Likuid Tawarkan Skema “Crowdfunding” untuk Pendanaan Startup dan Industri Kreatif

Masih terbatasnya pendanaan yang bisa diperoleh perusahaan rintisan, menjadi alasan utama mengapa platform crowdfunding Likuid didirikan. Kepada DailySocial, CEO Likuid Kenneth Tali mengungkapkan bahwa sampai saat ini pendanaan untuk industri startup dan industri kreatif hanya dapat diakses oleh kalangan high net worth individuals, pada umumnya hanya sedikit orang yang mempunyai akses sana.

“Kita mendirikan Likuid untuk membuka akses pendanaan di industri ini ke lingkup masyarakat yang lebih besar, sehingga selain dapat didanai oleh venture capital atau business angel, sekarang proyek para entrepreneur juga dapat didanai oleh banyak orang, termasuk pengguna, pelanggan, dan juga komunitas mereka.”

Didirikan pada tahun 2018, Likuid memiliki latar belakang para pendirinya yang cukup beragam. Mereka adalah Budi Sukmana (COO) dan tiga orang advisor yaitu Felicitas Hakso, Soni Boedihardjo, dan Frans Kurniawan yang berpengalaman di bidang perbankan, pasar modal, dan teknologi.

“Likuid mencoba untuk memecahkan permasalahan pendanaan yang dialami entrepreneur, dari startup teknologi sampai industri kreatif seperti perfilman, musik, dan juga F&B. Kita mulai beroperasi di bulan Juli 2019 setelah mendapat status tercatat di regulatory sandbox OJK untuk cluster project financing crowdfunding,” kata Kenneth.

Tawarkan skema menarik untuk investor dan pencari dana

Sebagai platform crowdfunding, Likuid mencoba untuk menjembatani kebutuhan fundraiser untuk proyek mereka agar dapat didanai oleh investor besar dan kecil. Hingga saat ini Likuid telah memiliki lebih dari 100 High Networth Individuals (angels) yang bekerja sama dan mempercayai Likuid sebagai partner investasi mereka.

Likuid memiliki 3 proyek yang sedang dipersiapkan untuk public launch, 6 proyek yang masih dalam proses due diligence. Saat ini untuk investor, perusahaan baru membuka akses pendaftaran melalui situs dan juga akun media sosial Instagram. Sementara untuk akses investasi akan dibuka saat public launch.

Pencari dana (fundraiser) dapat terdaftar di Likuid setelah melewati proses due diligence, mereka dapat memuat profil proyek agar dapat diakses oleh para investor. Jangka waktu pendanaan maksimum 60 hari setelah profil proyek mereka dapat diakses oleh para investor.

Sementara untuk investor, setelah terverifikasi dapat memilih proyek mulai berinvestasi dari Rp250.000,00. Investor nantinya akan mendapatkan keuntungan setiap 3 atau 6 bulan, melalui skema bagi hasil. Model bisnis yang ditawarkan Likuid adalah melalui success fee sebesar 5%-7%.

“Saat ini, terus terang banyak dari proyek entrepreneur masih berbasis di Jabodetabek. Tapi kita juga sedang membangun kerja sama dengan beberapa instansi dan program inkubasi, untuk mempunyai akses ke para entrepreneur di luar Jabodetabek. Untuk investor, layanan kami dapat diakses oleh siapa pun dari seluruh penjuru nusantara,” kata Kenneth.

Target tahun 2020

Di tahun 2020 mendatang, selain pendanaan proyek, Likuid memiliki rencana untuk mendapatkan lisensi dari OJK sebagai penyelenggara layanan urun dana melalui penawaran saham berbasis teknologi informasi (equity crowdfunding). Dengan demikian diharapkan perusahaan dapat membuka akses pendanaan dalam bentuk saham untuk para entrepreneur.

Terdapat tiga kunci utama yang bakal diimplementasikan oleh Likuid tahun 2020 mendatang, di antaranya memperluas jaringan entrepreneur di bidang startup dan industri kreatif, bekerja sama dengan institusi pendanaan konvensional dan komunitas investor, dan bekerja sama dengan perusahaan asuransi untuk menciptakan iklim investasi alternatif yang lebih aman.

“Bagi kami, entrepreneur dan pelaku industri kreatif adalah kunci dari perkembangan inovasi dan kreativitas. Tugas kami memberi solusi pendanaan apa pun bentuknya,” kata Kenneth.

Sebelumnya ada juga Santara, tawarkan platform serupa untuk pendanaan UKM dan startup. Santara menjadi pemain platform equity crowdfunding (ECF) pertama yang mendapat izin untuk beroperasi secara penuh dari OJK tepat tanggal 18 September 2019.

PrinCube Ialah Printer Mungil Sebesar Telapak Tangan Sekaligus Mesin Tato

Seperti beberapa periferal komputer lain, penyajian printer modern tak begitu banyak berubah karena produsen umumnya fokus pada aspek-aspek penting, misalnya hasil cetakan serta kemudahan pemakaian. Desain printer mungkin bertambah kecil, namun pada umumnya ia bukanlah perangkat yang benar-benar ringkas hingga sejumlah perusahaan mencoba menggodok printer berkonsep portable.

Menyusul Canon, Fujifilm dan Hewlett-Packard, kali ini startup asal New York TheGodThings memperkenalkan printer ringkas PrinCube. Perusahaan ini mengklaim produknya sebagai mesin cetak warna paling kecil di dunia, berukuran hanya sebesar telapak tangan. Uniknya lagi, PrinCube kabarnya mampu mencetak di permukaan apapun: kertas, kain, plastik, logam, kayu, tas kulit, bahkan bisa pula untuk membuat tato sementara.

Sesuai namanya, PrinCube berwujud seperti balok kecil berwarna putih. Konstruksinya terbuat dari plastik, memiliki dimensi 72x51x68-milimeter dan mempunyai bobot 110-gram sehingga kita bisa mudah menyimpannya dalam tas. PrinCube memanfaatkan sistem Thermal Tri-color Ink-Jet 1200dpi. Satu cartridge dapat mencetak 415 halaman, juga mampu mampu menghasilkan konten seluas 3-meter saat fitur multi-line diaktifkan.

Tersedia dua opsi cartridge yang dapat dipilih, yaitu standar dan permanen. Cartridge standar berisi tinta dye-based, sifatnya cepat kering, cocok buat mencetak gambar di kertas, kain atau kayu, serta aman di kulit (dapat dimanfaatkan untuk mencetak tato temporary). Tinta jenis ini bisa mudah dibersihkan menggunakan air atau sabun. Cartridge dengan tinta permanen sendiri cocok untuk mencetak di permukaan kaca, logam atau plastik. Ia tahan air dan sulit dihapus.

PrinCube 1

Pengoperasian PrinCube sangat mudah. Yang perlu Anda lakukan adalah menyambungkan alat ini ke smartphone atau PC via Wi-Fi, kemudian scan QR code di sisi bawah untuk membuka dashboard aplikasi. Selanjutnya, Anda hanya tinggal mengunggah gambar atau pola yang ingin dicetak dan tinggal tekan tombolnya. Saat proses cetak tengah berlangsung, Anda hanya tinggal menggeser PrinCube secara horisontal.

PrinCube menyimpan baterai internal. Ketika terisi penuh, baterai tersebut memungkinkan perangkat bekerja selama enam jam (dengan waktu standby yang mencengangkan: satu tahun), dapat diisi ulang via port USB type-C di area bawah. PrinCube juga dibekali memori berkapasitas besar – 20 kali lebih banyak dibanding printer mobile lain.

PrinCube 2

PrinCube sudah bisa Anda pesan sekarang di Indie Gogo. Di situs crowdfunding ini, produk ditawarkan seharga mulai dari US$ 100, dengan harga retail US$ 200. Proses distribusi rencananya akan dilakukan pada bulan November 2019 nanti, diprioritaskan bagi para backer.

Kacamata AR Tilt Five Ingin Kawinkan Board Game dengan Video Game

Sekitar enam tahun yang lalu, sebuah proyek bernama CastAR muncul dan menuai sukses di Kickstarter. Sangat disayangkan perangkat augmented reality tersebut tidak jadi terwujud. Di tahun 2017, perusahaan yang mengembangkannya bangkrut setelah gagal menerima pendanaan seri B dari investor.

Beruntung sosok di baliknya tidak menyerah. Ia adalah Jeri Ellsworth, mantan engineer Valve pertama yang ditugaskan membentuk divisi hardware, dan yang berkontribusi terhadap pengembangan HTC Vive, Steam Box maupun Steam Controller. CastAR memang sudah bangkrut, akan tetapi Jeri bersama tim kecilnya tetap berjuang untuk membeli balik aset-aset mereka yang sempat terlikuidasi.

Tilt Five

Dari situ terbentuklah perusahaan baru bernama Tilt Five, dan bersamanya datang versi yang lebih sempurna dari CastAR. Prinsip dasarnya masih sama: Tilt Five merupakan kacamata dengan kapabilitas augmented reality, hanya saja sekarang fokusnya dikhususkan untuk tabletop gaming (board game).

Kreatornya mengibaratkan Tilt Five sebagai hasil perkawinan antara video game dan board game. Seperti halnya board game, pemain akan berinteraksi dengan objek-objek fisik seperti kartu, dadu, figurine dan lain sebagainya, akan tetapi pengalamannya disempurnakan lewat visualisasi 3D ala video game, yang diproyeksikan langsung ke alas bermain di atas meja.

Tilt Five

Tilt Five terdiri dari tiga komponen esensial: kacamata berkamera dan berproyektor HD yang tersambung via kabel USB ke PC atau smartphone, controller dengan wujud ala tongkat sihir, dan alas bermain dengan permukaan retroreflektif untuk menampilkan visualisasi 3D-nya.

Total ada dua kamera yang tertanam pada kacamata Tilt Five, satu yang berteknologi head tracking, dan satu lagi kamera computer vision untuk mendeteksi objek-objek di atas meja seperti kartu dan dadu, tidak ketinggalan juga kedua tangan masing-masing pemain. Tracking-nya sendiri berlangsung secara pasif berkat alas retroreflektif itu tadi, dan kacamatanya menawarkan field of view seluas 110°.

Tilt Five

Menariknya, fisik Tilt Five tidak jauh lebih besar dari kacamata biasa. Bobotnya pun hanya sekitar 85 gram, dan ia bisa dipakai tanpa melibatkan satu pun strap yang ribet, jauh berbeda dari yang ditawarkan CastAR sebelumnya. Pengguna berkacamata pun tetap bisa memakai Tilt Five dengan mengganti penyangga hidungnya terlebih dulu.

Elemen video game yang dipinjam bukan cuma grafik 3D saja, tapi juga fitur save game dan multiplayer. Dalam mode multiplayer, apa yang Anda lihat di atas meja bakal sama persis dengan yang dilihat oleh pemain-pemain lain di kediamannya masing-masing.

Tilt Five

Seperti halnya CastAR, Tilt Five saat ini juga sedang ditawarkan melalui platform crowdfunding Kickstarter, dan sejauh ini proyeknya sudah mendulang lebih dari $1 juta meski deadline-nya masih cukup panjang. Yang membuatnya berbeda dari CastAR, Tilt Five sudah sempat diproduksi dalam jumlah kecil untuk dipakai sejumlah developer yang berminat mengembangkan konten buatnya.

Juga berbeda adalah status Jeri Ellsworth yang kini menjabat sebagai CEO di Tilt Five, yang berarti ia bisa lebih leluasa mengatur arah visi perusahaannya. Singkat cerita, prospek Tilt Five jauh lebih cerah ketimbang CastAR enam tahun silam, dan di saat yang sama potensinya juga lebih luas berkat sederet penyempurnaan dari sisi teknis.

Buat yang tertarik, paket penjualan termurahnya dihargai $299 di Kickstarter, dan ini sudah mencakup kacamata, controller, alas bermain, serta sejumlah bonus game perkenalan. Estimasi pengiriman barangnya dijadwalkan pada Juni 2020.

Sumber: Engadget.

Karyakarsa Creator Appreciation Platform to Target 1000 Creators in a Years

Karyakarsa creator appreciation platform is finally launched to the public. After three-month preparation, the new startup claims to have 100 creators joined the platform.

After being introduced in June 2019, Karyakarsa starts the engine by having a discussion with the creators on Friday (9/13). As the Founder and CEO, Ario Tamat and the Advisor, Pandji Pragiwaksono and Aria Rajasa also participated in the event.

It has come to the conclusion that there’s an alternative income for the creators from their fans. Karyakarsa has adopted the Patreon concept for the local market, they tried to fill up the blank on the platform which can connect creators with their fans.

“Imagine if the 1,000 people willing to give Rp10,000, it’ll make Rp10 million,” Ario explained.

Indonesian creator is said to have difficulty for alternative income besides sponsor, endorsement, or merchandise using basic support as fans. On the other side, Karyakarsa, on its research, found 36 million people willing to pay for their favorite creators.

Fanbase becomes essential in this business model. The more fans, the bigger amount will get into the creator’s pocket. The fundraising method is ‘pay as you go’, means the fans can give as many they want anytime they will. Meanwhile, the subscription option is still on progress.

Karyakarsa to take 10 percent of each transaction made on the platform. “It includes the transaction fee and others,” he added.

To date, Gopay is still the only payment method on Karyakarsa, Ovo is soon available. He also mentioned that they’ve tried adding bank transfer method for the bigger amount.

From the 100 registered creators, the other hundred is going to register soon. Ario has in mind to target 1,000 creators within a year.

In addition to acquiring creators, as a bootstrap business, he currently looking for investors to expand Karyakarsa. He also said this platform is to grow bigger, considering the big market and healthy competition.

“It means validation, a big potential, and our belief in fans that willing to pay, it doesn’t matter who’s the winner,” he said.

Karyakarsa is currently accessible through the website. From all creators who joined the platform, some are popular names, such as Pandji Pragiwaksono, Sunny Gho the comic, Ditta Sarasvati the illustrator, and Bena Kribo the content creator.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Apresiasi Kreator Karyakarsa Targetkan Gandeng 1000 Kreator dalam Setahun

Platform apresiasi kreator Karyakarsa akhirnya memperkenalkan diri ke publik. Tiga bulan mempersiapkan diri, startup baru ini mengklaim 100 kreator sudah bergabung ke dalam platform tersebut.

Memperkenalkan diri sejak Juni 2019, Karyakarsa langsung tancap gas dengan mengadakan diskusi dengan para kreator pada Jumat (13/9) lalu. Dalam kesempatan itu hadir CEO dan Founder Karyakarsa Ario Tamat dan Advisor Pandji Pragiwaksono dan Aria Rajasa.

Diskusi itu menyepakati bahwa ada alternatif pemasukan yang dapat dinikmati para kreator dari penikmat karya mereka. Karyakarsa, mengadopsi konsep Patreon untuk pasar lokal, menyadari hal itu dan berusaha mengisi kekosongan platform yang dapat menjembatani kreator dan penikmat karyanya.

“Coba bayangin aja dari 1.000 orang masing-masing kasih Rp10.000, sudah dapat Rp10 juta,” ujar Ario memberi contoh.

Kreator di Indonesia selama ini dianggap memiliki kesulitan dalam memperoleh arus pemasukan alternatif di samping sponsor, endorsement, atau merchandise dengan memanfaatkan dukungan basis penikmat karya. Di sisi lain, Karyakarsa, dalam risetnya, menemukan ada 36 juta orang yang rela mengeluarkan uangnya untuk menikmati karya kreator idolanya.

Fanbase menjadi penting dalam model bisnis urun dana Karyakarsa ini. Semakin besar jumlah penikmat karya, kemungkinan pemasukan yang masuk ke pundi-pundi kreator pun akan lebih besar. Metode urun dana yang dipakai Karyakarsa masih pay as you go, artinya penikmat karya dapat memberikan uang kapan pun dan berapa pun yang mereka kehendaki. Sementara untuk opsi berlangganan yang pada peluncuran lalu diumumkan masih menunggu waktu untuk diberlakukan.

Karyakarsa sendiri akan mengutip 10 persen dari setiap transaksi yang terjadi dalam platform mereka. “Itu sudah termasuk biaya transaksi dan lainnya,” imbuh Ario.

Sejauh ini Gopay masih menjadi satu-satunya metode pembayaran yang dapat dipakai di Karyakarsa–yang segera disusul Ovo dalam waktu dekat. Ario menambahkan, pihaknya juga mengupayakan metode transfer bank untuk mengakomodasi nominal yang lebih besar.

Dari 100 kreator yang sudah terdaftar, ada 100 kreator lainnya yang segera bergabung dengan Karyakarsa. Menurut Ario, jumlah kreator yang ditargetkan bergabung sebanyak 1.000 dalam satu tahun ini.

Selain fokus menjaring lebih banyak kreator untuk bergabung, Ario mengaku masih mencari investor untuk membesarkan Karyakarsa yang masih bersifat bootstrap ini. Ia meyakini platform apresiasi untuk kreator ini dapat berkembang lebih jauh mengingat potensi pasarnya yang besar plus kompetisi yang sehat.

“Itu berarti ada validasi, potensinya benar, dan kepercayaan kita bahwa fan mau bayar karya itu benar, tinggal siapa yang menang itu masalah lain,” pungkas Ario.

Karyakarsa saat ini hanya dapat diakses melalui situs web. Dari sekian banyak kreator yang sudah bergabung, beberapa di antaranya sudah punya nama besar seperti komika Pandji Pragiwaksono, komikus Sunny Gho, ilustrator Ditta Sarasvati, hingga konten kreator Bena Kribo.

Genki Covert Dock Memungkinkan Nintendo Switch Dinikmati Secara Portable di Depan TV

Tak lama setelah Switch meluncur, Nintendo mengungkap fakta menarik terkait console hybrid mereka itu. Ternyata sebagian besar gamer lebih suka menggunakan perangkat di mode handheld ketimbang di depan TV. Hal ini menunjukkan bagaimana portabilitas menjadi faktor pertimbangan utama konsumen saat membeli Switch, tentu saja selain adanya game-game eksklusif Nintendo.

Namun ada kompensasi dari bermain Switch secara handheld. Tanpa dukungan docking dan layar televisi, kualitas visual konten jadi berkurang. Namun sepertinya konsumen sama sekali tak keberatan dengan hal tersebut, bahkan kondisi ini malah menyemangati Nintendo untuk menggarap varian Lite. Namun khusus Anda yang sudah mempunyai versi standar, tim Human Things telah menyiapkan aksesori unik bernama Genki untuk membuat pengalaman bermain Switch jadi lebih leluasa.

Human Things menyadari bahwa faktor portabilitas jadi hilang ketika Switch ditambatkan pada unit docking atau saat baterainya sedang diisi ulang. Genki Covert Dock sejatinya adalah versi portable dari dock standar. Aksesori ini memungkinkan kita menikmati game-game Nintendo secara ringkas, sempurna jika Anda dan kawan-kawan ingin bermain bersama tanpa dibatasi kendala mungilnya layar Switch.

Genki 2

Pengoperasian Genki sangat mudah. Pertama-tama, Anda perlu mencolokkan aksesori ini ke sumber listrik. Selanjutnya sambungkan Switch via kabel, dan jangan lupa pula pasang kabel HDMI dari televisi ke Genki Covert Dock. Genki menyimpan segala konektivitas fisik dan fitur esensial yang kita butuhkan. Di sana ada slot USB type-C, port USB 3.1, HDMI, lalu bagian colokan listriknya pun bisa dilipat.

Genki 4

Genki Covert Dock mempunyai dimensi 60x44x33-milimeter dan berbobot hanya 69-gram. Wujud mungil dan berat yang minimal ini memastikannya mudah untuk dibawa-bawa. Dengan menggunakannya, Switch mampu menghidangkan konten secara maksimal di resolusi full-HD, bukan 720p seperti ketika dimainkan di mode handheld. Port USB 3.1 di sana juga menyimpan kemampuan pass-through sehingga kita bisa menyambungkan aksesori lain ke Switch – misalnya controller berkabel atau adapter Ethernet.

Genki 3

Rahasia tak kasat mata dari Genki ialah pemanfaatan metode charging Gallium Nitride (disingkat GaN). Teknologi ini jauh lebih superior dari charger berbasis silikon. GaN bekerja secara lebih efisien, serta lebih ringan dan hemat tempat.

Genki Covert Dock dapat Anda pesan sekarang di situs crowdfunding Kickstarter seharga mulai dari US$ 60. Untuk melengkapi kemampuan aksesori ini, Human Things tak lupa menyediakan adapter/converter opsionalke colokan listrik berbeda sehingga Switch siap dibawa berlibur. Proses distribusi rencananya akan dilakukan mulai bulan Desember 2019, diutamakan bagi para backer.

Norm Glasses Ialah Headset AR yang Menyamar Jadi Kacamata ‘Normal’

Sama-sama sempat mencengangkan publik, pengembangan augmented dan virtual reality akhirnya pergi ke arah berbeda. VR saat ini banyak dipakai untuk menghidangkan konten hiburan ‘immersive‘ secara personal, sedangkan AR lebih dimanfaatkan sebagai penunjang fungsi profesional – dari mulai kreasi sampai diagnosis. Headset AR/VR terus mengalami evolusi, kini jadi kian ringkas dan mudah digunakan, namun mayoritas dari mereka tetap punya wujud yang eksentrik.

Kondisi ini mendorong startup bernama Human Capable untuk memampatkan teknologi augmented reality ke produk berdesain minimalis. Setelah proses pengembangan selama lebih dari empat tahun, tim resmi mengumumkan Norm Glasses. Dengannya, developer menawarkan segala macam kecanggihan head-mounted display AR serta deretan fitur penunjang dalam perangkat berpenampilan ‘normal’.

Sekilas, Norm Glasses terlihat seperti kaca mata biasa. Lensanya berukuran cukup lebar, lalu tidak ada bagian aneh atau modul yang menonjol canggung. Human Capable menyiapkan perangkat dalam tiga opsi warna serta ukuran – dibedakan dari panjang lensa, jarak antar bingkai, dan panjang tangkai. Jenis lensa juga bisa dipersonalisasi: bening, berwarna, polarized, atau bisa berubah warna – dan semuanya dapat disesuaikan dengan ukuran mata.

Norm 3

Namun meski simpel, sejatinya Norm Glasses ialah sebuah komputer berukuran mini. Ia dibekali CPU, unit penyimpanan, baterai, microphone, speaker, kamera serta sistem head-up display. Developer juga menyiapkan banyak cara buat berinteraksi dengan fitur dan fungsnya: lewat perintah suara, gerakan kepala, sentuhan di sisi luar tangkai, atau via aplikasi pendamping di smartphone.

Berbeda dari Magic Leap One dan Google Glass Enterprise Edition, Norm Glasses dirancang untuk penggunaan sehari-hari. Headset AR berwujud kacamata itu mempersilakan Anda buat mengambil foto, merekam video atau menyiarkan live peristiwa yang tengah Anda saksikan, memindai barcode atau QR code, semuanya dapat dilakukan tanpa bantuan tangan.

Norm

Bukan itu saja. Berkat kehadiran speaker, Norm Glass juga memperkenankan kita mendengarkan musik, podcast atau audio book secara nyaman. Bahkan sebelum telepon diangkat, pengguna bisa melihat siapa yang melakukan panggilan pada display/HUD.

Sejak eksistensinya diinformasikan ke publik dan media, Norm Glasses mendapatkan banyak tanggapan positif, bahkan memperoleh gelar Honoree CES Innovation Awards 2019. Tapi seperti Google Glass, semua kapabilitas Norm Glasses lagi-lagi berpeluang besar memunculkan kekhawatiran soal privasi dan keamanan saat perangkat tersedia nanti.

Norm 2

Norm Glasses bisa Anda pesan sekarang di situs crowdfunding  Kickstarter seharga mulai dari US$ 340. Proses distribusi (diprioritaskan buat backer) rencananya akan dilakukan pada bulan Maret 2020.

TaniFund Telah Salurkan Dana Rp75 Miliar ke 2100 Petani

TaniFund, platform crowdfunding dan crowdlending yang membantu para petani untuk mendapatkan dana pinjaman untuk proyek budidaya pertanian, hingga saat ini telah menyalurkan dana lebih dari Rp75 miliar ke 2.100 petani dalam 83 proyek budidaya. TaniFund menargetkan penyaluran pinjaman hingga akhir 2019 bisa mencapai Rp100 miliar ke 5.000 petani. Saat ini TaniFund mengklaim telah memiliki jumlah lender yang cukup banyak berasal dari kalangan milenial.

Secara keseluruhan, jumlah petani yang bergabung di TaniFund saat ini sekitar 25 ribu dengan gudang dan cabang yang tersebar di lima kota, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Ke depannya TaniFund juga sudah membuat sejumlah program untuk menjangkau petani di luar pulau Jawa.

Resmi hadir tahun 2017 lalu, TaniFund mengklaim hingga kini NPL tercatat cukup baik dan menjamin kepastian panen dari masing-masing petani di berbagai wilayah. TaniFund ini sudah resmi terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia juga menjadi anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

Disinggung apakah TaniFund memiliki rencana untuk menambah kemitraan dengan startup fintech P2P lainnya setelah Modalku, CEO TaniGroup Ivan Arie Sustiawan mengungkapkan, pihaknya belum memiliki niat untuk menambah jumlah mitra startup terkait dan masih menjalankan kerja sama strategis dengan Modalku.

“Kami belum memiliki rencana untuk menambah kemitraan selain dengan Modalku yang diresmikan sejak tahun 2017 lalu. Melalui TaniFund kami ingin membantu petani mendapatkan tambahan modal sekaligus memberikan peluang investasi untuk masyarakat,” kata Ivan.

Bantu petani tingkatkan kualitas panen

Egi Gunawan mitra TaniFund / Petani cabai di Bogor, Jawa Barat mitra TaniFund / Bhisma Adinaya-TaniGroup
Egi Gunawan, mitra TaniFund / Bhisma Adinaya (TaniGroup)

Meskipun sudah memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap perekonomian Indonesia, banyak petani lokal belum dapat menikmati hasil yang adil atas jerih payah mereka. Sebagai negara agraris, tingkat kesejahteraan petani masih rendah karena berbagai permasalahan.

Untuk menyederhanakan rantai pasok, TaniHub hadir dengan teknologi yang diklaim mampu memotong proses tersebut dan meminimalisir jumlah ketergantungan pada middleman.

Sementara untuk memaksimalkan hasil panen dan kualitas dari produk petani, TaniFund lahir untuk menjawab kebutuhan petani untuk pendanaan usaha taninya.

“Kami menyadari bahwa kesejahteraan hidup petani hanya dapat ditingkatkan jika upaya perubahan dilakukan dari berbagai sisi dan tidak terbatas pada supply chain saja. Oleh karena itu, pada awal 2017, kami mendirikan TaniFund sebuah crowdfunding platform yang menyalurkan pendanaan dari lender kepada para borrower, dalam hal ini adalah petani,” kata Ivan.

Untuk memastikan hasil panen memiliki kualitas yang sempurna, di lapangan TaniFund menempatkan tim Field Specialist yang bertugas membimbing petani melalui aplikasi khusus untuk petani yang mudah diakses. Dengan bantuan teknologi tersebut, mitra petani TaniFund dapat lebih tertata dalam mengelola proyeknya.

Dalam proses kurasinya, tim Business Partner secara rutin merekap data mitra petani, memastikan petani tersebut memiliki sertifikasi tanah yang jelas dan bekerja dengan baik untuk bisa mengembalikan dana yang dipinjamkan lender kepada petani. Prosesnya pun cukup berlapis, mulai dari pengawasan, laporan secara real time lahan pertanian hingga edukasi kepada petani.

Salah satu petani yang sudah cukup lama menjadi mitra dari TaniFund adalah Egi Gunawan, petani milenial berusia 27 tahun yang kerap disapa dengan panggilan Kang Egi. Bersama kelompok taninya, Guna Tani, Kang Egi berhasil mengembangkan budidaya tomat TW dan cabai merah keriting lewat pembiayaan peer-to-peer lending (p2p) dari TaniFund.

“Setelah bergabung dengan TaniFund saya tidak dipusingkan lagi dengan fluktuasi harga dan bisa menjual produk hingga dengan mudah mengajukan pinjaman melalui TaniFund. Saat ini sudah dua kali proyek saya selesaikan di TaniFund,” kata Egi.

Application Information Will Show Up Here

Lumzag Ialah Tas Pintar Dengan Tujuh Fitur Unggulan

Kita telah menjadi saksi bagaimana konsep pintar yang diterapkan pada benda-benda ‘biasa’ dapat memberikan dampak begitu besar pada kehidupan: smartwatch yang menjadi ekstensi fungsi smartphone hingga dompet pintar sehingga lebih kecil kemungkinan bagi kita untuk menghilangkannya. Tentu saja gagasan ini juga sudah pernah diterapkan pada tas dan ransel.

Sejak beberapa tahun silam, sejumlah inventor sempat menggarap tas pintar berkemampuan menerima panggilan telepon serta merekam, hingga produk dengan sistem unik untuk mencegah kita belanja secara berlebihan. Dan kali ini, tim developer asal San Francisco memperkenalkan deretan model smart bag Lumzag. Produk tersebut menyajikan tujuh fitur unggulan yang disiapkan untuk membuat hidup kita lebih mudah.

Tas pintar Lumzag disuguhkan dalam tiga pilihan model: tipe selempang berukuran kecil CrossBody, Messenger jika Anda membutuhkan volume lebih besar untuk menaruh buku dan laptop, lalu tipe Backpack bagi kita yang mengutamakan kenyamanan. Produsen juga sangat memprioritaskan faktor desain serta mutu, dan memanfaatkan material-material premium seperti kulit sapi Itali serta serat karbon Carbitex dalam pembuatannya.

Lumzag 3

Tentu saja tas pintar Lumzag tak hanya menawarkan rupa. Seperti yang saya singgung tadi, produk ini dibekali tujuh kapabilitas unik. Berikut rinciannya:

  • Hotspot Wi-Fi. Ada fungsi kartu SIM built-in, memperkenankan kita buat menyambungkan smartphone ke Wi-Fi.
  • GPS tracker. Via aplikasi, Anda bisa memantau keberadaan tas Lumzag secara real-time.
  • Power bank dan wireless charger. Tas menyimpan baterai internal removable (juga tersertifikasi TSA) berkapasitas 10.000 mAh. Lalu unuk mengisi baterai smartphone, tinggal selipkan perangkat di kantong yang telah disediakan – lokasinya bersebelahan dengan charging pad.
  • Lampu internal. Akan menyala begitu tas dibuka di kegelapan untuk memudahkan kita mencari barang.
  • Sistem tracking barang bawaan. Tinggal tempelkan stiker identifikasi ke barang-barang yang dibawa (misalnya buku, mouse, laptop, keyboard portable) dengan stiker, lalu via app, kita bisa mengecek keberadaan mereka.
  • Notifikasi saat tas terbuka dan alarm anti-maling. Tiap kali tas seseorang (yang bukan pemiliknya) membuka tas, aplikasi akan menampilkan notifikasi. Kemudian jika tas Lumzag keluar dari jangkauan, ia segera mengeluarkan alarm bersuara nyaring.
  • Kamera pengawas. Desainer juga membubuhkan kamera di sisi punggung, memungkinkan kita melihat keadaan di belakang tanpa perlu menolehkan kepala.

Lumzag 4

Produk tas pintar Lumzag bisa Anda pesan sekarang di situs crowdfunding Indie Gogo. Masing-masing model dijajakan di harga berbeda: US$ 200 (Lumzag Prime CrossBody), US$ 260 (Lumzag Prime Messenger), dan US$ 290 (Lumzag Prime Backpack).

Alternatifnya, tim Lumzag juga menyediakan varian Basic yang lebih ekonomis, tetapi hanya dilengkapi empat fitur, yaitu lampu internal, wireless charger dan power bank built-in, dan alarm anti-maling serta notifikasi ketika tas dibuka. Lumzag Basic dibuat dari bahan nilon Cordura, tidak ada opsi kulit.

Lumzag 1

Buoq Axis Ialah Headphone Wireless yang Bisa Berubah Jadi Speaker

Modal ialah satu-satunya batasan seorang pecinta audio. Akan selalu ada produk penyaji musik yang lebih baru, lebih canggih dan lebih mahal. Itu sebabnya sungguh bijaksana jika dalam menikmati kegemaran ini, Anda lebih dulu menetapkan batasan, serta memilih produk-produk dengan fitur serta fungsi terlengkap. Satu alternatifnya adalah kreasi dari perusahaan bernama Buoq.

Lewat Kickstarter, tim inventor asal Barselona itu memperkenalkan Buoq Axis, yaitu headphone wireless Hi-Fi pertama di dunia yang bisa diubah menjadi speaker portable kapan pun Anda menginginkannya. Transisi Buoq Axis dari headset ke speaker berlangsung secara mudah dan singkat berkat pemanfaatan struktur unik.

Di mode normal, Buoq Axis terlihat seperti headphone biasa. Ia memiliki dua housing speaker, disambung oleh headband adjustable. Earcup on-ear-nya mengusung jenis bantalan NIF Tech yang empuk, aman di kulit, memiliki sirkulasi udara yang baik, anti-air dan noda, serta berfungsi pula sebagai sistem noise cancelling pasif. Padding serupa juga diterapkan di sisi bawah headband.

Buoq Axis 2

Setelah tersambung ke perangkat pemutar musik via Bluetooth 5.0, beberapa fungsi Buoq Axis bisa Anda akses via tombol yang bersembunyi di pelat aluminium bundar di sisi luar: tekan sekali untuk play/pause, dua kali buat pindah ke lagu berikutnya, atau tekan selama satu detik buat mundur. Di dekat pelat itu terdapat tombol switch equalizer. Dengannya, kita dapat menonjolkan vokal, bass atau memilih preset seimbang secara instan.

Buoq Axis 1

Saat ingin berbagi musik, yang perlu Anda lakukan hanyalah memutar housing/earcup 180 derajat ke arah luar dan Buoq Axis segera berubah menjadi speaker. Selanjutnya, Anda dapat menaruh di mana saja, atau alternatifnya, mengalungkan Buoq Axis di leher. Metode ini cocok jika Anda ingin mendengarkan musik saat berkendara di atas sepeda tanpa mengurangi keawasan terhadap keadaan sekitar.

Buoq Axis 4

Jantung dari kapabilitas Buoq Axis adalah sepasang driver 40-milimeter ‘berkualitas tinggi’ yang dibantu oleh unit micro amplifier terintegrasi. Kombinasi dari semua itu memungkinkan perangkat menghasilkan suara yang lantang, dapat terdengar hingga radius 15-meter. Buoq Axis dibekali baterai internal berdaya tahan cukup lama, mampu menghidangkan musik 18 jam non-stop di mode headphone atau 11 jam di mode speaker.

Buoq Axis 5

Menariknya lagi, Buoq Axis tak cuma didukung koneksi wireless. Audio juga bisa dikirimkan lewat kabel bercolokan 3,5-milimeter, baik ketika Anda ingin menggunakan perangkat sebagai headset maupun speaker. Selain itu, bagian earcup terpasang ke housing secara magnetis, dan Anda dapat menggota-gantinya dengan warna lain yang sudah Buoq sediakan.

Buoq Axis bisa Anda pesan di situs crowdfunding Kickstarter. Di sana, produk dijajakan seharga mulai dari € 90 atau kisaran US$ 100, dan akan didistribusikan pada para backer di bulan Oktober 2019. Bundel pembeliannya sudah termasuk kabel charger, kabel Aux-in 3,5mm, pouch travel anti-air dan hard case.