Financial Planner: Pengertian, Tanggung Jawab, Manfaat, dan Tipenya

Financial planner adalah solusi yang tepat bagi mereka yang merasa kesulitan dalam mengatur keuangannya.

Memang benar bahwa setiap orang membutuhkan literasi finansial. Namun, terkadang kamu juga membutuhkan perencana keuangan untuk membantu kamu mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan.

Banyak orang yang belum mengenal profesi financial planner. Ada juga yang menyamakannya dengan penasihat keuangan. Namun, ada hal yang membedakan keduanya.

Apa itu financial palenner? Kewajiban apa yang harus dipenuhi?

Apa Itu Financial Planner?

Financial planner adalah lembaga atau individu yang memenuhi persyaratan untuk membantu klien mencapai tujuan keuangannya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa financial planner adalah individu yang fokus pada perencanaan keuangan untuk membantu klien mereka mencapai tujuan akhir mereka.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa financial planner bertanggung jawab terhadap klien dan dapat berupa orang, badan atau perusahaan. Layanan perencanaan keuangan menganalisis tujuan, tonggak, dan jenis investasi yang cocok untuk klien.

Financial planner merencanakan aspek dan situasi keuangan yang dapat membantu klien mencapai tujuan keuangannya. Sebagian besar pekerjaan seorang financial planner umumnya adalah merencanakan keuangan secara umum. Namun ada juga yang fokus pada bidang tertentu, seperti investasi dan bekal pensiun.

Tanggung Jawab Financial Planner

Menganalisis Tujuan dan Karakteristik Klien

Hal pertama, seorang financial planner harus menganalisis tujuan dan karakteristik klien. Kedua hal ini adalah titik perbandingan terpenting dalam merencanakan keuangan.

Mengevaluasi Kondisi Keuangan Klien

Financial planner harus menilai situasi keuangan klien saat ini. Beberapa hal yang perlu dinilai adalah kekayaan, pendapatan, pengeluaran, tabungan, cicilan dan kebutuhan lainnya. Dari situ, financial planner paham hal-hal apa saja yang selama ini belum tepat dilakukan oleh klien.

Membuat Perencanaan Keuangan

Inti dari tanggung jawab financial planner adalah perencanaan keuangan. Rencana ini akan disesuaikan berdasarkan tujuan klien dan keadaan saat ini. Dengan kata lain, financial planner menghubungkan situasi keuangan klien saat ini dengan tujuan keuangan yang ingin dicapai.

Menyampaikan Rencana

Langkah ini tidak dilakukan satu arah, melainkan dua arah. Financial planner meminta pendapat dan kemauan klien. Jika klien merasa rencana tersebut tidak sesuai dengan harapannya, financial planner dapat mengubah rencana berdasarkan saran tersebut.

Membantu Menjalankan Rencana

Ketika rencana yang dibuat oleh financial planner telah disepakati dengan klien, kini saatnya untuk mengimplementasikan rencana tersebut. Pada tahap ini, financial planner dapat membantu banyak pertanyaan terkait rencana tersebut, seperti pembukaan rekening, pengelolaan aset dan berbagai hal yang diminta oleh klien.

Mengawasi Jalannya Rencana

Setelah rencana keuangan berhasil, financial planner tidak bisa begitu saja melepaskannya. Financial planner harus memantau kemajuan rencana tersebut.

Manfaat Memiliki Financial Planner

Di bawah ini merupakan beberapa manfaat apabila Anda menggunakan jasa financial planner.

• Membantu menetapkan tujuan

• Panduan dalam hal finansial dan memanajemen perilaku finansial

• Membantu memahami kondisi pasar dan memberitahu bagaimana cara bersikap terhadap kondisi pasar

• Membantu perencanaan keuangan secara matang

• Terakhir, menahan sikap konsumtif

Tipe Financial Planner

Menurut Nerd Wallet, ada tiga tipe financial planner yang bisa kamu pilih berdasarkan kebutuhan. Tipe-tipe financial planner adalah sebagai berikut.

1. Robo-advisors

Jika kamu ingin melakukan merencanakan keuangan sederhana, kamu bisa menggunakan robo-advisors.

Robo-advisors adalah financial planner yang dikelola secara otomatis oleh algoritme komputer. Desain akan disesuaikan agar sesuai dengan tujuan keuangan yang kamu tentukan. Secara umum, biaya yang dikenakan oleh robo-advisor lebih rendah daripada jenis financial planner lainnya.

2. In-person financial planners

Tipe financial planner ini bisa kamu pilih jika kamu membutuhkan perencanaan keuangan yang lebih kompleks atau jangka panjang. Pasalnya, dalam merencanakan keuangan, financial planner dapat membuat perencanaan yang lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

3. Online financial planning services

Online financial planning services adalah kombinasi antara robot dan financial planner manusia. Kamu akan menerima rencana keuangan yang dibuat oleh algoritme komputer. Kamu juga bisa berkonsultasi dengan financial planner melalui telepon, email atau video call.

Nah, itulah penjelasan mengenai financial planner dari mulai pengertian hingga tipe yang ada. Bukankah FP bisa sangat membantu dalam merencanakan pengelolaan keuangan? Bagaimana menurutmu? Tertarik menggunakan jasa ini?

Alternatif Menuju Kemandirian Finansial Lewat Aplikasi Pencatatan Keuangan Pribadi

Pengetahuan mengelola keuangan dulu memang tidak diajarkan di sekolah, namun memiliki pengetahuan dasar keuangan pribadi, seperti perencanaan keuangan, tabungan dan investasi, dan manajemen utang adalah rangkaian penting menuju keuangan sehat. Setiap orang punya ambisi untuk mencapai hal tersebut, apalagi setiap momentum awal tahun.

Belakangan perangkat berbasis digital membantu pengetahuan dasar tersebut makin banyak bermunculan, seiring meningkatnya penetrasi internet dan literasi finansial. Jumlah pengguna aplikasi wealthtech terus meningkat semenjak pandemi melanda dan berhasil melontarkan Ajaib sebagai startup unicorn.

Kepopuleran wealthtech mendorong kemunculan tren kehadiran aplikasi pencatatan keuangan pribadi. Istilah lain yang sering digunakan untuk mengategorikannya adalah manajemen keuangan pribadi (personal finance) atau budget tracking. Esensinya tetap sama.

Sebelumnya, fitur ini umum hadir sebagai nilai tambah aplikasi wealthtech atau keuangan digital untuk mengatur alokasi investasi dalam mencapai tujuan tertentu, misalnya dana pensiun, dana pendidikan, dana pernikahan, dan sebagainya.

Pendekatan yang diambil para pengembang aplikasi semacam ini adalah mempermudah pengguna melacak pengeluaran dan memantau keuangan mereka di beberapa akun secara sekaligus dengan menautkan akun keuangan. Berikutnya informasi tersebu akan dikategorikan untuk menunjukkan dengan tepat ke mana uang pengguna pergi.

Aplikasi ini juga dikenal sebagai agregator keuangan karena mereka menggabungkan atau menyatukan laporan keuangan, mulai dari tagihan, rekening bank, dan kartu kredit dalam satu tempat. Di tahap lebih lanjut, aplikasi ini dapat mencakup perencanaan keuangan, pajak, analisis portofolio investasi, pemantauan kredit, dan masih banyak lagi.

Contoh terdekat yang populer di pasar global adalah Money Lover, Mint, Goodbudget, YNAB (You Need a Budget), PocketGuard, dan masih banyak lagi. Aplikasi tersebut bahkan sudah merambah untuk kebutuhan yang lebih spesifik, misalnya pengelolaan keuangan untuk melacak pengeluaran, menjaga anggaran, permudah berhemat, keluar dari utang, dan untuk pekerja lepas.

Meski banyak variasi istilah, golnya hanya satu: membantu mengarahkan pengguna menuju kemandirian finansial.

Aplikasi jenis ini mulai bermunculan di Indonesia, di antaranya Finansialku, Sribuu, Pay Ok, PINA, Finoo, Moni, Xettle, Finku, Neu (Fazz Financial Group). Sebagian dari mereka sudah mengantongi kepercayaan dari investor dalam bentuk perolehan dana segar.

Tidak hanya aplikasi pencatatan keuangan UMKM saja yang marak hadir karena menyimpan potensi digitalisasi yang besar. Aplikasi sejenis yang menargetkan perorangan juga punya potensi yang tak bisa dianggap remeh.

Mengutip data OJK, berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan di 2016, baru sekitar 29,7% masyarakat yang paham mengenai keuangan. Sementara itu, hanya 12,6% masyarakat yang telah memiliki perencanaan keuangan. Lebih lanjut, terdapat 67,8% masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 29,7% masyarakat yang well literate.

Hal ini menunjukkan banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai. Survei tersebut juga menunjukkan tujuan keuangan masyarakat didominasi dengan tujuan jangka pendek untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Hanya 12,6% yang telah mempersiapkan pendidikan anak dan hanya 6,3% yang memiliki tujuan keuangan untuk persiapan pensiun.

Co-founder dan CEO Moni Ahmad Faiz Nasshor (Faiz) menjelaskan, ada dua hal yang menjadikan aplikasi pengelolaan keuangan pribadi menjadi booming di Indonesia. Pertama, karena pandemi yang mengakibatkan orang semakin mawas diri terhadap pentingnya mengatur keuangan pribadi.

“Hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya jumlah investor ritel kita dan juga semakin banyaknya jumlah akun-akun di media sosial yang berbagi tentang keuangan pribadi,” ucapnya Faiz saat dihubungi DailySocial.id.

Kedua, didukung adopsi transaksi digital yang meningkat. Dia bilang, lima tahun lalu mayoritas pengeluaran kemungkinan masih menggunakan uang tunai, tetapi hal tersebut mulai bergeser ke transaksi digital seiring dengan munculnya platform digital seperti e-commerce, ride hailing, dan yang paling terpenting adalah e-wallet.

“Adanya pergeseran ini mengakibatkan munculnya potensi untuk pencatatan otomatis, yang sebelumnya masih sangat sulit untuk dilakukan karena pengeluaran masih menggunakan metode cash.”

Moni dirintis untuk memudahkan proses pencatatan keuangan, dengan fitur utama berupa pencatatan transaksi secara otomatis. Agar proses pencatatan otomatis dapat dilakukan, Moni menggunakan tiga sumber data, yakni notifikasi ponsel, notifikasi email, dan sambungan langsung ke akun bank/e-wallet.

Sejauh ini ada 25 daftar produk yang telah Moni dukung beserta dengan sumber data yang digunakan, sebagian besar dari aplikasi perbankan, e-money, dan e-commerce. Beberapa di antaranya adalah BCA Internet Banking (akun bank dan e-wallet), Jenius (notifikasi email), GoPay (akun bank dan e-wallet), Grab (notifikasi email), dan Tokopedia (notifikasi email).

Fitur lainnya yang tersedia di Moni adalah Transfer (permudah top up/tarik tunai/transfer untuk pencatatan yang jadi lebih akurat) dan Saldo (monitor berbagai saldo e-wallet dari aplikasi Moni). Sejauh ini Moni belum melakukan monetisasi. Seluruh fiturnya dapat digunakan secara gratis.

Diklaim Moni memiliki ribuan pengguna dengan pertumbuhan pengguna baru hingga tiga kali per bulan dan jumlah transaksi yang tercatat lebih dari 10 kali lipat.

Di situsnya, pihak Moni mengklaim tidak menyimpan data password akun bank dan e-wallet pengguna. Perusahaan hanya menyimpan data email dari aplikasi yang telah disetujui pengguna. Untuk perlindungan data sensitif, layanannya diklaim terenkripsi dengan menggunakan enkripsi AES 256-bit yang biasa digunakan di perbankan dan militer.  Moni telah terdaftar di PSE Kominfo.

Fitur-fitur yang disediakan aplikasi perencanaan keuangan / DailySocial

Tidak geser peran perencana keuangan

Kendati aplikasi sejenis Moni ramai bermunculan, muncul pertanyaan apakah aplikasi saja cukup untuk menemani perjalanan keuangan pribadi seseorang. Co-founder dan CEO Halofina Adjie Wicaksana menuturkan, kondisi tersebut justru menambah alternatif bagi konsumen dalam mengelola keuangannya.

“Mungkin ada area [aplikasi] budgeting, financial planning, investment, dan sebagainya yang sebenarnya satu sama lain itu saling melengkapi, sebab ada yang kurang atau lebih. Lalu apakah tetap butuh financial planner? Enggak semua orang butuh yang kehadiran personal based [financial planner], yang terpenting adalah implementasi dari financial planning itu sendiri,” terangnya.

Dia melanjutkan, dalam mengimplementasikan perencanaan keuangan itu banyak caranya. Ada yang butuh penasihat, baca-baca dari artikel, atau pakai tools tertentu yang dapat membantu konsumen.

“Jadi secara umum kegiatan managing cash flow, doing financial planning, investment planning, portofolio management adalah unsur-unsur yang tidak hanya di-provide oleh satu perusahaan saja, tapi bisa jadi satu user pakai multiple product at the same time.”

Halofina merupakan salah satu startup yang menyediakan perencanaan keuangan, investasi, dan konsultasi berbasis aplikasi. Terdapat FINADVISOR untuk kemudahan perencanaan keuangan dan investasi dengan pilihan produk investasi terbaik yang telah dikurasi oleh pakar keuangan berpengalaman. Underlying kelas aset yang terdapat di Halofina adalah reksa dana (kerja sama dengan Tanamduit) dan emas dari Indogold.

Kemudian, FINACONSULT untuk konsultasi keuangan langsung dengan konsultan keuangan bersertifikat seputar perencanaan keuangan, pengelolaan uang, pengelolaan utang, atau perencanaan investasi untuk tujuan keuangan jangka panjang. Fitur ini hadir berkat kerja sama dengan ZAP Finance.

Founder dan CEO Finansialku Melvin Mumpuni juga mengutarakan hal yang sama. Ia bilang aplikasi perencanaan keuangan justru membuka segmen pengguna baru, yang masalahnya cukup terselesaikan lewat aplikasi. “Beberapa kasus memang bisa diselesaikan dengan aplikasi, namun kasus-kasus yang cukup complicated, perlu penangan khusus dari financial planner,” kata Melvin.

Untuk menggarap segmen baru tersebut, kini aplikasi Finansialku ditenagai dengan fitur teranyar Brangkas. Fitur ini bertugas membantu pengguna agar semakin disiplin mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran dari transaksi bank. Dengan demikian, pengguna dapat rutin melakukan evaluasi setiap bulannya dan mengetahui setiap kebocoran-kebocoran keuangannya. Brangkas hadir berkat kerja sama dengan startup open finance Brankas.

Terhitung, ada empat bank yang telah terintegrasi dengan fitur Brangkas, yakni BCA, BRI, Bank Mandiri, dan BNI. Tak hanya itu, terdapat fitur pendukung lainnya, yakni Financial Check Up dan Perencanaan Keuangan. “Sebagai bukti komitmen Finansialku terhadap perlindungan konsumen, maka Finansialku sudah melakukan sertifikasi ISO27001 yang berkaitan dengan keamanan data,” tambah CTO Finansialku Alvin Augusto Saputra.

Untuk memperkuat pernyataan Adjie dan Melvin, Faiz menambahkan sebenarnya perjalanan dalam merencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam semalam, karena ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi kondisi seseorang. Seorang perencana keuangan dapat memberikan saran yang sangat detail untuk setiap pengguna.

Kehadiran Moni, sambungnya, tidak untuk menggantikan peran perencana keuangan. Justru sebagai pelengkap dan membantu mereka. Aplikasi pencatatan keuangan pribadi dapat membantu pengguna dalam memantau pengeluaran dan aset yang mereka miliki secara lebih mudah untuk mencapai tujuan finansial yang diinginkan.

“Moni saat ini masuk di tahap awal perencanaan keuangan, di mana sebelum melakukan perencanaan keuangan, user seharusnya mengetahui cashflow keuangan mereka. Dengan proses pencatatan keuangan otomatis yang dilakukan Moni, cashflow dapat diketahui dengan lebih mudah, sehingga user dapat mengetahui langkah apa saja yang selanjutnya dapat mereka lanjutkan,” kata Faiz.

Sumber diolah / DailySocial

Sebagai bagian perjalanan edukasi keuangan, perjalanan aplikasi perencanaan keuangan ini masih baru. Adjie bilang, semakin banyaknya pemain di berbagai sektor fintech membuat awareness terhadap alternatif produk keuangan menjadi terus bertumbuh, terutama anak muda yang cenderung eksploratif.

“Tantangannya justru bagaimana meningkatkan literasi dan edukasi itu sendiri agar penggunaan produk-produk tersebut bisa disertai dengan pemahaman terkait fundamental perencanaan keuangan, sehingga mereka bisa mendapat manfaat yang maksimal dari produk tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” ujar Adjie.

Faiz meyakini Moni dapat menyandingi aplikasi sejenis dari luar negeri yang bisa digunakan di Indonesia, bahkan mampu lebih baik. Tantangannya tinggal bagaimana mengubah persepsi orang mengenai hal tersebut.

“Visi kami masih sama, yakni membantu pengguna untuk mengelola keuangan dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Untuk itu kami terus menambah produk-produk yang terintegrasi dengan Moni. Selain itu, kami juga sedang melakukan beberapa eksperimen sebagai sumber revenue,” tutupnya.

Selain Pengelolaan Keuangan, Aplikasi PINA Kini Akomodasi Investasi Saham dan Reksa Dana

Setelah merampungkan pendanaan awal yang dipimpin 1982 Ventures akhir tahun 2021 lalu, pengembang aplikasi pengelolaan keuangan personal PINA mulai menggulirkan sejumlah fitur di aplikasinya. Dengan menyematkan produk saham dan reksa dana, kini pengguna bisa melakukan investasi langsung dalam platform. Berada dalam naungan Trust Sekuritas, PINA menawarkan berbagai macam fitur teknologi untuk mempermudah pengelolaan keuangan.

Kepada DailySocial.id, Co-founder PINA Christian Hermawan yang juga menjabat sebagai President Director Trust Sekuritas menyebutkan, dengan lisensi yang telah dimiliki, PINA memberikan pilihan kepada pengguna untuk berinvestasi kepada saham dan reksa dana. Trust Sekuritas sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK.

“Saya dan Daniel Van Leeuwen (CEO PINA) memiliki latar belakang yang berbeda namun merasakan kesulitan yang sama. Daniel dengan background di digital dan saya lebih kepada pen and paper industry, diharapkan bisa saling melengkapi,” kata Christian.

PINA juga memastikan investasi milik pengguna nantinya tetap aman berada di Rekening Dana Nasabah (RDN) milik sendiri dan investasi pengguna di simpan di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) melalui Trust Sekuritas.

Trust Sekuritas juga mendapat kepercayaan untuk bekerja sama dengan beberapa perusahaan aset manajemen seperti Sinarmas Asset Management, BNI Asset Management, Sucorinvest Asset Management, serta BNI di mana rekening dana nasabah disimpan.

Disinggung apakah ke depannya PINA memiliki rencana untuk menambahkan aset kripto ke dalam platform, Christian menegaskan belum ada rencana untuk ke arah sana. Fokus mereka saat ini adalah memperkenalkan produk saham dan reksa dana serta tools pengelolaan finansial.

Fitur unggulan PINA

Menargetkan generasi mudah, PINA memiliki beberapa fitur yang diklaim menjadi unggulan. Di antaranya adalah PINASave, tools yang bisa mengatur keuangan. Kemudian ada juga PINAInvest yang telah diotomatisasi agar investasi menjadi lebih mudah. Ada juga PINACash yang merupakan fitur menabung. Kemudian PINA juga menghadirkan PINAClassroom, yang merupakan wadah bagi pengguna untuk mendapatkan informasi mengenai finansial secara gratis.

PINA juga telah terintegrasi dengan berbagai macam aspek keuangan investor seperti tabungan, deposito, BPJS, kartu kredit dan lainnya. Bank yang sudah tersedia dalam platform saat ini di antaranya adalah BNI, BCA, Mandiri dan CIMB Niaga — rekening pengguna dapat diintegrasikan langsung ke aplikasi untuk dicatatkan pelaporan keuangannya.

Diharapkan hanya dalam satu platform, pengguna tidak perlu menggunakan banyak aplikasi untuk mengelola semua kegiatan finansial. Secara resmi aplikasi PINA telah meluncur sejak akhir tahun 2021 lalu.

“Bagi generasi muda yang kami hadirkan adalah kemudahan akses informasi dan akses langsung ke berbagai channel. Dengan koneksi tersebut bisa memudahkan kegiatan finansial dalam satu platform,” kata Co-Founder & CEO PINA Daniel Van Leeuwen.

Platform yang menawarkan layanan serupa seperti PINA di antaranya adalah Halofina, Finansialku, dan Fundtastic. Tidak sekadar aplikasi pencatatan keuangan pribadi, mereka juga menyematkan layanan investasi dan edukasi keuangan di aplikasinya — misinya memudahkan setiap pengguna mencapai tujuan finansialnya.

Menjadi bagian dari Y Combinator

Untuk mendapatkan informasi dan wawasan lebih luas lagi usai mengantongi investasi perdana tahun lalu, PINA kemudian mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari program Y Combinator (YC). Saat ini PINA masih mengikuti program tersebut yang akan berakhir bulan Maret 2022 mendatang.

Menurut Daniel ada kebanggaan tersendiri bagi tim PINA bisa berhasil lolos dalam program YC batch W22. Selain mewakili Indonesia, sekaligus juga memvalidasi model bisnis yang mereka miliki.

“Alasan saya mendaftar di program YC adalah untuk mendapatkan masukan dari pada pendiri startup yang telah mengikuti program dan tentunya partner dari Y Combinator sendiri. Harapannya saya bisa terhindar dari kesalahan saat membangun startup,” kata Daniel.

Selain mendapatkan kesempatan untuk memperluas jaringan kepada investor secara global, secara langsung PINA juga telah mendapatkan modal tambahan dari YC senilai $500 ribu. Dana segar tersebut kemudian bisa dimanfaatkan oleh PINA untuk mengembangkan produk lebih baik lagi.

“Untuk bisa bersaing dengan pemain lainnya tentu saja kembali lagi kepada produk yang kita miliki. Saat ini belum ada platform wealth management dan investasi dalam satu platform, hal tersebut yang kemudian membedakan kami dengan platform serupa lainnya. Kami juga ingin memberikan value berupa informasi dan masukan kepada pengguna dengan menyediakan tools yang tepat untuk bisa mengelola finansial mereka,” kata Daniel.

Application Information Will Show Up Here

Digital Bank Remains a “Nice to Have” Alternative

I am Randi (29). I currently work as a private employee and live in one of the tier-3 cities in Central Java – working full time remotely. Although living in a small district, access to public facilities such as banks and modern retail is quite easy. I live at home with my wife [housewife] and a toddler. Using the Socio-Economic Status (SES) category commonly used in the survey, my current condition is fit to “A” at the middle class level.

If you look at the financial records application that I manage with my wife, our average monthly expenses are in the range of IDR 4 million to IDR 6 million [increased by 40% after having children]. Some routine expenses are including bill payments, daily necessities, children’s needs, health including child immunization, and entertainment. Beyond that, there are always sudden or urgent needs issued every month with an indeterminate amount.

In managing financial flows, we have several bank accounts for specific purposes. Permata Bank is my office payroll, Bank Mandiri used as savings, and Bank BRI is to pay various routine bills. These bank options have each fundamental reason. First, the office mandatory; even though the nearest Permata Bank branch is in the next town which is about 45 minutes away by car. The Mandiri account used for savings is actually my wife’s former payroll account when she used to work.

Meanwhile, BRI account is used due to the nearest branch office, across my house along with an ATM. Therefore, it is quite easy if you have to withdraw cash. That’s important, because in order to truly become a cashless society here is still challenging. I remember clearly a few weeks ago, the batagor shop near my house had attached a LinkAja sticker; but when I asked to pay with non-cash option, the merchant refused. The same goes with shopping at department stores in the city, the EDC machine sometimes doesn’t work, forcing me to withdraw cash at the nearest ATM.

Apart from banks, I also use several e-money services. Currently, I actively using OVO, LinkAja, and ShopeePay. Mostly used for transactions in e-commerce and ride-hailing applications. I use a premium financial bookkeeping app on my phone.

Introducing digital bank

This year, digital banks are getting more popular each day. Even though I know  services such as Jenius or Digibank have been available in previous years, however, I was not intrigued to try at that time, it was also directly offered by salesmen at airports and shopping centers.

In the last few months, I have been interested in exploring the latest digital banking applications.

For me, the definition of a digital bank is quite simple. It is completely digital without having to be bothered with complicated procedures at branch offices, especially in terms of opening an account and the administrative process that follows.

In the last three months, I have installed and tried at least 9 digital bank applications on my smartphone, from TMRW ID, Jago, Motion Banking, LINE Bank, Jenius, SeaBank, neo+, Digibank, and blu.

Screenshot of the list of digital bank applications installed on the phone

Apart from Digibank and neo+, I had experienced quite easy registration process. I also received debit cards for all five banks, apart from blu and SeaBank which don’t offer physical card facilities.

For Digibank, the verification process should be done through a biometric service on a smartphone, however, either my device that doesn’t support it or other factors, which require me to do manual verification through an agent. The closest one is in Yogyakarta, at a shopping center or branch office – apart from having to travel 1.5 hours, I couldn’t make it due to the pandemic restriction.

For neo+, i have to wait in line, and it’s a long one. I registered on June 16, 2021 and my queue number is 83,971. After a few weeks, I got a call from the bank to make an appointment to verify via phone the next day. Unfortunately, the phone rang when I was in the bathroom. I have to wait for a new queue number – until now I haven’t gotten another call for verification.

Digital bank experience

The registration process is relatively similar with all applications. We have to fill some personal data on the form, taking selfies with ID card, and uploading other supporting documents [NPWP]. Furthermore, the verification processwas done by video call through the application. In some banks, users have to wait in long queues to verify. Even from my experience, there were times when someone had to repeat 2-3 times with different agents, because their ID cards were not visible during the verification process.

In addition, in the registration process, users will be presented some options in the account: for saving, investing, credit, or others. In this experiment, I chose investment for all apps.

Debit card from several digital bank accounts

As the bank account has been created, some banks also provide the debit card option. In Jenius the minimum balance is Rp500 thousand in order to obtain a VISA Debit – although when the request completed, the money can be spent (it doesn’t have to be deposited). While other banks didn’t require such thing.

Regarding the card variant, I got VISA labeled debit card for Jago bank, LINE Bank, and Jenius, while TMRW and Motion Bank used the GPN logo. As I calculated the time from successfully verified to the debit card delivery process is relatively fast – LINE Bank takes the longest under the pretext of a busy card printing line.

Application Registration Verification Delivery
Blu Easy Relatively fast Card is unavailable
Jago Easy Relatively fast 1-2 weeks
Jenius Easy Medium queue (require scheduling) 1-2 weeks (after top-up)
LINE Bank Easy Medium queue Lebih dari 4 minggu
Motion Banking Easy Relatively fast 1-2 weeks
TMRW ID Easy Relatively fast 1-2 weeks
SeaBank Easy Relatively fast Card is unavilable
Digibank Easy Long queue (require scheduling or manual verification) Registration failed
Neo+ Easy Long queue (require scheduling) Registration failed

In my observation, digital banking really provides a new experience to have a bank account–compared to the process I previously went through when creating an account at a conventional bank.

Regarding the user interface and user experience, it has been relatively easy for me. It’s typical for today’s applications. I tend to be able to adapt immediately to existing features without having to fumble or find out separately through search engines. However, regarding performance, some applications still require improvement. I experienced forced close several times and it was difficult to get into the dashboard. For example, what happened with Bank Jago this morning (9/30).

Impressive yet nonessential features

In general note, each application has basic services such as savings, top-up features to e-money, and transfers. In my experience using each application, there are some impressive features, as follows:

Application Impressive features
Blu (version 1.8.0)
    • bluGether: financial planning with other users (3% interest per year)
    • bluDeposit: creating deposito for minimum amount of Rp1 million (bunga 4% per tahun)
    • Withdraw cash fro app via the nearest BCA ATM
Jago (version 5.7.0)
    • Kantong: separate savings based on financial purposes
    • Kirim & Bayar: sending payment request or split-bill
    • Connected with Gojek and Bibit
Jenius (version 3.1.0)
    • Save It: saving feature with various specification for certain financial purposes
    • Moneytory: for the financial analysis and report
    • Tagih Uang: sending payment request or split-bill
LINE Bank (version 1.1.5)
    • Time Deposit:  short term deposit with minimum amout of Rp1 million
Motion Banking (version 2.1.3)
    • Service management for deposits, KTA or KPR through application
TMRW IDE (version 4.1)
    • City of TMRW: gamification feature for savings with unique visualization and concept
SeaBank (version 2.7.0)
    • Savings with relatively high interest, at 7% per year

By selecting the “investment” option while registering, some services offer a deposit feature. Personally I am not interested in using this instrument as investment option – either for the short or long term. My current financial condition forces me to be more conservative in investing. However, I’m starting to consider stock and mutual fund instruments as suggested by my colleagues.

This feature has actually available on Bank Jago through its integration with Bibit and will soon be available on Jenius. However, it feels less comprehensive compared to creating a direct investment application. Therefore, I’m still comfortable with a separate application regarding this.

In terms of features like bluGether, pocket Jago, or Save it on Jenius, it’s actually interesting for me with partner to manage our financial. However, I currently feel one account with shared access is still sufficient, instead of having to register new accounts. The effort to transfer balances to the existing digital bank services are still considered “a lot” compared to its benefits, it’s not necessary for us right now.

As my wife and I discussed about migration, she also prefer to stick with the current application. There are two reasons, she only has single source of income from me and she is reluctant to create a new bank account – even though it is fully digital and will eventually gain access to a jointly managed savings account.

City of TMRW feature

The unique feature that is quite impressive is the City of TMRW. We are encouraged to save regularly every day, starting from a nominal value of IDR 20,000. Every time we increase the balance, the level of the virtual city displayed will get better. The gamification animation is also very interesting. I thought that later something like this would be fun to use for my children, while teaching them about regular savings.

After exploring and trying some of these features, I came to the conclusion that currently the urgency is still at the “nice to have” level, It is not yet urgent and compelled to replace the previous service. Moreover, the mobile banking application that I currently use on a daily basis is also continuously being developed and actually very easy. For example, through the PermataMobileX application, I can withdraw cash from the nearest Indomaret – it is quite helpful in the absence of a bank branch in my district.

What to expect from financial app?

The financial management that my small family and I use still requires several applications: mobile banking, financial records, e-money, and investments. Therefore, the process is still separate.

The pain points often encountered are sometimes nominal in notes are not the same as those in other applications; and require a separate top-up when you want to use e-money for example for shopping. Every month, I also have to make separate transfers to the account used for savings and transactions.

Living in a tier-3 city also forces me to keep my debit card for cash withdrawal to be used at various EDC machines and ATM Bersama. The blu feature might be interesting as it can withdraw cash through the application, unfortunately, BCA ATMs is still very limited in here — the closest one is require travel for 12 km.

Actually, if you look at the existing digital bank vision, they are trying to accommodate the pain points that I experience, adapting to the lifestyle of today’s young people, for example the pocket feature to separate the budget or integration into consumer services, therefore, it’s no longer necessary to top-up e-money. It’s probably because it’s still in the early stages, the user experience is not enough to ensure me to change direction, switching from conventional banks.

However, it is possible, when the integration is wider and the performance is more reliable, the “nice to have” level will change to “mandatory”.

I imagine, for my younger siblings who are still in college and starting to work (first jobber), this digital bank option could be interesting opportunity – especially when they are yet to have a personal account. When it is configurated for financial management from the beginning, these banks offer attractive capabilities with modern designs, and I don’t hesitate to suggest one of the applications I have tried to my colleagues.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Finansialku Luncurkan Ulang Situs Web, Utamakan Peningkatan Literasi Keuangan

Startup perencanaan keuangan Finansialku memperkenalkan kembali tampilan situs dengan tambahan fitur yang memiliki objektif utama meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Seperti diketahui, berdasarkan survei OJK, tingkat literasi masyarakat pada tahun lalu sebesar 40% dan indeks inklusi sebesar 61,7%.

“Visi kami dari 2016 adalah selalu fokus ingin bantu masyarakat Indonesia mewujudkan tujuan keuangan dengan perencanaan, inklusi, dan literasi keuangan. Situs Finansialku menjadi bagian dari visi tersebut,” ucap Founder Finansialku Melvin Mumpuni dalam konferensi pers virtual, Kamis (30/9).

Founder Finansialku Melvin Mumpuni / Finansialku

Dalam paparannya, ada tiga fitur baru yang dihadirkan dalam situs Finansialku. Pertama, Web Stories yang berisi storytelling keuangan berdasarkan kisah nyata dengan persetujuan klien Finansialku sebelum naik tayang. Cerita yang diangkat dalam fitur ini difokuskan pada topik yang relevan, berempati, dan dilengkapi dengan solusi.

Berikutnya, artikel Financial Planning dan Analisis Investasi berbasis riset. Penulisan artikel dan analisis ini ditulis oleh perencana keuangan Finansialku yang berkompeten, berpengalaman, berorientasi pada klien, dan objektif. Fitur ini juga dapat membantu investor dengan tampilan data-data IHSG dan kurs terkini setiap minggunya.

Terakhir, Panduan Belajar atau Guide yang berisi langkah-langkah perencanaan keuangan. Fitur ketiga ini dapat membantu pembaca untuk merencanakan keuangan dari nol. Panduan cara menambah pemasukan dan investasi juga turut disediakan dalam fitur ini. “Seluruh fitur ini semuanya dapat diakses secara gratis oleh pembaca,” tambahnya.

Melengkapi keberadaan aplikasi

Selain memiliki situs, Finansialku juga memiliki aplikasi perencanaan keuangan yang sudah diluncurkan sejak 2017. Menurut Melvin, kedua produk ini saling melengkapi tujuan Finansialku yang ingin meningkatkan literasi keuangan. Situs lebih mengarah pada informasi-informasi yang dibutuhkan untuk pemula.

“Sementara, dalam perencanaan keuangan itu tidak hanya literasi yang dibutuhkan, tetapi praktiknya. Aplikasi mengakomodasi kebutuhan tersebut karena dilengkapi dengan tools yang lengkap.”

Aplikasi Finansialku ini memiliki fitur premium yang mewajibkan pengguna perlu membayar biaya berlangganan sebesar Rp350 ribu per tahun atau Rp35 ribu per bulan. Menurut Melvin, biaya ini dikenakan karena bagian dari komitmen perusahaan dalam melindungi data nasabah dengan standar internasional.

Saat ini Finansialku sudah tersertifikasi ISO 27001: 2013 terkait keamanan dan kerahasiaan data. Perusahaan telah tercatat sebagai Certified Financial Planner, juga tercatat sebagai penyelenggara IKD di OJK, dan menjadi anggota dari Asosiasi Fintech Indonesia.

Perusahaan juga memiliki channel monetisasi lainnya, yakni menyediakan jasa konsultasi dengan tenaga perencana keuangannya. Diklaim perusahaan telah melayani hampir ribuan klien, tak hanya dari individu maupun korporasi.

Melvin menargetkan relaunch situs ini dapat mendongkrak tingkat kunjungan situs antara 9-10 juta kunjungan dalam setahun. Adapun untuk pengguna aplikasi diklaim telah mencapai lebih dari 350 ribu orang dan diharapkan dapat meningkat jadi 500 ribu orang hingga akhir tahun ini.

Dalam waktu dekat, perusahaan berencana untuk menambah fitur pencatatan keuangan dari berbagai bank terangkum ke dalam aplikasi Finansialku. “Fitur ini akan segera kami rilis pada November 2021 mendatang,” pungkasnya.

Lima pemain tercatat di IKD OJK

Finansialku menjadi salah satu dari lima penyelenggara IKD yang tercatat di OJK di cluster financial planner per Juni 2021. Empat pemain lainnya adalah Arkana Finance, Halofina, Fundtastic, PayOk, dan Savio. Belum ada pemain yang sudah mengantongi status berizin.

Menurut terminologi OJK, Financial Planner adalah sebuah platform yang membantu individu dalam merencanakan keuangan, memberikan advise terkait pilihan produk investasi yang ditawarkan oleh LJK yang terdaftar dan/atau berizin dan diawasi OJK sesuai risk profile masing-masing individu untuk tercapainya sebuah tujuan tertentu.

Sumber OJK

Application Information Will Show Up Here

Bank Digital Masih Sekadar “Nice to Have”

Nama saya Randi (29). Saat ini saya bekerja sebagai pegawai swasta dan tinggal di salah satu kota tier-3 di Jawa Tengah – bekerja penuh waktu secara remote. Kendati di kabupaten kecil, akses ke fasilitas umum seperti bank dan ritel modern cukup mudah. Di rumah, saya tinggal bertiga bersama istri [ibu rumah tangga] dan seorang anak batita. Menggunakan kategori Sosial Ekonomi Status (SES) yang umum digunakan dalam survei, abjad yang mencerminkan kondisi saya saat ini “A” di level kelas menengah.

Jika melihat aplikasi catatan keuangan yang saya kelola bersama istri, rata-rata pengeluaran bulanan kami di kisaran Rp4 juta s/d Rp6 juta [meningkat sekitar 40% setelah punya anak]. Beberapa pengeluaran rutin yang sudah dianggarkan seperti pembayaran tagihan, belanja kebutuhan harian, belanja kebutuhan anak, kesehatan termasuk imunisasi anak, dan hiburan. Di luar itu tentu ada beberapa kebutuhan mendadak atau mendesak yang hampir dikeluarkan setiap bulan dengan nominal tak tentu.

Dalam mengelola arus keuangan, kami memiliki beberapa rekening bank untuk tujuan spesifik. Bank Permata untuk payroll gaji dari kantor, Bank Mandiri digunakan sebagai tabungan, dan Bank BRI untuk membayar berbagai tagihan rutin. Pemilihan bank-bank tersebut juga punya alasan mendasar. Yang pertama, tentu kewajiban dari kantor; padahal cabang Bank Permata terdekat ada di kota sebelah yang jaraknya sekitar 45 menit perjalanan dengan mobil. Rekening Mandiri yang digunakan untuk tabungan sebenarnya bekas rekening payroll istri saat dulu bekerja.

Sementara rekening Bank BRI saya pilih karena kantor cabang terdekat ada di seberang rumah saya, lengkap dengan mesin ATM. Sehingga cukup memudahkan jika harus mengambil uang tunai. Itu penting, karena di sini untuk benar-benar menjadi cashless society masih sangat susah. Saya ingat betul, beberapa minggu lalu di tukang batagor dekat rumah sudah memasang stiker LinkAja; namun ketika saya bertanya dan berniat untuk membayar secara nontunai, pedagangnya menolak. Bahkan ketika belanja di toserba di kota, mesin EDC-nya kadang-kadang tidak bisa dipakai, membuat saya harus terlebih dulu ambil uang tunai di ATM terdekat.

Selain bank, saya juga menggunakan beberapa layanan e-money. Untuk saat ini, yang selalu terisi saldo adalah OVO, LinkAja, dan ShopeePay. Sebagian besar digunakan untuk transaksi di e-commerce dan aplikasi ride-hailing. Saya menggunakan aplikasi pencatatan keuangan premium di ponsel.

Berkenalan dengan bank digital

Tahun ini kabar mengenai bank digital cukup nyaring terdengar di telinga. Kendati saya tahu, di tahun-tahun sebelumnya layanan seperti Jenius atau Digibank sudah bisa digunakan, tapi waktu itu belum tergelitik untuk mencoba, meskipun beberapa kali disodorkan langsung oleh salesman di bandara dan pusat perbelanjaan.

Di beberapa bulan belakangan, saya justru tertarik mengeksplorasi tentang aplikasi-aplikasi bank digital yang terus bermunculan.

Bagi saya, definisi bank digital cukup sederhana. Sepenuhnya digital dan tidak harus ribet dengan urusan di kantor cabang, khususnya dalam hal membuka akun dan proses administrasi yang mengikuti.

Dalam tiga bulan terakhir, setidaknya 9 aplikasi bank digital sudah saya pasang dan coba di ponsel, mulai dari TMRW ID, Jago, Motion Banking, LINE Bank, Jenius, SeaBank, neo+, Digibank, dan blu.

Tangkapan layar daftar aplikasi bank digital yang dipasang di ponsel

Selain Digibank dan neo+, proses registrasi berhasil dilakukan secara mudah. Bahkan saya sudah mendapatkan kartu debit untuk kelima bank, selain blu dan SeaBank yang tidak menawarkan fasilitas kartu fisik.

Untuk Digibank, harusnya proses verifikasi sudah bisa dilakukan melalui layanan biometrik di ponsel, namun ntah perangkat saya yang tidak mendukung atau faktor lain, yang mengharuskan saya melakukan verifikasi manual lewat agen. Terdekat di Yogyakarta, di pusat perbelanjaan atau kantor cabang di sana – selain harus menempuh jarak perjalanan 1,5 jam, saya urung karena masih PPKM.

Untuk neo+, antreannya masih panjang. Saat saya mendaftar di tanggal 16 Juni 2021, mendapatkan nomor 83.971. Selang beberapa minggu, saya sempat mendapatkan telepon dari bank untuk membuat janji melakukan verifikasi via telepon di hari esoknya. Sayang sekali saat telepon masuk, saya sedang di kamar mandi. Dan harus menunggu antrean baru lagi – sampai saat ini tak kunjung mendapatkan telepon lagi untuk verifikasi.

Pengalaman mencoba bank digital

Proses pendaftaran di semua aplikasi relatif sama. Dimulai dari pengisian data diri pada formulir yang disediakan, melakukan swafoto dengan identitas, dan mengunggah dokumen pendukung lainnya [NPWP]. Selanjutnya, proses verifikasi dilakukan secara video call melalui aplikasi. Di beberapa bank, pengguna harus menunggu antrean yang cukup panjang untuk melakukan verifikasi. Bahkan dari pengalaman saya, sempat ada yang harus mengulang 2-3x dengan agen berbeda, karena dari sisi mereka KTP tidak terlihat saat proses verifikasi.

Selain itu dalam proses pendaftaran, pengguna akan disuguhkan opsi rencana penggunaan akun tersebut: untuk menabung, investasi, kredit, atau lainnya. Dalam percobaan ini, saya memilih opsi investasi di semua aplikasi.

Kartu debit yang didapat dari pendaftaran akun aplikasi bank digital

Ketika akun bank sudah didapat, selanjutnya beberapa bank juga menyediakan opsi untuk mencetak kartu debit. Untuk layanan Jenius, saya harus mengisi saldo dulu minimal Rp500 ribu agar bisa mencetak Debit VISA – kendati setelah selesai melakukan permintaan, uang tersebut dapat digunakan atau dihabiskan (tidak harus mengendap). Sementara lainnya tidak membutuhkan pengisian saldo terlebih dulu.

Mengenai varian kartu, untuk bank Jago, LINE Bank, dan Jenius saya mendapatkan kartu debit berlabel VISA, sementara di TMRW dan Motion Bank mendapatkan kartu debit berlogo GPN. Dihitung dari sesaat setelah selesai berhasil terverifikasi, proses pengiriman kartu debit ke rumah relatif cepat – paling lama LINE Bank dengan dalih antrean cetak kartu yang padat.

Aplikasi Proses Pendaftaran Proses Verifikasi Pengiriman Kartu
Blu Mudah Relatif Cepat Tidak menyediakan kartu
Jago Mudah Relatif Cepat 1-2 minggu
Jenius Mudah Antrean Sedang (perlu penjadwalan) 1-2 minggu (setelah mengisi saldo)
LINE Bank Mudah Antrean Sedang Lebih dari 4 minggu
Motion Banking Mudah Relatif Cepat 1-2 minggu
TMRW ID Mudah Relatif Cepat 1-2 minggu
SeaBank Mudah Relatif Cepat Tidak menyediakan kartu
Digibank Mudah Antrean Panjang (perlu penjadwalan atau verifikasi manual) Pendaftaran tidak berhasil
Neo+ Mudah Antrean Panjang (perlu penjadwalan) Pendaftaran tidak berhasil

Dari sini saya menyimpulkan, bank digital benar-benar memberikan pengalaman baru untuk memiliki sebuah akun bank–dibandingkan proses yang sebelumnya saya lalui ketika membuat akun di bank konvensional.

Berkaitan dengan user internace dan user experience yang ditawarkan, bagi saya sudah sangat memudahkan. Khas aplikasi masa kini. Saya cenderung langsung bisa beradaptasi dengan fitur-fitur yang ada tanpa harus meraba-raba atau mencari tahu terpisah melalui mesin pencari. Namun terkait performa, beberapa aplikasi masih perlu disempurnakan. Beberapa kali saya mengalami forced close dan sulit untuk masuk ke dasbor. Misalnya yang terjadi bersama Bank Jago pagi ini (30/9).

Fitur menarik, tapi belum jadi urgensi

Secara umum, setiap aplikasi memiliki layanan mendasar seperti tabungan, fitur top-up ke e-money, dan transfer. Dari percobaan menggunakan masing-masing aplikasi, saya menemukan fitur yang menarik, sebagai berikut:

Aplikasi Fitur Menarik
Blu (versi 1.8.0)
    • bluGether: merencanakan keuangan bersama pengguna lain (bunga 3% per tahun)
    • bluDeposit: membuka layanan deposito berjangka min. Rp1 juta (bunga 4% per tahun)
    • Tarik tunai dari aplikasi melalui ATM BCA terdekat
Jago (versi 5.7.0)
    • Kantong: memisahkan tabungan sesuai penggunaan atau tujuan finansial yang ingin dicapai
    • Kirim & Bayar: mengirimkan permintaan pembayaran atau split-bill
    • Terkoneksi ke Gojek dan Bibit
Jenius (versi 3.1.0)
    • Save It: fitur tabungan dengan berbagai spesifikasi untuk tujuan finansial tertentu
    • Moneytory: untuk layanan pelaporan dan analisis finansial
    • Tagih Uang: mengirimkan permintaan pembayaran atau split-bill
LINE Bank (versi 1.1.5)
    • Time Deposit: layanan deposito jangka pendek min. Rp1 juta
Motion Banking (versi 2.1.3)
    • Pengelolaan layanan Deposito, KTA, KPR melalui aplikasi
TMRW IDE (versi 4.1)
    • City of TMRW: fitur gamimfikasi untuk menabung, dengan visualisasi dan konsep unik
SeaBank (versi 2.7.0)
    • Tabungan dengan bunga yang relatif tinggi, di kisaran 7% per tahun

Dengan memilih preferensi “investasi” saat mendaftar, sebagian layanan menyuguhkan fitur deposito. Secara personal saya kurang tertarik untuk menggunakan instrumen ini dalam berinvestasi – baik untuk jangka pendek atau panjang. Kondisi finansial saya saat ini memaksa untuk lebih konservatif dalam berinvestasi. Kendati demikian, saran dari rekan-rekan untuk mencoba instrumen saham dan reksa dana juga mulai dipikirkan untuk menjadi opsi.

Fitur ini sebenarnya sudah mulai ada di Bank Jago melalui integrasinya dengan Bibit dan akan segera ada di Jenius. Tapi rasanya kurang komprehensif jika dibanding dengan membuka aplikasi investasi langsung. Sehingga untuk kebutuhan ini, saya masih nyaman dengan aplikasi terpisah.

Untuk fitur seperti bluGether, kantong Jago, atau Save it di Jenius, sebenarnya menarik bagi saya yang melakukan pengelolaan keuangan berdua bersama pasangan. Namun sejauh ini satu akun dengan akses bersama masih mencukupi, alih-alih harus mendaftar akun baru lagi satu per satu. Upaya memindahkan saldo ke layanan bank digital tersebut yang ada juga masih dipandang “banyak effort” dibanding benefit yang didapat, sehingga urung melakukan untuk saat ini.

Ketika berdiskusi dengan istri untuk migrasi, ia pun juga memberikan konsiderasi untuk bertahan dulu dengan aplikasi yang saat ini digunakan. Ada dua alasan, sumber pendapatannya hanya dari saya saja dan dia enggan untuk membuat akun bank baru – walaupun sepenuhnya digital dan nantinya mendapat akses ke tabungan yang dikelola bersama.

Tampilan fitur City of TMRW

Fitur unik yang cukup menggugah justru City of TMRW. Kita didorong untuk menabung secara rutin setiap hari, mulai dari nominal Rp20 ribu. Setiap kali kita menambah saldo, maka level kota virtual yang ditampilkan akan menjadi lebih baik. Animasi dari gamifikasi yang diberikan juga sangat menarik. Saya berpikir, nantinya yang seperti ini akan seru digunakan untuk anak saya, sembari mengajarkan mereka tentang menabung rutin.

Setelah mengeksplorasi dan mencoba beberapa fitur tersebut, saya pun berkesimpulan bahwa saat ini urgensinya masih di tingkat “nice to have” saja, belum mendesak dan terdorong untuk menggantikan layanan sebelumnya. Terlebih, aplikasi mobile banking yang saat ini saya gunakan sehari-hari juga terus dikembangkan dan sangat memudahkan. Misalnya lewat aplikasi PermataMobileX, saya bisa tarik tunai melalui Indomaret terdekat – jadi cukup menolong di tengah ketiadaan cabang bank di kabupaten saya.

Yang diharapkan dari sebuah layanan finansial

Pengelolaan finansial yang saya dan keluarga kecil saya gunakan masih membutuhkan beberapa aplikasi: mobile banking, pencatatan keuangan, e-money, dan investasi. Sehingga prosesnya masih terpisah-pisah.

Pain points yang ditemui kadang nominal di catatan tidak sama dengan yang ada di aplikasi lain; dan harus melakukan top-up terpisah ketika ingin menggunakan e-money misalnya untuk belanja. Setiap bulan juga saya harus melakukan transfer terpisah-pisah di rekening yang digunakan untuk menabung dan transaksi.

Kondisi tinggal di kota tier-3 juga masih memaksa saya untuk tetap memiliki kartu debit untuk kebutuhan tarik tunai yang bisa digunakan di beragam mesin EDC dan ATM Bersama. Fitur blu mungkin menarik karena bisa tarik tunai lewat aplikasi, sayangnya sebaran ATM BCA di sekitar saya masih sangat terbatas — paling dekat harus melakukan perjalanan 12 km.

Sebenarnya kalau melihat visi layanan bank digital yang ada, mereka berusaha mengakomodasi pain points yang saya rasakan tersebut, menyesuaikan dengan gaya hidup masyarakat muda masa kini, misalnya fitur kantong untuk memisahkan anggaran atau integrasi ke layanan konsumer agar tidak perlu lagi top-up ke e-money. Mungkin karena masih di tahap awal, pengalaman pengguna yang disajikan masih kurang bisa memaksa saya beralih haluan, berpindah dari bank konvensional.

Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan, saat integrasinya sudah semakin luas dan performanya semakin andal, level “nice to have” tadi akan berubah menjadi “mandatory”.

Saya membayangkan, untuk adik-adik saya yang masih kuliah dan mulai bekerja (first jobber), opsi bank digital ini bisa menjadi menarik – terlebih saat sebelumnya mereka belum memiliki rekening pribadi. Jika dikonfigurasi untuk pengelolaan finansial dari awal, bank-bank tersebut menawarkan kapabilitas yang menarik dengan desain kekinian, sehingga saya tidak segan untuk menyarankan salah satu aplikasi yang sudah saya coba tersebut ke kolega nantinya.

Platform Pencatatan Keuangan “Sribuu” Kantongi Pendanaan Awal

Platform pencatatan keuangan Sribuu (sebelumnya Chatalia/Alia) telah mendapatkan pendanaan tahap pre-seed dari BEENEXT dan beberapa angel investor. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima. Dana segar akan digunakan untuk mengembangkan layanan dan memperluas pasar.

“Kami berharap Sribuu dapat meningkatkan kesejahteraan finansial banyak orang, terutama generasi muda,” ujar Co-Founder & CEO Sribuu Nadia Amalia.

Selain Nadia, Sribuu turut didirikan oleh dua co-founder lain, meliputi Fransisca Susan (CTO) dan Fadhila (COO). Platform ini hadir setelah sebelumnya dipresentasikan dalam kompetisi saat acara fintech pitching di Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat.

Nadia Amalia adalah lulusan Master of Finance dari MIT. Sebelumnya, ia pernah bekerja sebagai di Deutsche Bank. Fransisca Susan saat ini sedang mengejar PhD di MIT berfokus pada teknologi AI.

Pertumbuhan pengguna

Secara khusus Sribuu membantu pengguna untuk mencatat, mengatur, dan menganalisis pengeluaran mereka secara otomatis dari rekening bank dan dompet elektronik yang dimiliki. Selain itu, layanan tersebut mengembangkan rekomendasi yang dipersonalisasi dengan teknologi AI untuk setiap penggunannya.

Sejak periode beta 8 bulan yang lalu, perusahaan mencatat pertumbuhan pengguna hingga 36x. Per September 2021, Sribuu telah membantu lebih dari 45 ribu pengguna dan menganalisis transaksi senilai lebih dari Rp2,3 triliun.

“Sekarang kita menyaksikan siklus berikutnya dari para pendiri yang membangun perusahaan fintech generasi selanjutnya di Indonesia. Tim pendiri Sribuu memiliki semangat untuk meningkatkan kesehatan keuangan bagi jutaan orang Indonesia,” kata BEENEXT Partner Faiz Rahman.

Platform serupa dengan Sribuu yang telah lebih dulu meluncur di Indonesia adalah Moni. Serupa dengan Sribuu, Moni ingin menyelesaikan permasalahan yang dimiliki oleh 60 juta generasi muda dan kelas menengah di Indonesia dalam hal pengelolaan keuangan pribadi.

Aplikasi keuangan pribadi

Selain Sirbuu dan Moni sebagai pendatang baru untuk aplikasi pencatatan keuangan, sebelumnya juga ada beberapa pemain lain yang menawarkan kapabilitas sama. Bahkan beberapa memiliki pendekatan unik, misalnya Halofina menyisipkan edukasi dan layanan investasi untuk membantu penggunanya mencapai target perencanaan keuangan tertentu.

Berikut beberapa aplikasi keuangan pribadi yang hadir dari inovasi startup lokal:

Aplikasi Jumlah Unduhan (Android)
Halofina 50.000+
Finansialku 100.000+
Fundtastic 10.000+
Sribuu 10.000+
PayOK 1.000+
Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Pay OK Suguhkan Layanan Perencanaan Keuangan dan Investasi

Berdasarkan daftar penyelenggara IKD (Inovasi Keuangan Digital) OJK per Agustus 2020, terdapat tujuh platform klaster Financial Planer yang beroperasi di Indonesia. Selain Halofina, Fundtastic, Finansialku, dan beberapa platform lainnya; Pay OK tercatat menjadi salah satu yang juga menerima lisensi dari OJK pada tanggal 15 Juli 2019. Pay OK sendiri adalah aplikasi yang membantu nasabah mencatat dan merencanakan keuangan serta melakukan investasi.

Pay OK didirikan oleh Jayant Kumar (CEO) dan Najmuddin Husein (COO). Jayant memiliki pengalaman kerja di bidang teknologi di perusahaan Hong Kong, India dan Canada. Sementara Husein telah bekerja 13 tahun di industri perbankan dan fintech. Keduanya memiliki visi untuk membangun platform digital yang mempermudah interaksi antara pengguna dan perencanaan keuangan mereka.

“Misi kami selain mempermudah pengguna untuk merencanakan keuangan, kami hadir untuk menambah daya penetrasi produk keuangan di masyarakat, serta meningkatkan literasi keuangan di Indonesia,” ungkap Jayant.

Pay OK memulai operasional pada awal tahun 2019. Pada tahun pertama, timnya melakukan riset pasar untuk memastikan bahwa produk yang dibangun sesuai dengan keinginan pengguna. Sebelum mendapat lisensi, Pay OK juga sempat berpartisipasi di batch 4 GK Plug and Play Indonesia. Di sana mereka dikenalkan ke beberapa rekanan bank, mentor dari berbagai industri serta investor yang berpotensi. Perusahaan mengakui hal ini turut berperan dalam validasi bisnis model mereka.

Targetkan milenial di kala pandemi

Financial advisor adalah profesi yang menganalisis dan membantu nasabah untuk merencanakan keuangan mereka. Sesuai aturan, layanan seperti Pay OK tidak diperkenankan merekomendasikan sebuah produk ke nasabah tanpa algoritma yang transparan dan diuji. Oleh karena itu, timnya mencoba menampilkan solusi investasi secara transparan dan terbuka dan tidak melakukan pengelolaan dana pengguna. Semua transaksi pembelian dan penjualan investasi dilakukan langsung oleh pengguna. Pay OK dalam hal ini hanya meneruskan langsung ke Mitra Penyedia Produk Investasi.

Ketika disinggung mengenai diferensiasi bisnis dibandingkan pemain sejenis, Jayant mengungkapkan pada dasarnya dilakukan adalah bersama untuk memperkenalkan literasi produk dan layanan keuangan kepada masyarakat di Indonesia.

Dalam situasi pandemi ini, timnya juga mengaku ada banyak hal yang mempengaruhi laju bisnis, banyak integrasi dengan mitra yang terlambat sehingga mendorong mereka untuk menghadirkan inovasi baru pada aplikasi. Saat ini, Pay OK memperhatikan bawa banyak warga Indonesia mulai bisnis sendiri dari rumah untuk menjual makanan, peralatan rumah, pakaian secara online di e-commerce maupun media sosial.

Perusahaan mencoba beradaptasi untuk membangun fitur pencatatan keuangan usaha yang dapat membantu user kami yang wiraswasta untuk mengelola keuangan bisnis secara mudah dan otomatis.

“Dengan ini, kami menargetkan segmen user baru yaitu millennial yang beradaptasi saat pandemi dengan menjual online,” tambahnya.

Pay OK menerima investasi dari angel investor pada awal tahun 2019, dilanjutkan investasi dari perusahaan berbasis Indonesia di awal tahun 2020. Di awal 2021, perusahaan berencana melakukan fundraising untuk bisa ekspansi ke pasar lebih besar. Saat ini Pay OK telah tersedia untuk membantu pengguna di kota besar seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya.

“Total tim saat ini ada 20, kami berharap tim kecil kami bisa membawa impact yang besar terhadap pengguna Pay OK. Tim kami terdiri dari individu yang ingin berinovasi di industri keuangan,” tutup Jayant.

Application Information Will Show Up Here

Halofina Introduces Online Financial Consulting Feature “Finaconsult”

The digital financial planner startup Halofina released the Finaconsult feature to facilitate users to choose and connect with certified financial planners. This feature was developed with ZAP Finance, a financial planning consulting firm.

In an online press conference (17/8), Halofina‘s Co-Founder and CEO Adjie Wicaksana explained that digital financial planners are increasingly on-demand, especially in the current pandemic situation.

“We built a platform to help users start financial planning early and easily, cheap also quickly,” Adjie said.

Moreover, users can access Finaconsult by choosing a professional financial planner who also certified as CFP (Certified Financial Planner) from the Financial Planning Standards Board (FPSB). Each of these professionals has a specialization and users can pick out accordingly to their preference. The consulting fee starts from IDR 250 thousand per session.

In terms of the process, Finaconsult offers three models of financial consulting services, debt management, money management, and financial condition analysis. The output of this consultation is a report, users can get various insights from the analysis of their financial condition and practical recommendations for developing this financial condition, for example related to investment, which will be written in the report.

For user who is ready to implement the investment recommendations in their financial condition analysis reports, Halofina is also integrated with mutual fund product services Tanamduit as an APERD agent and gold purchasing services from Indogold. Both already have official permission from the relevant authorities. In a general note, Halofina has registered with the OJK as IKD.

Security guarantee

Adjie mentioned, each user will select a module and required to input some data, confidentiality maintained, which is then processed by Finaconsult in three working days to produce a report sent to the user.

“We guarantee the confidentiality of users’ personal data as much as possible by not providing any personal data to consultants and partners. The data provided by users is only used for the purposes of analyzing financial conditions and providing recommendations regarding the results of the analysis. ”

To date, the company has curated financial planners who have joined Finaconsult, also ZAP Finance certified. In total, there are eight professionals. They all have their own expertise and experience.

ZAP Finance CEO and Principal Consultant Prita Ghozie added that Finaconsult’s list of consultants is available for users through the FPSB database. This is an institution that certifies the financial planning profession globally which is also recognized by the National Professional Certification Agency (BNSP).

“One thing we are not, is we do not receive money from clients to manage it because it requires a license by the investment manager. When it comes to selling or buying share recommendations, it is in the realm of investment advisers,” he explained.

He continued, “Finplan has a more holistic scope of work not only about investing, but also learning about cash flow, loans, and how to direct existing instruments to achieve user goals and how to mitigate them if there is a risk”.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Halofina Rilis “Finaconsult”, Fitur Konsultasi Keuangan Online

Startup digital financial planner Halofina merilis fitur konsultasi keuangan Finaconsult untuk permudah pengguna memilih dan terhubung dengan perencana keuangan tersertifikasi. Fitur ini dikembangkan bersama ZAP Finance, perusahaan konsultasi perencanaan keuangan.

Dalam konferensi pers yang digelar secara online kemarin (17/8), Co-Founder dan CEO Halofina Adjie Wicaksana menjelaskan kebutuhan untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan secara digital semakin penting, terlebih dalam kondisi pandemi yang masih berlangsung.

“Kami bangun platform untuk membantu para pengguna yang ingin mulai masuk ke perencanaan keuangan dan dapat dapat terhubung secara mudah, murah, dan cepat,” ujar Adjie.

Dijelaskan lebih jauh, pengguna dapat mengakses Finaconsult dengan memilih perencana keuangan profesional yang sudah tersertifikasi CFP (Certified Financial Planner) dari Financial Planning Standards Board (FPSB). Masing-masing perencana ini memiliki spesialisasi dan pengguna dapat memilih sendiri sesuai kebutuhan. Biaya yang dipatok dimulai dari Rp250 ribu per sesi.

Untuk proses konsultasinya, Finaconsult menawarkan tiga model layanan konsultasi keuangan, yaitu pengelolaan utang, pengelolaan uang, dan analisa kondisi keuangan. Output dari hasil konsultasi ini adalah suatu laporan, pengguna bisa memperoleh berbagai insight dari analisis terhadap kondisi finansialnya dan rekomendasi praktis untuk mengembangkan kondisi finansial tersebut, misalnya terkait investasi, yang dituliskan dalam laporan tersebut.

Bagi pengguna yang ingin menjalankan rekomendasi investasi dalam laporan analisis kondisi keuangannya, Halofina sudah terintegrasi dengan layanan pembelian produk reksa dana melalui Tanamduit selaku agen APERD dan layanan pembelian emas dari Indogold selaku partner. Keduanya sudah memiliki izin resmi dari otoritas terkait. Pun demikian Halofina yang terdaftar di OJK sebagai IKD.

Jaminan keamanan

Adjie menerangkan, setiap pengguna akan memilih modul dan diminta memasukan sejumlah data, dengan kerahasiaan terjaga, yang kemudian diolah oleh Finaconsult dalam tiga hari kerja untuk menghasilkan laporan yang dikirimkan ke pengguna.

“Kami menjamin kerahasiaan data pribadi pengguna semaksimal mungkin dengan tidak memberikan data pribadi apapun kepada konsultan dan partner. Data yang diberikan pengguna hanya digunakan untuk kebutuhan analisis kondisi keuangan dan pemberian rekomendasi terkait hasil analisis tersebut.”

Sejauh ini, para perencana keuangan yang bergabung ke Finaconsult sudah terkurasi oleh perusahaan dan ZAP Finance. Totalnya ada delapan orang. Mereka semua punya jam terbang dan spesialisasi masing-masing.

CEO dan Principal Consultant ZAP Finance Prita Ghozie menambahkan, daftar konsultan Finaconsult dapat dicek secara mandiri oleh pengguna dalam database FPSB. Ini adalah lembaga yang mensertifikasi profesi perencana keuangan secara global yang juga diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

“Yang kita enggak kerjakan, kita enggak terima uang dari klien untuk dikelola karena itu butuh lisensi sendiri yang dikerjakan oleh manajer investasi, kalau bicara rekomendasi saham jual atau beli itu ada di ranahnya penasihat investasi,” terangnya.

Dia melanjutkan, “Finplan punya ruang lingkup kerja yang lebih holistik bukan cuma soal investasi, tapi juga belajar soal arus kas, pinjaman, dan bagaimana mengarahkan instrumen yang ada untuk mencapai tujuan pengguna dan cara mitigasinya seperti apa kalau ada risiko”.

Application Information Will Show Up Here