Shipper Announces Series A Funding Led by Prosus Ventures

The logistics platform aggregator and marketplace, Shipper, today (18/6) announced the series A funding with undisclosed value, this investment was led by Prosus Ventures (formerly Naspers Ventures) with the participation of Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, and AC Ventures.

In fact, the rumor has been circulating since last month, a source says the value obtained is up to US$20 million or equivalent to 283 billion Rupiah. However, Shipper and its investors are reluctant to comment on this.

The company closed its seed round in September 2019, secured US$5 million from Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, and Y Combinator. Shipper is also part of the Y Combinator startup accelerator program for the 2019 Winter batch.

Debuted in 2017, Shipper was founded by Budi Handoko and Phil Opamuratawongse. The services enable SMEs to have a logistics dashboard, exploring the most efficient and cheapest shipping service based on the goods/destination. They also provide API-based services, to be integrated into a digital application.

“Using this investment, Shipper will continue to grow and look for local talents to join us in building strong data through technology to develop logistics and shipping requirements which has not been well structured,” Shipper’s Co-Founder & COO Budi Handoko said.

Shipper is to expand the coverage area and help consumers find the best shipping partner; without having to waste time comparing costs, orders, tracking, and insurance. To date, Shipper has worked with more than 100 express couriers.

Challenges in logistics

According to data summarized by ResearchAndMarkets.com, the Indonesian logistics market is projected to reach US$240 billion in 2021, it is quite similar to the logistics market projection in India of US$215 billion in 2020. It is also driven by the growth of the e-commerce business, especially the SME sector.

Despite the big number, according to Shipper, the logistics market in Indonesia is still classified as very inefficient. In tier 2 and tier 3 cities, shipping costs often add up to 40% of total transactions in e-commerce, thus becoming a major barrier for people in these cities to adopt e-commerce in whole.

“Shipper comes as a solution to the three main problems of logistics aspects in Indonesia, from shipping services options, complex warehousing, lack of price transparency, and the below-average ability to track routes,” Budi added.

In Indonesia, the e-logistics platform continues to develop. For the platform aggregator, besides Shipper, there is also Anjelo which was launched at the end of 2019. The types of logistics services offered include last-mile delivery, cargo via air and sea, customs services, and warehousing.

In addition, using a more integrated model into its platform, Bukalapak also launched BukaSend. It aggregates services from logistics partners registered in the company to make it easier for consumers to make shipments and order couriers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Shipper Umumkan Pendanaan Seri A, Dipimpin Prosus Ventures

Startup pengembang platform aggregator dan marketplace logistik Shipper hari ini (18/6) mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Tidak disebutkan nilai yang diperoleh, investasi ini dipimpin oleh Prosus Ventures (sebelumnya Naspers Ventures) dengan dukungan Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, dan AC Ventures.

Sebenarnya rumor pendanaan ini sudah beredar sejak bulan lalu, sumber mengatakan nilai yang didapat hingga US$20 juta atau setara 283 miliar Rupiah. Kendati demikian pihak Shipper dan investor enggan untuk memberikan komentar tentang ini.

Perusahaan menutup seed round mereka pada September 2019, bukukan dana senilai US$5 juta dari Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, dan Y Combinator. Shipper juga tergabung dalam program akselerator startup Y Combinator untuk periode Winter 2019.

Debut sejak tahun 2017, Shipper didirikan oleh Budi Handoko dan Phil Opamuratawongse. Layanan mereka memungkinkan UKM memiliki dasbor logistik, untuk menemukan layanan pengiriman yang paling efisien dan murah sesuai dengan barang/tujuan. Mereka juga sediakan layanan berbasis API, untuk diintegrasikan ke dalam sebuah aplikasi digital.

“Dengan investasi ini, Shipper akan terus berkembang dan terus mencari talenta lokal berkualitas untuk bergabung dengan kami dalam membangun data yang kuat melalui teknologi untuk menyusun pemenuhan kebutuhan logistik dan pengiriman yang belum terstruktur dengan baik,” ungkap Co-Founder & COO Shipper Budi Handoko.

Dengan investasi terbaru ini Shipper akan memperluas jangkauan solusi mereka dan membantu konsumen dalam menemukan mitra pengiriman terbaik; tanpa perlu menghabiskan waktu dalam mempertimbangkan perbandingan biaya, pesanan, pelacakan, dan asuransi. Saat ini, Shipper telah bekerja dengan lebih dari 100 kurir ekspres.

Tantangan bisnis logistik

Menurut data yang dirangkum ResearchAndMarkets.com, pasar logistik Indonesia diproyeksikan akan mencapai US$240 miliar pada 2021, angka ini hampir sama dengan estimasi pasar logistik di India sebesar US$215 miliar di 2020. Salah satunya didorong oleh pertumbuhan bisnis e-commerce, terutama digerakkan sektor UKM.

Kendati besar, menurut Shipper, pasar logistik di Indonesia masih tergolong sangat tidak efisien. Di kota tier 2 dan tier 3, biaya pengiriman sering kali bertambah hingga 40% dari total transaksi di e-commerce, sehingga menjadi penghalang utama bagi masyarakat di kota-kota tersebut untuk mengadopsi e-commerce secara massal.

“Shipper hadir sebagai solusi atas tiga masalah utama aspek logistik di Indonesia, mulai dari pemilihan jasa pengiriman, pergudangan yang rumit, kurangnya transparansi harga, dan kemampuan pelacakan rute yang masih di bawah rata-rata,” tambah Budi.

Di Indonesia platform e-logistik terus berkembang. Untuk platform aggregator, selain Shipper ada juga Anjelo yang diresmikan akhir 2019 lalu. Jenis layanan logistik yang ditawarkan meliputi last mile delivery, kargo via udara maupun laut, layanan kepabeanan, hingga pergudangan.

Selain itu, dengan model yang lebih terintegrasi dengan platformnya, Bukalapak juga luncurkan BukaSend. Mengagregasi layanan dari mitra logistik yang telah tergabung ke perusahaan untuk memudahkan konsumen melakukan pengiriman dan pemesanan kurir.

A Logistics Aggregator Platform Shipper is Reportedly Securing 294 Billion Rupiah Worth of Series A Funding

Shipper, the logistics aggregator platform is reported to have secured Series A funding of $ 20 million or equivalent to 294.3 billion Rupiah. The round was led by Naspers with the participation of previous investors, AC Ventures, Insignia Ventures Partners, and Lightspeed Venture Partners.

This news was first released by DealStreetAsia; we have contacted Shipper’s Co-Founder Budi Handoko and AC Venture Managing Partner Adrian Li to get detailed confirmation, however, both are reluctant to comment on the news.

Previously the company closed its seed round in September 2019, raising funds worth $ 5 million or equivalent to 70.3 billion Rupiah. Investors involved included Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, and Y Combinator.

Since it was founded in 2017, Shipper has presented an integrated dashboard to help online sellers in e-commerce manage customer order shipments. In this dashboard, business people can easily get the most efficient logistics service recommendations, including pickup scheduling and integrated reporting.

Shipper’s internal data showed there are currently around 2500 logistic providers in Indonesia with various business scales. The Shipper service has also been used by around 25 thousand online merchants in Indonesia. This year they are targeting to have 1000 micro hubs for pick up and 20 logistics centers. The regional expansion has also been announced, targeting markets in Thailand, Vietnam, and the Philippines.

Shipper has other founder, besides Budi, he is Phil Opamuratawongse. Last year, the startup successfully joined the Y Combinator accelerator program in Silicon Valley, precisely in the Winter 2019.

In Indonesia, the “smart logistic” platform continues to develop. In terms of aggregator platform, besides Shipper, there is also Anjelo officially launched at the end of 2019. They offer logistics services, including last-mile delivery, cargo via air and sea, customs services, and warehousing.

In addition, with a model that is more integrated with its platform, Bukalapak also launched BukaSend. Aggregate services from logistics partners who have joined the company to facilitate consumers with shipments and courier orders.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Agregator Logistik Shipper Dikabarkan Bukukan Pendanaan Seri A 294 Miliar Rupiah

Shipper, pengembang platform agregator logistik dikabarkan telah membukukan pendanaan seri A senilai $20 juta atau setara 294,3 miliar Rupiah. Putaran tersebut dipimpin Naspers dengan keterlibatan investor sebelumnya yakni AC Ventures, Insignia Ventures Partners, dan Lightspeed Venture Partners.

Kabar ini pertama kali dirilis oleh DealStreetAsia; kami telah menghubungi Co-Founder Shipper Budi Handoko dan Managing Partner AC Venture Adrian Li untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut, hanya saja keduanya enggan berkomentar mengenai kabar tersebut.

Sebelumnya perusahaan menutup seed round mereka pada September 2019, kumpulkan dana senilai $5 juta atau setara 70,3 miliar Rupiah. Investor yang terlibat meliputi Lightspeed Ventures Partners, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, dan Y Combinator.

Sejak didirikan pada tahun 2017, Shipper menyuguhkan sebuah dasbor terpadu untuk membantu online seller di e-commerce mengelola kiriman pesanan pelanggan. Dalam dasbor tersebut pelaku bisnis dapat dengan mudah mendapatkan rekomendasi layanan logistik yang paling efisien, termasuk untuk melakukan penjadwalan penjemputan dan pelaporan secara terpadu.

Dari data internal Shipper pun tercatat saat ini ada kurang lebih 2500 penyedia logistik di Indonesia dengan berbagai skala bisnis. Layanan Shipper juga sudah digunakan sekitar 25 ribu pedagang online di Indonesia. Tahun ini mereka menargetkan bisa memiliki 1000 hub mikro untuk penjemputan dan 20 pusat logistik. Ambisi ekspansi regional juga sudah disampaikan, targetnya juga bisa layani pasar Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Selain Budi, Shipper turut didirikan oleh Phil Opamuratawongse. Tahun lalu, mereka berhasil tergabung dalam program akselerator Y Combinator di Silicon Valley, tepatnya pada periode Winter 2019.

Di Indonesia platform “smart logistic” terus berkembang. Untuk platform agregator, selain Shipper ada juga Anjelo yang diresmikan akhir 2019 lalu. Jenis layanan logistik yang ditawarkan meliputi last mile delivery, kargo via udara maupun laut, layanan kepabeanan, hingga pergudangan.

Selain itu, dengan model yang lebih terintegrasi dengan platformnya, Bukalapak juga luncurkan BukaSend. Mengagregasi layanan dari mitra logistik yang telah tergabung ke perusahaan untuk memudahkan konsumen melakukan pengiriman dan pemesanan kurir.

Cerita Startup Indonesia yang Ikut Program Akselerasi Y Combinator

Menjelang akhir tahun 2017, Y Combinator (YC) sebagai program akselerasi startup kenamaan asal Mountain View menyambangi Jakarta untuk memperkenalkan diri. Di acara tersebut hadir Partner YC Gustaf Alströmer menyampaikan beberapa informasi, mendorong startup yang hadir untuk mendaftarkan diri ke program.

Nama-nama seperti PayFazz, Xendit, Nusantara Technology, Shipper sampai yang terbaru Eden Farm akhirnya bergabung ke YC. Kami turut mengamati perkembangannya pasca akselerasi. Sejauh ini yang bisa disimpulkan, para startup berhasil memikat investor (minimal) untuk meningkatkan seed round mereka. Lantas kami tertarik untuk mendalami, sebenarnya apa yang didapat para startup dari pendidikan di Silicon Valley tersebut?

Terlebih dulu kami menghubungi pihak YC untuk menanyakan dasar-dasar program mereka. Director of Communications Lindsay Amos secara singkat menjelaskan bahwa program tersebut memberikan dukungan kepada menyeluruh. Misalnya melalui “Startup School“, para founder diajarkan tentang cara mengembangkan bisnis yang relevan di era digital seperti saat ini. Mereka juga mengarahkan kepada startup untuk memanfaatkan kanal YC Network guna menemukan pengguna produk mereka.

Proses pendaftaran akselerasi

Steven Wongsoredjo adalah Founder & CEO Nusantara Technology, melalui produknya SuperApp.id ia bergabung pada program YC di periode Winter 2018. Ada juga Co-Founder & CEO Eden Farm David Gunawan yang berpartisipasi dalam YC periode Summer 2019. Mereka bercerita kepada DailySocial tentang mekanisme teknis yang harus dilalui untuk bergabung.

Eden Farm
Para founder Eden Farm saat mengikuti rangkaian acara Y Combinator di Mountain View / Dok. Pribadi David

Pada dasarnya, ketika startup dinyatakan lolos seleksi awal –melalui formulir online—mereka akan diwawancara daring melalui sambungan video call. Jika lolos, akan diadakan wawancara yang lebih intensif di Silicon Valley –di tahap ini YC akan membantu akomodasi perjalanan. Wawancara kadang dilakukan secara paralel oleh mentor/pakar dari berbagai bidang untuk memastikan penilaian menjadi lebih objektif.

Setelah tahap tersebut dilalui dan startup lolos, mereka akan bersiap untuk melanjutkan program akselerasi selama 3 bulan di Silicon Valley. Bagi startup tahap awal, mereka diwajibkan untuk mendirikan badan usaha di Amerika Serikan (US INC) dan Indonesia (PT), sehingga perlu mencari pengacara atau firma hukum yang dapat membantu mematuhi aturan hukum tersebut.

Jaringan bisnis yang luar biasa

Turut bergabung dalam wawancara Co-Founder Shipper Budi Handoko yang tergabung di YC periode Winter 2019. Ketiga founder memaparkan bahwa salah satu hal signifikan yang mereka dapat dari YC adalah tergabung ke jaringan bisnis global yang kuat dan partisipatif. David menceritakan, setiap alumni dididik untuk dapat saling mendukung, berbagi kepada startup lainnya dalam berbagai hal –termasuk pengalaman penanganan isu bisnis ataupun teknis.

“Orang-orang di YC itu semuanya entrepreneur. Dengan bergabung di program itu kita makin banyak dikenal mitra, investor. Ini kesempatan bagi kami untuk memvalidasi bisnis kepada top entrepreneurs. Di sana kami belajar cara presentasi bisnis dengan sangat efisien dan efektif,” ujar Budi menambahkan.

Budi Handoko
Budi Handoko saat singgah di Silicon Valley untuk mengikuti pelatihan selama 3 bulan / Dok. Pribadi Budi

Terkait jaringan bisnis Steven turut berujar, “Para alumni YC sangat membantu. Kami saling menjaga dan berbagi sumber daya untuk tumbuh bersama. Selain itu, para mitra memberikan dukungan besar setelah kami mencapai tonggak bisnis, khususnya saat melakukan penggalangan dana.”

Setiap startup yang sudah melalui tahap pendidikan akan melakukan presentasi di acara Demo Day. Menariknya, hampir setiap startup selalu mendapatkan pendanaan awal dari sana. Panggung tersebut memang difokuskan untuk menghubungkan para peserta dengan investor potensial di jaringan YC. Sekarang mereka juga mengadakan program khusus “YC Series A”, “YC Growth”, dan “YC Continuity” untuk para lulusannya, guna meningkatkan bisnis mereka ke tahap lanjutan.

Pelatihan intensif pengembangan produk

Selama tiga bulan program akselerasi, banyak pelatihan yang diberikan oleh mentor-mentor bisnis kenamaan. Mulai dari materi bisnis, kepemimpinan, hingga teknis pengembangan produk disampaikan.

“Slogan YC dari Paul Graham adalah ‘membuat sesuatu yang diinginkan orang’. Dalam 3 bulan pelatihan, mereka mendidik kami tentang cara membangun versi produk yang sangat sederhana tetapi dapat dengan cepat mendapatkan penilaian tentang kecocokan pasar,” terang Steven.

Para mentor selalu menegaskan, perusahaan besar seperti AirBnB atau Drobox juga dimulai dari kecil. Sehingga untuk fase awal tidak perlu membuat produk menjadi rumit, karena justru akan membuat pengguna sulit memahami tujuannya.

“Selama agenda YC, kami punya 2 jam kantor dengan mitra yang ditugaskan untuk mengawasi kami setiap minggu. Setelah itu kami bisa juga memesan kepada mitra yang dipilih untuk memberikan umpan balik. Para mitra hadir dari perusahaan papan atas, misalnya ada Creator Gmail dan Google AdSense [Paul] Buchheit atau ex-CEO Twitch Michael Seibel,” lanjut Steven.

Steven Wongsoredjo
Steven Wongsoredjo bersama mentornya yang juga merupakan CEO AirBnB Brian Chesky / Dok. Pribadi Steven

Pembentukan mental founder juga menjadi hal yang dirasakan betul manfaatnya, tak terkecuali oleh David. Pelatihan di Silicon Valley benar-benar membuat setiap partisipan selalu berorientasi dengan produk dengan pengukuran berbasis data.

Direkomendasikan, bagi startup tahap awal yang mau tumbuh besar

Shipper adalah startup asal Singkawang Kalimantan Barat, keterlibatannya di YC memberikan dampak yang sangat signifikan. Menurut Budi, pasca program ia memiliki lebih banyak referensi mengenai bisnis serupa di luar negeri. Ini penting digunakan untuk studi banding maupun kesempatan perluasan kemitraan. Kesempatan bergabung di program akselerasi tersebut juga membuat startup lebih banyak dikenal, tidak sekadar level nasional tapi juga global.

Steven juga merekomendasikan bagi startup –khususnya di tahap awal untuk bergabung di program ini. Sebelum bergabung, ia mengaku seorang pendiri yang idealis, sangat perfeksionis terhadap pengembangan produk. Sebelum diluncurkan, ia harus selalu memastikan semua berjalan sempurna. Namun padahal tidak demikian prosesnya, validasi pasar justru perlu dilakukan sedini mungkin. Pengajaran YC memberikan perspektif baru yang diterapkan pada SuperApp.id.

“Pengalaman YC benar-benar mengubah pola pikir saya. Mereka mengajarkan untuk membuat versi paling sederhana dari produk dan meluncurkan secepat mungkin. Tujuannya untuk menguji apakah tesis kami memiliki kecocokan di pasar. Waktu adalah komoditas paling berharga, jadi kita harus secepat mungkin memastikan itu semua, bukan sekadar berasumsi,” tutup Steven.

Shipper Bags 70 Billion Rupiah, Tightening Its Position as the Logistics Aggregator

The logistics aggregator platform, Shipper, today announced seed funding worth of $5 million or equivalent to 70.3 billion Rupiah. The investors include Lightspeed Ventures, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures and Y Combinator. It tops up the previous round for $150 thousand after participated in the Y Combinator accelerator program.

The fund is to focus on talent and user acquisition. After its launching in 2017, Shipper is now serving more than 25 thousand online sellers. The increasing e-commerce traction and sales through social media has boosted the logistics business initiated by Phil Opamuratawongse and Budi Handoko.

Indonesia has a unique order in terms of geographic. It consists of many islands and has its own challenge for logistics business. They believe the condition cannot be solved by a single company. Based on Shipper’s internal data, there are about 2,500 registered logistics working on various segments in Indonesia.

Many of the logistics cover the small areas, but they didn’t really understand the location – related to the access reliability, for some locations are hard to reach. Shipper allows sellers to have relevant logistics services, that can accommodate efficient delivery to each destination.

They also provide pick-up courier and to include pick-up point for the package. In addition to track, the technology is also designed to help logistics in managing the package. It includes to calculate the best route. A special API also created for business consumer, to connect Shipper solution to partner’s platform.

Shipper is to target 1,000 micro hubs for pick up and 20 logistics center. They also have ambition for regional expansion, targeting Thailand, Vietnam, and the Philippines for the next years.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Shipper Bukukan Pendanaan Awal 70 Miliar Rupiah, Perkuat Posisinya sebagai Agregator Layanan Logistik

Startup pengembang platform agregator layanan logistik Shipper hari ini mengumumkan telah membukukan putaran pendanaan awal senilai $5 juta atau setara 70,3 miliar Rupiah. Investor yang terlibat meliputi Lightspeed Ventures, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures dan Y Combinator. Investasi ini meningkatkan perolehan sebelumnya senilai $150 ribu pasca keterlibatannya di program akselerasi Y Combinator.

Modal yang didapat akan difokuskan untuk perekrutan dan akuisisi pelanggan. Sejak diluncurkan tahun 2017, Shipper kini telah melayani lebih dari 25 ribu pedagang online. Peningkatan traksi e-commerce dan jual beli via media sosial turut membuat bisnis logistik yang diusung Phil Opamuratawongse dan Budi Handoko ini melejit di pasar.

Secara geografis Indonesia memiliki tatanan yang unik. Wilayah yang terbagi menjadi banyak pulau memberikan tantangan tersendiri bagi bisnis logistik. Pihak Shipper meyakini, kondisi tersebut tidak mungkin untuk diselesaikan oleh satu pemain saja. Dari data internal Shipper pun tercatat saat ini ada kurang lebih 2500 penyedia logistik di Indonesia dengan berbagai skala bisnis.

Banyak bisnis logistik yang hanya mencakup wilayah kecil, namun mereka tahu betul mengenai lokasi tersebut — termasuk terkait keandalan akses, karena beberapa lokasi juga sulit dijamah. Platform Shipper memungkinkan para pedagang untuk mendapatkan layanan logistik yang relevan, yang mampu mengakomodasi pengiriman secara efisien ke daerah-daerah yang dituju.

Shipper juga menghadirkan layanan kurir penjemputan paket ke lokasi pengguna, pun mulai menyediakan lokasi penjemputan atau pengambilan paket. Selain untuk pelacakan, teknologi yang dikembangkan turut didesain membantu penyedia logistik untuk mengelola pengiriman. Termasuk mengalkulasi rute pengiriman terbaik. API khusus juga disediakan untuk konsumen bisnis, menghubungkan solusi Shipper ke platform yang dikembangkan mitra.

Hingga tahun depan Shipper targetkan miliki 1000 hub mikro untuk penjemputan dan 20 pusat logistik. Ambisi ekspansi regional juga sudah disampaikan, targetnya juga bisa layani pasar Thailand, Vietnam, dan Filipina di tahun-tahun mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Startup Agregator Perusahaan Logistik Shipper Resmi Meluncur

Logistik menjadi salah satu komponen krusial dalam mendukung bisnis yang ada saat ini. Keberadaannya sangat mendukung roda ekonomi dan menghidupkan berbagai usaha kecil maupun menengah, khususnya yang berjualan secara online melalui platform e-commerce dan marketplace.

Untuk mengatasi berbagai kesenjangan terkait layanan logistik, startup agregator perusahaan logistik Shipper resmi meluncur di Indonesia. Shipper bertindak sebagai agregator yang menghubungkan penjual dengan perusahaan logistik dalam wadah online.

Setelah menerima pesanan dari pembeli, penjual dapat membuat booking dengan memasukkan alamat pengambilan barang. Penjual bisa memilih dari berbagai macam jasa logistik sesuai kebutuhan, mau yang paling murah atau yang paling cepat.

Berikutnya kurir Shipper akan datang menjemput barang dan mengantarkannya ke hub Shipper terdekat. Dari sana, kurir dari perusahaan logistik yang dimaksud akan datang mengambil barang dan mengantarkan ke pembeli.

“Penjual online atau perusahaan akan memiliki lebih banyak waktu untuk hal yang lebih penting dan banyak kurir yang akan mendapatkan pekerjaan yang bisa bantu kehidupan mereka. Kami juga memonitor setiap pergerakan barang kiriman setiap hari dengan tracking ke perusahaan logistik tanpa diminta penerima barang,” terang Founder dan CEO Shipper Budi Handoko, Rabu (4/9).

Terhitung, Shipper telah bermitra dengan 19 jasa logistik seperti POS Indonesia, JNE, J&T, Tiki, RPX, REX, hingga logistik untuk pengiriman ke luar negeri yakni Fedex, DHL, dan Aramex. Adapun wilayah operasional Shipper telah tersebar di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Kediri, dan Solo.

Rencana Shipper

Sampai akhir tahun ini, Budi menargetkan Shipper dapat ekspansi ke 20 kota lainnya di seluruh Indonesia dengan membuka hub di sana. Tak hanya itu, perusahaan berencana untuk menambah fitur produk baru, di antaranya WordPress Plugin untuk memudahkan integrasi dengan sistem e-commerce dan chatbot dalam platform LINE dan Facebook Messenger untuk tracking order dan cek ongkos kirim.

Produk Shipper yang tersedia sementara ini situs yang dapat diakses untuk cek tarif dan melacak barang. Kemudian, ada web app dinamai Bos Portal dikhususkan untuk pedagang yang ingin melacak barang kiriman mereka, dan host to host API.

“Kami juga ingin meluncurkan Warehouse Management System (WMS) yang mengintegrasikan perusahaan logistik dengan hub Shipper dan menghadirkan aplikasi Shipper. Seluruh rencana ini ditargetkan akan meluncur tahun depan.”

Terkait monetisasi bisnis, Shipper tidak membebankan biaya tambah baik untuk pembeli maupun pedagang. Melainkan ke perusahaan logistik itu sendiri. Besaran komisi tergantung volume pengiriman, kisarannya antara 5% sampai 40% dari total biaya pengiriman.

Untuk operasional bisnis, sejauh ini Shipper masih menggunakan dana dari kantong sendiri. Budi menerangkan, pihaknya berencana untuk melakukan penggalangan dana dari investor agar bisnis dapat lebih ekspansif.

“Masih dalam tahap diskusi dengan beberapa investor lokal. Kami masih pakai dana sendiri untuk operasionalnya,” pungkas Budi.

Shipper baru-baru ini mendapatkan penghargaan dari berbagai kompetisi, di antaranya Juara 2 Amvesindo Demo Day, Juara 2 Seedstars World Jakarta, Juara 3 G-Startup World Jakarta, dan Finalis Creative Business Cup 2017.

Mengenal Feedr dan Visinya Membantu Bisnis dengan Teknologi E-Commerce Terpadu

Feedr merupakan sebuah perusahaan baru yang coba mengintegrasikan teknologi untuk menghadirkan solusi e-commerce, khususnya dalam hal penguatan sebaran bisnis dan penetrasi. Apa yang dilakukan Feedr cukup menyeluruh, dari hulu ke hilir mulai dari perencanaan hingga eksekusi. Dari apa yang ditawarkan, salah satu yang menarik adalah kesempatan bagi bisnis membawa produknya ke pasar luar negeri.

Terkait kesempatan go global tersebut, saat ini Feedr mengklaim telah siap menjangkau 9 negara di Asia, dengan integrasi di lebih dari 24 marketplace online di wilayah tersebut. Kendati peluncuran resminya baru akan dilaksanakan pada 28 Oktober mendatang, bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda, saat ini Feedr sudah mulai melayani klien-kliennya.

Pendiriannya didukung oleh empat orang yang sangat berpengalaman dalam dunia bisnis terkait e-commerce dan UMKM di Indonesia. Pertama ada Hadi Kuncoro (CEO), sebelumnya sebagai CEO aCommerce Indonesia dan Operation Director Zalora. Kemudian ada Riyeke Ustadiyanto (CTO), yang juga adalah Founder MarketBiz dan iPaymu. Ada juga Budi Handoko (COO) yang juga menjadi Founder Shipper.id. Terakhir Subiakto Priosoedarsono sebagai komisaris dan telah lama malang melintang di sektor pengembangan UMKM di Indonesia.

“Feedr didirikan oleh empat founder, jika digabung akan menjadikan 100 Years Experiences Founder di dunia profesional dan bisnis. Komposisi ini diyakini akan sangat involve membangun UKM di Indonesia, khususnya untuk go online. Kami bercita-cita membangun legacy bagi bangsa,” ujar Hadi Kuncoro kepada DailySocial.

Konsep layanan Feedr adalah “A to Z Solution” untuk pendirian dan operasional bisnis e-commerce. Terbagi dalam dua tahapan implementasi, yakni demand generation services dan demand fullfilment services. Pada demand generation, layanan yang ditawarkan meliputi konsultasi digital dan branding, pengembangan teknologi (web, aplikasi, sistem pembayaran), pemasaran digital, dan manajemen kanal online-offline. Sedangkan pada demand fullfilment layanan yang disajikan memfasilitasi bisnis untuk berekspansi global, pengelolaan warehousing dan manajemen penyampaian logistik.

Target pemasarannya pun cukup menyeluruh, mulai dari B2C (Business-to-Consumer) hingga B2G (Business-to-Government). Untuk jangkauan akses sendiri, saat ini Feedr mengklaim mampu membawa kliennya menembus pasar beberapa negara, termasuk Indonesia, India, Malaysia, Singapura, Jepang, Thailand, Vietnam, hingga Filipina. Integrasi dengan pemain e-commerce dan online marketplace besar di wilayah tersebut juga digalakkan untuk menghadirkan saluran penjualan produk dari sini.

“Salah satu misi kami adalah menyediakan layanan end-to-end bagi brand, product owner dan retailer sehingga dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri sekaligus membawa produknya ke pasar global. Kami fokus membantu dari sejak membangun produk dan brand, mengembangkan sistem manajemen kualitas untuk kebutuhan legal, pengembangan sistem manufaktur, logistik hingga membuka pasar secara online dan offline melalui sebuah integrasi teknologi,” lanjut Hadi.

Integrasikan teknologi untuk bantu bisnis optimalkan peluang perdagangan digital

Menggambarkan bagaimana sistem Feedr bekerja / Feedr
Menggambarkan bagaimana sistem Feedr bekerja / Feedr

Dalam penerapannya Feedr sebenarnya tidak sendiri, karena ada beberapa platform yang akan diintegrasikan. Feedr sendiri sebagai platform akan berperan sebagai channel management, dibantu plaform Shipper untuk logistik, platform Ananta untuk reseller, platform Chatzbro untuk chatbot yang membantu proses penjualan. Platform iPaymu, Automatgram, dan Wifimu pun juga turut masuk dalam daftar integrasi di dalamnya.

Apa yang ingin disajikan Feedr adalah satu kesatuan sistem untuk membantu bisnis berfokus pada peningkatan transaksi. Sebuah terobosan untuk menyederhanakan proses bisnis dan menghadapi tantangan ekspansi di jalan perdagangan digital ini.

“Salah satu yang paling kuat ada di kanal socio-commerce, baik melalui Facebook atau Instagram. Bahkan kami mengembangkan chatbot yang dapat digunakan langsung untuk transaksi di di sana, tidak perlu melalui marketplace. Di platform reseller sendiri kami memiliki lebih dari 20 ribu jaringan online yang terintegrasi dalam satu platform, pun demikian dengan sistem pembayarannya,” terang Hadi.