Kresna Graha Umumkan Rencana Investasi ke Induk MatchMove Pay

Kresna Graha Investama mengumumkan rencana investasi untuk induk MatchMove Pay Pte Ltd (MMP) yang berbasis di Singapura dengan mengambil saham sebesar 15,5%. Aksi tersebut akan dituntaskan paling lambat dalam kuartal kedua tahun ini, seperti dikutip dari e27.

“Kami melihat bahwa kemutakhiran teknologi yang dimiliki oleh MMP akan mendukung proses transformasi digital yang sedang dilakukan oleh perseroan. Melalui sinergi ini, KREN dan MMP akan memiliki exposure terhadap pasar dalam dan luar negeri yang lebih besar,” ucap Direktur Utama Kresna Graha Michael Steven dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Sebelumnya, Kresna Graha juga menjadi salah satu pemegang saham untuk MatchMove Indonesia (MMI), bersama dengan M Cash, anak usaha Kresna Graha lainnya, dengan kepemilikan masing-masing sebesar 14,81% dari induk MatchMove Pay. Aksi ini diumumkan pada November 2017 lewat seremonial yang dihadiri ketiga belah pihak.

MMP berjalan dalam sistem operasi Award-Winning Banking OS, memungkinkan beragam fitur dari aplikasi mobile dan website untuk diintegrasikan dengan fungsi perbankan sebagai layanan “Spend. Send. Lend”, sehingga membuka akses bagi end-user untuk mendapatkan layanan finansial yang instan.

Untuk kebutuhan pembayaran, pengiriman, dan pinjaman uang umumnya pengembangan layanan butuh waktu hingga tiga tahun dengan biaya yang cukup besar. Akan tetapi dengan MMP diklaim jadi lebih singkat hanya sekitar 2-4 minggu.

Indonesia sebagai pusat R&D

CEO MMP Shailesh Naik menambahkan MMP akan membawa kapabilitas yang sama ke Indonesia dan berencana meluncurkan platform pembayaran dengan beberapa bank dan perusahaan terkemuka di sektor e-commerce, transportasi, telekomunikasi, hingga digital lifestyle.

Pihaknya juga berencana menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan produk dan layanan (R&D) sebagai upaya merangkul pasar Asia Tenggara secara lebih luas. Perusahaan bakal mentransfer talenta Singapura untuk diboyong ke Indonesia, terutama untuk di bidang data analytics dan artificial intelligence, demi memastikan advanced intellectual property (IP) dapat dikembangkan ke Indonesia.

Perkembangan bisnis MMI saat ini telah melakukan kemitraan strategis dengan BRI, M Cash, DAM, e-mas, Collega, Ayopop, dan Harga Hot. Dengan BRI, perusahaan akan menjadi penyedia teknologi untuk dompet elektronik perseroan dan melakukan co-branding untuk berbagai fitur seperti p2p transfer, top up dari banyak channel, pilihan pembayaran terbuka atau tertutup, reward, dan promosi.

Rencananya MMI juga akan mengikuti jejak M Cash untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun depan.

Layanan E-Wallet DANA Resmi Hadir, Unggulkan Sistem “Open Platform”

Layanan dompet digital DANA, perusahaan patungan Emtek Group dan Ant Financial, resmi hadir untuk publik dalam versi beta. Di awal kehadirannya ini, DANA mengusung sistem open platform, sehingga pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi secara terpisah.

Layanan ini telah ditanamkan di aplikasi mitra dan bisa langsung digunakan oleh pengguna. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pihak DANA meluncurkan aplikasinya sendiri meski belum diungkapkan realisasinya.

“Dibandingkan pemain sejenis, yang kebanyakan adalah closed loop sehingga tidak bisa keluar dari ekosistem. Ketika pengguna sudah terdaftar di DANA maka seluruh data mereka akan tersimpan dengan aman dan bisa di-carry over ke aplikasi lainnya,” ucap CEO DANA Vincent Iswara, Rabu (21/3).

Selain menganut open platform, dia menjelaskan DANA juga menggunakan machine learning yang dapat menganalisis pola konsumsi pengguna berdasarkan rekam jejak transaksinya. Teknologi ini dimanfaatkan sebagai langkah otentikasi otomatis, sehingga pengguna tidak perlu menempuh proses OTP secara manual dengan memasukkan nomor verifikasi yang dikirimkan lewat SMS atau email.

Pihaknya meyakini metode seperti itu membuat success rate naik hingga 90% dengan loss rate bisa berkurang sampai 1%. Metode OTP manual diklaim success rate-nya hanya mencapai 50%-70% dengan drop off rate 30%-50%.

Dia mencontohkan, ketika pengguna sudah terbaca kebiasaan membeli pulsa seminggu sekali. Maka DANA tidak akan meminta konfirmasi ulang dengan memasukkan kode OTP. Namun, apabila pengguna yang sama tiba-tiba membeli pulsa hingga tiga kali dalam seminggu, maka sistem akan meminta memasukkan kode OTP.

“Lewat analisis ini, kami ingin jadikan DANA sebagai dompet digital yang aman dan pintar. Umumnya platform yang ada selalu butuh OTP, tapi ini tidak optimal karena bisa menimbulkan drop off rate mencapai 30%-50%.”

Teknologi terkini lainnya juga dibenamkan dalam sistem DANA, seperti facial recognition untuk memudahkan proses otentikasi secara otomatis di luar metode lewat SMS.

Ingin jadi pemain tiga besar

DANA dalam platform BBM

Meski baru hadir, Vincent menargetkan DANA dapat menjadi pemain tiga besar dari jumlah pengguna sampai akhir tahun ini. Strategi yang akan dilakukan adalah melalui dorongan aplikasi mitra besar yang sudah digandengnya. Setidaknya, DANA ingin meraup pangsa pasar sekitar 10%-20% dari total opsi pembayaran yang tersedia dari aplikasi mitra.

“Dari rekan merchant dengan populasi pengguna yang besar dari Bukalapak dan BBM, kemungkinan bisa kita gaet dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat.”

Pihaknya juga akan menambah jumlah mitra demi meningkatkan penggunaan DANA. Terhitung saat ini, DANA telah tersedia di BBM dan Bukalapak, dengan total 40 mitra yang bergerak di berbagai segmen bisnis. Hanya saja, proses roll out fitur DANA akan dilakukan secara bertahap mulai dari hari ini (21/3) sampai akhir bulan Maret 2017.

Untuk jamin keamanan transaksi, DANA juga telah mengantongi sertifikat PCI DSS (Payment Card Industry Data Security Standard). Sertifikasi ini adalah standar keamanan yang biasa dipakai oleh perusahaan keuangan untuk jamin keamanan transaksi keuangan lewat kartu debit dan kredit.

DANA juga memanfaatkan pengamanan data pengguna dengan memakai data center (Tier III dan IV) dan data recovery berbasis di Jakarta dan Cibitung.

Adapun fitur yang bisa dilayani DANA, mulai dari pembelian pulsa, tagihan listrik, telepon, tagihan PDAM, BPJS, cicilan, serta transfer dana antar pengguna. Sedangkan top up dana di dalam BBM masih memanfaatkan Virtual Account (VA) untuk transfer dananya.

Untuk mendukung ambisinya sebagai pemain tiga besar, DANA sedang mempersiapkan implementasi pembayaran non tunai untuk segmen offline dengan memanfaatkan teknologi QR code. Rencananya, perusahaan akan menggandeng warung tradisional sebagai mitranya. Rencana tersebut baru akan direalisasikan setelah Bank Indonesia membuat aturan standarisasi untuk pembayaran dengan QR code yang masih digodok.

“Kami akan terus perkenalkan teknologi baru yang semuanya dilakukan secara in-house. Dalam tim kami, rasio engineer cukup mendominasi sekitar 70%-80%.”

Agar dapat menjaring lebih banyak talenta, DANA akan berekspansi ke lokasi baru. Saat ini, DANA memiliki kantor yang tersebar di Jakarta, Bandung, Bali, dan Surabaya. Untuk operasional bisnis dompet digital ini, DANA memanfaatkan lisensi dari PT Espay Debit Indonesia, yang diakuisisi Emtek tahun lalu.

Bank Danamon dan Doku Rilis Aplikasi E-Wallet “D-Wallet”

Bank Danamon meluncurkan aplikasi dompet digital D-Wallet sebagai upaya mendekatkan diri ke nasabah dari berbagai segmen. Aplikasi tersebut adalah hasil co-branding dengan Doku sebagai mitra teknologinya.

“D-Wallet menjadi bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan kualitas layanan sekaligus memberikan nilai tambah bagi nasabah maupun masyarakat luas. Inisiatif jini juga mendukung gerakan non tunai yang ditetapkan pemerintah,” terang Direktur SME, Consumer Banking, dan Branch Network Bank Danamon Michellina Triwardhany, Selasa (13/3).

Tampilan D-Wallet secara UI/UX-nya serupa dengan Doku. Begitu pun fitur-fitur yang bisa dimanfaatkan nasabah, mulai dari pembelian voucher, produk investasi, pembelian di seluruh merchant online yang telah bekerja sama dengan Doku, pembelian secara offline, serta tarik tunai di gerai minimarket.

Meski costumer experience yang dihadirkan sama, menurut Consumer Lending and E-Channel Head Bank Danamon Djamin Nainggolan, hal ini baru sekadar langkah awal perbankan sebelum meluncurkan fitur-fitur khusus yang nantinya hanya akan tersedia dalam D-Wallet. Fitur tersebut bakal menggiring pengguna baru, yang pada akhirnya akan menjadi nasabah Bank Danamon.

Tampilan UI/UX dari D-Wallet

“Tidak apa tumpang tindih [fitur D-Wallet dan Doku] karena ini maksudnya ingin memberikan banyak pintu yang bisa dimasuki pengguna baru. Mereka lebih nyaman masuk lewat mana. Buat Doku, ini jadi alternatif akusisi nasabah lewat channel baru. Sedangkan bagi kami, jadi pengembangan ke arah satu akses dengan layanan lebih seamless,” terangnya.

Sama seperti mengakses Doku, nasabah D-Wallet dapat memilih dua jenis pengguna entah itu reguler atau premium. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengguna reguler hanya membutuhkan alamat e-mail untuk terdaftar, namun batas maksimal saldonya sebesar Rp1 juta.

Sedangkan pengguna premium batas maksimal saldonya sebesar Rp10 juta, namun harus melakukan e-KYC dengan mencantumkan KTP. Selain itu, pengguna premium dapat transfer dana ke rekening Bank Danamon atau bank lainnya.

Ke depannya, pihak Bank Danamon akan membawa aplikasi D-Wallet dengan fitur-fitur yang lebih dikhususkan dapat menarik nasabah baru. Beberapa fitur yang tengah dipersiapkan adalah pembukaan rekening, penawaran KTA, dan lainnya.

Djamin menargetkan dalam target jangka panjangnya, D-Wallet dapat menarik satu juga pengguna baru dalam lima tahun mendatang.

Segera umumkan kerja sama lainnya

Bagi Doku, co-branding dengan Bank Danamon adalah langkah perdana yang dipilih perusahaan dalam rangka akusisi pengguna baru. SVP of Consumer Product Doku Ricky Richmond menuturkan pihaknya akan mengumumkan kerja sama serupa dengan dua bank lainnya dalam tahun ini.

“Untuk co-branding Doku dengan bank ini baru pertama kalinya. Berikutnya ada dua bank lagi yang akan seperti ini,” terang Ricky.

Untuk model bisnis co-branding seperti ini, pengelolaan teknologi di balik aplikasi akan dipegang Doku, namun penyimpanan dana dan pelayanan konsumennya dikelola Bank Danamon. Doku akan mendapat komisi yang dihasilkan Bank Danamon dari perolehan pendapatan non bunga (fee based).

Sejauh ini, total pengguna aktif Doku mencapai 1,9 juta orang dengan rekanan merchant besar sekitar 800 perusahaan, ditambah 20 ribu pelaku UKM bergerak dari segala industri. Doku kini terhubung langsung dengan 15 bank besar di Indonesia untuk top up dan penarikan dana.

Platform Uang Elektronik Makin Jadi Komoditas Online Penting

Masyarakat di kota-kota besar sudah terlihat semakin fasih menggunakan uang elektronik untuk keperluan sehari-hari. Hal tersebut diimbangi dengan semakin umumnya layanan yang menerima pembayaran menggunakan e-money, misalnya bertransaksi di gerbang tol. Menurut data Bank Indonesia, secara total di bulan Januari 2018, dengan 27 penyelenggara uang elektronik yang mendapatkan lisensi, tercatat nominal transaksi mencapai 3,49 triliun Rupiah dengan jumlah transaksi mencapai lebih dari 215 juta buah.

Produk uang elektronik, khususnya yang berbasis server, menjadi salah satu instrumen penting di pembayaran digital mengingat rendahnya penetrasi kartu kredit di Indonesia. Go-Pay dan Tcash bisa dibilang sedang unggul di segmen ini, sementara Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Paytren, dan Grab masih menunggu nasib permohonan mereka sejak produk dompet elektroniknya dibekukan Bank Indonesia.

Bank Indonesia menegaskan dompet elektronik yang menghimpun dana beredar (floating fund) di atas satu miliar Rupiah harus mengajukan izin terlebih dahulu sebelum beroperasi.

Gandeng pemegang lisensi

Terhambatnya perolehan lisensi uang elektronik sedikit banyak mengganggu berbagai rencana dan inovasi yang dicanangkan startup. Untuk mengatasinya, sejumlah startup mulai mengambil jalan pintas. GrabPay memanfaatkan lisensi Ovo untuk kembali membuka dompet elektroniknya, sedangkan TravelokaPay menggandeng Uangku milik Smartfren.

Belum kami ketahui bagaimana syarat dan ketentuan detail keduanya, tetapi setidaknya antara GrabPay dan Ovo tidak ada integrasi dompet. Keduanya murni adalah platform yang terpisah dan GrabPay hanya “meminjam” (atau menyewa) lisensi Ovo.

Dengan menggaet pemilik lisensi yang sudah ada, startup-startup ini tidak terbentur regulasi saat ingin mengeksplorasi langkah-langkah ekspansi selanjutnya. Sampai sekarang berbagai survei menunjukkan masyarakat masih lebih suka menggunakan transfer antar rekening bank untuk melakukan pembayaran online. Bank Indonesia berharap solusi uang elektronik lambat laun bisa menggantikan metode ini.

Persaingan selanjutnya

Menurut survei yang dilakukan DailySocial, Go-Pay menjadi platform e-money berbasis server terpopuler, sementara Mandiri e-money adalah e-money berbasis kartu yang paling dikenal.

Dengan Go-Pay, Ovo, dan Tcash yang berbasis server kini disiapkan untuk mengakomodasi pembayaran menggunakan QR Code, akan terjadi irisan pasar antara uang elektronik berbasis kartu dan server.

Go-Jek sendiri sudah menyatakan pihaknya akan all out mendukung kehadiran Go-Pay yang lebih luas. Langkah ini dimulai dengan akuisisi terhadap dua platform payment gateway, Kartuku dan Midtrans. Kartuku kuat di ranah ritel, sementara Midtrans memiliki basis di ranah online. Implementasi Go-Pay melalui dua payment gateway ini akan mendorong penerimaan yang lebih luas di berbagai merchant, di luar pemanfaatan sehari-hari Go-Pay yang sudah nyaman dinikmati konsumen.

Persaingan menjadi “dompet kedua” semakin ketat. Dengan regulator yang masih saklek dalam menegakkan aturan, bukan tidak mungkin Tokopedia, Bukalapak, Shopee, atau platform besar lainnya akan mengikuti jejak Grab dan Traveloka untuk nebeng lisensi. Platform uang elektronik makin menjadi komoditas online yang penting dan lisensi uang elektronik menjadi barang yang bernilai tinggi saat ini.


Prayogo Ryza berkontribusi untuk pembuatan artikel ini

Manfaatkan Lisensi E-Money OVO, GrabPay Kembali Aktif

Grab memanfaatkan lisensi e-money yang sudah dikantungi OVO untuk mengaktifkan kembali layanan pembayaran GrabPay. Layanan ini resmi hadir per kemarin (14/12), setelah dibekukan sementara oleh bank sentral sejak 16 Oktober 2017.

“Mulai hari ini, penumpang Grab dapat mengisi GrabPay Credits mereka dan menggunakan GrabPay,” kata Managing Director GrabPay Southeast Asia Jason Thompson, dikutip dari Katadata.

Kembali GrabPay ini tidak lepas dari kolaborasi antar perusahaan di bawah naungan Lippo Group. OVO sudah mengantongi lisensi izin e-money Bank Indonesia sejak 22 Agustus 2017 dengan nama badan hukum PT Visionet International. Sebelum berkolaborasi dengan OVO, Grab juga membantu logistik pengiriman barang untuk MatahariMall.

Dengan kembali aktifnya GrabPay (dengan branding baru ‘GrabPay, powered by OVO’), pengguna Grab kini dapat melakukan top up dengan berbagai cara. Mulai dari mitra pengemudi, toserba, bank lokal dan ATM, hingga kartu debit.

Selain menyediakan opsi pembayaran secara online, Grab dan OVO akan bekerja sama memanfaatkan teknologi dan jaringan mitra masing-masing untuk mengembangkan platorm pembayaran mobile yang nyaman dan aman sesuai dengan kebutuhan konsumen.

OVO tidak hanya dapat digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan, seperti pembayaran di merchant, isi ulang, pengecekan saldo. Juga menyediakan program loyalitas setiap transaksi di merchant rekanan.

“Lisensi e-money yang diberikan kepada OVO memberi kesempatan yang luar biasa bagi kami untuk dapat menciptakan beragam solusi keuangan guna turut andil dalam perkembangan gerakan nasional non tunai (GNNT) masyarakat Indonesia. Kami akan terus mendekatkan diri dengan pengguna, merchants dan regulator, untuk menghadirkan produk dan layanan e-money inovatif yang sesuai dengan kebutuhan mereka yang dinamis,” sambut CEO OVO Adrian Suherman beberapa waktu lalu.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Rencana Platform E-Wallet MatchMove Pasca Diakuisisi Kresna Graha dan M Cash

Perusahaan dompet elektronik MatchMove Indonesia (MMI) mengungkapkan sejumlah rencana agresif pasca masuknya Kresna Graha Investama dan M Cash Indonesia sebagai pemegang saham yang memiliki kepemilikan masing-masing sebesar 14,81%. Mulai dari kemitraan strategis dengan BRI, M Cash, DAM, e-mas, Collega, Ayopop, Harga Hot, dan lainnya.

Selain bermitra dengan berbagai perusahaan, MatchMove juga akan mengikuti jejak M Cash melantai tahun depan.

Komitmen serius tersebut dibuktikan dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat bisnis MatchMove. Untuk kebutuhan mengembangkan produk, riset dan pengembangan (R&D), operasional, dan lainnya.

Soft launch dengan BRI akan diumumkan pada akhir tahun ini. Nasabah BRI dapat menggunakan kartunya di luar negeri. Di luar itu, kami juga mempersiapkan rencana IPO untuk MatchMove pada tahun depan,” terang Managing Director Kresna Graha Suryandy Jahja, Senin (20/11).

Khusus dengan BRI, MatchMove akan menjadi menjadi penyedia teknologi untuk dompet elektronik perseroan. Kemudian, co-branding untuk berbagai fitur seperti P2P transfer, top up dari banyak channel, pilihan pembayaran terbuka atau tertutup, reward, dan promosi.

Sementara dengan M Cash, MatchMove akan menyediakan produk on demand bank account, on boarding dan e-KYC dari kios, deposit dan collect cash, top up dan pembayaran tagihan.

“Kalau maskapai penerbangan kan ada berbagai merek. Tapi yang buat pesawat sendiri ada Boeing dan Airbus. Nah kami menjadi Boeing dan Airbus. Orang-orang tinggal pakai saja, daripada bangun sendiri butuh waktu lama.”

Menurut Jahja, yang terpenting dari sini adalah konektivitasnya. Pengguna kartu bisa lintas negara dengan kartunya sendiri. Pasalnya, MatchMove telah bermitra dengan MasterCard.

Dia mencontohkan, saat ini untuk belanja online di platform e-commerce seperti Amazon, nasabah tidak bisa menggunakan pembayaran lewat platform e-wallet lokal yang beredar saat ini. Namun dengan MatchMove, transaksi tersebut dapat dilakukan.

Dari segi jaminan keamanan pun sudah dijamin karena ada dukungan sistem keamanan yang tinggi digunakan MasterCard. Sementara, untuk perizinan yang diperlukan Bank Indonesia, Jahja mengaku masih diurus.

Pihaknya meyakini proses akan berjalan cepat karena telah ada kerja sama dengan pihak perbankan dan sistem pembayaran internasional dari MasterCard.

Bekal jaringan global yang dibangun MatchMove dianggap menjadi nilai lebih bagi seluruh pihak terkait. MMI juga diuntungkan dengan infrastruktur digital dan ekosistem milik Kresna, termasuk lebih dari 9 juta pengguna demi mempercepat penetrasi MMI ke pasar Indonesia.

Sementara bagi M Cash, kehadiran MatchMove memberi keuntungan adanya kepastian kehadiran produk yang terus berkelanjutan di masa mendatang. Kini setiap produk yang dihadirkan MatchMove akan hadir dalam kios digital M Cash.

“M Cash itu distribution channel. Apapun produk yang dikeluarkan MatchMove, akan didistribusikan ke seluruh jaringan kami. Rencananya sampai akhir tahun ini ada 1000 titik dan tahun depan ada 5 ribu titik,” ucap Direktur Utama M Cash Marthin Suharlie.

Belum kantungi persetujuan dari BKPM

Kendati sudah berbadan hukum resmi, PT MMI belum memiliki persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan instansi terkait lainnya. Mengingat MMI adalah perusahaan patungan antara perusahaan lokal terbuka dengan asing, Jahja memastikan dalam sebulan ini persetujuan sudah bisa diperoleh dari BKPM.

“Kita masih menunggu persetujuan dari BKPM karena ada beberapa hal yang kita jaga, mengingat Kresna Graha dan M Cash adalah perusahaan publik. Jadi segala sesuatu yang kita sampaikan ke publik akan ditanya. Harusnya bulan ini [November] selesai.”

Secara global, pemegang saham mayoritas MMP adalah Vickers Venture Partners, yang di dalamnya terdapat Kresna Graha sebagai salah satu pemegang sahamnya. Untuk memiliki langsung saham MMP, Kresna Graha dan M Cash masuk melalui anak usaha patungan MMP di Indonesia dengan nama badan hukum PT MatchMove Indonesia (MMI).

MatchMove Pay (MMP) merupakan perusahaan platform-as-a-service (PaaS) berbasis berbasis di Singapura yang sudah berdiri sejak 2009. Perusahaan ini menyediakan solusi pembayaran secara end-to-end membantu bisnis memiliki fitur dompet elektronik dalam layanannya.

Pemilik aplikasi memiliki fleksibilitas untuk menawarkan fully branded dan secure mobile banking wallet solution, seperti P2P transfer, remitansi, top up channel, virtual payment cards, loyalty points, dan rewards.

Dalam cakupan operasional bisnis, MMP telah beroperasi di India, Filipina, Amerika Serikat, Chili, dan Vietnam. Setelah Indonesia, perusahaan akan berekspansi ke Malaysia, Brazil, UAE, Afrika Selatan, dan Australia.

Beberapa perusahaan global yang sudah menggunakan layanan MMP adalah GlobalRoam (Singapura), Paul Fincap (India), Ongo (India), Bonfleet (India), VTC (Vietnam), dan BlackHawk Network (Singapura)

Current Adalah Kartu Debit Pintar untuk Mengajarkan Para Remaja Cara Mengatur Uang

Mengajari anak cara mengatur uang bukanlah hal mudah, mengingat kita sendiri terkadang juga mengalami kesulitan. Namun sebuah startup bernama Current percaya mereka bisa membantu lewat sebuah kartu debit Visa yang dikendalikan via aplikasi.

Current memungkinkan para remaja untuk berbelanja secara online maupun di toko fisik menggunakan uang dari rekening banknya sendiri, yang ditransfer oleh ayah atau ibunya lewat rekeningnya masing-masing. Ketimbang memberikan uang saku secara tunai, Current mengajak para orang tua untuk mengadopsi tren digital selagi mengajarkan prinsip manajemen uang kepada anak-anaknya.

Sebagai orang tua, Anda bisa memilih untuk mengirimkan uang secara manual, atau secara otomatis setiap minggunya. Lewat aplikasi Current, Anda juga bisa menetapkan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan terlebih dulu sebelum uang saku yang Anda berikan masuk ke rekening anak-anak Anda.

Semua transaksi bisa dipantau lewat aplikasi Current, bahkan orang tua bisa menetapkan memblokir akses kartu di tempat-tempat tertentu / Current
Semua transaksi bisa dipantau lewat aplikasi Current, bahkan orang tua bisa menetapkan memblokir akses kartu di tempat-tempat tertentu / Current

Kontrol yang merinci merupakan kelebihan utama Current. Anda juga bisa menetapkan batasan uang yang dipakai anak Anda setiap harinya, atau memblokir akses kartu pada tempat-tempat seperti bar, hotel atau malah kasino.

Semua transaksi bisa dipantau dari aplikasi Current, baik oleh anak yang memegang kartu atau Anda sendiri sebagai orang tua. Menarik juga adalah fitur untuk mengajarkan anak-anak kebiasaan menabung, dimana setiap transaksi akan dibulatkan dan sisanya disimpan dalam ‘dompet’ khusus.

Current juga ingin mengajarkan anak-anak prinsip berbagi dengan sesama, dimana mereka dapat mendonasikan uang sakunya dengan mudah ke beragam kegiatan amal.

Current tentunya tidak gratis. Anda wajib membayar biaya berlangganan sebesar $5 per bulan. Tersedia juga opsi berlangganan setahun senilai $36 ($3 per bulan), atau $48 untuk dua tahun ($2 per bulan). Sayangnya untuk sekarang Current baru tersedia di AS saja, namun pengembangnya sudah punya rencana untuk berekspansi ke negara-negara lain.

Sumber: TechCrunch dan Current.