Terkendala Perizinan, Platform Aset Kripto Blocknom Hentikan Layanan Sementara

Platform earning aset kripto Blocknom mengumumkan akan menghentikan layanannya sementara mulai 1 Juli 2022. Blocknom tidak merinci alasan penghentian ini, tetapi pihaknya menyebut telah mempertimbangkan situasi pasar dan peraturan pemerintah. Di sisi lain, mereka memang belum memiliki izin operasional atau lisensi otoritas, dalam hal ini dari Bappebti.

Disampaikan dalam blognya, manajemen Blocknom mengatakan akan menghentikan dukungan untuk Decentralized Finance (DeFi), yang mana bunga harian pada USDT, USDC, dan XIDR juga akan berhenti bertambah.

“Saat ini, kami menyarankan Anda untuk menarik aset Anda dari platform sesegera mungkin. Anda tidak perlu khawatir karena aset Anda aman. Harap tarik semua aset Anda sebelum 31 Juli 2022,” demikian pernyataannya.

Menurut manajemen, pihaknya telah menutup penerimaan pengguna dan setoran baru sejak 20 Juni 2022. Untuk mempermudah proses penarikan aset, pihaknya mengimbau kepada para pengguna untuk segera menarik aset sebelum 31 Juli 2022. Setelah itu, kemungkinan besar penarikan hanya melalui CS offline.

We will come back stronger with more services when we get our license. Please wish us luck.” Tutup tim Blocknom.

Layanan manajemen aset kripto akhir-akhir ini memang mulai bermunculan di Indonesia. Hal ini seiring dengan makin banyaknya orang yang melakukan diversifikasi ke mata uang virtual ini. Menurut Bappebti, per Februari 2022 ada sekitar 12,4 investor kripto.

Selain Blocknom, dengan mekanisme yang unik, beberapa startup juga tawarkan layanan crypto-earn, di antaranya NOBI dan Finblox. Keduanya sama-sama telah mendapatkan dukungan pendanaan ekuitas dari pemodal ventura.

Baru peroleh pendanaan

Sebagai informasi, Blocknom baru dirintis pada Januari 2022 oleh eks pegawai Gojek & Shopee Fransiskus Raymond dan eks engineer Ritasi Ghuniyu Fattah Rozaq. Blocknom diketahui merupakan salah satu startup inkubasi di Y Combinator batch Winter 2022.

Blocknom juga baru memperoleh pendanaan tahap awal (seed) sebesar $500 ribu atau lebih dari Rp7 miliar dari tiga investor, yaitu Y Combinator, Number Capital, dan Magic Fund pada Maret lalu.

Untuk memberi nilai tambah pada platformnya, Blocknom menawarkan yield deposito pada aset kripto berbasis stablecoin, yaitu USDT (Tether), USDC (Circle), dan XIDR (StraitsX).

Selain itu, Blocknom menerapkan transparansi pada proses pengelolaan dana dan memiliki sistem proof of community pada proses pemilihan DeFi untuk pengelolaan dana investor, dan program unlimited incentives bagi komunitasnya.

Sejak beberapa bulan terakhir, ekosistem digital Indonesia tengah dilanda fenomena bubble burst akibat situasi dan konflik global. Harga aset kripto juga dilaporkan terus anjlok, tak terkecuali Bitcoin dan Ethereum.

Blockchain Startup Ekta Receives 891 Billion Rupiah Funding from Global Emerging Markets

Blockchain technology development startup Ekta announced $60 million (over 891 billion Rupiah) funding from Global Emerging Markets, a New York-based alternative asset investment group. The fund is said to be used to prepare a series of blockchain-powered products such as NFT marketplaces, hybrid crypto exchange platforms, blockchain-based games, and real estate investments.

“The funds will be used for the development of the Ekta ecosystem, liquidity for the NFT marketplace and hybrid exchange, the development of the plant-to-earn MetaTrees game, marketing, and building a technology team,” Ekta’s CEO, Berwin Tanco said.

Was launched in August 2021, Ekta stands as one of the most focused decentralized protocols for aligning blockchain with the physical world. Headquartered in Bali, Indonesia, the company was founded by Berwin Tanco (CEO), Yog Shrusti (CSO), and Jason Zheng (CMO), and now has a total team of 75 people worldwide.

It was written in the blog that Ekta’s founders have the vision to empower blockchain utilities to provide opportunities for everyone to live a better life. Therefore, Ekta leverages the power of blockchain to create a new and transparent ecosystem, allowing everyone from all backgrounds to participate.

Ekta’s developed mainnet i, called EktaChain, tokenizes real-world assets, such as property, music, art and gold. Ekta token holders will be able to transact and interact with financial products to grow their wealth, earn money by playing games, buy and sell digital and tangible assets. All of these products will later be combined in one super-app.

“This app will be a Web2 practice using Web3 as a backbone, therefore, people will easily get involved and no need to know whether there is a crypto or blockchain behind it,” Ekta’s CIO, Sven Milder added.

Ekta’s products

Source: Ekta

Lately, the crypto market is bearish, affecting most Web3 companies. However, Tanco remains optimistic since the company has a unique proposition that will ultimately provide good benefits once the market recovers. “We are in a very good position during this decline period as we believe the next trend is blockchain bridging to the physical world and Ekta has been doing so since 2021.”

Ekta will create a cross-chain NFT platform for trading, staking, and exchanging physical assets with digital asset representation. The Ekta NFT marketplace will serve as a bridge through which NFT developers and physical asset owners interact with other brands and individuals through their virtual collections.

Compared to similar players, Ekta is closely tied to real-world use cases, has value and utility, and is asset-backed. The NFT marketplace, for example, will sell tokens that link real-world assets and values ​​with projects offered on its platform.

MetaTrees is a blockchain-based game that allows players to earn crypto while playing an active role in conserving real-world natural resources. Meanwhile, Ekta Island, a 16-hectare land located near Bali and owned by time Ekta, will be a blockchain-fueled physical space and will offer token fractional investment and access to ordinary people.

One of Ekta’s flagship products is the Ekta Portal, the company said that this is the world’s first endpoint node to reward operators with cryptocurrencies. By activating the device via the Ekta NFT Portal, operators can start earning a daily reward of 10 thousand Ekta tokens which will be divided by the number of active operators. Having NFT Portal Ekta automatically whitelists holders for all Ekta offerings, such as Ekta Island and MetaTrees.

By bringing blockchain solutions to traditional industries, businesses, and physical assets, the company aims to attract more people to the crypto world. “While 10% of people on the internet hold crypto, we are targeting the next 10% by building true utility and value for them,” Tanco said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tokocrypto Dorong Edukasi Aset Kripto Melalui Inisiatif “TokoScholars”

Pemanfaatan teknologi blockchain yang semakin familiar tak ayal menciptakan pasar yang semakin besar. Namun, pemahaman terkait teknologi ini serta turunannya masih terbilang rendah di kalangan masyarakat Indonesia. Tokocrypto, sebuah platform marketplace aset kripto, menelurkan inisiatif baru dalam memberikan edukasi terkait ekosistem blockchain yang diberi nama “TokoScholars”.

Inisiatif tersebut berawal dari sebuah proyek yang memberikan benefit pada mahasiswa yang berhasil mengajak mahasiswa lain untuk bergabung dalam sebuah kegiatan referral. Seiring perkembangan ekosistem Tokocrypto, inisiatif ini dirasakan perlu untuk diangkat sebagai sebuah program tersendiri untuk edukasi murni yang memberikan konten yang terstruktur dan tepat guna di luar hype harga koin di pasar.

Minat investasi aset kripto di Indonesia juga terbukti semakin meningkat. Berdasarkan data dari Bappebti, jumlah investor kripto per Februari 2022 telah menembus angka 12,4 juta investor. Sejak Januari hingga Februari 2022, total nilai transaksi aset kripto sudah mencapai Rp 83,88 triliun.

Lead of TokoScholars by Tokocrypto Dimas Surya Al-Faruq mengungkapkan bahwa teknologi blockchain sebenarnya telah digunakan di Indonesia sejak generasi awal perkembangannya. Namun, masih terfokus pada aplikasi transaksi finansial.

“Padahal, potensinya bisa untuk membantu sektor lain di Indonesia yang masih tertinggal, seperti pertanian dan kesehatan. Butuh riset yang mendalam untuk mengembangkan blockchain dan aset kripto di Indonesia,” ujar Dimas.

Edukasi aset kripto yang inklusif

TokoScholars mulai menjadi induk dari setiap inisiatif Tokocrypto terkait edukasi sejak akhir tahun 2021. Mulai dari kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung edukasi aset kripto, aplikasi Kriptoversity, hingga TokoVerse, kehadiran TokoScholars diharapkan bisa menjadi kanal utama masyarakat untuk belajar secara utuh tentang blockchain dan aset kripto.

Belum lama ini, Tokocrypto melalui TokoScholars meluncurkan program pendanaan riset aset kripto dan blockchain di Indonesia yang dinamakan “Tokocrypto Researcher Grants”. Program pendanaan riset ini terbuka untuk masyarakat Indonesia dengan minimal pendidikan sedang menjalankan program magister S2.

Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Dimas juga mengungkapkan salah satu alasan diadakannya program Tokocrypto Researcher Grants adalah karena pengembangan riset di Indonesia sendiri masih rendah, terutama dalam bidang kripto. Tokocrypto sebagai penggerak industri ingin mendorong pengembangan ini.

“Salah satu tujuan utama TokoScholars adalah membawa riset dan inovasi aset kripto dan blockchain pada level yang bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat atau inklusif. Oleh karena itu, tentunya peran dan kolaborasi sangat diperlukan dengan berbagai pihak untuk peningkatan dan optimalisasi bidang riset di Indonesia,” tambah Dimas.

Untuk proposal riset yang didaftarkan, diharuskan bisa memberi benefit untuk ekosistem kripto di Indonesia dan Tokocrypto. Beberapa topik yang diusulkan termasuk di bawah ini:

  1. Strength and weakness of Indonesian crypto exchanges: a comparison study of Indonesian crypto exchanges.
  2. What kind of crypto products that Indonesians need from Tokocrypto.
  3. Tax and Regulation study of crypto assets in Indonesia: The impact of new tax law and strengthened regulation on the crypto market in Tokocrypto exchanges.

“Saya melihat Indonesia sebagai pasar yang luar biasa untuk pengembangan aset kripto. Namun kenyataannya di pasar banyak orang yang masih kurang memahami fundamental dari teknologi ini. Di sinilah Tokocrypto ingin menjembatani mereka yang tertarik dengan industri ini melalui edukasi murni dan menyeluruh terkait blockchain dan aset kripto,” ujar Dimas.

Dalam program perdana ini, Tokocrypto menyediakan dana sebesar Rp100 juta untuk dua penelitian terbaik yang dipilih. Tentunya Tokocrypto akan memfasilitasi kebutuhan terkait data atau diskusi dengan para ahli dalam ekosistem mereka. Terkait dana yang disalurkan, pihaknya tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang siapa saja yang terlibat.

Dimas juga mengungkapkan, salah satu alasan mengapa banyak orang yang memiliki pandangan yang salah bahkan hingga terjerumus karena aset kripto adalah banyaknya informasi yang viral yang berfokus pada keuntungan instan tanpa didasari pemahaman tentang dasar dari aset ini. Maka dari itu, melalui TokoScholars, ia berharap ini bisa menjadi program edukasi yang inklusif terkait dunia blockchain dan aset kripto.

Dari sisi bisnis, Dimas belum bisa membagikan banyak hal, namun timnya saat ini tengah bekerja keras untuk bisa mengembangkan setiap inisiatif. Kita sudah melihat tren ke depan bahwa aset kripto akan banyak dipakai sebagai alternatif aset. Menurut data Kementerian Perdagangan RI, teknologi blockchain bersamaan dengan 5G, Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, dan cloud computing bisa mendorong ekonomi digital Indonesia melesat hingga Rp4.531 triliun pada tahun 2030.

Selain mengadakan pendanaan riset, untuk tujuan meningkatkan pertumbuhan market dan literasi kripto di Indonesia, TokoScholars juga telah bekerja sama dengan program Kampus Merdeka untuk mengakomodasi inisiatif peningkatan kapasitas dan pelatihan di tempat kerja bagi mahasiswa Indonesia.

TokoScholars juga menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti Telkom University dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mendirikan pusat inovasi blockchain dan aset kripto, serta yang baru saja dihelat, penandatanganan MoU kerja sama dengan Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia untuk membangun ekosistem blockchain di lingkungan kampus dengan menghadirkan Pojok Kripto.

Application Information Will Show Up Here

Startup Blockchain “Ekta” Terima Pendanaan 891 Miliar Rupiah dari Global Emerging Markets

Startup pengembang teknologi blockchain Ekta mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $60 juta (lebih dari 891 miliar Rupiah) dari Global Emerging Markets, grup investasi aset alternatif berbasis di New York. Suntikan dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mempersiapkan rangkaian produk bertenaga blockchain seperti marketplace NFT, platform pertukaran crypto hybrid, game berbasis blockchain, dan investasi real estat.

“Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan ekosistem Ekta, likuiditas untuk NFT marketplace dan hybrid exchage, pengembangan game plant-to-earn MetaTrees, pemasaran, dan bangun tim teknologi,” kata Tanco.

Diluncurkan pada Agustus 2021, Ekta berdiri sebagai salah satu protokol terdesentralisasi yang paling fokus untuk menyelaraskan blockchain dengan dunia fisik. Berkantor pusat di Bali, Indonesia, perusahaan ini didirikan oleh Berwin Tanco (CEO), Yog Shrusti (CSO), dan Jason Zheng (CMO), dan kini memiliki total tim 75 orang di seluruh dunia.

Dalam blognya disampaikan, para pendiri Ekta memiliki visi untuk memberdayakan blockchain dalam memberi setiap orang kesempatan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, Ekta memanfaatkan kekuatan blockchain untuk menciptakan ekosistem baru dan transparan, memungkinkan semua orang dari berbagai latar belakang dapat berpartisipasi.

Mainnet yang dikembangkan Ekta dinamakan EktaChain, mentokenisasi aset dunia nyata, seperti properti, musik, seni, dan emas. Pemegang token Ekta akan dapat bertransaksi dan berinteraksi dengan produk keuangan untuk menumbuhkan kekayaan mereka, mendapatkan uang dengan bermain game, jual-beli aset digital dan berwujud. Seluruh produk tersebut nantinya akan digabungkan dalam satu super-app.

“Aplikasi ini akan menjadi pengamalan Web2 dengan tulang punggung Web3, sehingga orang akan dengan mudah terlibat dan tidak perlu tahu bahwa ada kripto atau blockchain di belakangnya,” tambah CIO Ekta Sven Milder.

Produk Ekta

Sumber: Ekta

Seperti diketahui belakangan ini pasar kripto sedang bearish, memberikan dampak kepada perusahaan Web3 kebanyakan. Akan tetapi Tanco tetap optimistis, karena perusahaan memiliki proposisi unik yang pada akhirnya akan memberikan manfaat yang baik setelah pasar pulih. “Kami berada dalam posisi yang sangat baik selama periode penurunan ini karena kami percaya tren berikutnya adalah blockchain yang menjembatani ke dunia fisik dan Ekta telah melakukannya sejak 2021.”

Ekta akan menciptakan platform NFT lintas rantai untuk perdagangan, staking, dan pertukaran aset fisik dengan representasi aset digital. Pasar Ekta NFT akan berfungsi sebagai jembatan di mana pengembang NFT dan pemilik aset fisik berinteraksi dengan merek dan individu lain melalui koleksi virtual mereka.

Dibandingkan pemain sejenis, Ekta memiliki kaitan erat dengan kasus penggunaan di dunia nyata, memiliki nilai dan utilitas, dan didukung aset. NFT marketplace misalnya, akan menjual token yang menghubungkan aset dan nilai dunia nyata dengan proyek yang ditawarkan di platformnya.

MetaTrees, game berbasis blockchain yang memungkinkan pemain memperoleh kripto sambil memainkan peran aktif dalam melestarikan sumber alam dunia nyata. Sementara itu, Ekta Island, tanah seluas 16 hektar yang terletak di dekat Bali dan dimiliki oleh time Ekta, akan menjadi ruang fisik berbahan bakar blockchain dan akan menawarkan investasi fraksional token dan akses ke orang biasa.

Salah satu produk unggulan Ekta adalah Ekta Portal, menurut perusahaan ini adalah node titik akhir pertama di dunia yang memberi penghargaan kepada operator dengan kripto. Dengan mengaktifkan perangkat melalui NFT Portal Ekta, operator dapat mulai menghasilkan hadiah harian 10 ribu token Ekta yang akan dibagi dengan jumlah operator aktif. Memiliki NFT Portal Ekta secara otomatis memasukkan pemegang daftar putih untuk semua penawaran Ekta, seperti Ekta Island dan MetaTrees.

Dengan membawa solusi blockchain ke industri tradisional, bisnis, dan aset fisik, perusahaan berharap dapat menarik lebih banyak orang ke dunia kripto. “Sementara 10% orang di internet memegang kripto, kami menargetkan 10% berikutnya dengan membangun utilitas dan nilai sejati bagi mereka,” kata Tanco.

Kantongi Pendanaan Pra-Awal, Marketplace NFT Lokal “Artpedia” Segera Meluncur

Bertujuan untuk memberikan opsi lebih kepada masyarakat Indonesia yang ingin menjual karya seni mereka dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token), platform Artpedia akan segera meluncur dalam versi beta pada bulan Juli mendatang.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Artpedia Arjuna Sky Kok mengungkapkan, meskipun saat ini di Indonesia pasar NFT masih terbilang niche, namun melalui Artpedia harapannya kreator secara global juga bisa memanfaatkan platform mereka untuk bertransaksi.

Dipilihnya Ethereum L2s sebagai settlement mereka, diharapkan bisa mempermudah masyarakat untuk menjual karya seni mereka melalui Artpedia. Arjuna mengklaim, Etherium merupakan teknologi yang paling banyak yang digunakan oleh pengguna NFT secara global.

“Sekilas konsep Artpedia serupa dengan OpenSea, namun Artpedia memiliki value proposition yang berbeda dengan OpenSea. Selain Indonesia, Artpedia juga bisa digunakan oleh pasar global,” kata Arjuna.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Artpedia telah mengantongi pendanaan tahapan pra-awal dari sejumlah angel investor dengan nilai investasi senilai $100 ribu atu setara 1,5 mliar Rupiah. Beberapa investor yang terlibat di antaranya Windy Natriavi, (Co-founder AwanTunai), Jim Geovedi (CTO Koinworks), Dendi Suhubdy (CEO Bitwyre), dan Indira Widjonarko (Founder Sebangsa).

Dana segar tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengembangkan teknologi. Nantinya jika platform sudah diluncurkan, mereka memiliki rencana untuk menggalang dana tahapan seed — direncanakan tahun ini.

“Kami juga memiliki rencana untuk mengembangkan teknologi dan merekrut talenta baru hingga membangun on-ramp company yang nantinya bisa mengelola opsi pembayaran memanfaatkan e-wallet dan lainnya. Dengan dana segar dari putaran seed tersebut diharapkan rencana bisa kami lancarkan,” kata Arjuna.

Selain Artpedia, yang menawarkan layanan serupa dan menyasar NFT adalah TokoMall dari Tokocrypto. TokoMall menghadirkan konsep digital meets reality. Platform digital dan karya seni dalam bentuk NFT dapat menjadi jawaban atas permasalahan di dunia nyata. Dengan beralih ke NFT dan menjadikannya mainstream, kreator lokal tidak hanya bisa memasarkan karyanya ke pasar lebih luas.

Model bisnis dan strategi monetisasi

Bagi kreator yang ingin memanfaatkan layanan Artpedia, bisa menggunakan wallet yang telah dimiliki. Bagi yang belum memiliki wallet, platform menawarkan pilihan kustodian. Semua proses unggahan hingga pembayaran dikelola oleh Artpedia. Kreator cukup memberikan nomor telepon dan rekening bank, untuk mendapatkan royalty setiap bulan, bagi mereka yang ingin menjual karya seni melalui Artpedia.

“Untuk strategi monetisasi yang dikenakan adalah market fee, kepada kreator. Untuk opsi kustodian ini, Artpedia tidak mengenakan biaya tambahan kepada kreator. Pilihan kustodian ini merupakan solusi sementara yang kami tawarkan, untuk para kreator yang belum memiliki wallet,” kata Arjuna.

Meskipun untuk fase awal masih fokus kepada karya seni dalam bentuk gambar, ke depannya mereka juga ingin menjadikan Artpedia sebagai ‘token gate’ untuk berbagai komunitas. Apakah itu komunitas yoga, diving, dan lainnya. NFT berupa sertifikat nantinya bisa menjadi opsi bagi komunitas untuk memulai.

“Kami melihat nilainya lebih kepada kolektibel. Namun ke depannya kita ingin Artpedia lebih dari sekedar kolektibel. Untuk bisa menyasar dunia metaverse, kami juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada designer merancang busana yang kemudian mereka bisa jual kepada pengguna di dunia metaverse,” kata Arjuna.

Dengan relasi yang cukup solid dengan beberapa komunitas, diharapkan saat platform meluncur bulan depan bisa didapatkan kreator NFT secara langsung.

“Secara khusus kami menargetkan kalangan milenial, karena kami melihat kalangan tersebut yang sangat terbuka dengan NFT. Berbeda halnya dengan Gen Z, yang kami lihat tidak terlalu tertarik untuk bermain NFT,” kata Arjuna.

Inilah Saat yang Tepat Bagi Anda Mendalami Teknologi Web3

Pada dasarnya, teknologi selalu dikembangkan umat manusia untuk mengakomodir kebutuhan, menjawab tantangan, dan menyelesaikan masalah. Pun halnya dengan teknologi internet. Belakangan, kancah internet diramaikan dengan teknologi terbaru yang disebut “Web3”. Teknologi ini dipercaya bakal jadi ekosistem internet di masa depan yang memungkinkan segala hal di dalamnya terdesentralisasi, aman, dan juga transparan. Alhasil, sifatnya yang demikian membuat Web3 bisa jadi layak diadaptasi oleh siapa pun, bahkan termasuk bagi para pegiat pengembang teknologi (developer).

Sesuai namanya, Web3 adalah bentuk pengembangan lanjutan dari teknologi web, baik itu Web 1.0 maupun Web 2.0. Web3 mengusung konsep ekosistem internet yang lebih terbuka, beroperasi secara otonom, dan dikelola secara desentralisasi.di mana sistem itu menawarkan fleksibilitas pengembangan oleh siapa pun. Sementara karakteristik trustless dan permissionless, memungkinkan siapapun untuk berinteraksi dan berpartisipasi, tanpa perlu campur tangan pihak ketiga (desentralisasi). Yang terjadi pada Web 1.0 dan 2.0, seluruh trafik data pasti didistribusikan oleh perantara pihak ketiga (perusahaan-perusahaan raksasa internet). Pada Web3, proses tersebut seakan di-bypass, dan memungkinkan siapapun memiliki ownership dari seluruh aset digital yang ada di dalam habitat Web3.

Poin terakhir dirasa penting, sebab, aset digital yang dimiliki benar-benar hanya dapat dikelola oleh pemilik tanpa adanya intervensi dari pihak mana pun. Konsep ini mungkin terdengar sedikit familiar pada konsep blockchain dengan implementasi spesifik macam cryptocurrency dan sebagainya. Ya, memang benar adanya, Web3 sebagian besar dibangun di atas tiga lapisan baru inovasi teknologi, yaitu: Edge computing, Jaringan data yang terdesentralisasi, dan juga Artificial intelligence (AI).

Implementasi Web3 yang umum dikenali saat ini bisa diwakilkan oleh berbagai hal, salah satunya seperti cryptocurrency, dan Non-Fungible Token (NFT). Implementasi lain seperti DeFi (Decentralized Finance), dan DAO (Decentralized Autonomous Organization) juga saat ini perlahan hadir diperkenalkan di tengah industri digital tanah air.

Kehadiran teknologi Web3 membawa misi yang besar, dalam cita-cita menjadikan internet ekosistem yang tak terbatas untuk semua. Pun bagi individu, perkembangan teknologi Web3 menjamin relevansi kita agar mampu beradaptasi terhadap perubahan era dan zaman. Terlebih dari sisi pegiat pengembang teknologi, mengadaptasi Web3 sedari dini semestinya mampu mendorong kita untuk berkembang sejalan dengan evolusi teknologi Web3 yang kian progresif di masa depan.

Ingin mengenali dunia Web3 sekaligus langsung hands-on ke dalam ekosistem teknologinya? DailySocial.id mempersembahkan perhelatan yang sayang untuk Anda lewatkan, Web3 Developer Bootcamp by DailySocial.id. Di bootcamp ini Anda akan meraih materi seputar ekosistem teknologi Web3 yang akan dibagikan oleh keynotes terkemuka seperti Antonny Liem (GDP Venture), Intan Wibisono (ArtPopUp, Indo NFT Festiverse), On Lee (GDP Labs), Yohanes Adhi (DailySocial.id), Irzan Raditya (Kata.ai) serta para trainers dan expertise seperti Muqorrobien Marufi (Ansvia), Tata Tricipta (Exclusor), Reza Anwar (Inamart), dan masih banyak lagi.

Mengusung tema “Building Builder of the Future”, Web3 Developer Bootcamp akan membahas beragam topik seputar blockchain, crypto, DAO, NFT, serta DeFi (Decentralized Finance). Tak ketinggalan, developer juga akan memperoleh materi pembelajaran mulai dari seputar pengembangan aplikasi Web3, hingga praktik langsung pengembangan program “smart contract” di platform website blockchain yang nantinya akan pula dilengkapi dengan sesi coaching langsung dan one-on-one session selama 3 hari.

Mari segera menjadi bagian dari teknologi Web3 dan dapatkan potongan harga tiket sebesar 15% dengan menggunakan kode promo WEB3UDS15 yang bisa Anda tukarkan di halaman ini.

East Ventures Terlibat di Pendanaan Pebble, Merevolusi Model Bisnis Dompet Digital Lewat Blockchain

Hari ini (24/5) East Ventures mengumumkan keterlibatannya di pendanaan awal Pebble, startup fintech pembayaran berbasis di New York. Putaran investasi ini menyusul debut produk Pebble pasca-bergabung di program akselerasi Y Combinator.

Selain East Ventures, pendanaan $6,2 juta atau setara 91 miliar Rupiah ini juga  didukung Y Combinator, Lightshed Ventures, LD Capital, Soma Capital, Cadenza Capital, Eniac Ventures, dan Global Founders Capital. Sejumlah investor individu juga terlibat, di antaranya Odell Beckham Jr. (superstar NFL), Matthew Bellamy (vokalis Muse), Richard Ma (CEO Quantstamp), dan Leore Avidar (CEO Alt).

Pebble mengembangkan sebuah aplikasi dompet digital berbasis blockchain, memungkinkan pengguna menyimpan, membelanjakan, dan mengirim uang secara efisien. Bahkan lewat mekanisme tertentu, pengguna bisa mendapatkan benefit berupa kredit bernilai tertentu atas nominal atau transaksi yang terjadi di dalam aplikasi.

“Pebble didirikan untuk memperkenalkan standar baru pada keuangan pribadi. Melalui dompet digital Pebble, pengguna dapat memperoleh 5% keuntungan dari persentase hasil tahunan atau Annual Percentage Yield Rewards dari uang mereka, serta cashback sebesar 5% tanpa batas di 55 merchant rekanan seperti Amazon, Domino, AirBnB, Adidas, dan banyak lagi,” jelas Co-founder & CTO Pebble Sahil Phadnis.

Selain itu, mereka telah berkolaborasi dengan Mastercard untuk merilis kartu debit untuk setiap penggunanya.

Dengan visi untuk memberdayakan sebanyak mungkin orang secara finansial, Pebble akan menggunakan dana segar yang didapat untuk mendorong ekspansinya ke pasar global. Pebble berencana untuk merilis aplikasinya di Asia Tenggara pada akhir tahun 2022.

Pemanfaatan blockchain di sistem aplikasi

Dalam proses bisnisnya, saat pengguna menyetorkan uangnya ke aplikasi, Pebble mengubahnya menjadi sebuah mata uang berbasis blockchain dengan nominal US$ (stablecoin) yang disebut dengan USDC (US dollar-denominated blockchain-based currency). Kemudian, mereka akan meminjamkannya ke lembaga keuangan yang terdaftar secara resmi.

Teknologi USDC dinilai bisa memberdayakan transaksi global tercepat dan termurah, sehingga banyak lembaga keuangan besar di dunia bersedia untuk membayar lebih dalam mengakses stablecoin. Semua keuntungan ini dapat diakses pengguna tanpa harus memahami kompleksitas dari kripto.

Melalui website Pebble, para pengguna dapat mengumpulkan mata uang open rewards (diberi nama “Pebbles”) yang bertujuan untuk memudahkan perkenalan ekonomi blockchain bagi para pengguna yang belum memahami kripto. Pada dasarnya saat ini Pebbles belum memiliki nilai atau fungsi apa pun; namun mata uang tersebut akan menjadi kunci untuk menyelaraskan insentif tim, investor, mitra, merchant, dan para pengguna untuk membangun ekonomi global baru di atas blockchain — secara bersama-sama.

Meskipun aplikasi Pebble saat ini hanya tersedia di Amerika Serikat, Co-founder & CEO Pebble Aaron Bai mengatakan, “Komunitas Pebble telah menyatukan orang-orang di seluruh dunia yang bersemangat untuk membangun sistem keuangan berstandar global di blockchain.”

Tugas berat membangun kepercayaan

Para founder Pebble percaya bahwa adopsi massal dari teknologi blockchain akan terjadi jika para pengguna dapat melihat manfaat sebelum menilai kripto berdasarkan stereotipe.

Menurut analisis kami, dengan beberapa kejadian yang menimpa ekosistem keuangan global beberapa waktu terakhir — termasuk turunnya nilai beberapa stablecoin akibat krisis yang memberikan kesan bahwa jaminan stabilitas nilai tersebut gagal dibuktikan —menjadi salah satu pekerjaan terberat pemain seperti Pebble untuk membangun kepercayaan di publik. Apalagi basis utama layanan mereka adalah menggunakan stablecoin.

Namun demikian, konsep ini menarik. Sebelumnya platform cyrpto-earn lain membungkus layanan seperti itu melalui sebuah aplikasi wealthtech atau investasi, dengan konsep pengguna meletakkan terlebih dulu sejumlah kripto untuk diputar kembali. Sementara yang dilakukan Pebble lebih kepada menggantikan kebiasaan pengguna dengan dompet digital yang sehari-hari digunakan — yang secara tidak langsung turut mempromosikan blockchain kepada khalayak yang lebih luas.

getKupon Ingin Fasilitasi Pembelian Kupon Manfaatkan NFT dan Blockchain

Bertujuan untuk memberikan opsi baru melalui teknologi blockchain dan NFT (Non-Fungible Token), platform yang menyediakan kupon dan voucher digital bernama getKupon resmi meluncur di Indonesia. Didirikan oleh Arlinda Juwitasari, Reza Primasatya, Puja Arsana Sujana, dan Septiyan Andika, platform tersebut menawarkan NFT dalam bentuk kupon atau voucher yang dibuat merchant.

Kepada DailySocial.id, Co-founder getKupon Arlinda Juwitasari mengungkapkan, platformnya ingin menawarkan layanan dan pilihan produk yang lumayan mainstream. Mulai dari pembelian kopi di jaringan coffee shop, tatoo artist, dan masih banyak lagi.

Meskipun saat ini NFT masih banyak didominasi oleh gamers dan industri terkait lainnya, melalui getKupon mereka ingin menawarkan pilihan baru kepada pengguna baru, transaksi aman, nyaman, dan mudah memanfaatkan kripto.

Ingin mengembangkan pilihan pembayaran IDR

Untuk saat ini getKupon masih menggunakan pilihan United States Dollar Tether (USDT) untuk bisa melakukan transaksi. Proses tersebut disebutkan oleh Arlinda memang cukup menyulitkan pengguna, terutama mereka pengguna baru. Namun bulan depan mereka memiliki rencana untuk meluncurkan pilihan IDR.

Cara kerjanya pun mudah, dengan mengakses platform getKupon, pengguna bisa memilih memilih kupon dan melakukan transaksi. Proses reedem yang dilakukan pun cukup dengan melakukan scan QR Code di outlet merchant.
Dengan kupon berbentuk NFT, transaksi antara merchant dan pengguna juga lebih akurat dan cepat karena divalidasi oleh smart contract.

“Semua sudah disesuaikan dengan smart contract, nanti blockchain akan memberikan notifikasi transaksi yang berhasil dilakukan. Semua proses tersebut terbilang cepat dan mudah hanya sekitar 15 detik saja,” kata Arlinda.

Untuk memudahkan proses transaksi, pengguna juga bisa menghubungkan wallet mereka masing-masing dengan getKupon. Dalam hal ini getKupon tidak membatasi wallet jenis atau tipe apa yang bisa terintegrasi dengan platformnya. Tercatat wallet seperti Metamask dan Transwallet yang banyak digunakan oleh pengguna di getKupon.

Untuk merchant sendiri semua proses tersebut bisa memudahkan mereka, terutama jika merchant memiliki lebih dari satu outlet. Semua proses transaksi dilakukan secara terpisah, berdasarkan transaksi di masing-masing outlet. Merchant yang telah bergabung dengan getKupon saat ini adalah Kopi Oey dan Damantraz Tattoo Studio.

Saat ini juga sudah mulai banyak pemilik bisnis yang tertarik untuk menerapkan teknologi blockchain ke dalam bisnis mereka. Namun masih banyak di antara mereka yang kesulitan untuk mendapatkan akses hingga pilihan untuk melakukan integrasi teknologi tersebut ke dalam bisnis mereka.

“Ke depannya juga kita akan menambah pilihan merchant lainnya, bukan hanya F&B dan tattoo artist saja, tapi juga fesyen, ticketing platform untuk event online/offline. dan masih banyak lagi,” kata Co-founder getKupon Reza Primasatya.

Untuk pengguna yang telah melakukan pembelian kupon namun belum sempat digunakan, getKupon juga menawarkan pengembalian berupa cashback ke wallet mereka. Sehingga tidak ada kupon yang hangus seperti yang banyak terjadi dengan kupon secara konvensional.

Strategi monetisasi yang diterapkan oleh getKupon adalah revenue sharing dengan merchant dari setiap kupon yang di reedem dan cashback dari kupon yang sudah habis masa berlakunya.

Rencana penggalangan dana pre-seed

Saat ini getKupon tengah menjajaki proses penggalangan dana tahapan pre-seed. Arlinda enggan menyebutkan lebih lanjut siapa investor yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini. Namun jika sesuai rencana, penggalangan dana akan final pada kuartal dua tahun ini. Jika nantinya dana segar telah dikantongi, getKupon ingin mengakuisisi lebih banyak merchant, pengguna dan mengembangkan produk yang relevan untuk pengguna dan merchant.

Untuk membesarkan ekosistem yang ada, getKupon juga ingin menjalin kolaborasi lebih luas lagi dengan merchant, pelaku dan pemain blockchain hingga pihak terkait lainnya. Sehingga bisa tumbuh bersama menawarkan penerapan teknologi blockchain dan NFT kepada masyarakat umum.

“Edukasi kepada pengguna masih menjadi tantangan yang kami hadapi. Untuk itu kami ingin fokus untuk melakukan kegiatan ini, agar lebih banyak lagi pengguna yang memahami proses pembelian kupon memanfaatkan teknologi blockchain dan NFT di getKupon,” kata Arlinda.

Tokocrypto Suntik Lima Startup Pengembang Blockchain, Nanovest Salah Satunya

Tokocrypto mengungkapkan telah berinvestasi untuk lima startup blockchain di Asia Tenggara dalam rangka mendukung ekosistem web3 yang lebih masif. Tidak disebutkan nominal masing-masing yang kucurkan perusahaan untuk kelima startup tersebut, namun dipastikan bahwa investasi ini masuk dalam tahap awal.

Nama-nama dari lima startup tersebut adalah Avarik Saga (Indonesia), Play it Forward DAO (Singapura), Avarta (Singapura), Diamond Protocol (Singapura), dan Nanovest (Indonesia).

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Tokocrypto Pang Xue Kai mengatakan seluruh pendanaan tersebut dilakukan dari kantong sendiri perusahaan dan terjadi dalam kurun waktu sepanjang 2021 kemarin. Keinginan perusahaan untuk berinvestasi karena tak lain bentuk dukungan dalam rangka menggairahkan ekosistem web3 di Asia Tenggara.

“Fokus sekarang adalah mengidentifikasi lebih banyak lagi startup web3, dan ini kami lakukan melalui serangkaian program inkubasi dan akselerasi yang kami luncurkan melalui TokoLabs,” kata Pang.

Ia pun membuka kemungkinan untuk melibatkan Cydonia Fund turut serta dalam pendanaan ini. Ini adalah fund khusus yang dibentuk Indogen Capital dan Finch Capital dengan menggaet Tokocrypto. Dana kelolaan ini memiliki mandat berinvestasi dalam pengembangan ekosistem web3 berskala global dan menjadi penghubung bagi pelaku industri.

“Dengan perkembangan ekosistem aset digital, investasi kini tidak hanya berbentuk equity shares, namun juga bisa berbentuk token atau koin. Sebagai modal ventura, kami memiliki investment tesis sendiri. Inilah mengapa kami membentuk satu fund baru khusus melakukan investasi ke perusahaan dalam bentuk token atau coin,” ujar Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto dalam peresmian Cydonia Fund beberapa waktu lalu.

Berikut penjelasan lebih rinci mengenai startup yang didanai oleh Tokocrypto:

1. Avarik Saga

Startup lokal ini merupakan GameFi yang mengusung konsep gim Japanese RPG (role-playing game) 2D di jaringan Ethereum. Memanfaatkan teknologi blockchain, Avarik Saga memungkinkan para pemain mendapatkan manfaat ekonomis melalui game rewards atas kontribusi mereka. Kevin Cahya selaku founder dan timnya mengaku membuat proyek gim ini karena terinspirasi oleh game P2E fenomenal Axie Infinity.

Avarik Saga merupakan satu dari 13 startup blockchain yang mengikuti angkatan pertama program Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA). Gim yang mereka kembangkan ini menjadi yang perdana mendapatkan dukungan pengembangan dari ekosistem blockchain lengkap dari Tokocrypto, yakni TokoVerse. Gim ini sendiri nantinya bakal diluncurkan secara resmi pada kuartal III mendatang, saat ini masih dalam penjualan koleksi NFT yang dijual di OpenSea.

2. Play it Forward DAO

Play It Forward DAO adalah kombinasi unik dari guild management platform (P2E Board) dan guild skala besar yang terdiri dari lebih dari 3.000 sarjana (PIF Guild). Memungkinkan akses luas ke game Play-to-Earn, PIF DAO diposisikan sebagai mesin pertumbuhan Metaverse Plug-and-Play.

Sama seperti Avarik Saga, startup asal Singapura ini juga masuk ke dalam angkatan pertama di TSBA. Pada awal tahun ini, PIF DAO mengumumkan penggalangan dana sebesar $6 juta yang dipimpin oleh Signum Capital. Tokocrypto dan BRI Ventures menjadi jajaran investor yang turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

3. Avarta

Avarta mengatasi tantangan autentikasi dan identifikasi yang meliputi aplikasi tradisional dan blockchain. Startup ini mengembangkan dompet kripto multi-rantai yang memberi pengguna blockchain keamanan yang tak tertandingi. Aplikasi blockchain memanfaatkan solusi canggih untuk pemeriksaan dan autentikasi identitas pengguna termasuk teknologi biometrik tanpa kunci, sistem TrustScore, dan daftar putih. Menawarkan protokol keamanan tingkat militer, dompet multi-rantai Avarta menumbuhkan lingkungan DeFi bagi pengguna untuk berdagang dengan percaya diri tanpa rasa takut akan penipuan.

4. Diamond Protocol

Startup asal Singapura ini dirintis oleh Coinomo dan belum dirilis secara resmi. Diamond Protocol adalah protokol vault modular yang memungkinkan setiap orang dapat memperoleh hingga 20% hasil APY.

Coinomo berdiri setelah Turn Capital mengakuisisi Dapp Pocket (pemain dompet kripto asal Taiwan) dan Cappuu (layanan yield aggregator). Coinomo adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk jual-beli mata uang kripto dan berpartisipasi dalam produk hasil dari berbagai pengembalian investasi (DeFi). Aplikasinya sudah dirilis versi beta untuk pasar Indonesia dan Taiwan sejak Juni 2021.

5. Nanovest

Ini adalah marketplace produk investasi aset digital dan saham luar negeri besutan Grup Sinar mas. Startup ini juga tergabung ke dalam TSBA. Meski belum dirilis secara resmi, Nanovest ini menawarkan kemudahan membeli saham global dan aset kripto mulai dari Rp5 ribu. Tokocrypto menjadi pihak penyedia platform untuk mengakomodasi transaksi kripto di Nanovest. Sementara untuk saham global, perusahaan bermitra dengan pedagang perantara yang terdaftar pada Financial Industry Regulatory Authority (FINRA) Amerika Serikat.

Tidak hanya marketplace, Nanovest juga memulai proyek kripto token sendiri yang belum diluncurkan—bernama NanoByte Token (NBT), berkolaborasi dengan entitas di Singapura. NBT merupakan solusi keuangan desentralisasi, dengan use-cases di dunia nyata untuk mendorong adopsi kripto secara massal di Indonesia. NBT akan menjadi native crypto token di aplikasi Nanovest.

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

BeKind Meluncurkan NFT untuk Fasilitasi Penggalangan Dana Sosial

Platform agregator berbasis blockchain BeKind resmi meluncurkan karya digital NFT untuk memfasilitasi penggalangan dana sosial di Indonesia. BeKind berkolaborasi dengan musisi KLa Project, Element, serta seniman pixel art Pinot W. Ichwandardi.

Disampaikan dalam keterangan resminya, NFT BeKind diklaim sebagai NFT pertama di Indonesia yang memungkinkan penggalang dana dan donatur untuk membantu masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 maupun bencana alam dengan penyaluran dana yang lebih terlacak, hemat biaya, dan akuntabel.

Dengan membeli karya digital NFT menggunakan pertukaran token berbasis blockhcain, proses penyimpanan data lebih akurat dan penyaluran dana lebih transparan. Adapun, NFT BeKind diluncurkan melalui platform marketplace OpenSea yang dapat diakses mulai 25 Maret 2022.

“Kami sadar proses penggalangan dana sering kali menghadapi berbagai tantangan, seperti biaya transaksi yang tinggi, kurang transparan, dan ada kemungkinan manipulasi pada laporan penyaluran dana. Dengan teknologi blockchain, kami harap para donatur maupun filantrop di Indonesia memiliki solusi penggalangan dana inovatif, transparan, dan akuntabel,” ujar Founder dan CEO BeKind Fajar Jasmin.

Pada kolaborasi pertama, KLa Project menggandeng Pinot untuk menggarap klip video musik yang menampilkan potongan lagu “Yogyakarta” dengan menggunakan teknologi retro pada animasinya. Demikian pula grup band Element yang menggaet Pinot untuk meluncurkan lagu “Kekuatan Cinta” dalam bentuk NFT.

“Saya sudah beberapa kali berkolaborasi dengan musisi, tetapi ini pertama kali saya berkolaborasi dengan musisi dalam negeri. Saya bangga dengan hasil kolaborasi dengan KLa Project dan Element untuk membuka jalan penggalangan dana. Saya rasa ini inovasi terbaru yang dapat mendorong, tak cuma peningkatan kesejahteraan pelaku seni di masa pandemi, tetapi juga bagi mereka yang membutuhkan,” tutur Pinot.

Sebagai informasi, seluruh karya digital NFT yang tersedia di marketplace merupakan hasil kolaborasi dengan sejumlah pelaku seni yang difasilitasi oleh BeKind. Ke depannya, BeKind akan melanjutkan upaya kolaborasi dengan berbagai pelaku seni di Indonesia untuk melakukan penggalangan dana sosial.

Pihaknya juga tengah mengembankan ekosistem sosial BeKind Hub untuk memperluas akses penggalangan dana dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Seluruh karya digital BeKind yang telah diterbitkan dapat diakses melalui tautan berikut ini.

Isu penggalangan dana

Pada wawancara sebelumnya dengan DailySocial.id, Fajar sempat mengungkap bahwa terdapat dua isu yang kerap ditemui dalam proses penggalangan dana, yakni standardisasi dana yang dikutip oleh lembaga amal dan bagaimana lembaga amal dapat memiliki keberlanjutan.

Mengutip pernyataan Kementerian Sosial, lembaga amal tidak diperbolehkan untuk menyimpan profit yang didapat setelah menyalurkan bantuan ke penerima donor.

Faktor di atas menjadi penting mengingat penggalangan dana juga telah melekat dalam kultur sosial masyarakat Indonesia. Pasalnya, World Giving Index (WGI) 2021 yang diterbitkan oleh Charities Aid Foundation (CAF) melaporkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia dengan skor 69%, naik dari skor 59% di indeks tahunan terakhir di 2018.

Hal-hal tersebut melandasi berdirinya platform BeKind yang diklaim sebagai proyek blockchain pertama di Indonesia yang mengembangkan ekosistem sosial/donasi yang akurat, transparan, dan terukur. Di Indonesia, BeKind berkolaborasi dengan sejumlah platform, seperti Tokocrypto dan WeCare.id.