Tren Pengunjung Website E-commerce di Indonesia Hingga Q1 Tahun 2022

Pengunjung website bulanan pada tiap-tiap e-commerce di Indonesia kerap kali mengalami perubahan. Ada yang mengalami kenaikan, dan ada juga yang mengalami penurunan. Berbicara dari segi jumlah pengunjung website bulanan, Tokopedia dan Shopee memiliki perkembangan yang baik karena selalu mengalami peningkatan. Sementara itu, Bukalapak selalu mengalami penurunan, kondisi ini bisa menjadi sebuah ancaman.

Digitalisasi pada kegiatan jual-beli melahirkan e-commerce yang memudahkan semua pihak. Sebagaimana yang telah kita ketahui, e-commerce mempertemukan antara pembeli dan penjual tanpa harus bertemu secara langsung. Apalagi, e-commerce ini pun sangat membantu ketika segala aktivitas di luar ruangan harus dibatasi, khususnya karena adanya pandemi covid-19. Namun demikian, tren belanja di e-commerce yang tinggi pun membuat persaingan antar e-commerce semakin ketat. Hal ini pun dapat dilihat dari laporan tren pengunjung website per-kuartal yang dirilis oleh iPrice. 

Gambar 1. Jumlah Pengunjung Website E-Commerce

Berdasarkan data tersebut, pada kuartal 4 tahun 2018, tiga teratas pengunjung e-commerce diduduki oleh Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee. Memang, ketiga e-commerce ini sangat digandrungi oleh masyarakat dalam berbelanja online. Ketiga e-commerce tersebut pun tentu saja selalu bersaing untuk memperebutkan peringkat satu dalam kategori pengunjung terbanyak. Ketiga-tiganya pun melakukan promosi untuk menarik pengguna baru.

Pada kuartal 4 tahun 2019 pun–satu tahun kemudian, posisi tiga teratas telah berubah. Pada masa ini, posisi pertama diduduki oleh Shopee, diikuti oleh Tokopedia, dan Bukalapak tetap pada posisi ketiga. Tokopedia dan Shopee memang berkompetisi dalam meningkatkan popularitasnya di Indonesia. E-commerce ini pun menjadi top of mind di masyarakat. Berbeda dengan e-commerce yang didirikan oleh Ahmad Zacky, Bukalapak turun peringkat menjadi posisi ketiga. Berdasarkan data tersebut pun, dapat dilihat bahwa strategi yang dilakukan Bukalapak pada masa itu masih kurang bersaing sehingga dapat dikalahkan oleh e-commerce baru, yaitu Shopee.

Berlanjut pada kuartal 4 2020, Shopee masih mampu mempertahankan posisi dari rival utamanya, yaitu Tokopedia. Sepertinya, pada tahun ini pun Tokopedia belum mampu merebut posisi pada kategori pengunjung website ini. Sementara itu, Bukalapak pun masih stagnan di posisi ketiga. 

Berselang satu tahun kemudian, terjadi perubahan yang cukup unik pada pemeringkatan ini. E-commerce yang didirikan oleh William Tanuwijaya (Tokopedia) itu berhasil merebut kembali posisinya pada peringkat satu. Dan pada masa ini juga, Shopee menduduki peringkat dua karena kalah saing dengan Tokopedia. Sementara itu, sangat disayangkan bahwa popularitas Bukalapak pada kategori ini kian menurun. Pada masa itu, posisi ketiga Bukalapak direbut oleh e-commerce yang berdiri pada tahun 2012, yaitu Lazada. Dan pada akhirnya, Top 3 e-commerce di Indonesia berubah pada kategori ini dan dikuasai oleh Tokopedia, Shopee, dan Lazada. Dan hingga kuartal 2 2021, posisi 3 teratas masih sama dan tidak ada perubahan, serta Bukalapak masih berada pada posisi 4.

Melihat dari sisi Bukalapak, dibandingkan dengan e-commerce lainnya, tren pengunjung website Bukalapak terus mengalami penurunan. Dimulai dari kuartal 4 2018 hingga kuartal 2 2021, jumlah pengunjung website Bukalapak yang pada mulanya 116 juta turun menjadi 21 juta. Sangat disayangkan mengingat bahwa Bukalapak pernah mendapatkan penghargaan “Best Company to Work For” oleh Asia Awards pada tahun 2021. 

Gambar 2. Tren Pengunjung Website Bukalapak

Memang, perkembangan e-commerce di Indonesia memudahkan segalanya dan memunculkan nilai efisiensi serta efektivitas. Lahirnya e-commerce baru pun membuat masyarakat Indonesia memiliki pilihan dalam berbelanja online. Namun, disisi perusahaan e-commerce sendiri, persaingan yang mereka alami akan semakin ketat. Tiap-tiap e-commerce di Indonesia pun harus terus melakukan inovasi guna mempertahankan penggunanya dan agar tetap dapat menguasai pangsa pasar. Entah itu dari peningkatan layanannya, promosi gratis ongkir, hingga kolaborasi dengan influencer akan menjadi suatu hal yang begitu penting dilakukan.

Data Pendukung: Grafik Pengunjung Website Bulanan per e-commerce

Gambar header: Pixabay.

Artikel ini ditulis oleh Fahmi Fadillah, alumni program DNA #Cohort1 yang digagas oleh DailySocial.

Kemelut Startup E-grocery, Blibli Akui Tantangan Berat di Bisnis Ini

Sempat menjadi primadona di era pandemi, kini sejumlah startup e-grocery kesulitan untuk kembali di masa kejayaannya tersebut. Dari berbagai pemberitaan, para startup tersebut mengambil langkah efisiensi dengan pengurangan karyawan dan aset fisik yang tadinya tersebar di berbagai titik, bahkan harus gulung tikar.

Salah satu pemain di segmen ini, Blibli melalui Bliblimart, mengakui menjalani bisnis e-grocery ini terbilang berat karena marginnya tipis. Sementara itu, konsumen ingin terus untung, dalam artian selalu dijamu dengan berbagai subsidi gratis ongkir, diskon, dan promo rutin.

“Sementara konsumen maunya untung terus. Agar kita [startup] tetap bisa beroperasi, ini jadi tantangan juga karena e-grocery harus cover ongkos, belum lagi maintain warehouse sendiri. Ini jadi another cost,” kata EVP of Consumer Goods and Lifestyle Blibli Fransisca Krisantia Nugraha dalam acara Blibli Media Perspective Discussion tentang e-groceries di Jakarta, kemarin (22/6).

Bagi startup dengan dana terbatas harus putar otak untuk terus bertumbuh, sembari terus memenuhi konsumen yang sensitif dengan harga dan promosi. Kondisi tersebut bisa dipastikan tidak bakal berlangsung lama dan makin sulit untuk menjadi perusahaan jangka panjang. Maka langkah efisiensi paling rasional bagi bisnis-bisnis yang menyasar konsumen akhir (B2C).

Kris, sapaan akrab dari Fransisca, melanjutkan jadi suatu keuntungan terbesar bagi Bliblimart karena targabung dalam sebuah grup besar, sehingga memungkinkan Bliblimart dapat terus berjalan. Gudang dapat terutilisasi dengan baik, tidak hanya untuk menyimpan kebutuhan sehari-hari, juga untuk kategori fesyen, elektronik, handphone, dengan margin yang lebih tebal, sehingga rasio pengeluaran dengan barang yang masuk dapat lebih optimal dan dapat berkelanjutan.

“Kalau sedang ada promosi gratis ongkir, aplikasi diunduh dan berbelanja terus. Saat gratis ongkir dicabut, aplikasi dihapus dan pindah ke platform lain. Itu kebiasaan yang sangat-sangat biasa di pasar Indonesia.”

“Bayangkan kalau hanya bermain di satu verikal saja dengan satu produk saja, untuk maintain cost ratio-nya bisa sehat itu akan sangat sulit. Bagaimana bisa tetap dapat loyalitas konsumen, bukan dari kejar subsidi saja, ini yang membuat perusahaan-perusahaan tersebut bertahan. Ini yang sedang terjadi,” tambahnya.

Maka dari itu, Bliblimart mulai mengambil pendekatan baru demi mendapat loyalitas konsumen, yakni mengedepankan unsur kenyamanan. Kata “nyaman” ini mungkin terdengar biasa bagi konsumen, tapi dari survei yang perusahaan lakukan, konsumen ternyata butuh solusi agar mereka bisa lebih nyaman berbelanja kebutuhan sehari-hari.

“Gratis ongkir tetap masih ada, tapi sekarang mulai disesuaikan dengan tiering membership-nya di Blibli Tiket. Semakin sering belanja, makin besar benefit-nya, jadi sekarang sudah tidak semasif dulu. Promo-promo lainnya juga masih ada untuk tanggal cantik dan payday.”

Profil konsumer Bliblimart

Pada saat yang sama, Blibli mengungkapkan sejumlah temuan mengenai tren konsumer e-grocery di Bliblimart. Dari data internal ditemukan bahwa belanja bahan pokok naik di Bliblimart naik sebesar 23% yoy di kuartal I 2023. Produk yang paling banyak dibeli konsumer adalah sembako, kebutuhan rumah tangga, kebutuhan ibu & anak, dan minuman ringan & camilan.

Selanjutnya dari profil konsumer berdasarkan jenis kelamin, hampir imbang. Sebanyak 55% adalah kaum perempuan, sisanya 45% laki-laki. Biasanya produk yang paling banyak dibeli perempuan adalah minyak goreng, susu anak, tisu, dan makanan segar. Sementara, laki-laki banyak belanja kopi dan pasta gigi.

Average consumer spending-nya Rp385 ribu dan mayoritas konsumer Bliblimart berada di rentang usia 25-34 tahun,” terang Kris.

Waktu belanja yang paling banyak dipilih konsumer adalah jam 6 pagi-12 siang berlaku untuk hari biasa dan akhir pekan. Disebutkan juga, fitur Click & Collect sudah pernah digunakan oleh 4% konsumer Bliblimart, serta fitur 2 Jam Sampai sudah digunakan oleh lebih dari 42 ribu konsumer dengan 3 ribu transaksi per hari. Biasanya produk yang dibeli dengan fitur tersebut adalah makanan beku, sayur & buah, ayam potong, dan telur.

Menurut data Badan Pusat Statistik, konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor utama dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode kuartal pertama 2023. Mengutip Shopper Trend 2022, kehadiran platform digital untuk berbelanja kebutuhan harian atau e-groceries masih diminati oleh konsumen Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Momentum Works: Shopee Pimpin Transaksi E-commerce di Asia Tenggara

Sektor e-commerce di Asia Tenggara terus menunjukkan pertumbuhan dan persaingan yang kuat walau industri digital diterpa berbagai tantangan. Shopee tercatat memimpin pasar regional dengan kontribusi Gross Merchandise Value (GMV) sebesar $47,9 miliar, melampaui pesaingnya, seperti Lazada, Tokopedia, dan TikTok Shop.

Menurut laporan termutakhir yang dirilis Momentum Works bertajuk “Ecommerce in Southeast Asia”, sembilan platform e-commerce terkemuka di Asia Tenggara menghasilkan total GMV sebesar $99,5 miliar pada 2022, naik 1,8 kali lipat dari 2020, tahun pertama pandemi.

Dari total GMV tersebut, sebanyak 52% atau senilai $51,9 miliar berasal dari Indonesia, dan disusul Thailand ($14,4 miliar). Sementara, Singapura dan Malaysia menduduki peringkat teratas berdasarkan GMV per kapita.

Dirinci dari platformnya, Lazada mencetak GMV sebesar $20,1 miliar, disusul Tokopedia ($18,4 miliar), Bukalapak ($5,3 miliar), TikTok Shop ($4,4 miliar), dan Blibli ($2,2 miliar). Setelah Shopee, posisi kedua ditempati oleh Lazada yang bertengger di urutan yang sama di lima negara, kecuali Indonesia.

Di Indonesia, Tokopedia menempati urutan kedua setelah Shopee, dengan pangsa pasar masing-masing 35% dan 36%, diikuti Lazada (10%), Bukalapak (10%), TikTok Shop (5%), dan Blibli (4%).

Sumber: Momentum Works

Momentum Works memproyeksikan total GMV Asia Tenggara mencapai $175 miliar pada 2028 mendatang dalam skenario normal, dengan potensi kenaikan hingga $232 miliar dalam skenario kasus terbaik.

Terkait laporan ini, Founder dan CEO Momentum Works Jianggan Li menuturkan, bisnis e-commerce di Asia Tenggara kemungkinan besar akan mengikuti pertumbuhan yang normal dan sehat selama beberapa tahun ke depan. Shopee dan Lazadda akan selalu ada berbagi pangsa pasar dengan satu atau dua pemain global lainnya.

“Pemain yang berfokus pada satu negara untuk bertahan hidup, akan lebih banyak beralih ke omnichannel, di mana dalam logistik 3PL hanya 2-3 pemain regional besar dan terdiversifikasi yang akan bertahan. Pemilik merek akan terus bekerja dengan gudang pendukung/distributor, dengan lebih menekankan untuk membangun loyalitas mereka sendiri,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Li melanjutkan, “permainan akhir mungkin terjadi bukan dalam situasi yang stabil, melainkan hasil dari arus yang terus berubah, dan bagaimana platform dapat (atau tidak mampu) mengendarai arus tersebut.”

Sumber: Momentum Works

Geliat TikTok Shop

Dalam laporan tersebut juga membahas perkembangan pesat TikTok Shop di kawasan ini. Seperti diketahui, tahun lalu pengguna aktif bulanan (MAU) TikTok secara global melebihi 1 miliar, tidak seperti Meta (Facebook) yang membuat sejumlah pihak setengah hati taruhan di bisnis e-commerce sambil fokus pada periklanan.

ByteDance, induk TikTok, sangat bertekad untuk membuat keduanya bekerja secara global. Perlu juga dicatat, TikTok (versi Tiongkok disebut Douyin) sudah membuat terobosan besar di e-commerce.

Menyusul dorongan agresifnya di Indonesia, TikTok Shop berkembang masuk ke lima negara di Asia Tenggara pada 2022, yaitu Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Singapura. Dilaporkan, TikTok menargetkan pertumbuhan GMV lebih dari tiga kali lipat pada tahun ini atau sebesar $15 miliar.

Pendekatan e-commerce yang diusung TikTok untuk pengguna berbeda dengan pemain e-commerce tradisional di kawasan ini. Beberapa inisiatif besarnya, selain andalkan video/live commerce, TikTok memperkenalkan halaman marketplace khusus di bawah tab “Shop”.

TikTok Shop awalnya berfokus dorong penjualan produk ke tampilan utama konsumer melalui live streaming dan in-feed videos/ads. Lalu fitur tersebut ditingkatkan agar mampu mendukung dan mengintegrasikan beberapa saluran (seperti pencarian produk dan flash sales) untuk memenuhi kebutuhan belanja konsumen yang berbeda-beda.

Hal ini membuatnya jadi mirip dengan platform e-commerce pada umumnya dan mampu mendorong mendorong pembelian impulsif dan menanamkan kebiasaan pengguna mencari produk dan berbelanja di TikTok.

Di luar itu, TikTok Shop masih punya segudang pekerjaan rumah. Di antaranya, menambah kategori produk dengan ticket size yang lebih besar untuk mendongkrak average order value (AOV), dan yang terpenting bagaimana TikTok bisa memperkuat ekosistem e-commerce miliknya.

Pasalnya, sejauh ini TikTok masih mengandalkan kemitraan dengan perusahaan logistik, yang merupakan ekosistem yang paling melekat dengan e-commerce. Sementara, Shopee, Lazada, dan Tokopedia, sudah membangun ekosistemnya dari jauh-jauh hari. Misalnya, Shopee Xpress sudah tersebar jaringannya di 8000 titik dan mampu menerima 35%-40% pesanan.

Lazada Logistics malah lebih besar kapasitas pesanan yang dapat ditampung, sekitar 50%-60% dari total dan ditangani oleh lebih dari 400 fasilitas gudang, tempat penyortiran, dan titik pengiriman.

Paylater Jadi Metode Pembayaran Harian, Penggunaan Kian Meluas

Hasil riset Kredivo dan Katadata Insight Center menyebut paylater menjadi stimulus daya beli masyarakat dalam berbelanja online. Persentasenya mencapai 16,2%, lebih unggul dibanding metode transfer bank (10,2%) yang berada di urutan keempat. Urutan pertama ditempati oleh e-wallet (46,8%), disusul tunai/cash on delivery (22,6%).

“Sekarang orang pakai paylater untuk belanja online. Mulai ada kenyamanan. Dulu kan cuma untuk kebutuhan mendesak,” ujar Direktur Katadata Insight Center Adek Roza, seperti dikutip dari Tempo.

Dalam riset tahunan bertajuk “Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia”, menyoroti persentase pengguna layanan paylater dalam platform e-commerce naik signifikan, dari 28,2% di 2022 menjadi 45,9% di 2023. Sementara itu, sebanyak 60,9% responden yang telah menggunakan paylater menyebutkan bahwa platform tersebut merupakan kredit pertama yang mereka dapatkan, terutama bagi socio-economic status (SES) C.

Seiring dengan edukasi terkait paylater, pengguna pun mulai beralih menjadi metode pembayaran kebutuhan harian. Di antaranya untuk belanja barang (87,1%), tagihan bulanan (51,8%), serta pulsa dan paket internet (48,9%).

Adapun kategori barang yang paling banyak dibeli menggunakan paylater adalah fesyen (66,4%), perlengkapan rumah tangga (52,2%), elektronik (41,1%), gadget/komputer (34,5%), dan perawatan tubuh dan kecantikan (32,9%).

Temuan ini menarik karena kini konsumen membeli tidak hanya produk mahal, tetapi juga produk untuk kebutuhan sehari-hari. Meningkatnya aktivitas di luar rumah membuat masyarakat semakin memperhatikan penampilan diri sehingga kebutuhan terhadap produk fesyen semakin meningkat.

Selain itu, pola penggunaan paylater telah berubah menjadi lebih banyak digunakan untuk berbelanja kebutuhan bulanan dengan cicilan tenor pendek (56,8%), alih-alih untuk kebutuhan mendadak (52,1%). Perubahan ini terjadi seiring semakin tingginya tingkat pengetahuan pengguna mengenai paylater yang kini berada di angka 32,0 (level tinggi) dibanding tahun sebelumnya di angka 26,0 (level sedang).

Menanggapi hal tersebut, Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menyampaikan kehadiran paylater perlu diakui cukup memberikan manfaat ketersediaan akses kredit yang aman, terjangkau, dan mudah bagi hampir seluruh lapisan masyarakat. Studi ini juga menguatkan bahwa paylater tidak hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak, tapi sebagai metode pembayaran yang efisien untuk bertransaksi sehari-hari.

“Ke depannya, seiring penggunaan paylater yang meningkat, maka akan semakin meningkatkan multiplier effect atau dampak turunan panjang bagi industri ekonomi digital ini, mulai dari percepatan pembangunan infrastruktur hingga penyerapan tenaga kerja yang akan berdampak pada perputaran roda perekonomian,” terang Bhima.

Sebagai catatan, riset ini memanfaatkan 22 juta sampel transaksi yang berasal dari 2,2 juta sampel pengguna Kredivo di 34 provinsi dan di enam platform e-commerce di Indonesia pada periode Januari hingga Desember 2022.

Hasil temuan perilaku belanja online lainnya

  1. Konsistensi peningkatan transaksi di kota tier 2 dan 3, dengan kenaikan sebesar 33% di 2020, 36% di 2021, dan 43% di 2022, meskipun nilai transaksi masih didominasi oleh kota tier 1 yaitu sebanyak 57%. Hal ini menandakan daya beli masyarakat di kota tier 2 dan 3 yang terjaga memasuki masa pasca pandemi dan pangsa e-commerce yang semakin luas ke daerah.
  2. Konsumen lebih tua semakin adaptif dengan penggunaan e-commerce dengan kenaikan konsisten dalam 3 tahun terakhir yaitu kelompok umur 36-45 dari 19% (2020) menjadi 24% (2022), dan kelompok umur 46-55 tahun dari 4% (2020) menjadi 6% (2022). Penetrasi e-commerce yang sudah mencapai satu dekade berdampak pada daya beli konsumen lebih tua di e-commerce yang juga terus bertumbuh.
  3. Memasuki masa pasca-pandemi, terjadi pergeseran pola belanja masyarakat dengan perilaku belanja kombinasi online dan offline menjadi tren. Sebanyak 79,1% konsumen memilih menggunakan metode belanja kombinasi online dan offline, dengan 21% dari total presentasi tersebut lebih banyak melakukan pembelian secara offline dan 58,1% lebih banyak melakukan pembelian secara online. Sementara itu, tren belanja online tanpa kombinasi secara offline mengalami penurunan dari yang sebelumnya 28% menjadi 18,7%.
  4. Tren pergeseran juga terlihat dari transaksi per kategori produk, dengan turunnya nilai transaksi gadget di 2022 sebelumnya 37% menjadi 33,7% yoy. Sementara terjadi kenaikan nilai transaksi di produk fashion dari 12,9% menjadi 15,6% yoy. Tren ini sejalan dengan mulai kembalinya aktivitas offline masyarakat di masa transisi pandemi 2022.
  5. Tren preferensi belanja yang beragam berdasarkan kelompok umur, status perkawinan, dan jumlah anak. Pulsa dan voucher menjadi kebutuhan paling diminati oleh konsumen berdasarkan kelompok umur, sementara konsumen lajang paling banyak bertransaksi untuk gadget, dan konsumen dengan 1-2 anak paling banyak membeli produk kategori anak dan bayi sedangkan konsumen dengan 3-5 anak cenderung lebih fokus pada peralatan rumah tangga dan makanan.
  6. Meskipun secara keseluruhan transaksi 2022 meningkat dibanding 2021, terdapat penurunan di kuartal IV 2022 akibat isu resesi dan gejolak ekonomi global, dengan nilai transaksi Q4 sebesar 38,6% menjadi 33,3% yoy.

Ginee Perbarui Layanan, Fokus Garap Kerja Sama dengan UMKM

Penyedia solusi e-commerce enabler Ginee (sebelumnya Genie), semakin memperkuat posisinya di pasar. Sejak mengadakan soft launching pada 2020, perusahaan kini fokus menyediakan solusi omnichannel untuk memaksimalkan efisiensi bisnis dan menciptakan pengalaman yang dipersonalisasi untuk pelanggan dalam penjualan Online dan Offline.

Sempat mengalami tantangan pada masa-masa awal COVID karena membatasi interaksi dengan merchat, tim Ginee mengaku mendapat banyak manfaat dari situasi tersebut karena banyak UMKM yang mulai aware dengan  penjualan di channel online. Ginee hadir untuk mengotomasi dan memanfaatkan teknologi digital untuk menjual dan meningkatkan operasional mereka.

Saat ini Ginee memiliki tiga fitur utama, yaitu Ginee omnichannel, khusus untuk UMKM yang fokus pada efisiensi operasional. Selain itu, ada Ginee WMS (Warehouse Management Service) yang ditujukan bagi bisnis yang sudah lebih matang dalam operasional melalui omnichannel. Terakhir, ada Ginee chat yang dapat membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan toko.

Evelyin Wu, General Manager Ginee, kepada DailySocial.id menyampaikan, “Perusahaan memiliki misi untuk bisa advance for a better life  atau berkemang untuk hidup yang lebih baik. Slogan kami adalah Gineeus way to build your business. Nilai ini yang akan digunakan sebagai key provider layanan omnichannel baik di pasar Indonesia maupun Asia Tenggara,” jelasnya.

Ginee merupakan singkatan dari Global Intelligence and Ecommerce Engine. Di akhir tahun 2021 lalu, perusahaan induk Ginee, Advance Intelligence Group telah meraih pendanaan senilai USD$ 80 juta atau lebih dari Rp1,1 triliun. Secara total, perusahaan berhasil mengumpulkan USD$700 juta dan menjadi salah satu unicorn dari Singapura.

Fokus ke UMKM Besar

UMKM memegang peran penting dalam perekonomian negara. Menurut data Ginee, 99% bisnis di Indonesia adalah UMKM, dan mereka menyumbang 97% lapangan kerja domestik Indonesia. Mayoritas UMKM memiliki tim yang kecil. Hal-hal seperti pengelolaan waktu, sumber daya, dan biaya menjadi komponen yang paling diperhatikan. Jadi fokus utama kami adalah membantu meningkatkan produktivitas bisnis dan mengoptimalkan efisiensi bisnis.

Menurut keterangan perusahaan, ada dua fase pertumbuhan industri enabler di Indonesia. Fase pertama terjadi selama masa pandemi ketika UMKM menyadari bahwa mereka perlu menyesuaikan teknologi dan penjualan online dengan bisnis mereka. Fase kedua adalah pasca-pandemi, saat semua orang menyadari implementasi teknologi dan ekosistem layanan yang kami berikan semakin berkembang, mulai dari software, fulfillment, enabler, dan layanan pendukung lainnya.

Saat ini, Ginee mulai melakukan kolaborasi dengan layanan-layanan tersebut satu sama lain dan merasa perlu untuk mengedukasi pasar untuk strategi terbaru demi mengoptimalkan bisnis mereka dan belajar dari satu sama lain. Ke depannya, Ginee tengah fokus untuk menggarap strategic partnership dengan UMKM besar

“Kami sudah bekerja sama dengan beberapa brand Indonesia yang sangat besar (contohnya Wardah dan Erigo). Kami ingin mengembangkan lebih banyak kemitraan semacam ini dan melayani pelanggan yang lebih besar,” lanjut Evelyin.

Selain itu, perusahaan juga mencatatkan pendapatan sebesar 5x lipat sejak diluncurkan. Jumlah ini akan selalu ditingkatkan sembari menjalankan bisnis dan mengelola biaya secara efisien. Ginee juga telah melihat beberapa studi kasus dan kesaksian yang sangat sukses dari pelanggan yang puas. Kisah ini juga akan dibagikan agar komunitas dapat saling belajar dan menerapkannya dalam bisnis mereka.

Dari segi ekspansi, saat ini Ginee telah tersedia di Asia Tenggara, antara lain Filipina, Thailand, Malaysia dan Vietnam dengan Indonesia sebagai pasar utama. Sebagian besar tim berbasis di Jakarta dan setiap negara memiliki tim sendiri dengan berfokus pada pelokalan produk, bagaimana membuat teknologi ramah dan seoptimal mungkin untuk kondisi lokal bagi penjual.

Setiap pengembangan yang dilakukan Ginee sebagian besar berfkus pada “by seller and for seller“, timnya mengaku telah menghabiskan banyak waktu mengumpulkan feedback dan berbicara dengan mitra pedagang di lapangan dan di gudang atau toko mereka.

“Meskipun kami telah mengembangkan banyak fitur baru untuk mendukung para merchant, kami masih dapat terus melakukan improvement di banyak area. Misalnya, infrastruktur pendukung untuk UMKM di luar Jakarta masih belum matang. Sejalan dengan hal tersebut, kami juga dapat meningkatkan dukungan kami di pasar Asia Tenggara lainnya seperti Filipina dan Malaysia,” tutup Evelyin.

Marketplace Jam Tangan Mewah Flecto Resmi Hadir

Barang mewah bisa dikatakan selalu memiliki pasar bagi penikmatnya. Hanya saja pasar ini cukup niche, membutuhkan platform yang terpercaya untuk mengakomodir transaksinya. Sebelumnya pemain seperti ini lebih banyak menyasar produk fesyen dan aksesoris untuk perempuan. Kali ini hadir Flecto yang mengkhususkan diri sebagai platform marketplace untuk jam tangan mewah.

Sejatinya, startup ini sudah beroperasi sejak akhir tahun lalu. Namun setelah mempersiapkan seluruh infrastrukturnya, baru meresmikan diri ke publik pada bulan ini. Flecto didirikan oleh empat orang, yakni Gary Lilardi (CEO), Bima Satria Tama (CTO), Nikolas Tjhin (COO, Content & Editorial Lead), dan Michael Jonathan (Merchant Acquisition Lead).

Keempatnya memiliki passion dan latar belakang pengalaman yang saling mendukung satu sama lain dalam pembentukan Flecto. Gary misalnya, berpengalaman lebih dari 10 tahun dalam mendirikan dan mengembangkan e-commerce dan marketplace, salah satunya adalah Tees dan Officebee.

“Dengan bangga, kami memperkenalkan Flecto sebagai marketplace jam tangan mewah yang terdepan di Indonesia. Tujuan kami, yaitu menghadirkan marketplace jam tangan yang terkurasi dilengkapi proses yang transparan, jaminan autentikasi, dan fitur berbelanja yang mudah. Kami yakin bahwa Flecto mampu menghadirkan terobosan baru bagi pasar jam tangan di Indonesia,” ujar CEO dan Co-Founder Flecto Gary Lilardi dalam keterangan resmi.

Dalam riset yang ia dan tim lakukan, ditemukan bahwa jumlah nilai pasar jam tangan mewah di Indonesia saat ini diprediksi sudah mencapai $6-10 miliar, sementara transaksi jam tangan mewah baru dan pre-owned berkisar sekitar $600 juta per tahun.

Peningkatan investasi jam tangan mewah sudah melampaui imbal hasil dari investasi di pasar saham dan mata uang kripto. Salah satu contohnya, Rolex Submariner, sebuah jam tangan ikonik yang populer di kalangan peminat jam ini mengalami kenaikan harga lebih dari 50% dari harga jual resminya sepanjang 2020 dan 2021.

“Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh kemudahan akses informasi online seputar horologi dan tingginya permintaan investor yang menjadikan jam tangan sebagai aset investasi menjanjikan.”

Model bisnis Flecto

Dalam operasionalnya, dirinya mengaku berdedikasi penuh dalam menghadirkan produk jam tangan yang autentik. Lantaran faktor kepercayaan dan konsumen itu sangatlah penting, maka Flecto dibekali dengan layanan autentikasi yang ditangani langsung oleh tim verifikator berpengalaman di dunia jam tangan. Langkah autentikasi ini dilakukan untuk menjamin keaslian produk secara menyeluruh.

Tak hanya itu, untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang semakin aman dan nyaman, Flecto dilengkapi dengan fitur pembayaran melalui escrow, asuransi pengiriman, dan layanan pengembalian yang transparan. “Flecto diharapkan dapat menjadi partner terpercaya bagi seluruh pecinta jam tangan di Indonesia.”

Platform marketplace Flecto memiliki beragam produk jam tangan yang dikurasi secara selektif dari penjual terverifikasi. Diklaim ada lebih dari 1.800 koleksi jam tangan baru dan preowned yang dihadirkan oleh penjual dan kolektor jam tangan untuk menjangkau pelanggan yang lebih luas.

Selain memanjakan pecinta jam tangan dengan produk yang variatif, Flecto turut menjadi wadah kolaborasi yang mendukung pertumbuhan industri jam tangan di Indonesia, baik bagi penjual maupun pelanggan.

Selain menyediakan produk jam tangan mewah pre-owned, Flecto juga memiliki opsi produk jam tangan baru dari dealer jam tangan mewah resmi. Dengan demikian, semakin memudahkan konsumen dalam mendapatkan produk resmi secara langsung. Selain itu, kolaborasi ini juga menjadikan variasi jam tangan di Flecto lebih lengkap dengan berbagai preferensi dan harga.

“Penjual yang bergabung di Flecto akan mendapatkan akses fitur yang lengkap yang khusus disediakan untuk penjual. Nantinya, penjual bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, mengatur ketersediaan produk, bahkan menikmati layanan finansial terbaru kami berupa pinjaman modal usaha,” tambah COO dan Co-Founder Flecto Nikolas Tjhin.

Dipaparkan saat ini, Flecto telah mencatatkan GMV lebih dari Rp10 miliar dan nilai persediaan produk mencapai lebih dari $8 juta dari 30 lebih penjual terdaftar di platformnya.

Selain Flecto, sudah ada platform marketplace niche yang khusus menggarap barang mewah, misalnya Bonavenue yang fokus pada produk fesyen, di bawah unit usaha PT Buka Mitra Indonesia; Tinkerlust: preloved luxury brand untuk fesyen perempuan; HuntStreet: preloved barang fesyen untuk laki-laki dan perempuan; dan Luxehouze yang menyediakan preloved jam tangan mewah dan produk fesyen.

Bukalapak Cetak Rugi Bersih Rp1 Triliun di Q1 2023

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp1 triliun pada Q1 2023. Kerugian ini berbanding terbalik dari capaian laba sebesar Rp14,5 triliun pada periode sama tahun lalu yang dikarenakan laba investasinya di PT Allo Bank Tbk (IDX: BBHI).

Tertulis dalam keterangan resminya, Bukalapak mengantongi pertumbuhan pendapatan sebesar 28% menjadi Rp1 triliun dibandingkan kuartal I 2022 sekitar Rp788 miliar. Dari total pendapatan Bukalapak, lini bisnis Mitra mencetak kontribusi terbesar dengan Rp513,7 miliar, diikuti lini Marketplace Rp484,4 miliar, dan BukaPengadaan Rp7,79 miliar.

Selanjutnya, Bukalapak mencetak adjusted EBITDA minus Rp209 miliar dengan rasio adjusted EBITDA terhadap TPV naik menjadi -0,5% dari -1,1%. Total Processing Value (TPV) Rp40,5 triliun atau tumbuh 19% secara tahunan (YoY), didorong oleh pertumbuhan lini Marketplace dan specialty verticals.

Wilayah di luar kota tier 1 menyumbang 72% dari total TPV Bukalapak, yang diklaim dapat tercapai berkat penetrasi all-commerce serta digitalisasi warung dan toko ritel tradisional.

Kemudian, TPV dari lini Mitra naik 9% menjadi Rp18,7 triliun yang didorong oleh ekspansi varian produk dengan pertumbuhan YoY masing-masing 10% untuk produk fisik serta 8% untuk produk virtual dan finansial. Per akhir Maret 2023, jumlah Mitra Bukalapak naik menjadi 16,8 juta dari 16,1 juta per akhir Desember 2022.

“Perseroan fokus pada strateginya untuk mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan, diiringi dengan pengelolaan beban yang baik. Pada kuartal pertama I 2023, rasio beban umum dan administrasi (tidak termasuk kompensasi berbasis saham) terhadap TPV membaik menjadi -0.8% dari -1.0% pada periode sama tahun lalu,” tulis manajemen Bukalapak.

Per akhir Maret 2023, posisi kas perusahaan sebesar Rp20,3 triliun, sudah termasuk investasi lancar, seperti obligasi pemerintah dan reksa dana.

Diversifikasi dan ekspansi

Setelah berinvestasi di bank digital Allo Bank, sejak tahun lalu Bukalapak kembali gencar melakukan diversifikasi ke vertikal lain dan ekspansi regional. Di lini bisnis Mitra, Bukalapak dilaporkan telah beroperasi di Filipina lewat platform SmartSari yang dicaplok sejak April 2022.

Melalui platform SmartSari, Bukalapak berupaya mendorong digitalisasi warung di Filipina mengingat kondisi pasar dan potensinya cukup serupa dengan Indonesia. Berdasarkan data Philippine Statistics Authority (PSA) di 2021, terdapat 1 juta pelaku bisnis yang tercatat resmi, di mana sebesar 99,58% adalah UMKM dan sisanya 0,42% adalah perusahaan skala besar.

Di lini Marketplace, Bukalapak juga mulai memperlebar vertikal layanan untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan pengguna dalam satu aplikasi. Setelah layanan jual-beli bahan konstruksi BukaBangunan, Bukalapak juga masuk ke segmen car marketplace dan proptech lewat BukaRumah, BukaJualMotor, dan BukaJualMobil.

Application Information Will Show Up Here

Dampak Efisiensi, GOTO Dapatkan Tren Kinerja Positif di Q1 2023

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) belum lama ini mengumumkan kinerja perusahaan pada kuartal pertama tahun 2023. Laporan ini menunjukkan bahwa strategi efisiensi yang digunakan perusahaan cukup efektif untuk menekan kerugian serta meningkatkan pertumbuhan EBITDA yang disesuaikan. Capaian ini tidak lepas dari kontribusi bisnis on-demand dan e-commerce.

Pada tanggal 31 Maret 2023 dan 31 Desember 2022, perseroan mencatat total akumulasi rugi masing-masing sebesar Rp122,3 triliun  dan Rp118,4 triliun. Secara spesifik, rugi bersih untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2023 mencapai Rp3,9 triliun, angka ini menyusut 41% dibandingkan dengan Rp6,6 triliun pada periode yang sama tahun 2022.

Di awal tahun ini, Grup GOTO juga sempat menerbitkan panduan baru yang menyatakan fokus perseroan untuk mencapai EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal keempat 2023. Pada kuartal pertama ini, Grup GOTO berhasil meningkatkan EBITDA yang disesuaikan sebesar 67% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan 49% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Direktur Utama Grup GOTO Andre Soelistyo menegaskan bahwa perseroan telah berada pada pertengahan jalan menuju target EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal keempat dan terus melangkah menuju profitabilitas. Percepatan linimasa ini akan didorong oleh optimisasi pendapatan, manajemen biaya dan pertumbuhan produk dalam ekosistem.

Pada kuartal pertama 2023, perseroan terus mengoptimalkan monetisasi dan mengurangi biaya di seluruh organisasi. Pendapatan kotor tumbuh 14% YoY menjadi Rp6 triliun, sedangkan insentif dan biaya pemasaran produk turun sebesar Rp2,6 triliun atau 39% YoY. Marjin kontribusi grup berbalik positif sebesar 0,4% dari GTV3, meningkat 224 bps YoY mencapai Rp 636 miliar.

CFO Grup GOTO Jacky Lo mengungkapkan, “Peningkatan pertumbuhan pendapatan dan rasionalisasi insentif telah membuat marjin kontribusi Grup menjadi positif pada kuartal pertama — tonggak penting bagi perusahaan, karena kami berupaya mendorong profitabilitas dalam unit bisnis.”

Manajemen struktur biaya tetap yang ketat juga disinyalir mendorong hasil yang menguntungkan, secara signifikan mengurangi basis OpEx dan mengurangi pembakaran uang tunai. “Ke depannya, mempertahankan disiplin biaya merupakan inti dari strategi jangka panjang kami, karena basis biaya yang lebih rendah akan memberi kami fleksibilitas tambahan untuk mengalokasikan modal untuk percepatan pertumbuhan di masa depan.” ungkap Lo.

Kinerja positif ini diikuti harga saham GOTO yang perlahan mulai kembali menanjak setelah anjlok hingga di bawah Rp100 per saham.

Dampak efisiensi

Dalam laporan ini, perseroan juga mengaku telah mengimplementasikan tindakan untuk mengendalikan biaya grup secara ketat serta meningkatkan ketelitian  dalam memastikan bahwa setiap unit bisnis dalam ekosistem dapat memberikan kontribusi optimal. Di akhir tahun 2022 lalu, Grup GOTO mengumumkan PHK pada 12% atau sekitar 1300 orang karyawannya.

Secara periodik, perseroan disebut telah meninjau efisiensi organisasi dengan tujuan untuk mengonsolidasi sejumlah fungsi bisnis pendukung dan menurunkan skala bisnis non-inti. Selain itu juga terus menurunkan insentif dan membuatnya lebih terarah dengan berfokus kepada segmen konsumen yang berkualitas tinggi.

Pada saat yang bersamaan, Grup GOTO juga berupaya mendorong inovasi produk untuk memberikan nilai tambahan kepada para pelanggannya. Sebagai contoh, dengan meningkatkan teknologi pemasaran untuk mengarahkan pedagang kepada segmen konsumen yang lebih relevan.

Sebagai tambahan, Grup GOTO juga menawarkan produk pembiayaan yang memberikan penyertaan finansial kepada pelanggan yang tidak memiliki akses kredit. Layanan-layanan tersebut memungkinkan perseroan untuk meningkatkan produktivitas dan menumbuhkan monetisasi.

Total pendapatan bersih Grup GOTO yang terkonsolidasi dari segmen operasional mencapai Rp1,49 triliun. Empat segmen yang memiliki kontribusi paling besar adalah bisnis on demand, e-commerce, logistik dan teknologi finansial.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Blibli Alami Rugi Bersih Rp878 Miliar di Kuartal Pertama 2023

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI) atau Blibli baru saja merilis hasil kinerja keuangan periode kuartal pertama tahun 2023. Blibli mengalami kerugian bersih sebesar Rp878 miliar, tetapi menyusut 17,8% dari Rp1,06 triliun di kuartal I 2022. Perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20,88% menjadi Rp3,82 triliun dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp3,16 triliun.

Total Processing Value (TPV) tumbuh sebesar 78% menjadi Rp17.915 miliar pada kuartal 1 2023 dari Rp10.053 miliar pada kuartal 1 2022. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan kinerja di sebagian besar segmen bisnis, terutama dengan pemulihan bisnis perjalanan daring di Indonesia dan permintaan dari kategori produk digital & lainnya. Keduanya berdampak positif pada TPV Ritel 3P, yang bertumbuh sebesar 136% pada kuartal 1 2023.

Pertumbuhan TPV dan pendapatan neto perseroan juga didukung oleh pertumbuhan secara organik, terlihat dari kenaikan jumlah transacting users dari 1,6 juta pengguna menjadi 1,9 juta pengguna. Average Order Value (AOV) juga naik sebesar 95% menjadi Rp1.643.425 pada kuartal I 2023 dari periode sama tahun lalu yang sekitarRp842.245.

Selain itu, Blibli juga mencatat peningkatan kualitas pengguna tercermin dari kenaikan jumlah belanja per pengguna di bisnis ritel dan institusi, masing-masing sebesar 71% dan 7% pada kuartal I 2023 (YoY). Hal ini membuat Perseroan mencatatkan marjin laba bruto konsolidasi yang lebih baik dari 9,5% menjadi 15,1% di periode tersebut.

Pertumbuhan positif ini dapat dikaitkan dengan fokus perusahaan pada pengalaman pelanggan, inovasi, dan kemitraan dengan bisnis lokal. Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19, Blibli berupaya untuk terus berkembang dan memperluas bisnisnya. Perusahaan mengklaim mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini, memanfaatkan kemampuan teknologi dan logistiknya untuk memenuhi perubahan kebutuhan pelanggannya.

Aset perseroan sampai dengan 31 Maret 2023 tercatat sebesar Rp13,88 triliun, turun dibandingkantahun lalu sebesar Rp14,08 triliun. Liabilitas naik menjadi Rp4,28 triliun dari Rp 3,59 triliun pada akhir tahun lalu. sedangkan ekuitas hingga 31 Maret 2023 susut menjadi Rp9,6 triliun dari Rp10,48 triliun per Desember 2022.

Fokus bisnis 2023

Pada tahun 2022, strategi omnichannel dan gaya hidup terintegrasi dijalankan dengan memperkuat sinergi bisnis pada tiga platform utama, yakni Blibli, tiket.com, dan Ranch Market. Penguatan kemitraan dengan brand principal juga terus dilakukan, termasuk dengan global leading brands, seperti Apple dan Samsung. Selain itu, Blibli juga terus berinvestasi pada sektor B2B untuk memperkuat kepemimpinan di segmen institusi.

Pada akhir 2022, Blibli telah mengembangkan infrastruktur logistik dan rantai pasoknya melalui 15 warehouse di lebih dari 30 pusat distribusi, dan didukung layanan 1PL serta bekerja sama dengan lebih dari 20 mitra 3PL, sehingga saat ini Perseroan mampu mengirimkan produk kepada konsumen akhir dengan layanan pengiriman 2-Jam Sampai (2-hour delivery) untuk lebih dari 300.000 SKUs ke lebih dari 40 kota di seluruh Indonesia.

Tahun 2023 ini, perseroan akan berfokus untuk mengembangkan dan memperkuat berbagai sinergi potensial di dalam ekosistem untuk mendorong penjualan silang (cross-selling) antar platform, serta memperkuat strategi omnichannel melalui ekspansi toko-toko fisik yang lebih luas lagi.

“Meskipun tidak kebal terhadap iklim pasar di mana bisnis kami beroperasi, kami memulai tahun 2023 dengan optimisme untuk dapat mengatasi semua tantangan di depan dan memiliki keyakinan penuh dalam mencapai pertumbuhan yang lebih baik secara berkelanjutan, dan pada akhirnya membawa kami lebih dekat ke profitabilitas,” kata Co-Founder dan CEO Blibli Kusumo Martanto dalam keterangan resminya.

Alibaba Dilaporkan Suntik Dana 5,2 Triliun Rupiah ke Lazada

Alibaba Group kembali menyuntik dana segar ke Lazada sebesar $353 juta atau sekitar 5,2 triliun Rupiah berdasarkan laporan VentureCap. DailySocial.id telah menghubungi pihak Lazada Indonesia untuk mengonfirmasi kabar ini, tetapi belum ada tanggapan.

Sejak didirikan pada 2012, Lazada Group tercatat telah mengumpulkan dana ratusan juta dolar dari berbagai investor, termasuk beberapa perusahaan teknologi terbesar di dunia. Lazada diakuisisi Alibaba senilai $1 miliar pada 2016. Pada 2017, perusahaan mengantongi $1,1 miliar pada putaran pendanaan yang dipimpin oleh Alibaba dan Temasek dengan total pendanaan yang telah dikumpulkan mencapai lebih dari $3 miliar.

Kemudian, Lazada kembali mengantongi dana segar sebesar $1 miliar dari Alibaba di 2018, menjadikan total investasi perusahaan Tiongkok ini di Lazada menjadi lebih dari $4 miliar. Pendanaan ini digunakan untuk mendukung pertumbuhan dan ekspansi Lazada di seluruh Asia Tenggara, dengan fokus  membangun jaringan logistik dan memperluas penawaran produknya.

Pada 2020, Lazada kembali mendapatkan pendanaan lagi sebesar $1,3 miliar dari sekelompok investor termasuk Alibaba, Temasek, dan investor institusional lainnya. Pendanaan ini digunakan untuk mendukung pertumbuhan dan ekspansi Lazada yang berkelanjutan, dengan fokus membangun kemampuan teknologi dan memperluas basis pelanggannya.

Seiring dengan semakin matangnya pasar e-commerce di Asia Tenggara, Lazada membutuhkan modal agar dapat bersaing secara sehat dengan pesaing lainnya yang semakin populer di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Perkuat posisi di e-commerce

Indonesia adalah pasar yang besar pemain e-commerce dengan populasi lebih dari 270 juta orang dan kelas menengah yang berkembang pesat. Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, pasar e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai $82 miliar pada 2025, naik dari $13 miliar pada 2015.

Lazada Group telah mengalami pertumbuhan positif di Indonesia, salah satu pasar utama mereka. Sejak diluncurkan di Indonesia pada 2012, Lazada telah menjadi pemain terkemuka di industri e-commerce dengan penetrasi kuat di daerah perkotaan maupun pedesaan. Salah satu kunci sukses Lazada di Indonesia adalah kemampuannya menjangkau pelanggan di pedesaan.

Indonesia adalah pasar yang sangat terfragmentasi, dengan banyak konsumen yang tinggal di daerah terpencil dengan akses terbatas ke toko tradisional. Lazada tercatat telah mampu memasuki pasar ini dengan menawarkan berbagai macam produk dan menyediakan pengiriman yang andal, bahkan ke daerah yang paling terpencil sekalipun.

Pemain lain yang juga memiliki basis pelanggan besar di Indonesia adalah Shopee. Hingga saat ini, Shopee telah beroperasi di lebih dari 10 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Shopee menawarkan rangkaian produk yang serupa dengan Lazada, tetapi dengan penekanan lebih besar pada social commerce dan mobile-first technology.

Persaingan antara Lazada dan Shopee diprediksi semakin meningkat sejalan dengan perkembangan pesat e-commerce Asia Tenggara. Kedua perusahaan terus berinvestasi di pemasaran, logistik, dan teknologi untuk tetap menjadi yang terdepan dalam persaingan, sekaligus berinovasi untuk menawarkan pengalaman berbelanja yang baru dan menarik bagi pelanggan mereka.