Berkat Android 10, Alat Bantu Dengar Dapat Berfungsi Layaknya Headset Bluetooth

Google telah merilis Android 10 secara resmi, diawali dengan lini Pixel terlebih dulu. Dari sekian banyak fitur barunya, ada satu yang sangat menarik meski tidak ditujukan untuk semua orang. Namanya Audio Streaming for Hearing Aids (ASHA), didedikasikan untuk para konsumen yang menggunakan alat bantu dengar sehari-harinya.

Fitur ini sejatinya dapat menyulap alat bantu dengar yang kompatibel menjadi headset Bluetooth. Semua suara yang berasal dari ponsel, baik itu musik dari layanan streaming, ringtone maupun percakapan telepon akan diteruskan langsung ke alat bantu dengar melalui Bluetooth Low Energy (BLE).

ASHA pada dasarnya merupakan sejenis protokol baru yang Google kembangkan dari nol. Menariknya, ASHA dirancang sebagai proyek open-source, yang berarti siapapun bebas memodifikasinya sesuai kebutuhan, dan ini sangat krusial guna memperluas kompatibilitasnya dengan berbagai alat bantu dengar.

Untuk sekarang, alat bantu dengar yang kompatibel memang baru sedikit, tapi seperti yang saya bilang, itu semua hanya masalah waktu jika melihat sifat ASHA yang open-source. Selama alat bantu dengarnya dilengkapi konektivitas Bluetooth LE, semestinya tidak akan begitu sulit menambahkan dukungan terhadap ASHA.

Bluetooth LE juga sudah bisa dibilang merupakan konektivitas standar untuk smartphone saat ini, yang berarti konsumen non-Pixel hanya tinggal menunggu update Android 10 tersedia buat mereka.

Sumber: Android Headlines dan Engadget. Gambar header: Pexels.

[Review] Huawei Freelace: Bluetooth Earphone USB-C dengan Bass Besar

Beberapa waktu yang lalu saya sempat dihubungi oleh salah seorang PR dari Huawei. Dia mengatakan akan mengirimkan satu produk Huawei untuk di-review. Saya pun bertanya, smartphone apa lagi yang akan diluncurkan produsen asal Tiongkok ini. Ternyata, produk tersebut bukanlah smartphone.

Huawei memang sudah memiliki banyak earphone yang dijual di pasar Indonesia. Akan tetapi, baru kali ini mereka sepertinya serius dalam memasarkan produk earphone, apalagi yang memiliki konektivitas bluetooth, seperti Huawei FreeLace. Huawei Freelace merupakan sebuah earphone nirkabel yang memiliki model neckband yang dikalungkan ke leher saat digunakan.

Huawei Freelace

Penamaan ini pun sudah menandakan bahwa bentuk dari earphone ini akan digantungkan di leher. “Free” berarti bahwa perangkat ini bebas dari kabel yang langsung menancap pada sumber musik. “Lace” berarti kalung (dari necklace) yang memang menjadi aksesoris tambahan setiap penggunanya.

Huawei ingin menjual perangkat yang satu ini untuk mereka yang muda dan gemar mendengarkan musik. Sayangnya, earphone yang satu ini hanya bisa digunakan feature-nya secara lengkap saat dihubungkan dengan smartphone Huawei saja. HiPair yang dimiliki earphone ini hanya bisa digunakan pada OS Andorid dengan EMUI 9.1.

Spesifikasi dari earphone ini adalah sebagai berikut

Berat 27 gram
Jangkauan Maksimal 10 meter
Versi Bluetooth 5.0
Ukuran Driver ø9.2mm
Frequency response 20 – 20,000 Hz
Sensitivitas 98 dB
Rating IP57
Kapasitas Baterai 120 mAh

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan Huawei Freelace.

Huawei Freelace - Paket Penjualan

Di dalamnya dapat ditemukan perlengkapan seperti berikut

Desain

Huawei Freelace menggunakan bahan berjenis karet pada kabelnya. Karet yang digunakan juga memiliki finishing yang cukup lembut sehingga membuatnya cukup nyaman saat tersentuh dengan kulit bagian belakang leher yang biasanya sensitif. Karet kalungnya sendiri juga lentur dan lembut sehingga membuat para penggunanya tidak perlu takut mematahkannya secara tidak sengaja.

Huawei Freelace - Buttons

Pada sisi kanan dan kiri kabel tersebut terdapat dua bongkah besi metal. Yang bagian kiri berisikan baterai lithium sebesar 120 mAh yang dapat diisi dengan cepat dengan teknologi 3C yang dapat mengisi 3x lebih cepat. Pada bagian kanan merupakan bagian kontrol yang memiliki empat buah tombol: daya, volume naik, volume turun, dan tombol serbaguna.

Bagian kanan tersebut juga membawa konektor USB-C. Tinggal cabut saja antara bagian kontrol dengan kabel earphone sebelah kanan. Uniknya, jika Anda memiliki smartphone dengan port USB-C, maka Huawei Freelace dapat diisi baterainya di mana saja. Huawei mengklaim bahwa empat menit melakukan charge dapat membuat baterainya bertahan selama lima jam.

Huawei Freelance - USB-C

Pada bagian belakang kedua earpiece terdapat magnet yang dapat menarik cukup kuat. Pada saat kedua earpiece tertempel, akan membuat musik yang sedang dimainkan akan terhenti serta memutuskan hubungan bluetooth-nya. Hal ini tentu saja sangat membantu jika kita tidak ingin repot mematikan musik dengan mengeluarkan smartphone dari kantung.

Pengalaman Menggunakan

Saat pertama membuka paket penjualannya, saya langsung melakukan pairing bluetooth ke salah satu smartphone, yang sayangnya bukan merek Huawei. Hal ini membuat saya tidak bisa mencoba fitur HiPair yang tinggal menancapkan Freelace ke smartphone dan langsung terhubung melalui bluetooth. Namun, pairing bluetooth-nya juga sangat mudah, seperti kebanyakan perangkat: tekan tombol daya selama 3-5 detik.

Oleh karena keterbatasan waktu, kali ini saya menggunakan Spotify yang diset ke kualitas Very High. Seharusnya, pada pilihan ini Spotify akan memainkan musik yang dikonversikan ke Ogg Vorbis 320 Kbps yang sulit dibedakan dengan FLAC/WAV. Jadi, kualitasnya cukup untuk menguji suara yang keluar.

Huawei Freelace - Charge

Saat memasukkan earbud ke dalam lubang kuping, hal pertama yang terasa adalah suara dari luar cukup terisolasi. Hal itu cukup terlihat di mana earbud nya terdesain miring agar pas masuk ke lubang kuping. Jadi, Freelace cukup berguna pada saat Anda berada di tempat yang cukup berisik.

Saat memainkan musik, hal pertama yang terdengar adalah suara bass yang cukup dominan. Hal ini tentu sangat menarik untuk mereka yang suka mendengarkan musik dengan profile bass yang “menendang”. Pada beberapa lagu, malah high dan mid-nya seperti tertelan oleh bass.

Huawei Freelace - Auf

Volume yang dikeluarkan oleh Huawei Freelace memang sangat keras dikelasnya. Saking kerasnya, membuat suara yang dihasilkan dari file musik MP3 menjadi pecah. Oleh karena itu, cukup disarankan untuk mendengarkan musik pada tingkat 70-80% saja.

Baterai menjadi pembahasan yang cukup menarik pada Freelace. Huawei menjanjikan pemakaian 18 jam non-stop pada earphone ini. Saya pun sudah menggunakan hampir tiga hari dengan pemakaian yang cukup lama dan belum harus melakukan charge. Baterai pun dapat diisi langsung dengan menancapkan ke smartphone yang saya gunakan yang kebetulan menggunakan port USB-C.

Verdict

Dengan bermunculannya earphone dengan model nirkabel, membuat persaingan pada pasar ini terus memanas. Hal itu membuat Huawei meluncurkan Freelace yang didesain khusus untuk mereka yang stylish.

Desain dari Huawei Freelance yang menghadirkan USB-C memang harus diapresiasi karena sangat memudahkan dalam mengisi baterai. Selain itu, earbud yang menutupi lubang kuping juga tidak memerlukan teknologi tambahan noise cancellation. Bahan karet juga sangat berguna agar tidak mudah lapuk akibat keringat.

Suara yang dihasilkan juga cukup baik untuk sebuah perangkat musik nirkabel. Yang pasti, beberapa orang tidak akan memerlukan equalizer tambahan untuk meningkatkan kualitas dan volume suaranya. Hanya saja, bagi Anda yang kurang suka dengan earphone yang memiliki bass berlebih, mungkin tidak akan suka dengan Freelace.

Huawei Freelace dijual dengan harga Rp. 999.000 dan saat ini sudah tersedia untuk pasar Indonesia. Dengan harga tersebut, membuat alternatif pilihan dalam membeli earphone nirkabel menjadi lebih banyak. Namun, dengan harga tersebut, Anda bisa mendengarkan musik dengan lebih lama dan melakukan pengisian baterai dengan lebih mudah.

Sparks

  • Daya tahan baterai cukup lama
  • Bass yang “nendang”
  • Earbuds yang cukup nyaman
  • IP57 water resistant
  • USB-C
  • Pilihan ukuran earbuds yang banyak

Slacks

  • HiPair hanya untuk perangkat Huawei/Honor
  • Tidak mendukung codec APTX dari Qualcomm

Advan Perkenalkan Smartphone Android S50 Prime dengan GlocalMe

Advan kembali mengeluarkan sebuah smartphone baru pada bulan Juli 2019 ini. Berbeda dengan sebelumnya, smartphone yang dikeluarkan kali ini memiliki sebuah feature baru yang bisa melakukan browsing internet tanpa kartu SIM. Selain itu, ada sebuah earphone Bluetooth baru yang saat ini sedang trendi. Acara peluncurannya sendiri diadakan pada restoran Ocha Bella pada tanggal 5 Juli 2019.

Advan S50 Prime

Smartphone yang dimaksud adalah Advan S50 Prime. Keunggulan dari perangkat yang satu ini bukan pada spesifikasinya. Akan tetapi, Advan bekerja sama dengan GlocalMe, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang koneksi data internet melalui jaringan pada setiap negara. Jadi, pengguna GlocalMe akan dapat terhubung internet dengan menggunakan sinyal operator yang ada, karena melakukan kerjasama dengan semua operator yang ada di setiap negara.

Pada smartphone Advan S50 Prime ini, fasilitas GlocalMe sudah tertanam tanpa harus memasukkan SIM tambahan. Oleh karena itu, tanpa ada SIM, S50 Prime dapat melakukan koneksi internet, karena GlocalMe sudah bekerja sama dengan semua operator di Indonesia. Hal ini pula yang membuat Advan S50 Prime dapat dibawa ke luar negeri tanpa harus membeli SIM lagi.

Advan Launch

Perangkat kedua yang diperkenalkan adalah sebuah earphone dengan konektivitas Bluetooth versi 5. Advan menamakan produk yang satu ini dengan sebutan PodsGo. Bentuk dari PodsGo sendiri menyerupai earphone klasik tanpa kabel. Selain itu, PodsGo juga disertai dengan docking yang akan mengisi baterainya saat dimasukkan ke dalamnya.

Advan menjual perangkat S50 Prime dengan harga Rp. 749.000. Sedangkan PodsGo dapat dibeli dengan harga Rp. 200.000 saja. Pada kesempatan kali ini, Advan pun juga bekerja sama dengan Shopee untuk menjual produknya secara online.

Advan PodsGo

Cukup kencang

Berkali-kali kami melakukan liputan ke luar negeri, berujung dengan menggunakan kartu SIM lokal. Hal tersebut disebabkan oleh kecepatan internet dengan menggunakan fasilitas roaming sangat pelan. Beberapa kali menggunakan, berujung kepada kecepatan di bawah 1 Mbps.

Advan Pods Go On Ear

Kami pun mencoba menguji kecepatan dari Glocalme. Pada pertama, kami mencoba menjalankan video Youtube. Saat loading, memang memakan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, saat video berjalan, kami tidak menemukan buffering. Padahal, kami mencoba pada resolusi 1920×1080.

Saat mencoba menggunakan SpeedTest.net, kami mendapatkan kecepatan yang sangat rendah, sekitar 386 Kbps saja. Namun setelah melakukan restart, ternyata kami bisa mendapatkan sekitar 6 Mbps sampai 8 Mbps. Hal itu dikarenakan aplikasi GlocalMe akan mencari sinyal terkuat yang ada dan melakukan hubungan dengan operator tersebut.

Advan Auf

GlocalMe sendiri baru hadir pada perangkat Advan S50 Prime saja. Oleh karena itu, pengguna yang ingin mencoba koneksi di mana saja dengan sinyal terkuat, mau tidak mau harus membeli Advan S50 Prime. Kami pun sudah memesan satu produk untuk diuji coba. Oleh karena itu, tunggu saja review yang akan kami lakukan.

Adaptor Keyboard dan Mouse Gamo G+ Siap Bantu Anda Jadi Raja Game Mobile

Sejujurnya saya tak pernah membenci game mobile. Sebaliknya, saya sangat mengapresisasinya karena mereka-lah yang membuat video game jadi mudah diakses dan kian merakyat. Saya hanya kurang suka menikmati permainan di layar kecil. Indra penglihatan ini sudah tidak lagi berada di kondisi prima, ditambah lagi sistem kendali berbasis layar sentuh yang bagi saya kurang intuitif.

Kini memang tersedia banyak aksesori tambahan smartphone yang dirancang untuk membuat gaming di layar kecil jadi lebih nyaman. Beberapa dari mereka sengaja didesain menyerupai gamepad. Pendekatan tersebut cukup fleksibel buat menangani sejumlah genre permainan, tetapi gamer hardcore mungkin punya pendapat berbeda: untuk mereka, keyboard dan mouse masih merupakan periferal kontrol paling akurat dan responsif.

Itu alasannya mengapa tim GamoHub tidak mencoba menawarkan suatu aksesori berdesain ‘inovatif’. Mereka malah menyodorkan solusi berupa opsi konektivitas yang memungkinkan kita untuk menyambungkan keyboard dan mouse favorit ke smartphone tempat Anda bermain. Sambungan itu dihadirkan melalui perangkat bernama Gamo G+ yang mereka presentasikan via Kickstarter.

Gamo G+ merupakan adaptor Bluetooth untuk keyboard dan mouse agar bisa dihubungkan ke perangkat berbasis iOS maupun Android. GamoHub menjanjikan koneksi Bluetooth bebas lag, memungkinkan kita mengakses permainan-permainan shooter, real-time strategy dan role-playing secara leluasa. Gamo G+ diklaim mendukung hampir semua game mobile (misalnya Fortnite, Creative Destruction, Rules of Survival, PUBG Mobile, Hearthstone), dan Anda dibebaskan buat mengonfigurasi shortcut hingga kombinasi beberapa tombol.

Adaptor ini mengusung tipe sambungan Bluetooth versi 4.0. Ia bekerja secara universal, tanpa membutuhkan root atau sistem emulasi, jadi kemenangan Anda di game tetap terhitung legal. Dengannya, Anda dapat memasangkan beragam jenis papan ketik – baik full-size maupun varian one-hand – serta mouse. Meski begitu, GamoHub menyarankan agar Anda menggunakan jenis berkabel/wired agar pengalaman bermainnya optimal.

Gamo G+ Game Adapter ialah aksesori berukuran kecil. Dimensinya hanya 94x31x16-milimeter dan mempunyai bobot 41,5-gram. Ia kompatibel dengan perangkat ber-OS Android 4.4 dan iOS 10, atau versi lebih baru. Mengulik lebih jauh, sepertinya Gamo G+ belum siap menopang smartphone-smartphone yang mengusung system-on-chip MediaTek.

Dengan kemampuannya ini, tentu saja Gamo G+ tak hanya siap menunjang kegiatan bermain, namun juga bisa membantu Anda bekerja layaknya membawa laptop.

GamoHub sudah mulai menawarkan produk tersebut melalui Kickstarter. Di situs crowdfunding tersebut, produsen menjajakannya seharga mulai dari US$ 40 (harga retail-nya adalah US$ 60). Proses distribusi rencananya akan dilakukan pada bulan Agustus 2019.

[Panduan Pemula] Cara Tethering dengan Bluetooth dari OPPO F9 ke Windows 10

Di OPPO F9 dan banyak smartphone Android lainya, ada dua cara melakukan tethering atau hotspot untuk berbagi jaringan internet ke smartphone atau laptop, yaitu via Tetheting Wifi dan kedua melalui tethering bluetooth. Lho bisa? Bisa dong.

Langsung saja, simak tutorial selengkapnya.

  • Buka menu Settings – Other Wireless Connections.

Screenshot_2019-04-15-15-24-44-48

  • Kemudian aktifkan opsi Bluetooth tethering.

Screenshot_2019-04-15-15-24-49-71

  • Beralih ke komputer Windows 10 Anda, klik kanan ikon Bluetooth kemudian klik opsi Join a Personal Area Network.

cara tethering bluetooth oppo f9

 

  • Ketika muncul jendela baru seperti ini, temukan saja model smartphone yang Anda pakai. Klik kanan lalu arahkan kursor ke Connect using dan klik Access point.

cara tethering bluetooth oppo f9_2

  • Selanjutnya ketika koneksi berhasil, Anda akan melihat notifikasi singkat di layar yang menyatakan koneksi telah terhubung.

Saat terhubung, Anda juga akan melihat ikon di area toolbar di kanan bawah layar komputer Anda. Ini menandakan Anda telah berhasil terhubung ke access point di smartphone. Anda tinggal berselancar di internet seperti biasa.

Sumber gambar header tech2hack.

Speaker Logitech Z606 5.1 Usung Cara ‘Tradisional’ Untuk Sajikan Audio Berkualitas

Demi memuluskan langkah sebagai penyedia periferal PC terlengkap, Logitech tak jarang melakukan pengambilalihan strategis. Di ranah audio, beberapa nama telah mereka akuisisi sejak lebih dari satu dekade silam: Ultimate Ears, Jaybird, Astro Gaming, lalu Anda mungkin juga sudah mendengar kabar soal rencana mereka membeli Blue Microphones. Kini, Logitech menjadi salah satu brand yang dipertimbangkan di segmen penyajian suara.

Minggu ini, sang perusahaan asal Swiss itu meluncurkan anggota baru keluarga speaker-nya. Dinamai Z606 5.1, Logitech mempersiapkannya sebagai sistem audio serbabisa dengan penyajian tradisional, menjanjikan output suara berkualitas tinggi yang dipadu luasnya konektivitas. Z606 mempersilakan Anda menikmati audio dari berbagai sumber, baik itu smartphone, televisi, hingga komputer via sambungan Bluetooth, kabel bercolokan 3,5mm ataupun RCA.

Logitech Z606 5.1 Surround Sound with Bluetooth. 3

Sesuai namanya, Z606 terdiri dari lima speaker dan satu unit subwoofer. Mereka semua dibekali kabel super-panjang (6,2-meter) demi memudahkan kita menempatkannya di penjuru ruang – misalnya: tiga speaker sejajar dengan televisi dan dua lagi diposisikan di masing-masing ujung sofa. Anda sama sekali tidak perlu mengubah letak perabotan rumah. Proses pemasangannya sederhana dan pengendaliannya juga sangat mudah, bisa Anda lakukan langsung via control panel di unit subwoofer atau lewat remote.

Logitech Z606 5.1 Surround Sound with Bluetooth. 1

Tentu saja Anda tidak perlu mengutak-atik panel kendali tiap kali ingin melakukan pengaturan. Unit remote tersambung ke Z606 secara nirkabel dengan jarak maksimal 10 meter. Anda tetap bisa menaik-turunkan volume atau mengganti lagu ketika berada di ruangan lain. Pastikan saja Anda tidak sembarangan menaruh remote sehingga susah dicari.

Logitech Z606 5.1 Surround Sound with Bluetooth. 2

‘Logitech Z606 5.1 Surround Sound with Bluetooth’ kabarnya mampu menghidangkan audio berkekuatan 160-Watt dan ditopang oleh driver 5,25-inci di dalam subwoofer. Kombinasi dari semua itu memungkinkannya menyuguhkan nada-nada tinggi yang jernih serta bass yang dalam dan bertenaga apapun sumbernya, serta memastikan audio tersaji merata ke segala penjuru ruang. Dengan begini, Z606 siap menjadi solusi atas segala kebutuhan Anda: untuk mendengarkan musik, pelengkap saat menonton film, hingga pendamping ketika bermain game.

Selain menawarkan kesederhanaan setup serta fleksibiltas penggunaan, harga juga menjadi aspek andalan Logitech di Z606 5.1. Satu set speaker ini dijajakan seharga hanya Rp 1,5 juta. Produk ini telah mulai dipasarkan secara serempak di beberapa negara pada bulan Februari 2019, termasuk Indonesia. Di sini, Anda dapat memesannya via JD.id.

Sumber: Logitech.

Plantronics Kenalkan Lima Produk Baru di Indonesia

Kebutuhan akan mendengarkan musik pada saat beraktivitas mulai meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan maraknya penjualan alat untuk mendengarkan musik seperti headphone maupun earphone yang khusus dibuat pada aktivitas tertentu. Hal tersebut pun juga dilakukan oleh Plantronics, yang baru-baru ini memperkenalkan lima perangkat yang terbagi untuk dua pasar berbeda.

Plantronics - Launch

Tiga perangkat pertama yang diperkenalkan adalah Plantronics Backbeat Fit dengan nomor model 3100, 2100, dan 350. Sesuai namanya, ketiga perangkat ini memang ditujukan untuk mereka yang gemar berolah raga. Plantronics mendesain ketiga earphone tersebut agar tidak terlepas saat pengguna sedang berlari atau pun melompat. Hal tersebut dikarenakan adanya pengait yang menggantung pada daun telinga.

Plantronics mengedepankan teknologi mereka yang bernama Always Aware pada ketiga perangkat tersebut. Hal ini membuat mereka yang menggunakan earphone tersebut masih dapat mendengar suara dari luar, seperti klakson mobil. Hal ini tentu saja membuat sang pengguna akan lebih mengetahui keadaan di sekitarnya.

Plantronics - All stuff

Dua perangkat berikutnya merupakan sebuah earphone dan sebuah headphone yang ditujukan untuk mereka yang senang bepergian. Keduanya adalah Plantronics Backbeat Go 410 dan 810. Plantronics mengedepankan fungi Active Noise Cancelling pada kedua perangkat ini. Hal tersebut membuat suara dari luar akan terblokir saat pengguna mendengarkan musik.

Semua yang diperkenalkan oleh Plantronics merupakan perangkat nirkabel yang terkoneksi dengan Bluetooth. Baterai yang dimiliki oleh kelima perangkat ini pun diklaim bakal bertahan lama, terlebih Backbeat Go 810 yang memiliki daya tahan hingga 28 jam.

Plantronics - All 2

Kelima perangkat tersebut memiliki harga seperti berikut ini:

Model Warna Harga 
BackBeat FIT 3100 Hitam, Abu-abu Rp2.599.000
BackBeat FIT 2100 Hitam, Abu-abu, Biru, Lava Black Rp1.799.000
BackBeat FIT 350 Hitam/Abu-abu, Abu-abu/Bone, Abu-abu/Biru Rp1.399.000
BackBeat GO 810 Graphite Black, Navy Blue, Bone White Rp2.599.000
BackBeat GO 410 Graphite dan Bone Rp2.299.000

Mencoba dengan berolah raga

Pada saat acara berlangsung, kami pun diajak oleh pihak Plantronics untuk berolah raga sambil menggunakan Backbeat Fit 3100. Acara olah raga berlangsung sekitar lima sampai sepuluh menit dengan gerakan yang cukup berbeda. Selama olah raga, earphone pun dipasangkan pada kuping setiap peserta.

Plantronics - Olah raga

Sang pelatih yang dipilih pun menunjukkan gerakan-gerakan yang cukup lincah untuk sebuah olah raga. Kami ditantang untuk melompat, melakukan push up, gerakan jongkok, dan lain sebagainya. Keringat pun juga membasahi kepala serta kuping dari setiap peserta.

Hasilnya, tidak satu pun earphone yang terlepas dari kuping para peserta. Earphone yang ada masih tetap ada pada kuping para peserta olah raga. Hal ini memang membuktikan desain yang dimiliki oleh Plantronics mampu menahan guncangan yang dibuat oleh tubuh manusia sehingga tidak copot dari kuping.

Fitur Fast Pair di Android Kini Dapat Tersinkronisasi Antar Perangkat

Setahun yang lalu, Google mengumumkan fitur baru untuk smartphone Android bernama Fast Pair. Fitur tersebut sejatinya merupakan jawaban Google atas kemudahan pairing yang ditawarkan oleh Apple AirPods, memungkinkan pengguna untuk menyambungkan headphone atau speaker Bluetooth ke smartphone dengan satu sentuhan saja.

Fast Pair bukanlah fitur eksklusif untuk lini smartphone Pixel. Pada kenyataannya, Google baru saja memperbarui fitur tersebut supaya dapat tersinkronisasi antar perangkat. Maksudnya begini: anggap Anda sudah punya smartphone dan headphone yang terhubung via Fast Pair. Lalu ketika Anda beralih ke ponsel lainnya dengan akun Google yang sama, headphone yang sama juga akan tersambung secara otomatis.

Singkat cerita, pembaruan ini memungkinkan akun Google kita untuk mengingat-ingat headphone atau speaker Bluetooth yang pernah tersambung ke salah satu perangkat kita, lalu mentransfer koneksinya ke perangkat lain. Sekali lagi inspirasinya kembali merujuk pada AirPods, sebab Apple memang juga menawarkan sinkronisasi serupa bagi konsumennya.

Google juga bilang bahwa Fast Pair kini sudah kompatibel dengan lebih banyak perangkat, termasuk dari brand populer seperti Anker SoundCore dan Bose. Tahun depan, Google berencana menghadirkan fitur Fast Pair dengan kapabilitas yang sama untuk Chromebook.

Sumber: The Verge dan Google.

Berkanan Adalah Aplikasi Pesan Instan Berbasis Bluetooth

Saya masih ingat zaman BlackBerry masih merajai pasar smartphone tanah air beberapa tahun lalu. Kala itu, saking spesial dan populernya BlackBerry beserta aplikasi pesan instannya (BBM), hampir semua operator telekomunikasi menyediakan paket khusus chatting saja yang harganya lebih ekonomis. Sekarang, hampir semua dari kita sudah melupakannya dan tidak lagi keberatan membayar tarif yang lebih mahal demi mengonsumsi konten internet sebagaimana mestinya.

Dari sudut pandang lain, kita sejatinya sudah sangat bergantung dengan koneksi internet. Ketika macet, bahkan mengirim pesan di WhatsApp pun tidak mungkin dilakukan. SMS? Bisa, asalkan ada pulsa, yang nyatanya sering kali habis dibelikan kuota data. Alternatifnya, gunakan Bluetooth.

Bluetooth pada dasarnya hanya memiliki satu batasan, yaitu jarak. Asalkan masih dalam jangkauan koneksi, Bluetooth tidak akan terpengaruh sama sekali oleh jaringan seluler yang buruk. Alhasil, ketika internet macet seperti tadi, kita bisa memanfaatkan aplikasi pesan instan berbasis Bluetooth bernama Berkanan berikut ini.

Berkanan app

Berkanan benar-benar cuma membutuhkan Bluetooth untuk bisa bekerja. Pengguna sama sekali tidak perlu mendaftarkan akun; begitu dibuka aplikasinya, mereka bisa langsung mulai chatting dengan pengguna lain di dekatnya. Chatting bisa dilakukan satu lawan satu (terenkripsi), atau bisa juga secara publik (pesan dikirim ke siapapun pengguna Berkanan yang berada dalam jangkauan, lalu otomatis hilang setelah 24 jam).

Selain pesan teks, pengguna Berkanan juga bisa saling menelepon (audio only) via Bluetooth. Jaraknya tidak boleh lebih dari 50 meter. Andai lebih, Berkanan rupanya masih bisa mengakalinya asalkan ada pengguna lain di antara Anda dan lawan bicara; pengguna lain itu dijadikan semacam ‘jembatan’ untuk menghubungkan Anda dan lawan bicara Anda.

Pengguna Berkanan bisa melihat siapa saja pengguna lain yang berada di dekatnya, tapi masing-masing tidak ada yang bisa tahu lokasi persisnya. Kembali ke premis awal, Berkanan bakal terasa sangat berguna di tempat-tempat yang kondisi jaringan selulernya jelek, semisal di festival musik, di kaki gunung selagi berkemah, maupun di dalam kabin pesawat.

Pengguna perangkat iOS saat ini sudah bisa mengunduh Berkanan secara cuma-cuma dari App Store (belum tahu apakah bakal ada versi Android-nya atau tidak). Aplikasi bisa digunakan sepenuhnya tanpa mengeluarkan biaya, kecuali Anda hendak memasang foto profil (dapat ditebus via in-app purchase senilai Rp 45 ribu).

Sumber: TechCrunch.

Qualcomm Luncurkan Codec aptX Adaptive untuk Perangkat Audio Nirkabel

Tren hilangnya headphone jack dari smartphone belakangan ini secara frontal memaksa konsumen untuk beralih ke headphone atau earphone wireless. Masalahnya, sebagian konsumen menilai kualitas suara headphone wireless masih kalah dibanding yang memakai kabel. Di situlah codec aptX datang menawarkan solusi.

aptX sejatinya sudah dikembangkan sejak lama, namun di tahun 2015, Qualcomm memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan yang mengerjakannya (CSR alias Cambridge Silicon Radio). Tak lama setelahnya, tepatnya di awal tahun 2016, Qualcomm merilis codec aptX HD yang menjanjikan kualitas suara “lebih baik dari CD” via koneksi Bluetooth.

Selain aptX HD, ada pula aptX Low Latency yang fungsi utamanya memastikan audio tersinkronisasi dengan baik dalam skenario menonton video atau bermain game – audionya tidak terlambat dibandingkan videonya, demikian penjelasan sederhananya. Sekarang, Qualcomm memutuskan untuk mengawinkan kedua varian aptX itu.

Qualcomm aptX Adaptive

Hasilnya adalah aptX Adaptive. Label “Adaptive” merujuk pada kemampuannya memprioritaskan antara kualitas audio yang paling maksimal dan sinkronisasi yang optimal yang minim latency. Semua ini dilakukan secara otomatis tergantung pada jenis konten yang dikonsumsi serta kondisi frekuensi radio (RF) di sekitar perangkat yang digunakan.

Ilustrasinya seperti ini: kalau sedang bersantai menikmati musik di rumah, yang diprioritaskan adalah kualitas audio, sebab sinyal Bluetooth yang terpancar tidak mengalami banyak interferensi (gangguan) dari perangkat-perangkat lain.

Sebaliknya, ketika berada di dalam kabin pesawat di mana umumnya ada banyak penumpang yang membawa bekal headphone atau earphone Bluetooth (banyak gangguan), yang diprioritaskan adalah sinkronisasi dan latency rendah, sehingga seumpama Anda sedang memakai headphone Bluetooth untuk menonton video, audionya tidak akan terdengar terlambat.

Qualcomm aptX Adaptive

Qualcomm memastikan bahwa aptX Adaptive bisa bekerja secara mulus tanpa campur tangan dari konsumen. Harapannya, kehadiran aptX Adaptive dapat membantu headphone dan earphone wireless benar-benar menggantikan saudara tuanya yang masih mengandalkan kabel.

Rencananya, aptX Adaptive akan hadir bersama chip Bluetooth 5.0 bikinan Qualcomm mulai akhir September, termasuk QCC5100 yang dirancang secara spesifik untuk true wireless earphone. Artinya, konsumen baru akan berjumpa dengan headphone atau earphone yang mendukung codec ini setelah bulan September.

Membeli headphone atau earphone wireless yang mendukung aptX Adaptive saja tidak cukup, sebab ponsel atau tablet yang kita gunakan juga harus mendukungnya pula. Kabar baiknya, Qualcomm bilang bahwa smartphone dan tablet dengan OS Android Pie bakal kebagian jatahnya di akhir tahun nanti. Bagaimana dengan pengguna iPhone? Saya cuma bisa bilang maaf Anda kurang beruntung.

Sumber: Qualcomm.