor hingga para ahli di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Mengusung tema “Your StartUp Gateway to be Enterprise Ready”, StartHub Connect berharap memberikan kesempatan kepada startup untuk mempresentasikan bisnis mereka dan mendapatkan akses sumber pendanaan dan mentoring yang tepat agar bisa tumbuh dan berkembang ke skala yang lebih besar.

Adapun agenda dalam acara ini di antaranya: (1) seminar  dari para ahli terkait bisnis dan teknologi pendukung, (2) speed dating bagi para startup untuk dapat menunjukkan kompetensi masing-masing kepada calon investor, dan (3) pameran dari 100 startup yang bergerak di berbagai sektor industri.

CEO AMI, Rachmat Gunawan, mengatakan bahwa AMI memiliki misi untuk mendorong semangat kewirausahaan di Indonesia melalui inkubasi, networking, edukasi, mentoring dan memfasilitasi startup dengan berbagai sumber pendanaan. Untuk itu AMI tidak ingin hanya memberikan dukungan pendanaan, tetapi juga pengalaman dan keahlian yang sangat dibutuhkan para startup dalam mengembangkan bisnisnya.

Deputi Permodalan BEKRAF, Fajar Hutomo, turut menyampaikan dukungannya terkait acara ini. Fajar mengatakan, “Kami berharap StartHub Connect bisa membantu mengatasi salah satu masalah terbesar startup yakni akses kepada permodalan. Dengan demikian kita bersama bisa memfasilitasi berkembangnya berbagai inovasi yang menghadirkan berbagai solusi bagi banyak persoalan efisiensi dan masalah kehidupan sehari-hari dan bisnis di tanah air yang sedemikian banyak.”

Turut memberi sambutan perwakilan dari Prudential Indonesia yang juga menjadi perusahaan pendukung acara ini. Melalui CTO-nya, Iskak Hendrawan, Prudential berharap StartHub Connect dapat membuka jalinan kerja sama antara startup dengan perusahaan. Khususnya untuk menciptakan ekosistem digital di dunia asuransi, kesehatan dan pengelolaan keuangan.

Untuk registrasi atau informasi lebih lanjut mengenai StartHub Connect, silakan kunjungi situs resminya: http://alphamomentum.id/starthub-connect/

Disclosure: DailySocial merupakan media partner StartHub Connect