Sea Group Dilaporkan Berminat Ambil Saham Minoritas HiBank

Raksasa internet Sea Group dilaporkan berminat mengambil porsi saham minoritas di HiBank, bank digital milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI), pada awal kuartal II 2024. Menurut laporan DealStreetAsia, kepemilikan saham yang ditawarkan BNI ke Sea Group berkisar 10%-15%.

Dalam pemberitaan DailySocial.id sebelumnya, Sea Group masih berstatus sebagai mitra strategis BNI yang terlibat dalam penyusunan model bisnis hingga pengembangan infrastruktur teknologi di HiBank. Adapun, kemitraan Sea Group dan BNI telah diumumkan dua tahun silam.

Sebelum di-rebranding, HiBank sebelumnya bernama Bank Mayora yang diakuisisi oleh BNI pada 2021. Saat ini, BNI menjadi pemegang saham pengendali HiBank dengan kepemilikan sebesar 63,92%.

Belum diketahui pasti mengenai arah kemitraan strategis keduanya, tetapi pengambilan saham minoritas ini memungkinkan Sea untuk memperluas segmen banking-nya setelah mendirikan bank digital SeaBank pada 2021.

Diketahui, HiBank bertransformasi menjadi bank digital yang mengutamakan segmen UMKM di Indonesia. Aplikasi banking ClickMayora terpantau memiliki 100K+ unduhan di Play Store.

Sementara, SeaBank, hasil akuisisi dari Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE), memiliki segmen nasabah ritel, yang mana tertempel dalam layanan e-commerce Shopee. Ini memungkinkan pengguna Shopee untuk membuka rekening SeaBank, bertransaksi, hingga mengelola keuangan dalam satu aplikasi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Apa Itu Kode Referral? Pengertian, Cara Kerja, Keuntungan, dan Tipsnya

Istilah “kode referral” mungkin sudah kamu dengar. Namun, beberapa orang masih belum memahami apa itu sebenarnya. Akibatnya, kali ini kita akan membahas arti kode referral dan cara kerjanya.

Salah satu strategi pemasaran perusahaan adalah kode referral. Kode ini dirancang untuk mempromosikan barang atau jasa perusahaan. Kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mendapatkankannya? Baca ulasan berikut!

Apa Itu Kode Referral?

Semua anggota program afiliasi marketing memiliki kode unik yang terdiri dari huruf dan/atau angka. Affiliate marketer akan mendapatkan kode ini setelah mereka bergabung dengan program tersebut.

Kode referal membantu melacak bagaimana kode diberikan ke affiliate marketer dan sampai konsumen melakukan pembelian. Dengan kode ini, kamu dapat lebih mudah menghitung komisi yang kamu dapatkan dari penyedia program afiliasi.

Jadi, kode referral adalah deretan huruf, angka, simbol, atau kombinasi keduanya yang digunakan untuk mengajak orang untuk membeli barang atau menjadi anggota platform.

Cara Kerja Kode Referral

Bisa dikatakan bahwa prinsip kode referral sangat sederhana. Tahapannya kira-kira seperti ini:

  1. Membuat Kode Referral

Kode referral biasanya diberikan secara otomatis kepada setiap pengguna aplikasi atau member program. Kode referral berbeda-beda untuk setiap pengguna. Untuk beberapa aplikasi, pengguna dapat menyesuaikan kode sesuai yang diinginkan.

  1. Menyebarkan Kode Referral

Kode referralini dapat digunakan oleh setiap pengguna di platform mana pun, seperti media sosial, pesan broadcast, promosi di blog atau website, dari mulut ke mulut, dan sebagainya. 

Kode tersebut tidak dapat digunakan oleh pengguna yang telah mendaftar dengan akun yang sama sebelumnya.

  1. Gunakan Kode Referral

Ketika pengguna lain menggunakan kode referral, sistem akan mendeteksi dan mengumpulkan data. Penyedia kode referral juga akan memverifikasi jumlah penggunaan kode referral. 

  1. Memperoleh Keuntungan

Menurut kebijakan, sistem akan memberikan beberapa keuntungan kepada pemegang kode setelah verifikasi. Rekor program referral biasanya berupa poin, komisi uang, diskon promo, dan lainnya.

Keuntungan dari Menggunakan Kode Pemberitahuan

Berikut ini adalah pembahasan tentang kode referal, salah satu strategi pemasaran digital yang menawarkan banyak keuntungan bagi perusahaan dan konsumen:

Dari Sisi Perusahaan

  • Meningkatkan jumlah pelanggan. Membuat produk kita lebih dikenal dengan kode referral yang mudah dibagikan.
  • Branding bisnis. Tidak diragukan lagi, kode referal yang tersebar luas dapat meningkatkan kesadaran merek suatu perusahaan.
  • Meningkatkan loyalitas pelanggan karena pelanggan merasa senang dengan diskon atau komisi.
  • Penjualan meningkat. Dengan penyebaran kode referal yang luas, kemungkinan penjualan produk akan meningkat.

Dari Sisi Pelanggan

  • Mendapat keuntungan dari mengajak pelanggan baru.
  • Memungkinkan pelanggan berbagi diskon dengan teman dan keluarga.
  • Mendapat keuntungan tanpa mengeluarkan banyak modal
  • Mendapat harga lebih murah. Dengan menggunakan kode referal, kamu dapat mendapatkan promosi, diskon, atau cashback.
  • Bersifat abadi. Itu benar! Keuntungan menjadi affiliate marketer ini berlaku sepanjang masa. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, kamu dapat terus menggunakan kode referal kamu.

Cara Mendapatkan Kode Referral

Setelah kamu mempelajari apa itu kode referral, keuntungan, dan cara kerjanya, bagaimana cara mendapatkan kode referral? Pada dasarnya, kode referral berbeda untuk setiap aplikasi.

Namun, secara umum, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

  • Akses aplikasi
  • Buka profil kamu
  • Cari menu “Kode Referral”.
  • Kamu dapat melakukan kustomisasi sesuai keinginan setelah menerima kode referral.
  • Setelah itu, salin kode referral
  • Kamu harus membagikan kode referral atau link ke media sosial.

Beberapa aplikasi memungkinkan kamu langsung membagikan referral melalui tautan. Kamu harus pergi ke bagian profil akun dan menemukan opsi “ajak teman untuk bergabung”, kemudian kamu dapat langsung membagikan tautan ke teman.

Semoga bermanfaat!

Eddi Danusaputro Paparkan Tesis Investasi BNI Ventures

PT BNI Modal Ventura atau BNI Ventures memaparkan fokus investasi startup pada ajang Nexticorn International Summit 2022 beberapa waktu lalu. BNI Ventures mengincar startup yang dapat mendukung misi induk usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) untuk mengglobal.

Diungkapkan CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro, pemerintah telah memberi mandat masing-masing kepada Corporate Venture Capital (CVC) BUMN lain. Misalnya, BRI Ventures (BRI) fokus pada sektor mikro dan Mandiri Capital Indonesia (Mandiri) pada sektor korporasi dan ritel.

“Sementara mandat ke BNI berbeda. BNI akan bergerak menjadi international bank demi mendukung diaspora dan perusahaan yang punya bisnis di luar. Kami mencari startup yang mendukung customer BNI, seperti layanan remitansi di Hong Kong atau tenaga kerja di Arab Saudi. Ini coba kami capture,” ungkap Eddi.

Namun, tambahnya, bukan berarti BNI Ventures selalu mengincar portofolio dari luar Indonesia. Pihaknya juga mencari startup yang dapat mendukung pelaku UMKM yang ingin mengekspor produknya ke luar negeri. “Paling tidak ada komponen itu, ekspor kan bisa dari lokal,” tuturnya.

Adapun, BNI Ventures mengincar sektor agnostik pada pendanaan startup di tahap seri A atau early stage yang belum masuk ke pasar.

Sebagai informasi, BNI menyetorkan dana Rp500 miliar atau setara 500 ribu lembar saham yang menjadi pemegang kendali mewakili 99,98% kepemilikan di BNI Ventures. Sementara, sisanya dipegang oleh PT BNI Asset Management.

Adapun, rencana terjunnya BNI ke ekosistem digital mencuat usai pendirian Merah Putih Fund. Saat didirikan, Merah Putih Fund akan didukung oleh lima BUMN melalui CVC masing-masing, terdiri dari Telkom, Telkomsel, Mandiri, BRI, dan BNI. Namun, saat itu hanya BNI yang belum memiliki CVC.

Merah Putih Fund

Dalam wawancara terpisah, Eddi yang juga menjabat sebagai Chief PMO Merah Putih Fund, menargetkan pendanaan startup melalui Merah Putih Fund dilakukan pada awal 2023. Saat ini, pihaknya masih menyiapkan proses administrasi.

“Ada lima investor awal, tetapi [dana] dari masing-masing tidak bisa di-disclose karena tidak semua porsinya sama. Di kuartal I 2023 kami enter market, sekarang sedang proses, sudah tunjuk bank kustodian, legal counsel. Dana $300 juta ini perlu diinjeksi ke rekening Merah Putih Fund,” kata Eddi.

Menurutnya, saat ini ia sudah mulai menjajaki startup potensial meski belum ada yang pasti. Dalam pipeline-nya, ia menargetkan lebih dari 30 pertemuan dengan startup dari berbagai startup. Perlu dicatat, untuk mendapat pendanaan dari Merah Putih Fund, seluruh founder dan operating company harus berasal dari Indonesia.

“Perlu diketahui pula, kami terbuka [dengan startup apapun]. Bukan berarti [mencari] startup yang sudah pernah didanai oleh MDI atau MCI, terus dapat jalur cepat, tidak juga. Tidak harus portofolio existing dari lima investor itu. Kita harus adil.” Tutupnya.

BNI Resmi Dirikan CVC, Ramaikan Ekosistem Pemodal Ventura di Dalam BUMN

PT Bank Negara Indonesia Tbk. mengumumkan pendirian entitas modal ventura bernama “PT BNI Modal Ventura”. Corporate Venture Capital (CVC) tersebut bertujuan untuk mendukung langkah perseroan dalam melakukan transformasi digital.

Dari keterbukaan yang diunggah di BEI, perusahaan menyetorkan dana 500 miliar Rupiah atau setara 500 ribu lembar saham, menjadikan 99,98% kepemilikan CVC oleh induk BNI — sisanya oleh PT BNI Asset Management.

Kabar tentang rencana terjunnya BNI ke ekosistem digital sebenarnya sudah terdengar sejak akhir tahun lalu. Tepatnya saat kabar Merah Putih Fund (MPF) mencuat. Seperti diketahui, dana kelolaan tersebut didukung oleh 5 BUMN lewat CVC-nya masing-masing, meliputi Telkom, Telkomsel, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Negara Indonesia. Waktu itu cuma BNI yang belum memiliki CVC, sementara 4 lainnya sudah.

Hingga saat ini belum diketahui, siapa yang akan menakhodai unit CVC milik BNI tersebut, juga thesis investasi yang akan digaungkan.

Mengutip Kontan, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan, dalam rangka mendorong penciptaan inovasi dan pertumbuhan digital di Indonesia, BNI bermaksud untuk turut aktif sektor ekonomi digital. Diharapkan dengan didirikannya BNI Modal Ventura akan memberikan dampak positif terhadap kinerja konsolidasi dan posisi BNI di industri.

CVC dari BUMN

Selain mandat untuk menemukan mitra bisnis yang tepat dalam melakukan transformasi digital dan sinergitas antarperseroan, beberapa BUMN menghadirkan unit CVC juga untuk memberikan nilai bisnis lebih bagi perusahaan. Hal ini ditengarai jalur exit yang semakin terukur atas investasinya di startup teknologi.

Kehadiran CVC BUMN juga bersaing dengan pemodal ventura yang ada di ekosistem startup. Mereka tidak hanya bergantung pada dana awal yang digelontorkan dari perusahaan induk, beberapa di antaranya membentuk dana kelolaan baru bersama mitra bisnis lainnya untuk memperluas cakupan startup yang dapat didanai.

BUMN CVC Dana Kelolaan Tambahan Portofolio (per Q1 2022)
Telkom MDI Ventures
    • Bio Health Fund ($20 juta bersama Bio Farma)
    • Centauri Fund (~$200 juta bersama KB Financial Group)
    • Arise ($40 juta bersama Finch Capital)
50+ startup di Indonesia, Asia Tenggara, dan Global
Telkomsel Telkomsel Mitra Inovasi n/a 12 startup di Indonesia
Bank Mandiri Mandiri Capital Indonesia Indonesia Impact Fund (undisclosed bersama UNDP) 15 startup di Indonesia
Bank Rakyat Indonesia BRI Ventures
    • Fundnel Secondaries Fund ($50 juta bersama Fundnel Group)
    • Sembrani Kiqani (undisclosed)
    • Sembrani Nusantara (~$10 juta)
18 startup di Indonesia dan Asia Tenggara

Hadirnya CVC ini jelas menjadi angin segar bagi ekosistem. Selain berinvestasi, beberapa dari mereka juga menghadirkan program pembinaan, seperti MDI melalui Indigo, BRI Ventures melalui beberapa kolaborasi program akselerasi, juga TMI melalui TINC.

Di sisi hipotesis investasi, melalui dana kelolaan yang dimiliki juga variannya sudah sangat meluas. Misalnya yang dilakukan BRI Ventures, tidak hanya fintech, kini mereka juga berinvestasi ke D2C dan kripto. Mandiri Capital juga memperluas hipotesisnya ‘beyond fintech’, mendukung startup yang terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam sektor keuangan. Ukuran tiket pendanaannya pun beragam, mulai dari seed sampai tahap akhir.

BNI Gandeng Sea Group Jadi Mitra Teknologi Usai Rampungkan Akuisisi Bank Mayora

Perusahaan raksasa internet Sea Group kembali terlibat dalam kolaborasi bank digital di Indonesia. Kali ini, PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) mengumumkan bahwa Sea Group akan menjadi mitra teknologi Bank Mayora.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan proses akuisisi Bank Mayora sudah rampung dan saat ini sedang menyusun pengembangan bisnisnya. “Sea Group terlibat dalam penyusunan model bisnis, termasuk mendesain IT untuk Bank Mayora,” tutur Royke dalam konferensi pers beberapa waktu lalu seperti diberitakan Bisnis.com.

Pemegang saham BNI telah memberi lampu hijau terhadap akuisisi Bank Mayora lewat RUPS Tahunan pada Maret 2022. BNI mencaplok sebesar 63,92% saham atau setara 1,19 miliar saham Bank Mayora dari total saham ditempatkan dan disetor ke Bank Mayora.

Menariknya, Royke juga bilang akan membuka kesempatan kepada induk usaha Shopee tersebut untuk memiliki memiliki sebagian saham Bank Mayora. “Saat ini belum, tapi kami terbuka untuk terdilusi kepemilikannya dari 60 sekian persen menjadi 50 persen apabila Sea mau ambil porsi,” ucapnya.

Sebagai informasi, ini menjadi kali kedua Sea Group terlibat pada bank digital di Indonesia. Sebelumnya, Sea Group mengakuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) tahun lalu. Kemudian, Bank BKE berganti nama menjadi Seabank. Adapun, Sea Group telah mendapat lisensi bank digital penuh di Singapura pada Desember 2020, melalui konsorsium bersama Grab-Singtel.

Keterlibatan Sea Group

Fakta bahwa bank BUMN menggaet mitra teknologi dari luas, cukup menimbulkan pertanyaan. Apakah ini berkaitan juga dengan pangsa pasar dan sinergi yang akan diincar Bank Mayora?

Sea group memiliki kapabilitas teknologi yang tidak diragukan, terutama melalui bisnis Shopee yang punya pangsa dan posisi kuat di pasar marketplace Indonesia. Shopee memiliki ekosistem layanan yang lengkap, mulai dari marketplace, dompet digital, food delivery, hingga mart. Pertumbuhan Shopee utamanya didorong dari transaksi mobile oleh pelaku UMKM. Berdasarkan data Similarweb per Maret 2022, kunjungan bulanan ke desktop dan mobile Shopee mencapai 131,6 juta.

Dalam catatan kami, Bank Mayora nantinya akan membidik segmen UMKM dan menggandeng mitra strategis berpengalaman untuk mengembangkan produk keuangan digital.

Sebagai perbandingan dengan bank BUMN lain, BRI lewat Bank Raya (sebelumnya BRI Agro) akan masuk ke pasar gig economy. Sementara, Mandiri yang memilih mengembangkan produk existing Mandiri Livin‘, akan memperkuat ekosistemnya sebagai super app untuk segmen retail dan wholesale.

Sementara dalam konteks kolaborasi dengan marketplace lokal, bank digital “blu” yang juga anak usaha BCA, sudah berafiliasi dengan Blibli. Keduanya sama-sama merupakan anak usaha dari perusahaan konglomerasi Grup Djarum. Kemudian, ada Gojek yang mencaplok saham Bank Jago, hanya saja saat itu Gojek belum resmi merger dengan Tokopedia.

Bukalapak juga telah berafiliasi dengan sejumlah bank, di antaranya kemitraan banking-as-a-service (BaaS) dengan Standard Chartered dan sebagai investor strategis di Allo Bank milik CT Group.

BNI akan Akuisisi 63,92% Saham Bank Mayora, Langkah Strategis Bangun Bank Digital

PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) akan mengakuisisi PT Bank Mayora melalui pengambilalihan saham sebesar 63,92%. Aksi korporasi ini menjadi langkah strategis BNI untuk mendirikan bank digital.

Berdasarkan prospektus akuisisi yang diterbitkan pada 22 Januari 2022, BNI akan mengambil alih saham Bank Mayora melalui penerbitan saham baru sebanyak-banyaknya 1,02 miliar saham atau 54,9% dari saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh.

BNI juga akan mengambil sebanyak 169,08 juta saham Bank Mayora milik International Finance Corporation (IFC). Dengan demikian, BNI akan mengantongi 1,19 miliar saham Bank Mayora atau setara 63,92% dari total saham ditempatkan dan disetor ke Bank Mayora.

Sebelumnya, IFC pernah berinvestasi melalui penyertaan modal sebesar Rp290 miliar ke Bank Mayora untuk mendukung pembiayaan UMKM di Indonesia.

Perwakilan manajemen BNI mengungkap tren kemunculan produk digital, terutama pada layanan keuangan, mendorong perusahaan untuk mencaplok Bank Mayora. Dengan strategi anorganik ini, pihaknya dapat mendorong transaksi keuangan di kalangan masyarakat dengan layanan digital.

“Untuk dapat mendukung transaksi digital dan sejalan dengan transformasi BNI, perseroan akan membentuk suatu bank digital melalui strategi anorganik, yakni mengambil alih Bank Mayora yang selanjutnya akan ditransformasikan menjadi bank digital,” tulis manajemen BNI.

Adapun, saat ini saham Bank Mayora tersisa 36,98% yang struktur kepemilikannya terdiri dari Bank Mayora (80%) dan IFC (20%). Kesepakatan pengambilalihan saham telah disetujui oleh direksi dan dewan komisaris kedua bank terkait.

BNI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 15 Maret 2022 untuk meminta persetujuan pemegang saham terkait akuisisi Bank Mayora. Pihaknya menargetkan dapat mengantongi izin OJK pada April 2022 sehingga akuisisinya terhadap Bank Mayora dapat efektif pada Mei 2022.

Sebagai informasi, Bank Mayora merupakan bank di bidang ritel dan konsumer yang menawarkan berbagai produk keuangan, mulai dari pinjaman (lending) dan simpanan (funding). Beberapa produk pinjaman yang ditawarkan di antaranya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multi Guna (KMG), dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Pengembangan produk keuangan UMKM

Sebagaimana diungkap Direktur Utama BNI Royke Tumilaar beberapa waktu lalu, bank digital baru ini akan membidik segmen UMKM dan menggandeng mitra strategis berpengalaman untuk mengembangkan produk keuangan digital.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sebesar 65,5 juta UMKM di 2019 atau naik 1,98% dari 64,2 juta di 2018. Sementara, baru sekitar 8 juta atau 13% UMKM yang terintegrasi atau memanfaatkan teknologi digital.

Apabila bicara strategi akselerasi, bank digital baru ini dapat memanfaatkan ekosistem jaringan rantai pasokan yang dimiliki Grup Mayora melalui produk lending dan saving sebagai langkah awal.

Bahkan, mengutip Kontan, Direktur IT & Operasi Bank BNI YB Hariantono mengungkap akan menggandeng Sea Group sebagai mitra strategisnya. Ia juga menyebut induk usaha Shopee ini akan menjadi pemegang saham di bank digital BNI. Ini menjadi menarik mengingat Sea Group sebelumnya telah masuk ke bank digital dengan mencaplok Bank Kesejahteraan Ekonomi (sekarang SeaBank).

Jika dipetakan dalam lingkup bank BUMN, BNI menyusul BRI yang menggunakan kendaraan bank bermodal kecil untuk mendirikan bank digital. Sebelumnya, BRI mentransformasikan anak usahanya BRI Agro menjadi Bank Raya. Berbeda dengan bank digital BNI, Bank Raya membidik target pasar pekerja informal atau gig economy di 2022.

Sementara itu, Bank Mandiri memilih untuk bertransformasi digital secara penuh tanpa perlu mengonversi menjadi neobank lewat akuisisi bank baru. Mandiri akan memperkuat segmen perbankan ritel dan wholesale dengan me-rebranding platform Mandiri Online menjadi Livin ‘by Mandiri. Mandiri akan menambah sejumlah fitur dan ekosistem layanan demi menyempurnakan konsep “super app“.

BNI to Enter the Digital Bank Through Mini Bank Acquisition

Another top tier bank is to enter the digital business by acquireing a mini bank. Rumor has it, PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) is to acquire Bank Mayora, a BUKU II bank with less than IDR 2 trillion core capital.

On CNBC, BNI’s President Director, Royke Tumilaar has confirmed the company’s plan to acquire a bank. He said the company had finalized the initial process, but the bank name is still undisclosed.

“We have reached an initial agreement for a bank acquisition with a strong business ecosystem to be transformed into a digital bank,” Royke said at a press conference.

He said, the digital bank is to target the MSME segment and collaborate with experienced strategic partners to develop financial technology. Royke said that technology plays an important role in digital bank management, and capable to drive more efficient operational costs than conventional banks.

In general note, Bank Mayora is a retail and consumer bank that offers a variety of financial products, ranging from loans and deposits. Some of the loan products offered include Vehicle Loans (KKB), Multi-Use Loans (KMG), and Home Ownership Loans (KPR).

Meanwhile, BNI engaged in the consumer and business segments, both through savings, deposit and credit products. The bank with a “46” logo has a strong association as a widely used banking product by students/universities.

Quoting from Investor.id, Royke had given a sign that the company would not be transformed 100% into a digital bank without branch offices, instead will develop in terms of services, business processes, and products.

He said, apart from having fairly strong legacy in Indonesia, the Government as BNI’s majority shareholder demand the bank to focus on strengthening its position further as an international bank or global bank

The battle over SME market

Throughout this year, the Indonesian banking sector has been crowded with the launch of digital banking services to corporate actions, seeking for strategic partners. Bank Jago, BCA Digital, and Bank Neo Commerce have implemented the business in this first semester.

While several other banks are looking for strategic investors to raise capital, the media conglomerate PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) recently acquired 93% of Bank Fama‘s shares. Moreover, Kredivo has gradually acquired the shares of Bank Bisnis Internasional until eventually dominating with 40% ownership.

The corporate action is being pursued to meet the core capital obligation of IDR 2 trillion by the end of this year as stated in POJK No. 12.

Almost all of the banks are busy targeting the MSME segment amidst a surge in digital acceleration during the Covid-19 pandemic. Apart from being the foundation of the Indonesian economy, MSME is a segment with certain difficulties to capital access and has not been fully digitized.

Bank

Parent/Individual Acquisition/Subsidiary Transformation
BCA Bank Royal Indonesia BCA Digital
Jerry Ng and Patrick Walujo Bank Artos Bank Jago
BRI BRI Agro Bank Raya

Non-bank

Parent Acquisition/Subsidiary Transformation
Sea Group Bank Kesejahteraan Ekonomi Seabank
CT Group Bank Harda Internasional Allo Bank
EMTEK Bank Fama N/A
Kredivo Bank Bisnis Internasional N/A

This is a reason for digital banks to cooperate with platforms with a broad customer base and service ecosystem. That way, they can easily distribute financing products and loans using this leverage.

Based on data from the Central Statistics Agency (BPS), there were 65.5 million MSMEs in 2019, an increase of 1.98% from 64.2 million in 2018. Meanwhile, only about 8 million or 13% of MSMEs are integrated or utilize digital technology.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bertambah Lagi, BNI Akan Masuk ke Bank Digital Lewat Akuisisi Bank Mini

Bertambah lagi jumlah bank besar yang akan mencaplok bank mini untuk masuk ke bisnis digital. Kali ini PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) dikabarkan akan mencaplok Bank Mayora yang merupakan bank BUKU II dengan modal inti tidak sampai Rp2 triliun.

Mengutip CNBC, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar telah mengonfirmasi rencana perusahaan untuk mengakuisisi sebuah bank. Ia mengatakan perusahaan telah menyelesaikan proses tahap awal, tetapi ia masih merahasiakan nama banknya.

“Kami telah mencapai kesepakatan awal untuk akuisisi bank yang memiliki ekosistem bisnis kuat untuk dikembangkan menjadi bank digital,” ungkap Royke dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

Menurutnya, bank digital ini akan membidik segmen UMKM dan menggandeng mitra strategis berpengalaman untuk mengembangkan teknologi keuangan. Royke menilai teknologi memainkan peran penting dalam mengelola bank digital, serta dapat menekan biaya operasional lebih efisien dibandingkan bank konvensional.

Sebagai informasi, Bank Mayora merupakan bank di bidang ritel dan consumer yang menawarkan berbagai produk keuangan, mulai dari pinjaman (lending) dan simpanan (funding). Beberapa produk pinjaman yang ditawarkan di antaranya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multi Guna (KMG), dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Sementara, BNI bermain di segmen consumer dan bisnis, baik lewat produk tabungan, deposit, hingga kredit. Bank berlogo 46 ini memiliki asosiasi kuat sebagai produk perbankan yang banyak digunakan oleh kalangan mahasiswa/universitas.

Mengutip Investor.id, Royke sebelumnya pernah memberi sinyal bahwa perusahaan tidak akan 100% berubah menjadi bank digital yang tidak memiliki kantor cabang, tetapi bertransformasi dari sisi layanan, proses bisnis, dan produk.

Selain BNI telah memiliki legacy yang cukup kuat di Indonesia, ia menyebut Pemerintah selaku mayoritas pemegang saham mengamanatkan BNI untuk fokus memperkuat posisinya ke depan sebagai bank internasional atau bank global.

Berebut pasar UMKM

Sepanjang tahun ini, sektor perbankan Indonesia telah diramaikan dengan peluncuran layanan bank digital hingga aksi korporasi untuk mencari mitra strategis. Bank Jago, BCA Digital, dan Bank Neo Commerce sudah melakukan ini di semester I ini.

Sementara beberapa bank lain tengah mencari investor strategis untuk menghimpun modal. Baru-baru ini konglomerasi media PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) mencaplok 93% saham Bank Fama. Kemudian, ada Kredivo yang secara bertahap mengakuisisi saham Bank Bisnis Internasional hingga kemudian menjadi pengendali dengan kepemilikan sebesar 40%.

Aksi korporasi tersebut tengah dikejar untuk memenuhi kewajiban modal inti Rp2 triliun sampai akhir tahun ini sebagaimana tertuang dalam aturan POJK Nomor 12.

Hampir semuanya ramai-ramai membidik segmen UMKM di tengah lonjakan akselerasi digital selama pandemi Covid-19. Selain merupakan fondasi perekonomian Indonesia, UMKM termasuk segmen yang cukup sulit mendapat akses modal dan rata-rata belum sepenuhnya terdigitalisasi.

Perbankan

Induk/Individu Akuisisi/Anak Usaha Transformasi
BCA Bank Royal Indonesia BCA Digital
Jerry Ng dan Patrick Walujo Bank Artos Bank Jago
BRI BRI Agro Bank Raya

Nonbank

Induk Akuisisi/Anak Usaha Transformasi
Sea Group Bank Kesejahteraan Ekonomi Seabank
CT Group Bank Harda Internasional Allo Bank
EMTEK Bank Fama N/A
Kredivo Bank Bisnis Internasional N/A

Ini salah satu alasan bank digital menggandeng platform-platform yang punya basis pelanggan dan ekosistem layanan yang luas. Dengan begitu, mereka dapat mudah menyalurkan produk pembiayaan maupun pinjaman dengan leverage tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sebesar 65,5 juta UMKM di 2019 atau naik 1,98% dari 64,2 juta di 2018. Sementara, baru sekitar 8 juta atau 13% UMKM yang terintegrasi atau memanfaatkan teknologi digital.

Wolfpack Bergabung dengan NXL, Dapat Dukungan dari BNI

Tim Apex Legends, Wolfpack Arctic, resmi menjadi bagian dari NXL. Bersamaan dengan itu, mereka juga mengumumkan kerja sama NXL Wolfpack dengan BNI. Kerja sama ini akan berlangsung selama satu tahun. Melalui kerja sama ini, BNI akan mendukung berbagai kegiatan Wolfpack. Selain itu, logo BNI juga akan disematkan dalam jersey para pemain NXL Wolfpack.

Sebelum ini, tim Wolfpack telah memenangkan berbagai kompetisi, seperti GLL Masters Spring dan GLL Community Cup. Tak hanya itu, mereka juga berhasil memenangkan FFL Season 5 – Japan Tournament serta Apex Legends Global Series (ALGS) Championship 2021 – APAC South. Dari ALGS Championship, Wolfpack berhasil membawa pulang hadiah sebesar US$177,3 ribu atau sekitar Rp2,5 miliar.

Pemilik Wolfpack, Mike yang juga dikenal dengan nama “KeboOraurus”, mengungkap bahwa dia membentuk Wolfpack pada pertengahan 2020. Ketika itu, dia menyadari bahwa tim Thailand dan Australia cenderung mendominasi skena Apex Legends di Asia Pasifik selatan. Namun, dia merasa, pemain Apex Legends Indonesia juga tidak kalah jago. Dia kemudian memutuskan untuk membuat tim. Untuk itu, dia mencari pemain-pemain yang memang jago dari komunitas.

“Saya saring, saya pilih beberapa orang. Saya dukung mereka,” ujar Mike. “Target kita satu: bawa nama Indonesia ke tier atas.”

Prestasi NXL Wolfpack di Apex Legends selama ini. | Sumber: NXL

Setelah bergabung dengan NXL dan mendapatkan dukungan dari BNI, Wolfpack punya berbagai program yang hendak mereka realisasikan. Salah satunya, mereka akan mengadakan siaran langsung dari para pemain ketika mereka bertanding. Selain itu, mereka juga akan mengadakan coaching clinic. Ketiga pemain profesional Wolfpack sendiri yang akan langsung turun tangan sebagai pengajar dalam pelatihan tersebut. Dan coaching clinic itu bisa dihadiri dengan gratis. Tak hanya itu, Wolfpack juga akan membuat konten yang menampilkan berbagai kejadian behind the scene.

Richard Permana, CEO NXL Esports menjelaskan alasannya untuk mengakuisisi Wolfpack. Dia mengungkap, sebelum memutuskan untuk menggandeng Wolfpack, dia mengamati seberapa serius tim tersebut. Dia bahkan sempat berkunjung ke gaming house dari Wolfpack.

Keseriusan tim Wolfpack terlihat dari prestasi mereka, ungkap Richard. Bahkan tanpa mendapatkan dukungan dari siapapun, Wolfpack berhasil menjuarai ALGS 2021 untuk kawasan APAC South. Padahal, ALGS merupakan kompetisi “tertinggi” dari Apex Legends yang diadakan langsung dari Electronic Arts sebagai publisher dari Apex Legends. Lebih lanjut Richard mengungkap, visi dari Wolfpack sama dengan NXL, yaitu ingin agar tim Indonesia bisa unjuk gigi di skena Apex Legends, baik di tingkat regional maupun internasional.

BI Gandeng BNI dan BukuWarung untuk Terus Dorong Adopsi QRIS

Bank Indonesia menggandeng PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) dan BukuWarung untuk terus mendorong perkembangan UMKM di tanah air dengan memanfaatkan cara pembayaran Quick Response Indonesia Standard (QRIS).

Continue reading BI Gandeng BNI dan BukuWarung untuk Terus Dorong Adopsi QRIS