Easy Crypto Obtains 140 Billion Funding from GDP Venture and Other Investors

New Zealand based crypto marketplace platform Easy Crypto announced a series A funding round worth of $12 million or 170 billion Rupiah, led by Nuance Connected Capital involving venture firm GDP Venture that belongs to Djarum Group.

Also, a series of other foreign investors participated in this funding, including pension fund managers Pathfinder KiwiSaver, Icehouse Ventures, Even Capital, Hutt Capital, and Seven Peaks Ventures.

In the official statement, Easy Crypto’s Co-founder & CEO, Janine Grainger said she was targeting the Indonesian and Southeast Asian markets for their next business expansion. This is in line with the involvement of institutional investors believe in the role of crypto assets in the financial ecosystem.

“This capital is an important milestone for Easy Crypto and the future of blockchain in the world. The rising interest in crypto investing is a support for Easy Crypto’s growth on a global scale,” Grainger said.

He claimed, this investment is the largest first round funding the company has ever secured in New Zealand. Prior to this, Easy Crypto had never received investment from angel investors or other investors in the seed stage.

Easy Crypto allows users to trade more than 150 crypto assets. The platform was founded by brothers Janine and Alan Grainger in 2018. To date, Easy Crypto has posted sales of over $750 million with a fivefold increase in the number of users over the past year.

Currently, Easy Crypto only operates in South Africa, Australia, Philippines, New Zealand and Brazil. With the support of venture capitalist GDP Venture, Easy Crypto can push its expansion plans to Indonesia as a top priority.

GDP Venture’s CTO, On Lee said, currently millions of Indonesians already own crypto. The trend of crypto growth in Indonesia will allow Easy Crypto to penetrate with the ease of the buying and selling process.

A bit of information, GDP Venture also has a subsidiary, GDP Labs, which focuses on developing technology products, such as blockchain, cloud computing, mobile computing, big data, and machine learning. This investment enables Easy Crypto synergies with products developed by GDP Labs.

“GDP Venture through GDP Labs has built a blockchain consulting business unit to assist our partners’ blockchain implementation,” he said as contacted by DailySocial.id separately.

Meanwhile, Nuance Connected Capital’s Founding Partner, Adrien Gheur added, the adoption of crypto and blockchain assets is increasing, both in the form of trading, payments, and exchanges. “The number of global crypto users is expected to grow 80% per year in the next three years.”

Crypto’s opportunity in Indonesia

Quoting Katadata, the phenomenon of the growth of crypto asset transactions in Indonesia still continues even though it only contributes 1% to the total global volume of transactions. Based on data from the Ministry of Trade, the value of crypto asset transactions in the country skyrocketed by IDR 478.5 trillion from IDR 65 trillion in 2020.

The number of crypto customers has also reached 7.4 million or doubled from the previous year of 4 million. There are a number of types of crypto assets that have a lot of interest in Indonesia, including Bitcoin, Ethereum, and Cardano.

Sumber: Katadata

The growth momentum also led to the presence of new crypto or blockchain startups in Indonesia. A number of investors started to eye this investing sector. In fact, foreign players have begun to penetrate the Indonesian market by seeing the market’s enthusiasm for crypto assets.

Referring to Pitchbook data as reported by CNBC, venture capitalists have disbursed investments of $14 billion or equivalent to Rp202 trillion per Q2 2021. The total investment is said to increase from the same perion last year at $600 million or Rp8.6 trillion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan 140 Miliar Rupiah Diperoleh Easy Crypto dari GDP Venture dan Sejumlah Investor

Platform marketplace kripto asal Selandia Baru, Easy Crypto mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar $12 juta atau setara 170 miliar Rupiah, yang dipimpin oleh Nuance Connected Capital dan melibatkan perusahaan ventura GDP Venture milik Grup Djarum.

Selain itu, sejumlah investor asing lainnya turut berpartisipasi dalam pendanaan ini di antaranya pengelola dana pensiun Pathfinder KiwiSaver, Icehouse Ventures, Even Capital, Hutt Capital, dan Seven Peaks Ventures.

Dalam keterangan resminya, Co-founder & CEO Easy Crypto Janine Grainger mengatakan tengah membidik pasar Indonesia dan Asia Tenggara sebagai target ekspansi bisnis berikutnya. Hal ini sejalan dengan keterlibatan investor institusional yang meyakini peran aset kripto dalam ekosistem keuangan.

“Permodalan ini menjadi tonggak penting bagi Easy Crypto dan masa depan blockchain di dunia. Meningkatnya minat investasi terhadap kripto menjadi dukungan bagi pertumbuhan Easy Crypto dalam skala global,” ungkap Grainger.

Menurut klaimnya, investasi tersebut menjadi putaran pendanaan pertama terbesar yang pernah diperoleh perusahaan di Selandia Baru. Sebelum ini, Easy Crypto belum pernah menerima investasi dari angel investor maupun pemodal lainnya di tahapan seed.

Easy Crypto memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi jual-beli dan memperdagangkan lebih dari 150 aset kripto. Platform ini didirikan oleh kakak-beradik Janine dan Alan Grainger pada 2018. Hingga saat ini, Easy Crypto telah membukukan penjualan lebih dari $750 juta dengan peningkatan jumlah pengguna sebesar lima kali lipat selama satu tahun terakhir.

Untuk saat ini, Easy Crypto baru beroperasi di Afrika Selatan, Australia, Filipina, Selandia Baru, dan Brasil. Dengan dukungan pemodal ventura GDP Venture, Easy Crypto dapat mendorong rencana ekspansinya ke Indonesia sebagai prioritas utama.

CTO GDP Venture On Lee mengatakan, saat ini jutaan orang Indonesia telah memiliki kripto. Tren pertumbuhan kripto di Indonesia akan memungkinkan Easy Crypto untuk melakukan penetrasinya dengan kemudahan proses jual-beli.

Sedikit informasi, GDP Venture juga memiliki anak usaha GDP Labs yang fokus terhadap pengembangan produk teknologi, seperti blockchain, cloud computing, mobile computing, big data, hingga machine learning. Investasi ini memungkinkan sinergi Easy Crypto dengan produk yang dikembangkan GDP Labs.

“GDP Venture melalui GDP Labs telah membangun unit bisnis consulting blockchain untuk membantu implementasi blockchain dari mitra kami,” ungkapnya dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Sementara, Founding Partner Nuance Connected Capital Adrien Gheur menambahkan, adopsi aset kripto dan blockchain semakin meningkat, baik dalam bentuk perdagangan, pembayaran, dan pertukaran. “Jumlah pengguna kripto global diperkirakan tumbuh 80% per tahun dalam tiga tahun ke depan.”

Potensi kripto di Indonesia

Melansir Katadata, fenomena pertumbuhan transaksi aset kripto di Indonesia masih berlanjut meskipun hanya berkontribusi 1% terhadap total transaksi volume global. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai transaksi aset kripto di Tanah Air meroket sebesar Rp478,5 triliun dari Rp65 triliun di 2020.

Jumlah pelanggan kripto juga sudah mencapai 7,4 juta atau naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya sebesar 4 juta. Adapun sejumlah jenis aset kripto yang memiliki banyak peminat di Indonesia antara lain Bitcoin, Ethereum, dan Cardano.

Sumber: Katadata

Momentum pertumbuhan turut memunculkan kehadiran startup kripto atau blockchain baru di Indonesia. Sejumlah investor mulai tertarik untuk berinvestasi di sektor ini. Bahkan, pemain asing pun mulai melebarkan sayapnya ke pasar Indonesia dengan melihat antusiasme pasar terhadap aset kripto.

Mengacu data Pitchbook seperti diberitakan CNBC, pemodal ventura telah mengucurkan investasi sebesar $14 miliar atau setara Rp202 triliun per kuartal II 2021. Total investasi ini naik drastis dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar $600 juta atau Rp8,6 triliun.

 

Mengenal BeKind, Proyek Blockchain Khusus Merevolusi Ekosistem Donasi

Indonesia dikenal sebagai negara paling dermawan di dunia menurut World Giving Index (WGI) 2021 yang dirilis oleh Charities Aid Foundation (CAF). Indonesia ada di peringkat pertama dengan skor 69%, naik dari skor 59% di indeks tahunan terakhir yang diterbitkan pada 2018.

Menurut laporan tersebut, Indonesia menempati dua peringkat teratas dari tiga indikator yang menjadi ukuran WGI, yakni menyumbang pada orang tidak dikenal, menyumbang uang dan kegiatan kerelawanan/volunter. Pencapaian yang ditorehkan ini sangat baik, namun ternyata ekosistem donasi belum memiliki standarisasi yang matang.

Ada dua isu yang masih menjadi masalah, yakni standarisasi soal dana yang dikutip oleh lembaga amal dan bagaimana menjaga lembaga amal dapat menjadi keberlanjutan. Latar belakang tersebut menjadi alasan dilahirkannya BeKind yang usianya baru seumur jagung ini, pada April 2021.

BeKind merupakan proyek blockchain pertama di Indonesia yang mengembangkan ekosistem impak sosial/donasi yang kuat dan terukur, berdasarkan bukti melalui platform digital yang transparan. Saat ini, BeKind berfokus membangun kemitraan dengan berbagai pihak, seperti Tokocrypto dan platform penggalangan dana WeCare.id, juga para mitra lainnya.

Platform ini dirintis oleh tim yang berpengalaman di dunia donasi dan blockchain, salah satunya Fajar Jasmin (CEO). Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Fajar menjelaskan pada isu pertama, bahkan secara global tidak ada standardisasi berapa sebaiknya sebuah lembaga amal dapat mengutip dari setiap penggalangan dana.

Alhasil, ada yang mengutip (ambil komisi) dalam persentase besar ada juga yang kecil. Menurutnya, mengutip diperbolehkan karena memang dibutuhkan ongkos tenaga manusia untuk menyambungkan niat baik dari pendonor kepada penerima donor. “Hanya saja, besaran potongnya itu yang sehat dan bisa diterima itu berapa persen, itu yang tidak ada standarisasinya dan tidak transparan,” terang dia.

Dari isu pertama ini berlanjut ke isu kedua, berkaitan dengan keberlanjutan. Karena ada lembaga yang mengutip dalam persentase yang kecil, mereka ada isu bagaimana harus bertahan sebab tidak dana darurat. Menurut Kementerian Sosial, lembaga amal tidak diperbolehkan menyimpan profit yang didapat setelah menyalurkan bantuan ke penerima donor.

“Ini lantas berat karena sebuah institusi tidak punya dana simpanan dalam siklus tahunannya. Apalagi di tahun 2020 kemarin, saat awal terjadi Covid-19, banyak orang yang cenderung menyimpan uang daripada berdonasi. Akibatnya banyak lembaga yang kesulitan menggalang dana. Bahkan ada riset yang menyebutkan banyak lembaga yang stop beroperasi, ini tragis.”

Kedua isu tersebut ingin diselesaikan BeKind melalui blockchain yang sejak tahun lalu tengah mendapat momentum yang baik. Malah, menurut Fajar, kehadiran blockchain merevolusi ekosistem donasi jadi lebih transparan karena semuanya dapat terlihat histori secara real-time dari awal donasi diberikan hingga sampai ke penerima donor. Setidaknya seperti itu ambisi besar BeKind.

“Kami tetap akan membatasi identitas penting, baik itu lokasi, foto, yang dapat diakses. Harapannya kami ingin menciptakan ekosistem charity yang lebih seimbang, ada jalan keluarnya dengan blockchain dan produk turunannya dapat membantu atasi isu sustainability.”

Rencana BeKind

Produk pertama BeKind adalah BeKind Token (BKND) sebagai mata uang digital yang dapat digunakan untuk berdonasi melalui platform. Tokocrypto menjadi tempat peluncuran perdana token tersebut yang rencananya akan dilaksanakan pada akhir tahun ini. Adapun, token BKND sudah dibuka proses Pre-IEO (Initial Exchange Offering).

Ke depannya, token BKND akan menjadi aset digital native untuk berdonasi di platform hub rilisan BeKind. Seperti diketahui, saat ini BeKind menjadi startup pertama yang bekerja sama dengan Tokocrypto di dalam program akselerator TokoLaunchpad.

Kesempatan ini membuka BeKind untuk memanfaatkan lebih jauh teknologi blockchain dan kripto agar utilitas BKND ke depannya dapat lebih bermanfaat bagi para pemegangnya. BeKind bekerja dengan protokol Binance Smart Chain yang merupakan proyek blockchain besutan Binance yang berjalan beriringan dengan teknologi mereka  lainnya, bernama Binance Chain.

Dengan demikian, BeKind dapat memanfaatkan banyak aplikasi turunannya, salah satunya adalah decentralized finance (DeFi). Fajar menuturkan, DeFi dapat menyelesaikan isu keberlanjutan yang selama ini menjadi batu penghalang bagi banyak lembaga amal karena mendapat pendapatan pasif.

“Ketika donasi sudah berhasil terkumpul, biasanya donasi tersebut tidak langsung segera disalurkan. Nah selagi menunggu, bisa menggunakan staking dengan imbal hasil yang bisa dikumpulkan dan harapannya bisa menjadi emergency fund buat badan amal tersebut agar dapat bertahan.”

Selanjutnya, Tokocrypto akan menjadi platform exchange yang menerima transaksi BKND, baik itu saat ingin berdonasi maupun saat penerima donor ingin mencairkan donasi yang mereka terima.

“Token ini bukan berfungsi sebagai alat tukar, tapi sebagai tracing sampai ke pihak akhir. Nanti pendonor bisa cek karena itu masih tersambung dengan blockchain. Tapi ketika token ini dikonversi mata uang yang berlaku, akan berhenti tracing-nya. Tokocrypto akan jadi pihak exchange-nya.”

Secara badan hukum, BeKind berdiri di bawah PT Grace Teknologi Asia dan telah resmi terdaftar di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU).

Secara global, dengan semangat yang sama seperti BeKind, terdapat The Giving Block yang tokennya kini sudah dapat digunakan tak hanya untuk berdonasi di platform-nya tapi juga di Save the Children, lembaga donasi internasional non-NGO.

TARA Platform Hadirkan Aplikasi Program Loyalitas Berbasis Blockchain

Program loyalitas sudah banyak diterapkan oleh brand untuk mempertahankan retensi pengguna. Berbagai bentuk program ini pun sudah banyak dihadirkan, mulai dari sistem gamifikasi, poin, cashback, hingga voucher. Untuk memberikan pilihan baru dan berbeda dalam bentuk investasi, TARA Platform hadir memanfaatkan loyalty rewards dengan penggunaan mata uang kripto atau cryptocurrency.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO TARA Platform Isman Ramadhan Sitorus menyebutkan, layanannya secara khusus menerapkan tokenisasi kripto dengan cara mengonversikan nilai sebuah poin (cashback) dari brand atau merchant yang telah bekerja sama ke dalam token yang bernama XTRA.

“Berdasarkan hasil wawancara personal kepada 8 hingga 10 brand, kami memberikan sambutan yang baik dan positif terhadap program yang ditawarkan oleh TARA Platform. Sampai dengan saat ini sudah tercatat 20 brand besar yang akan siap dirilis ke dalam aplikasi TARA pada Januari 2022 mendatang.”

Saat ini TARA masih terus melakukan proses akuisisi merchant. Dengan memanfaatkan teknologi blockchain, mereka juga ingin memberikan pengalaman baru bagi konsumen dalam memanfaatkan loyalty rewards ketika bertransaksi di berbagai merchant.

Tidak perlu lagi membawa banyak kartu membership/loyalty jika ingin berkunjung ke mal atau kafe, ke depannya konsumen dapat mengatur transaksinya secara real-time dengan mudah hanya melalui satu aplikasi. Peluncuran aplikasi TARA Platform ini diharapkan bisa memperkaya ekosistem mata uang kripto yang semakin populer sebagai instrumen investasi di Indonesia.

“Kami berupaya agar masyarakat dapat menerima konsep ini melalui edukasi pemanfaatan benefit yang mereka dapatkan dari merchant serta menghindari edukasi yang bersifat teknis seperti ‘apa itu teknologi blockchain/ kripto’ sehingga memudahkan masyarakat untuk memahami program yang ditawarkan oleh TARA Platform,” kata Isman.

Ditambahkan olehnya investasi tidak perlu mengeluarkan uang, tapi bisa dilakukan dengan point rewards yang selama ini dikumpulkan dapat dikonversi jadi mata uang kripto. Ke depannya ada beberapa target yang masih ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah pengembangan teknologi blockchain pada 2022. Tahun ini perusahaan juga merencanakan untuk fokus melakukan penggalangan dana melalui metode private investor.

“Kami sedang bersiap menghadapi masa di mana cryptocurrency menjadi sebuah alat tukar bukan hanya di negara kita sendiri tapi di seluruh dunia dan teknologi ini bukan hal yang dapat dihindari sehingga kita harus beradaptasi,” kata Isman.

Mengikuti aturan Bappebti

​Untuk memastikan teknologi yang diterapkan telah mengikuti aturan dari regulator, saat ini perusahaan tengah melakukan persiapan dokumen pengajuan proses validasi ke Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Sebagai perusahaan yang mengembangkan blockchain dan memperdagangkan aset kripto, harus sesuai ketentuan Peraturan Bappebti No. 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa Berjangka.

“Perusahaan juga telah melengkapi sejumlah dokumen salah satunya yang paling utama adalah NIB dengan KBLI #62014 (Aktivitas Pengembangan Blockchain). Selanjutnya, kami juga memproses pendaftaran TARA Platform ke dalam Asosiasi Blockchain Indonesia,” kata Isman.

Untuk membangun ekosistem yang seamless, perusahaan yang menaungi TARA Platform, yakni KDIGITAL, saat ini juga menyasar kerja sama dengan berbagai perusahaan besar untuk pengembangan jaringan melalui penjajakan kerja sama dengan LOTTE Shopping Indonesia. LOTTE mempunyai potensi pengembangan dan pengelolaan 1.700 kios kelontong dan 280 minimarket aktif di berbagai daerah. TARA Platform juga akan mulai melirik kerja sama dengan beberapa marketplace besar yang ada di Indonesia.

“Selain melakukan pengembangan baru untuk ekosistem loyalty program, TARA Platform juga menawarkan layanan penerimaan dan pengiriman kripto antar pengguna, serta layanan-layanan eksklusif lainnya bagi pengguna setia aplikasi TARA. Lebih jauh, akan banyak pengembangan fitur dan inovasi yang akan dilakukan sehingga dapat menjadi sebuah ekosistem yang berkesinambungan bagi konsumen,” ujar CTO TARA Platform Aldy Putra.

Merujuk pada laporan Kemendag RI, saat ini ada sekitar 2% atau setara dengan 6.500.000 dari total penduduk Indonesia telah bertransaksi kripto dengan total nilai Rp370 triliun dan diprediksi jumlah tersebut akan terus bertambah.

Tokocrypto Luncurkan Kembali “TokoLaunchpad”, Program Akselerator Startup Blockchain

Platform jual-beli aset kripto Tokocrypto mengumumkan peluncuran kembali TokoLaunchpad versi 2.0 yang kini menjadi program akselerator berfokus pada pemberdayaan startup dengan teknologi blockchain dan tokenisasi di Indonesia. Program ini akan diresmikan pada akhir tahun ini, setelah pertama kali diinisiasi pada 2019.

Pada tahap awal, BeKind (BKND) menjadi startup pertama yang bergabung dalam TokoLaunchpad. BeKind adalah proyek blockchain yang mengembangkan ekosistem berdampak sosial/donasi yang kuat dan terukur, berdasarkan bukti melalui platform digital yang transparan. Sejumlah perusahaan telah bermitra dengan BeKind, di antaranya Tokocrypto, WeCare, dan lainnya.

CMO Tokocrypto Nanda Ivens mengatakan bahwa potensi dan pengalaman yang dimiliki BeKind menawarkan value yang unik dan bisa memberikan inovasi dalam proses donasi di Indonesia dengan memanfaatkan blockchain. “Kami sangat berharap agar program inkubator yang akan kami jalankan ini mendorong ekosistem dan pemanfaatan blockchain di berbagai industri di Indonesia,” kata dia dalam keterangan resmi, Jumat (24/9).

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial.id, perwakilan Tokocrypto masih menolak lebih lanjut mendetailkan perbedaan dari TokoLaunchpad yang sekarang dengan sebelumnya.

Pada 2019, TokoLaunchpad diluncurkan sebagai platform yang menjembatani proyek blockchain dengan mekanisme Initial Exchange Offering (IEO) untuk “melantai” di platform jual beli kripto. IEO dianggap lebih unggul dari Initial Coin Offering (ICO), terutama dalam hal keamanan. Pengembang startup blockchain harus mengikuti due dilligence oleh platform jual beli, tentunya memberikan rasa aman bagi para investor yang akan berpartisipasi dalam IEO.

Saat itu, startup blockchain asal Singapura Swipe menjadi mitra pertama di TokoLaunchpad yang melakukan IEO.

CEO BeKind Fajar Jasmin menambahkan, pihaknya berharap dukungan Tokocrypto dalam inkubasi ini bisa mendorong proses IEO sesuai jadwal dalam roadmap BeKind, yakni pada akhir 2021. “Semoga dengan kolaborasi bersama Tokocrypto adopsi token BKND makin meluas dan makin banyak masyarakat yang tergerak untuk saling membantu sesama, tentunya dengan lebih mudah dan transparan, demi menghasilkan impak yang lebih besar dan berkelanjutan,” kata dia.

Selain fokus pada inkubasi BeKind sebagai startup blockchain, Tokocrypto juga berkolaborasi dengan BeKind untuk pengembangan berbagai program CSR, yakni TokoCare. Pengalaman BeKind di ranah sosial akan membantu pengembangan TokoCare dalam menghadirkan program-program CSR yang terukur dan tepat guna pemanfaatannya bagi masyarakat Indonesia.

Salah satu proyek awal TokoCare bersama BeKind adalah distribusi 90 tabung oksigen di Jawa Barat dan Yogyakarta, yang didukung oleh WeCare dan Kementerian Perindustrian. Melalui TokoCare pula, di dalam produk TokoMall, menghadirkan pendanaan untuk program CSR berkelanjutan dalam bentuk NFT Charity.

Pendanaan ini diambil dari koleksi NFT yang terjual di TokoMall di dalam kategori TKO Original. BeKind akan membantu proses mapping program donasi dan distribusinya ke mana saja.

Chief Strategy Officer Tokocrypto Chung Ying Lai menjelaskan konsep NFT Charity menjadi hal baru yang ditawarkan kepada para kolektor atau antusias NFT artwork di Indonesia untuk dapat mengoleksi karya seni sekaligus donasi. “100% transaksinya akan disalurkan untuk donasi melalui TokoCare guna membantu penanggulangan isu sosial hingga kesehatan di Indonesia,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

KaryaKarsa Welcomes the NFT in Its Platform

Non-Fungible Token (NFT) has recently attracted creators’ attention to monetize their artwork in digital format. In Indonesia, this method is not really common, but it holds great opportunities. KaryaKarsa’s creator appreciation platform is one of several exclusive partners of TokoMall, the NFT Marketplace platform created by Tokocrypto, to explore this opportunity.

KaryaKarsa’s Co-Founder & CTO, Aria Rajasa explained to DailySocial that his team’s interest in NFT is due to this technology has changed many people’s lives and has become an interesting opportunity for creators to work. Also, to gain exposure globally and financially.

“KaryaKarsa has a vision that is in line with [NFT], but not all creators are ready or have the know-how to create and market NFT. Therefore, when Tokocrypto invited KaryaKarsa to collaborate in launching the NFT Gallery, we were very interested,” he said.

KaryaKarsa alone is a platform for creators from various creative economy backgrounds to get direct support from their fans, much like Patreon.

TokoMall has become a blow of fresh air for KaryaKarsa, because of the technological challenges and the procedures for using NFT which are quite complicated. Plus the difficult access to the market as it is already so crowded with creators from various parts of the world in the global NFT marketplace. TokoMall was created by Tokocrypto specifically for the Indonesian market and more specifically for TKO token holders.

“Since it was launched on the 19th, there have been more than 8 thousand collectors who are ready to buy NFT works at TokoMall. We think this is a good initiative from TokoMall to educate the Indonesian market about NFT and for KaryaKarsa to be able to educate and invite qualified creators to enter the country’s market.”

He continued, TokoMall’s approach to NFT was interesting and different from the others. First, they lock the price of NFT in Rupiah to avoid price fluctuations. In this way, it may be more acceptable for Indonesian people to look at NFT.

Furtnermore, there are several NFTs that can be claimed as physical goods, such as from the NeverTooLavish brand for their jacket projects. “Unisocks has been doing the same thing.”

In order to support this movement, KaryaKarsa will invite all creators in various fields as well as in its network to launch their work on TokoMall. As a launching partner, his team is in charge with curating the works to be launched.

A number of creators with good reputation, such as Mice Cartoon, Mochtar Sarman, Shakti Shiddarta, Rhoald Marcellius, Kei Kusuma, Adriano Andigracio, Galang Larope, and Bumilangit have joined. They are top creators in various fields, such as satire, photography, animation, and 3D CGI.

In addition, Indonesian director, Wregas Bhanuteja, who won the 2016 Cannes Film Festival, sold his unique work from his short film Tak Ada Gila di Kota Ini (2019). Visitors can purchase a shot from the film to get memorabilia used by the cast.

“We want to reach as many fields at once and see firsthand what the tastes and interest of the market are like.”

Aria admitted, after the launching, his team will invite all creators at KaryaKarsa to participate in enlivening the NFT market at TokoMall. In terms of monetization, TokoMall will take 10% as platform fee and KaryaKarsa will take 10% as curator for every work sold.

“However, for this launching, we don’t take any fees because 50% of the sales proceeds will be given to charity,” he concluded.

Since it was founded in October 2019, KaryaKarsa is said to accommodate tens of thousands of creators and has grown 10 times this year.

NFT market in Indonesia

Globally, there are many NFT marketplace platforms. Among them that are quite well known, including OpenSea, Rarible, Nifty Gateway, and others. Besides TokoMall, another local player that will be present in the near future is Neftipedia from Tiga Digital Token.

Later, Neftipedia will provide offers to creators. They get the opportunity to tokenize their work, therefore, it can be more authentic. There are many choices of media artworks that can be tokenized, such as digital images, videos, GIFs, and collectibles.

Through TokoMall, both creators and collectors have its own benefit. Creators can ensure the continuity of royalties from each NFT marketed. Meanwhile for collectors, marketed NFT works can be a long-term investment because they can be resold through TokoMall. They can even exchange their collected NFTs for physical items.

However, this work of NFT is yet to be free from piracy and plagiarism. When a work of art is encrypted and entered into the blockchain, it is forever attached and cannot be deleted. Many people see that there is a gap prone to being abused by a group of irresponsible parties.

Quoting from the Whiteboard Journal, local artist Kendra Ahimsa’s work under the moniker Ardneks is alleged to have been plagiarized by crypto artist Twisted Vacancy. Kendra is known for illustrating various covers and posters for music shows. Kendra received more than 20 reports of alleged plagiarism by Twisted Vancancy.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

KaryaKarsa Menyambut Baik Angin Segar NFT

Non-Fungible Token (NFT) belakangan dilirik para kreator untuk memonetisasi karya seninya dalam format digital. Di Indonesia, metode ini belum lumrah, tetapi menyimpan peluang yang begitu besar. Platform apresiasi kreator KaryaKarsa adalah salah satu dari sejumlah partner yang digandeng secara eksklusif oleh TokoMall, platform NFT Marketplace besutan Tokocrypto, untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CTO KaryaKarsa Aria Rajasa menjelaskan, ketertarikan pihaknya terhadap NFT karena teknologi ini sudah banyak mengubah hidup banyak orang dan menjadi kesempatan menarik untuk kreator dalam berkarya. Serta, mendapatkan keuntungan eksposur secara global dan secara finansial.

“KaryaKarsa memiliki visi yang sejalan [dengan NFT], tapi memang tidak semua kreator siap atau punya know-how untuk membuat dan memasarkan NFT. Maka dari itu, ketika Tokocrypto mengajak KaryaKarsa untuk bekerja sama dalam launching NFT Gallery, kami sangat tertarik,” terang dia.

KaryaKarsa sendiri merupakan platform untuk kreator dari berbagai latar belakang ekonomi kreatif dalam memperoleh dukungan langsung dari penggemarnya, mirip seperti Patreon.

Keberadaan TokoMall akhirnya menjadi angin segar bagi KaryaKarsa, sebab tantangan teknologi dan tata cara penggunaan NFT yang cukup rumit. Ditambah lagi akses ke pasar yang susah karena sudah begitu ramai dengan kreator dari berbagai belahan dunia di marketplace NFT global. TokoMall dibuat oleh Tokocrypto khusus untuk market Indonesia dan lebih khusus lagi untuk pemegang token TKO.

“Sejak diluncurkan tanggal 19 kemarin, sudah ada 8 ribu kolektor lebih yang siap membeli karya NFT di TokoMall. Kami rasa ini inisiatif yang bagus dari TokoMall untuk mengedukasi market Indonesia tentang NFT dan untuk KaryaKarsa bisa mengedukasi dan mengajak kreator yang mumpuni untuk terjun ke market negara sendiri.”

Dia melanjutkan, pendekatan TokoMall terhadap NFT ini menarik dan berbeda dengan yang lain. Pertama, mereka mengunci harga NFT di Rupiah untuk menghindari fluktuasi harga. Dengan cara ini, mungkin bisa lebih diterima oleh masyarakat Indonesia dalam melihat NFT.

Kedua, ada beberapa NFT yang bisa diklaim barang fisik, seperti dari brand NeverTooLavish untuk project jaket mereka. “Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Unisocks.”

Untuk mendukung langkah tersebut, KaryaKarsa akan mengajak seluruh kreator di berbagai bidang sekaligus di dalam jaringannya untuk meluncurkan karyanya di TokoMall. Selaku launch partner, pihaknya bertugas untuk mengurasi karya yang akan diluncurkan di sana.

Sejumlah kreator yang sudah memiliki reputasi baik, seperti Mice Cartoon, Mochtar Sarman, Shakti Shiddarta, Rhoald Marcellius, Kei Kusuma, Adriano Andigracio, Galang Larope, dan Bumilangit telah bergabung. Mereka merupakan kreator papan atas di berbagai bidang, seperti satir, fotografi, animation, dan 3D CGI.

Selain itu, sutradara Wregas Bhanuteja dari Indonesia yang memenangkan Cannes Film Festival di 2016, menjual karya unik dari film pendeknya Tak Ada yang Gila di Kota Ini (2019). Pengunjung dapat membeli sebuah shot dari film tersebut untuk mendapatkan memorabilia yang dipakai para pemeran.

“Kami ingin mencoba untuk menjangkau banyak bidang sekaligus dan melihat langsung selera dan animo pasar seperti apa.”

Aria mengaku, setelah launch event, pihaknya akan mengajak seluruh kreator di KaryaKarsa untuk berpartisipasi meramaikan pasar NFT di TokoMall. Untuk monetisasinya, setiap karya yang terjual, TokoMall akan mengambil 10% sebagai biaya platform dan KaryaKarsa akan mengambil 10% sebagai kurator.

“Tapi untuk event launch ini, kami tidak mengambil biaya apa-apa karena 50% hasil penjualan akan diberikan untuk amal,” tutupnya.

Sejak didirikan pada Oktober 2019, diklaim KaryaKarsa telah menampung puluhan ribu kreator dan tumbuh 10 kali lipat dalam setahun ini.

Market NFT di Indonesia

Di global, platform marketplace NFT sudah banyak hadir. Di antaranya yang cukup terkenal adalah OpenSea, Rarible, Nifty Gateway, dan lainnya. Selain TokoMall, dalam waktu dekat pemain lokal lainnya yang akan segera hadir adalah Neftipedia besutan Tiga Token Digital.

Nantinya Neftipedia akan memberikan penawaran kepada para kreator. Mereka dapat kesempatan untuk mentokenisasi karyanya, sehingga bisa menjadi lebih autentik. Ada banyak pilihan media artworks yang bisa ditokenisasi, seperti gambar digital, video, GIF, hingga barang-barang koleksi.

Di TokoMall, baik kreator dan kreator sama-sama diuntungkan. Kreator bisa memastikan keberlangsungan royalti dari tiap NFT yang dipasarkan. Sementara bagi kolektor, karya NFT yang dipasarkan bisa menjadi investasi jangka panjang karena dapat dijual kembali lewat TokoMall. Bahkan mereka dapat menukarkan NFT yang dikoleksi dengan barang fisik.

Meski demikian, karya NFT ini juga tidak luput dari pembajakan dan plagiarisme. Saat sebuah karya seni dienkripsi dan masuk ke dalam blockchain, maka selamanya melekat dan tidak bisa dihapus. Banyak yang melihat di situlah celah yang rawan disalahgunakan oleh sekelompok pihak yang tidak bertanggung jawab.

Mengutip dari Whiteboard Journal, karya seniman lokal Kendra Ahimsa di bawah moniker Ardneks diduga telah diplagiasi oleh seniman kripto Twisted Vacancy. Kendra dikenal pernah membuat ilustrasi untuk berbagai sampul dan poster acara musik. Kendra mendapatkan lebih dari 20 laporan dugaan plagiasi yang dilakukan Twisted Vancancy.

Tokocrypto’s Agility Through NFT Marketplace TokoMall and Expanding Integration in Pluang

Tokocrypto is getting aggressive in developing the crypto and blockchain asset ecosystem in Indonesia. Yesterday (19/8), the company launched TokoMall NFT (non-fungible token) marketplace platform to support the development of the NFT market in Indonesia, as well as expand the market reach of local creators to penetrate the global market.

Tokocrypto’s Chief Strategy Officer, Chung Ying Lai explained, TokoMall presents the digital meets reality concept. Digital platforms and art in the form of NFT can be the answer to real-world problems. By switching to NFT and making it mainstream, local creators can market their work to a wider market.

They can also ensure the uniqueness or rarity of their work as an added value for collectors. In addition, creators can ensure the continuity of royalties from each NFT marketed. “This can be the answer to copyright and royalty issues that usually happen to creators when doing marketing in the real world,” Ying said during a virtual press conference, yesterday (19/8).

For collectors, the NFT works can be a long-term investment as its authenticity is guaranteed. They can also exchange the collected NFT for goods or original works from merchant partners at TokoMall.

TokoMall has several categories, NFT Exclusive which contains TKO Original, TKO Lifestyle, TKO Creative, TKO Stars, and others. In addition, it also presents a marketplace category, allowing creators and general collectors to upload their NFT works.

Some exclusive merchant partners available on TokoMall are Nevertoolavish, MaximallFootwear, DAMN! I Love Indonesia, Banyan Core, Si Juki, ONIC E-Sports, Afternoon, Mr. Kinur, Karya Karsa, Jakarta Metaverse, and Museum of Toys.

The creator of Si Juki, Faza Meonk said that the creative industry in Indonesia is growing since digital technology makes it easier for creators and collectors to access. However, with blockchain and NFT, it can be a solution as a creator’s copyright protection because the work will be recorded transparently on the blockchain.

“This can also be an alternative for creators to get additional revenue streams and collectors can also appreciate creators by collecting this NFT,” he said.

ONIC E-Sports’ COO,  Justin Wijaya said that his team will take advantage of the TokoMall to present exclusive collections with historical value and special digital merchandise on the platform. “NFT began to be widely known since the beginning of this year. For collectors, there is an opportunity for investment because this is a new type of collectible art that is new to this digital space,” he said.

In order to maintain NFT’s works originality at TokoMall, Ying said that his team will do curation. “When the originality failed to be verified, we will blacklist the creator in charge.”

TokoMall launching / Tokocrypto

Part of TKO’s development

TokoMall is part of the development of the Toko Token (TKO) utility which is built on the Binance Smart Chain (BSC) network. TKO is an exchange launched by Tokocrypto in March that takes a unique hybrid token approach, the CeFi and DeFi utilities.

In the CeFi utility, TKO is used for savings programs such as TKO Deposit, TKO Rebate, TKO Savings, and TKO Cashback. While through DeFi, TKO is used for farming pools and lending. Another utility development is for staking and saving. Investor can lock his TKO to earn interest based on the deposit duration.

Therefore, TokoMall only uses TKO for point redemption, it’s not available for other exchanges. Creators can mint and offer their works, while collectors can get the NFT by exchanging TKO according to the value listed in each work.

“We use TKO for redemption points because Bank Indonesia only recognizes Rupiah as the only valid payment,” Ying said.

Providing 29 altcoin on Pluang

Pluang app / Pluang

In addition, Tokocrypto attempts to expand crypto asset transactions with other partners. This time with Pluang. Previously, Pluang had collaborated with Zipmex to deliver Bitcoin and Ethereum assets since November last year.

Through this collaboration, Pluang users can buy and sell 29 exchanges, such as Binance Coin (BNB), Cardano (ADA), Polkadot (DOT), Ripple (XRP), and others on the Pluang application.

Pluang’s Co-Founder, Richard Chua explained, his team observed the need of Pluang users for crypto assets were increasing as the market developed. “And now, Pluang users can invest in the entire crypto asset ecosystem, from ‘Ethereum challenger’ coins to DeFi tokens, thanks to our partnership with Tokocrypto,” Richard said during a virtual press conference, Wednesday (18/9).

Aside from launching new coins, it also introduced crypto asset trading features, such as limit orders and stop limits. This feature allows more experienced traders to take advantage of the crypto asset prices volatility, as well as market momentum. Previously, Pluang could only trade using the final price in the market.

Richard said, this new feature is a tangible form of the company’s commitment to facilitate beginners and experienced traders. “Our investment platform will be ready to assist users in carrying out qualified trading strategies to determine the right time to enter and exit the market.”

Without mentioning the precise number, he also said Pluang users investing in crypto assets grew three times in the last quarter. The collaboration between Tokocrypto and Pluang has started since last June, until now, the number of Pluang users entering altcoins has grown significantly.

“We see that many of these investors have started trading and getting advanced from being beginners.”

The interest in investing in crypto assets has continued to grow in the last year. Based on Ministry of Trade’s data, the number of crypto asset investors in Indonesia exceeded 6.5 million people as of last May, or exceeded the number of stock investors of 2.4 million investors based on KSEI data.

The enthusiasm was driven by the younger generation massively transacting on crypto investment applications after seeing a sharp spike in crypto asset prices since the fourth quarter of 2020. From January to July 2021, for example, the value of Binance Coin has managed to grow 757%. On the other hand, the values ​​of Cardano and Polkadot have skyrocketed by 644% and 85%, respectively.

This number far exceeds the value of Bitcoin which only grew 43% in the same period. Moreover, altcoin transactions account for 70% of the total transaction volume in Indonesia when the peak of the crypto asset price rally occurred earlier this year.

It is said that Pluang’s users have exceeded 1 million people, while Tokocrypto’s has reached 900 thousand people. Among crypto asset traders in Indonesia, Indodax is the largest with more than four million users.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gerak Lincah Tokocrypto Lewat Marketplace NFT TokoMall dan Perluasan Integrasi di Pluang

Tokocrypto makin gencar dalam mengembangkan ekosistem aset kripto dan blockchain di Indonesia. Kemarin (19/8), perusahaan meresmikan platform marketplace NFT (non-fungible token) TokoMall guna mendukung perkembangan pasar NFT di Indonesia, sekaligus memperluas jangkauan pasar dari kreator lokal untuk tembus ke pasar global.

Chief Strategy Officer Tokocrypto Chung Ying Lai menjelaskan, TokoMall menghadirkan konsep digital meets reality. Platform digital dan karya seni dalam bentuk NFT dapat menjadi jawaban atas permasalahan di dunia nyata. Dengan beralih ke NFT dan menjadikannya mainstream, kreator lokal tidak hanya bisa memasarkan karyanya ke pasar lebih luas.

Mereka juga dapat memastikan keunikan atau kelangkaan karyanya sebagai nilai lebih yang ditawarkan kepada para kolektor. Selain itu, kreator bisa memastikan keberlangsungan royalti dari tiap NFT yang dipasarkan. “Hal ini bisa menjadi jawaban atas permasalahan hak cipta dan royalti yang biasa dihadapi kreator ketika melakukan pemasaran di dunia nyata,” ucap pria yang biasa disapa dengan Ying ini, saat konferensi pers virtual, kemarin (19/8).

Bagi kolektor, karya NFT yang dipasarkan bisa menjadi investasi jangka panjang karena dijamin keasliannya. Mereka juga dapat menukarkan NFT yang dikoleksi dengan barang atau karya asli dari merchant partner di TokoMall.

TokoMall memiliki beberapa kategori, yakni NFT Exclusive yang berisi TKO Original, TKO Lifestyle, TKO Creative, TKO Stars, dan lainnya. Di luar itu, juga menghadirkan kategori marketplace, memungkinkan kreator dan kolektor umum mengunggah karya NFT mereka.

Sejumlah merchant partner eksklusif yang dapat memasarkan karyanya di TokoMall adalah Nevertoolavish, MaximallFootwear, DAMN! I Love Indonesia, Banyan Core, Si Juki, ONIC E-Sports, SoreSore, Mr. Kinur, Karya Karsa, Jakarta Metaverse, dan Museum of Toys.

Kreator dari Si Juki Faza Meonk mengatakan, industri kreatif di Indonesia sedang berkembang karena adanya teknologi digital yang mempermudah akses bagi kreator dan kolektor. Tapi dengan blockchain dan NFT, bisa menjadi salah satu solusi sebagai perlindungan hak cipta kreator karena karya akan tercatat secara transparan di blockchain.

“Ini juga bisa menjadi alternatif kreator mendapatkan revenue stream tambahan dan para kolektor juga bisa mengapresiasi kreator dengan mengoleksi NFT ini,” kata dia.

COO ONIC E-Sports Justin Wijaya menambahkan, pihaknya akan memanfaatkan kehadiran TokoMall untuk menghadirkan koleksi eksklusif yang ada nilai historis dan digital merchandise khusus di platform tersebut. “NFT mulai banyak dikenal sejak awal tahun ini. Bagi kolektor ada peluang untuk investasi karena ini tipe art baru yang collectible yang baru ada di digital space ini,” ucapnya.

Untuk menjaga orisinilitas karya NFT di TokoMall, Ying menyebut pihaknya akan melakukan kurasi. “Ketika diverifikasi tidak original, kami akan blacklist kreator bersangkutan.”

Peluncuran TokoMall / Tokocrypto

Bagian dari pengembangan utilitas TKO

Kehadiran TokoMall merupakan bagian dari pengembangan utilitas Toko Token (TKO) yang dibangun di atas jaringan Binance Smart Chain (BSC). TKO adalah exchange yang diterbitkan Tokocrypto pada Maret silam yang mengambil pendekatan token hybrid unik, yakni utilitas CeFi dan DeFi.

Dalam utilitas CeFi, TKO digunakan untuk program tabungan seperti TKO Deposit, TKO Rebate, TKO Savings, dan TKO Cashback. Sementara di DeFi, TKO digunakan untuk farming pools dan lending. Pengembangan utilitas lainnya adalah untuk staking dan saving. Investor dapat mengunci TKO-nya untuk mendapatkan bunga berdasarkan durasi penyimpanan.

Oleh karenanya, TokoMall hanya menggunakan TKO untuk redemption poin, tidak bisa menggunakan exchange lain. Para kreator dapat melakukan minting dan menawarkan karya yang dimiliki, sementara kolektor bisa mendapatkan NFT tersebut dengan menukarkan TKO sesuai nilai yang tercantum dalam tiap karya.

“Pakai TKO untuk redemption poin karena Bank Indonesia hanya mengakui pembayaran yang sah itu hanya Rupiah,” kata Ying.

Sediakan 29 altcoin di Pluang

Aplikasi Pluang / Pluang

Tak hanya itu, upaya Tokocrypto untuk memperluas transaksi aset kripto dengan mitra lain. Kali ini mitra yang digandeng adalah Pluang. Sebelumnya, Pluang sudah bekerja sama dengan Zipmex untuk menghadirkan aset Bitcoin dan Ethereum sejak November tahun lalu.

Lewat kerja sama ini, pengguna Pluang dapat transaksi jual beli 29 exchange, seperti Binance Coin (BNB), Cardano (ADA), Polkadot (DOT), Ripple (XRP), dan lainnya di aplikasi Pluang.

Co-Founder Pluang Richard Chua menjelaskan, pihaknya mengamati kebutuhan pengguna Pluang atas aset kripto kian meningkat seiring perkembangan pasarnya. “Dan kini, pengguna Pluang bisa berinvestasi di seluruh ekosistem aset kripto, mulai dari koin-koin ‘penantang Ethereum’ hingga token DeFi, berkat kemitraan kami dengan Tokocrypto,” ucap Richard saat konferensi pers virtual, Rabu (18/9).

Perusahaan tak hanya meluncurkan koin-koin baru, juga memperkenalkan fitur-fitur trading aset kripto, seperti limit order dan stop limit. Fitur ini memungkinkan trader yang lebih berpengalaman untuk memanfaatkan kesempatan dari volatilitas harga aset kripto, serta momentum pasar. Sebelumnya, Pluang hanya bisa trading menggunakan harga final di pasar saja.

Richard mengatakan, kehadiran fitur baru ini adalah bentuk nyata komitmen perusahaan untuk memfasilitasi traders pemula dan berpengalaman. “Platform investasi kami akan siap membantu pengguna dalam melaksanakan siasat trading yang mumpuni untuk menentukan waktu tepat masuk-keluar pasar.”

Tidak disebutkan seberapa besar pengguna Pluang yang berinvestasi ke aset kripto saat ini. Ia hanya menyebut, pada kuartal terakhir tumbuh hingga tiga kali lipat. Kerja sama Tokocrypto dan Pluang sebenarnya sudah dimulai sejak Juni kemarin, sejak saat itu hingga kini, jumlah pengguna Pluang yang mulai masuk ke altcoin tumbuh signifikan.

“Kita melihat para investor ini banyak yang melakukan trading sudah mulai advance dari sebelumnya masih pemula.”

Peminat investasi aset kripto terus bertumbuh dalam setahun terakhir. Data Kementerian Perdagangan per Mei lalu mencatat jumlah investor aset kripto di Indonesia menembus 6,5 juta orang, atau melebihi jumlah investor saham sebanyak 2,4 juta investor berdasarkan data KSEI.

Antusiasme tersebut didorong oleh generasi muda yang berbondong-bondong bertransaksi pada aplikasi investasi kripto setelah melihat lonjakan tajam harga aset kripto sejak kuartal IV 2020. Dari Januari hingga Juli 2021, misalnya, nilai Binance Coin telah berhasil tumbuh 757%. Di sisi lain, nilai Cardano dan Polkadot masing-masing telah meroket 644% dan 85%.

Angka tersebut jauh melampaui nilai Bitcoin yang hanya tumbuh 43% di periode yang sama. Kemudian, transaksi altcoin mengambil porsi 70% dari total volume transaksi di Indonesia saat puncak reli harga aset kripto terjadi awal tahun ini.

Disebutkan pengguna Pluang telah tembus di atas 1 juta orang, sementara Tokocrypto mencapai 900 ribu orang. Di antara pedagang aset kripto di Indonesia, Indodax menjadi terbesar dengan memiliki lebih dari empat juta pengguna.

Application Information Will Show Up Here

Apa itu Metaverse: Definisi, Relevansi, dan Potensinya?

Beberapa tahun belakangan, metaverse tengah menjadi pembicaraan hangat. Microsoft sedang bereksperimen untuk membuat enterprise metaverse, sementara Facebook baru saja membuat grup metaverse di divisi Reality Labs mereka. Ketika mendapatkan investasi sebesar US$1 miliar pada April 2021, Epic Games mengungkap bahwa mereka akan menggunakan dana itu untuk merealisasikan visi mereka untuk membuat metaverse.

Pertanyaannya…

Apa Definisi Metaverse?

Istilah metaverse pertama kali digunakan dalam Snow Crash, novel ber-genre cyberpunk yang diterbitkan pada 1992. Dalam novel tersebut, metaverse digambarkan sebagai dunia virtual yang bisa dikunjungi oleh orang-orang melalui perangkat VR. Namun, Snow Crash tidak menggambarkan metaverse sebagai utopia sempurna yang membuat semua orang yang masuk ke dalamnya menjadi bahagia. Sebaliknya, metaverse menciptakan masalah tersendiri, mulai dari kecanduan teknologi, diskriminasi, kekerasan, dan harassment. Sebagian dari masalah itu bahkan sampai terbawa ke dunia nyata.

Saat ini, ada banyak perusahaan yang tertarik untuk mengembangkan metaverse, mulai dari perusahaan game seperti Epic Games dan Tencent, sampai perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft dan Facebook. Begitu banyaknya perusahaan yang tertarik dengan metaverse sehingga definisi dari metaverse itu sendiri pun masih belum seragam. Masing-masing perusahaan seolah-olah punya konsep akan metaverse yang ideal. Berikut beberapa definisi metaverse dari sejumlah tokoh dan perusahaan ternama.

Facebook baru saja membuat divisi metaverse. | Sumber: CNET

“Anda bisa membayangkan metaverse sebagai perwujudan internet yang bisa Anda masuki. Jadi, Anda tidak lagi sekadar melihat apa yang ada di internet,” kata CEO dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, seperti dikutip dari CNN. Sementara itu, Roblox mengartikan metaverse sebagai ruang virtual 3D dalam semesta virtual yang bisa diakses oleh banyak orang secara bersamaan.

Menurut Tim Sweeney, CEO dan pendiri Epic Games, metaverse adalah media sosial 3D yang bisa diakses secara realtime. Dengan menggunakan media itu, orang-orang akan bisa membuat konten di dunia virtual dan saling berbagi konten tersebut. Para pemain juga akan punya kesempatan yang sama untuk mengubah keadaaan sosioekonomi di dunia virtual tersebut.

Sementara itu, Peter Warman, CEO Newzoo menganggap metaverse sebagai tempat yang memungkinkan orang-orang untuk menjadi penggemar, pemain, dan kreator secara bersamaan. Menurutnya, hal ini akan memaksimalkan engagement, yang juga akan mendorong potensi bisnis.

Jesse Alton, bos dari Open Metaverse, grup yang membuat standar open source untuk metaverse menjelaskan bahwa idealnya, metaverse tidak tergantung pada satu teknologi milik satu perusahaan, tapi terdiri dari berbagai teknologi buatan banyak perusahaan yang saling terhubung dengan satu sama lain.

Apa saja teknologi yang terlibat dalam pengembangan metaverse? Newzoo membagi ekosistem metaverse ke dalam beberapa kategori. Pertama adalah metaverse gateways, yang merupakan pintu bagi konsumen untuk masuk ke metaverse. Newzoo kembali membagi segmen ini menjadi dua kelompok, yaitu centralized atau terpusat dan decentralized atau tersebar.

Dua bagian dari segmen metaverse gateways. | Sumber: Newzoo

Contoh perusahaan yang menyediakan centralized gateways adalah Fortnite, Minecraft, Animal Crossing, Grand Theft Auto Online, Roblox, VRChat, dan lain sebagainya. Sementara contoh platform decentralized gateways adalah The Sandbox, Decentraland, Somnium Space dan lain-lain. Avatar & identitas menjadi bagian lain dari metaverse. Sesuai namanya, perusahaan yang bergerak di bidang ini biasanya akan menawarkan jasa untuk membuat avatar atau identitas di dunia virtual. Contoh perusahaan yang bergerak di bidang ini adalah Avatar SDK, The Fabricant, Tafi, dan lain-lain.

Selain gateways dan avatar & identitas, elemen ketiga dari metaverse adalah user interface & immersion. Ada banyak perusahaan game dan teknologi yang masuk dalam kategori ini, seperti Samsung, Apple, HP, HTC, Microsoft HoloLens, Xbox, PlayStation, dan Nintendo Switch. Elemen berikutnya dari metaverse adalah perekonomian. Perusahaan yang masuk dalam kategori ini bertanggung jawab atas segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pembayaran (seperti PayPal dan WeChat Pay) serta transaksi jual-beli, (seperti OpenSea, DMarket, dan Elixir). Dalam kategori ini, Anda juga akan menemukan perusahaan crypto wallet seperti Metamask dan Fortmatic, serta perusahaan yang bergerak di bidang NFT, seperti Forte, Ultra, dan Maddie’s.

Elemen sosial juga punya peran penting dalam metaverse. Karena itu, perusahaan-perusahaan media sosial seperti Facebook, LINE, Discord, TikTok, dan lain-lain, merupakan bagian dari ekosistem metaverse. Perusahaan-perusahaan yang membuat game play-to-earn atau play-to-collect, seperti DeltaTime, dan Exceedme juga punya peran tersendiri dalam pengembangan metaverse.

Sejumlah perusahaan yang menjadi bagian dari ekosisstem metaverse. | Sumber: Newzoo

Agar metaverse berjalan dengan baik, diperlukan infrastruktur yang mumpuni. Infrastruktur dari metaverse juga disokong oleh banyak perusahaan dari berbagai segmen, mulai dari segmen cloud dan hosting, visualization & digital twin, decentralized infra, artificial intelligence, sampai adtech & marketing.

Menilik sejarah, sebenarnya metaverse sudah pernah menjadi topik pembicaraan lebih dari 10 tahun lalu. Metaverse Roadmap Summit pertama digelar pada Mei 2006. Satu tahun kemudian, pada 2007, organisasi nirlaba Accelerating Studies Foundation (ASF) merilis studi tentang metaverse. Studi tersebut membahas tentang masa depan metaverse menurut prediksi para akademisi, perusahaan game, para teknisi geospatial, dan media yang ikut serta dalam Metaverse Roadmap Summit. Berdasarkan laporan tersebut, secara garis besar, ada empat skenario yang mungkin terjadi, yaitu augmented reality, lifelogging, virtual worlds, dan mirror worlds.

Saat itu, augmented reality diartikan sebagai teknologi imersif yang bisa melacak posisi pengguna secara otomatis. Sejatinya, teknologi itu berfungsi untuk membantu pengguna mendapatkan informasi tentang suatu tempat atau suatu benda secara instan. Sementara lifelogging disebutkan sebagai penggunaan teknologi AR yang fokus pada sisi komunikasi, memori, dan observasi dari pengguna. Dengan kata lain, teknologi lifelogging, sesuai namanya, memungkinkan pengguna untuk merekam segala sesuatu yang terjadi secara 3D.

Kamera untuk lifelogging. | Sumber: Wikipedia

Sementara itu, virtual world merupakan sistem untuk mengadopsi elemen sosial dan ekonomi masyarakat di dunia nyata ke dunia virtual. Dan mirror worlds adalah teknologi yang akan menampilkan gambar dari Bumi — seperti Google Earth — tapi dilengkapi dengan informasi mendetail terkait tempat-tempat yang ditampilkan. Para ahli memperkirakan, semua ini akan terjadi dalam waktu 10 tahun, yaitu pada 2016. Namun, seperti yang Anda ketahui, hal itu tidak terjadi.

Sekarang, metaverse kembali menjadi tren. Menurut Alton, kali ini, metaverse akhirnya akan bisa direalisasikan. Karena, teknologi yang dibutuhkan untuk membuat metaverse sudah tersedia, seperti prosesor perangkat mobile dan konsol game yang mumpuni, infrastruktur internet yang memadai, dan keberadaan headset VR serta cryptocurrency. Dan yang paling penting, dalam dua tahun terakhir, masyarakat semakin terbiasa untuk hidup di dunia online karena pandemi.

Relevansi Metaverse dengan Industri Game dan Keuntungan dari Metaverse

Industri game banyak berubah dalam 10 tahun terakhir. Tidak hanya muncul genre dan model bisnis baru, cara gamers menikmati game pun mulai melebar. Para gamers memang masih senang untuk bermain game. Namun, mereka juga senang menonton orang lain bermain game. Hal inilah yang mendorong munculnya industri streaming game dan esports. Metaverse dianggap sebagai bagian dari evolusi industri game. Di masa depan, game tak lagi menjadi sebuah layanan, tapi sebuah platform. Artinya, game tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk bermain, tapi juga untuk berkumpul bersama dengan teman atau melakukan kegiatan non-gaming lainnya.

Sekarang, sebagian kreator game telah mengintegrasikan sejumlah kegiatan non-gaming di game mereka. Salah satunya adalah Epic Games, yang pernah menggelar konser virtual di Fortnite. Sementara itu, Balenciaga, merek luxury fashion asal Prancsi, menggelar fashion show di Afterworld: The Age of Tomorrow. Ke depan, diduga akan ada semakin banyak kreator game yang memasukkan elemen non-gaming ke game mereka. Hal ini akan menguntungkan para kreator game. Karena, elemen non-gaming bisa menarik non-gamers untuk mencoba game mereka. Para gamers juga kemungkinan tidak akan keberatan dengan adanya elemen non-gaming di sebuah game. Pasalnya, saat ini pun, banyak gamers yang menggunakan game sebagai tempat untuk bersosialisasi.

Selain keberadaan elemen non-gaming, keberadaan metaverse juga akan memengaruhi game dalam hal lain. Misalnya, dari segi jumlah pemain. Menurut Newzoo, ketika tren metaverse terealisasi, jumlah pemain dalam game di satu waktu bisa mencapai lebih dari 10 ribu orang. Sementara dari segi konten, komunitas akan punya peran lebih besar dalam menyediakan konten dalam game. Karena, metaverse akan mendukung konten buatan pemain/pengguna, seperti yang terlihat di Roblox.

Metaverse juga akan mendorong munculnya model bisnis baru. Karena metaverse game bisa mendorong kegiatan non-gaming di dalam game, perusahaan game akan bisa memonetisasi hal itu. Misalnya, dengan menjual tiket untuk konser digital atau kegiatan non-gaming lainnya. Sekarang, juga mulai banyak perusahaan yang membuat game dengan model play-to-earn, memungkinkan pemain untuk menukar reward yang didapat dalam game dengan uang di dunia nyata. Keberadaan metaverse game juga akan membuka peluang bagi native ads. Karena keberadaan iklan tradisional yang mengganggu akan sulit untuk diterapkan di dunia virtual.

Tak hanya game, keberadaan metaverse juga akan mendorong pertumbuhan sejumlah industri lain, seperti live streaming, cloud, dan VR/AR. Selain itu, keberadaan metaverse juga bisa mempercepat perkembangan teknologi di bidang hardware, infrastruktur jaringan, visualisasi, dan juga AI.

Bagi perusahaan, keberadaan metaverse memberikan keuntungan yang jelas, yaitu membuka ladang bisnis baru. Jadi, tidak heran jika banyak perusahaan yang tertarik untuk mengembangkan metaverse. Namun, apakah para konsumen juga tertarik dengan metaverse? Untuk menjawab pertanyaan itu, Newzoo melakukan survei pada 5,5 ribu orang di empat negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Tiongkok.

Berdasarkan survei Newzoo, diketahui bahwa para konsumen tertarik dengan konsep metaverse. Saat ini, semua ide terkait metaverse disambut dengan hangat. Namun, tingkat antusiasme para responden di empat negara tidak sama. Jika dibandingkan dengan responden di Inggris dan Jepang, responden di AS dan Tiongkok cenderung lebih terbuka dengan ide metaverse. Umur menjadi faktor lain apakah responden akan mau menerima konsep metaverse. Biasanya, responden muda cenderung lebih terbuka dengan ide metaverse.

Ketertarikan responden untuk menggunakan metaverse pun cukup tinggi. Menariknya, kebanyakan responden lebih tertarik untuk menggunakan metaverse demi melakukan hal-hal sederhana, seperti berkumpul dengan teman dan keluarga, daripada melakukan sesuatu yang fantastis, seperti mengumpulkan banyak orang di dunia virtual untuk mengadakan flash mob.

Berikut data dari Newzoo terkait kegiatan apa yang hendak dilakukan para konsumen di metaverse.

Kegiatan yang ingin dilakukan oleh para responden di metaverse. | Sumber: Newzoo

Seperti yang bisa Anda lihat di atas, berkumpul dengan teman menjadi kegiatan yang paling ingin dilakukan oleh para responden di metaverse. Sebanyak 42% responden mengaku sangat tertarik untuk berkumpul dengan teman mereka via metaverse, dan 32% lainnya tertarik melakukan hal tersebut. Sementara kegiatan terpopuler kedua adalah berkumpul bersama keluarga. Selain itu, beberapa kegiatan lain yang ingin dilakukan oleh responden di metaverse adalah menonton TV, mengadakan pesta, atau menghadiri konser.

Masalah yang Mungkin Ditimbulkan oleh Metaverse

Kemajuan teknologi selalu menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, ia akan memudahkan kehidupan banyak orang. Di sisi lain, ia juga akan memunculkan masalah baru. Metaverse bukanlah pengecualian. Bahkan sebelum metaverse bisa direalisasikan sepenuhnya, sejumlah pakar sudah memperkirakan masalah yang mungkin muncul, seperti perbedaan pengalaman yang dialami oleh para pengguna.

Zuckerberg menyebutkan, kemungkinan, iklan akan menjadi sumber pemasukan metaverse, sama seperti Facebook. Namun, hal ini membuat sejumlah pakar khawatir. Karena, jika metaverse menjadikan iklan sebagai sumber pemasukan utama, hal ini berpotensi untuk menciptakan kesenjangan di kalangan para pengguna. Pengalaman yang didapatkan pengguna akan tidak sama: tergantung apakah mereka sanggup untuk membayar atau tidak. Hal ini sama seperti model bisnis pay-to-win di industri game. Game dengan model bisnis pay-to-win akan memanjakan para sultan, tapi menyulitkan para pemain yang bermain gratis atau mengeluarkan sedikit uang. Dan hal ini menimbulkan sejumlah masalah.

“Saya tidak ingin melihat dunia virtual yang membagi para penggunanya ke dua kelompok: kelompok berbayar yang mendapatkan pengalaman lebih baik dan kelompok pengguna gratis yang dieksploitasi dengan iklan,” kata Avi Bar-Zeev, pendiri badan konsultan AR dan VR, RealityPrime, dikutip dari CNN. Sebelum mendirikan RealityPrime, dia pernah bekerja di Apple, Amazon, serta Microsoft. Dia menambahkan, keberadaan metaverse juga bisa memperparah online harassment. Karena, di metaverse, seseorang bisa menggunakan avatarnya untuk “menyerang” avatar orang lain.

Masalah lain yang mungkin muncul adalah tentang keamanan dan privasi data. Semakin banyak informasi yang kita unggah ke internet, maka semakin besar pula risiko akan kebocoran data pribadi. Metaverse juga bisa memperburuk masalah misinformasi dan radikalisasi yang sudah marak karena internet saat ini. Bar-Zeev menjelaskan, jika kita bisa mengubah persepsi seseorang akan dunia nyata di dunia virtual, maka dia akan mempercayai semua yang kita katakan, tidak peduli apakah omongan kita benar atau tidak. Menurutnya, untuk mencegah hal-hal buruk terjadi di metaverse, semua pelaku yang terlibat dalam pengembangan teknologi tersebut harus bertanggung jawab.

Lightship adalah platform milik Niantic. | Sumber: VentureBeat

John Hanke, CEO dan pendiri dari Niantic menjadi salah satu orang yang memberikan peringatan akan bahaya dari metaverse. Dalam sebuah tulisan panjang, dia menjelaskan bahwa kita seharusnya menghindari konsep metaverse yang diangkat dalam novel Snow Crash. “Sebagai bagian dari masyarakat, kita harusnya berharap, keadaan di dunia nyata tidak menjadi begitu buruk sehingga kita ingin terus menerus melarikan diri ke dunia virtual,” katanya. “Kita bahkan seharunya berjuang demi memastikan masa depan itu tidak menjadi kenyataan.”

Namun, hal itu bukan berarti Niantic tidak tertarik dengan konsep metaverse.  Hanke sadar, meminta masyarakat untuk berhenti menggunakan teknologi sama sekali adalah hal yang mustahil. Pasalnya, teknologi memang memberikan banyak kemudahan dalam hidup, khususnya dalam mengakses informasi dan menjalin komunikasi dengan teman dan keluarga. Karena itu, Hanke mengatakan, dalam mengembangkan metaverse, Niantic memutuskan untuk fokus pada segmen “reality” dari “augmented reality“.

Dengan kata lain, Niantic ingin membuat metaverse yang justru mendorong para penggunanya untuk pergi keluar rumah dan menjalin hubungan dengan orang-orang dan dunia di sekitar kita. Hanke menyebut konsep metaverse Niantic sebagai “real world metaverse“. Dia berkata, “Teknologi seharusnya digunakan untuk membuat kehidupan sehari-hari manusia menjadi lebih baik dan bukannya digunakan untuk menjadi pengganti dunia nyata.”

Lebih lanjut, Hanke menjelaskan, dalam membuat real world metaverse, ada dua hal yang harus Niantic lakukan. Pertama, mensinkronkan kondisi dari ratusan juta pengguna di dunia virtual serta semua benda virtual yang berinteraksi dengan mereka. Kedua, menghubungkan semua pengguna dan benda itu ke dunia nyata, menurut laporan IGN.

Demi merealisasikan visi augmented world tersebut, Niantic akan terus mengembangkan platform Lightship mereka. Sebelum ini, platform tersebut telah digunakan untuk Pokemon Go. Platform itu memungkinkan para pengguna untuk berinteraksi dengan obyek digital di dunia nyata. Setiap pengguna akan mendapatkan pengalaman yang sama di dunia virtual. Jadi, jika seseorang membuat sebuah perusabahan di dunia digital (misalnya dengan mengambil sebuah objek), perubahan tersebut juga akan dapat dirasakan oleh semua orang yang terhubung ke dunia digital tersebut.

Pokemon Go menunjukkan bagaimana objek virtual bisa dihubungkan dengan dunia nyata.

Metaverse tidak hanya menarik perhatian perusahaan, tapi juga pemerintah negara. Korea Selatan adalah salah satu negara yang menunjukkan kepedulian akan perkembangan teknologi metaverse. Pada Mei 2021, Korea Selatan membuat alians metaverse yang berisi perusahaan telekomunikasi lokal, perusahaan internet Naver, serta peneliti universitas di negara tersebut. Tujuan dari aliansi itu adalah untuk mendorong perkembangan platform virtual dan augmented reality. Selain itu, mereka juga bertugas untuk membuat kode etik terkait dunia virtual.

Menurut laporan The Register, aliansi metaverse ini juga ditugaskan untuk mendefinisikan platform metaverse nasional. Platform itu harus bisa diakses oleh semua pihak yang ingin menyediakan layanan virtual. Cho Kyeongsik, Wakil Menteri Sains kedua menyebutkan, dia berharap, aliansi metaverse ini akan mencegah agar metaverse tidak menjadi lahan bisnis yang hanya dimonopoli oleh satu perusahaan besar.

Penutup

Metaverse memang diminati oleh banyak perusahaan besar. Meskipun begitu, selalu terbuka kemungkinan bahwa teknologi itu tidak tumbuh besar seperti yang diharapkan. Sebelum ini pun, metaverse pernah menjadi tren teknologi, tapi ia tak pernah terealisasi. Kabar baiknya, selain teknologi yang lebih canggih, sekarang, masyarakat sudah mulai terbuka dengan konsep untuk bersosialisasi di dunia virtual, khususnya melalui game. Sejak tahun lalu, game mulai digunakan sebagai tempat untuk berkumpul atau bahkan mengadakan kegiatan penting, seperti pesta ulang tahun atau pernikahan.

 Sumber header: PC Mag