Layanan Crypto Exchange Asal Korea Coinone Siap Masuk Ke Indonesia

Banyaknya masyarakat Indonesia yang tertarik cryptocurrency berhasil menarik minat Coinone, salah satu penyedia layanan cryptocurrency exchange asal Korea Selatan, untuk masuk ke pasar Indonesia. Berencana memulai debutnya di Indonesia Mei mendatang, Coinone siap membawa pengalaman dan layanan terbaik mereka masuk ke Indonesia, kemdahan dan keamanan transaksi.

Coinone awalnya fokus pada pasar Korea, dan mulai di tahun 2018 mereka mencoba menembus pasar internasonal dan masuk ke pasar Eropa, AS, Jepang, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut penuturan Head of Business Strategy Coinone Indonesia Sheila Suekto, pihak Coinone melihat Indonesia sebagai salah satu pasar yang penting untuk pertumbuhan bisnis Coinone. Menurut mereka masyarakat Indonesia tidak menolak teknologi dan inovasi baru, serta termasuk dalam masyarakat yang terbuka dalam menerima tren global. Oleh karena itu Coinone mencoba membantu agar industri blockchain dan cryptocurrency untuk bisa tumbuh di Indonesia.

“Dibanding negara lain, Indonesia merupakan negara yang menerima dan memanfaatkan dengan baik inovasi baru yang ada. Sebagai contohnya, walaupun Indonesia cenderung lama dalam menerima teknologi internet (desktop), namun, Indonesia berhasil menjadi negara yang menyerap teknologi mobile network dengan baik, bahkan dibanding negara lainnya pengguna mobile network di Indonesia sangatlah aktif. Sehingga, kami percaya bahwa teknologi blockchain yang saat ini mendapat perhatian dari seluruh dunia dan dianggap sebagai sebuah teknologi barupun akan diterima dengan baik di Indonesia dan juga dengan cepat akan diserap dan banyak digunakan sebagai teknologi yang memiliki potensial tinggi,” terang Sheila.

Coinone juga percaya bahwa teknologi blockchain memiliki potensi untuk bisa berkembang menjadi industri yang lebih besar daripada perkembangan mobile internet network. Dengan mengusung harapan untuk menjadi gerbang bagi masyarakat memahami teknologi blockchain, Coinone di awal kehadirannya menyajikan layanan crypto exchange untuk Bitcoin, Bitcoin Cash, LiteCoin, dan Qtum (jenis cryptocurrency yang baru dibawa masuk ke Indonesia).

Soal persaingan dan regulasi

Coinone bukan layanan crypto exhange yang pertama di Indonesia. Meskipun demikian, dengan bekal pengalaman mereka di Korea, mereka optimis masuk ke Indonesia. Kehadiran mereka di Indonesia diharapkan membawa efek positif bagi industri blockchain dan cryptocurrency tanah air. Mereka menganggap ini bukan persaingan, tetapi bagaimana para pemain bisa saling menyatukan kekuatan mengangkat industri blockchain tanah air.

Sebagai pemain global yang masuk ke Indonesia, selain mempertimbangkan pemain lokal Coinone juga harus melihat bagaimana regulasi dan sikap pemerintah. Untuk yang satu ini pihak Coinone menyebutkan akan tetap mematuhi regulasi yang ada.

“Beberapa institusi pemerintah di Indonesia, seperti BI, OJK, sudah sejak lama telah mempersiapkan beberapa aturan mengenai ini (blockchain dan cryptocurrency). Pemerintah di negara-negara lain memberikan respon yang berbeda-beda terhadap inovasi ini sehingga menimbulkan kebingungan. Kami rasa pemerintah Indonesia sudah melakukan langkah yang tepat dalam mempertimbangkan situasi dan potensi masa depan teknologi ini, di mana pemerintah tidak terlalu cepat, ataupun terlalu lambat, serta tidak terlalu ekstrem dalam mempersiapkan regulasi,” jelas Sheila.

Ia juga menambahkan bahwa posisi Coinone untuk saat ini adalah tetap berencana mengembangkan layanan dan industri blockchain yang diambil, sambil tetap mengikuti langkah yang diambil pemerintah, industri teknologi finansial, dan industri IT di Indonesia.

Peluncuran dan target

Menurut penuturan Sheila, Coinone telah menyiapkan acara khusus untuk memungkinkan pengguna mereka mendapatkan kupon trading gratis dan airdrop QTUM coin. Melalui masa pre-registrasi yang berlangsung mulai 16 April, pihaknya menawarkan bagi 10 ribu pengguna pertama untuk mendapatkan airdrop QTUM senilai maksimal Rp10 juta.

Sheila juga menjelaskan dua target mereka di Indonesia tahun ini. Yang pertama yaitu membangun kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap layanan Coinone dan segala jenis layanan yang diberikan dan yang kedua adalah terus menambah daftar koin baru atau blockchain baru yang reliable setiap bulannya.

“Untuk me-listing koin jenis baru mungkin bisa dilakukan oleh semua orang. Akan tetapi, untuk memilih koin mana yang terbukti aman secara teknikal, dan memiliki nilai investasi untuk jangka panjang, hanya bisa dilakukan dengan informasi dan know how yang tepat. Kedua hal inilah yang menjadi target kami di tahun pertama,” tutup Sheila.

Jenis-Jenis Cryptocurrency, Kelebihan dan Kekurangannya

Cryptocurrency atau mata uang kripto semakin dikenal oleh banyak kalangan masyarakat di Indonesia. Ini adalah salah satu dari representasi blockchain yang dampaknya dinikmati langsung oleh kalangan masyarakat (consumer), potensi lain masih terus banyak dieksplorasi. Ketertarikan terhadap mata uang kripto, umumnya sebagai investasi, sebenarnya baru meningkat kencang pasca nilai tukar Bitcoin melonjak. Persisnya setelah WannaCry menghebohkan jagat digital. Penyerang meminta tebusan pembebasan komputer yang terserang WannaCry dengan Bitcoin.

Nlai Bitcoin kemudian melonjak kencang. Di lain sisi Alt-coin (mata uang kripto non-Bitcoin) terus bermunculan, umumnya dengan misi memperbaiki celah Bitcoin atau menawarkan cara baru untuk proses mining dan transaksi. Saat tulisan ini dibuat, melansir pada situs CoinMarketCap, terdapat 1568 jenis mata uang kripto di dunia. Jumlahnya masih terpantau terus bertambah, seiring terus adanya ICO (Initial Coin Offering) yang dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Tidak semua mata uang kripto tersebut populer, khususnya di Indonesia. Jika melihat kapitalisasi pasar (market cap) terbesar, berikut rangking perolehannya –dengan Bitcoin masih terus memimpin pasar kripto:

10 mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar tertinggi / CoinMarketCap
10 mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar tertinggi / CoinMarketCap

Seiring makin mahalnya nilai tukar Bitcoin, pengguna saat ini mulai mencoba mencari alternatif lain untuk berinvestasi atau menggunakan mata uang kripto yang ada. Pun demikian di Indonesia, beberapa investor kripto yang kami temui menjelaskan alasan yang cukup logis tentang pemilihan Altcoin. Soal pilihan dan kepercayaan untuk produk kripto, kondisinya tidak jauh dengan rangking di atas. Namun demikian, masing-masing jenis koin memiliki nilai unik yang coba ditawarkan. DailySocial mencoba merangkum masing-masing, merujuk dari berbagai sumber, baik tertulis maupun lisan yang ada di Indonesia.

(1) Bitcoin (BTC)

Kelebihan:

Mendefinisikan kelebihan dan kekurangan Bitcoin pada dasarnya akan mewakili mata uang kripto secara umum. Keunggulan pertama dari Bitcoin ialah sifatnya sebagai mata uang kripto, dengan Hash Rate (tingkat kompleksitas algoritma kriptografi) yang semakin canggih, kepercayaan publik juga semakin terjamin untuk terhindar dari risiko seperti pemalsuan. Kepercayaan tersebut turut membantu pengembangan komunitas global yang menguatkan posisinya sebagai mata uang yang tidak mudah goyah dengan kondisi masyarakat. Seperti emas, mata uang kripto dapat menekan laju inflasi.

Kekurangan:

Jika ditelisik lebih dalam, Bitcoin sifatnya spekulatif (dalam kaitan dengan nilai). Nilainya ditentukan oleh sejumlah orang atau unit bisnis yang menerima Bitcoin. Jika semakin banyak yang menggunakan, nilainya akan terus meningkat. Sebaliknya jika semakin sedikit, implikasinya harga jual akan turun. Selain itu sebagai mata uang kripto, Bitcoin tidak mengenal pembatalan transaksi. Prosesnya pun bersifat publik, tidak ada entitas yang dapat memberikan jaminan untuk kelalaian yang menyebabkan kehilangan atau kesalahan dalam proses pengiriman. Dompet hardware (perangkat khusus untuk menyimpan kunci privat) juga rentan diserang virus atau mengalami kerusakan jika tidak dirawat dengan baik, bisa menyebabkan koin melayang.

(2) Ethereum (ETH)

Kelebihan:

Sangat mirip dengan Bitcoin, namun didesain khusus untuk menjadi smart contract yang terbuka. Transaksi yang dilakukan di blockchain dapat mengeksekusi suatu smart contract melalui berbagai cara, misalnya dengan mengirimkan mata uang digital atau data ke alamat kontrak. Jika berhasil dieksekusi, smart contract tersebut dapat memproses lebih banyak transaksi atau mengeksekusi smart contracts lainnya. Ethereum Virtual Machine (EVM), merupakan software yang dapat digunakan pengembang untuk membuat berbagai aplikasi semudah membuat aplikasi berbasis transaksi kripto. Dengan konsep yang ditawarkan, pengembang tidak perlu membuat dan mengurus blockchain mereka sendiri.

Kekurangan:

Di balik kemudahan yang ditawarkan dalam proses pengembangan, ada beberapa hal yang justru menjadi kelemahan. Pertama ialah soal kecepatan akses, tidak sepenuhnya bisa diandalkan karena menggantungkan pada server yang terdistribusi. Pengembangan aplikasi di atas platform Ethereum bisa dianalogikan dengan penyewaan jasa web-hosting, ketika server down, maka sistem yang bekerja di bawahnya juga tidak berfungsi. Apesnya, pengembang pun tidak dapat meningkatkan fungsionalitas blockchain secara mandiri, karena harus berkontribusi secara keseluruhan. Apabila mengalami hard-fork (penambang menjalankan protokol yang berbeda secara masif), akan berpengaruh langsung terhadap aplikasi yang dikembangkan. Setiap komputasi juga akan membutuhkan Ether (jenis koin) yang meningkat bergantung pada kompleksitas dan basis pengguna aplikasi.

(3) Ripple (XRP)

Kelebihan:

Kegelisahan pengguna Bitcoin tampaknya didengar baik oleh pengembang Ripple, lantaran salah satu keunggulan yang ditawarkan ialah proses yang mudah untuk penukaran ke mata uang lokal. Teknologi Ripple memfasilitasi penukaran XRP dengan berbagai mata uang di dunia, bahkan termasuk ke Bitcoin. Hal tersebut dikarenakan Ripple telah terintegrasi dengan layanan perbankan di dunia. Saat ini menjadi salah satu landasan revolusi remittance atau pengiriman uang antar negara.

Kekurangan:

Sebuah hasil riset yang dirilis Purdue University mengungkapkan sebuah celah dari Ripple. Celah tersebut dikarenakan adanya keterbukaan jaringan. Node yang ada pada struktur jaringan dimungkinkan menerima serangan yang dapat berdampak pada kelumpuhan akses pengguna terhadap dana yang ditransfer.

(4) Bitcoin Cash (BCH)

Kelebihan:

Versi upgrade dari Bitcoin dengan memperbaiki beberapa prosedur yang dimiliki, salah satu keandalannya mampu membuat kenaikan nilainya lebih konsisten. Dalam hal kecepatan transaksi, Bitcoin Cash juga tergolong lebih cepat, sehingga menguntungkan pengguna. Tingkat keamanan dan proteksi pun ditingkatkan, dengan turut mempertimbangkan dari segi tampilan dan fitur agar lebih menarik.

Kekurangan:

Risiko kerusakan perangkat keras menjadi salah satu tantangan. Namun justru kelemahan yang mendasar tercipta karena adopsi yang masih belum masif. Hal tersebut menjadikan Bitcoin Cash belum mencapai “Critical Mass”, masa kritis minimum yang diperlukan agar blok berukuran lebih dari 1 Mb dapat selalu tercipta dengan baik, ini faktor utama untuk membuat jaringan lebih stabil. Sedikit demi sedikit mulai mendekati ke sana. Adopsi yang belum masif juga berdampak pada sifat spekulatif yang dimiliki.

(5) Litecoin (LTC)

Kelebihan:

Litecoin juga hadir mencoba menyempurnakan Bitcoin, salah satu hal yang diperbaiki ialah berkaitan dengan waktu generasi blok yang disusun. Rata-rata Litecoin memiliki waktu 2,5 menit, sedangkan Bitcoin rata-rata 10 menit. Algoritma penambangan memang didesain lebih sederhana, membuat miner tidak harus melakukan dengan komputer berspesifikasi super tinggi. Litecoin juga mengaktifkan Segregated Witness, diklaim membuat transaksi koin menjadi lebih cepat dan memberikan biaya yang rendah. Fitur Swap Atom juga dibubuhkan untuk memberikan kemudahan pemilik koin kripto lainnya untuk bertransaksi dengan Litecoin tanpa platform khusus.

Kekurangan:

Risiko Litecoin justru diprediksikan akan terjadi jika pasar tidak memiliki ketertarikan. Porses mining-nya tergolong mudah, hal ini memungkinkan adanya penumpukan stok Litecoin. Di jangka panjang, jika tidak mampu bertumbuh meyakinkan bisa jadi akan pecah “bubble“-nya. Sehingga mengalami penurunan inflasi secara derastis.

EOS, Cardano (ADA), Stellar (XLM), dan NEO

Selain lima mata uang kripto di atas, ada beberapa jenis lainnya. Sementara ini memang belum begitu tenar di Indonesia, sehingga akan dibahas sekilas saja tentang fungsionalitas yang coba diunggulkan masing-masing. EOS adalah platform blockchain yang coba didesain untuk memfasilitasi kebutuhan aplikasi komersial, baik untuk web-based maupun mobile-based. Sistem keanggotaan, otentikasi, basis data, komunikasi asinkron dan penjadwalan disediakan melalui core dan cluster. Arsitektur sistem didesain untuk memungkinkan dilakukan skalabilitas, memastikan jutaan transaksi dapat dilakukan setiap detiknya.

Cardano adalah sebuah representasi blockchain yang menggunakan bahasa pemrograman Haskell. Konsep yang ditawarkan seperti Ethereum, yakni dipersonalisasi untuk teknologi smart contract. Cardano juga menjadi satu-satunya mata uang kripto yang mengimplementasikan protokol konsensus proof-of-stake secara menyeluruh. Ada juga Stellar, fungsinya juga mirip dengan Ethereum, dengan keunggulan biaya transaksi yang kecil, yakni 0.00001. Terakhir ada NEO, menjadi naik daun juga karena pembaruan teknologi smart contract yang mampu melacak dan mengotomasi proses perjanjian dalam blockchain.

Platform lokal transaksi cryptocurrency

Platform penjualan dan pembelian cryptocurrency di Indonesia / DailySocial
Platform penjualan dan pembelian cryptocurrency di Indonesia / DailySocial

Pengguna di Indonesia yang tertarik berinvestasi atau melakukan transaksi dengan mata uang kripto bisa mengunjungi beberapa layanan penyedia yang melayani pasar lokal. Mereka adalah:

INDODAX (dulu Bitcoin.co.id)

INDODAX atau dulu dikenal sebagai Bitcoin.co.id merupakan salah satu inisiator platform jual-beli mata uang kripto di Indonesia. Saat ini, INDODAX melayani transaksi Bitcoin dan berbagai Altcoin. Jenis mata uang kripto yang dilayani: BTC, ETH, XRP, IGNIS, BCH, ETC, XZC, TEN, BTG, LTC, NXT, DOGE, BCD, WAVES, XLM, XEM, DASH, BTS, dan ADA. INDODAX dapat diakses melalui tautan https://indodax.com/.

Luno (dulu BitX)

Luno atau dulu dikenal sebagai BitX merupakan perusahaan asal London yang menyediakan layanan jual-beli mata uang kripto berbasis web dan aplikasi mobile untuk pangsa pasar di Indonesia. Untuk saat ini jenis mata uang yang dirangkum baru meliputi BTC dan ETH. Luno dapat diakses melalui tautan https://www.luno.com/.

Triv

Triv adalah portal finansial digital lokal yang juga menerima jasa jual-beli mata uang kripto. Saat ini sudah mendukung transaksi BTC dan ETH. Triv dapat diakses melalui tautan https://triv.co.id/.

Tokocrypto

Salah satu layanan yang baru saja meluncur, saat ini baru berada di tahap Beta Tester. Ditargetkan baru akan meluncur ke publik akhir April 2018. Tokocrypto melayani transaksi mata uang kripto BTC dan ETH. Tokocrypto dapat diakses melalui tautan https://tokocrypto.com/.

Tokocrypto Sajikan Layanan Pembelian dan Penjualan Cryptocurrency

Seiring terus meningkatnya peminat cryptocurrency di Indonesia –umumnya sebagai aset investasi digital, berbagai jenis bisnis yang menyajikan layanan tersebut makin bertambah. Yang terbaru adalah Tokocrypto, sesuai namanya layanan ini diperuntukkan untuk jual-beli cryptocurrency. Saat ini baru tersedia untuk transaksi Bitcoin dan Ethereum. Pengguna hanya cukup menyetorkan sejumlah uang saldo di Tokocrypto, untuk selanjutnya digunakan untuk melakukan pembelian.

Kepada DailySocial CEO Tokocrypto, Pang Xue Kai, menjelaskan ada beberapa keunggulan yang ingin coba ditawarkan. Pertama ialah biaya transaksi yang diklaim lebih rendah, termasuk biaya penarikan yang dibebankan kepada pengguna. Kedua ialah terkait dengan transparansi. Guna memberikan keyakinan kepada pelanggan, Tokocrypto menekankan unsur keterbukaan informasi terkait dana pelanggan agar tidak disalahgunakan.

[Baca juga: Mengenal Cryptocurrency dan Mekanisme Transaksinya]

“Tokocrypto juga terbuka untuk bekerja sama dengan otoritas pemerintah guna membangun lingkungan yang kuat untuk bisnis cryptocurrency agar memastikan kepentingan pengguna dapat terlindungi,” ujar Xue Kai.

Saat ini layanan Tokocrypto juga tengah menyiapkan dukungan untuk varian crypto lain, yakni Ripple, Neo, Litecoin dan Cardano. Direncanakan pada akhir kuartal kedua tahun ini sudah bisa dinikmati pengguna. Inisiatif pengembangan “Swipe Crypto” juga akan menjadi salah satu roadmap untuk perluasan platform. Tokocrypto sendiri sudah didirikan sejak Juni 2017, awal April ini meluncurkan uji beta untuk pengguna. Direncanakan akan meluncur penuh pada akhir April nanti.

“Sejauh ini kami merasakan antusiasme yang besar oleh penguji beta dan anggota komunitas tentang prospek adanya pilihan alternatif bagi mereka untuk berinvestasi dalam cryptocurrency. Ada juga diskusi berkelanjutan tentang potensi teknologi blockchain dan bagaimana hal itu dapat membantu pertumbuhan digital, sosial dan ekonomi Indonesia,” sambung Xue Kai.

[Baca juga: Mengeksplorasi Potensi Pemanfaatan Blockchain di Indonesia]

Lebih lanjut Xue Kai turut memberikan komentar tentang potensi cryptocurrency di Indonesia. Bitcoin membentuk tren yang baik, lebih banyak orang sekarang mengetahui tentang cryptocurrency atau konsep blockchain. Potensinya tentu sangat besar, namun hal fundamental yang masih menjadi tantangan bersama ialah mendidik masyarakat Indonesia tentang teknologi tersebut. Termasuk menumbuhkan sinergi antara para pemain bisnis dan otoritas pemerintah dalam menyediakan kerangka aturan.

Mengeksplorasi Potensi Pemanfaatan Blockchain di Indonesia

Melalui artikel terdahulu yang bertajuk “Mengenal Cryptocurrency dan Mekanisme Transaksinya”, DailySocial mengulas konsep dasar cryptocurrency dan cara kerja blockchain sebagai salah satu aplikasinya. Dari ulasan tersebut disimpulkan, bahwa secara umum blockchain memberikan beberapa manfaat ketika diterapkan dalam sebuah proses bisnis. Pertama, sifatnya yang terdesentralisasi dapat memperluas akses keuangan karena tidak terbatas adanya perantara dalam proses transaksi. Hal ini sekaligus menghadirkan efisiensi karena tidak ada batasan waktu dan tempat dalam operasinya.

Kedua, menciptakan solusi keuangan dengan biaya transaksi yang lebih murah –jika dibandingkan dengan rate transaksi konvensional—dengan tetap mengedepankan keamanan transaksi. Sifat mata uang crypto yang tersusun dari algoritma rumit (terenkripsi) dan divalidasi oleh jaringan yang mengusung membuat blockhain dinilai sangat aman. Dengan keunggulan tersebut, diharapkan bisnis perbankan akan menjadi yang paling merasakan disrupsi blockchain, terlepas dari penerapan riil saat ini yang masih terbatas.

Menurut Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Eny Panggabean, penerapan blockchain di sektor finansial publik di Indonesia dapat didesain menjadi beragam bentuk. Misalnya untuk mendukung layanan pembayaran lintas negara (cross-border payment) dan remitansi melalui private blockchain. Selain yang merujuk langsung pada transaksi finansial, Eny turut menyampaikan beberapa skenario lain yang dapat didorong melalui blockchain, misalnya mencatat kepemilikan tanah, membantu rekap perdagangan saham, hingga merekam obligasi pemerintah.

Ettienne Reinecke, CTO Dimension Data Group, turut memberikan contoh penerapan blockchain yang dirasa cukup visioner dengan perkembangan digital, yakni mendukung bisnis Internet of Things (IoT). Dalam IoT platform berjalan secara real-time, pebisnis akan menghasilkan jutaan transaksi yang dikumpulkan dari mesin yang terdistribusi. Log yang dihasilkan akan sangat banyak. Jika sistem tersebut menerapkan model transaksional dan harus dikelola secara tersentralisasi, menggunakan middleware sebagai perantara,  kemungkinan besar sistem akan menjadi lambat dan mahal.

Mengenal risiko

Di balik sifatnya yang terdesentralisasi, modal blockchain juga menghadirkan beberapa risiko yang perlu dicermati. Sistem berbasis blockchain tergolong sangat “bebas”, artinya tidak ada jaminan perlindungan konsumen seperti dalam proses yang tersentralisasi (misalnya Bank Indonesia sebagai regulator). Semua transaksi dikelola di ranah publik, sehingga privasi data konsumen juga terancam tidak terjaga baik. Di luar  sistem, blockchain juga memungkinkan terjadinya kegiatan kriminal, seperti pencucian uang dan pendanaan untuk kegiatan terorisme –pihak berwenang akan sulit untuk melayak atau mengontrol kegiatan transaksi tersebut.

Salah satu tugas utama negara dalam sektor keuangan ialah menjaga stabilitas sistem yang ada. Jika blockchain tidak diregulasi, besar kemungkinan akan terjadi disrupsi yang mengganggu sistem. Kebijakan sentralisasi yang ada saat ini selalu menitikberatkan kebijakan moneter dari aturan yang dirilis Bank Indonesia. Untuk itu jika memang ke depannya akan dimungkinkan penerapan blockchain secara masif, sejak sekarang perlu ada banyak hal yang dilakukan, khususnya untuk pihak yang berkepentingan meregulasi sistem moneter di negara.

Hal krusial yang tidak pertama dilakukan ialah adanya uji coba dan melakukan pembuktian dari keandalan yang ditawarkan oleh blockchain ain. Dari situ, pemerintah perlu menyesuaikan regulasi dan menyusun aturan untuk penegakan hukum sebagai payung penyangga sistem yang berjalan, misalnya guna mencegah kegiatan pencucian uang atau korupsi. Lalu, harus ada tata kelola, manajemen risiko, dan standardisasi operasional yang kuat, tujuannya untuk menghindari fragmentasi pasar. Untuk membangun sistem blockchain sebenarnya juga diperlukan investasi yang tidak sedikit, sehingga perlu dilakukan kajian mendalam soal ROI (Return of Investment) dari penerapannya.

Studi kasus penerapan blockchain di Indonesia dan dunia

Bank Central Asia (BCA) mengklaim saat ini sudah menggunakan teknologi blockchain untuk aktivitas operasional di internal perusahaan. Visi dari penerapannya ialah untuk mempercepat transaksi pembayaran, mengurangi kompleksitas transaksi di back-office. Selain itu juga ada POS Indonesia, perseroan ini mengembangkan sebuah sistem bernama “Digiro.in”, yakni penerapan blockchain untuk layanan multicurrency atau lebih tepatnya ialah untuk evolusi layanan giro yang menjadi salah satu model bisnis yang diterapkan POS Indonesia.

Ada juga Digital Artha Media Corporation (DAM Corp), sebuah perusahaan fintech-enabler beroperasi di Indonesia yang mencoba mengembangkan solusi white label blockchain untuk membantu perusahaan di bidang finansial. Solusi yang ditawarkan diklaim mampu membantu perusahaan dalam melakukan transisi dari model bisnis tersentralisasi menjadi terdesentralisasi. Sebuah startup asal Singapura juga baru mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Bernama Veiris, startup tersebut mengusung teknologi visual komputer berbasis blockchain guna membantu korporasi menyelesaikan proses Know Your Customer untuk meningkatkan engagement dengan para mitra.

Infografik penerapan blockchain di Indonesia / DailySocial
Infografik penerapan blockchain di Indonesia / DailySocial

Di luar negeri, blockchain juga sudah mulai terealisasi. Misalnya di Kanada, Royal Bank of Canada (RBC) sudah mengembangkan sebuah sistem berbasis Distributed Ledger Technology (DLT) yang diberi nama Hyperledger. Penerapannya sudah diaplikasikan untuk membantu transaksi dengan cabang bank di wilayah Amerika Serikat dan Kanada. Menariknya, Hyperledger didesain secara terbuka, melalui mekanisme tertentu institusi perbankan bisa terhubung ke dalamnya. Di Singapura, Bank Oversea-Chinese Banking Corporation (OCBC) menerapkan blockchain untuk membantu memuluskan transaksi antar kantor Cabang di Singapura dan Malaysia. Dengan suksesi tersebut, diklaim membuat proses transaksi hanya memakan waktu maksimal 5 menit.

Pendapat para pakar soal implementasi blockchain

Dalam sebuah kesempatan diskusi di sesi #SelasaStartup yang diselenggarakan DailySocial, salah satu pemateri Country Blockchain Leader IBM Indonesia, Juliandri Jenie, menerangkan lebih lanjut seputar implementasi blockchain di beberapa bidang. Di awal presentasinya ia menunjukkan tentang ambisi Spotify membawa blockchain di industri musik digital. Pada bulan April 2017 lalu, Spotify mengakuisisi sebuah startup blockchain bernama Mediachain Labs. Tujuannya Spotify ingin menghadirkan sebuah mekanisme perhitungan dan pembayaran royalti yang lebih adil untuk pencipta musik. Keunggulan blockchain yang ingin dikembangkan ialah untuk melacak melacak siapa pencipta lagunya, judul lagu yang sudah diciptakan, dan sebagainya, sehingga royalti dapat didistribusikan dengan lebih tepat juga.

Untuk di Indonesia Janie menjelaskan ada beberapa bidang yang dapat dioptimalkan dengan blockchain, salah satunya di bidang supply-chain. Menjelaskan soal aplikasinya, ia menuturkan:

Blockchain akan sangat terasa manfaatnya untuk perusahaan supply chain. Keuntungan yang bisa mereka rasakan adalah peningkatan visibilitas informasi logistik dan dokumentasi di seluruh rantai pemasok. Keuntungan lainnya termasuk mengurangi biaya dan risiko melalui otomasi, pelacakan yang dapat diukur dan aman terhadap risiko fisik dan kejadian dalam rantai pasokan, serta memungkinkan terciptanya model bisnis baru.”

Menjelang akhir tahun lalu, DailySocial turut hadir dalam konferensi blockchain internasional di Bali. Di sana beberapa ahli menyampaikan ide dan penemuannya soal pemanfaatan blockchain di tingkat lanjut. Salah satu praktisi blockchain yang hadir adalah Chief Scientist CyberMiles Michael Yuan. Dalam presentasinya ia menjelaskan bagaimana bisnis e-commerce dapat terbantu dengan teknologi blockchain, misalnya untuk menghadirkan efisiensi dalam manajemen identitas, termasuk membantu mewujudkan sistem pelacakan dan keaslian produk, karena semua data bisa disimpan di dalam blockchain dan disinkronisasikan ke semua jaringan. Solusi seperti itu dinilai bisa merevolusi kembali bisnis dan teknologi e-commerce.

Menurut Matej Michalko, CEO Decent, di konferensi yang sama, blockchain dinilai dapat menjadi solusi dari masalah menaun yang menghantui industri konten, yakni pembajakan. Dengan sistem blockhain, para kreator dengan mudah menjual dan mendistribusikan konten ke para penikmat konten secara langsung dengan mekanisme yang disebut dengan “data exchange”. Bayangkan jika sebuah konten dapat didistribusikan dengan enkripsi dan identitas yang unik untuk setiap penikmatnya. Ketika terjadi distribusi di luar ketentuan, pelacakannya akan lebih mudah atau bahkan menjadi mustahil lantaran sistem enkripsi yang diterapkan.

Bank Indonesia sebagai regulator

Sebagai langkah preventif, Indonesia perlu segera menyusun kebijakan baku soal blockchain. Perkembangannya tidak terlihat, namun jika melihat tren teknologi yang ada sebelumnya yang memiliki perkembangan sangat cepat, Bank Indonesia menjadi komponen kunci di sini.

Pertama, dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen, perlu diciptakan solusi pengaduan, penanganan, atau transparansi dalam setiap proses bisnis yang diterapkan.

Infografik payung regulasi yang perlu disiapkan untuk blockchain di Indonesia / DailySocial
Infografik payung regulasi yang perlu disiapkan untuk blockchain di Indonesia / DailySocial

Bank Indonesia juga perlu menjadi trigger terjadinya kolaborasi lintas otoritas, termasuk membangun kemitraan dengan pihak internasional mengingat cakupan blockchain tidak terbatas di suatu negara. Untuk mencegah dampak negatif dalam penyelenggaraan sistem pembayaran, perlu adanya ketetapan untuk menjamin kesetaraan di sistem pembayaran yang diaplikasikan. Yang terakhir, sekaligus paling esensial, Bank Indonesia perlu menjadi penentu skala prioritas. Teknologi boleh saja maju dengan tetap mempertimbangkan perkembangan, stabilitas, dan integritas ekonomi negara.

Menurut pemaparan Bank Indonesia dalam sebuah kesempatan, pihaknya membutuhkan waktu dua tahun untuk menyelesaikan proses kajian penerbitan uang digital, kurang lebih akan selesai pada tahun 2020 mendatang. Tampaknya regulasi blockchain akan menjadi salah satu bagian di dalamnya.

Antusiasme blockchain di Indonesia sebagai sinergi tahap awal

Menyusul perkembangan blockchain yang ada di dunia dan di Indonesia, enam perusahaan blockchain lokal (Blocktech Indonesia, Blockchain Zoo, IndoDAX, Indonesian Blockchain Network, Luno, dan Pundi X) mendirikan Asosiasi Blockchain Indonesia.

Diketuai CEO IndoDAX Oscar Darmawan, asosiasi tersebut membawa sejumlah visi. Salah satunya ialah untuk mendorong kolaborasi antara pemangku kebijakan dengan pelaku usaha yang akan menggunakan blockchain dan cryptocurrency sebagai landasan teknologi.

Sebagai langkah awal, asosiasi juga telah menjadi bagian Kamar Dagang Indonesia (KADIN) untuk bersama-sama merumuskan program penyelarasan perkembangan blockchain dengan regulasi di Indonesia.

Dorong Pengembangan dan Regulasi, Asosiasi Blockchain Indonesia Resmi Berdiri

Menyusul perkembangan industri blockchain yang semakin masif di dunia, termasuk Indonesia, enam perusahaan blockchain tanah air berinisiatif mendirikan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI). ABI resmi berdiri pada 21 Maret 2018.

Keenam perusahaan blockchain ini adalah Blocktech Indonesia, Blockchain Zoo, IndoDAX, Indonesian Blockchain Network, Luno, dan Pundi X. CEO IndoDAX Oscar Darmawan ditunjuk sebagai Ketua Umum ABI.

Dalam sambutannya, Oscar mengungkapkan bahwa teknologi blockchain sebagai teknologi generasi 4.0 diyakini menjadi salah satu pilar penting terhadap pengembangan sektor industri di Indonesia.

ABI disebut membawa sejumlah visi dan misi untuk dapat mendorong kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha untuk mengembangkan teknologi blockchain dan cryptocurrency di Indonesia.

Diharapkan ABI dapat membuka dialog dengan pemerintah dan mengumpulkan data transaksi investasi yang masuk ke para pemain blockchain di Indonesia.

Sebagai langkah awal, ABI telah menjadi anggota Kamar Dagang Indonesia (KADIN). Pihaknya tengah merumuskan berbagai program sembari melakukan dialog dengan pemerintah untuk pengembangan blockchain.

Mengingat asosiasi ini baru saja berdiri, pihaknya belum memiliki data transaksi investasi yang sudah masuk dan diterima para pemain blockchain di Indonesia.

“Kebanyakan perusahaan blockchain masih berbentuk perusahaan rintisan dan teknologi ini juga masih terbilang baru di Indonesia. Makanya, kami harap asosiasi ini dapat mendorong pengembangannya,” ujar Oscar ditemui di peresmian Asosiasi Blockchain Indonesia, Rabu (21/3/2018).

Bagi Oscar, banyak kesalahpahaman terjadi pada masyarakat terhadap teknologi blockchain. Masyarakat hanya tahu bahwa blockchain itu adalah bitcoin dan mata uang crypto. Padahal, adopsi blockchain dapat diterapkan ke berbagai macam sektor industri.

“Sebetulnya tanpa kita sadari nanti di masa depan kita sudah mengadopsi blockchain untuk berbagai aktivitas kita, karena sesungguhnya teknologi ini adanya di belakang, bukan di depan,” jelas Oscar.

Yos Ginting yang ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pengawas ABI mengatakan, pengembangan blockchain di Indonesia akan menemui sejumlah tantangan. Salah satu yang terbesar adalah regulasi mengingat teknologi ini belum memiliki payung hukum.

“Kita belum memiliki regulasi atau sistem yang sekiranya dapat berjalan berdampingan dengan pengembangan teknologi blockchain di Indonesia. Untuk itu, kami harap dapat menjadi mitra pemerintah dan swasta.”

 

Mengenal Cryptocurrency dan Mekanisme Transaksinya

Istilah cryptocurrency makin diperbincangkan pasca meningkatnya berbagai jenis uang virtual seperti Bitcoin mulai banyak diminati sebagai investasi karena nilainya yang terus meningkat secara fluktuatif. Artikel ini akan mengulas tentang konsep dasar cryptocurrency, bagaimana sistem di dalamnya bekerja, fakta-fakta berkaitan dengan sistem tersebut, dan apa yang coba ditawarkan sebagai sebuah disrupsi dalam tatanan bisnis finansial.

Pengertian cryptocurrency

Secara etimologis, cryptocurrency tersusun dari dua kata, yakni crypto yang merujuk pada cryptography atau bahasa persandian dalam dunia komputer dan currency yang merujuk pada nilai mata uang. Dapat ditarik definisi bahwa cryptocurrency adalah sebuah mekanisme mata uang digital yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara virtual (melalui jaringan internet) yang dilindungi sebuah persandian komputer yang rumit.

Lantas apa yang membedakan dengan mata uang yang saat ini umum digunakan, seperti mata uang Rupiah, yang juga sudah banyak digunakan untuk transaksi secara digital? Cryptocurrency memiliki sifat terdesentralisasi, sedangkan model transaksi yang selama ini sering digunakan dalam masyarakat sifatnya tersentralisasi.

Berikut penjelasan tentang perbedaan dua sifat tersebut dalam sebuah studi kasus.

Sifat tersentralisasi dicontohkan pada model transaksi yang selama ini sering digunakan oleh masyarakat. Misalnya dalam kasus ini dicontohkan orang tua yang ingin mengirimkan uang kepada anaknya di perantauan, maka yang ia lakukan ialah menggunakan layanan perbankan (ATM, Mobile Banking, atau datang langsung ke bank terkait) lalu mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening anaknya tersebut. Transaksi tersebut pada dasarnya dilakukan melalui perantara bank dan layanan yang dipercaya.

Jadi prosesnya uang yang ditransfer sebenarnya masuk ke bank terlebih dulu, lalu diteruskan ke penerima. Prosesnya real time sehingga perpindahan tersebut tidak terasa. Namun yang cukup dirasakan justru karena prosesnya melalui perantara, maka ada imbalan yang harus dibayarkan, yakni berupa biaya administrasi, baik yang dikeluarkan saat itu juga (jika mengirimkan ke rekening bank yang berbeda) atau dalam biaya administrasi yang dikenakan setiap bulan.

Ilustrasi proses transaksi keuangan yang tersentralisasi
Ilustrasi proses transaksi keuangan yang tersentralisasi

Sedangkan sifat terdesentralisasi artinya tidak ada yang menjadi penengah atau pihak khusus yang menjadi perantara. Transaksi dilakukan secara peer-to-peer dari pengirim ke penerima. Seluruh transaksi dicatat dalam komputer yang berada di jaringan tersebut, di seluruh dunia, atau disebut dengan miner (penambang yang ikut membantu mengamankan dan mencatat transaksi di jaringan). Miner sendiri akan mendapatkan komisi dengan uang virtual yang digunakan, namun tidak semua orang bisa menjadi miner, karena dibutuhkan keahlian khusus dengan pemrosesan komputasi yang rumit untuk memecahkan kriptografi yang digunakan. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa para penambang cryptocurrency umumnya menggunakan komputer berspesifikasi tinggi dan khusus.

Ilustrasi proses transaksi keuangan yang terdesentralisasi
Ilustrasi proses transaksi keuangan yang terdesentralisasi

Sifat desentralisasi ini yang menjadi DNA sistem Blockchain. Pada dasarnya Blockchain menjadi platform yang memungkinkan mata uang digital cryptocurrency dapat digunakan untuk bertransaksi.

Pengertian Blockchain

Blockchain adalah sistem pencatatan atau basis data yang tersebar luas di internet, sering disebut juga sebagai distributed ledger. Setiap transaksi yang dicatat juga dapat dilihat oleh seluruh pengguna internet. Jadi Blockhain juga bisa didefinisikan sebagai sebuah buku besar yang bisa diakses oleh siapa saja, termasuk orang yang tidak melakukan transaksi. Blockchain juga memiliki beberapa ciri khas dalam melakukan transaksi dan pencatatan, yakni sebagai berikut:

  1. Memiliki perhitungan yang lebih logis

Pada dasarnya Blockhain adalah sesuatu yang dapat dihitung secara matematis, karena blok-blok yang ada di dalamnya berbentuk kode yang dapat diterjemahkan dan diverifikasi developer. Algoritma di dalamnya membuat nilainya bisa lebih terukur, berbeda dengan mata uang yang sehari-hari digunakan saat ini. Misalnya USD, nilainya biasanya dikontrol oleh Bank Sentral di Amerika Serikat. Mereka bebas untuk mencetak seberapa banyak yang dalam masa tertentu, termasuk implikasi suku bunga.

Berbeda dengan cryptocurrency, karena berbasis perhitungan matematis yang terstruktur, bahkan jumlah sebaran mata uangnya pun dapat diprediksikan. Sehingga semua orang bisa tahu, tiga tahun lagi akan ada berapa banyak uang digital yang ada di dunia. Bahkan nilai inflasinya pun dapat dikalkulasi dengan baik. Salah satu gambaran pertumbuhannya dapat diakses dalam grafik berikut: https://bashco.github.io/Bitcoin_Monetary_Inflation.

Proyeksi jumlah dan inflasi Bitcoin
Proyeksi jumlah dan inflasi Bitcoin
  1. Memiliki keamanan yang mumpuni

Manfaat sifat terdesentralisasi Blockchain adalah tidak ada data yang dipusatkan di satu tempat. Semua tersebar ke server para miner, alias para penambang yang ikut membantu mengamankan jaringan Blockchain. Untuk menjadi miner pun mereka harus secara akurat memecahkan algoritma perhitungan yang ada, sehingga tercipta blok baru (dengan komisi berupa nominal uang digital). Karena informasinya tersebar, jika ada hacker yang mencoba membobol sistem pun mereka harus bisa minimal mengontrol 50% dari komputer miner yang ada di jaringan.

Cryptocurrency yang ada saat ini

Ada beberapa jenis cryptocurrency yang saat ini sudah banyak digunakan, misalnya Bitcoin, Ethereum, Litecoin, Monero, atau Ripple. Bitcoin menjadi uang digital yang pertama kali diluncurkan, dan saat ini menjadi yang paling bernilai. Salah satu keunikannya, Bitcoin ini hanya diciptakan sampai 21 juta koin saja (diprediksikan baru akan habis ditambang pada tahun 2140 mendatang), ini merupakan protokol yang tidak dapat diganggu gugat karena sudah menjadi kesepakatan sejak awal.

Adanya batas sebaran yang sudah pasti, membuat Bitcoin tidak bisa dipalsukan ataupun mengalami inflasi. Bitcoin turut menjadi awal baru dari transformasi finansial. Dengan Bitcoin memungkinkan orang untuk melakukan transaksi secara global dengan perangkat komputasi, tanpa perlu adanya perantara seperti bank atau layanan lainnya.

Yang saat ini tak kalah populer adalah Ethereum, yang diciptakan Vitalik Buterin pada tahun 2015. Konsepnya hampir sama dengan Bitcoin, karena sama-sama dibangun pada jaringan Blockchain. Di sini para miner bekerja untuk mendapatkan Ether, mata uang cryptocurrency yang membantu menjalankan jaringan Ethereum.

Untuk konsep transaksi yang terdesentralisasi, Ethereum dapat memanfaatkan Decentralized Autonomous Organization, sebuah badan kepengurusan transaksi yang dijalankan sepenuhnya oleh kode pemrograman dan smart contract yang tidak ada pusat otoritas dan kontrol. Tidak ada pihak ketiga yang bisa mengubah data yang telah tersimpan ke dalam jaringan Blockchain.

Selain dua jenis koin di atas, masih sangat banyak koin alternatif dengan karakteristiknya masing-masing. Menurut Coinmarketcap.com, saat ini sudah lebih 1560 jenis mata uang digital berbasis cryptocurrency yang tersebar di seluruh dunia.

Yang mempengaruhi nilai cryptocurrency

Mata uang cryptocurrency fluktuasi nilainya didasarkan pada beberapa kondisi, salah satunya karena ketersediaan/kelangkaan. Namun kadang nilainya juga meningkat atau turun karena kepercayaan dan penggunaan di kalangan komunitas penggunanya. Secara umum naik turunnya nilai cryptocurrency dipengaruhi oleh mekanisme pasar.

Fluktuasi niai tukar Bitcoin satu tahun terakhir
Fluktuasi niai tukar Bitcoin satu tahun terakhir

Sayangnya pasar cryptocurrency memiliki volatilitas atau tingkat perubahan yang cukup tinggi, sehingga sangat fluktuatif. Jika banyak orang menginginkan mata uang tersebut dan nilainya tidak terlalu banyak, maka nilainya juga akan meningkat. Faktor lain kadang turut mempengaruhi. Serangan WannaCry beberapa waktu lalu secara tidak langsung turut meningkatkan gejolak nilai, karena memaksa pengguna untuk melakukan pembayaran melalui cryptocurrency.

Mekanisme transaksi

Konsep dasarnya dalam setiap transaksi cryptocurrency, seluruh jaringan akan mencatat histori yang berjalan, termasuk besaran transaksi dan saldo yang dimiliki. Misalnya seseorang telah berhasil melakukan transaksi dan dikonfirmasi oleh penerima, maka seluruh jaringan yang terhubung ke Blockchain tersebut akan langsung mengetahui informasi yang berisi penjelasan bahwa telah terjadi transaksi sejumlah tertentu dan telah ditandatangani secara digital dengan memberikan private key ke dalam sistem.

Konfirmasi penerima menjadi hal yang sangat krusial dari sebuah transaksi cryptocurrency. Transaksi yang terkonfirmasi tersebut disimpan ke dalam wadah yang disebut Blocks. Catatan transaksi sifatnya permanen, tidak dapat diubah, dibajak, atau dipalsukan dan menjadi bagian dalam sebuah rantai blok atau Blockchain. Sifat permanen tersebut yang membuat cryptocurrency transaksinya immutable alias tidak bisa dibatalkan saat sudah dikirim.

Cryptocurrency di Indonesia

Bank Indonesia secara eksplisit sudah menyatakan larangan terhadap cryptocurrency untuk kegiatan transaksi atau tidak diakui menjadi alat pembayaran yang sah. Pernyataan tersebut didasarkan pada undang-undang yang menyatakan bahwa alat pembayaran yang diterima di Indonesia hanya menggunakan Rupiah. Yang perlu digarisbawahi adalah uang virtual cryptocurrency tidak dianggap ilegal, hanya transaksinya yang tidak diperbolehkan.

Sejauh ini kebanyakan orang di Indonesia masih memanfaatkan cryptocurrency untuk sekedar dimiliki (investasi), karena untuk transaksinya pun masih cukup terbatas. Tidak banyak merchant yang menerima pembayaran dengan cryptocurrency.

Pelarangan tersebut salah satunya didasari kekhawatiran akan potensi kejahatan cryptocurrency. Internet Development Institute (ID Institute) mengungkapkan setidaknya ada tiga hal yang mungkin terjadi, yakni private key, ransomware, dan ancaman fisik ke pemilik dompet. ID Institute mencontohkan, aspek kerentanan pada sistem Blockchain yang digunakan  Bitcoin ada potensi penyisipan malware yang sangat besar. Miner butuh sumber daya besar untuk mengelola block, aspek tersebut berisiko penyebaran ransomware ke komputer yang ada di bawah kendalinya.

Pandangan berbeda disampaikan Country Blockchain Leader IBM Indonesia Juliandri Jenie. Dalam sebuah sesi #SelasaStartup ia mengatakan bahwa sifat ledger dalam Blockchain itu dapat dilihat ke orang lain namun pada saat yang sama tetap aman karena tidak bisa diubah oleh sembarang orang. Ini menjadi keuntungan, karena bisa membuat integrasi bisnis antar perusahaan jadi lebih efisien. Semua orang bisa saling percaya karena seluruh data dapat terekam dengan baik, dapat dilihat oleh orang lain meski perlu ada akses khusus terlebih dulu.

Saat ini beberapa perbankan dan instansi besar di Indonesia mulai mengeksplorasi potensi Blockchain sebagai platform yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas, meskipun tidak mengikutsertakan cryptocurrency di dalamnya.

Purwadhika Tech Wave 2018 Akan Segera Digelar

Tingginya antusiasme para pelaku bisnis dan investor dalam mengembangkan startup berbasis teknologi di Indonesia membuat Purwadhika Startup and Coding School bekerja sama dengan Sinarmas Land dan Plug and Play Indonesia akan menyelenggaraka Purwadhika Tech Wave. Acara yang akan digelar pada tanggal 14-15 Maret 2018, di ICE BSD City ini ingin memberikan kesempatan bagi para pelaku startup mendapatkan wawasan dan pengalaman seputar tren teknologi terkini dari para ahli di bidangnya.

Maraknya produk berbasis Virtual Reality (VR), Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), dan Crypotcurrency membuat pangsa pasar bisnis digital semakin beragam. Purwadhika Tech Wave 2018 bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam seputar empat tren teknologi tadi. Acara akan dibagi ke dalam beberapa rangkaian, mulai dari Technology & Startup Conference, Startup Exhibition, Venture Capital Speed Dating , dan Virtual Reality Experience.

Konferensi akan menghadirkan 29 pemateri yang telah berkecimpung lama di bidang VR, AI, IoT, dan Cryptocurrency. Beberapa nama pemateri yang akan hadir termasuk Purwa Hartono (Purwadhika), Pandu Sastrowardoyo (Blockchain Zoo), Nayoko Wicaksono (Algoritma), Andy Zain (Kejora Ventures), Norman Sasono (Bizzy), dan masih banyak lagi. Sementara itu dalam acara pameran akan hadir lebih dari 40 startup untuk memamerkan lini produk dan layanan mereka.

Acara bertajuk “Speed Dating” turut dihadirkan dalam Purwadhika Tech Wave 2018, diharapkan dapat memfasilitasi para startup lokal yang hadir untuk bertemu langsung dengan Venture Capital. Beberapa yang akan dihadirkan termasuk Sinar Mas Digital Venture, East Ventures, Convergence Ventures, Merah Putih Inc, ANGIN, Indogen Capital, Skystar Ventures, dan Cyber Agent Ventures.

Selain itu, rangkaian acara akan turut diramaikan VR Showcase oleh Zona Reality, penyedia jasa permainan Virtual Reality yang didirikan oleh ahli visual Indonesia, Patrick Effendy, dan Ivan Handojo.

Untuk informasi lebih lanjut seputar acara ini, kunjungi laman resminya melalui https://www.purwadhika-techwave.com.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Purwadhika Tech Wave 2018

Atari Umumkan Agenda Untuk Berkecimpung di Ranah Cryptocurrency

Merenungkan lagi apa yang sempat Atari ungkap bertahun-tahun silam, Ataribox sebetulnya merupakan menifestasi dari niatan perusahaan untuk kembali memproduksi console. Tetapi pengumumannya di E3 2017 tetap jadi berita besar, walaupun hingga kini, kampanye crowd-funding Ataribox masih belum dimulai. Dan sekarang, Atari malah melakukan sau hal yang tak diduga.

Berdasarkan laporan dari Bloomberg dan Fortune, di tanggal 8 Februari kemarin, perusahaan asal Paris itu resmi mengumumkan agenda untuk mulai bermain di ranah cryptocurrency. Mereka rencananya akan meluncurkan mata uang digital pesaing Bitcoin, dinamai Atari Token dan Pong Token. Buat sekarang, detail mengenainya masih terbilang minim, dan Atari berjanji buat menyingkapnya tidak lama lagi.

Atari Token dan Pong Token disiapkan buat mendukung dua platform berbeda. Atari Token akan digunakan di platform video game, sedangkan Pong Token disiapkan untuk menunjang situs-situs kasino online. Demi membekali diri dalam kompetisi cryptocurrency, Atari diketahui telah membeli sejumlah saham Infinity Networks, yakni tim pengembang teknologi blockchain khusus platform hiburan digital.

“Teknologi blockchain akan menempati posisi penting dalam ekosistem kami karena ia berpeluang mengubah, atau bahkan merevolusi, ekosistem ekonomi saat ini, khususnya di segmen industri video game dan transaksi online,” ujar CEO Atari Frédéric Chesnais via rilis pers. “Berbekal kekuatan di bidang teknologi dan reputasi global brand Atari, kami punya peluang besar buat memposisikan perusahaan secara atraktif di sektor cryptocurrency.”

Tak lama setelah diungkapnya berita ini, harga saham perusahaan melonjak lebih dari 60 persen. Hal serupa juga sempat terjadi pada Kodak yang mengumumkan partisipasinya di sektor crytocurrency bulan lalu, memicu kenaikan harga saham sebesar 245 persen dalam waktu hanya dua hari.

Beralih ke Ataribox, Atari memutuskan buat menunda waktu pelepasan console dan kampanye pengumpulan dana dengan alasan ‘belum rampungnya proses persiapan platform‘. Meski dipasarkan sebagai console, sejatinya Ataribox adalah PC yang dipersenjatai prosesor AMD custom dan GPU Radeon. Perangkat didesain untuk menjalankan game-game klasik Atari, judul-judul indie semisal Minecraft atau Terraria, sampai menghidangkan konten-konten hiburan mainstream seperti video dan musik.

Hingga sekarang belum ada update apapun mengenai Ataribox di situs resminya. Website hanya menyediakan satu kolom buat melakukan pendaftaran waitlist. Saya sendiri berharap, keterlambatan peluncuran Ataribox tidak ada hubungannya dengan langkah Atari berkecimpung di ranah cryptocurrency.

POS Indonesia Applies Blockchain with Digiro.in

Technology industry is currently stuffed with cryptocurrency discussion, including the technology behind it, blockchain. Blockchain gets the spotlight as it offers a concept that capable of changing transaction technology and information exchange. The decentralized nature of the concept offers an information exchange that can spread easily with security claimed to be unshakeable.

One of the massive news about the blockchain in Indonesia is the involvement of a red-plate company, PT POS Indonesia in this technology implementation. Through a system called Digiro.in, POS Indonesia wants to use blockchain technology for many things. One of which is for multicurrency services.

A news in Media Indonesia shows that PT POS Indonesia’s Director, Gilarsi Wahju Setijono, explained the blockchain technology can be applied to giro service. It is expected to evolve the giro transaction process. Setijono explain on the news that until today, POS Indonesia has functioned in the financial services such as payment, transfer or remittance to the distribution of former TNI and civil servants. Later, through Digiro.in, giro asset management can be unlimited, crosscurrency or multicurrency to the gold-form of money.

“Multicurrency in the same application can be used as a means of payment. It can also be used to manage assets, as to be used to buy gold that can be disbursed at the post office. Land certificates can also be stored there,” he explained.

Furthermore, Digiro.in system is predicted to reduce transfer cost for TKI from 6%-7% to only 2%. The system will complete POS Indonesia, not only on sales and purchases, but also to manage funding or customer’s assets in blockchain system. For further information, Digiro.in is a blockchain system developed by POS Indonesia by cooperating with Corechain.

There is no further information regarding Digiro.in system and the implementation in POS Indonesia. POS Indonesia’s step in the blockchain technology can be appreciated as a concrete step in seeking technology-based solution.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pundi X Mulai Distribusikan Perangkat POS Berbasis Cryptocurrency di Indonesia

Pundi X dengan platform POS (Point of Sale) berupaya memudahkan masyarakat melakukan transaksi berbasis cryptocurrency untuk keseharian. Perangkat POS dari Pundi X akan bisa digunakan di toko atau merchant sehingga masyarakat lebih mudah untuk menjangkaunya.

Di awal tahun 2018 ini, Pundi X akan melanjutkan crowdsale pada tanggal 21 Januari hingga 31 Januari. Selain itu Pundi X juga tengah gencar mempromosikan perangkat Pundi X di beberapa negara. Dari informasi yang kami terima, Pundi X akan memulainya di Jakarta, Bali dan Singapura, kemudian di lanjutkan ke negara-negara lain.

“Untuk tahun 2018, kami akan fokus untuk mendistribusikan perangkat POS kami sebagai starting point di Jakarta, Bali, dan Singapura. Selain itu kami juga akan mencari rekanan untuk bekerja sama mengembangkan Pundi X. Sejauh ini banyak sekali pemain besar di dunia blockchain yang telah bekerja sama dengan Pundi X, seperti NEM, Stellar Lumens dan QTUM,” jelas Product Manager Pundi X Indra Winarta.

Pundi X direncanakan akan meluncurkan tiga buah perangkat yang berbeda-beda. Perangkat-perangkat tersebut dibuat untuk menyesuaikan merchant. Misalnya X POS 1 yang memiliki codename Mount Agung. Disediakan untuk merchant atau toko yang memiliki tempat terbatas, seperti cafe atau restoran.

Lalu perangkat POS yang memiliki codename Halla, disiapkan dengan layar besar dan didesain untuk merchant atau toko yang memiliki tempat kosong lumayan besar seperti toko-toko ritel. Untuk perangkat versi kedua (Jade Dragon Snow Mountain) dan ketiga (Halla) sudah dikembangkan dan bisa menerima pembayaran menggunakan kartu kredit Visa dan Master.

Indra menjelaskan untuk masa awal pihaknya hanya meluncurkan perangkat POS dalam jumlah kecil. Namun pihaknya juga telah mengirimkan beberapa perangkat POS ke beberapa negara seperti Amerika, Jepang, India, Korea Selatan, dan Inggris untuk melakukan pengujian oleh tim expert Pundi X yang ada di masing-masing negara tersebut.

Indonesia menjadi salah satu negara awal Pundi X. Sejauh ini belum ada aturan yang melarang jual beli cryptocurrency sehingga Bali dipilih menjadi salah satu kota awal.

“Sejauh ini, aturan di Indonesia hanya melarang penggunaan cryptocurrency sebagai alat tukar. Untuk transaksi jual-beli barang kami akan mematuhi aturan ini di Indonesia. Kami akan berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku,” terang Indra.

Cryptocurrency, terlebih Bitcoin sekarang memang menjadi salah satu topik bahasan yang mulai banyak dibicarakan. Pihak Pundi X juga menuturkan bahwa pihaknya tertarik untuk mengenalkan teknologi blockchain di Indonesia, karena blockchain pada dasarnya tidak hanya soal cryptocurrency atau Bicotin. Masih banyak solusi yang bisa dihadirkan oleh teknologi blockchain.

“Untuk itulah, kami sangat bangga dapat menjadi salah satu anggota pertama dari Asosiasi Blockchain Indonesia terdiri dari beberapa pemain blockchain di Indonesia, seperti Oscar Darmawan, CEO dari Bitcoin Indonesia sehingga kami dapat mengedukasikan blockchain ke seluruh penjuru Indonesia,” pungkas Indra.