Fokus Platform SyariHub Hadirkan Metode Belajar Mengaji Secara Online

Platform edtech SyariHub asal Surabaya menawarkan kursus mengaji online secara privat. Berdiri sejak paruh 2020, SyariHub mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis yang positif.

Kepada DailySocial.id, COO SyariHub Reza Zamir bercerita mengenai layanan, metode pengajaran, hingga pengembangan bisnisnya tahun ini yang dibangun bersama istri sekaligus CEO SyariHub, Evilita Adriani.

Kurikulum dan metode pengajaran

Sistem pengajaran yang dihadirkan oleh SyariHub adalah memiliki opsi untuk menentukan sendiri kursus mengaji secara online. Memanfaatkan kurikulum yang dimiliki dan kerap diperbarui setiap 3 bulan, murid bebas untuk memilih sendiri metode belajar mengaji yang mereka inginkan.

“Kebanyakan murid yang datang ke SyariHub tidak tahu belajar mengaji dengan metode apa. Kita sediakan metode yang sudah dimiliki guru masing-masing. Namun, ada beberapa metode yang di-request oleh pengguna, tidak banyak jumlahnya,” kata Reza.

Sejak awal SyariHub mengklaim telah memiliki murid yang langsung bersedia untuk membayar kursus di SyariHub dengan menerapkan sistem berlangganan. Dengan demikian perusahaan bisa menjalankan bisnis mereka, memanfaatkan pendapatan yang ada.

Salah satu alasan mengapa banyak murid yang bersedia langsung membayar adalah, harga yang ditawarkan sangat terjangkau mulai dari Rp250 ribu per bulan. SyariHub mencatat sebanyak 55% pengguna mereka adalah dari kalangan dewasa dan sisanya adalah anak-anak. Lokasinya juga tersebar, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di luar negeri.

Sementara, untuk pengajar yang terdiri dari ustadz/ustazah, saat ini jumlahnya ada sekitar 100 orang. Untuk proses perekrutan yang mereka terapkan adalah melalui job portal hingga rekomendasi secara referral dari guru-guru yang sudah ada. SyariHub mengenakan komisi kepada para guru dari setiap kelas atau kursus yang mereka berikan kepada murid.

“Yang membedakan SyariHub dengan lainnya adalah fokus kami kepada proses belajar mengaji. Fokus belajar membaca Al-Quran secara privat, kita sediakan guru untuk belajar secara online menggunakan waktu secara fleksibel,” ucapnya.

Sebelumnya Reza dan istri sempat membangun bisnis syariah bernama Ojesy (kepanjangan dari Ojek Syar’i). Namun, perusahaan harus tutup di tahun 2019. Di 2020, keduanya mulai membangun SyariHub.

Platform digital dan sistem LMS

Melalui platform-platform digital, belajar mengaji menjadi lebih mudah diakses dan fleksibel bagi banyak orang. Melalui platform seperti Zoom, guru dan murid bisa langsung melakukan proses belajar-mengajar.

Platform Zoom untuk proses belajar mengaji / SyariHub

Konsep tersebut yang juga diterapkan oleh SyariHub di mana sebagian besar murid mereka menggunakan laptop hingga tablet. Untuk memberikan opsi lebih banyak, SyariHub juga berencana untuk meluncurkan aplikasi.

SyariHub juga membangun sendiri sistem Learning Management System (LMS) untuk membantu guru mengelola pengajaran yang diberikan kepada murid mereka. LMS ini juga berfungsi sebagai sistem admin SyariHub dengan para pengajar.

Belajar dari pengalaman bekerja terdahulu, Reza juga menilai sistem LMS punya peluang sebagai sebagai sumber pendapatan baru dengan menawarkannya kepada institusi pendidikan hingga pihak terkait lainnya. Untuk saat ini, LMS yang dikembangkan baru digunakan untuk keperluan internal.

“Kita ada sistem LMS sendiri yang kita bangun, tapi memang hanya digunakan untuk guru dan admin SyariHub. Namun bagi kami, LMS bukan dibangun untuk pengguna, melainkan untuk guru dengan murid dan sistem administrasi internal kita,” kata Reza.

Capai profitabilitas

SyariHub masih menjalankan bisnis secara boostrapping dan belum berencana untuk melakukan penggalangan dana. Namun, SyariHub membuka peluang penggalangan dana tahap awal jika penawaran dari investor sesuai.

Sejak awal berdiri, SyariHub mengklaim telah mencapai profitabilitas dan menjalankan bisnis dari pendapatan yang diperoleh. Tahun ini, SyariHub menargetkan kenaikan jumlah pengguna hingga 80% dan menambah jumlah pengajar.

Perusahaan menyebut telah bekerja sama dengan guru-guru bersertifikasi. Dengan pendekatan pengajaran yang efektif dan efisien, guru-guru ini siap membimbing para profesional dan anak-anak mereka dalam belajar mengaji.

“Target SyariHub adalah meningkatkan existing customer untuk belajar mengaji online secara privat sehingga semakin banyak orang di Indonesia maupun di luar negeri yang bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Kami ingin meningkatkan customer luar negeri yang jumlahnya masih 10% dari total customer aktif.” Tutup Reza.

Bimbel Milik Ruangguru Hadir di Ratusan Titik, Pertajam Strategi Blended Learning

Startup edtech Ruangguru makin menyeriusi konsep blended learning. Disebutkan pusat bimbingan belajar tatap muka (Ruangguru Learning Center) telah mencapai ratusan titik di Indonesia.

Mengutip dari blog perusahaan, terdapat lebih dari 200 cabang Brain Academy yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

“Sebagai pelopor metode pembelajaran online, kami tetap menyadari pentingnya pendekatan blended learning dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan lebih dari 40 juta pengguna yang telah merasakan manfaat dari solusi pembelajaran online komprehensif Ruangguru, kami memperluas layanan dan memberikan pengalaman blended learning yang dapat memenuhi kebutuhan siswa yang menginginkan interaksi tatap muka,” ujar Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara dalam keterangan resmi, Selasa (18/7).

Menurut Belva, ekspansi ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan pelajar SD-SMA yang mengalami perubahan signifikan dalam proses kegiatan belajar mengajar pasca-pandemi.

Ruangguru Learning Center menawarkan program belajar yang dirancang secara individual sesuai dengan kebutuhan setiap siswa dan dikelola oleh tim pendidik profesional yang berpengalaman.

Setiap Learning Center dilengkapi dengan fasilitas belajar terkini yang telah terintegrasi dengan Sistem Manajemen Belajar yang memungkinkan siswa untuk mengakses ribuan materi belajar dan persiapan ujian secara online. Juga, terdapat fasilitas Klinik PR untuk konsultasi pelajar yang dapat dijadwalkan sesuai kebutuhan.

Sejak 4tahun lalu Learning Center diperkenalkan ke publik, diklaim telah berhasil meningkatkan probabilitas kelulusan siswa di PTN hingga tiga kali lipat dan meningkatkan nilai dan prestasi belajar >90% siswanya.

Selain pelajaran-pelajaran yang diujikan di sekolah dan SNPMB (Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru), Ruangguru Learning Center juga menyediakan beragam kursus untuk berbagai segmen, seperti kursus bahasa Inggris (English Academy) untuk anak hingga dewasa dengan pengajar internasional dan lokal, serta Ruangguru for Kids yang membantu mengembangkan potensi dan kemampuan anak-anak, seperti kursus bahasa, coding, literasi, dan sekolah online bagi anak usia 3-12 tahun.

Adaptasi bisnis

Bagi pemain seperti Ruangguru dan Zenius yang menyasar K-12 sebagai target utama penggunanya, masuk ke bimbel offline merupakan strategi yang paling rasional agar tetap dapat relevan. Lantaran, daya jangkau solusi ini masih berpusat di perkotaan, terutama pulau Jawa. Zenius masuk ke ranah ini melalui akuisisinya terhadap Primagama.

Saat ini, pemerataan konektivitas internet juga belum terjadi di pedesaan, pun akses memiliki perangkat yang diperlukan untuk menggunakan alat edtech bagi pelajar berpenghasilan rendah juga terbatas. Alhasil, keleluasaan untuk bisa belajar online tidak dapat diakses oleh semua pelajar di Indonesia. Maka dari itu, proses belajar tatap muka masih menjadi andalan.

Pada prinsipnya, blended learning mendorong pertumbuhan kognisi pada siswa karena dilibatkan secara aktif dalam mengkaji pembelajaran yang diberikan, dengan bantuan pendampingan dari guru. Pada pembelajaran digital, teknologi hanya bersifat sebagai tambahan (suplemen), sementara pada blended learning, teknologi diintegrasikan secara seksama dalam desain pembelajaran. Hasilnya proses pembelajaran melibatkan interaksi dua arah antara guru dan siswa.

Nilai lebih ini sebelumnya belum mampu dihadirkan oleh pemain bimbel konvensional.

Dalam laporan keuangan Ruangguru, disebutkan perusahaan sudah meraup untung sebesar $3,7 juta pada 2021. sebelumnya perusahaan cetak rugi sebesar $1,2 juta pada 2020. Usai cetak laba, perusahaan memangkas ratusan karyawan pada akhir 2022. Tidak disebutkan total karyawan yang terdampak dari keputusan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang Game Edukasi SoLeLands Peroleh Pendanaan dari East Ventures dan SMDV

Startup edtech berbasis gim (edugames) SoLeLands mengumumkan perolehan pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari SMDV. Tidak disebutkan nominal yang diperoleh, dana akan dimanfaatkan untuk mengembangkan kapasitas dan produk dalam mempersiapkan soft-launching pada kuartal IV 2023.

“Kami percaya bahwa pendanaan dan dukungan ini akan membantu kami menghadirkan platform terbaik dalam memberdayakan para orang tua dan pendidik dalam mengembangkan potensi diri anak,” ujar Co-founder dan CEO SoLeLands Jonathan Prathama dalam keterangan resmi, Rabu (12/7).

SoLeLands didirikan pada 2022 oleh Jonathan dan Adhi Paisoseputra (COO). Sebagai orang tua, mereka menyadari bahwa anak-anak sekarang tumbuh beriringan dengan adopsi teknologi yang makin tinggi. Kondisi tersebut membuat para orang tua perlu membekali anak-anaknya dengan keterampilan, serta nilai-nilai yang dibutuhkan untuk dapat berkembang dan beradaptasi di era yang terus berubah.

Edugames SoLeLands

SoLeLands

SoLeLands hadir sebagai solusi ideal untuk memastikan pengenalan dan stimulasi yang tepat dalam mempersiapkan anak-anak yang tanggap digital. Platform ini berfokus pada dua tujuan utama, yaitu menemukan minat anak-anak dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sebagai edugames, SoLeLands menerapkan pendekatan yang mengutamakan permainan (game-first) untuk mendukung orang tua dan pendidik dalam mempersiapkan keterampilan dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk anak-anak. SoLeLands memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna, sehingga berbeda dengan cara-cara alternatif anak untuk belajar dan menghabiskan waktu mereka.

Dijelaskan lebih jauh, SoLeLands menekankan pentingnya perkembangan anak di berbagai bidang, seperti kecakapan hidup (life skills), budi pekerti, kecerdasan, dan kompetensi. Dengan banyaknya informasi yang mungkin masih baru bagi anak, SoLeLands menyajikan konten pembelajaran dalam format yang mudah dicerna untuk memastikan pengertian dan pemahaman yang lebih baik.

Selain itu, SoLeLands menawarkan Talent Manager Tool untuk menghadirkan kolaborasi antara orang tua dan anak, sehingga orang tua bisa melihat secara langsung apa saja minat dan bakat anak mereka. Dengan demikian, informasi ini bisa digunakan orang tua untuk membimbing perkembangan anak-anak mereka, sambil tetap memprioritaskan kemandirian dan keamanan anak-anak, dan membangun kecintaan mereka untuk belajar dan membekali mereka dengan rasa ingin tahu.

SoLeLands memahami pentingnya menghubungkan permainan dan kehidupan nyata untuk menyerap pengetahuan baru. Oleh karena itu, edugames ini menerapkan genre permainan massively multiplayer online role-playing game (MMO RPG) untuk memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik melalui pengaturan yang terlokalisasi dan berbagai fitur yang secara objektif membantu dalam mengidentifikasi minat yang tepat.

Permainan ini menyajikan pembelajaran di lingkungan realitas (synthetic environments) dilengkapi berbagai landmark yang tidak asing bagi para pengguna. Untuk menambah keseruan bermain, para pengguna bisa memilih berbagai peran, antara lain sebagai inventor, ahli biologi, arkeolog, dan lainnya.

Investment Professional East Ventures Jordy Tenka menuturkan, “Kami percaya bahwa pendekatan dan penawaran inovatif SoLeLands merupakan solusi yang tepat dan belum pernah ada sebelumnya, karena mereka tidak hanya berfokus pada life skills dan kompetensi, tetapi juga pada tujuan jangka panjang untuk membangun kecintaan terhadap belajar. SoLeLands hadir untuk memberdayakan dunia pendidikan di Indonesia dan pada akhirnya berkontribusi pada proses pembelajaran yang lebih baik bagi generasi muda dan masyarakat.”

SEVIMA Hadirkan Platform SaaS untuk Digitalisasi Perguruan Tinggi

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan di tanah air telah mengalami transformasi luar biasa berkat teknologi. Saat kegiatan belajar offline beralih ke digital, muncul platform Software-as-a-Service (SaaS) sebagai solusi untuk sektor pendidikan.

Salah satu platform SaaS yang menghadirkan solusi terpadu adalah SEVIMA. Berdiri di 2003 dan berbasis di Surabaya, SEVIMA menyebut telah mengalami pertumbuhan positif dari proyek klien yang dikerjakan, terutama saat pandemi.

Kepada DailySocial.id, CMO SEVIMA Andry Huzain, mengungkap fitur dan layanan yang ditawarkan, klaim profitabilitas yang dicapai di 2019, dan rencana bisnis selanjutnya.

Platform SaaS untuk perguruan tinggi

Mengklaim sukses menggarap proyek sejumlah klien, SEVIMA melihat peluang dalam menyediakan solusi SaaS untuk perguruan tinggi yang kini berkembang menjadi Sistem Akademik berbasis SaaS atau “SEVIMA Platform”. Solusi ini disebut dapat merevolusi digitalisasi kampus dengan biaya terjangkau dan mengatasi berbagai masalah administrasi kampus.

Masalah tersebut di antaranya adalah proses penerimaan mahasiswa, pembayaran kuliah, pembelajaran online, akreditasi, penerbitan ijazah, hingga pelaporan data kampus kepada pemerintah, yang dulunya harus diinput satu per satu di sistem hingga dicetak.

Dengan SEVIMA Platform, semua aktivitas tersebut dapat diproses secara otomatis dan saling terintegrasi. Saat ini, SEVIMA menyebut sebagian besar kliennya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dari segmen menengah hingga ke atas. Selain itu, akselerasi teknologi akibat pandemi dinilai memengaruhi pertumbuhan bisnis SEVIMA. Memanfaatkan fitur seperti EdLink, mahasiswa dapat mengakses platform SEVIMA pada saat pandemi.

“Pandemi menjadi agen transformasi untuk semua orang dan mengakselerasi semua. Kami memiliki LMS yang bernama EdLink yang kami perkenalkan lebih jauh saat masa pandemi kepada mahasiswa,” kata Andry.

Capai profitabilitas

Berbeda dengan platform edcteh pada umumnya yang masih memperoleh pendanaan, SEVIMA telah mencapai profitabilitas dan menerapkan kegiatan kampanye pemasaran secara grassroots, word of mouth, dan community base.

“SEVIMA adalah tech company dan tidak pernah bakar uang, marketing cost bisa dibilang zero,” kata Andry.

Meski saat ini sudah ada beberapa platform lokal yang menawarkan layanan serupa, Andry menilai kondisi tersebut justru memvalidasi bisnis SEVIMA. Tercatat hingga saat ini ada sekitar 800 kampus dan 3 juta mahasiswa seluruh Indonesia yang telah menggunakan platform SEVIMA.

SEVIMA mengklaim lebih unggul dari platform sejenis karena menghadirkan rangkaian produk lengkap dan mendalam dari hulu hingga ke hilir, mulai dari calon mahasiswa memanfaatkan portal (MauKuliah) untuk mencari kampus ideal yang tepat hingga menjadi mahasiswa sampai yudisium hingga menjadi alumni.

Menurut Andry, kehadiran SEVIMA mampu mendemokratisasi digitalisasi dan integrasi business process pengelolaan kampus. Tidak harus lewat laptop, aksesnya dapat dilakukan dengan ponsel. Sebelumnya, digitalisasi dan kemudahan akses administrasi dianggap hanya menjadi privilege yang dinikmati kampus-kampus besar karena telah mapan secara finansial dan mampu membuat aplikasinya sendiri.

“Jadi kita fokus ke satu yaitu untuk menjadi operating system dari perguruan tinggi dengan menghadirkan banyak layanan yang relevan,” kata Andry.

Berlangganan dan agregator pembayaran

Sumber: SEVIMA

SEVIMA menawarkan model berlangganan, memungkinkan lembaga pendidikan untuk mengakses berbagai fitur dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Selain delapan opsi berlangganan, SEVIMA juga menyediakan paket gratis SEVIMA GoFeeder Community yang dapat digunakan perguruan tinggi yang akses internetnya terbatas dan tidak memiliki mahasiswa dalam jumlah yang besar.

SEVIMA juga memiliki layanan SevimaPay yang berfungsi untuk memfasilitasi kampus dan bank untuk menerima pembayaran biaya kuliah mahasiswa secara online lewat berbagai metode, termasuk ATM dan mobile banking. SevimaPay berupaya menyederhanakan dan menyelaraskan proses pembayaran sehingga lebih mudah, cepat, dan transparan. Adapun, SevimaPay berkontribusi besar terhadap total GMV perusahaan.

“Bagian dari ekosistem kami, SevimaPay adalah payment aggregator di 800 kampus untuk bisa membayar uang kuliah melalui minimarket. Tampaknya sederhana, tapi sangat berarti bagi mahasiswa yang sebelumnya harus bayar manual di kampus dan belum memiliki akses ke perbankan,” ungkap Andry.

Ekspansi

Tahun ini, perusahaan berencana menghadirkan inovasi yang relevan dengan pengembangan fitur, melakukan ekspansi pasar dan perekrutan, serta mengeksplorasi pengembangan AI. SEVIMA mengklaim tumbuh secara berkelanjutan sebesar 50% (YoY), dengan target addressable market domestik yang masih terbuka luas.

Disinggung tentang penggalangan dana, Andry menegaskan, jika ada investor yang menawarkan peluang untuk mendukung ekspansi regional SEVIMA, ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi perusahaan dan kerja sama yang strategis.

“Di Indonesia ada 4.500 kampus dan baru sekitar 800 kampus yang menggunakan SEVIMA. Komitmen kami sangat kuat untuk memperluas demokratisasi kampus, termasuk peluang untuk ekspansi ke luar negeri dalam tiga tahun ke depan.” Tutup Andry.

10 Startup Peroleh Dana Pra-Seri A dari Accelerating Asia Cohort 8, Salah Satunya Lister

Lister, startup edtech asal Indonesia, termasuk dalam 10 peserta program akselerator Cohort 8 yang memperoleh investasi pra-seri A dari pemodal ventura tahap awal Accelerating Asia.

Lister adalah satu-satunya startup lokal asal Yogyakarta yang lolos ke dalam cohort tersebut. Beroperasi sejak 2019, Lister merupakan platform pembelajaran online untuk bahasa dan persiapan ujian yang menargetkan pengguna individu dan korporasi.

Selain itu, Lister menjadi startup ke-8 yang didanai Accelerating Asia sepanjang kiprahnya di Asia Tenggara. Sejumlah nama startup asal Indonesia lainnya yang telah bergabung dalam portofolio Accelerating Asia antara lain Datanest, HealthPro, IZY.ai, KaryaKarsa, Tokban, TransTRACK.ID, dan MyBrand.

Tidak dipaparkan nilai investasi yang diterima setiap startup. Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Accelerating Asia menyuntikkan dana tahap pra-seri A hingga SGD200 ribu per startup. Yang pasti, sumber dananya berasal dari dana kelolaan Fund II bernilai $20 juta yang diluncurkan akhir 2021. Dana tersebut digunakan untuk investasi pra-seri A di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Cohort 8

Dalam keterangan resmi, Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Craig Dixon menyampaikan bahwa startup peserta dari Cohort 8 mewakili tujuh negara di seluruh Asia Tenggara (Singapura, Indonesia, dan Filipina), Asia Selatan (India, Bangladesh, dan Pakistan), serta kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (Uni Emirat Arab). Mereka berasal dari berbagai industri, termasuk pendidikan, e-commerce, logistik, insurtech, agritech, dan masih banyak lagi.

Dari keragaman tersebut, ke-10 startup ini memiliki kesamaan penting: punya daya tarik pasar yang signifikan. Diklaim hingga saat ini, secara kolektif telah mengumpulkan pendanaan sebesar $5,8 juta. Walau semuanya berhasil menggalang dana, terjadi penurunan nominal secara keseluruhan karena kekuatan pertumbuhan pendapatan. Disebutkan GMV kolektif mencapai lebih dari $57 ribu per bulan dan pendapatan bulanan rata-rata lebih dari $27 ribu.

Cohort baru yang masuk ke dalam portofolio memiliki pendapatan awal yang kuat dan daya tarik penggalangan dana di pasar lokal masing-masing. Accelerating Asia berharap dapat membantu mereka memanfaatkan kesuksesan awal ini untuk menskalakan wilayah geografis yang lebih besar dan menggalang dana dari rangkaian investor yang lebih besar di seluruh dunia,” kata Dixon.

Dalam menjalankan misi Accelerating Asia memanfaatkan kewirausahaan untuk mengatalisasi perubahan, startup didorong untuk membuat dampak sosial di komunitas mereka. Pasalnya, pihaknya mempertimbangkan investasi pada startup dengan dampak yang tertanam (impact embedded) dalam model bisnis inti mereka dengan SDG sebagai kerangka kerjanya.

Disebutkan, perusahaan portofolio telah menciptakan lebih dari 1.000 pekerjaan dan investasi lensa gender mencapai 50% dari semua startup dalam portofolio. Secara akumulasi dari seluruh cohort, Accelerating Asia telah membina 70 startup di lebih dari 20 vertikal, yang dipimpin oleh lebih dari 100 pendiri. Startup ini memiliki pendapatan bulanan rata-rata lebih dari $285 ribu dan pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 520%.

Di luar investasi yang dikucurkan Accelerating Asia, portofolionya telah menarik investor top tidak hanya dari Asia Pasifik, tetapi di seluruh dunia. Secara total, mereka telah mengumpulkan modal ventura lebih dari $63,8 juta sehingga total valuasi portofolio menjadi $600 juta. Angka ini juga tidak dipengaruhi oleh segelintir outlier: 100% portofolio telah meningkatkan modal luar.

Jajaran nama-nama investornya mulai dari Sequoia Capital, Cocoon Capital, MDI Ventures, Wavemaker Partners, dan Indonesia Women Empowerment Fund sebagai pendukung mereka, selain angel investor dan jaringan top. Beberapa investor ini juga memilih bekerja sama dengan Accelerating Asia secara langsung sebagai limited partner.

Menurut Co-Founder dan General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo, para investor ini memilih untuk bermitra dengan organisasi karena tiga alasan utama.

“Dengan ukuran dan skala portofolio Accelerating Asia, investor dapat memperoleh diversifikasi langsung di seluruh industri dan pasar. Mereka juga mendapatkan akses ke startup dengan kualitas terbaik, karena tingkat selektivitas untuk setiap kelompok kurang dari 2%. Terakhir, mereka dapat memanfaatkan portofolio sebagai sumber aliran transaksi untuk startup yang relevan dengan tesis untuk dana mereka sendiri,” kata Naidoo.

Adapun penyelenggaraan Demo Day untuk Cohort 8 ini akan diadakan pada 3 Agustus mendatang.

Ruangguru Catat Profit Bisnis di Tahun 2021

Startup edtech Ruangguru mencapai profitabilitas pertamanya dengan meraup laba sebesar $3,7 juta (sekitar Rp55 miliar) pada 2021, dari rugi yang diderita sebesar $1,2 juta (sekitar Rp18,6 miliar) pada 2020.

Berdasarkan laporan keuangan yang kami akses melalui platform Venture Cap, Ruangguru mengantongi pendapatan $102,6 juta (sekitar Rp1,52 triliun). Sementara tahun sebelumnya berkisar $63 juta (sekitar Rp940 miliar).

Per Desember 2021, Ruangguru menyimpan kas tunai yang disimpan di bank sebesar $129 juta. Diketahui, perusahaan memperoleh pendanaan lanjutan seri C sebesar $55 juta dipimpin oleh Tiger Global Management pada pertengahan 2021.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Ruangguru mengklaim telah mencapai Net Promoter Score (NPS) tertinggi di semua kategori produknya dengan mengantongi pertumbuhan pendapatan berlipat. Ruangguru menandai 2021 sebagai tahun pertamanya di titik profitabilitas.

Per 2020, Ruangguru tercatat memiliki total juta pengguna dari tiga negara operasionalnya, yakni Indonesia, Vietnam (KienGuru), dan Thailand (StartDee). Adapun, ekspansi perusahaan telah dilakukan sejak 2019 melalui aksi akuisisi.

Efisiensi efek winter

Usai mengantongi laba, Ruangguru kemudian memangkas ratusan karyawan menjelang akhir 2022. Tidak disebutkan jumlah karyawan yang terdampak.

Para pendiri Ruangguru, Adamas Belva Devara dan Iman Usman, saat itu menyatakan saat itu bahwa aksi PHK ini adalah dampak peningkatan permintaan yang besar pada awal pandemi. Perusahaan mengalami pertumbuhan tinggi dalam dua tahun terakhir dan berujung pada rekrutmen masif.

Tak hanya Ruangguru, startup di segmen yang sama, Zenius, juga melakukan perampingan karyawan lewat tiga gelombang. Di 2020, Zenius mengumumkan dua kali PHK, pertama pada Mei dengan memangkas 200 orang, dan kedua awal Agustus dengan 600 karyawan terdampak.

Gelombang ketiga terjadi pada awal Februari 2023. Manajemen Zenius menyebut situasi ekonomi memaksa perusahaan untuk melakukan restrukturisasi organisasi demi memastikan pertumbuhan jangka panjang.

Application Information Will Show Up Here

Startup Edtech Rakamin Raih Pendanaan, Fokus Hasilkan Talenta Digital Berkualitas

Indonesia tengah berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemimpin pasar teknologi global. Dengan populasi terbesar keempat di dunia, negara ini tengah menikmati bonus demografi — 69% penduduknya masuk kategori produktif. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, bonus ini dapat menjadi bumerang dan berujung jadi beban negara.

Dalam kategori “pekerja berpengetahuan”, Indonesia menempati peringkat ke-125 dari 131 negara menurut Global Innovation Index. Ini menunjukkan kelemahan yang jelas dalam menemukan talenta maju untuk inovasi. Maka dari itu, diperlukan metode pendidikan alternatif untuk bisa mengembangkan ekosistem talenta teknologi lokal.

Ada banyak inisiatif yang juga telah dikembangkan untuk bisa membenahi sektor pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah Rakamin Academy, sebuah platform pembelajaran yang memungkinkan pengguna untuk terkoneksi dan membangun karier di era digital. Platform ini bertujuan untuk membangun akses pendidikan yang lebih inklusif dan berdampak.

Rakamin didirikan oleh Andika Deni Prasetya pada Mei 2020, ia mulai menemukan passion-nya di bidang pendidikan sejak di bangku sekolah. Semasa kuliah, ia juga pernah membuat wadah diskusi minat dan bakat menggunakan platform sosial media LINE. Setelah itu, ia juga sempat membangun mesin pencari lokal yang mengemban misi sosial bernama Geevv.

Belum lama ini, Rakamin telah menerima pendanaan tahap awal dari VC asal Australia, Investible, dengan partisipasi dari akselerator Edutech, EduSpaze serta CVC yang didukung Alibaba, eWTP Capital. Tidak disebutkan berapa nilai investasi yang disalurkan pada putaran ini. Andika hanya menyampaikan bahwa “putaran ini sebenarnya sudah ditutup pada awal tahun ini.”

Dalam pemberitaan Investible, disebutkan bahwa permintaan yang semakin tinggi akan pekerja teknologi telah menguras armada sarjana teknik, utamanya engineer dan programmer dari universitas lokal. Lulusan non-STEM memasuki sektor ini untuk memenuhi permintaan, tetapi diperlukan metode alternatif untuk melatih mereka.

Disinilah peran Rakamin menjadi penting. Perusahaan edtech yang berkembang sudah mulai mempersiapkan karyawannya untuk mengambil peran teknologi di tubuh perusahaan menggunakan platform dan jalur pembelajaran mutakhir. Tujuan utamanya adalah menciptakan generasi pekerja untuk mengatasi kekurangan teknologi.

Terkait bisnis edtech, menurut Andika, tidak bisa sepenuhnya dikelola dengan mengandalkan teknologi untuk bisa dikomersilkan. Namun, banyak startup melakukan hal itu. “Rakamin fokus bukan hanya di skala, melainkan juga kualitas. Ini yang akan menjadi inovasi utama,” ungkap Andika dalam wawancara bersama DailySocial.

Solusi Rakamin

Salah satu alasan Andika mendirikan Rakamin adalah peningkatan kompetensi bangsa tidak hanya terbatas pada kemampuan tetapi harus diiringi dengan motivasi. Banyak pelajar yang masih memiliki isu terkait memilih jalur yang tepat dalam berkarier. Hal ini diduga menjadi salah satu penghambat meningkatnya kapasitas bangsa.

Rakamin memosisikan diri sebagai tech academy. “Sejak awal, Rakamin didesain untuk pengembangan karier secara menyeluruh. Dalam 2 minggu proses pembelajaran, peserta akan dibantu untuk bisa mengenali diri sendiri. Setelah itu, tim Rakamin juga akan membantu mengarahkan dan mengembangkan minat dan bakat,” jelas Andika.

Rakamin dirancang untuk melatih profesional muda tanpa latar belakang teknis untuk mengembangkan kompetensi ilmu dan teknologi komputer. Selain program intensif selama 4 bulan, siswa juga bisa berpartisipasi dalam program magang virtual berbayar dengan startup dan perusahaan teknologi lokal Indonesia ternama untuk membuat simulasi kerja dari tugas dunia nyata.

Sistem manajemen pembelajaran (LMS) milik Rakamin menawarkan jasa profesional industri sebagai instruktur, menyediakan alat-alat yang dibutuhkan serta wawasan kontemporer yang dipercaya relevan bagi pencari kerja untuk lebih unggul dalam karier teknologi pilihan mereka.

Setelah berhasil dalam proses magang, para profesional muda ini ditawari posisi jangka panjang di organisasi terkait. Kombinasi dari tugas-tugas simulasi, lingkungan kerja terintegrasi, dan peluang karier jangka panjang menciptakan akses yang terjangkau ke dunia teknologi untuk pekerja non-teknis.

Rencananya, Rakamin akan menggunakan dana segar ini untuk pengembangan sumber daya dan inovasi. Selain itu, perusahaan juga akan fokus untuk mengembangkan platform ini agar menjadi sebuah ekosistem. Andika juga mengungkapkan rencana perusahaan untuk merambah industri HRtech dengan mengembangkan platform B2B untuk menjembatani talenta dan perusahaan.

Melalui layanannya, hingga saat ini Rakamin telah melatih lebih dari 70.000 profesional Indonesia dengan melibatkan lebih dari 150 instruktur di platformnya. Pada Q1 2023 ini, sudah ada sekitar 40 kampus yang bergabung di ekosistem Rakamin, serta lebih dari 200 perusahaan yang bekerja sama untuk proses rekrutmen.

Ruangguru Akuisisi Platform Edtech Asal Vietnam “Mclass”

Startup edtech Ruangguru mengumumkan akuisisi atas Mclass, sebuah platform live teaching asal Vietnam. Hal ini disebut sebagai langkah strategis perusahaan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapabilitasnya di wilayah tersebut.

Ruangguru telah lebih dulu memulai ekspansi ke Vietnam dengan nama Kien Guru pada 2019. Vietnam menjadi negara pertama tujuan ekspansi Ruangguru karena dinilai memiliki masalah yang sama seperti yang dihadapi Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya di bidang pendidikan.

Co-Founder dan CEO Ruangguru Belva Devara meyakini reputasi dan keahlian Mclass dalam pembelajaran daring dapat semakin memperluas penawaran, meningkatkan bisnis, serta melengkapi solusi pembelajaran Ruangguru di Vietnam dan Asia Tenggara.

Ruangguru juga memperkuat posisinya sebagai salah satu pemimpin pasar di sektor edtech yang berkembang di Vietnam. “Visi kami adalah menjadi perusahaan teknologi pendidikan terdepan di Asia Tenggara dan kami yakin bahwa akuisisi ini merupakan langkah lanjutan untuk mencapai tujuan tersebut,” ungkap Belva.

Didirikan oleh Nguyen Van Khai dan Nguyen Minh Thang pada 2019, Mclass bekerja sama dengan guru-guru terbaik di negara tersebut untuk menawarkan sesi live teaching pada mata pelajaran matematika, sains, sastra, serta persiapan perguruan tinggi seperti IELTS. Dalam waktu kurang lebih empat tahun, Mclass disebut telah menjadi platform pembelajaran daring ternama di Vietnam.

Pendekatan inovatif Mclass mengundang respons positif dan daya tarik yang kuat pada siswa maupun orang tua. Hal ini ditunjukkan oleh sekitar 10 juta pengikut di media sosial para guru, sesi live teaching yang berhasil meraih 85 ribu peserta pelajar, dan total 1 juta replay untuk satu sesi pembelajaran di 2022.

Solusi pembelajaran daring K-12 dari Kien Guru telah digunakan oleh lebih dari 2,5 juta siswa di Vietnam selama empat tahun terakhir, termasuk solusi video belajar (pre-recorded), live teaching, dan fitur khusus untuk membantu siswa mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah.

Akuisisi ini tidak hanya memperluas solusi pembelajaran bagi siswa, tetapi
juga akan memberikan kesempatan yang baik bagi guru Mclass untuk memperluas jangkauan mereka dan memberi dampak kepada lebih banyak siswa di Vietnam dan sekitarnya.

Pasar edtech di Vietnam

Pada tahun 2019, Vietnam masuk dalam sepuluh besar pasar pendidikan online dengan pertumbuhan tercepat secara global dan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 44,3%. Saat ini, terdapat lebih dari 200 bisnis edtech di Vietnam dengan dua juta pengguna secara nasional. Pemerintah Vietnam memperkirakan ukuran pasar ini tidak kurang dari $2 miliar.

Dilansir dari media lokal Vietnam, pendapatan pasar e-learning Vietnam diperkirakan mencapai sekitar $3 miliar di 2023 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sekitar 20,2% selama 2019-2023 menurut laporan Ken Research.

Sementara, laporan terbaru Do Ventures, edtech adalah bidang terbanyak diinvestasikan ketiga di Vietnam dalam delapan tahun terakhir di sektor teknologi. Total investasi VC ke sektor edtech di Vietnam adalah $103 juta, diikuti pembayaran ($462 juta), dan ritel ($416 juta). Namun, bidang edtech dan transformasi digital pendidikan di Vietnam dinilai masih dalam tahap awal.

Salah satu modal ventura paling aktif dari Indonesia dan juga salah satu investor pertama di Ruangguru, East Ventures, belum lama ini juga mengucurkan investasi pada platform pembelajaran online berfokus bahasa asal Vietnam, Prep. Ini adalah startup Vietnam kedua yang tahun ini mendapatkan dukungan pendanaan dari East Ventures

Dalam sebuah wawancara bersama DailySocial.id, Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, sebagai negara dengan populasi terbesar kedua di regional, pertumbuhan ekonomi digital di sana cukup kencang. Selain itu, Vietnam dikenal sebagai salah satu pemasok talenta teknis untuk ekosistem digital global; yang berarti memenuhi variabel untuk pengembangan tim lokal yang kuat.

Application Information Will Show Up Here

Cakap Umumkan Pendanaan Seri C, Klaim Telah Berstatus Centaur

Startup edtech Cakap mengumumkan telah merampungkan pendanaan segar dalam putaran seri C1 dari MDI Ventures dan Heritas Capital. Meski tidak disebutkan nominal dananya, disebutkan Cakap telah memiliki valuasi lebih dari tiga digit dan masuk ke jajaran startup dengan status centaur (valuasi antara $100 juta-$1 miliar, satu tahap di bawah unicorn).

Kedua VC ini investor existing Cakap, sebelumnya mereka memimpin putaran seri B yang telah rampung pada 2021 senilai $10 juta.

Dana yang diraih ini rencananya akan digunakan untuk pengembangan bisnis menuju blended learning (offline dan online). Perusahaan akan memperkuat performa unit bisnisnya di tiga pilar, yakni bahasa, upskill, maupun bisnis.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (12/4), Co-founder dan CEO Cakap Tomy Yunus menyampaikan perilaku dan cara belajar masyarakat yang dinamis, memicu pihaknya untuk adaptif memberikan solusi pembelajaran yang lebih relevan di masa pasca-pandemi dan ke depannya.

“Cakap berharap dapat menjembatani permintaan pasar dengan sistem pembelajaran bauran/blended learning. Dengan lebih banyak opsi seperti blended learning, masyarakat akan dimudahkan dalam memilih cara belajar yang disesuaikan dengan minat serta kebutuhan masing-masing,” jelas Tomy.

CEO MDI Ventures Donald Wiharja turut memberikan tanggapannya. Dia mengharapkan, pendanaan terbaru ini dapat semakin memperkuat sinergi antara Telkom Group secara keseluruhan dan MDI secara khusus, dengan Cakap yang selama ini sudah terjalin baik. Dicontohkan, pada kuartal awal tahun ini, Cakap bersama dengan provider komunikasi Telkomcel dari Timor Leste, telah memperluas pembelajaran ke wilayah negara tersebut.

“Sehingga kami berharap, pendanaan terbaru tidak hanya memperkuat Cakap secara bisnis, namun juga menghasilkan impact sosial yang positif terhadap pendidikan di Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, CEO & Direktur Eksekutif Heritas Capital Chik Wai Chiew menyampaikan, “Sebagai platform upskilling, Cakap telah menunjukkan catatan yang baik dari sisi operasional dan keuangan yang menonjol di Indonesia. Kami menantikan implementasi yang kuat dari Cakap dalam memperluas solusi edtech-nya dan mempercepat akses terhadap pembelajaran dan pendidikan yang berkualitas serta terjangkau, bagi bangsa Indonesia maupun lebih luas lagi.”

Tomy melanjutkan, seiring peningkatan status menjadi centaur, perusahaan melakukan restrukturisasi internal organisasi. Menunjuk Jonathan Dharmasoeka sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan Cecilia Ong sebagai Chief Operating Officer (COO). Sebelumnya, Jonathan menjabat sebagai Chief of Business Officer, sementara Cecilia sebagai VP of CEO Office.

Meski Tomy tidak merinci pencapaian Cakap terkini, diklaim telah meraih EBITDA positif dalam tiga tahun berturut-turut dan beroperasi dengan efisien sehingga tidak melakukan downsizing. Total pengguna Cakap disebutkan telah mencapai tiga juta orang.

Berikut pencapaian bisnis perusahaan:

  • Tiga tahun berturut-turut membukukan laba dengan margin EBITDA positif
  • Pendapatan tumbuh 10x lipat sepanjang 2020-2022;
  • Memiliki lebih dari tiga juta pengguna, dari kalangan usia produktif 20-39 tahun tersebar di 96 dari total 98 kota di Indonesia;
  • Kontributor pendapatan perusahaan: Bahasa menyumbang 50%, kemudian sisanya Upskill dan Bisnis;
  • Memiliki lebih dari 1.800 pengajar datang dari Indonesia, serta negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa;
  • Menjalin lebih dari 600 kemitraan dengan institusi pendidikan, perusahaan, instansi pemerintahan, hingga yayasan. Salah satunya, kerja sama dengan provider Telkomcel asal Timor-Leste untuk penyediaan program pembelajaran dari Bahasa Portugis hingga keterampilan di luar bahasa.
Application Information Will Show Up Here

East Ventures Berikan Pendanaan ke Prep, Startup Edtech Asal Vietnam

Platform pembelajaran online berfokus bahasa asal Vietnam, Prep, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $1 juta atau lebih dari Rp14,9 miliar dipimpin oleh East Ventures dan Cercano Management. Sebelumnya, Touchstone Partners juga telah mengucurkan investasi dengan angka serupa, membuat total pendanaan Prep menjadi $2 juta atau hampir Rp30 miliar.

Perolehan dana segar ini diharapkan bisa memperkuat balance sheet perusahaan dan mempercepat pengembangan produk serta berbagai kegiatan bisnis dalam meningkatkan adopsi pasar. Prep sendiri menawarkan berbagai solusi kursus online dan latihan ujian simulasi berfokus pada bahasa terstandardisasi, seperti IELTS, TOEIC, serta ujian kelulusan tingkat SMA.

Prep menawarkan konten interaktif yang mendorong keterlibatan dan partisipasi aktif antar siswa. Dari sisi teknologi, platform ini mensimulasikan situasi ujian nyata yang imersif dan interaktif, serta dapat dipersonalisasi dan disesuaikan dengan gaya belajar, kecepatan dan preferensi siswa.

Didirikan pada 2020 oleh Tu Pham (Founder & CEO), dan Tran Hoai Nam (Co-Founder & CTO), Prep memiliki misi untuk memperluas akses bagi persiapan ujian yang berkualitas.

Selain kurangnya interaksi dan personalisasi pada platform online, sebagian besar pelajar mengalami hambatan geografis untuk mengakses pendidikan offline. Hal ini terjadi karena kebanyakan guru berpengalaman masih terpusat di kota tier 1, sehingga siswa di kota tier 2&3 memiliki keterbatasan akses terhadap pembelajaran berkualitas.

Berdasarkan data dari Prep, layanan persiapan ujian terstandardisasi dengan kualitas tinggi selalu menjadi permintaan di Vietnam. Pasar pembelajaran bahasa di Vietnam disebut memiliki potensi yang luar biasa, dengan perkiraan ukuran pasar sebesar $2,1 miliar, di mana $1,6 miliar untuk pasar bahasa Inggris dan sisanya untuk bahasa lainnya.

Prep sendiri lahir dari peluang pasar yang luas sebagai evolusi digital dari IPP Education, rangkaian pusat pembelajaran bahasa offline yang didirikan oleh Tu pada tahun 2014. Sejak diluncurkan, Prep telah berkembang pesat dan menarik lebih dari 100.000 pengguna di seluruh provinsi dan kota di Vietnam, serta berbagai pasar regional lainnya.

Pada 2023, Prep menargetkan untuk memperluas basis penggunanya menjadi setengah juta, serta menghadirkan berbagai penawaran persiapan ujian bahasa terstandardisasi lainnya, seperti Jepang (JLPT), Mandarin (HSK), dan Korea (TOPIK). Investasi ini memperkuat keyakinan Prep dalam mengubah masa depan melalui persiapan ujian, serta memberdayakan siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan.

Investasi East Ventures di Vietnam

Ini adalah startup Vietnam kedua yang tahun ini mendapatkan dukungan pendanaan dari East Ventures. Sebelumnya firma modal ventura yang dipimpin Willson Cuaca ini juga telah berinvestasi ke startup telehealth Medigo. Adapun sejak 2021 East Ventures juga sudah memiliki empat portofolio lainnya, meliputi Vietcetera, CirCO, Sendo, dan Kim An Group.

Dalam sebuah wawancara bersama DailySocial.id, Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, sebagai negara dengan populasi terbesar kedua di regional, pertumbuhan ekonomi digital di sana cukup kencang. Selain itu, Vietnam dikenal sebagai salah satu pemasok talenta teknis untuk ekosistem digital global; yang berarti memenuhi variabel untuk pengembangan tim lokal yang kuat.

Lebih lanjut Irene mengatakan, “Dibandingkan dengan Indonesia, kedua wilayah tersebut memiliki jumlah penduduk muda yang besar dan memiliki pola yang sama. Vietnam memiliki populasi lebih dari 97 juta dengan penetrasi internet 70,3% pada Januari 2021. Sementara itu, pada periode yang sama, Indonesia memiliki populasi lebih dari 274 juta dan penetrasi internet mencapai 73,7%.”

“Kedua negara tersebut juga memiliki komposisi penduduk yang sama dalam hal kelompok umur, anak muda menempati lebih dari setengah porsi penduduk negara tersebut; Vietnam sekitar 55%, sedangkan Indonesia sekitar 70%.”

Investasi di sektor edtech

Pada 2022, edtech menjadi salah satu sektor yang cukup terguncang. Setidaknya tiga startup ternama di sektor ini mengumumkan efisiensi pegawai atau layoff, termasuk Zenius, Pahamify dan Ruangguru. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk kondisi sosial dan ekonomi yang semakin dinamis pasca-pandemi.

Meskipun begitu, investasi untuk sektor ini masih tetap mengalir. Beberapa startup baru seperti MySkill, LingoTalk dan Algobash berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal dari sejumlah investor.

Pendanaan sektor Edtech tahun 2022:

Startup Putaran Nilai (dalam Rupiah) Investor
CoLearn Seri A 244 miliar TNB Aura, KTBN
Venture, PT
Binus Investama
Indonesia, AC
Ventures, Leo
Capital, January
Capital, Alpha
Wave Incubation,
Surge
KitaLulus Seed Tidak dipublikasi Go Ventures, Angel Investor
Zenius Venture Tidak dipublikasi MDI Ventures
Cakap Venture Tidak dipublikasi Indonesia Impact Fund
Binar Academy Pra Seri A 51 miliar iGlobe Partners,
Teja Ventres, Cellar
Capital Partners,
Spaze Ventures,
YCAB Ventures,
Angel Investor
MySkill Seed Tidak dipublikasi East Ventures
Dibimbing Seed Tidak dipublikasi Init-6
LingoTalk Seed Tidak dipublikasi Iterative Capital, Eduspaze
Algobash Seed Tidak dipublikasi Init-6
Kinobi Pra Seed 8,1 miliar PT Binus Investama
Indonesia,
Backstroke
Consulting, Angel
Investor

Sepanjang pandemi, metode hybrid menunjukkan persepsi positif bagi guru dan siswa. Pada akhir tahun 2022, Center for Digital Society dan Google for Education menyusun penelitian, The Future of Indonesia’s Hybrid Education in the Post-Covid-19 Pandemic Era. Survei tersebut menunjukkan persepsi positif terhadap masa depan adopsi edtech dan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Indonesia.

Sebanyak 56% responden guru merasa pembelajaran jarak jauh memfasilitasi kebutuhan mereka dalam mengajar, dan 27% guru berpendapat bahwa model hybrid akan membantu mereka. Sedangkan dari sisi siswa, menggabungkan model PJJ dengan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dapat membantu siswa belajar lebih efektif.

Berdasarkan laporan Google, terdapat empat vertikal industri yang dikategorikan sebagai nascent atau masih prematur, termasuk edtech. Pengelompokan ini diikuti oleh hasil survei aktivitas transaksi jangka panjang, seperti yang ditunjukkan dalam grafik di bawah. Istilah nascent sendiri mengacu pada situasi yang muncul atau berpotensi berkembang.