Aplikasi Speedtest Kini Bisa Mengukur Kualitas Streaming Video

Pada masa pandemi saat ini, koneksi internet sangat berperan penting dan digunakan untuk banyak hal termasuk bekerja dan belajar di rumah, hingga untuk menikmati hiburan. Untuk menguji kecepatan dan performa koneksi internet baik seluler maupun WiFi, Speedtest yang dikembangkan oleh Ookla merupakan layanan yang sering digunakan.

Dengan melakukan Speedtest, kita dapat mengecek seberapa cepat koneksi internet yang ditawarkan oleh penyedia layanan internet tertentu. Baru-baru ini Ookla merilis pembaruan aplikasi Speedtest versi iOS yang memungkinkan mengukur kualitas streaming video dari koneksi internet Anda.

Meskipun layanan Speedtest standar sudah dapat memberikan gambaran umum tentang bandwidth jaringan internet secara keseluruhan, termasuk angka latensi, kecepatan unduh, dan unggah maksimum. Namun menurut Ookla, penyedia layanan internet sering kali memprioritaskan traffic video secara berbeda dari traffic lain.

Artinya adalah cara terbaik untuk mengukur kualitas streaming video dari koneksi internet Anda ialah dengan menguji sampel video secara langsung, karena tidak dapat disimulasikan di seluruh jaringan. Ya, sejak pandemi memang telah terjadi lonjakan media streaming terutama layanan streaming video seperti Netflix dan kawan-kawannya.

Test video khusus ini akan melakukan streaming video pada berbagai resolusi yang berbeda, kemudian mengukur waktu loading dan buffering. Namun untuk saat ini, benchmark untuk test video baru tersedia pada aplikasi Speedtest versi iOS dan akan segera mendarat ke platform lainnya.

Sumber: TheVerge

Qualcomm Ungkap Hasil Benchmark Chipset Flagship Snapdragon 888

Qualcomm mengumumkan 5G Mobile Platform Snapdragon 888 pada awal bulan Desember. Kini Qualcomm secara resmi mengungkap hasil benchmark dari chipset flagship tahun 2021 tersebut.

Sebagai pengingat, Snapdragon 888 dibangun pada teknologi proses 5nm dengan AI Engine generasi keenam. Serta, untuk pertama kalinya menggunakan core Kryo 680 berbasis Arm Cortex-X1 dengan kecepatan 2,84GHz, berpadu dengan GPU Adreno 660.

Pengujian dilakukan pada perangkat referensi Qualcomm khusus yang ditenagai oleh Snapdragon 888 dengan konfigurasi sebagai berikut. RAM 12GB LPDDR5, penyimpanan UFS 3.0 512GB, dan perangkat tersebut mengemas layar 6,65 inci beresolusi 1080p dengan refresh rate 120Hz.

Tiap benchmark dilakukan sebanyak tiga kali untuk memberikan nilai rata-rata dan perangkat tersebut menggunakan pengaturan default. Daftar benchark yang diuji oleh Qualcomm mencakup AnTuTu, GeekBench, GFXBench Aztec Normal dan Manhattan 3.0, Ludashi AiMark, AITuTu, MLPerf dan UL Procyon.

Dimulai dengan AnTuTu versi 8.3.4, Snapdragon 888 mencetak skor rata-rata 735.439 poin yang merupakan rekor baru untuk platform ini. Sebagai pembanding, di posisi top saat ini ada Huawei Mate 40 Pro+ dengan Kirin 9000 5G dengan nilai 698.654 poin. Sedangkan, pendahulunya (Snapdragon 865) meraih skor tertinggi 671.045 poin pada Xiaomi Mi 10 Ultra.

Sementara, Geekbench versi 5.0.2 menghasilkan 1.135 poin untuk single-core dan 3.794 poin untuk multi-core. Pada Snapdragon 865, single-core meraih 900 poin dan 3.400 untuk multi-core. Ini berarti, kinerja Snapdragon 888 naik sekitar 20% untuk single-core dan hampir 10% untuk multi-core dibanding pendahulunya.

Qualcomm 2

Kemudian untuk GFX Bench mengungkap GPU Adreno 660 baru pada Snapdragon 888 mendapat nilai rata-rata 86 fps pada uji Aztec Ruins Vulcan dan 169 fps pada Manhattan 3.0. Data selengkapnya, bisa dilihat pada tabel dan video di atas.

Sumber: GSMArena

Smartphone dengan Kamera Foto dan Video Terbaik Versi DxOMark

Perkembangan teknologi pada kamera smartphone memang sangat mengesankan, terutama di segmen high-end. Di mana pabrikan smartphone berlomba-lomba menghadirkan inovasi dan teknologi terbaru mereka pada seri flagship-nya.

Ukuran sensor dan pikselnya semakin besar, resolusinya tinggi, dibekali dengan banyak lensa dari ultra wide, macro, hingga telephoto. Serta, didukung fitur-fitur berbasis kecerdasan buatan (AI) dan masih banyak lagi.

Belum lama ini, DxOMark telah merilis daftar smartphone dengan kamera terbaik yang terbagi dalam beberapa kategori. Buat yang belum kenal, DxOMark memang kerap dijadikan sebagai benchmark untuk menilai kemampuan kamera dan namanya sering disebut saat peluncuran smartphone baru.

Daftarnya sebagai berikut:

  • Foto – Huawei P40 Pro
  • Video – Huawei P40 Pro
  • Wide – Samsung Galaxy S20 Ultra
  • Night – Huawei P40 Pro
  • Zoom – Huawei P40 Pro
  • Bokeh – Samsung Galaxy Note 10+ 5G

Aspek yang Diuji

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-2
Foto DxOMark

Sebelum menguji smartphone, DxOMark sendiri dikenal akan pengujiannya terhadap sensor kamera DSLR dan mirrorless, serta lensa. Untuk pengujian kamera smartphone, DxOMark membagi dalam dua kategori yaitu foto dan video, kemudian menggabungkannya nilainya. Selain itu, mereka juga menguji kamera depan dan kualitas audio secara terpisah.

Pada ketegori foto, aspek kamera yang diuji adalah exposure, color, autofocus, texture, noise, artifacts, night, zoom, bokeh, dan wide. Sementara, untuk video yang diuji meliputi exposure, color, autofocus, texture, noise, artifacts, dan stabilization.

Smartphone Kamera Terbaik

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-4

Saat ini, smartphone Android flagship terbaru dari Huawei ini meraih beberapa gelar sekaligus. Menurut DxOMark, Huawei P40 Pro adalah smartphone terbaik untuk foto, video, night, dan zoom. Sementara, untuk kamera wide dimenangkan oleh Samsung Galaxy S20 Ultra dan Samsung Galaxy Note 10+ 5G untuk bokeh.

Dengan skor foto 140 poin, foto yang dihasilkan oleh kamera utama Huawei P40 Pro menunjukkan dynamic range yang luas dan keseimbangan antara texture / noise terdepan di kelasnya. Artinya, smartphone ini pilihan yang ideal untuk memotret dalam kondisi menantang seperti kontras yang tinggi dan low light.

Meraih skor video 105 poin, rekaman video Huawei P40 Pro ini menangkap exposure yang bagus dan dynamic range yang luas, dengan hanya beberapa minor clipping saat merekam pada keadaan kontras tinggi. Selama tidak merekam di bawah cahaya tungsten yang rendah, white balance dan color rendering akurat.

10 Smartphone Kamera Terbaik

Secara keseluruhan (foto dan video), sepuluh smartphone terbaik sementara versi DxOMark saat ini, diraih oleh:

1. Huawei P40 Pro – 128
2. Honor 30 Pro+ – 125
3. Oppo Find X2 Pro – 124
4. Xiaomi Mi 10 Pro – 124
5. Huawei Mate 30 Pro 5G – 123
6. Honor V30 Pro – 122
7. Samsung Galaxy S20 Ultra – 122
8. Huawei Mate 30 Pro – 121
9. Xiaomi Mi CC9 Pro Premium Edition – 121
10. OnePlus 8 Pro – 119

Meski begitu, tidak semua smartphone yang disebutkan di atas tersedia di Indonesia. Hanya tiga smartphone kamera terbaik yang bisa dibeli secara resmi di Indonesia, sebagai berikut.

1. Huawei P40 Pro

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-3

Smartphone yang meraih skor foto 140 dan 105 untuk video ini dibanderol Rp14.499.000 dan memiliki konfigurasi quad-camera. Kamera utamanya disebut Ultra Vision Wide, resolusinya 50MP RYYB (23mm) f/1.9 dengan omnidirectional PDAF dan OIS.

Sensor gambar ini berukuran 1/1.28 inci yang merupakan terbesar di kelas smartphone, dengan teknologi Quad Bayer dan piksel berukuran 2.44 µm. Lalu, ditemani 12MP dengan lensa telephoto dengan struktur periscope 5x optical zoom, 40MP dengan lensa ultra wide, dan ToF 3D camera.

2. OPPO Find X2 Pro

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-7

Flagship OPPO ini menempati posisi ketiga dengan skor foto 134 dan 104 untuk video. Smartphone yang dibanderol Rp17.999.000 ini mengemas konfigurasi triple camera.

Kamera utamanya menggunakan sensor baru Sony IMX689 48MP yang dirancang khusus bersama OPPO. Bersama kamera 13MP dengan lensa telephoto periscope 5x optical zoom dan 48MP dengan lensa ultra wide.

3. Samsung Galaxy S20 Ultra

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-6

Beralih ke Samsung, smartphone yang dibanderol dengan harga Rp18.499.000 mengusung setup quad-camera. Meraih skor 132 untuk foto dan 102 untuk video.

Galaxy S20 Ultra mengandalkan kamera utama 108MP menggunakan sensor Samsung ISOCELL Bright HM1. Bersama kamera 48MP dengan lensa telephoto periscope yang menyuguhkan 4x optical zoom, 10x hybrid zoom, dan 100x space zoom. Lalu, 12MP dengan lensa ultra wide 13mm yang menurut DxOMark sebagai yang terbaik, dan satu lagi ToF 3D camera.

Aplikasi AnTuTu Benchmark Dihapus dari Google Play Store, Salah Apa?

Nama AnTuTu tentu sudah tidak asing lagi di telinga para pengguna perangkat Android. Aplikasi tersebut merupakan salah satu pilihan terpopuler untuk menguji performa suatu perangkat secara objektif (benchmarking), dan AnTuTu pun sudah eksis sejak tahun 2011, sejak Google Play Store masih memakai nama Android Market.

Namun status senior rupanya tidak mencegah AnTuTu ditindak seandainya melanggar aturan yang ditetapkan Google. Coba sekarang Anda buka Play Store dan cari “antutu”. Aplikasi benchmark itu tidak akan muncul di hasil pencarian, sebab Google sudah menghapusnya dari Play Store.

Di situs AnTuTu, tautan ke halaman Play Store masing-masing aplikasi Android bikinannya juga sudah digantikan oleh tautan untuk mengunduh file APK-nya secara langsung. Pertanyaannya, salah apa AnTuTu sampai ditendang dari Google Play Store? Peraturan apa yang sudah dilanggar developer asal Tiongkok tersebut?

Well, yang salah rupanya bukan mereka, melainkan Cheetah Mobile. Sejak 2014, Cheetah Mobile sudah menjadi salah satu investor sekaligus pemegang saham AnTuTu, dan belum lama ini Google menghapus 45 aplikasi bikinan Cheetah Mobile dari Play Store bersamaan dengan ratusan aplikasi lain yang tertangkap melakukan praktik kotor dalam menyajikan iklan.

Clean Master, salah satu aplikasi terlaris bikinan Cheetah Mobile / Cheetah Mobile
Clean Master, salah satu aplikasi terlaris bikinan Cheetah Mobile / Cheetah Mobile

Menurut penjelasan Google sendiri, praktik kotor yang paling umum adalah iklan yang disajikan di luar konteks. Bukannya di dalam aplikasi terkait, iklan malah menjajah layar selagi pengguna sedang melakukan panggilan telepon, atau ketika sedang mengakses panduan navigasi.

Afiliasinya dengan Cheetah Mobile inilah yang menyebabkan AnTuTu didepak dari Play Store. AnTuTu berargumen bahwa semua ini hanyalah kesalahpahaman, sebab meskipun berada di bawah payung Cheetah Mobile, AnTuTu masih beroperasi secara mandiri. Kecuali yang berkaitan dengan layanan hukum, Cheetah Mobile disebut tidak pernah campur tangan pada portofolio AnTuTu.

Saat ini AnTuTu sedang berupaya untuk meyakinkan Google bahwa mereka tidak ada kaitannya dengan Cheetah Mobile selain untuk urusan legal, dan mereka berharap aplikasi-aplikasinya bisa segera kembali dipublikasikan lewat Play Store.

Sumber: Android Police.

AnTutu Merilis Daftar Smartphone dengan Performa Terbaik Edisi September 2018

Hasil benchmark memang bukan merupakan tolok ukur satu-satunya untuk menilai performa dari smartphone. Terlebih setelah terungkap isu bahwa beberapa pabrikan ponsel tertangkap basah bermain curang.

Terlepas dari isu tersebut, salah satu standar aplikasi benchmark yakni AnTutu telah merilis laporan bulanan mereka. Mengenai daftar smartphone Android dengan performa terbaik versi AnTutu edisi bulan September 2018.

ROG Phone berhasil menduduki peringkat pertama dengan skor 299.706 poin. Salah satu penyebabnya mungkin karena smartphone gaming Asus ini menggunakan chipset Snapdragon 845 dengan CPU yang telah di-overclock, di mana empat core Kryo 385 Gold 2,8GHz ditingkatkan menjadi 2,96GHz.

Urutan kedua masih smartphone gaming, Xiaomi Mi Black Shark, diikuti OnePlus 6, Vivo NEX S, Xiaomi Mi 8, OPPO Find X, Samsung Galaxy Note 9 (SDM845), Asus Zenfone 5Z, Xiaomi Mi Mix 2S, dan Xiaomi Mi Pocophone F1. Dari daftar 10 smartphone tersebut, baru ada tiga perangkat yang bisa dibeli di Indonesia yakni OPPO Find X, Asus Zenfone 5Z, dan Pocophone F1 – Samsung Galaxy Note 9 tidak termasuk karena kita hanya kebagian versi Exynos 9810 Octa.

Daftar di atas didominasi oleh smartphone yang ditenagai chipset Snapdragon 845, namun kemungkinan edisi bulan Oktober akan lebih menarik. Hal ini karena Huawei telah resmi merilis smartphone flagship Mate series yang diotaki chipset 7nm Kirin 980.

Sebagai pengingat, skor yang tertera di atas merupakan nilai rata-rata, data dikumpulkan pada periode 1 – 3 September 2018, jumlah data minimal 1.000 unit, dan menggunakan aplikasi benchmark AnTutu versi V7.

Sumber: AnTutu

Antutu: Xiaomi BlackShark Tercepat di Bulan Juli

Antutu bisa dibilang sudah menjadi sebuah aplikasi benchmark yang sering digunakan oleh para pemakai smartphone Android. Hal tersebut dikarenakan Antutu memang sangat mudah digunakan serta menghitung berbagai aspek dari sebuah perangkat Android. Karenanya, Antutu juga sering digunakan untuk membandingkan satu perangkat dengan perangkat lainnya.

Antutu Benching

Setiap kali melakukan benchmarking, Antutu selalu menyimpan hasil ujinya pada server mereka. Dan saat ini, Antutu sudah mengeluarkan 10 smartphone teratas yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi.

Nilai yang ada diambil dari data yang dikirimkan oleh aplikasi Antutu versi 7. Data yang diambil adalah data yang terkirim antara tanggal 1 Juli hingga 31 Juli 2018 yang lalu. Banyaknya data yang diambil adalah 1000 sampel per model yang ada.

Antutu Juli 2018

Pada data yang ada kali ini, smartphone terkencang yang ada pada bulan April berdasarkan nilai rata-rata di Antutu adalah Xiaomi BlackShark, sebuah perangkat gaming yang mendapatkan nilai 288.187. Pada peringkat kedua terpaut cukup tipis adalah OnePlus 6 dengan nilai 284.830. Pada peringkat ketiga jatuh lagi ke tangan Xiaomi dengan Mi 8 yang mendapatkan nilai 271.372.

Hal yang unik yang didapat dari data Antutu adalah sembilan smartphone teratas semua menggunakan system on chip (SoC) Snapdragon 845 dari Qualcomm. Yang terakhir adalah Samsung Galaxy S9+ yang menggunakan Exynos 9810. Dari data ini bisa terlihat bahwa Samsung Galaxy S9+ yang menggunakan Snapdragon 845 lebih kencang dibandingkan dengan yang menggunakan Exynos 9810.

Oleh karena hasil yang ditampilkan adalah nilai rata-rata dari 1000 sampel, membuat semua smartphone yang pernah menembus angka 300.000 belum tentu menjadi yang paling atas. Walaupun begitu, perangkat seperti Xiaomi Mi 8 dan BlackShark masih menduduki tiga besar.

Lalu bagaimana dengan OPPO Find X dan Vivo NEX? Kedua perangkat ini juga memiliki kinerja yang tinggi. Sayangnya, kedua smartphone tersebut belum tersedia secara luas pada saat data Antutu ini dibuat. Kemungkinan, kedua smartphone tersebut bisa ada dalam daftar bulan Agustus nanti.

Sumber dan gambar: Antutu.

Duo iPhone 7 Kuasai Daftar Smartphone Tercepat 2016 Versi AnTuTu

Skor benchmark memang bukan patokan mutlak untuk menilai performa sebuah perangkat. Ada banyak faktor yang harus jadi pertimbangan, salah satu yang terpenting adalah kinerja perangkat sesungguhnya saat digunakan. Tapi skor benchmark menjadi indikator paling terukur sehingga banyak analis lebih memilih menggunakan layanan seperti AnTuTu dan GFXBench untuk menilai seberapa baik performa sebuah perangkat.

Secara periodik, situs-situs benchmark tersebut juga secara konsisten merilis daftar smartphone yang punya skor terbaik. Dan untuk periode tahun 2016 lalu, AnTuTu punya 10 juara.

Smartphone Android dengan Performa Terbaik

10135822-content

Di platform Android, OnePlus 3T dikukuhkan sebagai yang terbaik dengan skor 163000. Kemudian di peringkat kedua diduduki oleh LeEco Le Pro 3, di mana kedua smartphone ini sama-sama mengemas chipset Snapdragon 821. Peringkat ketiga hingga lima besar direbut oleh Moto Z, OnePlus 3 dan Xiaomi Mi 5s.

Perangkat iOS dengan Performa Terbaik

10135731-content

Sementara itu di platform iOS, iPad Pro 12,9 inci keluar sebagai yang terbaik dengan skor mencapai 194.838. Tablet ini menggunakan chipset A9X, yang hebatnya lebih unggul ketimbang iPhone 7 Plus yang sudah mengadopsi chipset A10 terbaru yang cuma mencetak skor 181,316. iPad Pro 9,7 inci, kemudian iPhone 7 dan iPhone 6s Plus melengkapi rangking 5 besar perangkat iOS dengan performa terbaik versi AnTuTu.

Smartphone dengan Performa Terbaik (Android dan iOS)

Kemudian jika kedua platform digabungkan kemudian dibandingkan, maka didapatlah daftar berikut ini.

10135757-content

Di urutan pertama dan kedua dikuasai oleh perangkat buatan Apple, iPhone 7 Plus dan teman duetnya, iPhone 7 yang mencetak skor masing-masing 181,316 dan 172.001. OnePlus menyusul di peringkat ketiga dengan varian OnePlus 3T yang menghasilkan skor 163.000. Di belakangnya ada LeEco Le Pro 3 dan Moto Z di peringkat keempat dan kelima.

Dalam rilisnya, AnTuTu tak lupa memberikan tiga catatan yang menjadi aturan dasar penentuan daftar di atas. Yang pertama, skor yang dipilih merupakan skor rata-rata, bukan yang tertinggi. Kedua, data ini dirangkum dari bulan Januari hingga Desember 2016. Ketiga, setiap perangkat melalui pengujian sebanyak 2.000 kali untuk memperoleh skor rata-rata.

Sumber berita AnTuTu.

Cek Kemampuan PC Anda Menangani Oculus Rift dan HTC Vive dengan VRMark

Bukan rahasia apabila VR headset Oculus Rift dan HTC Vive mewajibkan konsumen untuk memiliki PC berspesifikasi tinggi. Yang paling diutamakan adalah GPU, dimana opsi minimum yang diminta adalah Nvidia GTX 970 (atau 1060 yang lebih baru) atau AMD Radeon 290 (atau RX 480). Lalu untuk prosesor performanya harus setara Intel Core i5-4590, ditambah dukungan RAM minimal 8 GB.

Semua ini tentu saja bisa membuat calon konsumen enggan untuk melirik kedua VR headset hanya karena mereka tidak mau dibuat pusing oleh tipe-tipe komponen PC yang mereka miliki. Mungkin bagi mereka solusi yang lebih ideal adalah berupa software benchmark yang akan menjawab apakah PC mereka bisa atau tidak menangani Oculus Rift dan HTC Vive.

Valve sebenarnya sudah menyiapkan software simpel bernama SteamVR Performance Test sejak cukup lama. Akan tetapi kini ada alternatif lain yang tak kalah sederhana, namun dengan hasil yang lebih komprehensif. Namanya VRMark, dan ia berasal dari Futuremark, developer yang sama yang mengembangkan software benchmark legendaris 3DMark.

VRMark tersedia dalam dua versi: Basic yang bisa didapat gratis, atau Advanced yang bisa dibeli dari Steam / Futuremark
VRMark tersedia dalam dua versi: Basic yang bisa didapat gratis, atau Advanced yang bisa dibeli dari Steam / Futuremark

Saat menjalankan VRMark, PC Anda akan betul-betul diuji kemampuannya untuk menjalankan game virtual reality, dimana software akan me-render diorama bergerak dengan detail di sana-sini yang amat merinci. Kriteria yang difokuskan tentu saja adalah frame rate, tapi VRMark juga akan memberikan ulasan secara mendalam terkait di titik mana saja frame rate anjlok – dengan catatan Anda membeli versi Advanced-nya.

Pengujian bisa dilakukan tanpa VR headset, sehingga ideal bagi mereka yang belum memiliki Rift atau Vive, tapi tertarik untuk membelinya. VRMark juga menyediakan Experience Mode, dimana pengguna bisa menavigasikan tampilan layar secara bebas untuk menentukan sendiri pengalamannya cukup mulus atau tidak.

VRMark saat ini bisa didapat secara cuma-cuma dari situs Futuremark. Tapi kalau PC Anda punya spesifikasi kelas atas, tersedia versi Advanced yang bisa dibeli dari Steam seharga Rp 102.000 – akan naik menjadi Rp 135.000 setelah 11 November – yang memberikan ulasan secara lebih mendetail sekaligus sejumlah opsi kustomisasi.

Sumber: UploadVR.

[Review] Notebook Gaming MSI GS40 6QE Phantom

Untuk memperoleh pengalaman gaming maksimal, hanya ada satu device yang langsung terbersit di benak para gamer PC puritan: komputer dekstop tower. Para produsen ternama mencoba mengubah pendapat mereka melalui beragam laptop berperforma tinggi, memastikan konsumen tidak kehabisan pilihan. Dan buat saya, MSI GS40 6QE Phantom bisa mengubah persepsi banyak orang.

GS40 6QE Phantom merupakan evolusi dari GS30 2M, dengan konsep desain yang jauh lebih matang. Dalam uji coba selama beberapa minggu ini, sejumlah kendala pada produk notebook gaming memang masih muncul di sana. Akan tetapi, saya juga melihat banyak aspek unggulan yang membuat perangkat patut dipertimbangkan oleh kalangan gamer hardcore – terutama jika Anda sering bepergian.

Tak banyak laptop berlayar 15,4-inci ke bawah yang sanggup menangani permainan-permainan bergrafis berat, dan mungkin inilah alasannya mengapa kepopularitasan sistem gaming berdesain padat belakangan meningkat. Dan fakta bahwa sang produsen Taiwan menyediakan notebook high-end 14-inci menguatkan dugaan tersebut. Dalam tubuh kecilnya, MSI memampatkan segala macam hardware bertenaga.

Silakan simak ulasan lengkapnya:

Design

Di ranah notebook gaming, warna hitam berbumbu merah tampaknya sudah menjadi ciri khas. Meski demikian, dengan berpegang pada kiblat desain sang produsen, GS40 6QE Phantom memiliki rancangan menawan. Bagi saya ia ideal: tidak terlalu menarik perhatian namun tetap merepresentasikan tema gaming. Tubuh GS40 6QE memanfaatkan material plastik dan logam.

Review MSI GS40 6QE Phantom 42

Di belakang layar, tekstur brushsed metal vertikal dipadu bersama dua pasang lekukan yang menyerupai kap mobil muscle. Dan garis merah pembatas antara logam dan plastik memperkuat imajinasi tersebut. Di bawah logo MSI, ada branding tameng naga Gaming G-Series, menyala ketika laptop dinyalakan. Kesan simpel pada penampilan juga terjaga sewaktu lid Anda buka.

Review MSI GS40 6QE Phantom 40

Review MSI GS40 6QE Phantom 39

Frame hitam plastik mengelilingi layar 14-inci, dan logo MSI perak kembali hadir di sana. Area papan ketik menggunakan brushed metal hitam yang sama seperti punggung. Di pojok kiri atas terdapat tombol power segi tiga asimetris. Keyboard backlight SteelSeries-nya hanya bisa menyala merah, tapi tentu faktor kosmetik ini tidak memengaruhi kinerjanya.

Review MSI GS40 6QE Phantom 33

Memiliki tubuh setebal 21,8-22,8mm serta rasio panjang dan lebar 345x245mm, GS40 6QE belum dapat dimasukkan di kategori ultra-thin. Walaupun begitu, notebook sangat portable, dengan bobot hanya 1,6-kilogram. Tidak sulit menyelipkan unit ini (beserta adapter) ke tas. Dan karena MSI tidak bersikeras mengusung konsep ultrabook, konstruksinya terasa mantap.

Review MSI GS40 6QE Phantom 22

Review MSI GS40 6QE Phantom 24

Saran saya ialah, selalu bersihkan notebook setelah dipakai: minyak dan lemak mudah menempel pada area-area logam yang sering disentuh, terutama palm rest dan layar.

Build quality

Seperti tradisi Micro-Star International, build quality-nya tidak meragukan. Ia memang bukan produk rugged, tapi struktur kokoh GS40 6QE sanggup menjaganya dari kerusakan dalam pemakaian normal, terutama ketika laptop tertindih. Gap sambungan antar bagiannya sangat tipis dan konsisten, LCD tidak terdistorsi sewaku belakang layar ditekan, dan tubuh bawah baru benar-benar bergerak jika saya menekannya dengan tenaga.

Review MSI GS40 6QE Phantom 41

Review MSI GS40 6QE Phantom 38

Lid-nya tipis, walaupun Anda tidak perlu cemas sewaktu mengangkatnya dengan satu tangan. Sayangnya layar tidak bisa dibuka hingga sejajar body. Ketika didorong ke posisi paling ujung, ia akan memantul, mengindikasikan potensi titik kelemahan.

Display

MSI membekali GS40 dengan panel IPS 14-inci full-HD premium besutan LG Philips. Komponen ini adalah salah satu elemen andalannya. MSI tidak repot-repot mencoba menjejalkan 4K (apa gunanya UHD di layar14-15-inci?), alih-alih, mereka memaksimalkan apa yang ada. Display tersebut cerah, sanggup menghasilkan warna-warni cemerlang, dan mempunyai viewing angle luas. Ia dilapisi finish matte anti-glare buat melawan terjangan sinar matahari.

Review MSI GS40 6QE Phantom 18

Review MSI GS40 6QE Phantom 25

Dari sedikit riset di internet, panel mempunyai jangkauan sRGB 86 persen, cukup baik; sayangnya AdobeRGB hanya 56 persen. Artinya, GS40 memang diramu buat gaming, bukan untuk kalangan profesional. Setting display dan setup window/icon dapat dikonfigurasi sesuai keinginan lewat app Dragon Gaming Center serta MSI Sizing Options.

Keyboard, touchpad & palm rest

Review MSI GS40 6QE Phantom 29

Presentasi papan ketik GS40 6QE tidak semewah notebook gaming atau desktop replacement top-end MSI dengan warna-warni LED, namun SteelSeries membuatnya sangat nyaman digunakan bermain. Kombinasi tuts huruf berukuran kurang lebih 14,5x15mm dan gap hampir 4mm memberikan ruang lapang bagi jari saya untuk menari lincah di atasnya. Keyboard-nya reponsif, lalu key travel-nya sangat memanjakan mereka yang gemar mengetik.

Review MSI GS40 6QE Phantom 28

Dua tombol utama mouse tersembunyi di area bawah touchpad persegi panjang berdimensi kira-kira 15×7-cm. Tekstur halus di bagian ini menjaga kendali kursor mouse tetap mulus dan akurat. Di ‘momen-momen darurat’, touchpad seringkali saya pakai buat menikmati XCOM 2, dan saya tidak menemui kendala. Tentu saja Anda memerlukan mouse sungguhan ketika memainkan game shooter atau MOBA.

Review MSI GS40 6QE Phantom 30

Touchpad diletakkan tepat di tengah-tengah tombol spasi, sedikit menyerong ke kiri dari zona palm rest, namun masih berada di area tengah. Terdapat ruang yang lebar di palm rest sebelah kiri sehingga pangkal jempol Anda tidak mengganggu.

Connectivity

Perlu diketahui, dengan membeli GS40 6QE, Anda harus sepenuh hati menerima metode distribusi game digital. Tim desainer notebook telah meninggalkan optical disk drive di masa lalu, dan mencoba mengamankan masa depannya dengan kehadiran sebuah port USB 3.1 Type-C Thunderbolt 3. Selain itu terdapat dua USB 3.0 di masing-masing sisi, HDMI 1.4, card reader SD, mini-DisplayPort, port LAN, dan sepasang colokan audio in/out 3,5mm standar.

Review MSI GS40 6QE Phantom 21

Review MSI GS40 6QE Phantom 23

Gaming experience

Untuk notebook gaming di kelasnya, kinerja MSI GS40 6QE Phantom berada di atas rata-rata. Saya menginstal Rise of the Tomb Raider, Fallout 4, dan XCOM 2; semua berjalan lancar di 1080p dengan sedikit kustomisasi opsi grafis – dibahas lebih lengkap di segmen gaming performance di bawah.

Problem yang saya temui dalam pemakaian terkait pada audio dan temperatur, keduanya secara tidak langsung saling berhubungan.

Review MSI GS40 6QE Phantom 32

Review MSI GS40 6QE Phantom 34

Walaupun bidang penyajian suara ditopang oleh speaker Dynaudio dan software Nahimic, output terdengar kurang lantang, apalagi sewaktu Anda membawa GS40 buat bermain atau menonton video di tempat ramai. Masalah tersebut jadi lebih buruk saat notebook mengolah app bergrafis berat semisal video game, karena menyebabkan kipas pendingin berputar lebih kencang. Dengungannya meng-interferensi speaker.

Review MSI GS40 6QE Phantom 36

Dan sayangnya lagi, fan tersebut belum mampu membuat notebook tetap sejuk. Temperatur permukaan kadang mencapai tingkatan mengkhawatirkan, terutama wilayah atas dekat dengan monitor. Suhu tinggi juga menjalar ke keyboard, untungnya panas tidak mencapai palm rest.

Semua fitur krusial MSI bundel dalam aplikasi Dragon Gaming Center. Di sana Anda bisa memonitor sistem (pemakaian CPU, GPU, memori, baterai, penyimpanan, kecepatan fan) dan mengkases mode (green, comfort dan sport), mengatur software utility (GeForce Experience serta Xsplit Gamecaster), serta meng-kustomisasi instant play.

Hardware

Via Speccy, ini dia daftar spesifikasi hardware dan sistem operasinya.

Review MSI GS40 6QE Phantom 01

Review MSI GS40 6QE Phantom 03

Review MSI GS40 6QE Phantom 02

Benchmark

Berikut ialah hasil benchmark dengan menggunakan Unigine Valley 1.0, Heaven 4.0, 3DMark Fire Strike dan Final Fantasy IV Heavensward.

Di Valley dan Heaven, saya memanfaatkan setting custom di resolusi full-HD. Selain opsi multi-monitor dan 3D, semua pilihan saya set di tingkat paling tinggi dengan API DirectX 11. Di bawah ini skor terbaiknya.

Review MSI GS40 6QE Phantom 06

Review MSI GS40 6QE Phantom 07

Ini nilai 3DMark Fire Strike:

Review MSI GS40 6QE Phantom 04

Review MSI GS40 6QE Phantom 05

Dan ini hasil uji coba benchmark Final Fantasy IV Heavensward benchmark di 1920×1080.

Review MSI GS40 6QE Phantom 08

Gaming performance

Mayoritas waktu review, saya habiskan untuk menjajal Rise of the Tomb Raider. Setting default permainan berada di high (paling tinggi adalah very high), dan game berjalan sangat fantastis di full-DH. Bahkan dengan efek bloom, vignette dan motion blur, lens flare, film grain dan teknologi Purehair menyala; frame rate terjaga stabil di 45-an, hanya sesekali turun ke 40. Di GS40 6QE, tak sulit mengatakan bahwa Rise of the Tomb Raider merupakan salah satu game bergrafis terbaik saat ini.

Anda akan lebih mengerti kecanggihan hardware dengan menikmati screenshot-screenshot di bawah.

Review MSI GS40 6QE Phantom 12

Review MSI GS40 6QE Phantom 16

Review MSI GS40 6QE Phantom 13

Review MSI GS40 6QE Phantom 49

Review MSI GS40 6QE Phantom 11

Review MSI GS40 6QE Phantom 14

Review MSI GS40 6QE Phantom 15

Review MSI GS40 6QE Phantom 09

XCOM 2 sendiri berjalan sedikit lebih berat karena sepertinya terdapat problem performa pada game. Terlepas dari itu, GS40 6QE sanggup menyikatnya di opsi grafis high (satu level di bawah maximum): full-HD, anisotropic filtering 8x, anti-aliasing FXAA, ambient occlusion SSAO, depth of field bokeh, sampai bloom. Di pertempuran, frame rate tersuguh antara 39 sampai 47, namun tidak banyak memengaruhi gameplay mengingat XCOM 2 adalah permainan turn-based.

Review MSI GS40 6QE Phantom 48

Review MSI GS40 6QE Phantom 46

Review MSI GS40 6QE Phantom 47

Kinerja dalam Fallout 4 setara dengan notebook berkartu grafis GeForce GTX 970M. Di resolusi 1920×1080 di tingkatan ultra, anisotropic filtering 16x, anti-aliasing TAA, depth of field bokeh, ambient occlusion SSAO, serta screen space reflection aktif; GS40 6QE mampu menyajikan frame rate minimal 40, stabil di kisaran 42-45. Ini beberapa sampel screenshot-nya:

Review MSI GS40 6QE Phantom 45

Review MSI GS40 6QE Phantom 43

Review MSI GS40 6QE Phantom 44

Walaupun GS40 6QE belum mampu mengejar notebook gaming berspesifikasi monster, ‘keterbatasannya’ terbayarkan oleh portabilitas tinggi. Cukup sulit mencari alternatif laptop gaming 14-inci semumpuni GS40 tanpa mengorbankan faktor desain ataupun build quality.

Tanpa tersambung ke sumber listrik, untuk sebuah laptop gaming GS40 cukup irit dalam pemakaian daya, sekitar empat sampai lima jam untuk pemakaian standar. Namun jangan heran jika Anda melihat indikator baterai tidak penuh ketika bermain game, padahal notebook terus menerus tercolok. Itu disebabkan karena GS40 mengonsumsi lebih dari 150-watt, melewati output nominal adaptor.

Review MSI GS40 6QE Phantom 27

Seandainya hanya memakai baterai, kinerja GPU juga akan berkurang, bahkan dengan profile high performance. GTX 970M hanya bekerja di beberapa ratus MHz saja, kira-kira separuh dari performa aslinya.

Verdict

Meski menawarkan banyak poin-poin positif, sudah pasti tidak sedikit gamer menampik ide notebook gaming, secanggih apapun perangkatnya. Tidak masalah, tapi untuk saya MSI GS40 6QE Phantom merupakan device terbaik di kelasnya. Alasannya: MSI berhasil menyuguhkan keseimbangan antara mobilitas sejatinya sebuah laptop dengan performa maksimal. Bukankah hal ini ialah inti dari laptop gaming?

Tetapi desain portable dan performa tinggi tentu menuntut harga yang tidak ekonomis. Dan saya mengerti mengapa tak semua orang menyukai laptop gaming. MSI juga belum bisa menyingkirkan kekurangan terbesar dari produk sejenis: kendala pada konsumsi tenaga, audio, tingginya temperatur saat full-load, dan khususnya di GS40, ketiadaan optical drive.

MSI GS40 6QE Phantom dibanderol seharga Rp 26 juta.

[Review] Notebook HP Pavilion Star Wars Special Edition

Ada banyak sekali pernak-pernik Star Wars, dan mereka ini menjadi objek incaran para penggemar beratnya mendekati atau bertepatan dengan pelepasan film serta video game terbaru. Dan di tengah-tengah antisipasi The Force Awakens, HP memanfaatkan momen tersebut untuk menghidangkan sebuah produk tie-in unik: notebook Pavilion edisi spesial Star Wars.

Jutaan orang sudah menyaksikan Star Wars Episode VII, dan film ini sudah diturunkan dari sinema-sinema, namun euforia masih belum berakhir. Beberapa bulan setelah pengumuman perdananya, akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk menjajal laptop atraktif ini. Aspek unggulan dari HP Pavilion Star Wars adalah presentasi produknya yang apik tidak menuntut harga terlalu tinggi.

Nama Pavilion sendiri mengindikasikan bahwa unit ini merupakan bagian dari jajaran produk Home dan Home Office. Dengan begitu, ia bukanlah mesin gaming ataupun laptop workstation, terlepas dari wujudnya yang ‘buas’. Di artikel ini, saya akan membantu Anda menjawab satu pertanyaan: apakah The Force memang betul-betul menyertai HP Pavilion Star Wars, atau ia malah menjadi Jar Jar Binks-nya produk bertema Star Wars?

Design

Begitu dikeluarkan dari packaging, saya langsung tahu HP Pavilion Star Wars Special Edition AN010TX adalah persembahan manis bagi pecinta franchise sci-fi ciptaan George Lucas itu.

HP mengambil pendekatan sisi gelap dari Force. Notebook didominasi warna hitam, kelabu dan merah. Dengan ilustrasi mirip baretan-baretan, laptop seolah-olah ialah benda peninggalan bekas konflik luar angkasa. Logo HP glossy gelap yang tersemat di lid juga tampak serasi.

Review HP Star Wars 22

Review HP Star Wars 15

Saya sangat menyukai detail yang HP bubuhkan pada notebook: gambar Stormtrooper, Darth Vader, Death Star, potongan logo Galactic Empire, tulisan Aurebesh, serta touchpad bergambar HUD X-Wing ketika Luke Skywalker berusaha meledakkan Death Star. Primadona dari aspek penampilan HP Pavilion Star Wars ialah keyboard ber-backlight LED merah.

Review HP Star Wars 29

Namun sebagai perangkat tie-in The Force Awakens, Hewlett-Packard terlihat ‘bermain aman’ di sisi desain. Satu-satunya keterkaitan antara notebook dan film Star Wars paling baru itu hanyalah background desktop Kylo Ren, sisanya mengacu pada trilogi orisinil. Bahkan ilustrasi Stormtrooper di sana adalah versi lama, bukan First Order.

Review HP Star Wars 27

Review HP Star Wars 26

HP Pavilion Star Wars memiliki dimensi 2,51×38,45×26,11-sentimeter dengan bobot 2,3-kilogram, menyuguhkan layar seluas 15,6-inci. Terdapat ruang lapang bagi HP untuk menyematkan set keyboard lengkap. Saat LED merah dinyalakan, lampu naik ke sisi samping tuts. Sayangnya ada ketidakrataan penyebaran warna di sejumlah area, menyebabkan beberapa tombol terlihat lebih gelap.

Review HP Star Wars 18

Review HP Star Wars 17

Build quality & hardware accessibility

Notebook didominasi material plastik – layar, frame, area papan ketik serta chasis bawah. Dan ini alasannya mengapa HP Pavilion Star Wars tidak terlalu berat. Strukturnya cukup kokoh, tapi sejumlah zona terasa ’empuk’. Untung saja bagian lid sangup menjaga layar dari tekanan eksternal sehingga LCD tidak terdistorsi. Lalu sewaktu membuka layar dari posisi tertutup tanpa memegang bagian bawah, body kadang sedikit terangkat.

Review HP Star Wars 14

Unit baterai bisa dilepas melalui dua switch, dan saya berasumsi hardware juga bisa diakses dengan melepas baut-baut di bawah.

Review HP Star Wars 13

Display

Sebagai portal mengakses konten, Hewlett-Packard menyediakan panel BrightView IPS WLED 15,6-inci dengan resolusi native 1920×1080 – lebih tinggi dari standar laptop HP Pavilion biasa (1366×768). Di kelas produk multimedia, performanya cukup memuaskan. Lapisan matte membantu output mengurangi pantulan, namun akibatnya, warna jadi kurang tersaji sempurna.

Review HP Star Wars 21

Review HP Star Wars 19

Review HP Star Wars 20

Display HP Pavilion Star Wars tampak mati-matian melawan sinar matahari karena tingkat brightness yang rendah. Dan untuk sebuah laptop mid-range, viewing angle-nya tergolong luas.

Keyboard, touchpad & palm rest

Selama kurang lebih 10 hari menjajal unit review ini, secara garis besar notebook ini adalah ‘rekan’ kerja yang handal. Tuts keyboard chiclet 10x10mm-nya diposisikan dengan gap 3-milimeter. Bagi saya, jarak ini terbilang nyaman buat kegiatan mengetik sehari-hari. Terdapat gap lebih luas (4,5mm) untuk memisahkan zona numpad.

Review HP Star Wars 36

Saya menyayangkan tombol kursor arah. HP tampak sangat irit tempat, menyatukan tuts atas dan bawah di satu lubang. Jika sering menggunakan kursor buat menjelajahi laman website atau mengedit dokumen, persentase salah tekan jadi lebih besar. Padahal zona palm rest kanan masih luas dan tidak ada salahnya HP memundurkan posisi kursor.

Review HP Star Wars 31

Touchpad berilustrasi HUD X-wing ditempatkan sedikit ke bagian kiri palm rest, tapi tidak benar-benar sejajar dengan spasi. Ia mempunyai luas sekitar 6,5x11cm. Tidak ada tombol fisik, namun secara naluriah pengguna laptop paling awam pun pasti bisa menebak di mana fungsi klik kanan dan kiri bersembunyi. Saya sendiri beropini, navigasi sebenarnya akan lebih memuaskan andai touchpad diperlebar.

Review HP Star Wars 33

Palm rest memiliki material serupa area di sekitar keyboard. Ia semi-glossy dan mudah dibersihkan. Kemudian, meski laptop pasti akan jadi lebih hangat saat dinyalakan dalam waktu lama, temperatur palm rest tetap terjaga di batasan yang wajar.

Review HP Star Wars 34

Connectivity

Notebook menyajikan konektivitas fisik berupa sepasang port USB 3.0, satu USB 2.0, port HDMI, sebuah port LAN, jack audio combo 3,5mm, multi-format card reader, dan optical drive SuperMulti DVD burner. Kemudian tentu saja ada Wi-Fi 802.11ac dan Bluetooth.

Review HP Star Wars 16

Experience

Dengan memakainya di tempat publik, HP Pavilion Star Wars Special Edition adalah laptop sempurna jika Anda ingin mencuri perhatian orang – sekalipun mereka bukan fans Star Wars; sekali lagi berkat eksekusi apik pada desain. Bagi saya, berat 2,3 kilogram tergolong ringan untuk dibawa-bawa.

Dari perspektif hiburan multimedia, komponen optical drive sangat berguna seandainya Anda masih mempunyai koleksi DVD film. Kualitas layarnya cukup memuaskan buat menonton film (di kamar atau ruang tertutup lain), dan Anda tidak perlu menambahkan speaker eksternal karena HP sudah membekali laptop dengan speaker build-in Bang & Olufsen Play. Bass memang ‘standar notebook‘, namun setidaknya output audio terdengar lantang.

Review HP Star Wars 30

Edisi spesial Star Wars HP Pavilion ini dibundel bersama app Command Center. Di sana Anda bisa mengkustomisasi theme, memilih wallpaper, serta menjelajahi koleksi gambar di bagian galeri.

Hardware & performance

Susunan hardware bisa Anda lihat langsung lewat screenshot Speccy.

Review HP Star Wars 01

Ketiadaan SSD terbukti sangat memengaruhi waktu loading dan booting. Dalam sejumlah skenario, keterlambatan respons cukup terlihat saat Anda membuka aplikasi. Meski demikian, hard drive Hitachi S50GB 5.400rpm berkapasitas 1TB memberikan medium penyimpanan data yang lapang.

GPU Nvidia GeForce 940M membatasi pengguna dalam menikmati permainan-permainan baru di resolusi full-HD. GTX 960M ialah kartu grafis yang dianjurkan buat gamer mainstream. Dengan menggunakan software 3DMark Fire Strike 1.1, HP Pavilion Star Wars meraih skor 1402 – angkanya di bawah rata-rata notebook modern. Di PCMark, nilai casual gaming mencetak 18,88fps dengan hasil total 2318.

Review HP Star Wars 02

Review HP Star Wars 05

Saya juga memanfaatkan software Unigine Heaven 4.0 dan Valley untuk menguji performa grafis notebook ini. Setup-nya sendiri custom, saya memilih DirectX 11, tingkat quality high, menonaktifkan anti-aliasing, full-screen, dan mengunakan resolusi 1920×1080. Hasil terbaiknya ialah sebagai berikut:

Review HP Star Wars 06

Review HP Star Wars 07

Untuk tes gaming langsung, saya cuma menginstal satu permainan saja: The Witness, sebagai representasi judul casual, dibantu Fraps. Di level high, awalnya The Witness menampilkan 25fps. Seiring bertambahnya objek, frame rate turun perlahan-lahan. Berdasarkan pengamatan saya, frame rate terendah terdeteksi di 14, sedangkan paling tinggi terpantau di 37 – tidak pernah melewati 40. Tapi kendala tersebut tidak menghalangi saya memperoleh screenshot-screenshot cantik ini:

Review HP Star Wars 08

Review HP Star Wars 11

Review HP Star Wars 09

Review HP Star Wars 12

Review HP Star Wars 10

The Force juga sepertinya tidak terlalu kuat pada unit baterai HP Pavilion Star Wars. Untuk menyajikan video offline tanpa henti, bertahan hampir enam jam. Lalu untuk menjalankan streaming video, durasi baterai turun lagi sampai hanya empat jam 40 menitan. Daya tahan yang ideal adalah minimal enam jam.

Verdict

HP Pavilion Star Wars Special Edition AN010TX merupakan pemandangan mengesankan bagi mereka yang pertama kali berkenalan dengannya. Tetapi ketika menilik lebih jauh, konsumen yang kritis akan sadar bahwa Hewlett-Packard sebetulnya hanya mengadopsi laptop di keluarga Pavilion, kemudian memberinya kosmetik bertema Star Wars baik pada rancangan di luar serta konten digital di dalam.

Jika HP benar-benar ingin notebook Star Wars itu lebih terasa prestisius dan premium, mengapa tidak sekalian mengusung body logam, desain lebih tipis, serta komposisi harware yang lebih mutakhir? Ingin fans berteriak girang? Bundel saja produk bersama Star Wars Battlefront.

Terlepas dari itu semua, harga (mulai dari) US$ 700 bukanlah jumah uang yang terlalu besar untuk memiliki notebook multimedia unik tersebut. Berpatokan dari website-nya, HP Pavilion Star Wars versi review ini (dengan GPU GeForce 940) sendiri dibanderol US$ 1.000.

Review HP Star Wars 37