Startup Coworking Space “CoHive” Resmi Kolaps

Startup coworking space CoHive diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Putusan ini tercantum dalam putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Register No: 231/Pdt/Sus-PKPU/2022/PN.Jkt.Pst, tertanggal 18 Januari 2023.

“Menyatakan termohon PKPU (PT Evi Asia Tenggara) dalam keadaan Pailit dengan segala akibat hukumnya terhitung sejak putusan ini diucapkan,” tulis pengumuman tersebut, dikutip Rabu (1/2).

Berdasarkan pengumuman itu, Rio Sadrack M. Pantow dan Benny Marnala Pasaribu ditetapkan sebagai tim kurator. Debitor pailit, para kreditur, dan kantor pajak diminta menyaksikan sidang dan rapat lainnya.

Adapun sidang perdana diselenggarakan pada hari ini (1/2) di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pukul 10.00 WIB. Sedangkan batas akhir pengajuan kreditor adalah 9 Februari 2023 pada pukul 10.00 WIB sampai 17.00 WIB.

Mengutip dari Katadata, sebelumnya Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan CoHive, PUKPS atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sementara pada 2 September 2022. PKPU adalah mekanisme penyelesaian utang untuk menghindari kepailitan.

Debitur dapat mengajukan rencana perdamaian dengan tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang pada kreditur selama periode yang telah ditetapkan oleh pengadilan. CoHive diberi waktu 45 hari sejak putusan.

Belum ada keterangan resmi yang diberikan oleh salah satu investor awal CoHive, East Ventures, mengenai kabar tersebut kepada media. Akan tetapi bila mengacu dari situsnya, saat ini CoHive masuk ke dalam kategori exit portofolio.

Perjalanan CoHive

Selain East Ventures, CoHive juga didukung oleh investor lainnya, seperti Insignia, Naver Corp, dan lain-lain. Terakhir, startup tersebut mengumumkan putaran seri B pada 2019 dengan total dana ekuitas sebesar $40 juta. Menurut sumber, pendanaan ini melambungkan valuasi perusahaan mencapai lebih dari $100 juta.

CoHive didirikan pada 2015 sebagai proyek internal East Ventures, yang awalnya dinamai EV Hive. Kemudian pada 2017 diambil alih oleh Jason Lee, Carlson Lau, dan Ethan Choi yang mengganti namanya menjadi Cocowork, kemudian diganti lagi menjadi CoHive.

Perusahaan semakin ekspansif masuk ke berbagai kota. Pada 2020, perusahaan mengoperasikan 30 lokasi dengan total luas area mencapai 60 ribu meter persegi, di Jakarta, Medan, Yogyakarta, dan Surabaya. Layanan yang disuguhkan cukup beragam melalui keanggotan CoHive, mulai dari workspace, coworking, private office, meeting room, sampai dengan coliving.

Ekspansi terakhirnya di Surabaya diumumkan pada 2019 menggandeng Tanrise Property dan TIFA Property sebagai mitra strategis. Pada akhir 2020, salah satu investor CoHive, Chris Angka mengambil alih sebagai CEO perusahaan.

Industri coworking space

Menurut Coworking Space Global Market Report 2022, memprediksi ukuran pasar industri coworking space global bertumbuh dari $13,60 miliar di 2021 menjadi $16,17 miliar di 2022 dengan CAGR 18,9%. Laporan tersebut juga menggarisbawahi, pertumbuhan bisnis ini sangat dipengaruhi dengan peningkatan jumlah startup, termasuk tren ruang kerja fleksibel di kalangan pekerja muda.

Faktanya, bisnis ini juga mengalami turbulensi saat dampak virus corona memuncak pada pertengahan 2020. Diperkirakan jumlah penurunan permintaan coworking space melebihi 50%, ditengarai kebijakan bekerja dari rumah yang diberlakukan oleh para pegiat startup. Di era ini, kemudian muncul tren kerja hybrid –memadukan remote working dan bekerja di kantor—membuat para pekerja lebih fleksibel untuk menentukan tempat.

Besar kemungkinan CoHive terlalu ekspansif sehingga gagal mencapai unit economy sebelum pandemi meluluhlantakkan bisnisnya.

Pemain sejenisnya, GoWork masih beroperasi di Indonesia. Perusahaan tersebut mengantongi tambahan amunisi Seri C1 pada 2021. Sejumlah investor bergabung, termasuk Gobi Partners lewat Meranti Asean Growth Fund, dan telah mengumpulkan $3,6 juta.

Salah satunya investor GoWork, Indogen Capital, menyampaikan pandangannya terkait prospek industri ini.

“Hipotesis kami melihat bahwa permintaan terhadap coworking space akan bounce back dan tetap bertumbuh secara modest. Kami melihat future of working itu akan hybrid, orang sudah terbiasa dengan produktivitas kerja yang baru selama pandemi tapi secara bersamaan tidak mau kehilangan fungsi sosial untuk bertemu tatap muka. Alhasil akses multi-lokasi dari coworking space akan menjadi strong moat dalam jangka panjang untuk address change of behavior ini,” ucap Vice President Indogen Capital Kevin Winsen.

JD.ID Dikabarkan akan Hengkang Akhir Januari 2023, Bisnis Logistik Tutup Lebih Dulu

JD.ID, perusahaan e-commerce patungan JD.com dan Provident Capital, dikabarkan bakal tutup operasional per akhir bulan ini. Seluruh bisnis operasional JD.ID bakal ditutup satu per satu, salah satunya bisnis logistik JDL Express Indonesia yang resmi tutup per 22 Januari 2023.

Informasi ini diperoleh dari sumber terpercaya DailySocial.id. Dia menyampaikan, “JD.id juga selesai akhir bulan ini [Januari 2023].”

Saat dikonfirmasi, Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID Setya Yudha Indraswara tidak bersedia memberikan pernyataannya. “Terkait hal ini, mohon maaf, saat ini saya belum bisa memberikan statement apapun,” kata dia.

Bila kabar ini benar, maka sekaligus mengonfirmasi pemberitaan sebelumnya yang menyebutkan rencana JD.com untuk exit dari Indonesia dan Thailand pada kuartal I 2023. Persaingan bisnis yang ketat dengan pemain e-commerce lainnya, jadi salah satu alasan dibalik hengkangnya JD.com.

Sebagai perusahaan e-commerce, JD.ID bukanlah pemain yang dominan di Indonesia. Mengutip dari data iPrice, posisi tertinggi JD.id berada di posisi keenam besar terjadi pada kuartal IV 2018. Saat itu, jumlah kunjungan situs per bulannya tembus hampir 17 juta kali. Lalu terus merosot hingga per kuartal II 2022, kunjungannya merosot di angka 2,3 juta kali, menempatkan posisinya di urutan ke-10.

Sementara mengutip dari SimilarWeb, kunjungan situs JD.ID melorot ke angka 1,6 juta kali per Desember 2022. Menempatkan JD.ID di urutan ke-15 dari situs e-commerce yang paling dikunjungi di Indonesia.

Sinyal-sinyal perusahaan mulai kesulitan sebenarnya sudah terlihat lewat gelombang PHK yang ditempuh hingga dua kali sepanjang tahun lalu. Pertama kali terjadi pada Juni 2022 dengan merumahkan puluhan pegawai.

Kemudian, pada awal Desember 2022, JD.id mengumumkan PHK terhadap 30% karyawan atau sekitar 200 orang. Perusahaan berdalih keputusan tersebut diambil karena saat ini menghadapi perubahan bisnis yang sangat cepat terjadi. Oleh karena itu, langkah adaptasi perlu diambil perusahaan.

“Salah satu langkah yang diambil manajemen adalah melakukan perampingan agar perusahaan dapat terus bergerak menyesuaikan dengan perubahan,” ucap Setya.

JDL Express resmi tutup

Tak hanya itu, sumber kami juga mengonfirmasi mengenai kebenaran informasi terkait tutupnya JDL Express Indonesia. “Iya [benar tutup],” ucap dia. Informasi ini sebelumnya sudah disampaikan melalui situs resmi JDL Express.

“Layanan JDL Express Indonesia nonaktif per tanggal 22 Januari 2023. Apabila terdapat kendala dengan pengiriman paketmu, silakan hubungi Customer Experience kami,” tulis pengumuman tersebut.

Belum ada keterangan lebih lanjut yang disampaikan perusahaan terkait nasib aset dan karyawannya. Namun sumber kami menyampaikan, belum ada investor baru yang berniat untuk ambil alih seluruh aset JDL Express. “Belum ada investor baru,” tambahnya.

JDL Express yang sebelumnya bernama J-Express atau JX Indonesia ini sudah berdiri sejak 2015. Echo Hong merupakan CEO terakhir yang menjabat di perusahaan tersebut, resmi didapuk pada 5 Oktober 2022. Hong merupakan salah satu pemimpin termuda di JD Worldwide, platform e-commerce khusus impor milik JD.com, dan memiliki 11 tahun pengalaman di bidang logistik. Ia telah bergabung bersama JD.ID sejak 2012.

Mengenai pencapaian JDL Express, disebutkan bahwa perusahaan memiliki 11 gudang, lebih dari 250 titik drop point, serta lebih dari 3.000 kurir. Penawaran produknya mulai dari layanan pengiriman reguler, pengiriman dengan metode pembayaran di tempat (Cash on Delivery), metode pembayaran dengan menggunakan kartu di tempat (Card Swipe on Delivery), tailor-made, fulfillment, kargo, last mile, dan cross border last mile.

Application Information Will Show Up Here

Resmi Tutup Platform Marketplace, Elevenia Mulai Eksplorasi Layanan B2B

Selesai sudah perjalanan Elevenia mengisi pasar online marketplace di Indonesia setelah hampir satu dekade lamanya. Per 1 Desember 2022 kemarin, Elevenia mengumumkan penghentian layanan dan operasional melalui situs resminya.

DailySocial.id telah mencoba menghubungi perwakilan Elevenia mengenai penutupan layanan ini dan langkah selanjutnya. Namun, belum ada tanggapan hingga berita ini diturunkan.

Selain marketplace, Elevenia juga memiliki lini bisnis yang membidik segmen B2B, yakni Elevenia Biz dan Enterprise Digital Technology Services (EDTS). Salah satu inisiatif yang telah hadirkan adalah platform E-Nusantara melalui kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta.

Inisiatif baru yang disiapkan Elevenia / Sumber: Elevenia

Berdasarkan keterangan di situs resminya, E-Nusantara disebutkan sebagai perusahaan trading yang memiliki misi untuk memberdayakan UMKM melalui digitalisasi untuk mendorong keberlanjutan sektor agrikultur dan UMKM. Platform ini membantu pemilik bisnis lokal menentukan komoditas lokal bahan baku dan memperluas penjualan ke pasar domestik dan global.

E-commerce milik operator

Kilas balik, XL Axiata dan SK Planet berinisiatif masuk ke e-commerce dengan membentuk usaha patungan (joint venture) pada 2013. XL merupakan operator seluler, sedangkan SK Planet anak perusahaan telekomunikasi asal Korea Selatan, SK Telecom. Masing-masing mengenggam kepemilikan sebesar 50%.

Layanan ini meluncur dengan nama Elevenia satu tahun setelahnya. Di tahun pertamanya, Elevenia mengantongi 1 juta pengguna dan mencetak pendapatan sebesar Rp250 miliar. Di 2016, Elevenia tercatat menawarkan lebih dari 4 juta produk dari 40.000 seller.

Ketatnya kompetisi dan sulitnya monetisasi memaksa XL dan SK Planet untuk hengkang dari bisnis ini, dan melepas kepemilikan ke Salim Group pada 2015. Saham keduanya diserahkan ke PT Jaya Kencana Mulia Lestari dan Superb Premium Pte. Ltd. melalui mekanisme Perjanjian Jual Beli Bersyarat (CSPA).

Pasca-divestasi tersebut, Elevenia sempat mencoba strategi baru dengan berfokus pada peningkatan kinerja keuangan yang lebih sehat melalui pengurangan diskon dan selektif terhadap subsidi.

Sebelum XL, layanan e-commerce milik operator, yakni Cipika.com (Indosat Ooredoo) lebih dulu tutup di 2017, sedangkan Blanja.com (JV milik Telkom dan eBay) menyusul tiga tahun berselang. Bagi operator telekomunikasi yang sektornya padat investasi dan berorientasi pada keuntungan, model bisnis e-commerce terbilang sulit sustain dalam jangka panjang.

Pasar e-commerce Indonesia

E-commerce merupakan motor penggerak utama ekonomi digital di Indonesia. Lebih dari satu dekade, ada banyak pelaku e-commerce hadir di Indonesia hingga akhirnya menyisakan beberapa pemain saja.

Saat ini, e-commerce Indonesia dikuasai oleh Tokopedia, Shopee, dan Lazada. Laporan Statista mencatat trafik bulanan di kuartal II 2022 dipimpin oleh Tokopedia dengan 158,35 juta kunjungan, Shopee dengan 131,3 juta kunjungan, dan Lazada sekitar 26,64 juta.

Meskipun ekosistemnya terbilang paling matang dibandingkan vertikal lain, pelaku e-commerce masih berupaya mencari model monetisasi yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap profitabilitas. Pemain e-commerce masih menggelontorkan subsidi pada biaya logistik dan promosi.

Tokopedia, misalnya, akhirnya memperkenalkan paket berlangganan “Plus by GoTo” sebagai bentuk monetisasi baru induk usahanya, GoTo. Sementara, Bukalapak memilih untuk fokus ke lini bisnis “Mitra” UMKM sejak beberapa tahun terakhir.

Dalam laporan DSResearch bertajuk “The Power of E-commerce Spectrums”, faktor logistik dan distribusi masih menjadi tantangan utama pelaku e-commerce Indonesia.

Menurut GM Corporate Development MDI Ventures Alvin Evander, ekosistem turunan e-commerce, seperti logistik, tetap menjadi target investasi menarik di masa depan. Pasalnya, inovasi-inovasi di sub sektor ini dinilai dapat meningkatkan efisiensi serta  mengurangi biaya logistik.

Startup Quick Commerce “Bananas” Resmi Tutup, Segera Pivot ke Bisnis Baru

Startup quick commerce Bananas mengumumkan akan tutup layanan e-grocery setelah resmi beroperasi selama 10 bulan. Kegagalan menemukan unit ekonomi yang cocok jadi penyebab utama diambilnya keputusan tersebut.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Bananas Mario Gaw menyampaikan, meski tutup ia akan mempertahankan sejumlah karyawannya untuk pivot ke bisnis baru yang benar-benar berfokus pada menyelesaikan masalah dengan unit ekonomi yang lebih baik. “Totally new [bisnis] focusing on a pain point with better unit economics,” ucapnya.

Dalam pengumuman yang disampaikan perusahaan di media sosial, perusahaan mengucapkan rasa terima kasih kepada mitra dan pemasok utama yang telah mendukung hadirnya layanan e-grocery dari Bananas untuk melayani para konsumen. Namun, perusahaan mengakui setelah beroperasi selama berbulan-bulan, sembari terus bereksperimen dengan berbagai bagian bisnis, tidak menemukan bagaimana dapat menciptakan unit ekonomi yang dapat bekerja.

“Dengan dukungan luar biasa dari investor kami, kami telah memutuskan untuk memanfaatkan runway yang tersisa untuk membangun sesuatu yang lebih baik,” tulis pengumuman tersebut.

Lebih lanjut disampaikan, berkaitan dengan itu manajemen akan menghentikan layanan e-grocery setelah selesai menjual semua stok dengan diskon yang signifikan. Perusahaan juga memastikan semua talentanya yang terkena dampak dapat segera mendapat tempat baru selama masa transisi ini, dengan memanfaatkan jaringan dan kolega di industri.

“Ini hanya perpisahan sementara dari tim di balik Bananas. Kami yakin bahwa masa-masa sulit ini hanya akan menempa orang-orang di dalamnya untuk menjadi lebih baik dan lebih kuat di masa depan,” tutup pengumuman tersebut.

Saat awal debut, Bananas telah didukung oleh sejumlah investor, seperti East Ventures, SMDV, Arise, dan Y Combinator. Total dana yang diperoleh sebesar $1,5 juta.

Tantangan di quick commerce

Awalnya Bananas memosisikan diri sebagai quick commerce untuk konsumen middle to high. Kalangan ini didefinisikan punya gaya hidup sibuk, seperti profesional dan orang tua karier yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Mereka juga bukan tipikal yang oportunis yang selalu disokong dengan diskon atau cashback.

“Kami melihat segmen ini masih sangat baru, mereka malas menghabiskan waktu di jalan, belum lagi harus antre di supermarket dan angkut belanjaannya yang berat itu. Angle kami adalah mengincar mereka, bukan yang harus dipancing dengan promo,” kata Mario saat interview dalam sesi #SelasaStartup pada September lalu.

Ia pun mengakui bahwa tantangan di quick commerce ini begitu besar karena menyatukan seluruh kerumitan dalam operasionalnya. Misalnya, harus bangun dark store, mengurus inventaris, sourcing barang di lokasi mana yang laku mana yang tidak, ini baru sebagian kecil saja.

“Jadi semua fungsi dan lini itu susah. Pun juga dari marketing untuk akuisisi user di Pondok Indah dan Kelapa Gading mungkin lebih mudah bikin event di mall. Tapi belum tentu di lokasi lain sama karena beda gaya hidup dan kebiasaan.”

Di tambah lagi, dengan kenaikan harga BBM, otomatis membuat Bananas harus putar otak untuk tetap menekan pengeluaran di tengah perang bisnis ritel yang marginnya terkenal tipis. Solusi yang kini tengah diusahakan adalah mengembangkan algoritma agar sistem pengantaran dapat dilakukan dalam satu batch untuk satu kendaraan sekali jalan untuk satu area.

Sebelumnya, Dropezy juga mengambil langkah serupa dengan pivot ke bisnis yang benar-benar baru di luar e-grocery. Kompetitor terdekat Dropezy dan Bananas, yang bergerak di vertikal sama hanya menyisakan Astro yang masih beroperasi.

Astro mulai mengembangkan produk private label, dinamai Astro Goods. Sejauh ini, produk yang sudah dirilis dari makanan ringan, makanan segar, paket siap masak, hingga kerajinan tangan. Selanjutnya, Astro Kitchen untuk produk makanan dan minuman siap santap. Disebutkan, perusahaan memiliki lebih dari 40 dark store yang terbesar di Jabodetabek.

HappyFresh juga sempat berhenti, namun kembali beroperasi setelah terima dana segar berbentuk debt dari Genesis, InnoVen, dan Mars. Ketiganya merupakan modal ventura yang berfokus pada pendanaan berbasis utang (debt).

Application Information Will Show Up Here

Fabelio Dinyatakan Pailit, Wajib Selesaikan Kewajiban

Startup e-commerce produk furnitur Fabelio (PT Kayu Raya Indonesia) resmi dinyatakan pailit. Berdasarkan pengumuman pailit di surat kabar, pernyataan tersebut diputuskan oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt. Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST, tertanggal 5 Oktober 2022.

Dalam putusan tersebut, pengadilan mengabulkan putusan pailit terhadap PT Kayu Raya Indonesia. “Menyatakan Debitor (PT Kayu Raya Indonesia) dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya,” tulis pengumuman putusan pailit, dikutip dari Katadata.

Rapat kreditur pertama ditetapkan pada pekan ini (17/10). Ini ditetapkan oleh Hakim Pengawas pada 6 Oktober. Sedangkan batas akhir pengajuan tagihan para kreditur dan tagihan pajak ditetapkan bulan depan (14/11) paling lambat pukul 17:00 di kantor pengurus.

Selanjutnya, rapat pencocokan piutang/verifikasi tagihan para kreditor dan kantor pajak dijadwalkan seminggu setelahnya atau 28 November pukul 10:00 di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

“Sehubungan dengan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan penetapan hakim pengawas tersebut, kami mengundang para kreditur, debitur, dan pihak lain yang berkepentingan untuk menghadiri rapat-rapat tersebut.”

Sebelumnya, isu ini sudah lama mencuat di media massa sejak tahun lalu berawal dari kegagalan perusahaan membayar gaji karyawan dan vendor sejak September 2021. Bahkan, muncul petisi yang sudah ditandatangani oleh 3.125 orang hingga 14 Desember 2021.

Manajemen berkilah kondisi tersebut terjadi karena pandemi yang membatasi gerak aktivitas orang-orang untuk keluar rumah. Namun, menurut laporan The Ken, alasan tersebut bertolak belakang dengan kondisi para kompetitornya yang justru tumbuh subur. Alias masalah Fabelio itu karena ulah sendiri.

Selain Fabelio, DailySocial.id juga mengompilasi sejumlah startup yang tutup sepanjang 2021 hingga tahun ini. Berikut daftarnya:

1. Bonza

Berdasarkan penelusuran DailySocial.id, startup ini tutup pada awal tahun ini. Dari halaman LinkedIn co-founder Bonza, ia sudah tidak bekerja di Bonza per Januari 2022. Situs resminya juga sudah tidak bisa diakses. Startup ini juga telah masuk dalam daftar portofolio terdahulu di East Ventures.

East Ventures sudah dua kali menyuntik startup yang didirikan pada 2020 oleh Elsa Chandra dan Philip Thomas. Total dana yang diperoleh Bonza mencapai lebih dari Rp35 miliar dari berbagai investor, tak hanya East Ventures. Ketika ditanya perihal status Bonza, pihak East Ventures enggan memberikan komentar.

Bonza adalah startup big data yang berambisi membantu perusahaan menerjemahkan data yang dimiliki dari berbagai sumber untuk diintegrasi menggunakan AI dan machine learning untuk membantu mengambil keputusan dalam skala yang optimal.

2. Jipay

Kabar ini langsung dikonfirmasi oleh Dayana Yermolayeva selaku CEO melalui unggahan di laman LinkedIn. Jipay adalah startup fintech untuk pekerja rumah tangga (PRT) yang menyediakan kartu prepaid dan aplikasi bagi keluarga dalam mengelola pengeluaran lewat PRT mereka.

Ia memutuskan untuk menghentikan Jipay bukan karena kehabisan uang, tapi karena gagal mencapai product-market-fit. Dari hasil yang didapat, solusi Jipay tidak mampu mengubah kebiasaan keluarga dan PRT dalam mengelola anggaran keuangan. Pertumbuhan justru terjadi karena didorong oleh cashback, yang menimbulkan minimnya loyalitas, di samping buruk juga untuk bisnis secara jangka panjang.

Dengan model bisnis yang dilakukan, pada akhirnya Jipay hanya jadi sekadar platform remitansi. Yang mana, di Singapura harus ada lisensi khusus, belum lagi margin yang tipis.

“Pada akhirnya turun ke matematika sederhana. Mengingat pendanaan kami saat ini, kami tidak akan menghasilkan pendapatan pengiriman uang yang cukup di Singapura untuk meningkatkan seri A kami, sementara memperluas ke pasar kami berikutnya, UEA, akan membutuhkan investasi yang jauh lebih banyak,” tulis Yermolayeva.

Ia pun memberikan penutup, “Beberapa minggu yang sulit dipenuhi dengan pertanyaan dan ambiguitas, tetapi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada investor dan tim saya karena telah mendukung saya di setiap langkah.”

Jipay telah memperoleh pendanaan tahap awal senilai $1,3 juta dari East Ventures, SHL Capital, dan beberapa angel investors.

3. Orori

Meski belum ada pernyataan resmi dari manajemen. Dari penelusuran DailySocial.id, startup yang didirikan oleh George Budi Sumantri dan Triono J. Dawis ini telah berhenti beroperasi pada sekitar April 2021.

Baik situs dan kantor pusat Orori telah ditutup. Perusahaan dituding gagal mengembalikan dana masyarakat yang berinvestasi melalui e-mas dan beli perhiasan melalui Orori. Akun media sosial Orori di Instagram dihujani oleh konsumen yang tidak bisa menarik dananya.

Traveloka Segera Tutup Layanan “Traveloka Eats” dan “Traveloka Send”

Traveloka segera menutup layanan pesan-antar makanan dan logistik, Eats dan Send. Keputusan tersebut diambil karena mulai bangkitnya industri pariwisata yang menjadi bisnis utama perusahaan sejak awal berdiri. Penutupan ini menyusul layanan online grocery “Traveloka Mart” yang sudah tutup akhir Agustus 2022.

Melansir dari informasi yang disampaikan Traveloka kepada merchant, Eats akan efektif berhenti beroperasi pada 31 Oktober 2022. Disampaikan pada tanggal tersebut, Traveloka Eats tidak lagi menerima transaksi baru; akan melakukan rekapitulasi data transaksi dan melaksanakan kewajiban pembayaran; dan, pengembalian dana oleh para pihak, jika ada.

Saat dihubungi oleh DailySocial.id, narasumber Traveloka menyatakan bahwa pemberhentian kedua layanan ini adalah bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan. “Seiring dengan bangkitnya sektor perjalanan, kami sangat antusias menyambut hal ini ke depannya,” ucapnya, Jumat (30/9).

Lebih lanjut, sebelum tenggat waktu berakhir, pihaknya memastikan selama proses berlangsung, karyawan, mitra dan konsumen tetap menjadi fokus utama perusahaan, demi memastikan transisi yang baik sesuai aturan yang berlaku. Tak hanya itu, terus berkoordinasi dengan para mitra, serta menyediakan dukungan dalam proses pemberhentian layanan Eats dan Send ini berlangsung.

Sebagai catatan, langkah eksploratif Traveloka masuk ke lifestyle superapp makin gencar sejak awal pandemi. Saat itu semangatnya adalah agar perusahaan tetap relevan dengan kebutuhan gaya hidup masyarakat. Mart, Eats, dan Send adalah tiga layanan yang baru dirilis dalam kurun waktu tersebut. Bukan kabar burung, tapi kebetulan ketiganya merupakan vertikal bisnis yang tak terlepas dari subsidi yang besar demi akuisisi pengguna.

Traveloka Eats sudah hadir sejak 2021, telah menjangkau kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, dan Medan. Perusahaan merekrut armada pengantaran sendiri, selain didukung oleh armada dari Lalamove. Armada inilah yang juga diutilisasi untuk solusi Send yang baru dirilis pada awal bulan ini. Baru seumur jagung, solusi ini baru tersedia di Jabodetabek untuk pengantaran maksimal 12 km.

Namun demikian, sebenarnya ada layanan lain yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan bisnis akomodasi dan perjalanan di superapp Traveloka, misalnya layanan investasi emas bekerja sama dengan Pegadaian. Menurut informasi di aplikasi, mereka akan segera melengkapi opsi produk investasi dengan instrumen lainnya.

Selain produk investasi, menurut catatan DailySocial.id, selama pandemi Traveloka juga merilis solusi lainnya, yakni QuickRide yang memanfaatkan API dari Blue Bird untuk pemesanan taksi, Health untuk layanan telekonsultasi dengan dokter, dan Online Xperience Tur Visual yang dikemas dengan metode siaran langsung. Seluruh layanan di atas bisa dipastikan tidak berat dari segi investasi yang harus dikeluarkan perusahaan karena memanfaatkan API dari pihak ketiga.

Dibandingkan dengan kompetitor terdekatnya, misalnya Tiket.com dan Pegipegi, cara Traveloka membangun ekosistem layanan memang berbeda. Mereka tidak membatasi hanya pada layanan yang bersinggungan langsung dengan perjalanan dan penginapan. Lebih dari itu Traveloka mencoba menawarkan pengalaman gaya hidup yang lengkap dalam satu aplikasi. Para rivalnya masih tetap fokus untuk memperdalam layanan perjalanan dan akomodasi dengan berbagai fitur pendukungnya.

Industri pariwisata mulai rebound

Kemarin (29/9) saat pengumuman fasilitas pinjaman dari investor ternama, Co-founder & CEO Traveloka Ferry Unardi menyampaikan, bisnisnya terus mengalami peningkatan dan industri pariwisata kembali bangkit dari pandemi. Dana segar yang diterima ini nantinya akan dimanfaatkan untuk memperkuat neraca kami dan memungkinkan kami untuk terus fokus pada bisnis utama, sekaligus membangun bisnis masa depan.

Seiring dengan gencarnya vaksinasi global dan faktor lainnya, per kuartal II 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan signifikan kunjungan turis ke Indonesia mencapai 172% dibandingkan kuartal yang sama di tahun sebelumnya. Dibandingkan sebelumnya, turun 75% menjadi 4,02 juta pada 2020 dari 16,11 juta pada 2019.

Angka tersebut turun lebih jauh lagi menjadi 1,56 juta pada akhir 2021 karena pembatasan perjalanan yang lebih ketat oleh pemerintah. Menyusul pula merebaknya virus corona varian Delta pada Juli 2021.

Pandemi tersebut menjadi pukulan telak bagi industri pariwisata Indonesia. Laporan Industri Perjalanan & Pariwisata Dunia menyoroti bahwa, sebelum pandemi, industri pariwisata Indonesia menyumbang 5,9% dari total PDB negara dan mempekerjakan sekitar 13,1 juta orang pada 2019. Kontribusi itu terhenti selama pandemi. Namun, dengan pandemi COVID-19 yang menunjukkan tanda-tanda melambat, pemerintah Indonesia akhirnya mendorong untuk menghidupkan kembali sektor tersebut.

Mengutip dari Organisasi Buruh Internasional (ILO/International Labour Organisation), sektor pariwisata industri ini merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi, pengembangan usaha dan penciptaan lapangan kerja, terutama bagi perempuan, pemuda, pekerja migran dan masyarakat lokal.

Sebelum krisis COVID-19, sektor pariwisata menyumbang satu dari 10 pekerjaan di seluruh dunia dan sekitar 10 persen dari PDB global. Sektor ini mempekerjakan sebagian besar perempuan dan pemuda. Pada 2019, perempuan menyumbang lebih dari 50% pekerja di sektor ini, dan mayoritas dari semua pekerja di bidang pariwisata berusia di bawah 35 tahun.

Pariwisata adalah salah satu industri yang paling terpukul oleh pandemi COVID-19 dan konsekuensinya sangat terasa di sektor informal, defisit pekerjaan yang layak juga paling menonjol. Pekerjaan informal atau kasual sering kali melibatkan perempuan, kaum muda, masyarakat adat dan suku, pekerja migran dan komunitas lokal, yang akibatnya terkena dampak secara tidak proporsional.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Menutup Operasional Layanan “Online Grocery”

Traveloka menambah deretan startup di Indonesia yang melakukan efisiensi di tengah gejolak ekonomi. Traveloka menutup operasional layanan online groceryTraveloka Mart” meski baru beroperasi dalam waktu enam bulan.

“Kami informasikan bahwa kami akan memberhentikan layanan Traveloka Mart sebagai bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan,” ungkap perwakilan Traveloka dalam pernyataan resminya.

Pihaknya memastikan para karyawan, mitra, dan pengguna tetap menjadi fokus utama untuk memastikan transisi berjalan dengan baik sesuai aturan yang berlaku. Traveloka akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyediakan dukungan dalam proses penutupan Traveloka Mart ini.

Sebagai informasi, Traveloka Mart memungkinkan pengguna untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Adapun, Traveloka Mart meluncur pada pertengahan Maret 2022 dan telah menggandeng sejumlah perusahaan ritel besar termasuk Lotte Mart.

Di samping itu, langkah Traveloka masuk ke online grocery menjadi strategi untuk memperkuat posisinya sebagai lifestyle superapp yang fokus pada pemenuhan gaya hidup, tak hanya sebagai online travel agency (OTA) saja.

Tantangan

Potensi pasar online grocery di Indonesia masih sangat besar mengingat jangkauannya masih terpusat di kota besar, seperti Jabodetabek. Mengacu laporan The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia, nilai pasar online grocery di Asia Tenggara diproyeksi tumbuh 198% dari $99 miliar di 2019 menjadi $295 miliar di 2023. Pertumbuhan layanan online grocery terutama terakselerasi akibat pandemi Covid-19.

Namun, online grocery dinilai masih terbentur sejumlah tantangan besar, terutama soal pemenuhan pesanan dan logistik meski transaksinya menyumbang lebih dari 50% dari total pengeluaran ritel di Asia Tenggara. Laporan e-Conomy SEA di 2020 menyebut tantangan ini dapat terjawab dengan inovasi berkelanjutan pada model bisnis dan infrastruktur logistik.

Dalam konteks platform superapp, hampir semua kini telah menyediakan layanan kebutuhan pokok secara on-demand. Beberapa di antaranya adalah GoTo (GoMart), Blibli (Blibli Mart), hingga Grab (GrabMart). Superapp yang sudah unicorn/decacorn telah memiliki infrastruktur logistik sendiri yang dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi pesanan kebutuhan pokok. Namun, tentu saja mereka akan bersaing dengan startup tahap awal maupun berkembang yang menawarkan layanan serupa.

Blibli, misalnya, memiliki dark store untuk mengoperasikan layanan ini lebih efisien. Model dark store dinilai dapat mendorong efisiensi dan efektivitas karena hanya menerima pesanan online dan pengiriman menjadi lebih cepat tanpa membukanya untuk pengunjung toko. Selain itu mereka juga telah memiliki kemitraan strategis dengan Ranch Market, melalui akuisisi saham mayoritas.

Dalam analisis DailySocial.id terkait gejolak bisnis quick commerce di global, Co-founder dan Managing Partner AC Ventures Adrian Li menilai, dibandingkan model ritel yang sudah ada, quick commerce justru menunjukkan peningkatan hasil penjualan dan efisiensi biaya yang signifikan.

Namun, Venture Capitalist Eddi Danusaputro justru menekankan bahwa infrastruktur online grocery modern justru dibutuhkan di kota lapis dua mengingat supply dan demand di kota lapis satu sudah kuat. Model bisnisnya akan feasible, tetapi perlu diubah karena infrastruktur di tier 2, 3, dan seterusnya belum tentu sama.

Application Information Will Show Up Here

Mobile Premier League Menyerah di Pasar Indonesia

Platform game dan turnamen Mobile Premier League (MPL) mengumumkan penutupan operasional di Indonesia, sehubungan itu juga merumahkan karyawan yang bekerja di Indonesia. Selain itu, seiring dengan penyesuaian bisnis, perusahaan memberhentikan 10% dari total karayawan keseluruhan. Seperti diketahui, MPL adalah startup asal India yang saat ini sudah memiliki kehadiran di sejumlah negara Asia Pasifik, Amerika Serikat, dan Eropa.

Informasi ini dikonfirmasi langsung oleh perusahaan melalui akun Instagram-nya yang diunggah kemarin (30/5). “MPL Indonesia menginformasikan bahwa saat ini kami sudah tidak beroperasi dan tidak menerima pengguna baru. Terima kasih atas dukungan pemain dan semua pihak,” ujar MPL Indonesia.

Sebelumnya, informasi ini pertama kali diberitakan oleh Inc24. Pihak MPL pun juga telah memberikan konfirmasinya atas keputusan tersebut. Disebutkan pemutusan kerja ini terjadi di divisi streaming. Karyawan akan menerima paket pesangon lengkap beserta tunjangan lainnya.

Secara terpisah mengutip dari Moneycontrol,  pendiri MPL Sai Srinivas dan Shubh Malhotra mengatakan bahwa selama beberapa bulan belakangan ini kondisinya begitu rumit. Target pertumbuhan tidak sesuai yang diharapkan. Pasar saat ini menghargai pertumbuhan yang menguntungkan dengan segala cara.

“Sudah waktunya untuk membuat keputusan sulit untuk menyebarkan kembali sumber daya kami di bagian lain dari bisnis untuk memastikan kesehatan dan kesuksesan jangka panjang kami sebagai perusahaan,” ujar perwakilan perusahaan dalam email.

Kabar ini begitu mengejutkan. Pasalnya, MPL mengakuisisi platform streaming GamingMonk pada April 2021. Sebagai bagian dari transaksi, MPL menyerap seluruhnya tim GamingMonk. Disinyalir, sebagian besar karyawan yang terkena PHK ini berasal dari GamingMonk, setelah lebih dari setahun sedikit pasca kesepakatan.

Para pendiri juga menjelaskan alasan keluar dari Indonesia dalam email tersebut. Menurut mereka, MPL melihat profil pengembalian yang hanya sebagian kecil dari apa yang mereka harapkan, meskipun telah berinvestasi dalam jumlah banyak untuk operasional di Indonesia.

PHK ini terjadi delapan bulan setelah MPL mengumpulkan $150 juta dalam putaran pendanaan yang membuat MPL menyabet posisi sebagai unicorn di India.

MPL didirikan pada tahun 2018 oleh Srinivas, Kiran G, dan Malhotra, MPL adalah platform esports dan turnamen. Platform ini menawarkan lebih dari 70 game di berbagai kategori, seperti olahraga fantasi harian, kuis, permainan papan, esports, dan game kasual di aplikasinya. Startup ini melayani lebih dari 90 juta pengguna di seluruh India dan AS.

Baru-baru ini, MPL berkelana ke penerbitan game dengan peluncuran Mayhem Studios dan masuknya ke pasar Amerika Serikat dan Eropa. Pendiri menyebutkan bisnis MPL di sana memiliki pendapatan positif dalam waktu sembilan bulan sejak diluncurkan.

Oleh karenanya, perusahaan akan fokus untuk mencapai netralitas EBITDA, sambil fokus pada pasar global utama. Untuk mendukung ambisi tersebut, pada September 2021, MPL mengumpulkan dana baru sebesar $2,3 miliar dipimpin oleh Legatum Capital, dengan partisipasi dari Sequoia, SIG, RTP Global, Go-Ventures, Moore Strategic Ventures, dan lainnya.

MPL Indonesia

Sebelumnya, MPL Indonesia dipimpin oleh Ridzki Syahputera sebagai VP & Country Head. Melalui situs dan aplikasi MPL, pengguna di Indonesia dapat menikmati dua kategori permainan, yakni casual game dan fantasy sport game. “Setiap game yang ada lebih mengedepankan kemampuan pemain ketimbang keberuntungan, sehingga di MPL pengguna benar-benar harus berlatih dan mengasah kemampuannya,” ujar Ridzki.

Sementara terkait kontes, ada beberapa tipe yang dapat diikuti. Mulai dari turnamen, head-to-head battle (satu lawan satu dengan tingkat keahlian yang sama), battle arena (mirip satu lawan satu tapi dengan jangka waktu tertentu, pemenang dihitung dari berapa kali mereka mendapatkan juara dari sesi yang diikuti), dan mega contest (turnamen dengan waktu dan hadiah yang lebih besar).

“Rata-rata MPL menyediakan 1600 kontes per hari. Teknologi kami pada dasarnya bisa untuk memfasilitasi turnamen esports dengan skala besar dengan dukungan 24 jam,” imbuhnya dalam wawancara bersama DailySocial.id.

Setiap pemain yang berminat untuk gabung di suatu sesi akan dikenakan biaya. Di dalam sesi tersebut ada hadiah tertentu dari nominal yang dikumpulkan – di beberapa acara juga disediakan hadiah dari sponsor. Pengguna juga dapat menukarkan poin (berlian) yang didapat melalui fitur MPL Mall untuk ditukarkan dengan berbagai voucher yang disediakan.

Diklaim, pertumbuhan pengguna MPL secara keseluruhan telah mencapai 85%, pandemi juga mendorong peningkatan basis pengguna. Sejak Maret tahun lalu, ada peningkatan 55% dalam game play dan 7 kali lipat jumlah pengguna. Tapi pandemi juga menghadirkan banyak tantangan bagi perusahaan.

“Ada dampak positif di beberapa metrik, tapi ada yang terganggu juga di metrik lain. Misalnya akibat purchasing power yang menurun. Banyak pengguna yang tetap bermain untuk alternatif hiburan di masa pandemi, tapi daya beli mereka turun. Maret s/d April 2020 menjadi puncaknya kami merasakan dampak yang cukup signifikan terhadap deposit rate di platform,” jelas Ridzki.

Brambang Tutup, Tandai Sulitnya Bisnis “Online Grocery”

Startup online grocery Brambang resmi menutup operasional sejak 27 Mei 2022 jam 9 malam WIB. Dalam akun Instagram perusahaan, tertanda 28 Mei 2022, Brambang pivot menjadi marketplace smartphone dan elektronik dinamai Brambang Elektronik.

“Kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti pada Jumat (27/5) pukul 19.00. Perusahaan akan memproses pesanan dan keluhan hingga Sabtu (28/5). Pada 28 Mei, layanan Brambang beralih menjadi marketplace smartphone dan elektronik,” jelas Brambang melalui akun media sosialnya.

Pivot tersebut tentunya jauh dengan model bisnis yang selama ini dijalankan Brambang sejak pertama kali beroperasi di 2017. Saat ini Brambang Elektronik belum memiliki platform sendiri, masih mengandalkan akun atas nama Brambang yang di platform secondhand marketplace, yakni Carousell dan OLX, yang sudah dibuat sejak Maret 2022.

Baik aplikasi dan situs Brambang.com sendiri saat ini tidak bisa diakses. Belum ada kemungkinan bahwa nantinya bisnis barunya akan dipindahkan ke platform yang lebih layak dan profesional. Hingga berita ini diturunkan, manajemen Brambang menolak untuk memberikan komentarnya terkait langkah strategis perusahaan ke depannya akan seperti apa.

Sulit bersaing di ranah B2C

Tutupnya Brambang menjadi indikator jelas bahwa ranah online grocery B2C bukanlah perkara mudah. Sudah harus bersaing dengan quick commerce yang didukung oleh kapital yang besar, seperti yang tengah digarap oleh Astro, AlloFresh, Tokopedia Now, Blibli, dan lainnya. Alhasil, Brambang diharuskan punya dukungan kapital yang kuat untuk membangun infrastrukturnya.

Brambang memperoleh suntikan dana sebesar $2 juta pada Januari 2017 (sekitar 27 miliar Rupiah), kurs Rp13.500 rata-rata di 2017) dari investor yang dirahasiakan. Dengan besaran kapital ini, sudah bisa dipastikan keleluasaan mereka tentunya tidak selebar dibandingkan startup dengan dukungan kapital jumbo.

Terlebih lagi, Brambang dihantam dengan ketidakmampuannya memberikan diferensiasi yang mencolok sebagai nilai jualnya. Dengan kata lain, solusi mereka sebenarnya juga bisa didapatkan oleh konsumen saat berbelanja di platform serupa, termasuk berbagai gimmick pemasaran yang ditawarkan. Belanja di Sayurbox atau HappyFresh, bisa jadi sourcing produknya sama saja, toh yang terpenting barang cepat sampai di hadapan konsumen.

Persaingan perang harga ini tidak akan berakhir dan mirisnya akan terus berlanjut selama yang dikejar oleh industri adalah pertumbuhan revenue, bukan menghasilkan profit. Prinsip ini tidak hanya berlaku di online grocery saja, tapi industri startup digital pada umumnya.

Cerita serupa juga sudah dialami oleh Tanihub yang menutup lini B2C-nya pada Februari 2022, ditandai dengan penghentian operasional dua gudang di Bandung dan Bali, serta Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan.

Managing Partner Upturn Ivan A. Sustiawan berkomentar, berdasarkan pengalamannya selama lima tahun, ia memercayai bahwa dua model bisnis berikut ini sulit untuk mencetak keuntungan jika para founder selalu berusaha untuk menjadi yang termurah dan tercepat di pasar secara bersamaan. Mereka ialah, 1) farm to the table atau online grocery dengan segmen B2C, kecuali bergabung sebagai merchant atau penjual di platform marketplace terkemuka.

Berikutnya, 2) pengiriman last mile dengan pengiriman hari yang sama atau berikutnya untuk pelanggan retail. “Jika Anda bisa membuatnya menguntungkan dengan kondisi di atas, maka saya harus belajar dari Anda,” tulis Ivan seperti dikutip dalam unggahannya di LinkedIn.

Awal mula berdirinya Brambang

Brambang didirikan pada Mei 2017 oleh Dustin Haliman. Awalnya Brambang memosisikan diri sebagai marketplace untuk jual-beli bawang merah secara online yang bersifat B2B. Bawang merah yang dijual oleh Brambang diambil langsung dari Brebes. Kota ini dipilih lantaran terkenal dengan bawang merahnya yang garing dan aroma yang khas.

Brebes juga menjadi salah salah pemasok bawang merah terbesar di Indonesia. Dalam wawancara, Dustin bilang bawang merah dipilih sebagai produk andalan karena merupakan salah satu rempah yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Pada 2016, produksi bawang merah mencapai 1,4 juta ton dengan asumsi harga Rp20 ribu per kilogram, maka nilainya mencapai Rp28 triliun per tahun.

Meskipun menjadi komoditas utama, perdagangan bawang merah tidak efisien. Sama seperti isu di agrikultur lainnya, yang mana harga komoditi yang terus bergejolak, rantai distribusi yang tidak efisien, hingga minimnya informasi harga bawa merah bagi petani ataupun pembeli.

Hal inilah yang menginspirasi Dustin untuk merintis Brambang. Dalam perjalanannya, Brambang tidak hanya menyediakan produk bawang merah saja, tapi juga kebutuhan sehari-hari lainnya, seperti bahan pokok, camilan, buah, sayur, dan daging segar.

Analysing the B2B Commerce Concept, Telkom’s New Strategy After Blanja’s Shutdown

Blanja informed its users on its platform that starting September 1, 2020, all purchasing activities will be stopped. In its official statement, Telkom said that this is part of the e-commerce business transformation in the company, in an effort to strengthen the company’s profitability. As of October 1, 2020, Telkom will only focus on e-commerce in the business segment, targeting both corporates and SMEs.

Regarding the next moves, Telkom told DailySocial, “In accordance with Telkom’s strategic plan, which leads to B2B Commerce, it can develop from its own resources (build), partner with other parties (borrow), or develop external competencies (buy) including startups. . ”

Blanja is part of Telkom’s digital business, under the leadership of Fajrin Rasyid. The appointment of Bukalapak’s co-founder is to support the agenda of increasing business opportunities and the company’s potential profits from digital business.

Blanja was not alone, Telkom took eBay as a strategic partner. For the continuation of their cooperation, Telkom is still unable to comment, “The continuation will be announced later”. While we have also tried to request an official statement from eBay Indonesia, as of this writing no comments have yet been made.

Towards the end of 2019, we had an interview with Blanja’s CEO, Jemy Confido. He claimed, the amount of revenue obtained has increased by 84% compared to 2018. There was an 11% increase in EBITDA and about 4% of Net Income. He also emphasized that the company’s main metric is no longer GMV, but revenue.

Hard to catch up

As an e-commerce platform that focuses on B2C / C2C, Blanja’s position has been less attractive lately. One of them is proven by the results of research conducted by iPrice, as of the second quarter of 2020, Blanja’s position is in the 16th rank – one rank just below Elevenia (PT XL Planet), which was previously also managed by the telco company XL Axiata but has been fully released to the Salim Group. .

In its research, iPrice uses several variables, two of which are site visit statistics and app ranking.

Riset iPrice tentang perkembangan e-commerce di Indonesia per Q2 2020

With experience in establishing and raising Bukalapak, Fajrin’s business intuition has clearly been honed. Although the details are not given, there is certainly a strong argument that underlies Blanja’s chances of leading the local e-commerce market are very small, not proportional to the efforts put in.

The market leader is filled with unicorns who continue to compete and innovate to be at the forefront. The scope of its business is also very broad, not only as a place for online buying and selling, but includes aspects of fintech (payments and loans), logistics, online-to-offline (partnerships with shops), and others.

Even though Blanja in 2020 has a target to sharpen its digital products, including payment of various bills, insurance, investment, even digital products for education. The strategy is by cooperating with other players, for insurance they choose Invisee as a partner; for payments and paylater there is LinkAja and Finpay.

But the plan is just the plan, now all focus will be shifted to B2B Commerce. Then what about the market share and business opportunities that Telkom will explore?

Potential B2B commerce

B2B Commerce refers to the exchange of goods and services between companies through digital medium. Most of the business models adopted are marketplace or direct-to-consumer. According to a report released by ecommerceDB.com entitled “In-depth: B2B e-Commerce 2019”, the market value of B2B Commerce in 2019 was $ 12.2 trillion, 6x larger than the B2C market.

Interestingly, Asia Pacific leads the market with a contribution of nearly 80%, making global players step on the gas to work on their B2B units here. So far there are two players that stand out the most, namely Alibaba and Amazon Business. There is a possibility that it will be even more hectic, because the competition landscape has begun to be enlivened by Rakuten, Mercateo, Global Sources, IndiaMART, to Walmart.

In Indonesia, so far there are Bhinneka, Mbiz, Bizzy, AXIQoe, Monotaro, and Ralali. There aren’t many B2C players who have played there either – one that has jumped in is Bukalapak through the BukaPengadaan service. While Bizzy is also a pivot, instead of providing e-commerce for businesses, they are now prioritizing logistics and distribution services.

Chief of Commercial & Omni Channel Bhinneka Vensia Tjhin, through his latest interview with DailySocial, explained that the business contribution from B2B Commerce has reached 90%, compared to B2C last year. Apart from B2B.id, several other supporting features have been rolled out, including Bhinneka Smart Procurement, developing O2O omnichannel, and having selected merchants.

Frost & Sullivan projects a CAGR of 59% in 2017-2022 for B2B Commerce growth in Indonesia, about double the growth rate of B2C Commerce during the same period. MSMEs have the potential to be the main driver in this landscape – according to BPS, MSMEs contribute to 60.3% of national GDP.

DSResearch once released a report “Indonesia B2B Commerce 2018”, in which it discusses developments in terms of platforms and public perceptions. As is known, one of the uniqueness of B2B Commerce is that it allows businesses to get an e-procurement system, integration with ERP, e-invoicing, taxation, and others – adapting to the procurement system in offices. On average, B2B platforms also target government institutions, so players often define their business as B2B2G.

The B2B market for e-commerce may be in its infancy, trying to democratize the existing procurement system. The potential is clear, as people become more familiar with e-commerce. In addition, there are many benefits that can be obtained by businesses, including convenience, transparency, and flexibility.

Telkom in B2B Commerce

Delivered by Telkom, efforts to build B2B Commerce have actually started before. One of them is through the UMKM Digital Market (PaDi), in collaboration with 8 other BUMNs. It consists of a data center for UMKM and BUMN shopping (Control Tower Dashboard), a digital UMKM market for BUMN (PaDi UMKM B2B), and a marketplace feature with centralized access for MSMEs (PaDi UMKM B2C).

Telkom also supports Kemendibud in the online procurement of school goods and services through the School Procurement Information System (SIPLah). SIPLah is designed to take advantage of a marketplace that has certain features to realize school budget work plans and meet the needs of the Ministry of Education and Culture in supervising the use of BOS (School Operational Assistance) funds in accordance with applicable regulations.

It is likely that more products will be initiated. With its infrastructure and business position, Telkom has the potential to maximize its potential to help business consumers. Especially through its many units, the company continues to intensify digital transformation, including through MDI Ventures by investing in digital startups.

There were also rumors about Telkom’s acquisition of the Bhinneka platform to strengthen the B2B Commerce business, but when asked again Telkom was reluctant to comment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian