Misi Bobobox Ubah Kebiasaan Pengguna Menikmati Penginapan

Biaya yang lebih terjangkau dan penawaran kenyamanan mendorong hotel kapsul atau pods menjadi alternatif pilihan bagi wisatawan. Jika dulu penginapan dengan konsep ini hanya untuk keperluan mendesak, kini mulai banyak konsep pods yang hadir menawarkan fitur yang disandingkan dengan teknologi.

Tidak hanya melalui platform OTA, hotel kapsul yang berorientasi teknologi mulai menawarkan solusinya secara langsung dengan konsep direct-to-consumer. Salah satu pemain di industri ini adalah startup smart accommodation asal Bandung, Bobobox.

Mengikuti perubahan tren

Penggunaan smartphone untuk menagkses layanan
Penggunaan smartphone untuk mengakses layanan

Bobobox adalah lulusan program akselerator Sequoia India, Surge, yang menawarkan kemudahan bagi pengguna dengan menghadirkan pods yang dilengkapi aplikasi. Aplikasi ini mampu membantu konsumen  mengendalikan akses pintu, nyala lampu yang bisa disesuaikan, fitur keamanan, bluetooth speaker, hingga pendingin ruangan.

Konsep ini yang diklaim membedakan Bobobox dengan layanan sejenis.

“Saat ini dunia bergerak dengan cepat. Jam kerja yang panjang dan dan mobilitas tinggi telah menjadi gaya hidup. Orang bepergian lebih banyak dari sebelumnya. [..] Pada saat yang sama, menyelesaikan ekonomi unit industri perhotelan yang jenuh tidaklah mudah. Melalui modularitas dan efisiensi ruang, Bobobox menghasilkan lebih banyak pendapatan per meter persegi,” kata CEO Bobobox Indra Gunawan kepada DailySocial.

Untuk bisa menikmati semua layanan, pengguna wajib menggunakan aplikasi yang bisa diunduh di Google Play dan App Store. Selain memberikan pengalaman pengguna yang seamless, Bobobox juga ingin merubah kebiasaan pengguna menikmati penginapan mereka.

“Kami cukup bangga dengan keunikan yang ada. Mulai dari modular dan pra-fabrikasi [mudah dirakit]. Dua unit mandiri yang unik, dan terintegrasi dengan teknologi eksklusif (seperti smart booking, payment, check in/out),” kata Indra.

Ekspansi dan penerapan teknologi

Lokasi Bobobox di Semarang
Lokasi Bobobox di Semarang

Saat ini Bobobox sudah hadir di 8 lokasi yang tersebar di Bandung, Jakarta, dan Semarang. Tahun ini mereka menargetkan bisa menambah 8 lokasi lainnya di Indonesia dan bisa melayani sekitar 100 ribu pengguna. Perusahaan juga berniat untuk menambah tim internal untuk mempercepat pertumbuhan.

Perusahaan telah mendapatkan pendanaan Pra Seri A dari Alpha JWC Ventures, Genesia Ventures, dan tiga investor lain dan pendanaan awal dari beberapa investor, termasuk Sequoia Capital India (Surge), Agaeti Ventures, dan Everhaus.

“Dengan mengedepankan pengalaman pengguna yang seamless dan efisien, kami bisa menjalankan bisnis tanpa menghabiskan biaya yang besar. Bobobox didirikan untuk mengatasi kebutuhan tamu akan pengalaman tidur yang terjangkau, nyaman dan nyaman serta ekonomi unit pemilik properti,” kata Indra.

Application Information Will Show Up Here

Airy Talks Future Plans After Appointed New CEO

Airy as an accommodation network operator (ANO) company, is officially announced Louis Alfonso Kodoatie as the new CEO on Monday (1/20). The succession followed by lists of targets, one is to improve its popularity among the accommodation industry, amidst the rapid development in Indonesia’s tourism sector.

The Airy team is confident to optimize the market’s momentum. They now have around 30 thousand rooms in 100 cities. New products keep coming, one of the latest is Airy For Business, a service that offers online service for management business trips.

Another new product is the Self Check-in Kiosk, a self-check-in machine to support receptionist. The service is to minimize time spent on queueing, especially the peak season. It’s better known as Airy Aura and it’s integrated with Airy’s property management Airy Ease to facilitate hotel for customer tracking.

Next, there is Airy Community. This service acts as a meeting place for the property owners and community partners. Airy Community will be the center for Airy Academy, a hospitality skills training for employees who work at Airy’s property partners.

“Indonesia has a potential market for the tourism industry, both foreign and domestic segments. Especially for the budget-friendly accommodation in which business is rapidly developed. Companies must be able to respond to the dynamic market. Technological innovation and network expansion are key. I expect to tighten Airy’s partnership with stakeholders,” Kodoatie said.

In Indonesia, Airy has direct competitors that also provide low-cost lodging services, RedDoorz and Oyo.

The new CEO considered this competition as a natural thing. He chose to focus on Airy’s improvement and growth strategies in various aspects.

“Airy is to focus more on what has been and is being developed. One of those is by improving quality and to guarantee a comfortable space with high standard, therefore, it can support the growth of low-budget accommodation,” he added.

Airy also intends to grow with property partners in terms of growing the tourism sector in Indonesia.

“In order to make it, technological innovation and network expansion are key. Airy continuously strives to create and develop various technology-based innovations to support our services, of course providing benefits and convenience, both for users, property partners, and other stakeholders,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Rencana Airy Selepas Penunjukkan CEO Baru

Airy sebagai perusahaan di bidang accommodation network operator (ANO), pada Senin (20/1) kemarin resmi menunjuk Louis Alfonso Kodoatie sebagai CEO baru. Suksesi dibarengi dengan sederet target, salah satunya ingin terus meningkatkan popularitas Airy di industri penginapan, di tengah pertumbuhan pesat sektor pariwisata Indonesia.

Pihak Airy sendiri cukup percaya diri bisa mengoptimalkan momentum pasar. Kini mereka telah memiliki sekitar 30 ribu kamar yang tersebar di 100 kota. Produk baru pun terus diperkenalkan, salah satunya Airy For Business, yakni layanan yang menawarkan pelayanan online untuk manajemen perjalanan dinas perusahaan.

Produk baru lainnya ada Self Check-in Kiosk, sebuah mesin check-in mandiri yang ditujukan untuk mempercepat penerimaan tamu. Layanan ini diharapkan bisa memangkas waktu antre, terlebih saat peak season. Layanan yang juga dikenal sebagai Airy Aura ini terintegrasi dengan sistem manajemen properti Airy Ease sehingga memudahkan pemantauan tamu bagi pihak hotel.

Selanjutnya juga ada Airy Community. Layanan ini diposisikan sebagai pusat bertemunya para mitra pemilik properti dan komunitas. Airy Community juga akan menjadi sentra pelaksanaan Airy Academy, pelatihan keterampilan di bidang hospitality kepada karyawan yang bekerja di mitra properti milik Airy.

“Indonesia merupakan pasar industri pariwisata yang potensial, baik di segmen  mancanegara maupun domestik. Terlebih pada ranah akomodasi ramah anggaran yang bisnisnya semakin menggeliat. Perusahaan harus mampu merespons cepatnya perubahan kebutuhan pasar yang sangat dinamis. Inovasi teknologi dan perluasan jejaring menjadi kunci. Saya berharap dapat memperkuat kemitraan Airy dengan para pemangku kepentingan,” papar Alfonso.

Infografik Hotel Budget / DailySocial

Di Indonesia Airy bersaing langsung dengan beberapa perusahaan yang juga menyediakan layanan penginapan berbiaya rendah, termasuk RedDoorz dan Oyo.

Alfonso menanggapi persaingan ini sebagai hal yang wajar. Ia memilih untuk fokus pada strategi peningkatan dan pertumbuhan Airy dalam berbagai aspek.

“Airy memilih untuk lebih fokus terhadap apa yang sudah dan sedang dikembangkan. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas serta terus mempertahankan jaminan kenyamanan dengan standardisasi yang dimiliki, sehingga mampu menunjang pertumbuhan akomodasi beranggaran rendah,” lanjut Alfonso.

Airy juga memiliki ambisi untuk bisa tumbuh bersama mitra properti dalam bagian memajukan sektor pariwisata di Indonesia.

“Untuk mewujudkan hal ini, inovasi teknologi dan perluasan jejaring menjadi kunci. Airy terus berupaya menciptakan dan mengembangkan berbagai inovasi berbasia teknologi untuk menunjang layanan kami, tentunya memberikan manfaat dan kemudahan, baik bagi pengguna, mitra properti dan stakeholder lainnya,” tutup Alfonso.

Application Information Will Show Up Here

Rambah Bisnis Indekos “KoolKost”, Strategi RedDoorz Menuju Profitabilitas

Startup hotel budget RedDoorz resmikan vertikal bisnis teranyarnya di bidang indekost KoolKost untuk melayani pengguna yang mencari hunian lebih dari satu bulan. Konsep bisnis ini diyakini bisa direplikasi untuk pasar RedDoorz di luar negeri, meski belum menjadi prioritas dalam jangka waktu dekat.

Kepada DailySocial, Business Head Coliving RedDoorz Ankit Lalwani menjelaskan, konsep KoolKost sebenarnya bisa direplikasi untuk negara lain. Namun, setidaknya sepanjang tahun ini, perusahaan ingin fokus pada perluasan KoolKost hingga 50 kota di Indonesia, dari posisi sekarang 14 kota dengan 100 properti.

“Cukup memungkinkan untuk ekspansi ke luar Indonesia, tapi di sini adalah negara dengan populasi tertinggi. Makanya, sekarang ini kami fokus ke Indonesia terlebih dulu, bukan ke pasar lain,” ujar Ankit, Kamis (23/1).

Menurutnya, KoolKost hadir karena kebutuhan teknologi dan solusi yang selama ini absen di industri indekos. Padahal, industri ini punya potensi yang besar, ada lebih dari 50 ribu properti indekos tersebar di Indonesia. Serta, belum ada operator yang dominan di industri ini.

Sasaran pengguna KoolKost adalah mahasiswa, first jobbe, dan middle level profesional. Mengutip dari data BPS, pada 2015 ada 9,3 juta orang yang memilih hidup migran untuk kerja dan menempuh pendidikan. Dari angka tersebut, sekitar 60% atau 5 juta orang memilih indekos sebagai tempat tinggal.

Sebelum diresmikan, Ankit menyebut KoolKost telah memasuki masa uji coba kurang lebih selama enam bulan sembari mempelajari masalah dan menyelesaikannya dengan pendekatan teknologi. Dari pembelajaran tersebut, pihaknya yakin dapat memberikan solusi nyata buat industri.

KoolKost memberikan jaminan layanan pelanggan 24 jam, koneksi internet berkecepatan tinggi, jasa pembersihan kamar dan air isi ulang. Semua kamar KoolKost dilengkapi dengan kamar mandi dalam, perabotan dan perlengkapan berkualitas, termasuk tempat tidur yang nyaman dan lemari pakaian dengan ruang penyimpanan cukup luas.

Di samping itu, sejumlah teknologi manajemen perhotelan dari RedDoorz juga disiapkan untuk menggaet lebih banyak mitra properti indekos. Misalnya, RedPartners yang dapat digunakan pemilik properti mengatur inventaris, melacak dan menggabungkan pesanan; mengelola dari awal sampai akhir; dan memberikan pengalaman tinggal jangka panjang yang baik untuk tamu.

Di dalam platform tersebut, mereka dapat mengikuti program uji coba KoolKost melihat lonjakan hunian ruangan yang signifikan, dengan rata-rata kenaikan lebih dari 30%. Berikutnya, RedFox sebuah platform untuk distribusi harga terkini secara langsung di seluruh OTA, memudahkan pemilik properti tanpa harus merekrut seorang revenue manager.

Perusahaan juga menjamin, hunian yang dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan dengan RedEagle. Ia adalah alat pendeteksi dan pengakuisisi properti, perusahaan dapat mengidentifikasi properti yang tepat untuk KoolKost sesuai dengan parameter pencarian yang spesifik.

Tidak ada tim khusus

Tidak seperti RedDoorz, sambung Ankit, KoolKost memiliki tiga jenis pilihan indekos yang dapat menjangkau semua pengguna. Yakni, hunian dengan konsep syariah, girls dan men only. Di samping itu, KoolKost termasuk dari bagian dari Coliving, unit bisnis dari RedDoorz untuk menyasar hunian jangka waktu lama.

“Kami membentuk kehidupan komunitas makanya kami membuat banyak jenis layanan KoolKost, agar menjangkau semua orang untuk saling berteman dalam satu komunitas yang sama.”

Selain KoolKost, ada Residences by RedDoorz yang menawarkan lebih banyak fasilitas dan standardisasi khusus, mencakup ruang game, Netflix ruang bersama, dapur, dan sarapan gratis tiap hari Minggu.

Terakhir, Residences by RedDoorz Apartment punya fasilitas paling atas dibandingkan layanan coliving lainnya. Disediakan kolam renang, area parkir, bebas biaya listrik dan area coworking.

Ankit memastikan seluruh properti yang berada di bawah payung KoolKost akan dikelola secara berkala. Ada tim yang khusus mendatangi setiap properti untuk menanyakan apakah ada keluhan, kerusakan atau sebagainya. Tim tersebut bekerja tidak hanya untuk KoolKost saja, tapi buat properti RedDoorz secara keseluruhan.

Sebelum bergabung pun, tim RedDoorz memastikan bagian apa saja dari properti tersebut yang harus ditingkatkan atau direnovasi. Paling lama dalam kurun waktu dua minggu, properti baru bisa masuk listing KoolKost.

“Sehingga semua listing properti yang ditampilkan, sudah melalui berbagai proses QC. Ada tim yang reguler cek kualitas properti, apakah propertinya di-manage dengan baik atau tidak, bagaimana kebersihan dan sebagainya.”

Di saat yang sama, dia juga menegaskan bahwa ke depannya KoolKost tidak akan mengelola properti apartemen karena ada perbedaan konsep pengelolaannya.

Sementara ini, KoolKost dapat dipesan melalui aplikasi dan situs RedDoorz. Aplikasi dan situs resmi untuk KoolKost sendiri sedang dalam tahap pengembangan, rencananya akan dirilis dua bulan dari sekarang.

Sebenarnya konsep serupa juga sudah ditawarkan beberapa startup lokal. Salah satunya dilakukan pengembang situs listing indekos MamiKos dengan meluncurkan MamiRooms.

Melaju ke arah profit

Vice President of Operations RedDoorz Adil Mubarak menjelaskan KoolKost adalah vertikal bisnis yang ditargetkan dapat membantu mewujudkan ambisi perusahaan menuju posisi profitabilitas.

“Kita fokus mau bawa negara di mana kita sudah ada, untuk profitable dan KoolKost ini sebagai segmen baru, untuk diferensiasi antara short dan long stay,” tuturnya.

Kantor RedDoorz di Bandung / RedDoorz
Kantor RedDoorz di Bandung / RedDoorz

Posisi perusahaan pada saat ini adalah mengambil jalur pertumbuhan perlahan dengan mengelola seluruh pengeluaran secara lebih sehat. Artinya, RedDoorz tetap mengambil strategi bakar duit namun lebih terkontrol, bukan sembrono karena ingin mengejar pertumbuhan.

Alhasil, dalam setiap negara di ASEAN yang dimasuki RedDoorz sudah melalui keputusan strategis yang matang. Selain Indonesia, terhitung saat ini RedDoorz hadir di empat negara, Singapura, Vietnam dan Filipina sejak pertama kali beroperasi di 2015.

“Kita selalu memastikan pasar [yang akan kita masuki] itu sudah bagus, pasarnya terbentuk, konsumennya sudah baik, tidak asal saja.”

Kondisi ini kontras dengan ekspansi Oyo yang berusaha untuk hadir di negara manapun. Dalam waktu tujuh tahun, unicorn ini beroperasi di 80 negara, termasuk A.S, Tiongkok, Eropa, Inggris, India, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Jepang.

Seiring dengan target tersebut, sambungnya, perusahaan fokus pada pengembangan teknologi untuk memuaskan semua pihak. RedPartners, RedEagle dan RedFox adalah beberapa di antaranya. Ambisi yang sedang disiapkan adalah menyiapkan aplikasi yang lebih intuitif agar konsumen dapat terlayani lebih maksimal.

“Kami ingin interaksi dengan konsumen jauh lebih baik. Jadi saat mereka check-in, aplikasi bisa lebih pintar memberi notifikasi apakah ada keluhan dengan kamar mereka. Itu plan kita,” pungkas Adil.

Tercatat RedDoorz telah memiliki lebih dari 1200 properti di seluruh Indonesia yang tersebar di lebih dari 100 kota.

Application Information Will Show Up Here

Konsistensi Airy Mengembangkan Ekosistem Hotel Budget

Startup jaringan hotel budget Airy memandang Indonesia masih memiliki peluang besar untuk mengembangkan hotel budget, kendati sudah banyak pemain sejenis bermunculan di sini, seperti RedDoorz, Oyo, dan Zen Rooms. Menurut pihak Airy, kualitas hotel melati (unbranded atau bintang tiga ke bawah) masih banyak yang jauh dari standar.

Dalam wawancara dengan DailySocial, CEO Airy Danny Handoko mengatakan jenuh atau tidaknya industri hotel budget harus dilihat dari dua sisi, apakah over supply atau demand. Menurutnya, yang terjadi sekarang ini adalah supply akomodasi budget yang bagus jauh lebih sedikit, sehingga kurang bisa memenuhi tingginya demand.

“Masih banyak pemilik hotel melati yang tidak punya perspektif yang sama terkait hotel budget. Sehingga kalau dibilang jenuh, secara average nationwide, kita masih kekurangan properti yang high quality dan value for money,” terangnya.

Kualitas hotel yang semakin baik punya korelasi yang dekat dengan meningkatnya ekonomi di kota tersebut karena semakin sering dikunjungi oleh wisatawan. Hanya saja tiap pemilik hotel punya masalah tersendiri. Masing-masing bisa ditangani dengan solusi 4T, yang terdiri dari teknologi, transformasi, transparansi, dan training.

Airy didirikan oleh Danny dan rekannya Samsu Sempena (CTO Airy) sejak tahun 2015. Mereka berdua pernah bekerja di Traveloka sebelum akhirnya merintis Airy. Saat ini perusahaan memiliki karyawan lebih dari 300 orang.

Terkait pendanaan dan investor di balik perusahaan, Danny masih menutup rapat-rapat informasi tersebut, termasuk apakah Traveloka menjadi salah satu investor Danny hanya menyebut Traveloka sebagai strategic affliate partner.

Dia menjelaskan setiap pendanaan yang diterima Airy selalu diarahkan untuk merekrut talenta baru, pemasaran, dan mengembangkan produk.

Layanan Airy

Danny mencontohkan, bila ada pengelola yang paham dengan basic hospitality, namun belum untuk sisi teknologi, bisa memanfaatkan layanan teknologi saja dari Airy. Begitupun sebaliknya.

Layanan teknologi disediakan untuk memenuhi sisi supply dan demand. Di sisi supply, ada Airy Ease untuk sistem manajemen hotel berbasis online dengan fitur booking dan reservasi, HRS, dan finance system yang diakses secara real time dan disajikan secara transparan.

Berikutnya adalah Airy Aura, kios check-in mandiri untuk percepat proses penerimaan tamu sehingga turut bantu memudahkan operasional hotel saat peak season; dan Airy Community, platform pelatihan aspek housekeeping dan front office.

Airy Aura
Airy Aura

Sedangkan untuk supply, Airy menyediakan tiga jenis layanan, untuk Airy Rooms, Airy Flight, dan asuransi perjalanan. Layanan teranyar, Airy for Business disediakan untuk konsumen B2B. “Essence buat konsumen adalah menyelesaikan pain point mereka, selama itu bisa ditangani dengan baik, saya yakin loyalitas mereka akan tumbuh.”

Di sisi lain, Danny menerangkan Airy memastikan setiap mitra properti yang bergabung dapat sustain untuk jangka panjang dan bisa mencetak profit. Harga yang tertera di aplikasi sudah mencakup komponen pembagian komisi yang jelas untuk Airy dan pemilik properti.

Transparansi seperti ini adalah upaya perusahaan untuk menciptakan ekosistem hotel budget yang lebih sehat. “Short sustain itu hanya menguntungkan diri sendiri, justru merusak ekosistem. Makanya kami memastikan bisnis kami ini transparan buat mitra, karena kebanyakan properti yang kami kelola adalah lanjutan dari properti pertama mereka.”

Danny mengklaim, berdasarkan studi internal, Airy unggul sebagai brand favorit bagi pemilik properti maupun para pelancong. Tingkat churn rate, disebutkan juga terendah. Disebutkan loyalitas konsumen Airy lebih tinggi dari industri hospitality.

Secara bisnis, pertumbuhan Airy secara tahunan dijaga di angka 50%-60%. Berdasarkan jumlah pesanan yang masuk, menurutnya, tiket penerbangan lebih tinggi daripada booking kamar. Akan tetapi dia meyakini ke depannya, porsi antara keduanya akan imbang.

“Dari tahun pertama ke tahun kedua Airy kami tumbuh cukup signifikan, bahkan bisa hit dua kali lipat. Tapi pertumbuhan tahunan kita selalu dijaga di kisaran 50%-60%.”

Taktik yang dilakukan untuk mencapai itu adalah mengukur consumer lifetime value (CLTV), consumer acquisition cost (CAC) dan keseluruhan life cycle dari tiap produk. “Karena increase value buat konsumen jadi keyword kita untuk menjaga pertumbuhan bisnis tahunan.”

Pengembangan produk

Dibandingkan kompetitornya, Airy tergolong pemain yang cukup konsisten menggarap ranah hotel budget. Danny menyebut kebutuhan akomodasi untuk wisatawan menjadi fokus yang diutamakan, ketimbang bermain di vertikal lain seperti indekos.

Malah Airy ke depannya berencana memperkuat akomodasinya berjenis Airy Premier agar dapat menjangkau seluruh segmen wisatawan. Lokasi terbaru Airy Premier berada di Seminyak, Bali. Disebutkan Airy memiliki enam tipe premier di berbagai lokasi dan ke depannya akan ditambah terus jumlahnya.

Airy Premier Seminyak
Airy Premier Seminyak

“Tentu kita akan menambah Airy Premier. Kita terbuka pada peluang tersebut. Namun kita cukup selektif karena Airy Premier ini harus memberikan kualitas dan janji yang tinggi.”

Airy Premier sebenarnya sudah diperkenalkan sejak tahun lalu, tetapi jumlah akomodasinya tidak begitu pesat karena dipilah-pilih secara selektif. Sebelum pemilik properti mendaftarkan diri, mereka harus mengisi 89 checklist pertanyaan untuk menentukan harga dan tipe akomodasi mana yang tepat.

Tercatat Airy memiliki lebih dari 2 ribu properti dan 30 ribu kamar yang tersebar di lebih dari 100 kota. Mayoritas adalah kategori Airy Eco dan Standard. Untuk tipe akomodasi syariah disebutkan ada lebih dari 400 properti dengan 5 ribu kamar tersebar di 50 kota.

Seluruh properti tersebut dijual tidak hanya mengandalkan aplikasi Airy, tapi juga listing ke berbagai pemain OTA. Disebutkan ada lebih dari 200 situs OTA, mulai dari Traveloka, Booking.com, Agoda, dan Expedia untuk menarik wisatawan inbound dan outbound.

Secara produk, ada potensi bagi Airy untuk berekspansi secara regional, bahkan global, karena bisnisnya dapat direplikasi ke negara lain dengan kondisi yang mirip di Indonesia. Danny mengaku sudah didekati berbagai calon mitra potensial dari luar negeri.

Meski demikian, Danny menekankan Indonesia masih menjadi negara utama karena masih banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan.

Application Information Will Show Up Here

Ambisi RedDoorz Menjadi Unicorn dan Ekspansi ke Thailand Tahun 2020

Pasca mengantongi pendanaan seri C senilai $70 juta (hampir Rp1 triliun) dipimpin oleh Asia Partners dengan dua partisipasi dua investor baru, Rakuten Capital dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund; RedDoorz berencana untuk memiliki lebih banyak properti hingga akhir tahun 2020 nanti.

Jika di tahun 2019 RedDoorz mampu mengakuisisi properti hingga 2 ribu di 4 negara, akhir tahun 2020 mendatang mereka menargetkan bisa memiliki sekitar 5 ribu properti di 5 negara.

“RedDoorz juga akan melakukan ekspansi ke Thailand di kuartal pertama tahun 2020 mendatang, setelah sebelumnya telah hadir di Indonesia, Singapura, Filipina dan Vietnam. Diharapkan ekspansi ke Thailand bisa memenuhi target kami memiliki properti sebanyak 5 ribu hingga akhir tahun 2020,” kata Country Head RedDoorz Indonesia Mohit Gandas.

Investasi seri C tersebut menyusul tidak lama setelah RedDoorz mengumumkan pendanaan Seri B sebesar $45 juta pada April 2019. Dana baru ini membuat jumlah total modal yang dikumpulkan oleh perusahaan menjadi sekitar $140 juta sejak diluncurkan pada 2015.

Disinggung apakah RedDoorz bakal melakukan IPO, Mohit menegaskan kemungkinan perusahaan akan mempertimbangkan kemungkinan tersebut tahun 2022-2023 mendatang. Namun jika nantinya penggalangan dana kembali dilakukan, bisa jadi RedDoorz muncul sebagai startup unicorn baru.

“Tentunya saya tidak bisa memberikan kepastian kapan pendanaan baru akan kami terima hingga menjadikan valuasi kami meningkat dan menjadikan RedDoorz the next travel-tech unicorn pertama di Asia Tenggara,” kata Mobit.

Indonesia masih menjadi pasar utama

Dalam kesempatan tersebut disebutkan juga, hingga akhir tahun 2019 Indonesia masih menjadi pasar yang besar dibandingkan 3 negara lainnya (Singapura 3%, Vietnam 8%, Filipina 15%). Kota dengan jumlah properti paling banyak yang dimiliki RedDoorz adalah Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Bali, dan Malang.

Hingga akhir tahun 2018, RedDoorz telah memiliki 400 properti di Indonesia, di tahun 2019 jumlah tersebut bertambah hingga 1200 unit dan tahun 2020 mendatang diharapkan bisa menjadi 1500 properti di Indonesia.

“Kami juga memastikan teknologi yang diterapkan sudah terkini. Memanfaatkan aplikasi dan saluran digital untuk mendorong permintaan konsumen. RedDoorz juga didukung oleh data center yang terletak di Vietnam,” kata Mohit.

Setelah sebelumnya mengumumkan lini produk baru seperti RedDoorz Plus, RedDoorz Premium, Residence by RedDoorz, Kool Kost, hingga Co-living; ditegaskan oleh Mohit sampai saat ini beberapa layanan tersebut masih dalam tahap uji coba. Jika sudah siap, nantinya semua layanan tersebut juga akan dihadirkan di Indonesia.

Untuk RedFood sendiri saat ini baru tersedia di kawasan tertentu di Jakarta. RedFood menyediakan menu makanan dengan harga terjangkau, seperti spaghetti meatball, beef rendang, chicken curry noodle, chicken teriyaki rice, dan beef bulgogi rice. Layanan ini sengaja disiapkan untuk memenuhi kebutuhan sarapan dari para tamu RedDoorz di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Yanolja Kembali Terlibat di Putaran Pendanaan Terbaru ZEN Rooms

ZEN Rooms telah mengamankan pendanaan terbaru dari Yanolja, jaringan aplikasi hotel asal Korea Selatan. Yanolja sebelumnya juga telah memiliki sebagian saham ZEN Rooms saat pendanaan pertengahan 2018 silam. Turut terlibat dalam pendanaan kali ini Access Ventures, perusahaan modal ventura yang juga beroperasi di Hongkong dan Korea.

Dengan putaran pendanaan terbaru ini, investor awal ZEN Rooms Asia Internet Holdings (perusahaan joint venture Rocket Internet dan Ooredoo Telecom) tak lagi terlibat dalam kepemilikan saham atau exit. Sementara investor awal lainnya, seperti RedBadge Pasific dan SBI Korea, masih termasuk dalam jajaran investor.

Sebagai salah satu layanan budget hotel, ZenRooms sudah hadir di Indonesia sejak tahun 2015. Dalam perjalanannya di Indonesia, beberapa strategi kolaborasi dan inovasi terus dilakukan setiap tahunnya untuk lebih mendekatkan diri kepengguna dan memberikan kemudahan.

Beberapa inovasi yang dihadirkan antara lain pembayaran melalui Alfamart dan Indomaret dan pembayaran melalui hotel. ZEN Rooms juga tercatat pernah meluncurkan ZEN Home untuk menghadirkan konsep penginapan non hotel.

ZEN Rooms sendiri didirikan oleh Kiren Tanna dan Nathan Boublil. Perusahaan sejauh ini tercatat mengoperasikan 13.000 kamar yang tersebar di seluruh Asia Tenggara. Sejak Yonolja terlibat dalam putaraan pendanaan ZEN Rooms pada pertengahan 2018, perusahaan mengklaim berhasil meningkatkan 400 persen pendapatan.

“Dengan strategi aliansi ini kami bergabung dengan salah satu group perjalanan yang paling inovatif secara teknologi dan pendukungnya yang unik, Booking Holding, untuk menciptakan full-service budget dan mid-range hospitality group di Asia Tenggara. Kami akan dapat menggunakan infrastruktur teknologi kelas dunia di IoT R&D, automasi, hardware dan software untuk semua hotel di Asia Tenggara,” terang CEO ZEN Rooms Nathan Boublil.

Dengan pendanaan ini ZEN Rooms akan lebih agresif melakukan serangkaian strategi dalam upayanya memenangi pasar Asia Tenggara. Di sana ada nama-nama seperti Oyo, Airy, dan RedDoorz yang berlomba-lomba menawarkan layanan terbaiknya.

Pada Juni 2019, Yanolja mengumumkan perolehan dana sebesar $180 juta dari Booking Holdings dan GIC yang membuat valuasi mereka melewati $1 miliar atau menyandang status unicorn.

Application Information Will Show Up Here

The Digital Service has Transformed Nation’s Behavior in SEA

Google-Temasek report titled “e-Conomy SEA 2019” placed e-commerce and online travel as the biggest participant in the regional digital economy. In 2019, each gives $38 billion and $34 billion, to increase at $153 billion and $78 billion by 2025.

Previously in 2018, the same report placed the online travel sector on top, e-commerce presents a new experience that creates rapid growth. The players’ effort to promote also have a significant impact – online shopping festival such as 9.9, Singles Day, 12.12  always welcomed to all businesses.

Google Trends data showed e-commerce promotion has constantly increased per year. With various strategy, starts from influencer and gamification feature to acquire users to connect with the platform. A machine learning technology has also affected the increase of product offerings to all consumers.

layanan digital1

The logistics expand also has an impact on the rising e-commerce. In order to pamper its users, some even provide fast delivery – less than 24hr after the finished order. All the attempts, from the promotion to logistics, has changed the basic behavior for online shopping. Prior to this, e-commerce mostly served those who want to make a “big” purchase, such as a smartphone or TV, but daily goods are now available.

Over 5 million orders are processed by e-commerce per day worth $15-$20 on average.

Food delivery becomes the hype

In 2015, the ride-hailing sector is worth $3 billion, by this year at $13 billion, projected to reach $40 billion by 2025. Four years ago, the industry is only about alternative transportation. To date, it has further expanded to provide more services. A significant example is food delivery, such as Go-Food or GrabFood – later might be financial services.

layanan digital2

The food delivery service has been highlighted since 2018 as it affected much on consumer’s behavior. People from all classes are fond of the service, using effectivity as justification amid traffic congestion and weather condition. In the metropolitan area, the service is in high demand.

There are lots of reasons, besides promotion and marketing effort from the decacorns, accessibility to the food industry is expanding. The delivery service offered various menus from restaurants to small stalls. In terms of business, the platform brings a lot of benefits. Some have been using it to build a better connection to the users through rewards and loyalty programs.

Entertainment channel is still on

Since 2015, there are at least 100 million new internet users in Southeast Asia. Applications from video, music, and game are channels with the highest demand – through smartphones. The value has reached $14.2 billion this year and to multiple a few times by 2025. Most users prefer free content, even if it means to watch some ads.

A new trend captured, that short-time video, such as Bigo Live and Tik Tok has fascinated the market. A supported app like lip-sync has produced viral content adored by groups of people. In addition, online gaming is boosting up. One of the popular games is Free Fire under Garena that acquires 450 million users with 50 million active users.

Budget hotel supporting the travel industry

This sector has been matured enough in Southeast Asia’s digital economy. Tourism becomes the main factor. As a market, the urge of the middle class to travel – have a significant effect on the online travel industry. Alternative services arose, budget hotel platforms for example, such as OYO and RedDoorz.

An aggregator platform like Tiket.com, Traveloka, and Booking.com is planning for a better maneuver. Partnership with other digital players is getting increased, with ride-hailing for example. Not only as a travel ticket provider, but the online travel agency is also getting ready with “experience” channel for users who want to take a full trip. Various features are now accessible in one platform, ticket to the amusement park and various shows.

Service integration

Another note to mind is service integration from the platform to improve user experience. Take the Hooq partnership with Grab to provide streaming video last year as an example. Another one is Gojek’s latest maneuver to present kumparan news on its platform. The integration has extended various services on each platform.

layanan digital4

Take a note on ride-hailing and e-commerce as the most ambitious ones. Various digital services are being integrated into apps. Acquisitions and investment become the solution for some startups to improve the entire capability on its platform.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Layanan Digital Berhasil Mengubah Kebiasaan Masyarakat di Asia Tenggara

Laporan Google-Temasek bertajuk “e-Conomy SEA 2019” menempatkan e-commerce dan online travel menjadi sektor digital yang paling besar partisipasinya terhadap ekonomi digital regional. Tahun 2019, masing-masing memberikan sumbangsih $38 miliar dan $34 miliar, akan meningkat hingga $153 miliar dan $78 miliar tahun 2025 nanti.

Sebelumnya di tahun 2018 riset yang sama menempatkan online travel di peringkat pertama, pengalaman yang diberikan e-commerce dalam memberikan pengalaman baru membuat pertumbuhannya menggeliat. Upaya pemain dalam melakukan promosi juga dinilai memberikan dampak yang signifikan – festival belanja online seperti 9.9, Singles Day, 12.12 selalu disambut meriah oleh seluruh komponen bisnis.

Data Google Trends mencatat, peningkatan promosi layanan e-commerce selalu konsisten setiap tahunnya. Strateginya pun mulai beragam, mulai dengan menggandeng influencer hingga membuat fitur gamifikasi untuk menarik minat pengguna terhubung dengan aplikasi. Teknologi seperti machine learning juga telah memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan penawaran produk untuk para konsumen.

Gambar 1

Perluasan saluran logistik juga dinilai turut menyumbangkan peningkatan bisnis e-commerce. Bahkan untuk memanjakan penggunanya, beberapa pemain memberikan opsi pengiriman cepat – kurang dari 24 jam pasca pesanan diselesaikan. Dari semua upaya tersebut, mulai dari promosi sampai opsi logistik, berhasil mengubah kebiasaan mendasar ketika orang berbelanja online. Jika sebelumnya e-commerce banyak digunakan untuk membeli barang-barang “besar” seperti smartphone atau televisi, saat ini kebutuhan sehari-hari pun dapat diakomodasi.

Rata-rata per hari ada lebih dari 5 juta pesanan yang diproses e-commerce dengan nilai rata-rata $15-$20.

Pesan antar makanan jadi tren kekinian

Tahun 2015, sektor ride-hailing terhitung memiliki kapitalisasi pasar $3 miliar, tahun ini angkanya mencapai $13 miliar dan diproyeksikan mencapai $40 miliar di tahun 2025. Jika empat tahun lalu industri ini masih tentang penyediaan transportasi alternatif, sekarang sudah bertransformasi lebih luas mengakomodasi banyak kebutuhan lain. Yang mulai terlihat signifikan adalah layanan pesan antar makanan, seperti GoFood atau GrabFood –dan mungkin ke depan juga terkait layanan finansial.

Gambar 2

Riset menyoroti, sejak tahun 2018 layanan pesan antar makanan ini telah memberikan pengaruh besar pada pergeseran kebiasaan konsumen. Berbagai kalangan mulai gemar menikmati layanan tersebut, dengan dalih efektivitas di tengah kepadatan lalulintas dan cuaca. Di area metro, layanan ini memiliki tingkat pesanan yang sangat tinggi.

Banyak hal yang menjadi pendorong, terlepas dari promo dan pemasaran yang dilakukan terus-menerus para decacorn, aksesibilitas ke produk makanan menjadi lebih luas. Layanan pesan antar makanan menjembatani menu-menu dari restoran hingga pedagang kaki lima. Dari sisi bisnis, hadirnya platform tersebut juga menghadirkan banyak keuntungan. Beberapa telah memanfaatkan untuk meningkatkan hubungan dengan konsumen melalui program loyalty dan reward.

Kanal hiburan di internet tetap diminati

Sejak tahun 2015, setidaknya tercatat adanya 100 juta pengguna internet baru di kawasan Asia Tenggara. Aplikasi video, musik, hingga game menjadi kanal hiburan yang banyak diminati — melalui ponsel pintar. Tahun ini tercatat nilai pasarnya menyentuh $14,2 miliar dan akan tumbuh hingga lebih dari 2x lipat di tahun 2025. Kebanyakan pengguna masih memilih konten gratis, kendati memaksanya untuk melihat iklan di aplikasi.

Tren baru yang ditangkap ialah konten video singkat seperti Bigo Live dan Tik Tok yang berhasil memesona pasar. Dukungan kemampuan seperti lip-sync menghasilkan konten-konten viral yang disukai hampir semua kalangan masyarakat. Selain itu penikmat game online juga mendapatkan pertumbuhan yang sangat besar. Dicontohkan salah satu yang terpopuler, Fire Fire yang dikembangkan Garena, berhasil menggaet 450 juta pendaftar dengan 50 juta pengguna aktif.

Budget hotel menopang industri travel

Sektor ini dinilai sebagai yang paling matang dalam ekonomi digital Asia Tenggara. Potensi pariwisata menjadi salah satu pendorong utama. Di sisi pasar, peningkatan minat kelas menengah untuk bepergian –baik domestik maupun internasional—memberikan sumbangsih berarti untuk online travel. Alternatif layanan pun muncul, misalnya dengan lahirnya budget hotel seperti OYO dan RedDoorz.

Platform agregator seperti Tiket.com, Traveloka, hingga Booking.com juga mulai meningkatkan manuver. Kemitraan dengan pemain digital lain, misalnya ride-hailing, juga terus diupayakan. Tidak berhenti hanya sebagai penyedia tiket perjalanan, kini aplikasi online travel mulai menyediakan kanal “experience“, didorong kebutuhan pengguna yang ingin memaksimalkan pengalaman perjalanan mereka. Berbagai hal kini bisa diakses melalui satu platform, seperti tiket hiburan hingga karcis ke sebuah pertunjukan.

Integrasi layanan

Catatan lain yang menarik disimak adalah soal integrasi antar layanan yang dihadirkan platform untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Misalnya awal tahun lalu, Hooq menyepakati kerja sama untuk menghadirkan layanan streaming video di aplikasi Grab. Atau aplikasi Gojek yang kini menghadirkan kanal berita dari Kumparan. Soal integrasi ini, menghadirkan varian layanan yang lebih luas di tiap platform.

Gambar 3

Jika diamati, ride-hailing dan e-commerce menjadi yang paling gencar melakukannya. Di kedua aplikasi tersebut, hampir setiap layanan digital mulai ada. Aksi perusahaan seperti akuisisi dan investasi pada akhirnya dipilih beberapa startup untuk meningkatkan kapabilitas menyeluruh di platformnya.

Perkuat Bisnis di Indonesia, OYO Siapkan Dana Investasi 4,2 Triliun Rupiah

OYO mengumumkan komitmen baru dalam investasi mereka di Indonesia menjadi US$300 juta atau setara 4,2 triliun Rupiah. Komitmen anyar ini diumumkan setelah keberhasilan perusahaan menembus 5 juta pelanggan sepanjang 2019 ini.

Pendiri dan CEO OYO Ritesh Agarwal menyampaikan langsung sejumlah pencapaian yang sudah mereka peroleh selama beroperasi di Indonesia. Ritesh mengatakan, saat ini OYO sudah menggandeng 1.000 hotel dan 27.000 kamar di 100 kota di Indonesia. Ia menyebut angka itu tercapai lebih cepat dari target mereka yakni satu tahun.

“Kami pernah menyampaikan bahwa kita akan berinvestasi US$100 juta pada tahun lalu. Sekarang kami akan memperbarui investasi itu menjadi US$300 juta berkaca dari kesuksesan kita di sini,” ucap Ritesh.

Country Head OYO Indonesia Rishabh Gupta menjelaskan, tambahan investasi US$200 juta itu dianggarkan untuk satu tahun ke depan. Menurutnya, dana itu akan digunakan utamanya untuk revitalisasi bangunan hotel dan pelatihan staf yang tersebar

Country Head of Business Development OYO Indonesia Agus Hartono Wijaya turut menambahkan, pengucuran investasi itu diputuskan karena mereka menyadari ada cukup banyak hotel di sejumlah kota yang kualitasnya di bawah standar. Renovasi jadi langkah prioritas mereka untuk menarik pelanggan.

Let’s say okupansi mereka di bawah 50 persen misalnya. Justru itu value OYO untuk meningkatkan okupansi mereka jadi di atas 50 persen. Bagaimana caranya ya dengan direnovasi dulu,” imbuh Agus.

Perbedaan akses dan infrastruktur suatu daerah turut berpengaruh pada kualitas hotel yang beragam. Disparitas kualitas hotel inilah yang hendak diselesaikan oleh OYO lewat tambahan investasi mereka.

Fokus di timur

Salah satu fokus ekspansi OYO di Indonesia berada di wilayah timur. Potensi wisata yang besar dan industri perhotelan yang masih berkembang di sana jadi alasan OYO membidik ke sana.

Kendati demikian, upaya ekspansi itu tak akan mudah karena gairah bisnis perhotelan di sana sedang lesu.

Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengutarakan, tingkat okupansi hotel di kawasan timur merosot 30 persen. Serupa dengan data PHRI, Badan Pusat Statistik pun mencatat penurunan tingkat hunian hotel berbintang pada Maret 2019 sebesar 4,21 poin menjadi 52,89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Haryadi menyebut kenaikan harga tiket pesawat jadi penyebab utama hal itu terjadi.

Kendati demikian, Rishabh meyakini kenaikan harga tiket pesawat tak begitu berpengaruh pada industri perhotelan. Di samping upaya pemerintah Indonesia yang terus membenahi infrastruktur pariwasata, pihaknya juga terus berinvestasi untuk memperbaiki kualitas pelayanan hotel yang bekerja sama dengan OYO.

“Lagipula orang Indonesia tidak hanya berwisata melalui pesawat, banyak juga yang pakai infrastruktur darat seperti kalau ke Bandung atau Yogyakarta. Bagi OYO, okupansi hotel tidak terdampak oleh kenaikan tiket pesawat,” cetus Rishabh.

Program OPEN untuk pemilik aset

Pada saat yang sama, OYO juga meluncurkan OPEN yang ditujukan untuk mitra pemilik aset. Sederhananya, program ini merupakan wadah bagi para pemilik aset untuk bertukar ide, informasi, dan lainnya yang dapat menunjang bisnis.

Dalam program itu OYO berkomitmen untuk membagi hasil pendapatan tepat waktu, memberikan akses pembiayaan yang terjangkau, membantu pemasaran hotel, dan menyediakan teknologi sebagai solusi untuk pemilik hotel.