Moka Terintegrasi dengan Layanan OVO, TCASH, dan DANA

Moka sebagai startup penyedia layanan point-of-sale (POS) berbasis cloud mengumumkan kerja sama strategis bersama OVO, TCASH dan DANA untuk integrasi sistem pembayaran. Kini merchant yang berlangganan Moka bisa memanfaatkan layanan penjualan sekaligus pembayaran terpadu di satu platform.

Kerja sama tersebut dinilai Co-Founder & CEO Moka, Heryanto Tanjo, sebagai langkah konkret bagi startupnya dalam memasuki babak baru di industri point-of-sale Indonesia. Implementasi e-payment diharapkan dapat memobilisasi pelanggan untuk lebih nyaman bertransaksi, sehingga memberikan dampak baik kepada merchant itu sendiri.

Dengan adanya pembaruan sistem, Moka juga berambisi untuk memperluas jangkauan pelayanan di seluruh Indonesia. Hingga saat ini Moka telah menjangkau lebih dari 10 ribu pengguna di berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahun 2017 tercatat terdapat lebih dari 50 juta transaksi senilai $600 juta.

“Besar harapan kami agar integrasi inovatif ini bisa menjadi solusi bagi pelaku bisnis untuk terus meningkatkan skala bisnisnya. Kami berkomitmen agar selalu memberikan solusi teknologi terbaik bagi seluruh merchant, dan memperluas pelayanan lainnya agar pelaku bisnis dapat tumbuh bersama Moka,” ujar Heryanto.

Layanan e-payment yang digandeng Moka merupakan yang cukup bertumbuh saat ini. Sebaran pengguna OVO mencapai 9,5 juta pengguna, sementara TCASH sudah mencapai 20 juta pengguna tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk saat ini yang sudah terintegrasi dan bisa digunakan secara penuh untuk pembayaran di Moka adalah layanan OVO, sementara untuk TCASH dan DANA akan segera menyusul dalam waktu dekat.

“Kemitraan dengan Moka adalah kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak, di mana dapat membantu kami memperluas jangkauan layanan OVO di gerai fisik serta meningkatkan transaksi. Selain itu, kami juga memiliki tujuan untuk mendukung para pemilik bisnis dengan memberi akses akan pelanggan berkualitas dan memungkinkan pembayaran elektronik, loyalty points, dan penawaran eksklusif secara lebih mudah,” ujar Adrian Suherman, Presiden Direktur OVO.

Layanan Moka sendiri sudah dihadirkan sejak tahun 2014 dalam bentuk SaaS (Software as a Services). Beberapa layanan yang disuguhkan untuk pelaku bisnis (khususnya UKM) meliputi fitur adubustrasu penjualan, inventaris, operasional, loyalty program untuk pelanggan, ingredient inventory, hingga fitur merchant intelligence yang dapat membantu merchant untuk menganalisis kinerja bisnis.

Application Information Will Show Up Here

Makin Serius di Bidang Fintech, Razer Akuisisi MOL

Razer belum lama ini memulai debutnya di ranah e-commerce dengan membuka toko game digitalnya sendiri. Selain bertujuan untuk mendongkrak bisnis utama Razer di bidang penjualan hardware, Razer Game Store pada dasarnya juga menjadi medium yang pas untuk sistem pembayaran digital Razer yang bernama zVault.

Razer tampaknya melihat bidang payment ini sebagai industri yang berprospek cerah. Pasalnya, mereka baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi MOL. MOL, bagi yang tidak tahu, adalah salah satu perusahaan fintech terbesar di Asia Tenggara – meski beberapa orang mungkin lebih mengenalnya sebagai perusahaan yang mengakuisisi Friendster.

Sebelum ini, Razer sebenarnya sudah mengucurkan dana nyaris $20 juta untuk menjadi salah satu investor MOL, tepatnya pada bulan Juni tahun lalu ketika MOL ditunjuk menjadi distributor utama zGold (mata uang dalam sistem zVault). Kerja sama tersebut berujung pada penggantian branding MOLPoints menjadi zGold-MOLPoints.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Razer berniat untuk menyatukan platform pembayaran digital MOL dengan zVault, yang semestinya berarti MOLPoints akan digantikan sepenuhnya oleh zGold. Ini merupakan berita baik bagi Razer yang memang tengah mencoba peruntungannya di industri e-commerce dan payment di Asia Tenggara, seperti bisa dilihat dari keputusannya menggandeng Lazada sebagai channel resmi toko game digitalnya tidak lama setelah meresmikan Razer Game Store.

CEO Razer, Min-Liang Tan juga bilang bahwa akuisisi ini dapat membantu memuluskan realisasi sistem pembayaran RazerPay untuk negara Singapura yang sempat ia cetuskan tahun lalu. Dengan mengakuisisi MOL, Razer tak hanya bisa membuktikan skala besarnya, tapi juga meyakinkan regulator bahwa mereka memang punya teknologi yang tepat.

Sumber: TechCrunch.

Kabar Penjualan Fusion Payments kepada Grab, GO-JEK dan Traveloka

Layanan pembayaran digital asal Australia Fusion Payments dikabarkan sedang dalam proses negosisasi penjualan dengan tiga startup terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara yaitu GO-JEK, Traveloka dan Grab dengan nilai penjualan sebesar $20 juta (atau senilai 266 miliar Rupiah). Kepada e27 pihak GO-JEK mengatakan bahwa berita tersebut tidak benar adanya.

“GO-JEK tidak pernah melakukan komunikasi dan tidak memiliki interaksi dengan layanan pembayaran digital.”

Layanan pembayaran digital Fusion Payments menyediakan pembayaran internet, tv berbayar dan pre-paid mobile dengan menggunakan kartu kredit dan kartu debit. Di Indonesia Fusion Payments dikenal dengan nama BerUang. Selain itu Fusion Payments juga telah digunakan oleh beberapa operator telekomunikasi di Indonesia, di antaranya adalah Indosat Ooredoo dan XL Axiata.

Teknologi tepat untuk pengembangan pembayaran digital

Teknologi yang dihadirkan oleh Fusion Payments yang sepenuhnya menggunakan smartphone  untuk pembayaran, menjadi platform yang tepat untuk GO-JEK mengembangkan layanan GO-PAY dan Grab dengan GrabPay.

Dari pihak Fusion Payments sendiri yang sejak 5 tahun beroperasi di Indonesia, menargetkan pasar Indonesia untuk mengembangkan bisnis, dan rumornya Fusion Payments berniat untuk menjual perusahaan karena kesulitan untuk mendapatkan pendanaan dan tidak mampu menghadapi persaingan yang cukup sengit dengan GO-PAY produk milik GO-JEK yang semakin meningkat pertumbuhannya, begitu juga dengan Grab yang saat ini makin agresif melancarkan layanan pembayaran digital usai mengakuisisi Kudo.

Kudo disebutkan menjadi kendaraan legal untuk memperkuat penetrasi GrabPay di Indonesia. Sebagai sebuah layanan dompet digital, syarat kepemilikan lisensi e-money dari Bank Indonesia tentu menjadi dasar yang wajib diperjuangkan.

Masuknya Traveloka sebagai salah satu “calon pembeli” dari Fusion Payments menjadi kejutan tersendiri, di mana selama ini Traveloka dikenal lebih banyak melancarkan kegiatan pemasaran yang cukup masif.

Sebelumnya Expedia mengumumkan investasinya di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dengan mengambil saham minoritas di Traveloka senilai $350 juta (lebih dari 4,6 triliun Rupiah) untuk menyainginya. Selain dari Expedia, dalam setahun terakhir Traveloka secara total sudah mendapatkan dana $500 juta (lebih dari 6,6 triliun Rupiah) dari East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, and Sequoia Capital.

Salim Group Siap Rambah Perbankan Digital di Indonesia

Besarnya peluang sektor perbankan digital saat ini menjadi salah satu alasan mengapa akhirnya Salim Group mengakuisisi 51 persen saham Bank Ina Perdana dengan nilai yang diperkirakan mencapai 42 juta dolar AS atau setara Rp570 miliar. Akuisisi ini dilakukan sebagai upaya Salim Group memperkuat layanan e-payment untuk bisnis online.

“Menjadi masuk akal bagi kami untuk kembali fokus ke perbankan karena transaksi yang dilakukan bank saat ini cukup besar,” kata salah seorang eksekutif Salim Group kepada Nikkei.

Makin meningkatnya penetrasi smartphone membuktikan layanan e-payment semakin dibutuhkan, dalam hal ini sektor perbankan di Indonesia masih memiliki posisi krusial untuk pengembangan layanan e-payment. Keputusan Salim Group untuk mengoperasikan bank milik sendiri karena sangat penting untuk menjalankan bisnis digital end-to-end.

Mengembangkan layanan bank digital di Indonesia

Setelah mengakuisisi Bank Ina Perdana, Salim Group memiliki kesempatan untuk mengembangkan layanan e-payment menargetkan pemain skala kecil dengan menghadirkan layanan keuangan seperti pembayaran elektronik dan pinjaman peer-to-peer, yang saat ini makin marak bermunculan di tanah air. Untuk melancarkan rencana tersebut, melalui Indomaret, yang saat ini telah memiliki jaringan di seluruh Indonesia berjumlah 14 ribu gerai, bakal diterapkan teknologi pengenalan sidik jari yang dikembangkan oleh perusahaan patungan antara Salim Group dengan Liquid yang berbasis di Tokyo.

Untuk uji coba, Salim Group akan mulai menguji layanan baru secara internal untuk 500 ribu karyawannya pada paruh kedua tahun 2017. Nantinya karyawan Salim akan membuka rekening bank di Bank Ina dan membayar barang di Indomaret menggunakan pembaca sidik jari yang terhubung dengan rekening mereka.

Salim Group juga berencana untuk mengembangkan layanan peer-to-peer transfer uang dan pinjaman melalui gerai indomaret yang berfungsi sebagai cabang dari bank. Hal tersebut diungkapkan oleh  Presiden bank Ina Edy Kuntardjo. Kegiatan tersebut akan mulai diimplementasikan pada tahun 2018 mendatang. Saat ini Bank Ina masih terus berbenah terkait sistem utama dari perbankan, untuk meningkatkan proses transaksi yang nantinya akan dilakukan melalui Indomaret.

Langkah Salim Group ini menambah daftar panjang usahanya memasuki bisnis berbasis teknologi di Indonesia. Salim dan Lotte saat ini sedang membangun layanan e-commerce Indo Lotte. Mereka juga membawa co-working space Block 71 ke Indonesia.

Maraknya layanan perbankan digital lokal hingga asing di Indonesia

Bukan hanya Salim Group dengan Bank Ina Perdana yang membidik layanan perbankan digital di Indonesia, bank lokal dan bank asing lainnya juga sudah mempersiapkan perbankan digital.

Salah satu bank asing yang mulai serius merambah layanan pembayaran digital, adalah Digibank milik bank DBS (Singapura) diperkenalkan ke publik India April 2016 silam. Digibank disebut-sebut menjadi satu-satunya layanan mobile-only bank yang ada saat ini. Dengan dilengkapi teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk membantu para penggunanya, Digibank mencoba menghadirkan pengalaman baru dalam dunia perbankan.

Bank lokal lainnya yang saat ini sudah menunjukkan niatnya untuk menjadi bukan sekedar bank biasa adalah bank BTPN, yang menawarkan terobosan baru dalam dunia perbankan berbentuk aplikasi yang dirancang dapat membantu masyarakat dalam mengatur finansial pribadi lebih mudah lewat perangkat smartphone, dinamai Jenius.

Produk terkini yang sempat dipuji oleh Menkominfo Rudiantara, dibuat untuk menyasar segmen orang dengan mobilitas tinggi dan akses ke konektivitas internet.

Meskipun masih dalam pengembangan, besarnya peluang dan faktor pendukung yang ada bisa menjadi kunci utama Salim Group memasuki perbankan digital di Indonesia.

Kembangkan Teknologi Biometrik, Salim Group Dirikan Perusahaan Joint Venture

Sebagai salah satu konglomerat besar di Indonesia, Salim Group mulai mengembangkan teknologi terkini dengan menggunakan teknologi biometrik dengan mendirikan perusahaan joint venture bersama Liquid Inc Japan (Liquid). Perusahaan yang bernama PT Indoliquid Technology Sukses (Indoliquid) ini nantinya akan mengombinasikan teknologi dari Liquid yang mampu melakukan otentikasi biometrik dalam skala besar dengan tingkat akurasi dan kecepatan tinggi.

Teknologi tersebut akan digunakan untuk berbagai macam industri seperti manufaktur, agribisnis, distribusi, jasa keuangan, ritel hingga layanan e-commerce. Kerja sama ini sebelumnya telah dijalin sejak bulan November tahun lalu, namun awal tahun 2017 kolaborasi kedua perusahaan kembali diperkuat.

“Kami sangat gembira dalam pembentukan joint venture dengan Salim Group, sebagai mitra terbaik untuk teknologi kami dan pilihan berkolaborasi. Melalui joint venture ini, kami dapat menyediakan platform otentikasi yang fleksibel dan efisien di seluruh wilayah Indonesia. Kami merasa terhormat dan juga menanti untuk mengembangkan platform pembayaran next generation dan platform bisnis di Indonesia, yang akan memberikan kontribusi untuk mendukung gaya hidup masyarakat dan memiliki dampak bisnis besar di Indonesia,” kata CEO Liquid Inc. Jepang Yasuhiro Kuda.

Sebelumnya Liquid yang berbasis di Jepang telah berhasil mengembangkan platform otentikasi biometrik untuk proses pembayaran hanya dengan menggunakan sidik jari di taman hiburan. Selain sidik jari nantinya teknologi tersebut juga bakal digunakan untuk pengenalan wajah, identifikasi dan verifikasi. Teknologi tersebut juga bisa digunakan untuk layanan perbankan seperti pergantian kartu ATM, sehingga pengguna tidak lagi harus menggunakan kartu, PIN dan password ketika akan mengambil uang di ATM. Teknologi tersebut saat ini juga sudah banyak digunakan di mesin ATM di Jepang.

Integrasi dalam jaringan bisnis Salim Group

Biometrics Athentication Devices

Dengan mengembangkan teknologi biometrik tersebut Salim Group berencana untuk melakukan integrasi dengan keandalan jaringan bisnis Salim Group di pasar Indonesia dan sektor perdagangan internasional, meliputi Indofood (FMCG, dengan merek utama Indomie), Indomobil (otomotif), Indomaret dan Indomarco (ritel dan distribusi).

Dalam hal ini Salim Group bakal mengembangkan teknologi tersebut untuk platform pembayaran yang aman, untuk keperluan seperti belanja online, transaksi perbankan dan e-money dan kemajuan teknologi, pasar biometrik diharapkan dapat terus berkembang dan tumbuh secara global.

“Melalui joint venture ini, kami akan memberikan kepada konsumen, platform otentikasi yang dapat diandalkan. Dengan keahlian dari Liquid Inc dalam menciptakan platform otentikasi biometrik berskala besar dan pengalaman kami dalam mengelola jaringan bisnis berskala besar, kami percaya platform ini akan membawa manfaat bagi konsumen kami dan ekosistemnya,” ujar Chairman Salim Group Anthoni Salim.

Selanjutnya Indoliquid akan mengembangkan dan mempromosikan platform generasi selanjutnya dari distribusi, teknologi pembayaran untuk aplikasi biometrik yang akan memberikan kontribusi untuk situs layanan e-commerce dan e-payment di toko-toko ritel di Indonesia dan pasar global.

BNI Dorong Adopsi Perangkat Mobile Payment m-POS di Sektor Ritel

Sekitar dua tahun sejak peluncurannya, perangkat mobile Point-of-Sales (m-POS) BNI telah mengoperasikan 400 dongle dengan kebanyakan pendapatan, yang mencapai Rp 4 miliar per bulan, dipegang oleh klien agen perusahaan asuransi. Kini mereka mendorong adopsi m-POS ke klien ritel, dimulai dengan kerja samanya dengan grup restoran Boga Group.

Continue reading BNI Dorong Adopsi Perangkat Mobile Payment m-POS di Sektor Ritel

Pos Indonesia Berencana Luncurkan Layanan E-Payment, Gandeng Perusahaan Asing

PT. Pos Indonesia (Posindo) yang dikenal sebagai perusahaan milik negara yang menangani segala urusan logistik dikabarkan akan mengembangkan layanan usahanya yang berbentuk layanan pembayaran elektronik atau e-payment.

Continue reading Pos Indonesia Berencana Luncurkan Layanan E-Payment, Gandeng Perusahaan Asing

Pos Indonesia Berencana Luncurkan Layanan E-Payment, Gandeng Perusahaan Asing

PT. Pos Indonesia (Posindo) yang dikenal sebagai perusahaan milik negara yang menangani segala urusan logistik dikabarkan akan mengembangkan layanan usahanya yang berbentuk layanan pembayaran elektronik atau e-payment. Kabarnya, pengembangan usaha dari perusahaan logistik yang berdiri sejak jaman Belanda tersebut menggandeng perusahaan logistik asal Italia, Poste Italiane untuk membantu kembangkan layanan terbarunya tersebut.

(null)

Bebas Antri Tiket Dufan Lewat Fasilitas E-Payment Dari Doku

Salah satu penyedia fasilitas e-payment di Indonesia, Doku, baru saja meluncurkan layanan terbaru dengan menghadirkan layanan pembelian tiket Dunia Fantasi secara online dan real time. Pengembangan layanan ini ditujukan untuk memudahkan pengunjung Dunia Fantasi untuk tidak lagi berdesak-desakkan mengantri tiket di loket pada saat musim liburan seperti sekarang ini.

Continue reading Bebas Antri Tiket Dufan Lewat Fasilitas E-Payment Dari Doku