Bukalapak, OLX Deny Findings about Collection of Private Information

Online marketplace Bukalapak and OLX have released a clarification statement regarding Opera Max’s findings on the collection of private information by e-commerce firms around the globe.

Opera Max stated that Bukalapak and OLX are among the top 12 shopping apps that frequently send a high number of trackers.

Both Bukalapak and OLX denied the result and stated that the customer data they had collected was not sensitive and was used to develop their services to generate a better shopping experience.

As a company that applies a data-driven experience concept, Bukalapak confirmed that its customer data was important. Furthermore, the company stated that its collaboration with a third party did not involve customers’ crucial information, such as credit cards and escrow accounts. It also stated that although they still utilized HTTP protocols for their transaction processes, the option was safe and no data could be obtained from mobile or a public Wi-Fi connection. It also works together with a payment getaway that guarantees the safety of customer data.

Similarly, OLX said it only collected users’ open information without sharing it with other parties and that the data was used for service development and improving user experience.

However, the company currently does not use HTTP, although they used to employ it around five months ago.

Data management and privacy app Opera Max publicized findings that stated more than 50 percent of e-commerce apps for Android devices sent trackers to users. The study said that the tracker, or non-encrypted HTTP connection via mobile connection, could be used to share customer data with a third party. Opera Max also revealed a list of 12 e-commerce apps that often sent a high amount of trackers, including Amazon Shopping, JCPenney, Bukalapak and OLX.

Opera Max also quoted research that said that customers’ names, e-mail addresses, location, search terms and phone numbers were among the pieces of information shared with third parties.


Disclosure: The original article is in Indonesian and syndicated in English by The Jakarta Post

[Tidbit] Bukalapak Gandeng Go-Send, Digital Engagement Center Indosat Ooredoo, Office Boy Tokopedia Belajar Bahasa Pemrograman

Bukalapak gandeng Go-Send

Sebagai bentuk komitmen Bukalapak untuk para pengguna demi memberikan kemudahan, kali ini Bukalapak bekerja sama dengan GO-SEND memberikan promo untuk mempercepat pengiriman barang dengan potongan harga setiap hari sebesar Rp5.000,-. Promo ini berlaku di 15 area di seluruh Indonesia mulai dari Jabodetabek, Denpasar, Bandung, Surabaya, Makassar, Palembang, Medan, Balikpapan, Yogyakarta, Semarang, Manado, Solo, Samarinda, Malang, Batam setiap hari. Untuk semakin mempercepat dan mempermudah para pelanggan mendapatkan barang impiannya di bulan November, kami bekerja sama dengan GO-SEND untuk mempercepat barang pesanan sampai di rumah.

GO-JEK adalah on-demand mobile platform dan aplikasi terdepan yang menyediakan berbagai layanan lengkap mulai dari transportasi, pengiriman barang, pembayaran, layanan antar makanan, dan berbagai layanan on-demand lainnnya, dengan menghubungkan pengguna dengan lebih dari 250.000 mitra driver ojek dan mobil, lebih dari 35.000 penjual makanan, serta lebih dari 3.000 penyedia layanan lainnya. Perusahaan kini telah beroperasi di 15 kota, termasuk Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Yogyakarta, Balikpapan, Malang, Solo, Manado, Samarinda dan Batam.

Office boy Tokopedia belajar bahasa pemrograman

Semua bisa belajar coding. Tim IT kami sendiri sudah dua bulan ini intensif mengajarkan coding kepada office boy Tokopedia dan hasilnya positif, ujar COO Tokopedia Leontinus Alpha Edison (Leon). Leon menerangkan bahwa karyawan Tokopedia memang memiliki program bertajuk Nakama Learning Class di mana masing-masing Nakama (sebutan untuk karyawan Tokopedia) bisa membuka semacam kelas tambahan di sebelum atau sesudah jam kantor untuk berbagi ilmu yang ia kuasai kepada sesama Nakama. Ada kelas bahasa Jepang, kelas bahasa Arab, kelas make up, gitar, yoga dan yang baru-baru ini coding.

Digital Engagement Center Indosat Ooredoo

Indosat Ooredoo, meluncurkan sebuah inovasi digital terbaru bernama Digital Engagement Center (DEC) yang ditujukan kepada pelanggan bisnis (B2B) dan pemerintah. Peluncuran DEC memang menjadi salah satu bagian dari visi Indosat Ooredoo menjadi perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia. Namun, teknologi tersebut harus dimanfaatkan dengan maksimal agar mampu menjalankan strategi dan mengembangkan bisnis lebih efektif. DEC akan membantu mengumpulkan persepsi dan pengalaman dari sebuah produk di media sosial untuk menjadi bahan evaluasi dan pengembangan produk atau kebijakan.

Sebagai perusahaan yang fokus pada masyarakat, Indosat Ooredoo memiliki visi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan yakin bahwa layanannya dapat mendorong pertumbuhan bagi pelanggannya untuk mencapai potensi terbaiknya melalui penyediaan layanan komunikasi yang bermanfaat.

Opera Temukan Adanya “Pelacak” dalam Online Marketplace, Bisa Sebabkan Kebocoran Data

Di era digital, ancaman keamanan data menjadi salah satu perhatian utama. Terlebih dengan mulai banyaknya layanan digital yang mengumpulkan data pribadi. Baru-baru ini Opera Max dalam sebuah studi menemukan adanya pengumpulan informasi pribadi yang dilakukan oleh beberapa aplikasi e-commerce di seluruh dunia menggunakan alat pelacak. Untuk aplikasi belanja Indonesia ada dua nama yang disebut, yakni OLX dan Bukalapak.

Temuan ini berasal dari penilaian risiko privasi di Opera Max, sebuah aplikasi manajemen data dan penghematan data milik Opera. Kurang lebih sebanyak 60 aplikasi belanja paling populer ditinjau menggunakan mode privasi menggunakan aplikasi Opera Max. Selain itu pihak Opera menyebutkan bahwa dalam penelitian lainnya disebutkan bahwa informasi pribadi seperti nama pengguna, alamat email, lokasi, istilah pencarian dan nomor telepon dibagikan kepada pihak ketiga melalui pelacak.

Opera Max risk assessment_id-1

Dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa sebanyak 96% aplikasi belanja tidak melindungi data-datanya dengan menggunakan enkripsi penuh untuk menghubungkan aplikasi ke server mereka. Hal ini dinilai bisa menimbulkan risiko kebocoran privasi bagi para pembeli ketika melakukan transaksi menggunakan aplikasi tersebut. Data yang lewat melalui koneksi HTTP yang tidak terenkripsi bisa saja dicegat di tengah perjalanan menuju ke server utama.

“Kebanyakan orang tidak akan memberitahukan informasi rinci kartu kredit mereka atau nama lengkap dan alamat mereka kepada karyawan di sebuah toko tempat mereka berbelanja atau melihat-lihat produk. Tapi ketika menggunakan aplikasi belanja online, orang melakukan hal ini dan tidak menyadari bahwa informasi-informasi seperti ini dapat dibagikan ke pihak lain”, ujar Head of Product Opera Max Sergey Lossev.

Dari total 60 aplikasi belanja teratas yang dimasukkan sebagai subjek penelitian, dua nama dari Indonesia, OLX dan Bukalapak, masuk sebagai 12 aplikasi belanja yang paling sering mengirimkan pelacak dalam jumlah yang relatif tinggi.

Aplikasi paling sering mengirimkan pelacak
Aplikasi paling sering mengirimkan pelacak

Tidak banyak informasi yang dijabarkan oleh pihak Opera mengenai temuannya ini. Tidak ada informasi bagaimana cara pengujian maupun cara Opera mencoba mendeteksi alat pelacak yang digunakan.

Dari pengamatan DailySocial, situs Bukalapak sudah dilengkapi dengan HTTPS sehingga ada enkripsi data level SSL di situs mereka, namun OLX masih menggunakan protokol HTTP. Pengamatan DailySocial terbatas untuk akses dari situs web. Untuk akses melalui aplikasi mobile kami belum memiliki informasi lebih lanjut.

Akan menjadi pekerjaan rumah andai saja Bukalapak dan OLX terbukti mengirimkan pelacak yang tidak melindungi data-data pelanggan mereka. Dengan posisi mereka saat ini di industri e-commerce tanah air, peningkatan keamanan menjadi hal yang paling diharapkan.

Bukalapak Kolaborasi dengan Go-Jek Hadirkan Pengiriman Cepat

Mulai minggu lalu Go-Jek telah menjalin kerja sama dengan Bukalapak untuk menghadirkan layanan pengiriman barang Go-Send. Sebuah metode pengiriman barang yang diklaim memiliki waktu sampai yang cepat. Layanan Go-Send ini juga sudah terintegrasi, artinya penentuan lokasi sampai dengan pemesanan driver bisa dilakukan langsung melalui Bukalapak.

Di fase awal, penggunaan Go-Send untuk pengiriman barang melalui Bukalapak baru bisa dinikmati oleh penjual atau pelapak dan pembeli yang sama-sama berada di area Jabodetabek, dengan jarak pengiriman maksimal 30 KM dan bobot maksimal 7 kg. Pelayanannya pun masih terbatas, yakni mulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB, di luar jam tersebut layanan Go-Send masih bisa digunakan namun baru akan dikirimkan sesuai jam operasional yang berlaku. Untuk pengoperasiannya pun masih terbatas. Fitur atau layanan Go-Send bisa pesan menggunakan web, untuk aplikasi mobile-nya tampaknya masih dipersiapkan oleh kedua belah pihak.

Tombol cari driver Go-Send / Bukalapak

Dari penjelasan yang tertera di laman resmi Bukalapak, cara kerja Go-Send ini diharapkan bisa memudahkan pelapak dan pembeli yang ingin segera mengirim atau mendapatkan barang mereka. Langkah-langkahnya pun terbilang cukup sederhana, pembeli pertama kali diminta untuk memilih metode pengiriman Go-Send, setelah itu wajib melengkapi alamat, lengkap dengan posisi yang diterangkan dengan peta. Setelah semua proses dijalankan, pelapak akan mendapat notifikasi dan mulai melakukan pencarian driver. Selanjutnya barang bisa diproses untuk dikirimkan ke pembeli.

Perihal ongkos, semua ongkos driver Go-Jek sudah terhitung dengan biaya pembayaran di awal. Belum jelas apakah nantinya driver akan mendapat pemasukan berupa uang cash atau kredit.

Jika ditengok dalam beberapa tahun terakhir ini bukan kali pertama Go-Jek berkolaborasi dengan layanan e-commerce kenamaan. Sebelumnya Go-Jek juga menghadirkan layanan sejenis dengan menggandeng Tokopedia bertajuk Go-Kilat. Selain Go-Jek, Ninja Xpress juga memberikan alternatif pengiriman barang bagi merchant dengan solusi berbasis teknologi, terutama di kawasan Jabodetabek.

Bukalapak Persiapkan IPO Paling Lambat 2026

Bukalapak, salah satu marketplace terbesar di Indonesia, tengah mempersiapkan rencana melantai (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 10 tahun dari sekarang atau sebelum 2026. Selain itu, dalam kurun waktu tersebut diharapkan dapat merangkul hingga 30 juta pelapak (penjual). Jumlah tersebut lebih dari separuh jumlah pengusaha UKM yang tercatat dalam Kementerian Koperasi dan UKM RI sebesar 57,9 juta pada 2015.

Seperti diberitakan sebelumnya, BEI mendorong Bukalapak untuk menjadi salah satu pelopor startup lokal yang melakukan IPO di Tanah Air bersama-sama dengan Kaskus. Namun, pada saat itu kabar tersebut disangkal oleh Achmad Zaky, CEO Bukalapak.

[Baca juga: Bukalapak dan Kaskus Klarifikasi Rumor IPO (UPDATED)]

“Dalam kurun 10 tahun mendatang, kami menargetkan sudah melantai di BEI. IPO itu adalah alat, jangan dijadikan tujuan, sebab kami akan pakai alat apa saja untuk membuat UKM Indonesia jadi lebih maju,” ujar M Fajrin Rasyid, Co-founder dan CFO Bukalapak, saat ditemui DailySocial di kantornya, Senin (29/8).

Mengenai target pelapak, lanjutnya, dari data Kemenkop tidak seluruhnya UKM bisa feasible untuk dijadikan sebagai usaha online. Maka dari itu, pihaknya menaruh patokan sekitar 25 juta sampai 30 juta di antaranya memiliki potensi bisa bergabung menjadi penjual di Bukalapak.

“Kami prediksi dari total pengusaha UKM yang terdata oleh Kemenkop sekitar 25 juta sampai 30 juta di antaranya menjadi target kami untuk bisa bergabung menjadi penjual di Bukalapak.”

Bukalapak sendiri tahun ini menargetkan jumlah pelapak yang bergabung mencapai angka 2 juta, pencapaian hingga Agustus 2016 sudah melebihi 1 juta pelapak. Dalam jangka menengah, Bukalapak juga menargetkan pada 2020 jumlah pelapak bisa menyentuh angka 10 juta.

Menurutnya, strategi yang dipakai Bukalapak untuk menggaet lebih banyak pelapak dengan aktif mengadakan roadshow ke kota-kota di Indonesia, kopi darat dengan pelapak existing dan calon pelapak, dan terus memperbaharui fitur forum diskusi yang sudah disediakan Bukalapak. Strategi pendekatan lainnya, lanjutnya, masih dalam perencanaan perusahaan sambil mengikuti perkembangan konsumen Indonesia.

Sebab, perlu diketahui, belum tentu strategi yang dilakukan Bukalapak pada saat ini bisa diaplikasikan pada masa depannya. “Kami akan terus menyesuaikan strategi sesuai dengan perkembangan konsumen dan perekonomian Indonesia itu sendiri agar bisa tetap tepat sasaran. Sekaligus, membuat kami jadi lebih aware agar tetap bisa bersaing dengan markeplace lainnya.”

Fajrin juga mengungkapkan, dalam beberapa tahun pihaknya berambisi ingin membawa produk UKM Indonesia ke ranah pasar internasional. Namun hingga kini, rencana tersebut masih dalam tahap kajian internal perusahaan. Mengingat banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, misalnya meningkatkan tingkat edukasi penjual dan pembeli, perbaikan sistem logistik, dan sebagainya.

Edukasi menjadi salah satu pekerjaan rumah terbesar Bukalapak. Sebab, masih banyak masyarakat yang belum memahami konsep marketplace dan perbedaaannya dengan e-commerce atau iklan baris online. Selain itu, masih banyak penjual yang masih menjadikan media sosial sebagai basis utama penjualan online mereka.

Akan tetapi, bila dibandingkan kondisinya dari tahun-tahun sebelumnya sekarang ini sudah lebih baik. Pasalnya, tingkat penetrasi masyarakat Indonesia terhadap internet sudah berangsung meningkat, belum lagi ditambah harga smartphone dan paket data yang semakin terjangkau sehingga akses internet semakin mudah didapat.

“Visi misi kami hingga 10 tahun mendatang adalah menjadi partner utama seluruh UKM di Indonesia, dengan merangkul sebanyak-banyaknya pengusaha. Kemudian, Bukalapak bisa menjadi brand yang melekat dari benak setiap orang ketika ingin berjualan dan membeli suatu produk. Sama halnya dengan YouTube yang pertama kali muncul di benak orang-orang saat ingin menonton video online.”

Terus perbaiki bisnis

Bukalapak, sambung Fajrin, juga terus memperbaiki bisnis guna mendapatkan pengguna lebih banyak lagi. Bukalapak sudah tersedia dalam platform desktop, Android, dan iOS. Dia mengklaim, rating Bukalapak dalam aplikasi mobile termasuk salah satu aplikasi dengan rating tertinggi di antara marketplace lainnya.

Rating menjadi salah satu patokan utama yang diambil Bukalapak dalam peningkatan kualitas bisnis untuk konsumennya. Kendati demikian, hal ini tidak membuat Bukalapak tidak menjadi bias karena lebih mengutamakan aplikasi mobile ketimbang desktop.

Menurutnya, mengutamakan seluruh channel marketing bisa membuat Bukalapak terus menjaga kualitas pelayanannya. Dia mengungkapkan, ada suatu tren yang diperkirakan bakal terjadi di masa mendatang, ketika konsumen akan kembali ke penggunaan desktop daripada mengunduh aplikasi di smartphone-nya.

“Meski itu hanya suatu riset, tapi kami menganggapnya kemungkinan saja bisa terjadi. Pasalnya ada kemungkinan konsumen akan lebih selektif dalam mengunduh aplikasi dalam smartphone karena bisa jadi ingin menghemat storage dan ingin merasakan experience terlebih dahulu dengan mengakses lewat desktop. Apabila ada manfaatnya, baru mereka akan mengunduhnya. Hal inilah yang membuat kami tetap ingin memajukan seluruh channel yang dimiliki.”

Selain itu, Bukalapak juga akan tetap rutin menjaga keamanan data pelanggan dan perusahaan dengan menggandeng perusahaan internet security dan hacker secara berkala. Hal ini agar potensi kejahatan online bisa diminimalisir Bukalapak sekaligus menjaga kenyamanan konsumen saat bertransaksi.

Dari sisi logistik, Bukalapak ingin terus menambah rekanan kerja sama dengan perusahaan logistik agar lama waktu pengiriman bisa lebih singkat dengan biaya yang lebih terjangkau.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Klaim Kini Miliki 17 Juta Pengguna Terdaftar dan Rangkul 1 Juta UKM

Salah satu target Bukalapak ketika menginjak usia enam tahun di tahun 2016 ini adalah bisa merangkul setidaknya dua juta UKM untuk bergabung di platform mereka. Kini, Bukalapak mengklaim sudah memiliki 17 juta pengguna terdaftar dan ada hampir satu juta UKM yang bergabung di platform mereka. Lewat program nasional Penggerak Pelapak, Bukalapak juga ingin mengajak anak-anak muda di Indonesia untuk mendorong UKM Indonesia ‘naik kelas’.

Pada Januari 2016 silam, Bukapalak merayakan ulang tahun mereka yang keenam. Ada dua resolusi yang diungkap oleh CEO Bukalapak Achmad Zaky ketika itu, yakni untuk bisa sejajar dengan pemain global lain dan bisa merangkul dua juta UKM Indonesia. Sedangkan dari sisi transaksi, target yang ingin dicapai saat itu adalah bisa melompat setidaknya enam kali lipat dari tahun 2015 lalu.

Kemarin (23/6), dalam acara temu media yang berlangsung di Seribu Rasa, Jakarta, Zaky mengungkapkan bahwa Bukalapak kini telah memiliki 17 juta pengguna terdaftar dengan empat sampai lima juta di antaranya adalah pengguna aktif. Di samping itu UKM yang telah dirangkul jumlahnya saat ini mencapai hampir satu juta. Ini juga tidak lepas dari salah satu program nasional yang dilancarkan oleh Bukalapak, yaitu Penggerak Pelapak.

Penggerak Pelapak adalah program yang lahir dari gagasan bahwa ‘menaikkelaskan’ UKM di era digital mutlak diperlukan untuk menopang perekonomian bangsa. Para Penggerak Pelapak sendiri terdiri dari talenta-talenta muda yang bertugas di daerah masing-masing untuk mengajak UKM ‘naik kelas’ melalui platform digital. Saat ini Bukalapak sendiri sudah memiliki Penggerak Pelapak yang tersebar di 14 kota, mulai dari Cimahi, Solo, Malang, Lampung, Palembang, Pangkal Pinang, dan Pekalongan.

Zaky mengatakan, “Gerakan ini akan membantu UKM berjualan secara nasional [melalui Bukalapak] dan diharapkan bisa meningkatkan pendapatan mereka. Peserta [Penggerak pelapak] nantinya harus mengajari pelaku UKM dalam membuat lapak online dan mengembangkan bisnisnya. […] Hingga saat ini sudah ada ratusan orang yang bergabung dan kami ingin ada ribuan orang [bergabung] yang tersebar secara nasional.”

Bukalapak juga tidak sendirian dalam menjalankan program Penggerak Pelapak ini. Menurut Zaky, ada kerja sama dan dukungan yang diberikan oleh Bekraf dan juga Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah untuk memberikan pelatihan.

Pada April silam Bukalapak sendiri telah menjalin kerja sama dengan Bekraf untuk memaksimalkan potensi UKM melalui pendampingan pemasaran online, fasilitasi hak cipta, hingga dukungan finansial.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak dan Kaskus Klarifikasi Rumor IPO (UPDATED)

Pekan lalu beredar kabar bahwa Bukalapak dan Kaskus tengah dalam pembicaraan dengan Bursa Efek Indonesia untuk melakukan IPO. Menurut Direktur Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio, Bukalapak dan Kaskus sudah melakukan penjajakan untuk melakukan IPO dan diklaim masih ada beberapa hambatan dalam hal kesiapan legal dan administrasi. Belakangan, baik pihak Bukalapak maupun Kaskus membantah pihaknya akan mendaftarkan diri secara publik dalam waktu dekat.

CEO Bukalapak Achmad Zaky kepada DailySocial mengungkapkan bahwa pihaknya belum ada rencana sama sekali untuk IPO dan berita yang beredar tidaklah benar. Justru pihak BEI yang mengundang Bukalapak untuk untuk IPO.

“Tidak ada omongan sama sekali soal BL [Bukalapak] ingin IPO. Cuma ketemu Pak Tito Kepala BEI (Bursa Efek Indonesia) dan beliau yang ngajak untuk IPO,” ujar Zaky.

Hal yang sama juga diklarifikasi pihak Kaskus. Direktur GDP Venture (investor Kaskus) Martin Hartono mengungkapkan bahwa Kaskus tidak akan melakukan IPO dalam waktu dekat. Sebelumnya Co-Founder Kaskus Andrew Darwis mengungkapkan keinginan Kaskus untuk IPO dalam jangka waktu beberapa tahun lagi.

Sejauh ini belum ada startup yang benar-benar memasang target atau setidaknya melakukan IPO dalam beberapa tahun ke depan. Hanya Bhinneka dalam pembicaraan mengenai target dan rencananya di tahun 2016 kepada Dailysocial mengungkapkan rencananya untuk bisa menjadi salah satu startup yang melakukan IPO setidaknya sekitar dua tahun mendatang.

Satu-satunya kisah keterbukaan startup Indonesia sejauh ini adalah KinerjaPay, sebuah platform e-commerce, yang terdaftar di bursa OTC Amerika Serikat.

Menurut venture capitalist Aileen Lee, bagi startup, termasuk yang sudah berstatus unicorn, kondisi privat cenderung lebih nyaman karena tidak perlu melaporkan kondisi keuangan secara publik, tidak perlu berhadapan dengan investor aktivis (tidak banyak di Indonesia, tetapi banyak di negara-negara maju), bisa fokus ke strategi jangka panjang, dan tidak perlu mengungkapkan strategi bisnisnya ke publik.

Update: Co-Founder Kaskus Andrew Darwis menanggapi isu IPO menjawab, “Semua startup / pemain di industri .com itu pasti punya mimpi untuk bisa IPO / masuk bursa saham. Kita (Kaskus) udah pernah ada pembahasan IPO tapi sampe sekarang belum ada rencana untuk IPO. Jadi pemberitaan di MetroTV itu kurang akurat karena saat itu kita diundang untuk Pembukaan Pasar Modal dan bukan untuk pembicaraan IPO.”

Kaskus dan Bukalapak Mulai Jajaki IPO di BEI

Berita mengenai IPO perusahaan-perusahaan startup di Indonesia mulai berhembus beberapa bulan terakhir. Beberapa startup yang dipandang sebagai pemain top masuk daftar yang dikabarkan segera melantai di bursa saham Indonesia. Nama-nama tersebut antara lain Tokopedia, Bhinneka, Go-Jek, Bukalapak dan Kaskus. Dua nama terakhir bahkan sudah mulai mengadakan pembicaraan dengan Bursa Efek Indonesia untuk rencana IPO ini.

Seperti diberitakan Kontan Direktur Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengungkapkan bahwa ada beberapa startup di bidang teknologi informasi yang sudah membuka pembicaraan runtun melakukan IPO seperti Bukalapak dan Kaskus. Namun sayangnya masih ada beberapa hambatan dalam hal kesiapan legal dan administrasi.

“Kaskus dan Bukalapak.com sudah ngobrol sebenarnya. Proses 4-5 bulan bisa selesai untuk mengurus IPO asal mereka commit,” ujar Tito.

Sebelumnya juga kabar mengenai Kaskus ingin melakukan IPO sudah beredar di awal bulan ini. Dalam sebuah wawancara dengan Metro TV CTO Kaskus Andrew Darwis mengungkapkan bahwa Kaskus akan segera IPO dalam beberapa tahun lagi. Jika kembali merujuk pernyataan Tito, sangat dimungkinkan mereka sedang menyiapkan beberapa dokumen dan administrasi yang menjadi hambatan.

Menyoal IPO yang akan dilakukan oleh startup-startup Indonesia memang sedang menjadi sorotan beberapa pihak, terutama pihak Bursa Efek Indonesia dan OJK. Dalam pemberitaan sebelumnya Bursa Efek Indonesia memiliki rencana untuk memfasilitasi startup yang ingin melakukan IPO namun startup terlebih dulu harus mendapatkan pembinaan dari OJK.

Tak hanya OJK dan Bursa Efek Indonesia, dukungan agar startup segera melakukan IPO juga datang dari KADIN (Kamar Dagang dan Industri). Bahkan bersama dengan Bursa Efek Indonesia KADIN akan membangun sebuah inkubator yang mempersiapkan IPO untuk startup-startup Indonesia.

Salah satu efek menjadi perusahaan publik adalah keterbukaan informasi, termasuk informasi laporan keuangan. Sejumlah startup teknologi di Amerika Serikat nilai sahamnya stagnan, atau bahkan jatuh, karena kondisi keuangan yang masih merugi. Apakah startup teknologi di Indonesia sudah siap buka-bukaan?

Kerja Sama Bekraf dan Bukalapak Maksimalkan Potensi UKM Kreatif Nasional

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Bukalapak meresmikan kerja sama dalam komitmen memajukan pelaku ekonomi kreatif agar dapat bersaing di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melalui pendekatan digital. Secara seremonial, nota kesepahaman ditandatangani Kepala Bekraf Triawan Munaf dan CEO Bukalapak Achmad Zaky dalam rangkaian acara bertajuk “Kampanye Pahlawan Pelapak” di kantor Bukalapak.

Melalui kerja sama ini, Bukalapak dan Bekraf berkomitmen untuk melakukan pendampingan pemasaran online, fasilitasi hak cipta, dukungan finansial, pengembangan talenta serta pembinaan pengembangan produk kreatif bagi para pelaku ekonomi kreatif di seluruh Indonesia.

Dalam sambutannya, Triawan menyampaikan pandangan seputar kerja sama ini:

“Bekraf menyambut baik kerja sama yang akan kami lakukan dengan Bukalapak. Bukalapak memiliki misi untuk bersama-sama memajukan para pelaku ekonomi kreatif di Indonesia. Selain itu, dari 16 sub-sektor industri kreatif yang menjadi tugas pokok kami, tujuh di antaranya seperti fashion, kuliner, kerajinan, musik, desain komunikasi visual, aplikasi dan pengembangan game, hingga seni rupa dapat kita kembangkan melalui kerja sama dengan Bukalapak, Lebih lanjut kita juga dapat memfasilitasi para pelaku ekonomi kreatif ini agar dapat terus terkoneksi, terhubung dan bersaing di MEA melalui aplikasi Bukalapak.”

Para pelaku usaha di sektor kreatif disebut-sebut menjadi bagian penting dari jantung penggerak perekonomian Indonesia. Mereka memberikan kontribusi serta andil bagi badan usaha dan penyerapan tenaga kerja nasional. Melalui platform online marketplace Bukalapak, akan disinergikan sebuah program untuk mendorong para pelaku usaha mikro (UKM) guna memperluas pangsa pasar.

Para pelaku ekonomi kreatif dari Sabang sampai Merauke memiliki potensi yang sangat besar. Untuk membantu kelangsungan usaha dan persaingan di MEA, para pelaku usaha harus tetap terhubung dan terdukung.

Dalam sambutannya Zaky menyampaikan:

“Kami percaya bahwa ekonomi kreatif, termasuk di dalamnya para Pelapak di Bukalapak, adalah penggerak dalam industri perdagangan tanah air. Dengan usaha pemerintah untuk memberikan dukungan bagi para pelaku ekonomi kreatif, kami ingin turut berkontribusi untuk membantu pemasaran melalui pemanfaatan platform digital. Melalui kerja sama kami dengan Bekraf, kami berkomitmen untuk mengajak dan membantu 100.000 pelaku ekonomi kreatif untuk go online.”

Triawan menambahkan bahwa platform e-commerce secara luas adalah keniscayaan untuk meningkatkan pasar produk ekonomi kreatif Indonesia, baik untuk pasar nasional maupun internasional.

Bukalapak Selenggarakan Programming Contest Keduanya di Bandung

Bukalapak baru saja menggelar Programming Contest untuk yang kedua kali. Diselenggarakan pada 9 April 2016, acara ini dihelat di Kota Kembang (Bandung). Lebih dari 100 mahasiswa jurusan teknologi informasi se-Bandung dan Jabodetabek memenuhi kursi kompetisi pemrograman ini. Dalam kompetisi ini, para peserta dituntut untuk menyelesaikan puzzle algoritma menggunakan bahasa C/C++, Java, Ruby ataupun Python.

Program ini diharapkan  dapat meningkatkan kapabilitas engineer software di Indonesia. Para peserta didorong untuk mempelajari pemrograman terutama dalam meningkatkan coding dan membangun bakat yang lebih baik lagi sehingga dapat bersaing dan berkontribusi bagi dunia digital Indonesia.

Nugroho Herucahyono, CTO dan Co-Founder Bukalapak, dalam sambutannya mengatakan:

“Bukalapak  ingin mendorong perkembangan kemajuan teknologi di Indonesia.  Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan potensi para programmer muda.  Oleh karena itu, melalui kegiatan ini, diharapkan para programmer dapat berkompetisi secara sehat sekaligus mendorong semangat belajar tinggi dan keinginan berkembang.”

Nugroho menambahkan bahwa jumlah pekerja IT di Indonesia belum memadai. Jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih banyak ketimbang tenaga kerjanya. Oleh karena itu kontes pemrograman ini diharapkan bisa meningkatkan minat pelajar di Indonesia untuk belajar IT dan tetap meningkatkan kemampuan agar memiliki daya saing.

Kompetisi ini dimenangkan oleh Ahmad Zaky, mahasiswa ITB (angkatan 2012) sebagai juara pertama, diikuti oleh Alvin Setiadi, mahasiswa Binus (angkatan 2012) sebagai juara kedua, juara ketiga dimenangkan oleh Luqman Arifin Siswanto dari  ITB (angkatan 2013), sementara juara ke-4 dan ke-5 dimenangkan oleh Tjandra Satria Gunawan dari Universitas Indonesia (angkatan 2012) dan Jauhar Arif mahasiswa ITB (angkatan 2015).

“Sebagai mahasiswa, ingin berkontribusi terhadap dunia digital Indonesia, dan juga memajukan industri digital Indonesia. Banyak sekali pengetahuan yang saya dapat sangat bermanfaat, tidak hanya teori saja seperti yang ada di kelas. Semoga dengan apa yang saya dan teman-teman dapatkan hari ini, bisa menjadi acuan kami untuk berkarya bagi bangsa,” jelas pemenang ajang ini, Ahmad Zaky.