Dua Buah Paten Ungkap Rencana Sony Memperbarui PlayStation Move

PlayStation Move diperkenalkan jauh sebelum ide mengenai PlayStation VR disingkap, disiapkan sebagai jawaban Sony terhadap mulai populernya metode kontrol berbasis gerakan di masa itu. Konsep kerjanya menyerupai Wii Remote, yaitu mengubah gerakan fisik menjadi input kendali. Respons pengguna terhadap Move terbilang positif, tapi penjualannya tidak setinggi harapan Sony.

Potensi pemanfaatan PlayStation Move baru benar-benar terlihat setelah PSVR diumumkan. Periferal ini menjadi salah satu alternatif metode kendali buat headset virtual reality PlayStation tersebut. Umur Move sendiri lebih tua dari PlayStation 4, dan Sony sepertinya punya rencana untuk memperbarui atau mungkin bahkan mengganti controller ini dengan versi yang lebih anyar.

Berdasarkan laporan VR Focus, Sony Interactive Entertainment telah mengajukan setidaknya dua paten yang menampilkan ilustrasi perangkat motion controller baru beserta cara penggunannya. Gambar-gambar itu tak hanya memperlihatkan revisi pada desain, namun juga menunjukkan potensi kehadiran sejumlah fitur yang sudah lama diminta oleh komunitas PlayStation VR.

PS Move 1

Paten pertama diajukan oleh Sony Jepang dan dipublikasikan awal bulan Januari ini. Di gambar, tampak sebuah controller dengan wujud yang lebih stylish dan ergonomis. Hilang sudah bagian bola berisi RGB di atas. Penampilan controller kini selangkah menyerupai controller Vive dengan area kepala yang melebar (boleh jadi merupakan rumah bagi rangkaian sensor). Di sana, terdapat stik analog dan sejumlah tombol, lalu ada tombol trigger di bagian bawah. Selanjutnya, pemakaian controller diamankan oleh strap.

PS Move 2

Paten kedua telah diungkap tahun lalu, kontennya mengindikasikan eksistensi dari fitur-fitur baru. Pertama, ada kemungkinan controller akan mengsung teknologi pelacak gerakan jari, mirip seperti purwarupa controller ‘Knuckles’ untuk HTC Vive. Lalu ‘PS Move anyar’ ini kabarnya akan bekerja langsung dengan unit head-mounted display tanpa lagi menggunakan kamera eksternal. Hal ini menunjukkan akan ada unit PSVR baru.

PS Move 3

Berbicara soal PSVR, Sony sempat meng-upgrade headset ke model CUH-ZVR2. Efeknya, penjualan PlayStation VR laris manis di Jepang. Terhitung di bulan Desember silam, PSVR telah terjual sebanyak lebih dari dua juta unit secara global.

Mengingat usianya yang hampir menyentuh delapan tahun, sangat wajar bagi Sony untuk memperbarui PlayStation Move dengan unit yang lebih baru. Apalagi sang console-maker Jepang itu sempat menyingkap agenda buat meluncurkan tidak kurang dari 130 permainan PlayStation VR di tahun 2018.

Hori Onyx Adalah Controller Wireless PS4 Bagi yang Lebih Suka dengan Controller Xbox

Oktober lalu, Sony mengumumkan tiga controller PlayStation 4 berlisensi resmi dari tiga merek yang berbeda. Ketiganya memang dimaksudkan sebagai alternatif, akan tetapi kalau Anda lebih suka menggunakan controller tanpa kabel, maka opsi Anda satu-satunya masih terbatas pada DualShock 4 dari Sony sendiri.

Namun situasinya berubah sejak tanggal 15 Januari kemarin, tepatnya ketika Hori memperkenalkan controller terbarunya yang diberi nama Onyx. Selain mengantongi lisensi resmi dari Sony, Onyx ternyata juga bisa beroperasi secara wireless, memanfaatkan koneksi Bluetooth persis seperti DualShock 4.

Juga seperti DualShock 4, bagian tengah atasnya dihuni oleh sebuah touchpad, dan tombol-tombolnya pun tidak ada yang absen. Lalu apa keunikannya yang tidak bisa Anda dapat dari DualShock 4? Jawabannya tergantung apakah Anda pernah memainkan console platform sebelah (baca: Xbox) atau tidak.

Hori Onyx

Kalau pernah dan ternyata Anda suka dengan controller-nya, besar kemungkinan Anda akan lebih sreg dengan Hori Onyx ketimbang DualShock 4. Pasalnya, seperti yang bisa Anda lihat, kedua thumb stick-nya diposisikan asimetris, dan bahkan bentuk grip-nya pun mirip seperti controller Xbox One.

Singkat cerita, Hori Onyx adalah controller PS4 untuk mereka yang lebih suka dengan controller Xbox. Jauh sebelum ini memang sudah ada Nacon Revolution yang juga mengemas thumb stick menyilang, akan tetapi baru Hori Onyx yang menyandingkannya dengan konektivitas Bluetooth, tidak ketinggalan juga sepasang vibration motor.

Hori Onyx saat ini sudah dipasarkan, tapi baru di dataran Eropa saja, dan sejauh ini belum ada info akan ketersediaannya di kawasan lain. Untuk harga, Amazon.co.uk mematok harga £45, kurang lebih sama seperti banderol DualShock 4 di sana.

Sumber: PlayStation Blog dan Engadget.

Razer Wolverine Tournament Edition Ditujukan untuk Gamer Xbox Profesional

Agustus lalu, Razer merilis Wolverine Ultimate, controller Xbox One pertamanya yang dilengkapi sistem pencahayaan RGB dan dukungan kustomisasi yang lengkap. Tiga bulan berselang, Razer memperkenalkan versi lain dari controller tersebut yang ditujukan buat atlet esport profesional.

Dijuluki Wolverine Tournament Edition, desain fisiknya secara keseluruhan hampir identik dengan Wolverine Ultimate. Sejumlah revisi telah diterapkan, seperti misalnya bentuk D-Pad yang agak berbeda, penampilan yang lebih glossy, dan hilangnya empat tombol Quick Control Panel di bawah, yang kurang begitu relevan dalam skenario turnamen.

Razer Wolverine Tournament Edition

Wolverine TE sejatinya ingin menjadi versi yang lebih praktis dari Wolverine Ultimate. D-Pad dan stik analognya tidak bisa digonta-ganti, akan tetapi Wolverine TE masih menyimpan keunikannya tersendiri, yakni fitur Hair Trigger Mode, yang ketika aktif, bakal memaksimalkan sensitivitas kedua tombol trigger utamanya.

Fitur ini sengaja dirancang untuk kebutuhan di arena kompetisi, di mana pemain hanya perlu menekan tombol itu sedikit saja untuk, dalam game shooter misalnya, memberondong tanpa henti. Unik juga buat Wolverine TE adalah switch tipe hybrid (mekanis + membran) pada tombol ABXY-nya.

Razer Wolverine Tournament Edition

Kompatibilitas dengan software Razer Synapse masih tersedia, di mana pengguna bisa mengutak-atik efek pencahayaan RGB-nya, sekaligus memprogram keempat tombol multi-fungsinya. Dimensinya nyaris sama dengan Wolverine Ultimate, hanya saja bobotnya sedikit lebih ringan di angka 256 gram.

Razer Wolverine Tournament Edition saat ini sudah dipasarkan seharga $120, lebih murah $40 dari versi Ultimate.

Sumber: Razer.

MSI Perkenalkan Dua Gamepad Pertama Mereka, Force GC20 dan GC30

2017 tampaknya jadi tahun bagi MSI dalam menyeriusi gaming gear. Sejumlah keyboard mekanik mereka perkenalkan di CES, lalu sang produsen hardware PC asal Taiwan itu belum lama juga melepas headset serta mouse gaming high-end. Tapi upaya ekspansi mereka ke sana belum usai. Minggu lalu, terdengar sebuah kabar gembira bagi Anda yang tak terbiasa menggunakan keyboard dan mouse untuk menikmati game.

Micro-Star International resmi memperkenalkan dua varian gamepad, dinamai Force GC20 dan GC30. Baik GC20 maupun GC30 didesain sebagai controller multi-platform, yang berarti dapat kompatibel ke PC, perangkat Android, dan ‘console game populer’. Mereka berdua terlihat hampir identik, perbedaannya hanya terletak pada konektivitas dan warna.

MSI gamepad 1

Force MSI GC30 bisa tersambung ke sistem gaming secara wireless, sedangkan GC20 masih memanfaatkan kabel. Agar mudah membedakannya, MSI membubuhkan warna merah di bawah thumb stick model GC30 (di GC20, area tersebut berwarna hitam). Mereka berdua dibekali kabel yang dapat dilepas, tersedia pilihan sepanjang 2-meter dan 30-sentimeter, sempurna jika Anda ingin bermain game mobile.

MSI gamepad 4

Gamepad Force GC30 dan GC20 mengadopsi arahan desain controller Xbox, baik pada bentuk tubuh maupun layout tombol dan stik analog. Hal ini mengindikasikan keinginan MSI agar produk tersebut bisa mudah diterima gamer, tanpa membebani penggunanya dengan proses adaptasi yang berkepanjangan. Tentu saja, kedua perangkat telah mengusung branding baru sang produsen – ada logo perisai naga di antara tombol Back dan Start.

MSI gamepad 2

 

Di sisi depan, Anda disuguhkan directional pad di area jempol kiri and empat action button (X, Y, A, B) di kanan. Lalu thumb stick diposisikan secara asimetris: bagian kiri di atas D-pad, dan stick kanan di bawah action button. Selanjutnya, GC20 dan GC30 turut dibekali dua pasang tombol trigger. Jika menghitung Back dan Start, gamepad memiliki tidak kurang dari 14 tombol. Dan uniknya lagi, Anda bisa mengganti cover D-pad dengan jenis cakram ala Xbox One Elite Controller – terpasang via magnet.

MSI gamepad

GC20 dan GC30 juga dilengkapi motor penggetar ganda. MSI menamainya asymmetric somatosensory vibration motor, dimaksudkan untuk ‘memperkaya pengalaman gaming dengan menambah dimensi sensor input‘. MSI menjamin gamepad-gamepad ini sanggup menyuguhkan keakuratan tinggi, memudahkan Anda membidik lawan di game, tak lupa dipersenjatai switch yang nyaman dan tahan lama. Khusus GC30, baterai built-in di dalam siap menghidangkan sesi gaming selama delapan jam.

MSI berencana untuk memasarkan gamepad Force GC20 dan GC30 di triwulan keempat tahun ini. Harga produk belum diketahui, tapi kemungkinan tak akan jauh dari controller Xbox One.

Via Hexus.

Microsoft Umumkan Harga Motion Controller Windows Mixed Reality

Sistem kendali andal dan intuitif ialah hal selanjutnya yang jadi perhatian setelah perangkat immersive reality tersedia. Oculus, HTC hingga Samsung masing-masih telah meramu controller untuk HMD VR mereka, dan Microsoft juga diketahui sedang menggodok unit kendali platform Mixed Reality mereka demi mendukung headset-headset yang sudah ada.

Menyusul pengenalannya di bulan Mei kemarin, controller tersebut dipamerkan untuk pertama kalinya di IFA Berlin 2017, diiringi pengumuman harganya. Kabar gembira buat kita semua adalah, Microsoft berupaya agar produk ini dapat dijangkau baik oleh pemilik versi developer headset MR Acer hingga pengguna Microsoft HoloLens, serta dijanjikan kompatibel ke seluruh tipe HMD.

Bundel headset dan motion controller akan dijajakan di harga mulai dari US$ 400, dan kompatibel dengan semua varian PC yang dibanderol mulai dari US$ 500. Microsoft menjelaskan bahwa ini merupakan wujud dari komitmen mereka dalam memastikan kemudahan akses mixed reality bagi semua orang.

Windows Mixed Reality

Wujud dari controller mixed reality Microsoft hampir menyerupai Oculus Touch, apalagi dengan bagian sensor membulatnya. Di area jempol, Anda bisa menemukan touchpad bulat, thumbstick, tombol menu, tombol buat ‘menggenggam’ objek virtual, serta ada satu tombol trigger untuk memilih. Menurut Microsoft, keunggulan motion controller dibanding sistem gesture biasa terletak pada tingkat akurasinya.

Motion controller Windows Mixed Reality mempunyai kemampuan melacak gerakan di area penglihatan Anda dengan memanfaatkan rangkaian sensor build-in. Device tidak memerlukan kamera eksternal. Selanjutnya, proses setup headset dan controller juga sederhana. Perangkat ini ditenagai oleh empat buah baterai AA, tersambung ke PC melalui Bluetooth 4.0. Microsoft tentu saja tak lupa menyiapkan panduan pemasangannya di situs mereka.

Beralih ke hardware pendukung MR, Microsoft membagi perangkat jadi dua kategori, yaitu ‘Windows Mixed Reality PC’ dan ‘Windows Mixed Reality Ultra PC’. Kelompok pertama adalah laptop dan desktop yang ditenagai kartu grafis integrated. Saat HMD MR disambungkan ke sana, konten akan tersuguh di 60 frame rate per detik. Kategori kedua adalah PC bersenjata GPU discrete, sanggup menghidangkan 90 frame per detik.

Kedua konfigurasi tersebut mampu menunjang konten mixed reality berupa video maupun game; memberikan kita kesempatan untuk mengunjungi negara lain, menyelami laut, memberantas zombie, hingga menjelajahi luar angkasa secara virtual.

Controller Windows Mixed Reality akan tersedia di ‘musim liburan’ 2017 untuk headset MR HP, Lenovo, Dell, dan Acer.

Sumber: Microsoft.

Razer Wolverine Ultimate Jadi Controller Xbox One Pertama yang Dibekali Pencahayaan RGB

Produsen peripheral Razer kembali hadir dengan produk baru untuk memanjakan gamer console. Setelah sebelumnya merilis headset wireless Thresher Ultimate untuk PS4 dan Xbox One, kini giliran Razer memperkenalkan controller baru buat console Microsoft itu.

Dijuluki Razer Wolverine Ultimate, ia bukan sembarang controller, melainkan yang pertama kalinya dibekali sistem pencahayaan RGB. Lewat controller ini, Razer sejatinya sudah resmi memperluas eksistensi sistem Chroma-nya ke ranah console, sehingga akhirnya tidak cuma gamer PC saja yang bisa pamer peripheral warna-warni.

Estetika memang menjadi nilai jual utama controller yang mendapat lisensi resmi dari Microsoft ini, akan tetapi kinerjanya sebenarnya juga tidak kalah jika dibandingkan dengan, misalnya Razer Wildcat. Pada kenyataannya, Razer mengklaim Wolverine sebagai controller yang paling customizable, dan ini bukan cuma untuk sistem pencahayaannya saja.

Razer Wolverine Ultimate

Bagian D-Pad misalnya, bisa diganti dengan model lain yang tombol-tombolnya menyatu, sedangkan stik analognya bisa ditukar dengan yang berbentuk lain dan dengan tingkat ketinggian yang berbeda. Total ada enam bumper dan trigger yang tersedia pada Wolverine, yang semuanya bisa diprogram sesuai kebutuhan. Semuanya bisa diadaptasikan dengan gaya bermain masing-masing pengguna.

Razer berencana memasarkan Wolverine Ultimate mulai kuartal keempat tahun ini, dengan kisaran harga $160. Selain untuk Xbox One, tentu saja controller ini juga kompatibel dengan PC.

Sumber: Razer.

8Bitdo NES30 Hadirkan Sensasi Arcade Gaming di Console Nintendo Switch

Baik untuk menikmati game di PC, console ataupun perangkat mobile, aksesori controller modern didesain agar semakin nyaman dan intuitif. Namun cukup banyak veteran dan hardcore gamer di genre fighting tetap lebih memilih ‘sistem kendali tipe klasik’. Itu sebabnya sejumlah perusahaan gaming gear menyediakan aksesori arcade controller/stick.

Ada banyak opsi arcade stick untuk Xbox One dan PlayStation 4, namun sejauh ini perangkat tersebut belum tersedia buat Nintendo Switch. Sebagai perusahaan third-party spesialis aksesori console Nintendo, 8Bitdo terpanggil untuk menyediakannya. Buah dari gagasan itu adalah controller unik bernama NES30, arcade controller berkonsep ‘ultra-compatible‘ yang memadukan rancangan klasik dengan teknologi modern.

8Bitdo NES30 1

NES30 Arcade Stick boleh disebut sebagai inkarnasi dari NES Advantage. Device mempunyai tubuh berbentuk balok, berdimensi 300x226x116mm dengan bobot 1,4-kilogram. Penampilan dan pemilihan warnanya (kombinasi tone abu-abu berbeda, stik hitam dan tombol merah) sudah pasti akan membawa Anda bernostalgia ke era NES.

Anda disuguhkan joystick analog, delapan buah action button, satu tombol start, serta tiga tombol dan dua switch utility. Rangkaian tombol di posisi trigger dipindahkan ke sisi depan, menjadi bagian dari action button.

8Bitdo NES30 2

NES30 didesain untuk menemani Anda meniknati game-game fighting seperti Ultra Street Fighter serta seri King of Fighters. Salah satu fitur unik di NES30 Arcade Stick adalah kemampuan untuk mengubah mode joystick ke D-Pad via switch. Joystick tersebut dapat dilepas, misalnya jika Anda ingin memakai stik buatan Sanwa. Tombolnya juga bisa digonta-ganti dengan model 30mm lain jika masih belum puas pada performa tipe default.

8Bitdo NES30 3

NES30 bekerja layaknya controller Bluetooth, tersambung ke Nintendo Switch tanpa kabel. Arcade controller ini menyimpan baterai 480mAh build-in, memberikan Anda waktu bermain hingga 18-jam tanpa perlu terkoneksi ke sumber listrik, dengan durasi charging selama satu sampai dua jam. Proses isi ulangnya sederhana via kabel USB.

Bagi saya, hal paling menarik dari NES30 Arcade Stick adalah ia tak hanya dapat dinikmati pemilik Switch, namun juga siap mendukung platform hiburan lain seperti Windows, hingga Mac dan Android. Pastikan saja sistem Anda telah berjalan di Windows 7, Android 4.0 dan MacOS 10,7 atau versi yang lebih baru (NES30 kabarnya juga kompatibel ke permainan-permainan di Steam). Khusus di Windows, perangkat bisa tersambung dengan kabel.

NES30 Arcade Stick sudah bisa di-pre-order di Amazon. Produk dibanderol seharga US$ 80.

Sumber: 8Bitdo.

Lewat Moto Gamepad, Motorola Menunjukkan Keseriusannya Menyelami Ranah Mobile Gaming

Konsep modular yang menjadi arahan keluarga Moto Z Play diambil karena Motorola percaya kebutuhan pengguna smartphone berbeda-beda. Dan di momen pengenalan handset Moto Z2 Play di Asia Tenggara minggu ini, sang produsen memperkenalkan deretan Moto Mods anyar yang bisa menyempurnakan pengalaman pemakaian perangkat bergerak.

Di antara pengumuman varian baru modul-modul tersebut, Moto Gamepad muncul sebagai kejutan menyenangkan bagi penggemar permainan mobile. Fungsi dasarnya sama seperti controller game buat smartphone lain, yaitu ‘mengembalikan’ sistem kendali berbasis gyro ke penyajian tradisional, sehingga jadi lebih familier serta presisi. Namun Moto Gamepad sendiri menyajikan beberapa fitur menarik, membuatnya lebih unggul dibanding aksesori sejenis dari produsen third-party.

Moto Gamepad 3

Seperti Moto Mods lain, Moto Gamepad tersambung secara fisik via connector di belakang smartphone. Koneksi non-wireless tersebut memastikan keterlambatan input-nya bisa ditekan ke tingkat minimal. Moto Gamepad juga menyimpan baterai build-in, dan ketika Anda menyambungkannya ke Moto Z/Z Play/Z2 Play, sistem secara otomatis akan mengalihkan konsumsi daya dari baterai di aksesori.

Moto Gamepad 4

Lewat cara ini, baterai di unit smartphone hampir tidak tersentuh; dan untuk jangka panjang, membuatnya jadi lebih awet. Moto Gamepad ditenagai unit baterai 1.035mAh, diklaim bisa menemani Anda menikmati permainan selama delapan jam sebelum Moto Mods tersebut mulai menggunakan tenaga di handset.

Moto Gamepad 5

Desain merupakan salah satu faktor paling atraktif dari Moto Gamepad. Aksesori controller itu menyuguhkan layout yang akrab: ada sepasang thumb stick analog, D-pad dan action button diposisikan di area kiri dan kanan, kemudian terdapat pula rangkaian tombol di punggung buat menyederhanakan input – semuanya dirancang agar responsif dan empuk di jari Anda.

Moto Gamepad 2

Moto Gamepad memiliki dimensi 226×75,9×24,4-milimeter dengan bobot 140g. Di sesi hands-on kemarin, saya merasa ukuran ini memang cukup panjang karena gamepad merangkul semua bagian Moto Z2 Play. Saat terpasang, Moto Gamepad menutup port-port fisik di handset. Jadi sebagai solusinya, produsen turut membubuhkan port di sana: ada USB type-C untuk charging serta port audio 3,5mm, sangat berguna jika Anda ingin menikmati game dengan ditemani headset/earphone.

Moto Gamepad 1

Di bagian punggungnya, Moto Gamepad mengusung branding Lenovo Legion, dilengkapi logo visor khas dengan lampu LED merah. Dalam sesi tanya jawab, senior director Danny Adamopoulos menjelaskan pada saya bahwa tidak tertutup kemungkinan aksesori dengan branding Legion lain akan hadir buat keluarga Motorola Moto Z.

Moto Gamepad dirancang agar kompatibel dengan Moto Z, Moto Z Play dan Moto Z2 Play. Moto Mods ini dibanderol di harga US$ 80, hadir di ‘musim panas’ 2017. Kabarnya, sudah ada lebih dari 100 game siap mendukung Moto Gamepad.

Nyko PlayPad VR Adalah Gamepad Resmi untuk Headset Gear VR

Semenarik apapun motion controller resmi milik Samsung Gear VR, terkadang kita cuma membutuhkan sebuah gamepad biasa. Malahan, beberapa game yang populer untuk Gear VR memang mewajibkan input berbasis gamepad layaknya game console.

Di pasaran memang sudah ada banyak opsi gamepad yang bisa digunakan oleh pemilik Gear VR, namun sekarang sudah ada yang resmi hasil kolaborasi Samsung dengan Nyko. Keistimewaan gamepad bernama Nyko PlayPad VR ini adalah bagaimana ia bisa dipasangkan ke panel depan headset saat sedang tidak digunakan.

Kedengarannya memang sepele, akan tetapi hal ini bisa dianggap sebagai fitur yang sangat bermanfaat, mengingat PlayPad VR sejatinya bisa menggantikan peran panel penutup bawaan Gear VR, dan di saat yang sama memberikan kemudahan dalam bermain game.

Nyko PlayPad VR

Layout-nya sendiri mengadopsi gamepad milik Xbox, lengkap dengan sepasang analog stick yang diposisikan menyilang. D-Pad empat arah turut tersedia, demikian pula dengan empat tombol di bagian atas dan tombol L3 serta R3 di bagian belakang.

Sejauh ini belum ada informasi terkait jadwal rilisnya, tapi bisa dipastikan tahun ini juga, dengan banderol harga $50 – lebih mahal $10 dari motion controller Gear VR. Sebelum itu, Nyko berencana untuk mendemonstrasikannya di event E3 2017.

Sumber: New Atlas.

Welle Dapat Mengubah Permukaan Benda Apapun Jadi Input Kendali Pintar

Teknologi memungkinkan satu perangkat kecil mengerjakan banyak hal, namun sejauh ini, cara manusia berinteraksi dengannya tak banyak berubah. Layar sentuh merupakan sebuah standar device mobile modern, lalu keyboard dan mouse biasa digunakan buat bekerja. Teknik motion tracking sudah lama ada, tapi fungsinya belum diterapkan secara umum.

Bermaksud untuk menyajikan interaksi yang lebih natural antara user dan hardware, tim developer Maxus Tech dari Hong Kong memperkenalkan Welle. Perangkat kecil ini mempunyai kemampuan yang mengagumkan: mengubah permukaan benda apapun menjadi input kendali pintar, memungkinkan kita mengontrol device ataupun aplikasi favorit baik di Android ataupun iOS dengan gesture.

Welle 1

Welle memiliki wujud bak kotak kecil berukuran 75,4x35x16,2-milimeter. Di permukaan tubuhnya, tim desainer memilih kombinasi warna kuning di depan dan hitam di belakang. Device tersambung ke perangkat melalui Bluetooth, selanjutnya ia dapat digunakan untuk mengakses fungsi dari speaker, thermostat, TV, lampu, serta device-device IoT lain. Welle kompatibel dengan Belkin Wemo, LIFX, IFTTT, Honeywell, Philips Hue, Sonos Wireless Speaker, Logitech, SwitchBot, SmartThings dan Nest Thermostat.

Perangkat ini membaca gerakan tangan Anda dengan menggunakan sonar. Saat diaktifkan, Welle memancarkan gelombang dan akan membaca pantulan dari objek di depannya. Gema tersebut selanjutnya ditangkap, diurai dan diolah menjadi instruksi berbeda memanfaatkan algoritma canggih. Welle bisa mengenal tulisan tangan serta selusin gerakan jari (memutar, scroll, U dan lain-lain).

Welle 2

Unik lagi, pengguna dipersilakan menentukan huruf atau angka apapun untuk mengaktifkan/mengontrol fungsi perangkat. Teknologi ultrasound dipilih Maxus Tech karena jarak deteksinya lebih jauh dan akurat (dibanding RF), tidak membutuhkan kondisi cahaya tertentu (inilah kelemahan sensor optik), dan hemat listrik (baterainya bisa bertahan sampai sebulan). Teknologi ini kabarnya diadopsi dari ranah militer.

Welle 1

Buat menggunakannya, Anda hanya perlu menyalakan Welle dan menginstal app companion-nya di perangkat bergerak, kemudian tinggal konfigurasi gesture favorit atau memilih yang telah Maxus Tech sediakan. Selanjutnya, posisikan device pada sebuah permukaan rata, dan Welle siap digunakan. Ia bisa membaca jarak minimal 10-sentimeter di depannya dengan luas kertas A4, diotaki chip ARM Cortex M4 single-core 168MHz dengan RAM 182Kb.

Welle bisa Anda pesan sekarang di situs crowdfunding  Kickstarter, dijajakan seharga mulai dari US$ 70. Target strech-nya sudah terpenuhi, dan rencana produk akan mulai didistribusikan ke backer pada bulan Oktober.