ZPX Tawarkan Kemudahan Berinvestasi Kripto Lewat Proyek “108 Token”

Aset mata uang virtual alias crypto asset adalah satu dari sekian banyak jenis produk blockchain yang mulai diminati sejumlah pelaku bisnis di dunia. Investasi dalam bentuk crypto asset dapat dilakukan dengan menggelar Initial Coin Offering (ICO) atau trading.

Kedua hal ini menjadi lahan bisnis menggiurkan bagi Zenprivex (ZPX), startup asal Singapura, untuk masuk ke pasar Indonesia. Alasannya, investasi kripto dinilai sangat mudah karena tidak memerlukan pemahaman lebih dalam. Investasi ini dinilai cocok menyasar segmen anak muda di era digital.

ZPX, yang baru saja mendapat pendanaan $1,3 juta dari SeedPlus, menggeber rencana bisnisnya saat ini dengan menggarap token kripto dan bursa kripto berbasis blockchain. Dapat dikatakan, ZPX merupakan investor aset, pengembang, dan sekaligus inkubator bisnis berbasis blockchain.

Dalam lawatannya ke Jakarta beberapa waktu lalu, co-founder ZPX Gautam Shesdari membeberkan lebih dalam mengenai proyek token kripto bernama 108 Token dan bursa mata uang virtual Decentralized Crypto Exchange.

Seperti halnya Indodax, ZPX menggunakan jurisdiksi berbeda dalam mengembangkan Decentralized Crypto Exchange. Meski sama-sama terdesentralisasi, produk ini dibangun di atas protokol 0X, sebuah layer protokol dalam ekosistem kripto. Bursa kripto ini akan segera diluncurkan dalam beberapa minggu ke depan.

“Salah satu proyek yang membawa saya ke Indonesia adalah 108 Token yang dirancang sebagai index token dan akan membuka akses terhadap top 15 crypto network kepada investor,” kata Shesdari.

Shesdari menjelaskan, secara sederhana 108 Token menampilkan Index Token terhadap 15 mata uang kripto teratas. Index ini menjadi acuan terhadap nilai koin kripto. Setiap bulannya, posisi ke-15 koin dapat berubah menyesuaikan kenaikan harganya.

“Apabila nilai kripto naik, nilai token juga naik, dari $1 menjadi $5 misalnya. Posisinya juga bisa berubah, dari posisi 15 ke 8, atau mungkin terlempar dari Index. Nah, kita bisa jual ke ZPX dan dapat profit,” terangnya.

Begitu pengguna membeli koin dari 108 Token, pengguna akan mendapat akses terhadap 15 koin kripto teratas. Dana yang dikumpulkan dari 108 Token dapat digunakan untuk membeli koin tertentu dari index tersebut.

“Sebetulnya, tidak usah melakukan apa-apa untuk investasi. Hold the token dan Anda dapat market expossure ke asset class. Di Indonesia, ada banyak sekali modal, tetapi soal kripto masih early. Index Token [di dalam 108 Token] dapat mengatasi masalah akses kepada para investor,” ungkapnya.

Asset class yang dimaksud dalam hal ini adalah aset dalam bentuk ekuitas, saham, surat utang, dan lainnya.

ZPX optimistis produknya diminati Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar. Jumlah populasi anak muda di Indonesia juga tinggi dan awam dengan teknologi mobile, menjadikannya sasaran empuk untuk investasi aset kripto.

Terlebih Indonesia masih berada di tahap awal soal investasi kripto. Shesdari menyebut minat Indonesia terhadap aset kripto sangat tinggi, akan tetapi belum banyak yang berani melakukannya. Maka itu, lawatannya ke Indonesia dimanfaatkan untuk mencari investor dan partner distribusi potensial untuk proyek 108 Token.

Crypto network scale as a system memang dibuat untuk segmen pasar mobile. Kami sedang melihat dan menilik produk seperti apa yang cocok untuk pasar Indonesia. Kami punya harapan besar karena kami serius garap 108 Token ini. Tentu kami akan comply dengan regulasi setempat.”

Kripto sebagai investasi pasif

Shesdari sebelumnya menyebutkan investasi kripto lebih mudah dipahami segmen pasar anak muda karena tidak memerlukan pengetahuan mendalam mengenai aset atau cryptocurrency.

Make sense ini produk index yang pasif. Artinya investor tak perlu tahu soal crypto network, mereka tinggal investasi token pada kami dan dapat akses terhadap asset class yang bakal naik nilainya dan token juga demikian. Tapi mereka tak harus punya strong view tentang bitcoin atau ethereum,” paparnya.

Sebagian besar uang yang diinvestasikan di pasar modal menggunakan instrumen pasif. Dari perspektif biaya, produk pasif dinilai lebih efisien dan tak perlu pemahaman lebih dalam. Dengan hal ini lah, perusahaan ingin menekankan poin utama tentang mudahnya melakukan investasi.

“Sebanyak 90 persen tidak melakukan [investasi aset] karena tidak ada pengetahuan soal itu. Nah, [investasi kripto] sangat mudah aksesnya dan tidak memerlukan deep knowledge,” tutupnya.

Pertemukan Pelaku Blockchain Secara Global, XBlockchain Summit Bakal Digelar di Bali

Bertujuan mempertemukan blockchain enthusiast dan para pakarnya secara global, acara XBlockchain Summit 2018 akan digelar bulan Oktober mendatang di Bali. Acara yang diinisiasi XBlockchain ini nantinya akan menghadirkan tamu undangan yang kompeten dan sudah memahami benar apa itu blockchain dan manfaat besar dari teknologi baru ini.

“Intinya melalui kegiatan ini kita bisa mengumpulkan para pelaku blockchain secara global. Di Indonesia sendiri saya melihat mulai banyak inisiatif teknologi blockchain, meskipun di Asia sudah dilakukan terlebih dahulu oleh Jepang dan Korea,” kata Co-Founder XBlockchain Constantin Papadimitrio.

Di antara tamu undangan yang dipastikan akan hadir dalam kegiatan tersebut adalah, Pendiri dari Ripple dan Stellar Jed McCaleb, Eks-Microsoft dan veteran Ethereum Foundation David Ben Kay, dan Ex Presiden NEM.io Foundation dan Pendiri Proxima Lon Wong.

Selain memberikan informasi terkini dari teknologi finansial dan blockchain, XBlockchain Summit juga menjadi ajang pemberian apresiasi untuk berbagai pencapaian internasional melalui XBlockchain Awards. Mulai dari menampilkan perusahaan terbaik hingga penyedia teknologi, konsultan, strategist, developer, dan individu, penghargaan ini pasti akan mendorong para pemain digital untuk terus berusaha menangkap peluang di wilayah yang memiliki pertumbuhan inovasi digital tercepat di dunia.

“Target yang ingin dicapai melalui acara ini adalah, kami bisa mendatangkan sekitar 1000 lebih partisipan untuk mengunjungi event tahunan yang digelar selama 2 hari penuh,” kata Dimitri.

Dukungan Bekraf dan Asosiasi Blockchain Indonesia

Acara tersebut juga akan didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif. Bekraf menyadari penuh teknologi yang serupa jaringan dan sifat desentralisasinya disebut memiliki banyak keuntungan jika diimplementasikan. Bukan hanya untuk startup, layanan e-commerce, dan sektor perbankan, namun juga industri kreatif lainnya seperti hak cipta lagu.

“Kami dari Bekraf ingin mendukung pemanfaatan teknologi ini. Ke depannya Bekraf juga berupaya untuk bisa menggunakan teknologi ini untuk mengatasi persoalan hak cipta para pencipta lagu,” kata Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) Triawan Munaf.

Blockchain akan memastikan edit value penciptaan akan tercapai, karena sudah disepakati oleh semua orang dan tidak bisa diakui oleh orang lain. Aspek kesepakatan itulah yang diklaim merupakan teknologi paling ampuh untuk menghindari terjadinya pembajakan hingga penyebarluasan konten yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu blockchain juga memiliki tingkat keamanan yang tinggi, karena sistem desentralisasi dinilai menjadi sangat efisien karena cyber attacker akan kesulitan melumpuhkan sistem blockchain yang berbentuk jaringan. Setidaknya lebih sulit dibanding harus melumpuhkan satu server tunggal yang tersentralisasi.

Turut hadir dalam acara tersebut Ketua Umum Asosiasi Blockchain Indonesia Steven Suhadi. Agar teknologi blockchain bisa dipahami dengan mudah, edukasi kepada masyarakat hingga pihak terkait yang cukup relevan untuk memanfaatkan teknologi ini, dinilai wajib untuk dilakukan.

“Dengan koneksi yang sederhana bisa menciptakan konsep bisnis yang dulunya sulit untuk dilakukan kini lebih mudah diterapkan dengan blockchain. Solusi kepemilikan digital diharapkan bisa sama dengan kepemilikan benda fisik, semua bisa diselesaikan dengan blockchain. Bedanya yang merekam semua itu bukan manusia namun komputer,” kata Steven.

Steven juga mengajak semua pihak terkait dari bisnis hingga pemerintah untuk membantu implementasi teknologi blockchain untuk lebih masif lagi. Endorse dan dukungan langsung dari pemerintah tentunya bisa mempercepat penerapan dan edukasi kepada masyarakat luas soal manfaat dari blockchain.

“Saat ini belum banyak industri yang tertarik untuk mempelajari dan mencoba blockchain. kebanyakan dari perbankan, institusi finansial, supply chain dan logistik saja. Ke depannya saya melihat akan lebih banyak lagi industri yang mulai melirik teknologi blockchain,” kata Dimitri.

Sisi Lain Menambang Bitcoin

Mata uang kripto atau cryptocurrency sejauh ini terlihat berhasil mencuri pandangan masyarakat. Menurut laporan Cryptocurrency Survey 2017 dari DailySocial, lebih dari 54% responden punya pemahaman mengenai cryptocurrency, dan 78.71% dari mereka telah mengenali Bitcoin sebagai nilai tukar. Angka ini mewakili bagaimana pandangan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap cryptocurrency, yang disinyalir akan terus terjadi pengembangan karena adanya penambangan atau bitcoin mining.

Mining, sesuai namanya, pada dasarnya ialah proses penambangan untuk mendapatkan “koin” dari cryptocurrency. Secara prinsip serupa tambang emas ataupun tembaga, namun secara teknis tentu berbeda; cryptocurrency mining dilakukan dengan cara miner yang menjaga transaksi dari pengguna cryptocurrency. Penambang Bitcoin biasanya menggunakan perangkat lunak khusus untuk memecahkan algoritma matematika, dan mendapat Bitcoin sebagai imbalannya.

Menjadi Bitcoin miner terdengar banyak keuntungannya. Uniknya, masih merujuk pada hasil survei DailySocial, hampir setengah dari total responden (48.38%) ternyata sama sekali belum tahu mengenai Bitcoin mining maupun penambangan mata uang kripto lainnya.

Edukasi diperlukan di titik ini agar Bitcoin dan jenis cryptocurrency lainnya dapat terus berkembang dengan lahirnya koin-koin baru yang dihasilkan para miner. Tak hanya itu, kualitas perangkat keras juga butuh perhatian lebih untuk menjaga transaksi dari para pengguna cryptocurrency—dan lahan pekerjaan para miner pun terus terjaga.

Hardware yang Tepat untuk Tambang Uang

Banyak yang tidak mengetahui bahwa ada sejumlah besar energi yang diperlukan untuk mendukung algoritma dalam proses penambangan Bitcoin. Energi yang diperlukan untuk mengaktifkan Bitcoin—dan jenis aplikasi blockchain lainnya—adalah energi intensif.

Beberapa studi mengatakan bahwa konsumsi energi seluruh jaringan Bitcoin telah tumbuh pada tingkat 25 persen dalam satu bulan. Menurut Ilmuwan 3M, Laura Nereng, penambangan Bitcoin membutuhkan banyak energi pada 2020, seperti digunakan orang-orang di seluruh dunia pada tahun 2017. Studi lain menunjukkan, listrik yang digunakan dalam satu transaksi Bitcoin dapat menghasilkan listrik selama satu bulan.

Agar keberlanjutan bisnis tetap bertahan dan kelangkaan energi diminimalisasi dengan baik, penambangan Bitcoin memerlukan pemanfaatan teknologi yang dapat menjaga data center bertahan suhu terbaik.

“Teknologi pendingin termasuk hal yang penting dalam penambangan Bitcoin, karena seberapa besar energi yang ada berhubungan dengan bagaimana proses Bitcoin mining. Proses ini menggunakan jumlah energi yang tergolong besar, karena itu permintaan terhadap teknologi pendingin semakin banyak. Inovasi harus mengambil alih semua proses ini agar efisiensi meningkat,” tutur Laura.

Ilmuwan di 3M telah mengembangkan pendekatan baru dalam teknologi pendingin, yakni metode “open-bath immersion cooling” atau “passive two-phase immersion cooling”. Phil Tuma, Apps Development Specialist di 3M menjelaskan cara kerjanya. Pendekatan ini yang dapat dilihat di produk 3M™ Novec™ 1230 Fire Protection Fluid, yang memungkinkan para pengguna data center untuk menjaga asetnya dari risiko kecelakaan, termasuk satu di antaranya kebakaran.

bitcoin mining

“Proses pendinginan terjadi di sebuah bak yang dijaga dalam tekanan udara tertentu, menggunakan beberapa sistem kontrol,” terang Phil. “Karena menggunakan tekanan udara tertentu, maka mereka dapat membukanya kapanpun jika ada kebutuhan perbaikan atau pemeliharaan khusus; Anda dapat melepas satu server di saat server lain tengah beroperasi.”

Kolaborasi, Blockchain dan Sistem Pendingin

Solusi sistem pendingin data center telah terbukti menjadi ide inovatif. Ke depannya, teknologi liquid immersion cooling ini perlu diperhitungkan sebagai cara untuk memperbesar potensi data center. Menilik teknologi desentralisasi yang belakangan ramai—blockchain— diperbincangkan, kehadiran teknologi pendingin dapat membantu mendorong efisiensi energi dan optimalisasi kolaborasi teknologi blockchain.

Laura mengatakan penggunaan energi dari proses mining hanya akan terus meningkat seiring dengan terus berkembangnya teknologi Bitcoin. “Blockchain, teknologi yang memungkinkan penambangan Bitcoin, akan terus diterapkan di berbagai segmen industri dan komersial untuk manfaat yang akan dihasilkannya,” katanya. “Energi akan dibutuhkan untuk pemrosesan data.”

Kolaborasi lain diperlukan juga bila menyoal pengembangan teknologi pendingin ini. Sulit membayangkan jika inovasi pendingin semacam ini bekerja sendiri dan 3M akan senantiasa menjaga di saat perusahaan elektronik lainnya menyiapkan elemen-elemen lain yang memperkuat data center. Kolaborasilah yang memungkinkan semangat #DiscoverScience terwujud dalam pengembangan teknologi-teknologi yang membawa manfaat besar bagi masyarakat. Untuk semua itu, inovasi dan rasa ingin tahu adalah bahan bakar utamanya, seperti pengembangan-pengembangan yang ada di sini.

Disclosure: Artikel ini adalah sponsored content yang didukung oleh 3M.

Logo_3M

Vexanium Wants to Transform Loyalty Program using Blockchain

Another blockchain-based platform will arrive in indonesia. Vexanium has two Co-Founders, Danny Baskara and Robin Jang. The company focused on creating PaaS (Platform as a service) product for recording reward, loyalty point, creating voucher/coupon tokens, also advertising platform.

In this early stage, Vexanium debuts with ICO (Initial Coin Offering) campaign. As any other blockchain startups, they deliver new crypto token called “VEX” as the medium for a transaction. Along with this writing, Vexanium has come to a phase 1 of ICO, after successfully closing the pre-ICO phase.

A decentralized model blockchain is considered to offer efficiency in marketing. In the implementation, Vexanium system will be embedded with business players’ service or app. VEX Token will be the transaction base, company will use the related platform to buy and use it as a loyalty program.

Vexanium business model

Services provided in Vexanium platform / Vexanium
Services provided in Vexanium platform / Vexanium

Vexanium platform ecosystem consists of three main systems. First, Vex Airdrop, is designed to facilitate “blockchain exchanger” business players to distribute VEX token. Second, VEX Platform consists of VEXM Generator and VEXplorer, is designed to facilitate business players to make and manage its own token for marketing. Third, Voucher Exchange, it allows VEX token to be operated by business merchant and consumer.

The loyalty program, for example, allows a business to buy VEX token. After the customization (for example with a business brand), Vexanium system can automatically distribute token in the specific amount to users based on marketing target. Due to its nominal, the token can be exchanged to subsidize purchasing of related products, users can also sell it using the exchange channel connected with VEX, the token will be available in INDODAX.

“Vexanium will be focusing its service in Indonesia, we’ll start from targeting tech-savvy companies. The platform is ready enough, blockchain process is backend, users or merchants have no major difference regarding UI/UX, it looks like loyalty or vouchers in general,” Baskara said to DailySocial.

Massive publication

A number of digital business players in Indonesia have joined Vixanium. Some of those are Calvin Kizana (PicMix), Jason Lamuda (Berrybenka), Anton Soeharyo (Touchten), Edi Sulistyo (Loket.com), and Joseph Aditya (Ralali). These advisors are rumored to be Vexanium’s angel investor.

The advisor’s confidence may be due to the business model and the founder experience in the previous business. Danny Baskara is known as a founder of E-voucher platform. He and his team are currently making a transformation of the previous work using blockchain mechanism. However, he assured that Evoucher and Vexanium are two different entities.

“Vexanium and Evoucher are two separate entities, Evoucher’s business model is centralized like the usual tech startups, as a middleman or a bridge between merchants and customers. Vexanium has a very different business model, the similarity is they act as a bridging solution between merchant and customer,” he added.

As an effort to increase participation in ICO stage, he did some intensive publications in various blockchain events, either local or international level.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Vexanium ingin Transformasikan Platform Loyalitas dengan Blockchain

Satu lagi platform berbasis blockchain akan hadir di Indonesia. Vexanium digagas oleh dua Co-Founder, yakni Danny Baskara dan Robin Jang. Fokusnya menciptakan produk Platform as a Service (PaaS) untuk pencatatan reward, loyalty point, pembuatan tokenisasi voucher/coupon hingga platform periklanan.

Di tahap awal ini, Vexanium mengawali debutnya dengan melakukan kampanye ICO (Initial Coin Offering). Layaknya startup blockchain pada umumnya, Vexanium melahirkan token kripto baru bernama “VEX” untuk dijadikan medium transaksi. Hingga tulisan ini dibuat, Vexanium telah memasuki ICO fase 1, setelah sebelumnya sukses menutup fase pra-ICO.

Model desentralisasi yang ditawarkan blockchain dinilai dapat menghadirkan efisiensi dalam pemasaran. Dalam implementasinya, sistem Vexanium akan di-embed bersama layanan atau aplikasi yang sudah dimiliki oleh pemilik bisnis. Token VEX akan menjadi basis transaksi di dalamnya, perusahaan yang menggunakan platform terkait dapat membeli dan menggunakan untuk program loyalitas.

Model bisnis Vexanium

Layanan yang akan disediakan di platform Vexanium / Vexanium
Layanan yang akan disediakan di platform Vexanium / Vexanium

Ekosistem platform Vexanium terdiri dari tiga sistem utama. Pertama ada Vex Airdrop, ini didesain untuk memudahkan pebisnis “blockchain exchanger” mendistribusikan atau membagikan token VEX. Kemudian yang kedua ada VEX Platform, terdiri dari VEXM Generator dan VEXplorer, didesain untuk memudahkan pebisnis membuat dan mengelola token yang dimiliki perusahaan untuk kegiatan pemasarannya. Yang ketiga ada Voucher Exchange, di dalamnya memungkinkan token VEX dioperasikan oleh merchant bisnis dan konsumen.

Misalnya untuk program loyalitas, sebuah bisnis bisa saja membeli token VEX. Setelah kustomisasi (misalnya dengan brand bisnis), sistem Vexanium dapat secara otomatis membagikan token dengan jumlah yang ditentukan kepada pengguna sesuai target promosi. Karena bersifat nominal, token tersebut dapat ditukarkan untuk menyubsidi harga pembelian terhadap produk terkait, atau pengguna juga dapat menjualnya melalui kanal pertukaran yang nantinya terhubung dengan VEX, token tersebut juga diperjualbelikan di INDODAX.

“Vexanium akan fokus dulu di Indonesia dan sasaran awal kami adalah perusahaan yang sudah melek dengan teknologi. Untuk (platform) sudah cukup siap, proses blockchain hanya terjadi di backend jadi dari sisi user ataupun merchant tidak ada banyak perbedaan dalam hal UI/UX, hampir mirip seperti layanan loyalty atau vouchers pada umumnya,” terang Danny kepada DailySocial.

Gencar melakukan publikasi

Sejumlah pelaku bisnis digital di Indonesia telah tergabung sebagai advisor di Vexanium. Beberapa di antaranya adalah Calvin Kizana (PicMix), Jason Lamuda (Berrybenka), Anton Soeharyo (Touchten), Edi Sulistyo (Loket.com), dan Joseph Aditya (Ralali). Advisor tersebut dikabarkan juga bertindak sebagai angel investor untuk Vexanium.

Keyakinan para advisor tersebut mungkin dikarenakan model bisnis dan kiprah founder dalam bisnis yang sebelumnya. Danny Baskara dikenal sebagai pendiri platform Evoucher. Yang dikerjakan saat ini oleh Danny dan timnya ialah membuat transformasi dari apa yang sebelumnya dilakukan melalui mekanisme blockchain. Kendati demikian Danny menegaskan bahwa Evoucher dan Vexanium adalah dua entitas yang berbeda.

“Vexanium dan Evoucher adalah dua entitas terpisah, kalau Evoucher bisnis modelnya tersentralisasi seperti tech startup pada umumnya, yakni sebagai middleman atau perantara antara merchant dan pembeli. Sedangkan Vexanium bisnis modelnya sangat berbeda namun persamaannya adalah sama-sama menjadi solusi antara merchant dan pembeli,” ungkap Danny.

Untuk meningkatkan partisipasi di tahap ICO, Danny cukup intensif melakukan publikasi di berbagai acara blockchain, baik acara tingkat lokal maupun internasional.

Teruskan Tradisi Inovasi, HTC Racik Smartphone Blockchain Mutakhir: Exodus

HTC masih berjuang keras mengembalikan pamornya seperti dulu lagi, meskipun harus ada tumbal untuk itu. Pabrikan asal Taiwan ini masih punya satu perangkat flagship yang akan jadi jagoannya di tahun 2018 ini, kendati jalan yang mereka lalui tidak akan mudah.

Kabar baiknya, meski dalam kondisi kurang sehat, HTC masih punya sisa tenaga untuk melakukan terobosan. HTC dilaporkan sedang menggodok ponsel bernama Exodus yang dirancang untuk blockchain dan dukungan aplikasi yang terdesentralisasi. Meski bukan yang pertama, namun jika smartphone ini berhasil dikomersilkan, akan menjadi sebuah terobosan hebat seperti yang biasa dilakukan oleh HTC.

Jangan lupa, HTC adalah brand pertama yang membuat smartphone Android di dunia dan juga smartphone Google Nexus pertama tak lama setelahnya. HTC juga perusahaan yang menciptakan ponsel Facebook pertama di dunia, HTC juga memiliki bukan satu, tetapi dua ponsel 4G yang berbeda ketika teknologi 4G LTE dan Wi-Max baru memulai debutnya beberapa tahun yang lalu. Jadi perkara inovasi, HTC punya DNA itu di dalam aliran darahnya.

Proyek HTC Exodus sendiri dibeberkan oleh Phil Chen yang sebelumnya memimpin divisi HTC Vive VR. Dan setelah dua tahun berkarir di Horizon Ventures, Chen kembali ke HTC sebagai Decentralized Chief Officer.

HTC Exodus Blueprint

Chen menuliskan di Medium, bahwa smartphone ini akan mendukung protokol Bitcoin, Lightning Networks, Ethereum, dan Dfinity. Penggunaannya meliputi dompet universal, perangkat keras yang aman dan aplikasi yang terdesentralisasi. Sampai saat ini Exodus masih sebatas blueprint dan belum terbentuk dalam sebuah perangkat fisik atau purna rupa. Tapi, publik sudah bisa memesan satu jatah melalui laman ini.

Dan jika terealisai, HTC Exodus menjadi smartphone blockchain kedua di dunia setelah Finnye buatan Sirin Labs. Harganya $1.000, mampu menyimpan dan menggunakan mata uang digital tanpa dikenai biaya transaksi. Ada juga BitVault dan Blacture yang keduanya mengklaim dirinya sebagai telepon blockchain pertama di dunia, meskipun saat ini belum tersedia di pasar.

Sumber berita Engadget.

BNI is Ready to Use Blockchain for Business Development

BNI is to implement blockchain technology to boost the corporate’s performance at the end of this year. Post-signing the agreement with PT Adamobile Solutions Network, trade finance and remittance will be BNI’s first business unit to use the technology.

The agreement was signed by Rico Rizal Budidarmo, BNI’s International and Treasury Director and Adam Suherman, CEO of Adamobile Solutions Networks, last week (5/11). In the agreement, both parties will review its business related to the blockchain implementation for the next three to six months.

“Blockchain implementation for trade finance transaction will ease the document access and validation that can be done in real time using integrated system among its members,” Budidarmo explained, as quoted from Bisnis.

In terms of remittance transaction, blockchain is very useful and safe for data trading in real time because it has been encrypted to all members. This technology is expected to boost transaction and revenue significantly in trade finance business and remittance.

Adam Suherman, CEO of Adamobile Solution Networks, said the blockchain technology that is going to be implemented by BNI can make the remittance and trade finance business more efficient in terms of time and cost.

“The cost for efficiency will be reviewed with BNI, but seeing overseas banking that already implemented blockchain, the cost efficiency can reach 20%-40%,” he mentioned.

Henry Panjaitan, BNI’s International Business General Manager added, after the business review done in three months, six BNI branches overseas will be using the latest technology. The performance is supposed to be more efficient in cost or time.

Based on performance, BNI’s trade finance business volume last year has reached $40 billion or 25% up from last year. Meanwhile, the remittance has reached $74 billion or 10% growth.

As per April 2018, BNI’s trade finance business volume has reached $15 billion or 23% growth. The destination countries that have the biggest contribution in trade finance are Singapore, China, and Japan. Corporates are targeting realization in trade finance transaction volume to reach $45 billion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BNI Segera Manfaatkan Blockchain untuk Pacu Bisnis

BNI mengungkapkan segera mengimplementasi teknologi blockchain untuk memacu kinerja perseroan pada akhir tahun ini. Pasca menandatangani nota kesepahaman dengan PT Adamobile Solutions Networks, trade finance dan remitansi akan jadi unit bisnisBNI yang pertama kali menggunakan teknologi tersebut.

Nota kesepahaman ini ditandatangani Direktur Treasury dan International BNI Rico Rizal Budidarmo dan CEO Adamobile Solutions Networks Adam Suherman pekan lalu, Jumat (11/5). Dalam nota kesepakatan ini, kedua belah pihak akan melakukan tinjauan bisnis terkait implementasi blockchain selama tiga sampai enam bulan ke depan.

“Penggunaan blockchain pada transaksi trade finance dapat memberikan kemudahan berupa akses dan validasi dokumen yang bisa dilakukan secara real time melalui sistem yang terintegrasi antar anggotanya,” terang Rico seperti dikutip dari Bisnis.

Untuk transaksi remitansi, blockchain bermanfaat untuk pertukaran data secara real time dan aman karena data telah terenkripsi ke seluruh anggota blockchain. Perseroan berharap teknologi ini bisa mendongkrak transaksi dan pendapatan BNI secara signifikan dalam bisnis trade finance dan remitansi.

CEO Adamobile Solutions Networks Adam Suherman menuturkan, teknologi blockchain yang akan diterapkan BNI dapat mengefisienkan bisnis trade finance dan remitansi pada masa mendatang. Efisiensi yang dimaksud tidak hanya dari segi waktu, tetapi juga biaya.

“Biaya yang bisa diefisienkan masih akan dikaji kami dengan BNI, tetapi kalau melihat bank di luar negeri yang terapkan blockchain efisiensi biayanya bisa antara 20%-40%,” katanya.

General Manager Bisnis Internasional BNI Henry Panjaitan menambahkan setelah kajian bisnis selesai dalam tiga bulan mendatang, nanti enam cabang BNI di luar negeri akan pakai teknologi baru tersebut. Sehingga diharapkan kinerjanya akan jadi lebih efisien secara biaya maupun waktu.

Berdasarkan kinerja, volume bisnis trade finance BNI pada tahun lalu mencapai $40 miliar atau tumbuh 25% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan remitansi sebesar $74 miliar atau tumbuh 10%.

Bila dilihat per April 2018, volume transaksi trade finance BNI mencapai $15 miliar atau tumbuh 23%. Negara tujuan ekspor penyumbang porsi trade finance terbesar adalah Singapura, Tiongkok, dan Jepang. Tahun ini perseroan menargetkan realisasi volume transaksi trade finance bisa mencapai $45 miliar.

OnlinePajak Applies Blockchain for Tax Transparency

Not many people are aware of OnlinePajak app that helps people for online accounting, reporting, and tax deposit. It’s a third-party application or an alternative for tax solution.

OnlinePajak finds a new solution for its mission to simplify the complicated administration process. By adopting blockchain technology to increase transparency in Indonesia’s tax system.

The blockchain implementation is announced on Friday (4/27). Also joining the ceremony were Minister of Communication and Information (Menkominfo) Rudiantara, General Secretary of Indonesia’s Blockchain Association (ABI) Steven Suhadi, and tax observer Yustinus Prastowo.

Charles Guinot, Founder & Director of Online Pajak, said in his speech that blockchain technology can ensure transparency not only for the public, but also for the government’s system.

“The main issue in the tax system is trust. They always questioning whether the tax they’ve paid is recorded or not. It happens too when purchasing a property, they didn’t know whether its tax has been paid by the previous owner,” he said.

Tax payment involves some parties, from DJP (Directorate General of Tax), DJP (Directorate General of Treasury), Bank Indonesia (BI), Perception Bank, and other third parties.

In this case, the involved parties will have notes on every tax transaction and capable to check the tax agreement. However, the taxpayer’s information remains safe.

Furthermore, Rudiantara expects blockchain to be widely adopted, not only for the government but also corporates. For him, it’ll trigger the other sectors to join.

“However, the public isn’t really aware of the technology, it’s complicated for them. The most important thing is to highlight the benefit. I hope this technology can be adopted for other corporate stuff, whether it (OnlinePajak) succeed, others will too,” Rudiantara said.

The support also coming from the newborn ABI (Indonesia’s Blockchain Association). It has a proactive vision to boost the blockchain implementation that still growing.

Potential new taxpayers

Rudiantara also said the positive impact of blockchain in tax payment system. For example, to push the OTT (over-the-top) entrepreneur to pay taxes, including potential SMEs for new taxpayers.

“In Go-Jek, how many drivers? Sellers in Tokopedia? It’s also SME. They’re taxpayers, not the object. Blockchain becomes the solution for an easy process [to pay taxes],” he added.

Yustinus Prastowo, a tax observer said that blockchain is now become a solution to make the complicated tax system easier.

“The current challenge is tax ratio, many taxpayers but the cake’s small. We have 50 million potential taxpayers, only 30 million registered. There’s still 20 million potential taxpayers. Why is that? It is about trust,” Prastowo said.

He also added, blockchain implementation is expected to increase transparency to raise public’s trust with the current system. In other words, the government can get more taxpayers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mfun Tingkatkan Ekosistem Game Lokal Melalui Platform Reward Berbasis Blockchain

Mfun, platform reward berbasis blockchain, resmi diperkenalkan di Indonesia. Platform ini membawa sejumlah misi untuk mendorong daya saing ribuan pengembang game lokal serta memberikan dukungan penuh terhadap penggunanya di Indonesia.

Platform ini menawarkan solusi terhadap berbagai masalah yang kerap ditemui oleh para pengembang lokal di Tanah Air. Misalnya, efisiensi terhadap belanja iklan digital dan biaya-biaya lain pada pihak ketiga.

Founder Mfun Brian Fan menilai pengembang game lokal sulit bersaing dengan pengembang luar karena sejumlah faktor. Misalnya, belanja iklan digital yang dikeluarkan terkadang tidak tersasar dengan tepat sampai kepada targetnya.

“Belanja advertising itu tidak jelas return of investment (ROI), berapa user yang tersasar. Semua (biaya yang dikeluarkan) larinya ke advertiser, seperti Facebook dan Google. Belum lagi, payment provider sebagai pihak ketiga, itu mematok fee besar,” ujar Fan ditemui pada konferensi pers Mfun, Selasa (9/5/2018).

Saat ini pengembang game lokal baru bisa berkontribusi sebesar 1,8 persen terhadap total nilai bisnis industri ini. Sementara dari sisi penggunanya, lanjut Fan, gamer dinilai tidak mendapat reward atau imbalan atas waktu dan uang yang mereka habiskan untuk bermain dan membeli aplikasi.

Padahal Indonesia merupakan salah satu pasar game terbesar di dunia dengan jumlah gamer mencapai 43,7 juta pengguna. Indonesia juga menjadi pasar terbesar di Asia Tenggara untuk usual gaming dengan nilai bisnis mencapai US$ 500 juta.

“Pengguna justru dipaksa untuk menonton video hingga mengisi survei demi mendapatkan reward. Belum lagi privasi data terancam dengan potensi penyalahgunaan data pribadi,” tambah Fan.

Platform ini menawarkan solusi di mana pengembang lokal dan pengguna sama-sama mendapatkan keuntungan. Bagi pengembang, mereka tidak perlu mengeluarkan belanja iklan besar karena budget yang dikeluarkan diyakini akan langsung menjangkau pengguna yang disasar.

Pengguna yang memainkan game lokal di platform ini berpeluang mendapat reward dalam bentuk mata uang digital (cryptocurrency). Cryptocurrency ini menjadi token Mfun yang dapat dipakai untuk melakukan pembelian di dalam aplikasi (in-app purchase) di sejumlah game di platform Mfun.

Platform Mfun direncanakan meluncur secara komersial pada kuartal keempat tahun ini. Untuk membangun ekosistem digital ini di Indonesia, Mfun bermitra secara eksklusif dengan Agate Studio, Duniaku Network, dan Yogrt.

Kolaborasi ini akan menghubungkan lebih dari 20 juta pemain game di seluruh Indonesia mengingat Agate memiliki 6 juta basis pengguna, Duniaku Network 6 juta basis pengguna, dan aplikasi Yogrt dengan 8 juta pengguna.

“Bisa dibilang, kami adalah platform pertama di dunia yang mengadopsi teknologi blockchain untuk untuk sistem reward game kepada pengguna,” tutur BP Tang, co-founder Mfun.

Model bisnis lebih direct

Dalam kesempatan sama, Ricky Setiawan, CEO Duniaku Network, mengungkapkan bahwa ekosistem digital di Tanah Air belum sepenuhnya optimal. Pasalnya, pengembang game di Indonesia pada 2015 hanya bisa meraup 2 persen pangsa pasar, di mana game publisher hanya 6 persen.

“Dengan menggunakan blockchain, platform Mfun membuat sistem insentif menjadi lebih direct langsung ke publisher dan pengembang game. Ini akan mendorong pertumbuhan industri game di Indonesia,” ungkap Ricky.

Soal model bisnis, Mfun mengambil 5 persen sebagai fee-nya, sedangkan 95 persen masuk ke kantong pengembang game, publisher, dan pengguna.

Sebagai contoh, apabila pengguna ingin membeli in-app purchase senilai $1, Mfun akan mendapatkan $0,05 dari total nilai sebagai biaya transaksi . Sementara, publisher dan pengembang akan menerima USD 0,95.

Sebaliknya, apabila pengembang atau publisher mengeluarkan $1 untuk beriklan, Mfun akan menerima $0,05 sebagai biaya transaksi. Sementara, sesuai sistem reward berbasis machine learning, pengguna akan meraup $0,95.

“Kalau user beli in-app purchase, pakai pihak ketiga, settlement uangnya sampai ke pengembang bisa makan waktu 60-90 hari. Begitu juga saat pengembang beriklan di Facebook dan Google, belum tentu budget yang dikeluarkan tepat sasaran, user dapat zero,” jelas Fan.