8 dari 10 Pekerja di Indonesia Merasa Siap untuk Bekerja Jarak Jauh dalam Jangka Panjang

Kaget dan panik, mungkin itulah yang dirasakan banyak pekerja di Indonesia ketika pemerintah mulai menerapkan kebijakan PSBB pertama kalinya pada bulan April 2020. Dalam sekejap saja, rutinitas bekerja sehari-hari langsung berubah menjadi tren baru bekerja dari kediaman masing-masing.

Sebagian orang tentu menemui tantangan tersendiri selama mengadaptasikan diri dengan kebiasaan baru ini. Melihat pandemi yang tak kunjung berakhir, kita perlu menanyakan ini kepada diri masing-masing: “Sudah siapkah kita melanjutkan tren bekerja jarak jauh untuk jangka panjang?”

8 dari 10 pekerja di Indonesia rupanya menjawab siap. Angka ini didapat dari riset Indeks Kesiapan Bekerja Jarak Jauh yang diprakarsai Dell belum lama ini, yang menyurvei lebih dari 7.000 pekerja dengan usia 18 tahun ke atas di kawasan Asia Pasifik dan Jepang, 1.030 dari antaranya berasal dari Indonesia. Hasil surveinya menunjukkan bahwa 81% pekerja di Indonesia merasa siap untuk bekerja jarak jauh dalam jangka panjang.

Data yang dikumpulkan juga mencakup tentang kesiapan mereka untuk bekerja jarak jauh dalam jangka panjang, serta apa saja faktor-faktor penting yang mereka butuhkan agar bisa sukses bekerja jarak jauh dalam jangka panjang. Secara umum, lebih dari separuh pekerja di Indonesia (55%) merasa perusahaan tempat mereka bekerja sudah mendukung cara bekerja jarak jauh dalam jangka panjang. Sentimen ini konsisten di ketiga kategori utama survei, yaitu gender, kelompok umur, dan skala organisasi.

Martin Wibisono, Direktur Commercial Client Dell untuk kawasan Indonesia dan Filipina, mengatakan bahwa konsep bekerja jarak jauh sebenarnya bukan konsep yang asing bagi sebagian besar tenaga kerja Indonesia. Hanya saja tetap ada kekhawatiran apabila tren ini berlanjut dalam jangka panjang. Jadi walaupun pekerja di Indonesia merasa siap, mereka tetap mengharapkan dukungan yang lebih besar dari perusahaan mereka, terutama sumber daya teknologi dan yang berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM).

Kebiasaan bekerja jarak jauh memunculkan kekhawatiran atas kaburnya batasan kehidupan kerja dan pribadi / Sumber gambar: Depositphotos.com

Masih banyak tugas yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk memahami berbagai tantangan yang dihadapi oleh karyawan mereka, serta untuk menyediakan sumber daya yang dibutuhkan agar para karyawan tersebut bisa sukses bekerja jarak jauh dalam jangka panjang.

Dari sisi sumber daya teknologi, hanya 54% pekerja di Indonesia yang sepakat bahwa perusahaan tempat mereka bekerja telah melakukan semua yang mereka bisa untuk menyediakan sumber daya teknologi yang dibutuhkan. Tantangan terbesar yang mereka rasakan adalah stabilitas jaringan remote, termasuk bandwith internet (41%).

Mereka juga sering kali masih harus menggunakan perangkat pribadi untuk bekerja (32%), dan ini patut mendapat perhatian khusus dari perusahaan jika mempertimbangkan berbagai risiko keamanan TI yang bisa muncul. Para pekerja juga mengalami kesulitan mengakses sumber daya internal perusahaan (28%) begitu kebijakan PSBB diberlakukan.

Dari sisi SDM, sekitar 45% pekerja merasa perusahaan tempat mereka bekerja telah berupaya maksimal dalam menyediakan dukungan SDM yang dibutuhkan. Tantangan terbesarnya sendiri adalah kurangnya sesi pelatihan dan pengembangan, termasuk pelatihan untuk alat-alat digital (48%). Berikutnya adalah kebijakan dan pedoman untuk bekerja jarak jauh yang tidak terbarui (43%), dan kurangnya akses ke perangkat digital untuk melakukan penilaian kinerja, pengajuan cuti, dan lain sebagainya (40%).

“Saat ini bekerja sudah tidak terpaku pada satu tempat dan waktu, tapi fokus pada hasil kerja,” jelas Martin. “Organisasi-organisasi di Indonesia harus siap untuk membantu semua karyawan mereka mewujudkan peran profesional dan personal secara efektif, di mana pun mereka bekerja – inilah cara bekerja yang baru.”

Terkadang, solusi yang dibutuhkan bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti saling berbagi pengalaman pada saat sesi video conference rutin berlangsung setiap minggunya, bukan sebatas membahas hasil dan progres pekerjaan saja. Budaya baru ini pun juga sudah Dell terapkan sendiri di kalangan internal.

Terlepas dari siap atau tidaknya kita beradaptasi dengan cara bekerja jarak jauh, salah satu kekhawatiran terbesar yang dirasakan adalah kaburnya batasan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, terutama di kalangan pekerja Gen X (34%) dan Millennial (32%). Sementara kalangan Gen Z khawatir mereka akan bosan menjalani cara bekerja jarak jauh dalam jangka panjang (35%).

Gambar header: Depositphotos.com.

Dell Juga Merilis Laptop Latitude 9420, Pertama dengan Teknologi Intel Visual Sensing

Dell telah mengumumkan banyak produk baru menjelang CES 2021 yang akan digelar secara virtual pada 11-14 Januari mendatang. Termasuk monitor dan laptop yang dirancang untuk membantu bekerja lebih cerdas, kolaborasi lebih mudah, dan memberi fleksibilitas lebih besar saat bekerja di rumah.

Rangkaian monitor Dell terbaru dibahas di sini dan Dell dipastikan akan memperbarui lini laptop Latitude 9000, 7000, dan 5000 series. Salah satunya ialah Dell Latitude 9420, laptop bisnis ultra-premium berlayar 14 inci.

Guna mendukung aktivitas work from home, Dell Latitude 9420 hadir dengan speakerphone internal mumpuni, empat mikrofon terintegrasi, dan teknologi kamera yang lebih baik yang secara otomatis mengoreksi cahaya dan latar belakang. Sehingga pengguna bisa lebih percaya diri dalam setiap panggilan video.

Untuk menjaga privasi, Dell juga menghadirkan fitur SafeShutter. Umumnya laptop-laptop bisnis memang dilengkapi dengan penutup kamera fisik, namun masih ada resiko di mana pengguna lupa menutupnya setelah melakukan panggilan video. Sementara, fitur SafeShutter pada Dell Latitude 9420 ini menggunakan rana otomatis yang akan memblokir webcam saat tidak digunakan.

dell-juga-merilis-laptop-latitude-9420

Laptop ini akan tersedia dalam dua model form factor, yakni model clamshell atau laptop standar dengan layar beresolusi FHD+. Serta, versi convertible 2-in-1 dengan layar sentuh beresolusi QHD+. Layar tersebut memiliki tingkat kecerahan maksimum 500 nit, mendukung 100% sRGB, dan diproteksi lapisan pelindung Corning Gorilla Glass 6 DX.

Prosesor Intel Core hingga i7 generasi ke-11 akan mentenagai Dell Latitude 9420, didukung konektivitas super cepat macam WiFi 6E atau 5G LTE, dan dua port Thunderbolt 4. Serta, menjadi salah satu yang pertama membawa teknologi Intel Visual Sensing.

Salah satu fungsi teknologi Intel Visual Sensing ialah untuk mendeteksi keberadaan pengguna menggunakan AI, di mana saat pengguna jauh – laptop akan secara otomatis mengunci atau masuk dalam mode sleep. Sebaliknya saat pengguna dekat, dapat membuka kunci layar dengan cepat.

Untuk mengoptimalkan performa, Dell Latitude 9420 juga dilengkapi dengan sistem pendingin baru yang mengandalkan kipas pendingin ganda. Didukung fitur deteksi thermal adaptif yang dapat secara otomatis mengoptimalkan kinerja kipas dengan menyesuaikan gaya penggunaan.

Harga Dell Latitude 9420 dibanderol mulai US$1.949 atau sekitar Rp27,3 jutaan. Bagi yang menginginkan ukuran layar yang lebih besar, Dell juga menyediakan Latitude 7520 dengan layar 15 inci dan menawarkan resolusi 4K UHD. Namun detail laptop ini belum terungkap semuanya.

Sumber: GSMArena

Jelang CES 2021, Dell Umumkan Rangkaian Monitor Terbarunya

Pameran teknologi tahunan Consumer Electronics Show (CES) 2021 akan digelar secara digital pada 11-14 Januari mendatang. Sebelum acara tersebut resmi dimulai, beberapa vendor biasanya mengumumkan produk barunya yang akan dipamerkan di CES 2021. Salah satunya Dell yang telah mengumumkan jajaran monitor terbarunya.

dell_ultrasharp_40_curved_monitor_front_back-700x467-c

Pertama Dell UltraSharp 40 Curved Monitor (U4021QW), layar monitor ini menggunakan panel IPS yang melengkung dengan radius 2.500. Ukurannya sangat lapang 40 inci dengan resolusi 5K (5.120×2.160 piksel) yang menghasilkan kerapatan 441 ppi, mendukung color gamut 98% DCI-P3 dan color space 100% Adobe sRGB.

Monitor ini dilengkapi dual speaker 9 watt dan jack audio 3.5mm. Koneksinya mencakup DisplayPort 1.4, sepasang port HDMI 2.0, Thunderbolt 3 yang bisa untuk charging 90W, port USB-B, port USB-C downstream untuk pengisian daya, empat port USB-A, port USB-A superspeed, dan port ethernet. Monitor terbaru Dell ini dibanderol US$2.100 atau sekitar Rp29 jutaan.

dell_ultrasharp_38_curved_usb-c_hub_monitor_front_back-700x467-c

Selanjutnya Dell UltraSharp 38 Curved USB-C Monitor, monitor lengkung berukuran 38 inci beresolusi WQHD+ (3.840×1.600 piksel). Layarnya ini melengkung dengan radius 2.350 dan mendukung color space 95% DCI-P3. Ukuran dan resolusi layar lebih kecil tersebut membuat harganya lebih murah yakni US$1.500 atau sekitar Rp20,9 jutaan.

Dell juga mengumumkan sepasang monitor kelas menengah yang lebih tradisional, yakni Dell UltraSharp 24 U2422HE dan UltraSharp 27 U2722DE dengan fungsionalitas USB-C Hub. Keduanya punya layar datar, tetapi dikemas dalam desain InfinityEdge dengan bezel sekiling layar yang tipis.

Untuk model berlayar 24 inci ditopang resolusi 1.920×1.080 piksel dan mendukung color gamut 85% DCI-P3 dan color space 100% Adobe sRGB. Monitor ini dapat menyuplai daya hingga 90 watt menggunakan kabel USB Type-C tunggal dan memiliki port ethernet. Sementara, model 27 inci didukung resolusi lebih tinggi QHD 2.560×1.440 piksel.

Harga Dell UltraSharp 24 USB-C Hub Monitor dijual US$460 atau Rp6,4 jutaan dan US$680 atau Rp9,4 jutaan untuk versi yang lebih besar. Dell juga menyediakan versi yang tanpa fungsionalitas USB-C Hub dengan spesifikasi identik, masing-masing dibanderol US$360 dan US$580.

Dell 1

Selain itu, Dell juga memperkenalkan tiga monitor yang dirancang untuk menyuguhkan pengalaman konferensi video lebih baik dengan webcam dan audio berkualitas tinggi. Monitor tersebut dilengkapi kamera IR 5MP, dual speaker 5W, dan punya mikrofon noise-cancelling.

Ketiga monitor ini telah disertifikasi untuk Microsoft Teams dan dibekali tombol Teams khusus. Ukuran layar yang tersedia ialah 24 inci, 27 inci, dan khusus model paling besar 34 inci memiliki layar lengkung. Keunggulan lain ialah fitur ComfortView Plus yang membantu mengurangi emisi cahaya biru tanpa mengorbankan akurasi warna. Harganya masing-masing dibanderol US$520 (24 inci), US$720 (27 inci), dan US$1.150 (34 inci).

Sumber: DPreview

Laptop untuk Pekerja Kreatif Diperkenalkan Dell: XPS 15 9500 dan XPS 17 9700

Walaupun dalam masa pandemi seperti saat ini, sepertinya tidak mengurungkan niat Dell untuk meluncurkan produk terbaru mereka. Hal tersebut dibuktikan dengan sebuah acara yang dihelat pada tanggal 28 Oktober 2020. Dell meluncurkan dua buah laptop terbaru mereka, yaitu Dell XPS 15 9500 dan Dell XPS 17 9700 di Indonesia. Acara ini sendiri disiarkan secara langsung melalui platform Zoom.

“Portofolio XPS baru selalu menjadi lini yang paling ditunggu kehadirannya. Semua orang selalu ingin tahu apa saja inovasi terbaru yang kami hadirkan bagi pelanggan kami,” kata Tjipto Suparto, Consumer Country Director, Dell Technologies, Indonesia. “Setiap detil dari laptop XPS 15 dan 17 ini dipertimbangkan dengan seksama, dan hasilnya laptop yang mulus, fungsional, dan sangat stylish.”

Dell XPS 17 [3]

Dell XPS 17 9700 diklaim sebagai laptop dengan layar berdimensi 17 inci terkecil di dunia. Pihak Dell mengatakan bahwa XPS 17 lahir karena keinginan konsumen untuk memiliki laptop dengan dimensi besar dan kinerja yang lebih tinggi, namun tetap memiliki dimensi yang tipis serta portabel. Layarnya memiliki bingkai bernama Infinity Edge yang tipis sehingga dimensinya 34% lebih kecil dibandingkan laptop sejenis.

Dell XPS 17 9700 menggunakan prosesor Intel Core i7 10750H dan GPU NVIDIA GeForce RTX 1650 Ti. Laptop setebal 19,5mm ini bisa memiliki daya hingga 130W, sehingga daya tahan baterainya lebih dari 7 jam pada resolusi UHD+. Baterainya sendiri berkapasitas 97WHr. Dell juga mengembangkan pendinginan tersendiri sehingga panas yang ada didalam case bisa cepat dikeluarkan melalui kisi-kisinya.

Dell XPS 15 9500 baru ini memiliki layar yang lebih lebar dari generasi sebelumnya. Menggunakan layar Infinity Edge, XPS 15 menggunakan rasio 16:10 dan memiliki layar 5% lebih besar dari sebelumnya. XPS 15 juga menggunakan prosesor Intel Core i7 10750H dengan GPU NVIDIA GeForce GTX 1650 Ti.

Dell XPS 15 [2]

Baterai yang ditanamkan pada XPS 15 memiliki kapasitas 86 WHr. Dengan baterai sebesar itu, XPS 15 mampu memainkan video dengan resolusi 4K sampai dengan 10 jam. Pendingin yang digunakan memiliki dua buah kipas dan heat pipe yang diklaim 8% lebih tipis. Ventilasi pembuangan udara panasnya juga dibuat cukup unik, yaitu dibalik engsel dan di bawah laptopnya.

Dell XPS 15 9500 dijual dengan harga mulai dari Rp. 42.999.000 tergantung dengan spesifikasi yang dipilih. Untuk Dell XPS 17 9700 dijual dengan harga mulai dari Rp. 47.999.000. Semuanya sudah menggunakan Windows 10 serta mendapatkan MS Office Home Student 2019.

Upgradable kah?

Saat ini, kendala dari sebuah laptop yang tipis adalah sulitnya melakukan upgrade. Padahal, memperbesar RAM serta penyimpanan seperti SSD selalu dibutuhkan dari waktu ke waktu. Lalu apakah kedua laptop terbaru dari Dell ini bisa ditambahkan RAM dan penyimpanannya?

Dell XPS - Pembicara

Bapak William Hartoyo selaku Product Marketing Manager Dell Indonesia mengatakan bahwa kedua laptop ini bisa di-upgrade. Terdapat dua buah slot RAM didalamnya yang bisa dipasang RAM dengan kapasitas hingga 64 GB. SSD yang ada juga bisa ditambahkan kapasitasnya dengan mudah pada laptop yang satu ini.

Dengan kemudahan upgrade seperti ini, membuat Dell XPS terlihat lebih menarik dari pesaingnya yang belum tentu bisa ditingkatkan lagi kapasitasnya.

Dell Membarui Laptop Ultra Thin XPS 13 dan XPS 13 2-in-1 dengan Prosesor Intel Tiger Lake

Dell telah mengumumkan versi terbaru dari laptop ultra thin premiumnya yaitu XPS 13 dan XPS 13 2-in-1. Kedua laptop ini sudah ditenagai oleh prosesor Intel Core Tiger Lake generasi ke-11 dengan integrated graphics Intel Iris Xe.

Selain mengandalkan prosesor generasi terbaru yaitu yaitu mulai dari Intel Core i3-1115G4 hingga yang tertinggi i7-1185G7, XPS 13 dan XPS 13 2-in-1 juga menggunakan modul RAM terbaru LPDDR4X 4.267MHz dengan opsi kapasitas 8GB, 16GB, dan hingga 32GB. Sementara, penyimpanannya berbasis SSD dengan kapasitas 256GB, 512GB, dan 1TB PCIe.

Tentu saja, mereka juga dibekali dengan konektivitas kabel dan nirkabel terbaik yaitu Thunderbolt 4 dan Intel WiFi 6 (Gig+). Port USB Type-C tersebut juga mendukung teknologi Power Delivery dan DisplayPort.

Keduanya mengemas layar InfinityEdge berukuran 13,4 inci dengan resolusi 4K UHD+ atau Full HD+ dalam aspek rasio 16:10 yang memberikan sedikit ruang ekstra untuk kemudahan proses multitasking. Dell XPS 13 series juga mendapatkan keyboard dengan desain edge-to-edge yang hampir luber sampai ke sisi samping dengan keycaps dan ukuran touchpad lebih besar.

Dell juga mengumumkan XPS 13 Developer Edition, yang membedakannya dalah sistem operasi yang digunakan berbasis Linux. Laptop ini menjadi yang pertama yang menjalankan Ubuntu 20.04 LTS dan Dell juga menyediakan unduhan Ubuntu 20.04 LTS gratis untuk pengguna XPS 13 edisi standar.

Untuk harganya, Dell XPS 13 dibanderol mulai dari US$999 atau sekitar Rp14,9 jutaan. Sementara, Dell XPS 13 2-in-1 dijual mulai dari US$1.249 atau Rp18,6 jutaan, tersedia dalam warna platinum silver dan frost/arctic white.

Sumber: TheVerge

[Review] Dell OptiPlex 7070 Ultra: PC Desktop All-in-One Modular yang Ringkas dan Kencang

Dalam memilih sebuah PC, tentu saja harus memikirkan banyak hal. Mulai dari spesifikasi, desain, hingga penempatan ruangnya harus sesuai. Jika ingin memiliki sebuah PC yang ramping, pilhan bisa dijatuhkan pada penggunaan laptop atau All-in-One PC (AIO). Dan saat ini, pilihan AIO pun juga sudah banyak menjadi pilihan untuk bekerja di kantor mau pun di rumah.

Bagi yang menginginkan sebuah PC yang ringkas, Dell saat ini memiliki solusi baru. Tidak semua AIO memiliki dimensi yang kompak dan akan membuat yang memakainya menjadi nyaman. Misalnya saja, minimnya tempat untuk menaruh keyboard dan mouse lalu hanya bisa untuk menaruh monitornya tanpa desktop.

Dell OptiPlex 7070 - Vertikal

Dell telah memperkenalkan OptiPlex 7070 Ultra yang memiliki desain yang mungkin saat ini paling ringkas. Jika dilihat secara keseluruhan, AIO ini hanya terlihat sebuah layar monitor PC desktop pada umumnya. Lalu di mana letak dari PC tersebut? Dell menaruh PC tersebut pada tiang penyangga monitornya.

Yang unik adalah OptiPlex 7070 Ultra bisa dibongkar pasang, sehingga jika nantinya Dell mengeluarkan varian baru, pengguna bisa tinggal mengganti unit sistemnya saja. Sebaliknya jika nantinya ada monitor yang lebih tinggi resolusinya, pengguna tinggal menggantinya dengan yang lebih baru. Selama ini, kebanyakan AIO tidak memiliki jenjang upgrade kecuali untuk penyimpanan dan RAM.

Dell OptiPlex 7070 Ultra yang datang ke meja pengujian tim DailySocial sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut

Prosesor Intel Core i5 8365U 4C8T 1,6 GHz Turbo 4,1 GHz
GPU Intel UHD 620
RAM 8 GB DDR4 2666 MHz Single Channel
Storage Toshiba BG4 256 GB PCIe x4 NVMe
Monitor Dell P2419HC 1920 x 1080 60 Hz
OS Windows 10
Bobot 3,3 kg (monitor) + 0,525 kg (unit desktop)
Dimensi 256,2 x 96,1 x 27,7 mm
Port 1x RJ-45 port 10/100/1000 Mbps
2x USB 3.1 Gen 2 Type-C
2x USB 3.1 Gen 2
1x USB 3.1 Gen 1
1x Audio Jack

Hasil dari CPU-Z nya adalah sebagai berikut

PC yang satu ini memang khusus dijual sebagai workstation yang ringkas. Hal ini bisa membuat para pekerja kantoran bisa mendapatkan ruang kerja yang lebih luas, sehingga tidak terlihat berantakan. PC yang satu ini mungkin tidak akan ditemukan pada toko-toko komputer retail dan harus melalui jalur bisnis.

Unboxing

Selain unit AIO OptiPlex itu sendiri, ada beberapa perlengkapan berupa kabel dan keyboard. Pada paket yang dikirimkan ke saya, tidak ada mouse-nya.

Desain

Seperti yang sudah saya katakan di atas, Dell OptiPlex 7070 Ultra hanya terlihat sebagai sebuah monitor PC biasa saja dengan sebuah keyboard. Namun, yang membedakan dari AIO lainnya adalah Dell OptiPlex 7070 Ultra adalah unit sistemnya yang modular dan dipasang pada tiang penyangga monitornya.

Dell OptiPlex 7070 - DEsktop Ports 1

Unit sistemnya atau PC-nya sendiri berbentuk kotak persegi panjang. Unit ini sendiri dibalut dengan casing yang terbuat dari plastik polikarbonat. Nantinya, unit ini yang dipasang pada tiang penyangga monitornya yang sudah didesain sedemikian rupa agar tidak berantakan. Untuk kabelnya, Dell juga sudah memikirkan agar tidak terlalu terlihat berantakan. Antara PC dengan monitor hanya terhubung dengan satu kabel Display Port dengan interface USB-C saja.

Monitornya sendiri adalah Dell P2419HC dengan dimensi 23,8 inci. Resolusinya sendiri ada di 1920 x 1080p dengan refresh rate 60 Hz. P2419HC memiliki kelebihan di mana bingkai atas, kanan, dan kirinya sangat tipis, serta nyaman untuk digunakan. Layarnya sendiri menggunakan jenis IPS.

Dell OptiPlex 7070 - Monitor Ports

Pada unit PC-nya terdapat dua buah port USB 3, port USB-C. RJ-45, dan power pada bagian bawahnya. Pada sisi kanan ditemukan sebuah port USB 3, USB-C, serta audio 3,5 mm. PAda bagian atasnya ditemukan tombol power serta ventilasi untuk mengeluarkan panas.

Pada unit monitornya, terdapat beberapa port di bagian belakangnya yang terdiri dari port HDMI, dua buah Display Port, USB-C Display Port, serta dua buah USB. Pada sisi sebelah kiri juga bisa ditemukan dua buah port USB 3. Untuk tombol pengaturan monitor, dapat ditemukan pada bagian bawahnya.

Dell OptiPlex 7070 - Monitor Buttons

Untuk unit yang datang ke DailySocial, tidak disertakan mouse. Namun jika dilihat pada web resminya, paketnya menyertakan sebuah mouse. Untuk keyboard yang disertakan, tombolnya menggunakan model chicletFeedback yang diberikan saat ditekan juga cukup nyaman, sehingga tidak ada masalah saat dipakai untuk mengetik.

Pengujian

Komputer yang satu ini menggunakan prosesor Intel Core i5 8365U. Prosesor ini sendiri ditujukan untuk perangkat rendah daya karena menggunakan Thermal Design Power 15 watt. Core i5 8365U memiliki 4 inti dengan 8 thread dengan kecepatan 1,6 GHz dan memiliki kecepatan Turbo hingga 4,1 GHz. Prosesor ini sendiri masih menggunakan proses pabrikasi 14nm. Tentu saja, Whiskey Lake sudah lebih dari cukup dalam menjalankan software yang digunakan untuk bekerja.

Dell OptiPlex 7070 - DEsktop

 

Grafis yang digunakan adalah Intel UHD 620 yang merupakan sebuah integrated Graphics Processor yang menjadi satu dengan prosesornya. Dengan grafis ini, tentu saja aplikasi yang dibutuhkan untuk pekerjaan kantor sehari-hari akan berjalan dengan lancar. Apalagi, saat ini beberapa software sudah mendukung akselerasi yang menggunakan prosesor grafis seperti Photoshop.

Hal lain yang patut diacungi jempol adalah penggunaan SSD NVMe PCIe x4 pada Dell OptiPlex 7070 Ultra ini. Dengan menggunakan SSD yang kencang ini, tentu saja sangat mendongkrak kinerja dari Dell OptiPlex 7070 Ultra. Penggunaan SSD NVMe juga membuat dimensi PC bisa lebih kecil. Saya pun tidak mengalami penurunan performa saat menggunakan dalam jangka waktu yang lama.

Berikut adalah hasil benchmark dari Dell OptiPlex 7070 Ultra

Karena PC ini khusus dipakai untuk para pengguna kantoran, tentu saja tidak dipersiapkan untuk bermain game. Dan dengan nilai benchmark di atas, tentu saja Dell OptiPlex 7070 Ultra bisa digunakan untuk segala pekerjaan kantoran yang bahkan berat, seperti menggunakan aplikasi spreadsheet dengan baris yang berjumlah ribuan atau mungkin bahkan ratusan ribu. Hal tersebut berkat SSD NVMe yang kencang serta prosesor mumpuni yang digunakan.

Verdict

Memilih sebuah komputer untuk bekerja memang memerlukan pemilihan yang tepat. Tidak semua kantor mau menggunakan sebuah PC desktop yang memiliki dimensi besar. Akan tetapi, memilih sebuah laptop atau AIO akan menemukan kesulitan dalam melakukan upgrade. Oleh karena itu, Dell datang dengan membawa solusi tersebut melalui kemampuan modular dari OptiPlex 7070 Ultra.

Kinerja yang ditawarkan oleh AIO yang satu ini memang sangat baik. Dengan menggunakan Core i5 serta SSD, membuat AIO ini mampu digunakan untuk pekerjaan Office yang berat sekali pun. Dengan kemampuan ini, melakukan rendering video juga bisa dilakukan dengan cukup baik.

Dell menjual komputer yang satu ini mulai dari harga Rp. 9.900.000 tergantung dari spesifikasi yang diberikan. Jadi untuk harga tepatnya, tentu saja harus melalui sebuah perjanjian antara perusahaan dengan Dell. Namun yang pasti, dengan desain serta kinerja yang diberikan dan kemampuan modularnya, sepertinya harga tersebut tidak terlalu mahal untuk sebuah komputer kantoran.

Sparks

  • Kinerja oke dengan Intel Whiskey Lake
  • Layar yang cerah dan bisa diputar
  • SSD NVMe yang membuat loading kencang
  • Kaki penopang monitor yang ringkas
  • Desain yang rapi

Slacks

  • RAM masih dalam mode Single Channel sehingga kinerja tidak optimal
  • Colokan listrik bukan standar Indonesia

Menyiasati Transformasi Digital yang Tepat di Tengah Pandemi

Lebih dari tiga bulan lamanya, semua bisnis terhantam oleh pandemi Covid-19. Berbeda dengan krisis sebelumnya, kini ada teknologi digital yang dapat dimanfaatkan agar bisnis tetap bertahan. Karena pertimbangan ini, akhirnya korporasi besar mantap untuk terjun ke digital setelah sebelumnya baru sampai evaluasi.

Pun demikian untuk startup rintisan, go digital menjadi suatu dorongan yang harus dilakukan segera. Pasalnya, dibantu oleh ekosistem digital yang mulai terbentuk, transformasi digital akan jauh lebih cepat prosesnya. Kelebihan lainnya adalah bisnis jadi lebih efisien dan operasional bisnisnya jauh efektif.

Dalam membahas topik di atas, #SelasaStartup kali ini mengundang para pembicara yang pakar dibidangnya masing-masing untuk memberikan kiat-kiatnya untuk transformasi digital bagi startup yang baru dirintis. Ada Founder & CEO HijUp Diajeng Lestari, Country Marketing Lead of Dell Indonesia Aji Jayaloka, dan Digital Content Creator Ario Pratomo. Berikut rangkumannya:

Lebih cerdik mengemas produk

Diajeng menuturkan, pandemi ini membuat para pemilik bisnis harus kembali melihat jumlah karyawan. Menurutnya ukuran kesuksesan buat perusahaan, bukan dari jumlah karyawan. Apalagi saat pandemi ini, pemilik bisnis harus lebih hati-hati karena semua industri punya tantangan masing-masing, terutama yang bergerak di kebutuhan sekunder dan tersier.

Lalu agar produk yang dijual menonjol, cara membungkusnya dengan membentuk karakter dan keunikan untuk memperlihatkan kualitas. Apalagi buat produk yang semakin umum, value-nya akan semakin kecil, konsep ini bisa dilakukan. Bila bersaing harga, saingannya akan terlalu banyak karena lawannya adalah penjual di marketplace C2C.

“Kuncinya ada di produk itu sendiri harus diceritakan seperti apa value-nya. Kalau kita investasi ke kualitas, bisa story telling bagaimana menyajikan produk dengan baik, kita bisa tetap bersaing sekalipun jualan produk yang sangat common,” kata Diajeng.

Karena harus meminimalkan budget pengeluaran, maka startup bisa memanfaatkan platform yang sudah ada. Bisa mulai dari berjualan di platform marketplace yang sudah terkenal, daripada harus bangun situs sendiri dari awal yang lebih makan waktu dan biaya.

Setelah itu, pebisnis mulai fokus menjalankan strateginya untuk menarik pembeli bukan penetrasi strategi dengan pasang iklan di mana-mana. “Bagaimana produk kita bisa atraktif ya caranya dengan story telling.”

Menyesuaikan cerita dengan target pengguna

Menyambung dari pernyataan Diajeng, Ario menambahkan cara ia dalam membuat konten ke dalam berbagai platform online, sejatinya juga dapat diaplikasikan untuk berjualan produk. Biasanya cara yang ia lakukan adalah membuat topik besar yang ia tuangkan ke dalam platform YouTube atau audiens podcast.

Kemudian ia meneruskan konten tersebut ke platform lainnya seperti Instagram, TikTok, Twitter yang dikemas ulang agar sesuai dengan audiensnya. “Konten harus informatif, tapi jangan lupa untuk entertaining dengan caranya sendiri. Strategi hardsale itu sekarang sudah tidak begitu kerja, sudah bukan zamannya lagi,” terang Ario.

Diajeng menambahkan dalam implementasi story telling di Hijup, ia terapkan saat pertama kali merintis usahanya tersebut. Pada saat itu, produk pertama Hijup adalah jilbab, maka dari situlah ia bercerita dengan menyesuaikan target konsumennya.

“Saya sempat buat buku untuk menceritakan soal jilbab itu sendiri. Kontennya diambil dari berbagai pertanyaan orang-orang yang saya dapatkan. Strategi ini sesuai karena target konsumen kita adalah 24-35 tahun, usia kerja, sudah berkeluarga, dan ada yang sudah punya anak. Pengembangan konten berikutnya tinggal disesuaikan dari situ.”

Menyiapkan perlengkapan yang mumpuni

Aji melanjutkan, sebelum terjadi pandemi transformasi digital di mata korporasi adalah bagian dari investasi. Akan tetapi, sekarang sudah menjadi bagian dari bisnis. Untuk mulai go digital, maka pebisnis harus cek kebutuhannya, lihat kompetensi diri sendiri agar tahu cara mengembangkan produk.

“Itu sudah masuk ke dalam komponen proses transformasi digital. Tujuannya agar kita jadi lebih kreatif, bisa dengan kolaborasi dengan konten kreator,” tutur Aji.

Dalam mencari celah model bisnis digital yang tepat guna, menurutnya dapat dimulai dari pengadaan hardware untuk penunjang kerja. Minimal harus tahu spesifikasi laptop yang tahan banting dan mumpuni dipakai sehari-hari, pun untuk quality control dan after sales-nya seperti apa.

Dari sekian banyak teknologi yang dapat dimanfaatkan, bila sesuai dengan kebutuhan pasti akan membawa manfaat. Misalnya suatu startup yang ingin tumbuh, agar dapat mencolok dibandingkan kompetitornya, bisa menggunakan AI atau machine learning yang mampu memberikan insight mendalam untuk strategi bisnis ke depannya.

“Tapi sekali lagi harus jeli karena sekarang cash is the king. Harus tahu aspek digital transformation mana yang kita tuju,” tutupnya.

*Disclosure: #SelasaStartup edisi ini didukung oleh Dell dan McAfee

Dell Umumkan Laptop Gaming G7 dengan Prosesor Intel Core i9 Generasi ke-10

Dell telah mengumumkan laptop gaming terbaru mereka, yaitu G7 series. Mesin gaming ini tersedia dalam dua ukuran layar, versi 15 inci yang masih cukup portable dan mudah dibawa bepergian. Juga disediakan layar yang lebih besar, 17 inci yang lebih memuaskan tapi lebih diperuntukkan sebagai desktop replacment.

Bila dibandingkan dengan pendahulunya, desain Dell G7 yang baru ini telah diperbarui dan dimensinya lebih ramping. Bezel samping layarnya menyusut dari 9,9mm menjadi 6,5mm pada G7 15 inci dan menjadi 8,16 inci pada G7 17 inci.

Dell-G7-1

Alhasil, tampilannya terlihat lebih futuristik dan terkesan lebih premium. Dipercantik LED di sasisnya dan RGB empat zona di keyboard. Selain itu, ada tombol Game Shift yang menjadi ciri khas laptop gaming G series dan punya mode dynamic performance yang akan memaksimalkan kinerja sistem pendingin saat bermain game berat dalam durasi lama.

Tentu saja, aspek performa mengalami peningkatan yang paling signifikan. Laptop gaming ini ditenagai seri Intel Generasi ke-10 hingga prosesor Intel Core i9. Berpadu dengan grafis NVIDIA GeForce hingga RTX 2070 Max-Q pada Dell G7 15 dan 2070 Super pada Dell G7 17.

Kemudian didukung pula RAM sebesar 32GB, penyimpanan SSD PCIe 1TB, dan opsi panel OLED beresolusi 4K. Lalu, berapa harga laptop gaming terbaru Dell ini? Baik Dell G7 versi 15 inci dan 17 inci dibanderol mulai US$1.429 atau sekitar Rp20 jutaan.

Sumber: The Verge

Usung Desain Baru, Dell XPS 15 dan XPS 17 Lebih Ringkas Dibanding Laptop Sekelasnya

Kalau boleh memilih antara aspect ratio 16:9 atau 16:10, mana yang bakal Anda pilih untuk sebuah layar laptop? 16:9 jelas lebih ideal untuk menonton video, akan tetapi 16:10 bisa menampilkan lebih banyak konten secara vertikal dan secara umum lebih cocok untuk kegiatan penunjang produktivitas.

Kalau Anda tanya Dell, maka jawaban mereka adalah 16:10, dan ini bisa kita lihat dari dua laptop flagship terbarunya, XPS 15 dan XPS 17. Keduanya sama-sama mengusung layar dengan pilihan resolusi 1920 x 1200 (full-HD) atau 3840 x 2400 (4K), satu berukuran 15,6 inci, satu 17 inci.

Perubahan aspect ratio ini dimungkinkan berkat tebal bezel yang kian menciut. Kedua perangkat ini mencatatkan rasio layar-ke-bodi sebesar 92.9%. Meski begitu, Dell masih bisa menyematkan webcam di posisi yang ideal (di atas layar).

Dell XPS 15

Secara fisik, bodi XPS 15 lebih tipis daripada generasi sebelumnya di angka 18 mm. XPS 17 di sisi lain memiliki tebal bodi 19,5 mm, dan Dell tidak segan menyebutnya sebagai laptop 17 inci paling kecil di dunia; bahkan lebih kecil dari hampir separuh laptop 15 inci yang ada di pasaran saat ini.

Ukuran yang semakin menyusut ini tidak akan mungkin terwujud tanpa ada kompromi: kedua laptop ini harus mengorbankan port model lawas macam USB-A dan HDMI. Sebagai gantinya, XPS 15 mengemas tiga port USB-C (dua di antaranya merupakan port Thunderbolt 3), sedangkan XPS 17 dengan empat port Thunderbolt 3 sekaligus. Keduanya sama-sama dilengkapi slot SD card dan headphone jack.

Dell XPS 17

Soal spesifikasi, varian termurah XPS 15 dan XPS 17 sama-sama meliputi prosesor Intel Core i5-10300H, RAM 8 GB dan SSD 256 GB. Buat yang memiliki modal berlebih, Dell turut menawarkan varian termahal dengan prosesor Core i9-10885H, RAM 64 GB dan SSD 2 TB. Pada XPS 15, opsi termahalnya turut mencakup GPU Nvidia GeForce GTX 1650 Ti, sedangkan pada XPS 17, ada RTX 2060 yang lebih superior.

Dell tidak merincikan kapasitas baterainya. Namun untuk XPS 15, Dell mengklaim daya tahan baterainya adalah yang paling awet dibanding laptop 15 inci lain, sanggup beroperasi hingga 25 jam pemakaian pada varian yang berlayar full-HD.

Di Amerika Serikat, generasi terbaru Dell XPS 15 ini sekarang sudah dipasarkan dengan harga mulai $1.300, sedangkan XPS 17 baru akan menyusul di musim panas dengan banderol mulai $1.500.


Sumber: Ars Technica dan The Verge.

 

[Review] Membandingkan Kinerja 3 Laptop Gaming Dell: G3, G5, dan G7

Memilih sebuah laptop untuk bermain game memang sepertinya mudah. Hal tersebut dikarenakan laptop gaming memiliki spesifikasi yang tinggi yang mampu menjalankan berbagai macam game. Sebuah vendor, seperti Dell, pun mengeluarkan berbagai macam model untuk menarik minat konsumennya. Tiga di antaranya adalah Dell G3, G5, dan G7.

Dell G3

Ketiga laptop gaming ini datang ke meja pengujian Dailysocial sekitar 2-3 minggu sebelum pemberlakuan PSBB. Sayang memang, hal tersebut membuat saya cukup kesulitan karena beberapa bahan benchmark ada di server kantor. Selain itu, ada beberapa hal yang membuat artikel ini bisa tayang dengan waktu yang cukup lama. Oke… cukup curhatnya…

Dell G7

Ketiga laptop yang datang menggunakan satu prosesor yang sama, yaitu Intel Core i7 9750H. Dimensi layar yang digunakan juga sama-sama 15 inci. Hal ini tentu saja sudah membuat nyaman orang yang ingin bermain game pada sebuah laptop. Yang membedakan adalah spesifikasi lainnya yang dipasang pada ketiga laptop ini seperti graphics card, RAM, dan lain sebagainya.

Spesifikasi lengkap dari ketiga laptop gaming tersebut adalah sebagai berikut:

G3 G5 G7
Prosesor Intel Core i7 9750H 6C 12T 2,6 GHz Turbo 4,6 GHz
GPU NVIDIA GeForce GTX 1660 Ti NVIDIA GeForce GTX 1650 NVIDIA GeForce RTX 2060
RAM 8 GB DDR4 2666 MHz Dual 8 GB DDR4 2666 MHz Dual 16 GB DDR4 2666 MHz Dual
Layar 15,6″ 1080p 15,6″ 1080P 15,6″ 1080P 144Hz
Storage 512 GB SSD 256 GB SSD + 1 TB HDD 256 GB SSD + 1 TB HDD
Port 1x HDMI 2.0
1x SuperSpeed USB 3.1
2x USB 2.0
1x USB-C DisplayPort
1x RJ45
1x Standard SD Card slot
1x Wedge Lock slot
1x Headphone/Mic
1x Power-in
1x HDMI 2.0
3x SuperSpeed USB 3.1 Gen 1
1x 2-in-1 SD Card slot
1x Wedge lock slot
1x Headphone/Mic
1x USB-C™ DisplayPort
1x RJ45
1x Mini DisplayPort
1x RJ-45 Gigabit Ethernet Port
1x HDMI 2.0
3x SuperSpeed USB 3.1 Gen 1
1x 2-in-1 SD Card slot,
1x USB-C DisplayPort
1x RJ45
1x USB-C DisplayPort / Thunderbolt2
1x Mini DisplayPort3
1x RJ-45 Gigabit Ethernet Port
1x Headphone Jack
Dimensi 365.5 x 254 x 21.6 mm 364.3 x 273.4 x 23.7 mm 364.3 x 273.4 x 19.9 mm
Bobot 2.34 kg 2.68 kg 2.498 kg

Dell G5

Berikut adalah hasil CPUZ dari Dell G3

Hasil CPUZ untuk Dell G5 adalah sebagai berikut

Dan terakhir, inilah hasil CPUZ dan GPUZ dari Dell G7:

Ketiga laptop ini memang sudah teruji mampu menjalankan game-game kelas atas yang beredar saat ini. Oleh karena ketiganya datang langsung ke meja pengujian tim DailySocial, saya pun ingin mengetahui seberapa kencang ketiganya. Oleh karena itu, saya membandingkan kinerja ketiganya.

Dell G7 Back

Sebagai informasi, Dell G3 merupakan laptop yang paling murah di antara ketiganya. Dell G3 3590 yang datang memiliki harga Rp. 16.999.000. Sedangkan Dell G5 5590 memiliki harga Rp. 18.999.000. Terakhir, Dell G7 7590 dijual dengan harga Rp. 29.699.000.

Ketiganya memang memiliki bobot yang berat, lebih dari 2 KG. Oleh karena itu, ketiga laptop ini memang tidak cocok untuk dibawa kemana-mana, kecuali ada suatu acara tertentu. Ketiganya juga lebih cocok untuk dijadikan sebagai komputer pengganti desktop.

Bising memang sudah menjadi bagian dari sebuah laptop gaming. Hal tersebut pun juga terjadi pada laptop Dell G3, G5, dan terutama G7. Memang lumrah, karena memang kinerja tinggi akan menghasilkan panas yang berlebih sehingga kipas akan berputar lebih kencang saat suhunya meningkat.

Kinerja

Tiba saatnya saya menyajikan data benchmarking dari ketiga laptop gaming yang saya uji. Dengan menggunakan prosesor Intel generasi ke 9, kinerjanya bisa dipastikan ada pada tingkat yang tinggi pada saat ini. Penggunaan enam inti dan dua belas thread pada Core i7 9750H memang akan membuat lancar setiap software yang dijalankan pada laptop-laptop ini.

Untuk pertama kali, mari kita uji bagaimana kinerja prosesor yang terpasang. Walaupun menggunakan prosesor yang sama, belum tentu kinerjanya akan sama antara satu dengan yang lainnya. Kinerjanya memang bakal terpaut sedikit, namun pendingin yang terpasang juga akan mempengaruhi kinerjanya.

Setelah melakukan pengujian selama tiga kali, entah mengapa kinerja prosesor yang dipasang pada Dell G5 memiliki kinerja paling rendah dalam perbandingan kali ini. Masih tergolong kencang, namun tidak sekencang G3 dan G7. Masih belum diketahui apakah memang unit yang saya dapatkan memiliki masalah pada sisi pendinginnya atau tidak.

Selanjutnya, mari kita lihat benchmark yang lebih condong pada pemakaian GPU

Jelas, G5 memang memiliki kinerja yang paling rendah di antara ketiganya karena menggunakan NVIDIA GeForce GTX 1650. Sedangkan G7 mengungguli ketiganya dengan RTX 2060. Namun, kinerja ketiganya memang sudah tergolong tinggi untuk sebuah laptop gaming.

Terakhir, saya mencoba bermain beberapa game yang menjadi basis pengujian laptop game. Bagi game yang tidak memiliki mesin pengukur frame rate, saya menggunakan MSI Afterburner untuk mengukurnya, terutama saat dijalankan pada mode Direct X 12. Berikut adalah hasilnya

Semua game dijalankan pada seting tertinggi dengan resolusi 1920×1080. Hasilnya, ketiga laptop bisa dengan nyaman memainkan game dengan resolusi tersebut. Namun, dapat dilihat lagi-lagi Dell G5 tidak mampu bersaing dengan dua saudaranya karena menggunakan NVIDIA GTX 1650 serta kinerja prosesor yang tidak sekencang G3 dan G7.

Baterai

Menguji baterai pada ketiga laptop ini masih menggunakan metode yang sama dengan pengujian laptop lainnya: menonton video. Saya menggunakan sebuah video MP4 yang di loop dari baterai 100% hingga laptop mati sendiri. Dan sedikit anomali terjadi di sini.

Saya menggunakan firmware paling akhir yang ada untuk ketiga laptop. Dan baterai pun secara default ada pada profile bernama Dell. Sepertinya profile yang satu ini tidak dapat diutak atik, sehingga walaupun saya set agar laptop tidak auto shutdown saat didiamkan beberapa saat, hal tersebut tidak berlaku. Laptop mati!

Workaround-nya adalah dengan memilih profile Balanced dan memilih never pada pilihan auto shutdown. Pengujian dilakukan selama tiga kali dari baterai penuh hingga mati.

Dell G3 mendapatkan daya tahan baterai hingga 2:02:16 jam. Sedangkan Dell G5 mendapatkan daya tahan baterai paling panjang, yaitu 2:33:31 jam. Dell G7 merupakan yang paling boros baterai, hanya mendapatkan 1:37:53 saja.

Verdict

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ketiga laptop Dell yang dipasarkan untuk para gamers ini memiliki kinerja yang tinggi. Menggunakannya untuk bermain game, melakukan rendering, serta bekerja memang membuat penggunanya menjadi nyaman karena tidak akan menemukan lag.

 

Dari hasil yang ada, secara pribadi, saya menemukan bahwa laptop gaming terbaik pada perbandingan kali ini adalah Dell G3. Laptop ini memang hanya menggunakan SSD 512 GB yang kecil, namun kinerja berbanding harganya memang paling baik di antara ketiganya.

Dell G7 merupakan yang terkencang dengan NVIDIA GeForce RTX 2060-nya. Namun, kinerja tersebut memang harus dibayar dengan harga yang cukup menjulang tinggi. Walaupun begitu, spesifikasi yang diberikan juga lebih baik dibandingkan G3 dan G5. Jadi, jika Anda membutuhkan kinerja yang ekstra tinggi, Dell G7 adalah pilihannya.

Dell G5 merupakan yang memiliki kinerja tinggi, namun masih di bawah kedua saudaranya yang ikut dalam perbandingan kali ini. Akan tetapi, laptop yang satu ini memiliki port dan storage yang lebih besar dibandingkan G3, membuatnya memiliki harga yang pantas. Jadi jika Anda membutuhkan penyimpanan yang lebih besar serta ports yang lebih lengkap, Dell G5 adalah pilihannya.