Mengenal Ekosistem “Foundry” yang Menghubungkan Para Penggiat Inovasi

Sebuah ekosistem yang menghubungkan para pemimpin inovasi di Indonesia, Foundry, resmi diluncurkan pada Selasa (6/6). Inisiatif ini mempertemukan korporasi, investor, regulator, penggiat teknologi, serta mitra global. Foundry merupakan gagasan yang diinisiasi oleh Managing Partner Kejora Capital Andy Zain dan Founder Young On Top Billy Boen.

Richie Wirjan selaku Direktur Foundry mengungkapkan bahwa timnya melihat peluang besar yang dapat dieksplorasi dalam era ekonomi digital saat ini dan nanti. Hal ini tidak terlepas dari peran penting para pemain industri.

Foundry hadir untuk menjadi wadah yang menghubungkan para pemimpin inovasi di berbagai sektor, mendorong kolaborasi dan pertumbuhan industri untuk membawa dampak transformatif pada bangsa Indonesia.

“Kami sangat senang melihat antusiasme tinggi dari berbagai stakeholder terhadap Foundry. Kami percaya inisiatif ini akan terus berkembang lewat berbagai kerja sama. Kami sebagai ekosistem Foundry sangat terbuka terhadap berbagai bentuk kolaborasi untuk bersama-sama menumbuhkan industri, terutama di sektor teknologi dan digital Indonesia,” ungkapnya.

Melalui program-program utamanya, Foundry bertujuan untuk mendorong kolaborasi positif dalam menumbuhkan industri, terutama di sektor teknologi dan digital Indonesia. Saat ini, program yang sudah ada dalam perencanaan termasuk ekonetworking, edukasi, content & insights, investasi, serta advokasi industri.

Beberapa startup juga melakukan presentasi singkat dalam acara ini, seperti KedaiPangan yang saat ini telah bertransformasi menjadi ekosistem agritech  menyeluruh, pengembang baterai motor listrik SWAP Energi Indonesia, startup penyedia bahan bangunan GoCement, startup biotech Asa Ren, dan pemain POS Olsera yang kini telah berkembang menjadi sebuah SaaS untuk UMKM.

Katalis Inovasi

Edisi pertama Foundry Mixer diselenggarakan dengan tema “Indonesia Tech Investment: Unlocking the World’s Best Kept Secret”. Perhelatan ini menampilkan Pameran StartupVault, Networking Nights, dan Diskusi Panel yang membahas investasi teknologi di Indonesia serta proyeksi masa depan seiring perkembangan ekonomi digital dan tren investasi startup.

Turut hadir dalam diskusi panel tersebut Andi Kristianto selaku CEO INDICO, anak perusahaan Telkomsel yang fokus menaungi inovasi teknologi digital. Andi mengungkap bahwa saat ini korporasi tengah berusaha untuk tetap relevan di tengah perkembangan jaman dan teknologi. Sinergi dengan perusahaan rintisan menjadi salah satu cara yang sedang diupayakan.

Selain itu, diskusi ini juga turut membahas terkait investasi di sektor ESG. Kepala Petinggi Investasi Otoritas Investasi Indonesia (INA) Stefanus Ade Hadiwidjaja mengungkap bahwa pihaknya juga tengah mengupayakan kerja sama dan investasi global untuk mengembangkan sektor terkait salah satunya dengan membentuk dana kelolaan yang fokus pada electric vehicle (EV) di Indonesia.

Inisiatif serupa juga telah dibentuk oleh Pertamina melalui anak usaha Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) akan mengalokasikan dana sebesar $500 juta atau sekitar Rp7,7 triliun untuk investasi startup di sektor energi. Dana kelolaan yang diberi nama Energy Fund ini dikelola bersama MDI Ventures.

Pihak Foundry mengaku sangat terbuka dan mengharapkan terjadinya kolaborasi dalam ekosistem ke depannya. Inisiatif ini diharapkan bisa tercipta di antara pihak korporasi, investor, regulator, mitra global, maupun pendiri startup. “Bagi para industry leaders, changemakers, innovators yang mau bawa dampak untuk Indonesia. We can’t do this alone, let’s get together.” Tutup Richie.

KedaiSayur Umumkan Pendanaan Seri A, Ingin Perkuat Rantai Pasok untuk Petani dan Peternak

Startup agritech KedaiSayur mengumumkan perolehan dana segar dalam putaran seri A yang dipimpin oleh Kejora-SBI Orbit dengan nominal dirahasiakan. Investor dari putaran sebelumnya turut berpartisipasi dalam putaran tersebut, yaitu Triputra Group dan beberapa investor strategis lainnya dengan identitas dirahasiakan.

Dalam keterangan resmi disampaikan bahwa KedaiSayur akan memanfaatkan raihan dana tersebut untuk memperkuat infrastruktur farm-to-table dan mempercepat kolaborasi dengan bagian hulu pemasok produk pertanian. Diharapkan kolaborasi ini akan membantu para petani dan peternakan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka.

“KedaiSayur akan menghadirkan lebih banyak lagi layanan terbaik bagi para konsumen dan juga memperkuat supply chain dari titik awal, yaitu para petani dan peternak itu sendiri melalui bantuan teknologi,” ucap CEO KedaiSayur Adrian Hernanto.

Fund Director Kejora-SBI Orbit Fund Billy Boen turut menyampaikan alasan dibalik ketertarikan perusahaan memimpin pendanaan di KedaiSayur. Vertikal agrikultur merupakan pasar besar yang memiliki banyak permintaan. Hal tersebut tentunya harus diimbangi dengan infrastruktur rantai pasok yang kuat.

“Kami percaya bahwa KedaiSayur memiliki ekosistem yang tepat untuk membangun jaringan farm-to-table terkuat yang terintegrasi sepenuhnya dari hulu ke hilir dengan teknologi,” kata Billy.

Kejora–SBI Orbit Fund merupakan joint venture berbentuk perusahaan modal ventura yang fokus untuk pendanaan startup tahap awal di Indonesia. Dalam portofolionya terdapat sejumlah startup, di antaranya Olsera, SWAP Energy, dan Selleri.

Bergerak di online grocery, KedaiSayur merupakan startup di bawah konglomerasi Triputra Group. Grup ini juga memiliki anak usaha yang bergerak di industri agrikultur, Triputra Agro Persada, yang berfokus pada pengembangan teknologi agrikultur dan Sumber Energi Pangan yang merupakan produsen komoditas pangan.

CFO Triputra Group Erida Gunawan menambahkan, pihaknya melihat komitmen KedaiSayur dalam meningkatkan efisiensi rantai pemasok akan berdampak positif bagi konsumen dan meningkatkan kualitas petani di Indonesia. “Melalui dukungan penuh dari ekosistem Triputra Group dan Kejora-SBI Orbit, KedaiSayur akan dapat terus berkembang dengan pesat,” kata Erida.

Sejak beroperasi di 2018, diklaim pertumbuhan perusahaan naik hingga 5x lipat dalam satu tahun terakhir, melayani lebih dari ratusan ribu pelanggan. Pencapaian tersebut didukung pula dengan akuisisi dan kolaborasi dengan hulu rantai pemasok produk pertanian.

Saat ini perusahaan memiliki beberapa lini bisnis: KedaiMart (B2C online grocery), KedaiBiz (B2B food supplies), KedaiVenture (manajemen supply chain dan petani).

Prospek industri online grocery

Menurut laporan IGD, ukuran pasar grocery di Indonesia akan mencapai $169,4 miliar di tahun 2022 ini dengan CAGR mencapai 5,2% dalam dua tahun terakhir. Posisi ini mengukuhkan Indonesia sebagai peringkat ke-13 untuk pasar grocery terbesar di dunia, dan kedua terbesar di Asia setelah Tiongkok. Tentu ini menjadi potensi bisnis yang sangat besar, mengingat mayoritas masih dilayani oleh bisnis ritel tradisional.

Digitalisasi yang diakselerasi oleh pandemi menjadi kesempatan kunci bagi para pemain online grocery. Tak heran jika sepanjang periode pandemi, startup di bidang ini terus melancarkan penggalangan dana untuk mendukung pertumbuhan bisnis mereka.

Sejumlah aksi korporasi terkait penguatan bisnis online grocery juga dilakukan oleh raksasa teknologi lokal. Pada September 2021 lalu, Blibli resmi mengakuisisi 51% saham Ranch Market yang mengoperasikan 48 unit toko ritel grocery di berbagai kota. Dari situ, tersedia kanal resmi Ranch Market di aplikasi Blibli. Sementara GoTo juga mengakuisisi 6,74% saham pemilik jaringan ritel Hypermart, yang berpotensi untuk memperkuat bisnis GoMart.

Pemain baru juga terus bermunculan dengan pendekatan berbeda. Misalnya, Japang yang diinisiasi oleh pendiri dan investor ex-Tanihub, yang fokus menyediakan akses ke layanan online grocery untuk pengguna di luar Jawa. Hingga Astro yang hadir dengan konsep quick commerce.

Application Information Will Show Up Here

Konferensi Nasional Young On Top 2022 Hadir Kembali Secara Offline

Tahun 2022 ini akan menjadi tahun pertama Young On Top National Conference (YOTNC) diselenggarakan secara offline di Jakarta setelah 2 tahun sebelumnya diselenggarakan secara online akibat pandemi Covid-19. 

Mengambil tema besar “Saatnya Kita Maju” konferensi yang bertujuan memberikan inspirasi dan mendorong anak muda Indonesia untuk aktif dalam kegiatan yang positif ini nantinya akan menghadirkan berbagai pembicara dari latar belakang yang berbeda, mulai dari menteri, C-level, pengusaha, pelaku profesional sukses hingga public figure

Beberapa speakers yang pernah hadir di YOTNC sebelumnya adalah Bapak Presiden Joko Widodo, Bapak Menteri Sandiaga Uno, Bapak Menteri Wishnutama, Najwa Shihab, William Tanuwijaya (Co-Founder & CEO Tokopedia), Andy F Noya, Axton Salim (Direktur Indofood), Peter Lydian (Country Director Facebook Indonesia), Chelsea Islan, Tasya Kamila, Fathia Izzati dan puluhan pembicara inspiratif lainnya.

“Karena pandemi sudah mereda maka YOTNC 2022 akan diselenggarakan secara offline agar ribuan peserta bisa bertemu langsung dan mengambil inspirasi dari para pembicara yang hadir,” jelas Community Organization Young On Top selaku penyelenggara dalam siaran pers yang DailySocial.id terima.

Kendati demikian, YOTNC 2022 yang akan diselenggarakan pada Sabtu, 23 Juli 2022 mendatang ini masih bisa dipantau langsung secara online melalui kanal Youtube Live akun resmi Young On Top.

Acara rutin tahunan sejak 2011

Young On Top National Conference (YOTNC) adalah konferensi tahunan guna menginspirasi dan mendorong anak muda Indonesia untuk maju di segala bidang. Inisiasi yang digarap sejak tahun 2011 ini memang selalu berupaya mendatangkan speakers inspiratif dari berbagai sektor untuk membagikan pengalaman atau insight akan perjalanan karir dan atau bisnis mereka.

Billy_Boen_Bersama_Wisnu_Utama_pada_Young_On_Top_National_Conference_2019
Keseruan Young On Top National Conference (YOTNC) offline pada 2019 lalu/Dok: YOT

Untuk diketahui, Young On Top (YOT) sendiri lahir pada April 2009 silam sejak diterbitkannya buku berjudul sama “Young On Top” yang ditulis oleh Founder dan CEO YOT, Billy Boen. Dari kesuksesan karya tersebut, kini Young On Top telah menjelma menjadi sebuah perusahaan dan community-organization anak muda di 24 kota di tanah air dengan jumlah anggota lebih dari 600.000 orang. Presenter kondang Andy F.Noya pun diketahui masuk dalam jajaran struktur organisasi Young On Top sebagai Presiden Komisaris.

Tertarik mendengarkan langsung inspirasi karir, bisnis, leadership dan self development dari berbagai tokoh secara langsung sekaligus bangun networking dengan ribuan anak muda dari seluruh Indonesia di YOTNC 2022 Jakarta? 

Segera dapatkan tiketmu pada situs resmi YOT di sini https://www.youngontop.com/yotnc/ dan ikuti instagram YOT untuk mendapatkan informasi terupdate.

Kejora-SBI Orbit Fund Kembali Pimpin Pendanaan ke SWAP Energy

Setelah sebelumnya telah menerima pendanaan awal tahun 2021 lalu, SWAP Energy perusahaan teknologi yang membangun infrastruktur pertukaran baterai di Indonesia, kembali menerima pendanaan tahapan pra-seri A yang kembali dipimpin oleh Kejora-SBI Orbit. Di putaran ini sejumlah pemodal ventura turut partisipasi, di antaranya Baramulti Group, Living Lab Ventures (afiliasi dari Sinar Mas Group), New Energy Nexus Indonesia, dan beberapa investor lainnya.

Memanfaatkan dana segar ini, SWAP akan mempercepat adopsi kendaraan listrik dan mendukung pemerintah Indonesia untuk mencapai target 13 juta sepeda motor listrik di jalan pada tahun 2030. Saat ini SWAP telah bermitra dengan Lazada Logistics, Pos Indonesia, Alfamart, Circle K, dan akan terus mengembangkan kerja sama dengan banyak pihak.

“Terima kasih kepada para investor untuk kepercayaannya pada SWAP. Melalui pendanaan pra-seri A yang oversubscribed ini, kami dapat memperluas jangkauan SWAP Station dan mengakselerasi adopsi motor listrik di kota-kota besar, ” kata Co-Founder & CEO SWAP Energy Irwan Tjahaja.

Tercatat saat ini SWAP telah memiliki lebih dari 400 swap station yang ditempatkan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), dan Bali. Sampai akhir tahun 2022, mereka berencana menempatkan lebih dari 1500 stasiun pengisian baterai di beberapa kota besar di Indonesia. Selain itu pihaknya juga akan menjadi teknologi pertukaran baterai pilihan untuk SMOOT dan merek motor listrik lainnya di Indonesia.

“Dengan prinsip tukar baterai, para pengusaha tidak perlu khawatir akan downtime akibat pengisian baterai hingga berjam-jam. Proses kilat ‘Swap and Go’ 9 detik ini akan sangat menguntungkan operasional perusahaan, mitra logistik, dan juga para penggunanya. Melalui pendanaan ini, kami percaya SWAP dan ekosistemnya dapat menjadi pemain kunci di infrastruktur tukar baterai dan mempercepat adopsi motor listrik di Indonesia” kata Fund Director Kejora-SBI Orbit Billy Boen.

Kembangkan ekosistem SWAP

Teknologi IoT milik SWAP menghubungkan motor listrik dengan baterai dan SWAP Station sehingga memberikan banyak manfaat bagi pengendaranya, memudahkan dalam melihat status sepeda motor listriknya, melakukan top-up kilometer, bahkan untuk tujuan keamanan, motor listrik dapat dimatikan dari jarak jauh hanya melalui aplikasi SWAP.

Secara khusus terdapat tiga hal yang menjadi prioritas utama SWAP Energy saat ini. Di antaranya adalah infrastruktur yang kuat, pengalaman berkendara yang menyenangkan, dan aftersales service yang terbaik. Keberhasilan konsep ini sebelumnya telah diuji melalui SMOOT – merek motor listrik pertama di Indonesia yang menggunakan sistem tukar baterai dari SWAP.

“Kami terus mengembangkan ekosistem SWAP dan keseluruhan asetnya; mulai dari baterai, SWAP Station, dan aplikasi SWAP sehingga merek motor listrik lainnya dapat segera menggunakan infrastruktur kami. Saat ini pun kami sedang berdiskusi dengan beberapa merek motor listrik lainnya untuk mengadopsi ekosistem SWAP,” kata Irwan.

Terkait motor listrik, sejumlah inisiatif mulai dikenalkan. Di antaranya oleh ION Mobility dengan inovasi kendaraan listrik — mereka akan memiliki pusat produksi di Jakarta. Kemudian NFC dan SiCepat juga telah buat infrastruktur untuk distribusi motor listrik lokal Volta. Tak mau kalah, Gojek juga jalin kemitraan strategis dengan sejumlah inovator motor listrik, di antaranya Gogoro dan TBS.

Application Information Will Show Up Here

Young On Top Berinvestasi ke Hipwee, Kejora Ambil Alih Kepemilikan dari Migme

PT YOT Inspirasi Nusantara (Young On Top – YOT) hari ini (13/8) mengumumkan investasinya ke platform media daring Hipwee. Tidak disebutkan detail dan nominal investasi yang diberikan. Founder & CEO YOT Billy Boen mengatakan, kesamaan values kedua perusahaan yang melatarbelakangi keputusan strategis tersebut, di samping menjadi awal penjajakan kerja sama dengan startup di bawah naungan grup YOT.

Sebelumnya diketahui, Hipwee sempat diakuisisi Migme pada tahun 2015 lalu. Namun beberapa waktu berselang, saham tersebut diambil alih oleh Kejora Ventures. YOT masuk mengakuisisi sebagian kepemilikan saham Kejora atas Hipwee.

Bersama masuknya YOT ke jajaran shareholder, Alexander Zulkarnain selaku Brand & Partnership Director dari YOT akan turut membantu jajaran manajemen Hipwee, berperan sebagai Chief Brand Officer yang fokus pada pengembangan merek dan kerja sama.

CEO Hipwee Nendra Rengganis mengatakan, kolaborasi kedua perusahaan diharapkan bisa memberikan keleluasaan untuk menciptakan konten-konten yang tidak hanya mengejar klik, tapi juga berdampak dan membantu memecahkan berbagai permasalahan anak muda Indonesia.

“Kami tidak sabar untuk segera berkolaborasi dan menciptakan banyak terobosan baru yang semoga, bisa menemani langkah anak muda Indonesia menemukan versi terbaik dari diri mereka,” ujarnya.

Seperti diketahui, sebagai sebuah holding, YOT menaungi beberapa bisnis, di antaranya GDILab (perusahaan analitik digital), TopKarir (portal karier), maingame.com (platformnya game lokal), dan Bizhare (layanan equity crowdfunding).

Hipwee sendiri didirikan sejak tahun 2014, fokus sebagai media yang menyasar pembaca di rentang usia 18 sampai 24 tahun. Sistemnya berbasis komunitas, saat ini mereka mengaku sudah memiliki 9 ribu kontributor yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Kerjora dan YOT sendiri sebenarnya memiliki keterkaitan (secara tidak langsung). Billy Boen ditunjuk sebagai direktur Orbit Fund, joint venture berbentuk modal ventura antara Kejora dan SBI Holdings. Memfokuskan startup tahap awal, mereka berkomitmen untuk menggelontorkan dana US$30 juta atau setara 426 miliar Rupiah.

Application Information Will Show Up Here

Kejora and SBI Holdings Launches “Orbit Fund”, Ready to Invest 426 Billion Rupiah for Indonesia’s Early Stage Startups

and SBI Holdings today (03/6) launched the Orbit Fund. It is a joint venture in the form of a venture capital company focused on early-stage startups funding in Indonesia. In its debut, they’ve prepared US$ 30 million or equivalent to 426 billion Rupiah.

As per the information we received, Orbit Fund is to make its first closing on June 30, 2020, with the investors and immediately disburse the funds. To date, they claim to have received strong commitments from various investors, including family businesses, high net worth individuals (HNWI), corporations and institutional investors from Indonesia, Japan, Singapore, and Europe.

They are currently targeting edutech, healthtech, consumer goods, agritech, fintech, and online media sectors. Seed funding will be channeled starts from US$ 200 thousand to US$ 3 million.

In terms of operation, the company appoints Billy Boen as director. Previously, he is known as an entrepreneur, active as an angel investor, also an advisor for several companies in Indonesia. In addition to Boen, the VC’s leadership will also be assisted by Shunichi Keida. It will be supported by the team members consist of Leon Hermann, Yudi Anugrah, and Richie Wirjan.

“Orbit Fund is created for Indonesian startups. In addition to financial support, SBI Holdings and Kejora have experience in more than 25 other countries, and local and regional resources and insights to build technology startups in Indonesia. With the support of experienced venture capital, we believe that Orbit is capable to produce and build a strong generation of startups,” Billy said.

Meanwhile, Yoshitaka Kitao as President & CEO of SBI Holdings said “SBI Holdings is very proud to announce this collaboration, bearing in mind that for more than 3 years we have established relations with Kejora since our first co-investment. SBI Holdings believes that there will be many technological innovations popping up Indonesia, and the Orbit Fund is a renewal of our commitment to accelerate the growth of the technology sector in Indonesia. ”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kejora dan SBI Holdings Resmikan “Orbit Fund”, Siapkan 426 Miliar Rupiah untuk Startup Tahap Awal Indonesia

Hari ini (03/6) Kejora Capital dan SBI Holdings mengumumkan peluncuran Orbit Fund. Yakni sebuah joint venture berbentuk perusahaan modal ventura yang difokuskan untuk pendanaan startup tahap awal di Indonesia. Dalam debutnya, mereka berkomitmen untuk menggelontorkan dana US$30 juta atau setara 426 miliar Rupiah.

Dalam keterangan yang kami terima disampaikan, Orbit Fund akan melakukan first closing pada 30 Juni 2020 dengan para investornya dan segera menggelontorkan dana tersebut. Sejauh ini mereka mengklaim telah menerima komitmen yang kuat dari beragam investor, termasuk di dalamnya family offices, high net worth individuals (HNWI), korporasi dan investor institusional dari Indonesia, Jepang, Singapura, dan Eropa.

Adapun beberapa fokus sektor yang dituju adalah edutech, healthtech, consumer goods, agritech, fintech, dan online media. Pendanaan tahap awal yang dikucurkan berkisar US$200 ribu sampai US$3 juta.

Untuk operasionalnya, perusahaan menunjuk Billy Boen sebagai direktur. Sebelumnya ia dikenal sebagai seorang entrepreneur, juga aktif sebagai angel investor dan advisor untuk beberapa perusahaan di Indonesia. Selain Billy, kepemimpinan modal ventura juga akan dibantu Shunichi Keida. Turut diperkuat anggota tim yang terdiri dari Leon Hermann, Yudi Anugrah, dan Richie Wirjan.

“Orbit Fund hadir untuk startup Indonesia. Selain dukungan finansial, SBI Holdings dan Kejora memiliki pengalaman di lebih dari 25 negara lainnya, dan sumber daya serta insights lokal maupun regional untuk membangun startup teknologi di Indonesia. Dengan dukungan dari venture capital yang berpengalaman, kami percaya bahwa Orbit mampu menghasilkan dan membangun generasi startup yang makin kuat,” sambut Billy.

Sementara itu, Yoshitaka Kitao selaku Presiden & CEO SBI Holdings mengatakan “SBI Holdings sangat bangga mengumumkan kerja sama ini, mengingat sudah lebih dari 3 tahun kami membina hubungan dengan Kejora sejak co-investment pertama kami. SBI Holdings percaya bahwa akan banyak bermunculan inovasi teknologi di Indonesia, dan Orbit Fund adalah pembaharuan komitmen kami untuk mempercepat pertumbuhan sektor teknologi di Indonesia.”

Young On Top National Conference Akan Kembali Diadakan di Jakarta

Young On Top (YOT) National Conference 2019 akan kembali diselenggarakan untuk ke-10 kalinya, sebagai acara tahunan yang bertujuan untuk memberikan inspirasi untuk anak muda di Indonesia. Tahun ini YOT National Conference akan dilaksanakan pada tanggal 6 April 2019 di Balai Kartini, Jakarta.

Sesi konferensi akan diisi oleh para pemateri yang telah sukses di bidangnya masing-masing. Beberapa nama yang sudah dikonfirmasi hadir di antaranya Billy Boen (Founder YOT), Wishnutama (CEO NET Mediatama), dan Najwa Shihab (Journalist & Founder Narasi.tv).

Selain itu akan turut hadir Bani Mulia (Managing Director PT Samudera Indonesia Tbk.), Agung Hapsah (Content Creator), William & Winston Utomo (COO & CEO IDN Media), Budi Sadikin (CEO Inalum) dan Nareend (Profesional Photographer).

“Di tahun politik ini, saya berharap seluruh anak muda di Indonesia bersatu dan tidak terpecah belah. Selama 10 tahun, Young On Top sudah membuktikan bahwa perbedaan itu indah dengan menyelenggarakan berbagai acara dan program yang menyatukan Indonesia. Organisasi-Komunitas Young On Top menghormati dan berbagi tanpa melihat perbedaan suku, ras, agama, status sosial, jenjang pendidikan, kesuksesan karier, dan lainnya,” ujar Billy Boen.

Acara ini ditargetkan akan dihadiri 3000 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari pengusaha, pelajar, seniman dan lainnya. Saat ini pendaftaran untuk keikutsertaan dalam acara masih dibuka. Selengkapnya bisa mengunjungi situs resminya melalui laman: https://www.youngontop.com/events/yotnc2019/

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Young On Top National Conference 2019

GDILab Siapkan Ekspansi Regional, Perluas Layanan Chatbot [UPDATED]

GDILab, layanan analitik media sosial, mengumumkan rencana ekspansi ke skala regional untuk mengembangkan lebih jauh layanan chatbot yang dipadu padankan dengan analitik.

Aksi ini akan dimulai pada kuartal dua tahun ini, dimulai dengan menggandeng mitra strategis untuk negara yang bakal disasar, seperti Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

GDILab terakhir kali mengumumkan perolehan investasi pada Oktober 2016 dari investor strategis dengan nominal dan identitas yang tidak diungkapkan. Hanya disebutkan investor tersebut adalah CEO dari perusahaan TI besar di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan ini menerima investasi dari Andy Zain, Managing Director Kejora.

“Saat ini kami sedang masuk ke pasar Asia dengan solusi yang kami miliki, dengan menggandeng beberapa mitra strategis. Kami yang akan jadi partner teknologinya,” terang Co-Founder & VP Business Development GDILab Jefri Dinomo kepada DailySocial.

Menurutnya, secara skala bisnis memadupadankan antara chatbot dengan analitik memiliki potensi yang sangat besar. Secara teknologi, penerapannya sama saja di antara satu negara dengan yang lainnya karena kesamaan algoritma. Yang membedakan hanya dari segi bahasa dan perilaku konsumen.

Teknologi chatbot ini, diungkapkan Jefri, rupanya bukan barang baru untuk GDILab. Mereka sudah mengembangkannya sejak tahun 2015. Hanya saja, pada waktu itu GDILab masih menggunakan chatbot untuk layanan autoresponder yang didukung oleh Twitter Indonesia.

Chatbot yang terdapat di perusahaan dikhususkan untuk platform media sosial dengan menggunakan teknologi pintar LEAP (Listen Engage Analyze Product) sebagai tulang punggung seluruh produk analitik digital yang dibuat GDILab.

Adapun, produk seputar analitik yang sudah dipasarkan GDILab, di antaranya GDI Analytics yang merupakan peleburan dari dua produk sebelumnya Polaris (Facebook-Twitter Analytics) dan Iris (Instagram Analytics). Kemudian, ada GNEWS, dan SocialMeter (untuk UKM dan buzzer).

“Dua tahun ini kita seriusin [chatbot] karena beberapa klien minta kita untuk dibuatkan marketing solution, bantu masalah sales mereka.”

Bermitra dengan BNI dan AXIS

Mulai digaungkannya teknologi chatbot yang dibuat GDILab makin meramaikan peta persaingan dengan perusahaan teknologi lainnya yang menawarkan layanan serupa. Ada beberapa perusahaan yang bermain di sektor yang sama di Indonesia, di antaranya Kata.ai, Bang Joni, Qiscus, EVA, dan sebagainya.

GDILab telah mengumumkan kemitraan dengan BNI dan AXIS yang didukung oleh Twitter. Untuk BNI, fitur chatbot kini diaplikasikan melalui akun Twitter @BNI dalam kolom Direct Message.

Nasabah bisa mencari tahu informasi mengenai produk E-Money dari BNI, seperti Tap Cash dan Yap!, untuk top up saldo, cek saldo, dan cek promo terkini. Sedangkan dengan AXIS, fitur chatbot juga diaplikasikan dalam akun Twitter @AXISgsm untuk memudahkan pelanggan dalam proses registrasi SIM Card.

“Layanan kami buat berupa tombol, sehingga memudahkan nasabah BNI untuk melakukan layanan ke nasabahnya.”

Tak hanya dengan kedua perusahaan tersebut, layanan chatbot GDILab juga tersedia untuk lembaga pemerintah bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM. Pemerintah nantinya akan dipermudah berkomunikasi dengan masyarakat menggunakan akun Twitter @kemenkopUKM.

“Karena melihat keseriusan KemenkopUKM dalam melayani pelaku UKM, maka GDILab berkomitmen untuk membantu memudahkan pelayanan publik dengan membuatkan chatbot untuk Twitter @kemenkopUKM. Di akun ini, pelaku UKM dengan mudah bisa mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi usaha mereka,” ujar CEO GDILab Billy Boen dalam keterangan resmi.


*Kami memperbarui produk analitik yang sudah dihasilkan GDILab

GDILab Luncurkan Platform Analitik Media Sosial SocialMeter

Pada Rabu kemarin (17/5), GDILab mengumumkan peluncuran produk terbarunya yakni SocialMeter, sebuah platform analitik media sosial yang diperuntukkan untuk UKM dan influencer/buzzer dalam rangka meningkatkan penjualan, reach, exposure, engagement, serta popularitas.

Ada dua jenis layanan yang diberikan SocialMeter, yakni SocialMeter for Small Business dan SocialMeter for Influencer.

Secara model bisnisnya, SocialMeter melakukan pemantauan, menganalisis, dan memberikan arahan kepada pengusaha agar akun media sosial mereka dapat secara maksimal menjangkau konsumen. Hanya tiga akun media sosial yang bisa dimonitor, yakni Twitter, Instagram, dan Facebook.

Founder dan CEO GDILab Billy Boen menerangkan berdasarkan hasil laporan IBM, sebanyak 84% anak muda membeli barang atas pengaruh media online dan media sosial. Dari situ bisa disimpulkan, membuat akun media sosial itu gratis sehingga akan sangat disayangkan bila pengusaha tidak memanfaatkannya secara maksimal.

“Harapannya SocialMeter bisa bantu usaha yang mikro sekalipun, segmen yang tidak ada agensi yang mau memperhatikan bisnis mereka. Kami ingin bantu mereka cara pakai media sosial seperti apa dan cara berjualannya bagaimana. Lalu untuk para influencer bisa lebih terkenal, sehingga pemilik brand mau endorse jasa mereka,” kata Billy saat ditemui DailySocial.

Dia melanjutkan strategi yang perlu diterapkan oleh masing-masing akun media sosial akan berbeda-beda tergantung algoritma yang diberlakukan. Untuk Instagram dan Facebook, algoritma yang diberlakukan adalah urutan teratas berdasarkan konten yang disukai pengguna, status yang dikomentari sebelumnya, atau foto yang diberi tanda like.

Sedangkan untuk Twitter, algoritma yang diberlakukan masih berdasarkan cuitan terbaru yang menduduki posisi teratas.

“Setiap sosial media berisi hasil monitor dan arahan yang berbeda karena memperhatikan algoritma yang ditentukan masing-masing platform tersebut. Misal untuk Twitter, agar engagement-nya tinggi pengguna perlu tweet sebanyak 20-40 kali dalam sehari.”

Pengusaha yang tertarik hanya perlu melakukan pendaftaran dengan memasukkan tiga akun media sosial bisnis dan pembayaran. Setelah itu, GDILab akan secara rutin mengirimkan email pada setiap minggunya tergantung masa berlangganan.

Isi email tersebut mencakup hasil pantauan, analisa, dan saran/strategi yang sebaiknya dilakukan dengan bahasa yang mudah dicerna. Tujuannya agar ketiga akun tersebut dapat secara maksimal reach, exposure, engagement, dan penjualan meningkat dari waktu ke waktu.

Sejauh ini, GDILab telah bekerja sama dengan beberapa partner strategis untuk SocialMeter, di antaranya Young On Top dan Infia Group.

“Solusi ini adalah jawaban bagi pengusaha maupun influencer yang menggunakan media sosial untuk bisnis, promosi, dan marketing. Produk ini memberi rangkuman informasi mengenai data dan aktifitas di sosial media, serta saran dan hal apa saja yang perlu dilakukan,” pungkas Co-Founder Infia Group Andrey Noelfry.