AMD Resmi Luncurkan Ryzen 3000 dan Radeon RX 5700

Prosesor kencang dari AMD akhirnya mendarat di Indonesia. Hal ini diumumkan dengan mengadakan acara peluncuran yang diadakan pada tanggal 29 Juli 2019 bertempat di Pallas, Fairground SCBD. Selain prosesor, lini kartu grafis baru pun diperkenalkan oleh AMD.

Ryzen Launch

Prosesor yang dimaksud adalah AMD Ryzen seri 3000 yang menggunakan arsitektur Zen 2 dengan proses pabrikasi 7nm. Prosesor ini sendiri memiliki inti hingga 12 core dan 24 thread. Dengan hadirnya Ryzen generasi ketiga ini, AMD mengklaim bahwa mereka mampu menghadirkan komputasi berperforma tinggi untuk para gamer, antusias PC, dan content creator.

AMD juga mengeluarkan APU terbaru mereka yang tergabung dalam seri 3000. Kedua APU itu adalah AMD Ryzen 3 3200G dan Ryzen 5 3400G. Keduanya sudah memiliki grafis terintegrasi dengan VEGA 8 dan VEGA 11.

AMD juga memperbarui jajaran motherboard mereka untuk menjalankan prosesor Ryzen seri 3000 ini dengan chipset seri X570. Motherboard yang menggunakan seri ini juga memakai soket AM4, yang menjadi komitmen AMD untuk terus menggunakannya hingga tahun 2020 mendatang. Pada peluncurannya, empat rekan AMD pun memamerkan produk motherboard mereka seperti ASUS, ASROCK, Gigabyte, dan MSI.

Ryzen 3000 Series

Lini kartu grafis AMD Radeon RX 5700 juga diperkenalkan pada peluncuran kali ini. RX 5700 memiliki basis arsitektur RDNA dengan proses pabrikasi 7 nm. RDNA sendiri mendukung memori GDDR6 dan PCI-e 4.0. AMD sendiri mengklaim bahwa arsitektur barunya ini lebih kencang 1.5x dibandingkan dengan GCN yang digunakan sebelumnya.

Ryzen seri terbaru dengan arsitektur Zen 2 dijual mulai dari harga Rp. 3.199.000 untuk 3600 sampai Rp. 7.999.000 untuk 3900x. Untuk seri Zen+, Ryzen 5 3400G dijual dengan harga Rp. 2.399.000 dan 3200G dijual dengan harga Rp. 1.599.000. Sedangkan untuk kartu grafis Radeon RX 5700XT dijual dengna harga Rp. 6.500.000 dan untuk seri ulang tahun ke 50 dijual dengna harga $449.

Radeon RX5700

APU hanya sampai 3400G?

Dengan munculnya Radeon seri 3000 membuat AMD sepertinya mengambil posisi yang dulu pernah dipegang oleh pesaingnya. AMD sendiri sering dikenal dengan APU-nya, namun kali ini mengedepankan seri 3000 yang sebagian besarnya adalah CPU tanpa grafis terintegrasi. Apa alasan dibalik itu?

Ridwan Fariz selaku AMD Technical Marketing Manager pun menjawab pertanyaan ini. Pada dasarnya, AMD Ryzen 3600 ke atas menggunakan arsitektur Matisse yang dibuat pada proses pabrikasi 7 nm. Sedangkan Ryzen 3400G dan 3200G masih menggunakan Zen+ Picasso.

Perbedaan yang terlihat pada keduanya memang pada Matisse, AMD belum menaruh grafis terintegrasi pada arsitektur Matisse. Hal ini juga berdampak pada pangsa pasar yang dituju di mana 3400G dan 3200G ditujukan untuk mereka yang membutuhkan komputer yang lebih rendah daya namun memiliki grafis yang mumpuni. Sedangkan seri 3600 ke atas lebih ditujukan untuk para power user.

Semoga saja, AMD memiliki rencana untuk membuat arsitektur Zen2  yang memiliki grafis terintegrasi.

 

[Review] Intel Core i9-9900K: Prosesor Kencang untuk Gamers dan Editor

Intel sudah lama memegang tampuk kepemimpinan untuk kecepatan prosesor dan membuatnya seperti tidak memiliki pesaing. Mulai dari generasi pertama, Intel selalu memegang kecepatan tertinggi di segala lini dengan prosesor Core i3, i5, serta i7. Penantang satu-satunya, AMD, bahkan harus mengaku kalah selama delapan generasi.

Intel Core i9 9900K

Akan tetapi, sang penantang pun akhirnya mampu mengimbangi Intel dengan arsitektur Zen. Bahkan, AMD mengeluarkan prosesor yang lebih cepat dengan jumlah core yang lebih banyak. Hal ini pula yang menyebabkan Intel mau tidak mau mengeluarkan sebuah lini baru yang belum pernah mereka miliki sebelumnya, Core i9.

Kali ini, DailySocial kedatangan sebuah prosesor terkencang dari Intel hingga saat ini. Prosesor tersebut adalah Intel Core i9 9900K. Untuk lengkapnya, berikut adalah spesifikasi dari Coffee Lake terbaru Intel:

Core i9 9900K Core i7 9700K Core i5 9600K
Arsitektur Coffee Lake Coffee Lake Coffee Lake
Core / Thread 8 / 16 8 / 8 6 / 6
TDP 95W 95W 95W
Clock 3.6 GHz 3.6 GHz 3.7 GHz
Turbo Boost 5 GHz 4.9 GHz 4.6 GHz
L3 Cache 16 MB 12 MB 9 MB
Kecepatan RAM DDR4 2666 DDR4 2666 DDR4 2666
Clock iGP / Boost 350/1200 MHz 350/1200 MHz 350/1150 MHz
Socket 1151 1151 1151
Pabrikasi 14nm++ 14nm++ 14nm++

Intel Core i9 9900K - Belakang

Jika diperhatikan, prosesor terbaru dari Intel ini masih menggunakan proses pabrikasi 14nm. Hal ini merupakan imbas dari masalah persediaan Intel pada 14nm. Selain itu, Intel juga pernah menunda pabrikasi 10nm mereka, sehingga hal tersebut kemungkinan besar merupakan alasan teknologi yang digunakan masih 14nm. Walaupun begitu, teknologi 14nm yang digunakan juga berbeda dari sebelumnya.

Pada sisi grafis, Intel menggunakan sebuah Intel UHD 630 yang sampai saat ini merupakan grafis buatan Intel yang terkencang. Prosesor ini juga sudah terbuka multiplier-nya, sehingga dapat dengan mudah di-overclock. Walaupun begitu, tindakan overclocking harus dilakukan oleh mereka yang mengerti caranya. Salah-salah, prosesor yang ada malah dapat mati total.

Intel Core i9 9900K - Testbed

Untuk melakukan review kali ini, Dailysocial menggunakan peripheral berikut ini:

Prosesor Intel Core i9 9900K ES
Motherboard Gigabyte Z390 UD
RAM 2x 8GB Corsair Vengeance RGB Pro DDR4 3200MHz
HSF Noctua NH-D15
PSU AX1600i
Keyboard Corsair K70 RGB MK.2 SE Rapid Fire
Mouse Corsair Harpoon RGB Gaming Mouse
Monitor MSI Optix MAG27C

Untuk hasil CPU-Z dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Arsitektur

Prosesor yang satu ini merupakan CPU pertama dari Intel yang langsung bisa beroperasi pada kecepatan 5 GHz. Sebelumnya, untuk mencapai angka ini, pengguna harus melakukan overclocking terlebih dahulu. Kecepatan 5 GHz akan tercapai pada saat Turbo Boost aktif secara otomatis saat menggunakan dua core.

Intel Core i9 9900K - Kotak penjualan 2

Core i9-9900K yang kami dapatkan merupakan engineering sample (ES) yang kemungkinan besar bakal berbeda kinerjanya dengan versi retail. Prosesor ini memiliki total delapan inti dengan 16 thread. Hal tersebut membuat Core i9 9900K akan terbaca 16 inti pada saat menjalankan sistem operasi seperti Windows 10.

Dengan menyandang nama K dibelakangnya, prosesor ini tentu dapat dengan mudah di-overclock. Namun, pengguna awam diharapkan menjauhi kegiatan overclocking karena dapat merusak prosesor dan motherboard itu sendiri. Diperlukan pengetahuan tambahan agar overclocking dapat berjalan dengan baik dan stabil.

Intel Core i9 9900K - CPU on Socket

Core i9 memiliki cache sebesar 2 MB, membuatnya memiliki total 16 MB cache. Dibandingkan dengan Core i7, Core i9 punya cache 500 KB lebih besar, yang membuatnya menjadi lebih kencang lagi. Padahal generasi sebelumnya, Core i7 lah yang memiliki cache sebesar 2 MB per inti.

Core i9 diproduksi dengan masih menggunakan proses pabrikasi 14++ nm. Intel sendiri mengakui bahwa mereka masih kesulitan dalam memproduksi 10 nm. Dua simbol plus (+) itu sendiri merupakan tanda di mana Intel membuat generasi ini lebih kencang dan lebih tinggi frekuensi clock-nya. Arsitekturnya sendiri masih mirip dengan generasi sebelumnya.

QuickSync

Fitur yang satu ini sudah lama diperkenalkan oleh Intel, yakni pada saat prosesor Intel Core generasi kedua, Sandy Bridge, diperkenalkan pada tahun 2011. QuickSync sendiri merupakan sebuah inti dalam prosesor Intel Core I yang bisa melakukan encoding dan decoding video. Hal ini memang mirip dengan apa yang dimiliki oleh graphics card dari NVIDIA dan AMD.

Melakukan konversi video dengan menggunakan fungsi QuickSync akan menghemat waktu berkali-kali lipat. Misalnya saja saat kami melakukan pengujian konversi video dari H.264 ke DivX dengan menggunakan bagian prosesor dari Core i9 dan software Cyberlink Media Espressor, waktu yang diperlukan adalah 1 menit 16 detik. Sewaktu menggunakan QuickSync, waktu yang dibutuhkan adalah 19 detik saja.

QuickSync tidak hanya bisa digunakan untuk melakukan konversi video saja. Fasilitas ini pun bisa digunakan pada software lainnya seperti Adobe Photoshop, Microsoft Office, dan lain sebagainya. Dan performa dari setiap software juga akan meningkat saat QuickSync diaktifkan.

Seiring dengan meningkatnya generasi prosesor Intel, kemampuan QuickSync pun juga ditingkatkan. Mulai dari Kaby Lake, QuickSync sudah dapat melakukan konversi video dengan codec H.265 / HEVC. Jadi, hal ini cocok untuk mereka yang bekerja dalam bidang editing video.

Intel UHD 630

Hampir semua prosesor Intel mulai dari arsitektur Broadwell dipasarkan dengan menggunakan chip grafis terintegrasi. Untuk Core i9 9900K, terdapat sebuah grafis terintegrasi yang dinamakan Intel UHD (Ultra High Definition) 630. Tentunya, dengan hadirnya sebuah grafis terintegrasi akan membuat nilai tambah saat prosesor ini tidak digunakan untuk bermain game.

Grafis terintegrasi ini masih menggunakan arsitektur GT2 yang digunakan pada Intel Core I generasi ke 8. Oleh karena itu, driver grafis yang digunakan juga sama dengan generasi sebelumnya. Lalu apakah grafis terintegrasi ini bisa dipakai untuk bermain game? Ya dan Tidak!

Intel UHD 630 bisa digunakan untuk bermain beberapa game yang sudah lama, dengan catatan tidak menggunakan setting tertinggi. Untuk dapat bermain dengan lebih nyaman, tentu saja sebuah kartu grafis terpisah dibutuhkan.

Performa

Saat ini, Core i9 9900k merupakan prosesor kelas konsumen yang memiliki kinerja paling tinggi yang dimiliki oleh Intel. Prosesor ini memang cocok untuk digunakan dalam bekerja mau pun bermain game. Hal tersebut pula yang membuatnya memiliki harga yang tinggi, sekitar Rp. 9.500.000.

Kami pun melakukan pengujian terhadap prosesor yang satu ini. Sayang memang, kami belum memiliki prosesor yang pas untuk membandingkannya dengan Core i9 9900K. Tanpa harus berlama lagi, berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan software benchmark sintetis.

Untuk pengujian dengan game yang menggunakan grafis terintegrasi adalah sebagai berikut:

Verdict

Kinerja sebuah prosesor memang sangat penting dalam sebuah pekerjaan yang membutuhkan perhitungan yang rumit. Perhitungan rumit ini biasanya ditemukan pada saat seseorang melakukan editing gambar, video, dan bahkan bermain game. Hal seperti inilah yang ditawarkan Intel pada prosesor terbarunya, Core i9 9900K.

Intel Core i9 9900K - Kotak Penjualan

Kinerja prosesor dari Core i9 9900K sudah tidak perlu diragukan lagi. Dengan hasil yang kami dapatkan, semua pekerjaan dijamin akan selesai lebih cepat. Untuk bermain game, tentu saja prosesor ini akan mengerjakan pekerjaannya dengan sangat baik saat digabungkan dengan kartu gratis terpisah.

Feature lain yang ditawarkan seperti QuickSync juga akan banyak membantu para editor. Terlebih saat ini sudah banyak software yang sudah mendukung fungsi ini sehingga kinerjanya lebih cepat lagi. Konversi video pun akan selesai dengan sangat cepat pada saat fungsi ini diaktifkan pada software yang telah mendukung.

Grafis terintegrasi Intel UHD 630 yang ada pada prosesor ini juga dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, grafis terintegrasi ini memang tidak dirancang untuk bermain game dengan setting paling tinggi. Selain bermain game yang cukup lawas, Intel UHD 630 juga cocok untuk mereka yang membutuhkan koneksi ke monitor tanpa biaya tambahan.

Harga dari prosesor ini memang sepadan dengan kinerjanya. Dengan Rp. 9.500.000, prosesor ini dapat dimiliki oleh mereka yang sudah menggunakan Core i7 generasi sebelumnya. Intel juga menawarkan prosesor dengan generasi yang sama namun lebih murah harganya untuk mereka yang belum bisa membeli Core i9 9900K.

Sparks

  • Kencang!
  • Clock 5 GHz Turbo secara default
  • QuickSync meningkatkan kinerja software editing
  • Manajemen Turbo yang lebih baik
  • Lebih dingin walau masih 14nm

Slacks

  • Harga cukup mahal
  • Tidak menyertakan pendingin

 

Dukung Cannon Lake, MSI Perkenalkan Motherboard Gaming Z390

Dengan munculnya arsitektur terbaru dari Intel dengan nama Cannon Lake atau prosesor Intel generasi ke 9, tentu saja vendor motherboard harus menyediakan platform untuk menjalankannya. Begitu pula yang dilakukan MSI.

Intel pun juga sudah mempersiapkan chipset baru mereka untuk mendukung arsitektur Cannon Lake, yaitu chipset dengan seri 300. Socket yang digunakan juga sama dengan sebelumnya, yaitu socket 1151. Dan yang saat ini diperkenalkan adalah Chipset Z390.

MSI Z390 - Launch

MSI meluncurkan deretan motherboard terbarunya pada tanggal 16 Oktober 2018 yang lalu. Acara tersebut bertempat di restoran The Hook Senopati, Jakarta. MSI pun mengatakan bahwa mereka bakal menawarkan pengalaman yang lebih baik dari sebelumnya dari segala sisi.

Pada seri terbarunya ini, MSI menawarkan tiga segmen motherboard gaming serta satu buah seri Pro. Semuanya menggunakan chipset Z390. Selain mendukung arsitektur Cannon Lake, chipset ini pun juga mendukung arsitektur sebelumnya, yaitu Coffee Lake.

 

MSI Z390 - PC

Segmen pertama memiliki sebuah motherboard yang dinamakan MEG Z390 ACE GodLike. Seperti halnya kata “GodLike” setelah membunuh banyak musuh dalam sebuah game, motherboard ini memang khusus dibuat untuk bermain game dengan ekstrim.

Untuk membuat sebuah “GodLike”, MSI mempersenjatai motherboard ini dengan begitu banyak heatsink. Hal tersebut untuk melindungi VRM dan seluruh transistor di motherboard ini dari panas yang membuat sistem menjadi tidak stabil dan berdurabilitas rendah.

MSI Z390 - GodLike

Di sisi audio, motherboard ini dilengkapi dengan audio dengan Xtreme Audio DAC, platform audio onboard dibangun dengan sepasang prosesor audio khusus Hi-Fi ALC1220, AUDIO DAC ESS dengan amplifier ESS khusus, kapasitor audio WIMA, headphone 6.35mm, semua terlindungi dengan desain PCB sepenuhnya.

Segmen kedua adalah MSI Performance Gaming atau MPG. Debut di Indonesia, MSI mengeluarkan MPG Gaming Pro dan Gaming Plus. Kedua motherboard ini merupakan versi lebih rendah dari GodLike.

MSI Z390 - Gaming Plus

Gaming Pro mempertahankan kinerja kecepatan tinggi dengan heatsink yang diperluas dan M.2 SHIELD FROZR. Pengguna dapat menikmasi kecepatan unduh hingga 1,73 Gbps dengan menyambungkan ke jaringan Wi-Fi di luar kotak dengan Intel nirkabel-AC terintegrasi. Dari sisi audio, motherboard ini dilengkapi dengan Audio Boost 4, Nahimic 3, dan Voice Boost.

Segmen ketiga adalah MSI Arsenal Gaming atau MAG. Segmen ini merupakan yang paling rendah dalam kasta gaming dari MSI. Hal tersebut juga mempengaruhi bagaimana motherboard ini digunakan untuk melakukan overclocking.

Segmen terakhir yang MSI Pro dengan motherboard-nya yang bernama Z390-A Pro. MSI sendiri mengatakan bahwa motherboard ini bakal menjadi perangkat sejuta umat, karena memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan seri gaming. Namun, tentunya feature yang dibawa juga akan lebih rendah dibandingkan dengan seri Gaming.

Lebih Mudah

MSI mengatakan bahwa mereka telah membuat motherboard yang mereka jual saat ini dengan feature yang memudahkan para penggunanya. Yang pertama adalah Pre-Installed IO Shielding yang membuat pengguna tidak perlu lagi bersusah payah memasang lempengannya pada saat merakit PC. IO pada bagian belakangnya sudah terpasang langsung dari motherboard-nya.

MSI Z390 - Carbon

Selain itu, pada GodLike, MSI sudah menempelkan MEG Dynamic Dashboard yang fungsinya lebih luas daripada sebuah debug LED. Nantinya, informasi mengenai akses motherboard bakal dihadirkan dengan animasi GIF. Pengguna pun juga dapat memodifikasi sendiri animasinya tersebut.

Belum Semua Masuk

Pada sesi terpisah, Sukma Paulus, Product Manager MSI Indonesia, mengatakan bahwa belum semua motherboard MSI Z390 bisa dibawa ke Indonesia selain yang diluncurkan di atas. Hal tersebut dikarenakan ada kendala teknis.

MSI Z390 - Paulus

Produk motherboard yang masih bakal diusahakan masuk ke Indonesia adalah tiga buah seri MPG. Ketiganya adalah Z390, Z390I, dan Z390M Gaming Edge. Semoga saja ketiganya akan hadir di Indonesia dalam waktu dekat.

Paulus sendiri mengatakan bahwa saat ini pasar motherboard sedang lesu. Akan tetapi, dibandingkan dengan segmen lain, untuk seri Gaming justru sedang mengalami peningkatan. Hal tersebut tentu saja merupakan pengaruh dari tingginya animo dari esports.

AMD Umumkan APU Murah Athlon 200GE dengan iGP VEGA

Saat AMD mengeluarkan arsitektur Zen, pada saat itu pulalah era baru AMD dimulai (kembali). Prosesor Ryzen saat ini memiliki kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan arsitektur sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan dikeluarkannya prosesor Ryzen 7, 5, dan 3 yang menantang arsitektur terbaru dari Intel.

138914-athlon-pib-left-facing-1260x709_2

Sebelumnya, AMD juga memiliki prosesor bernama Athlon. Athlon pertama kali dipasarkan sebagai prosesor terkencang dari AMD. Akan tetapi, lama kelamaan Athlon dipakai untuk menjadi sebuah prosesor versi murah dari AMD menentang Pentium dan Celeron.

Saat ini, AMD kembali memunculkan Athlon sebagai APU terjangkau mereka. Untungnya, Athlon terbaru dari AMD tidak menggunakan arsitektur Bristol Ridge, tetapi Zen. Nama dari Athlon terbaru AMD adalah Athlon 200GE.

AMD Athlon 200GE mengintegrasikan iGP VEGA 3, yang saat ini dianggap mumpuni dalam menjalankan beberapa aplikasi editing. Selain itu, VEGA 3 juga terbukti mampu menjalankan beberapa game yang masih digemari saat ini seperti DOTA, CS:GO, dan lain sebagainya.

APU AMD Athlon 200GE memiliki spesifikasi sebagai berikut

MODEL

CPU Cores

Threads

Processor Frequency

Graphics Compute Units

TDP (Watts)

AMD Athlon™ 200GE

2

4

3.2GHz

3

35W

APU yang satu ini tidak memiliki Turbo Boost pada sisi prosesornya. Dan untuk menghadirkan komputer dengan daya yang lebih rendah, APU yang satu ini hanya memiliki TDP 35 Watt saja.

AMD Athlon

AMD bakal menjual APU yang satu ini dengan harga $55 atau sekitar Rp. 820.000 saja. Dengan harga tersebut, pengguna tidak perlu lagi menambah sebuah graphics card karena sudah terintegrasi.

Prosesor AMD Athlon 200GE akan tersedia pada retailer-retailer dan system integrator di seluruh dunia dimulai pada 18 September 2018. AMD juga bakal meluncurkan seri di atasnya, Athlon 220GE dan 240GE pada kuartal ke empat 2018 nanti.

Sumber dan gambar: AMD.

Intel Keluarkan Bean Canyon: Lebih Kencang dari Baby Canyon

Setelah dikeluarkan beberapa tahun yang lalu, Next Unit of Computing (NUC) memang tidak pernah berhenti memukau banyak orang. Selain bentuknya yang bisa digenggam dengan satu tangan, bobot yang ringan serta kinerja yang tinggi membuatnya dapat menjalankan software dan beberapa game di platform Windows 10.

NUC terbaru dari Intel pun saat ini telah diperkenalkan. Dengan nama Bean Canyon, perangkat yang satu ini datang dengan prosesor Intel Coffee Lake dan integrated GPU Iris Plus.

Intel NUC Bean Canyon Depan

Sebelumnya, Intel sudah mengeluarkan NUC dengan nama Baby Canyon. Baby Canyon menggunakan prosesor Intel Kaby Lake yang menggunakan TDP 15 Watt. Bean Canyon ternyata menggunakan TDP yang hampir dua kali lipatnya, 28 Watt.

Dengan naiknya TDP tersebut, ternyata Intel menggunakan prosesor dengan clock yang lebih tinggi. Bean Canyon memiliki varian tertinggi dengan prosesor berkecepatan 2,7 GHz serta Turbo Boost 4,5 GHz. Selain itu ada juga varian dengan kecepatan 2,3 GHz dan Dual Core 3 GHz. Semuanya menggunakan varian prosesor U.

NUC Bean Canyon juga bisa diatur untuk berjalan pada TDP 20 watt. Hal ini tentu sangat berguna bagi mereka yang menginginkan sebuah komputer yang memiliki daya rendah.

Intel NUC Bean Canyon Belakang

Semua Bean Canyon menggunakan graphics terintegrasi Iris Plus 655. Iris Plus 655 memiliki 128MB eDRAM, 48 EU, serta memiliki clock 1200 MHz. Selain itu, terdapat pula USB 3.1 gen 2 (10 Gbps), 802.11 AC 9560, Bluetooth 5.0, dan Tunderbolt 3 yang bisa juga sebagai Display Port serta USB Type-C.

WiFi 802.11 AC pada NUC memiliki kemampuan MU-MIMO (Multiple User, Multiple Input Multiple Output). Hal tersebut tentu saja membuat NUC sebagai PC mungil yang memiliki kemampuan WiFi kencang mencapai 1.73 Gbps. Nantinya juga NUC bakal mendukung standar keamanan WPA3 pada bulan Januari.

Intel menawarkan NUC sebagai PC dan juga sebagai board yang dijual ke manufaktur lainnya. Sayangnya, Intel belum memberikan kepastian harganya. Padahal, NUC juga merupakan salah satu solusi memiliki desktop komputer yang ringan, hemat daya, serta ringkas.

Intel juga menawarkan NUC lain yang memiliki kinerja lebih kencang. NUC dengan nama kode Hades Canyon menggunakan Kaby Lake. Yang membuatnya menarik adalah Intel menggunakan GPU Vega M buatan AMD.

Sumber dan Foto: Intel. Gambar header: Pixabay.

Dhyana, Prosesor x86 AMD Zen dari Tiongkok

Selama ini, kita mengenal beberapa perusahaan yang memiliki lisensi x86, seperti IBM, Intel, AMD, dan VIA. Dengan pertarungan “berdarah” selama beberapa tahun membuat Intel merajai pasar prosesor x86 dan diikuti oleh AMD. VIA sendiri saat ini ternyata masih membuat prosesor, walaupun tidak semasif Intel dan AMD.

Babak baru dilanjutkan oleh AMD dengan memamerkan arsitektur Zen dua tahun lalu. Arsitektur ini yang sampai saat ini digunakan untuk membuat prosesor terbaru mereka Ryzen. Nah, ternyata pada saat yang sama, AMD juga menjalin kerjasama dengan Tianjin Haiguang untuk mendirikan perusahaan patungan untuk mengembangkan prosesor. Saham AMD pun menjadi meningkat pada saat ini.

Setelah dua tahun tidak terdengar mengenai kerjasama kedua perusahaan ini, ternyata terkuak sesuatu mengenai kedua perusahaan ini dari sebuah kernel di Linux. Pada kernel tersebut, ada prosesor terbaru bernama Dhyana dari perusahaan Hygon.

Hygon sendiri merupakan perusahaan patungan yang didirikan oleh AMD dan Tianjin Haiguang dengan nama Chengdu Haiguang Integrated Circuit Design Co., Ltd. AMD memiliki saham 30% pada Hygon dan Tianjin Haiguang memiliki sisanya.

Bagaimana lisensi x86-nya?

AMD

Seperti yang disebutkan di atas, AMD juga memiliki lisensi x86 dan boleh memproduksi serta menjual prosesor dengan arsitektur tersebut. Hal ini juga termasuk perusahaan yang dimiliki oleh AMD.

AMD sendiri tidak boleh mentransfer lisensi x86 ke perusahaan pihak ketiga. Akan tetapi, AMD hanya memiliki saham 30% saja pada Hygon. Lalu bagaimana cara Hygon agar tidak melanggar lisensi x86 tersebut?

AMD dan Tianjin Haiguang juga mendirikan perusahaan patungan dengan nama Haiguang Microelectronics Co. Ltd. atau HMC. AMD saat ini memegang 51% saham dan Tianjin Haiguang memiliki 49%.

HMC pun memiliki lisensi x86 karena perusahaan tersebut dimiliki secara mayoritas oleh AMD. Hal ini tentunya tidak melanggar perjanjian lisensi x86 antara AMD dengan Intel. HMC akan memproduksi prosesor x86 tersebut.

HMC lalu melisensikan hak cipta x86 kepada Hygon. Hygon lalu melakukan desain prosesor x86 tersebut, lalu menjual desainnya kembali ke HMC. Hal ini dilakukan agar desain prosesor tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar Cina.

HMC lalu menyewa pabrik yang ada seperti TSMC, lalu mengembalikan chip-chip tersebut kepada Hygon. Hygon lah setelah itu yang menjual prosesor Dhyana. Produk ini sendiri hanya dapat dijual di Tiongkok saja.

Lalu, apa itu Dhyana?

Pada saat nama dari prosesor ini terkuak pada kernel Linux, terlihat bahwa Dhyana memiliki family number 17h. Padahal, prosesor Zen memiliki family number 18h. Hal ini tentunya memiliki hubungan yang dekat.

AMD sendiri mengatakan bahwa mereka tidak menjual desain chipset-nya, tetapi membiarkan Hygon mendesain prosesor mereka sendiri. Untuk arsitekturnya sendiri, Dhyana memiliki kemiripan dengan EPYC. Hal ini berarti bahwa Hygon akan menjual prosesor tersebut untuk kebutuhan pasar server di Tiongkok.

Uniknya, para pemakai Linux sendiri melakukan porting menggunakan kode dari EPYC untuk menjalankan Dhyana. Hasilnya, Dhyana pun dapat berjalan dengan baik dan juga dapat menjalankan patch yang ditujukan untuk EPYC. Bisa jadi, kedua prosesor tersebut hanya memiliki sangat sedikit perbedaan.

Pada tahun 2015 lalu, pemerintahan Obama memblokir Intel untuk berjualan prosesor Xeon ke Tiongkok. Hal tersebut dikarenakan Amerika khawatir Xeon akan menggerakkan program nuklir Tiongkok. Amerika juga telah melakukan langkah agar Tiongkok juga tidak memiliki pengetahuan mengenai pembuatan chip.

Pada saat itu juga, terjadi spekulasi mengenai hal yang sama akan melebar ke perusahaan lainnya. Benar saja, saat ini ZTE dan Huawei memiliki nasib yang kurang lebih sama di Amerika.

Dengan kerjasama AMD dan Tianjin Haiguang, tentu saja membuat banyak pihak terkejut. Pasalnya, Intel dilarang untuk bekerjasama dengan Tiongkok, namun AMD bisa melakukan hal tersebut. Tentunya, hal ini bisa jadi tidak terlepas dari upaya AMD untuk mendapatkan investasi dalam memperpanjang bisnis mereka di pasar teknologi.

Sumber: Tomshardware, Gambar: Tomshardware, Pixabay.

Intel Xeon Cascade Lake Dukung RAM 3,84 TB!

Pertarungan abadi antara Intel dan AMD menekan kedua perusahaan tersebut untuk menelurkan feature-feature baru. Intel sendiri saat ini sudah diketahui bakal mengeluarkan prosesor baru untuk server dengan nama Cascade Lake.

Intel-Xeon-Scalable-Family-with-3D-XPoint-Memory

Spesifikasi detail untuk Cascade Lake sendiri sampai saat ini belum secara resmi dikeluarkan oleh Intel. Akan tetapi, menurut laporan dari ServeTheHome, chipset Intel yang satu ini nantinya akan mendukung memori hingga 3,84 TB per socket. Hal ini menjadikan dukungannya dua kali lipat dari yang didukung oleh CPU Xeon Platinum M-Series berbasis Skylake, dimana mendukung 1,5 TB DDR 4 dengan menggabungkan DIMM 512 GB Optane dan DDR4 128 GB.

Intel menerbitkan gambar server Cascade Lake tahun lalu dengan enam DIMM DDR4 dan enam DIMM Optane Persistent per soketnya. Pada gambar tersebut, modul Apache Pass versi Intel memiliki kapasitas 512 GB.

Jika semua modul dipasangkan, dalam konfigurasi enam Optane dan enam DDR4, hasilnya akan menjadi 3072 GB memori Optane 3D XPoint dan 768 GB DDR4 RAM, dengan total 3,84 TB. Jika terdapat dua soket, maka bisa menjadi 7,68 TB per node.

QCT-Cascade-Lake-Memory-Support-for-Apache-Pass

Walaupun begitu, perlu diketahui bahwa tidak semua SKU Cascade Lake mendukung memori 3,84 TB. Hal ini hanya didukung pada model-model premium saja. Nantinya kemungkinan beberapa SKU pun tidak mendukung DIMM Optane. Hal tersebut tentu saja akan ditentukan pada saat Cascade Lake diluncurkan.

Sekedar tahu saja, sebuah RAM LRDIMM DDR4 128 GB memakan biaya sekitar $3500 (sekitar RP50 jutaan). Harga Optane sendiri belum diketahui. Nantinya, jika semua itu terwujud, kemungkinan besar harga server dengan Cascade Lake akan memakan biaya yang sangat besar.

 

Sumber artikel dan gambar: ServeTheHom. Gambar header: Pixabay.

Kolaborasi ARM dan Samsung Buahkan Prosesor 3 GHz

Sampai saat ini, hampir setiap smartphone dan tablet dengan sistem operasi Android dan iOS menggunakan teknologi buatan ARM. Lisensi ARM terbagi dua untuk prosesornya, yaitu lisensi di mana sebuah vendor dapat menggunakan prosesor mereka tanpa adanya modifikasi dan lisensi yang membolehkan vendor untuk melakukan modifikasi. iPhone adalah contoh dari lisensi yang kedua.

Dalam mengembangkan prosesornya, kinerja ARM juga didukung dengan teknologi pengecilan transistor. Semakin kecil dimensi transistor yang ditanamkan, tentu saja semakin kecil daya yang dibutuhkan serta dapat mengurangi temperatur yang dihasilkan.

Saat ini ARM menjalin kolaborasi dengan Samsung untuk memproduksi prosesor Cortex A76. Tidak tanggung-tanggung, kedua perusahaan akan memproduksi prosesor tersebut dengan teknologi 7LPP (7nm Low Power Plus) dan 5LPE (5nm Low Power Early).

PCB Pixabay

Kedua perusahaan itu berharap, dengan menerapkan teknologi tersebut, Cortex A76 mampu berjalan pada clock 3 GHz atau lebih. ARM sendiri mengumumkan bahwa prosesor mereka yang berikutnya bakal mampu berjalan pada clock 3 GHz.

Selain prosesor Cortex A76, dengan proses pabrikasi yang sama, ARM juga berencana untuk mengimplementasikan inti prosesor terbaru mereka yang memiliki teknologi ARM DynamIQ. DynamIQ sendiri merupakan sebuah teknologi penerus big.LITTLE yang mampu menyediakan topologi baru.

Hasil produksi dari pabrik Samsung ini memang belum akan ditemukan dalam waktu dekat. Pengembangannya sendiri baru akan rampun sekitar pertengahan tahun 2019. Untuk produknya sendiri, mungkin akan dirasakan oleh konsumen pada akhir tahun 2020 nanti.

Sumber: Samsung NewsRoom.

Mengupas Keunggulan Chipset Qualcomm Snapdragon 636

Ditenagai chipset Snapdragon 636, Xiaomi Redmi Note 5 dan Asus Zenfone Max Pro M1 mendarat di Indonesia membawa peningkatan pengalaman ber-smartphone.

Snapdragon 600 series ini memboyong sejumlah teknologi yang ada di premium-tier Snapdragon 800 series, menawarkan performa lebih cepat tapi tetap hemat baterai.

Dampak yang akan begitu terasa ialah mampu menjalankan game lebih optimal, kemampuan fotografinya juga meningkat, dan apalagi? Baiklah, mari kita kupas bersama keunggulan dari “hati seekor naga” – Snapdragon 636.

Bukan yang Terkuat di Kelasnya

mengupas-keunggulan-chipset-qualcomm-snapdragon-636-1

Pada high-tier Snapdragon 600 series, Qualcomm membelah menjadi dua yakni seri yang menonjolkan kinerja CPU yakni Snapdragon 660, Snapdragon 653, Snapdragon 652, dan Snapdragon 650.

Satu lagi seri yang lebih mengutamakan efisiensi daya dengan kecepatan clock CPU yang lebih rendah, yakni Snapdragon 636, Snapdragon 630, Snapdragon 626, dan Snapdragon 625.

Di anggota keluarga Snapdragon 600, Snapdragon 636 merupakan SoC yang paling baru yang diperkenalkan pada Oktober 2017 lalu. Namun yang terkuat masih Snapdragon 660 yang diumumkan pada Mei 2017.

Arsitektur CPU Kyro 260

mengupas-keunggulan-chipset-qualcomm-snapdragon-636-3

Qualcomm ingin teknologi canggih mereka bisa dirasakan oleh lebih banyak orang, sebab itu mereka membawa teknologi yang ada di premium-tier Snapdragon 800 series ke high-tier Snapdragon 600 series.

Teknologi yang dimaksud, satu diantaranya ialah arsitektur CPU Kyro. Snapdragon 636 merupakan anggota keluarga Snapdragon 600 kedua setelah Snapdragon 660 yang telah mengadopsinya.

Mobile platform terbaru Qualcomm ini menggunakan teknologi 14mm dengan basis arsitektur core Kyro 260 performance dan efficiency. Empat core Cortex-A73 untuk performance dan empat core sisanya Cortex-A53 untuk efficiency, dengan clock hingga 1.8GHz.

CPU Kryo 260 memiliki kinerja hingga 40 persen lebih tinggi daripada generasi sebelumnya yakni Snapdragon 630 dan GPU Adreno 509 yang mampu menyuguhkan performa gaming dan web browsing 10 persen lebih baik.

Image Sensor Processor (ISP) Spectra 160

mengupas-keunggulan-chipset-qualcomm-snapdragon-636-4
Foto: Qualcomm.com

Jangan meremehkan pentingnya chipset, selain menentukan performa – chipset juga mempengaruhi kemampuan fotografi. Image sensor processor (ISP) Spectra 160 14-bit di Snapdragon 636 membuat kamera smartphone dengan mobile platform ini lebih canggih.

ISP Spectra 160 menawarkan dukungan untuk single kamera hingga 24-megapixel dan kamera ganda hingga 16-megapixel. Didukung DSP Hexagon 680 dan Qualcomm clear sight untuk hasil foto di low light yang lebih baik , serta zero shutter lag, hybrid autofocus, dan optical zoom yang menawarkan zoom yang halus, menangkap fokus lebih cepat, dan warna yang lebih kaya.

Verdict

Saya pikir penjelasan di atas sudah cukup untuk menguak kemampuan dari Snapdragon 636. Dibanding Snapdragon 625 yang populer digunakan pada smartphone kelas menengah pada tahun 2017, Snapdragon 636 memang membawa banyak peningkatan yang signifikan. Tentu saja masih banyak fitur-fitur lain yang ditawarkan Qualcomm, namun tak semua kelebihan yang ditawarkan digunakan oleh sang pabrikan ponsel.

Saat ini saya sedang mencicipinya di Asus Zenfone Max Pro M1 yang segera saya review dan tak sabar menyandingkan dengan Xiaomi Redmi Note 5. Intinya mobile platform milik Qualcomm ini menawarkan performa CPU lebih cepat tapi tetap hemat baterai yang mampu meningkatkan pengalaman gaming dan menyuguhkan kemampuan fotografi lebih canggih.

Prosesor Terbaru ARM Cortex-A72 3,5 Kali Lebih Cepat dari Cortex-A15

Kita memang belum lama menjalani tahun 2015, akan tetapi ARM, perusahaan pengembang prosesor reference untuk perangkat mobile, telah mengumumkan kehadiran prosesor terbarunya, yang rencananya siap dimanfaatkan oleh produsen prosesor mobile kelas mainstream seperti Qualcomm di tahun 2016. Continue reading Prosesor Terbaru ARM Cortex-A72 3,5 Kali Lebih Cepat dari Cortex-A15